MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
SOLUSIO PLASENTA
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1
1. ACI LASVI
2. AGUSTIN ARISKA
3. ANDINI KRISDAYANINGTYAS
4. ASTY ASTUTI
5. BELLA NADYA ULFA
6. DEDEK FEBRIYANI
7. DERIE LISTIYA
8. DETA FEBRIANTI
Kelas : II D
Dosen pengajar : Ernita Tamrin, SST.
POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayahnya kepada penulis. Dengan izinnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini dibuat dan disesuaikan dengan kurikulum D-III Kebidanan yang ada di silabus Asuhan Kebidanan komunitas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat baca mahasiswa serta dapat memotivasi untuk mempelajari makalah ini lebih lanjut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ernita Tamrin, SSTpengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratanserta kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah.Penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, serta menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca.
Bengkulu, Februari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan. Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan.Memang adakalanya perubahan yang terjadi tak begitu nyaman dirasakan. Namun demikian, selama sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam proses kehamilan berlangsung ringan.
Namun, dalam beberapa kasus kebidanan dengan kasus ibu mengalami pendarahan.Baik solusio plasenta ataupun plasenta previa. Pada makalah kami, akan membahas tentang solusio plasenta yang terjadi pada ibu yang berada pada Trimester II ataupun trimester III
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah kami :
1. Apa yang dimaksud dengan solusio plasenta ?
2. Apa saja klasifikasi solusio plasenta?
3. Berapakah frekuensi dari solusio plasenta?
4. Apa saja eiologi terjadinya solusio plasenta ?
5. Apa saja tanda dan gejalan terjadinya solusio plasenta ?
6. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan solusio plasenta ?
7. Apa tanda klinis dan diagnosis dari solusio plasenta?
8. Apa penatalaksanaan kasus solusio plasenta ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian solusio plasenta
2. Untuk mengetahui kasifikasi solusio plasenta
3. Untuk mengetahui frekuensi solusio plasenta
4. Untuk mengetahui etiologi solusio plasenta
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala solusio plasenta
6. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan solusio plasenta
7. Untuk mengetahui gambaran klinis dan diagnosis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari solusio plasenta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Solusio Plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas sebagian atau seluruhnya sebeluym janin lahir, biasanya dihitung sejak usia kehamilan lebih dari 28 minggu.Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebeum janin lahir.Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Apabila terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu, mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens. Plasenta dapat terlepas seluruhnya (solusio plasenta totalis), atau plasenta terlepas sebagian ( solusio plasenta paralisis ) atau sebagian pinggir plasenta ( rupture sinus marginalis).
Pendarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta dapat menyeludup keluar; atautersembunyi dibelakang plasenta yaitu pada solisio plasenta dengan pendarahan keluar; atau tersembunyi dibelakang plasenta yaitu pada solusio plasenta dengan pendarahan tersembunyi; atau kedua – duanya; atau penarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.
Pada soluio plasenta darah dari tempat pelepasan, mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding Rahim dan akhirnya keluar dari serviks ; terjadilah pendarahan yang keluar atau pendarahan tampak. Kadang – kadang darah tidak keluar lagi tapi terkumpul dibelakang placenta membentuk hematom retroplacentaliar.Pendarahan semacam ini disebut pendarahan kedalam atau pendarahan tersembunyi.Kadang darah masuk ke dalam cairan amnion, sehingga pendarahan tetap tersembunyi.Solusio plecenta dengan pendarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya dari pada solusio placenta dengan pendarahan keluar.
Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam (1) solusio plasenta ringan ; (2) solusio plasenta sedang ; (3) solusio plasenta berat. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda – tanda kliniknya; hal ini sesuai dengan derajat terlepasnya plasenta.
Perbedaaan solusio plasenta dengan pendarahan tersembunyi dan dengan pendarahan keluar
Dengan pendarahan tersembunyi
Dengan pendarahan keluar
Lepasnya plasenta lebih komplit
Biasanya inkomplit
Sering disertai toxaemia
Jarang disertai toxaemia
Hanya merupakan 20% dari solusio plasenta
Merupakan 80% dari solusio plasenta
Batasan sokusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester tiga.Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan dinding Rahim yang dapat menimbulkan gangguan – penyulit terhadap ibu maupun janin.
Penyulit terhadap ibu dapat dalam bentuk :
1. Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum
2. Terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernafasan
3. Penderita tampak anemis
4. Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskuler yang diikuti hemolysis darah sehingga fibrinogen semakin berkurang dan memudahkan terjadinya pendarahan
5. Setelah persalinan dpat menimbulkan pendarahan postpartum karena atonia uteri dan gangguan pembekuan darah
6. Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder
7. Peningkatan akumulasi darah dibelakang plasenta dapat menyebabkan Rahim yang keras, padat dan kaku
8. Penyulit terhadap janin dalam Rahim, bergantung pada luas plasenta yang lepas dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam Rahim.
B.Klasifikasi
Solusio plasenta menurut derajat lepasnya plasenta dibagi menjadi :
Solusio plasenta lateralis atau parsialis
Bila hanya sebagian dari plasenta yang terlepas dari tempat perlekatannya
Solusio plasenta totalis
Bila seluruh bagian plasenta sudah terlepas dari perlekatannya
Prolapsus plasenta
Kadang-kadang plasenta ini turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan dalam
C. Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira – kira 1 diantara 50 persalinan. Di rumah sakit Dr. Cpto Mangunkusumo antara tahun 1968 – 1971 solusio plasenta terjadi kira – kira 2,1 % dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang, 86% solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosisis, mungkin Karenna penderita selalu datang terlambat datang kerumah sakit; atau, tanda – tanda dan gejalanya terlampaui ringan, sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya.
D. Etiologi
Etiologi solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, namun beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya, seperti umur ibu yang tua, mutiparas, penyakit hipertensi menahun, pre-eklamsia, trauma, tali pusat yang pendek, tekanan pada vena cava inferior, dan defisiensi asam folik.
Pengalaman dari Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan bahwa kejadian solusio plasenta meningkat dengan meningkatnya umur dan paritas ibu. Ha ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi penyakit hipertensi menahun. Demikian pula, makin tinggi paritas ibu, makin kurang baik endometriumnya.
Walaupun pernah dilaporkan tali pusat yang pendek, tekanan pada vena kava inferior oleh uterus yang membesar, dan defisiensi asam folik dapat merupakan etiologi solusio plasenta, akan tetapi penyidik lain tidak dapat membuktikannya.
Patologi
Pendarahan yang terjadi dari pembuluh darahplasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta mendesak dan akhirnya terlepas. Apabila pendarahan sedikit, hematoma yang kecil tu hanya akan mendesak jaringan plasenta, pendarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Ejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapati cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehtam – hitaman.
Biasanya pendarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kahamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasnta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyeludup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk kedalam kantong ketuban; atau mengadakan ekstravasasi antara serabut – serabt otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbecak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan myometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana – mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya diuterusm akan tetapi juga pada alat – alat tubuh lainnya. Perfungsi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuriaakan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung pada luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, aniksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, munkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin.Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai persalinan selesai, makin hebat umumnya komplikasi.
E. Tanda dan Gejala
Pendarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
Anemi dan shock, beratnya anaemi dan shock sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar
Rahim keras seperti papan dan nyeri ang dipegang karena diatas Rahim bertambah dengan darah yang terumpul dibelakang plasenta hingga Rahim tegang ( uterus en bois )
Palpasi sukar karena Rahim keras
Fundus uteri makin ama makin naik
Bunyi jantung biasanya tidak ada
Pada toucher teraba ketuban yang tegag terus menerus ( karena isi Rahim bertambah)
Sering ada proteinuria karena disertai taxaemia
Perbedaan antara solusio plasenta dan plasenta previa:
Solusio Plasenta
Plasenta Previa
Pendarahan dengan nyeri
Pendarahan tanpa nyeri
Pendarahan segera disusul dengan partus
Pedarahan berulang – ulang sebelum partus
Pendarahan keluar hanya sedikit
Pendarahan keluar banyak
Palpasi sukar
Bagian depan tinggi
Bunyi jantung anak biasanya tidak ada
Biasanya ada
Pada toucher tidak teraba plasenta tapi ketuban yang terus menerus tegang
Teraba bagian plasenta
Ada impressi pada jaringan plasenta karena hematom
Robekan selapot marginal
F. Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.Komplikasi yang dapat terjadi ialah pendarahan, kelaina pembekuan darah, oliguria, gawat janin sampai kematian.Pada solusio plasenta yang berat semua kompilasi ini dapat terjadi sekaligus dalam waktu singkat, sedangkan pada solusio plasenta sedang apalagi yang ringan, terjadinya satu per satu dan perlahan – lahan.
1. Pendarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hamper tidak dapat dicegah, keculai dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya pendarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan pendarahan pada kala III, dan kelainan pembekuan darah.
Kontraksi uerus yang tidak kuat itu disebabkan oleh ektravesasi darah diantara otot – otot myometrium, seperti yang terjadi pada uterus Couvelaire.Apabila pendarahan postpartum tidak dapat diatasi dengan kompresi bimanual uterus, pemberian uteritonika, maupun pengobatan kelainan pebekuan darah, maka tindakan terakhir untuk mengatasi pendarahan postpartum itu ialah histeroktomi atau pengikatan ateria hipogastrika.
2. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta yang biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemi terjadi kira – kira 10%. Terjadinya hipofebrinnogenemi diterangkan oleh Page ( 1951 ), dan Schneider ( 1955 ) dengan masuknya tromboplastin ke dalam peredaran darah ibu akibat terjadinya pembekuan darah retroplasenter, sehingga terjadi pembekuan darah diintravaskuler dimana – mana, yang akan menghabiskan faktor – faktor pembekuan darah lainnya, terutama fibrinogen. Selain keterangan yang sederhana ini, masih terdapat banyak keterangan lain yang lebih rumit.
Kadar fibrinogen plasa normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450mg%, brkisar antara 300-700mg%.apabila kadar fibrinogen leih rendah dari 100mg%, akan terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Oliguria
Pada tahap oliguria, keadaan umum penderita biasanya masih baik.Oleh karena itu, oliguria hanya dapatdiketahui dengan pengukuran teliti pengeluaran air kencing yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta sedang, dan solusio plasenta berat, apalagi yang disertai pendarahan tersembunyi, pre-eklamsia, atau hipertensi menahun.Terjadinya oliguria belum dapat diterangkan dengan jelas.Sangat mungkin berhubungan dengan hipovolemi, dan penyempitan pembuluh darah ginjal akibat pendarahan yang banyak. Ada pula yang menerangkan bahwa tekanan intrauterine yang meninggi karena solusio plasenta menimbulkan reflex penyempitan pembuluh darah yang meninggi karena solusio plasenta menimbulkan reflex penyempitan pembuluh darah ginjal. Kelainan pembekuan darah berperanan pula dalam terjadinya kelainan fungsi ginjal ini.
4. Gawat janin
Jarang kasus solusio plasenta yang datang ke rumah sakit dengan janin yang masih hidup.Kalaupun didapatkan janin masih hidup, biasanya kedaannya sudah semakin gawat, kecuali pada kasus solusio plasenta ringan.
Solusio Plasenta ringan.Pendarahan antepartum sedikit, dengan uterus yang tidak tegang, pertama kali harus ditangani sebagai kasus plasenta previa.Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa dapat disingkirkan, barulah ditangani sebagai solusio plasenta.
Apabila kehamilan kurang dari 36 minggu, dan pendarahannya kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, dan uterusnya tidak menjadi tenang, kiranya penderita dapat dirawat konservatif dirumah sait dengan observasi ketat.
Apabila pendarahan berlangsung terus, dan gejalan solusio plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan ultrasonografik daerah solusio plasenta bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi.Apabila janin hidup, lakukan seksio sesaria; apabila janin mati ketuban segera dipecahkan disusul dengan pemberian oksitosin untuk mempercepat persalinan.
Solusio plasenta sedang dan berat. Apabila tanda dan gejala klinik solusio plasenta jelas dapat dtemukan, penanganannya dirumah sakit meliputi :
Transfuse darah
Pemecahan ketuban
Infus oksitosin
Jika perlu, seksio sesaria
Apabila diagnosis linik solusio plasenta dapat ditegakkan, itu berarti pendarahan terjadi sekurang – kurangnya 1000ml. dengan demikian, transfuse darah harus segera diberikan, tidak peduli bagaimana keadaan umum penderita waktu itu. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk banyaknya pendarahan karena vasospasmus sebagai reaksi dari pendarahan ini akan meninggikan tekanan darah. Petunjuk yang paling tepat untuk memberikan transfuse dara secukupnya ialah dengan mengukur tekanan vena pusat ( CPV atau central venous pressure ).
Perbandingan gejala klinis dari berbagai kehilangan darah pada Solusio Plasenta
Perubahan
Tingkat kehilangan darah
Ringan
Sedang
Berat
Frekuensi nadi
Tetap
Meningkat
Meningkat
Tekanan darah
Tetap
Turun
Turun
Syok
Tidak terjadi
Kadang – kadang
Selalu
Oliguria
Jarang
Kadang – kadang
Selalu
Hipofebrinogenomia
Jarang
Kadang – kadang
Terjadi
Uterus
Normal
Agak tegang
Tegang dank eras
Janin
Hidup
Umumnya mati
Selalu mati
Hilangnya darah
<1000
antara 1000 – 1500cc
> 1500cc
Terapi
Siapkan transfuse
Lakukan SC
Pecahkan ketuban
Persalinan dalam 3 jam
Transfuse masih
Bila gagal lakukan histeoktomi
G. Diagnosis dan gambaran klinis
Gambaran klinis solusio plasenta bergantung pada seberapa bagian plasenta yang terlepas.
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
b. Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
c. Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d. Persainan berjalan lancer pervagina
2. Solusio Plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ tetapi belum mencapai 2/3 bagian
b. Apat menimbulkan gejala klinis: pendarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerakan janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat menjadi asfiksia ringan dan sedang pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol, dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
b. Terjadi pendarahan disertai rasa nyeri
c. Penyulit pada ibu :
Terjadi shock dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
Pada penderita dijumpai turunnya tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan pendarahan dan penderita tampak anemis
Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit teraba; dinding perut terasa sakit; dan janin telah meninggal didalam Rahim
Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol
Psolusio plasenta berat dengan Cauvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
1. Anamnesa
Terdapat pendarahan disertai rasa nyeri, terjadi spontan atau karena trauma, perut teasa nyeri diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam Rahim.
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah pendarahan, tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat, penderita tampak anemis
b. Pemeriksaan khusus
Palpasi abdomen ( perut tegang terus menerus, terasa nyeri saat dipalpasi, bagian janin sukar dientukan ), auskutasi ( DJJ bervariasi dan asfiksia ringan sampai berat), pemeriksaan dalam ( terdapat pembukaan, ketuban tegang dan menonjol).
3. Pemeriksaan penunjang
Dengan USG, dijumpai pendarahan antara plasenta dan dinding abdomen.
Solusio plasenta
Plasenta previa
Kejadian
Hamil tua
In partu
Hamil tua
Anamnesis
Medadak
Terdapat trauma
Pendarahan dengan nyeri
Perlahan tanpa disadari
Tanpa trauma
Pendarahan tanpa nyeri
Keadaan umum
Tidak sesuai dengan pendarahan
Anamnesis, tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan tidak sesuai dengan pendarahan
Disertai pre – eklamsia / eklamsia
Sesuai dengan pendarahan yang tampak
Tidak ada
Palpasi abdomen
Tegang, nyeri
Bagian janin sulit diraba
Lembek – tanpa rasa nyeri
Bagian janin muda teraba
Denyut jantung janin
Asfiksia sampai mati bergantung pada lepasnya plasenta
Asfiksia
Meninggal bila Hb <5g%
Pemeriksaan dalam
Ketuban tegang menonjol
Jaringan plasenta
H. Penatalaksanaan solusio plasenta
Solusio plasenta ringan.Pasa solusio plasentaringan dengan tanda perut tegang sedikit, pendarahan tidak terlalu banyak, keadaan janin masih baik, dapat dilakukan penanganan secara konservatif.Bila pendarahan berlangsung terus, ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik dilakukan seksio sesaria.Penanganan pendarahan yang berhenti dan keadaan yang baik pada kehamilan premature dilakukan dirumah sakit.
Solusio plasenta tingkat sedang dan berat.penanganan dilakukan dirumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah pemasangan infus dan transfuse darah, memecahkan ketuban, induksi persalinan atau seksio sesaria. Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta sedang dan berat harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.Dalam menghadapi pendarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
Pemasangan infus
Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebeum janin lahir.Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Apabila terjadi pada kehamilan sebelum 20 minggu, mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens. Plasenta dapat terlepas seluruhnya (solusio plasenta totalis), atau plasenta terlepas sebagian ( solusio plasenta paralisis ) atau sebagian pinggir plasenta ( rupture sinus marginalis).
Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam (1) solusio plasenta ringan ; (2) solusio plasenta sedang ; (3) solusio plasenta berat. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda – tanda kliniknya; hal ini sesuai dengan derajat terlepasnya plasenta.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu Kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset
Candra, Ida Ayu dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo