PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KEMUDAHAN PAJAK, DAN KEADILAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM (Studi pada KPP Pratama Surabaya Surabaya Karangpilang Karangpilang))
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DIAJUKAN OLEH NUR AINI FIRDAUS NIM: 041013123
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kemudahan Pajak, dan Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (studi pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang)” dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada: 1.
Prof. Dr. Muslich Anshori, SE., M.Sc., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
2.
Drs. Agus Widodo Mardijuwono, M., M.Si., Ak., CMA selaku ketua Departemen Akuntansi Universitas Airlangga.
3.
Alfa Rahmiati, SE., MM., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Wiwik Supratiwi, Dra., MBA, Ak. selaku dosen wali yang telah memberikan nasihat dan motivasi dalam menjalani perkuliahan.
5.
Kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, terima kasih atas bimbingan dan ilmu perkuliahan yang telah diberikan.
iv
6.
Pegawai Direktorat Jenderal Pajak di KPP Pratama Surabaya Karangpilang, Pak Zauki, Pak Janti, Pak Agus, Pak Hendri, dan Pak Edy, yang telah membantu berjalannya penelitian.
7.
Keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa. Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik tercinta yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, semangat, teladan, dan doa selama pendidikan penulis.
8.
Teman dekat penghuni kos, khususnya Cyntia, Ayun, Ayuk, Fenny, dan Debby. Terimakasih atas segala bantuan, canda tawa, dan petuah-petuahnya.
9.
Teman-teman terdekat selama kuliah, Amel, Dita, Aqmar, Bibik, Mentari, Fina, Ullun, dan Mita. Terimakasih telah menghabiskan waktu bersama selama masa-masa kuliah.
10. Teman-teman seperjuangan mengerjakan skripsi, Fenti, Radit, Zulfa, Ahmed, Ula. Terimakasih telah berbagi ilmu dan informasi. Dan juga untuk temanteman AKS1, terutama angkatan 2010. 11. Terimakasih kepada Mbak Weni dan Mas Cahyo yang telah membantu kelancaran skripsi. 12. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga yang telah membantu kelancaran selama masa kuliah dan dalam mengerjakan penulisan skripsi ini. 13. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas semua dukungan, bantuan, serta doanya.
v
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala apa yang telah diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Penulis,
Nur Aini Firdaus
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM yang berlandaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu yaitu yang omzetnya tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Variabel independen yang digunakan adalah pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan metode survei kuisioner pada 100 responden wajib pajak UMKM efektif yang omzetnya tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang. Kuisioner yang terkumpul dianalisis menggunakan PASW Statistik 18. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pajak dan kemudahan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Sedangkan keadilan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Kata Kunci: keadilan pajak, kemudahan pajak, kepatuhan wajib pajak UMKM, pengetahuan pajak.
vii
ABSTRACT
This study aimed to examine the impact of tax knowledge, tax simplicity, and tax fairness for compliance Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer based on Goverment Regulation No. 46 of 2013 about income tax on business income that received or provided of taxpayers who have specific gross distribution that turnover is not more than 4,8 billon rupiah. This study use quantitative approach. The independent variables used are tax knowledge, tax simplicity, and tax fairness. While the dependent variable in this research was the compliance MikroSmall-Medium Enterprise taxpayer. This research used questionnaires survey method in 100 effective respondent of Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer that were listed in KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Questionnaires were collected and analyzed using PASW Statistic 18. This research used multiple linier regression analysis. Result of this research showed that tax knowledge and tax simplicity have positif effect on compliance Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer. While the tax fairness has negatif effect on compliance Mikro-Small Medium Enterprise taxpayer. Keywords: compliance Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer, tax fairness,
tax knowlegde, tax simplicity
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.........................................................
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
vii
ABSTRACT.....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xv
BAB 1 : PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
10
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
11
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................
11
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ..........................................................
12
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
15
2.1 Landasan Teori .................................................................................
15
2.1.1 Teori Atribusi .........................................................................
15
2.1.2 Teori Fairness ........................................................................
17
2.1.3 Pajak .......................................................................................
18
ix
2.1.4 Pengetahuan Pajak..................................................................
21
2.1.5 Kemudahan Pajak...................................................................
23
2.1.6 Keadilan Pajak........................................................................
26
2.1.7 Kepatuhan Pajak.....................................................................
28
2.1.8 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.......................................
30
2.1.9 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013........................
33
2.2 Penelitian Terdahulu.........................................................................
35
2.3 Kerangka Konseptual .......................................................................
39
2.4 Hipotesis Penelitian ..........................................................................
39
2.4.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ..............................................................
40
2.4.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ........................................................................
41
2.4.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ........................................................................
42
BAB 3 : METODE PENELITIAN ...............................................................
44
3.1 Pendekatan Penelitian.......................................................................
44
3.2 Identifikasi Variabel .........................................................................
44
3.3 Definisi Operasional Variabel ..........................................................
45
3.31 Variabel Independen (X) ........................................................
45
3.3.2 Variabel Dependen (Y) ..........................................................
49
3.4 Jenis dan Sumber Data......................................................................
49
3.5 Metode Pengumpulan Data...............................................................
50
x
3.6 Populasi dan Sampel.........................................................................
51
3.7 Metode Analisis Data .......................................................................
52
3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................
52
3.7.2 Uji Asumsi Klasik ..................................................................
53
3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda...........................................
55
3.7.4 Uji Hipotesis ...........................................................................
56
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
57
4.1 Gambaran Umum..............................................................................
57
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian........................................
57
4.1.1.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang .............................................
57
4.1.1.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak ...................
58
4.1.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang ...............................
58
4.1.2 Gambaran Umum Subjek Pajak .............................................
61
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...............................................................
62
4.2.1 Deskripsi Jawaban Responden ..............................................
63
4.2.2 Karakteristik Responden ........................................................
63
4.2.3 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan Pajak................
67
4.2.4 Tanggapan Responden tentang Kemudahan Pajak.................
68
4.2.5 Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak .....................
69
4.2.6 Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ..................................................................................
xi
71
4.3 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis................................
72
4.3.1 Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................
72
4.3.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................
75
4.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda ..........................................
78
4.3.3.1 Koefisien Determinasi ...............................................
78
4.3.3.2 Koefisien Korelasi Berganda ....................................
79
4.3.3.3 Koefisien Regresi ......................................................
79
4.3.4 Hasil Analisis Uji Hipotesis ..................................................
80
4.4 Pembahasan .....................................................................................
83
4.4.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ..............................................................
83
4.4.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.........................................................................
84
4.4.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM .........................................................................
86
4.5 Keterbatasan Penelitian ...................................................................
89
BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN .............................................................
91
5.1 Simpulan ..........................................................................................
91
5.2 Saran .................................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
93
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan APBN 2011-2013.................................................
2
Tabel 2.1
Kriteria Industri UMKM............................................................... 32
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu ..................................................................... 37
Tabel 3.1
Populasi Penelitian ....................................................................... 51
Tabel 4.1
Distribusi Kuisioner ...................................................................... 62
Tabel 4.2
Interval Jawaban Responden ........................................................ 63
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.................................. 64 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 64 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........ 65 Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ...................... 65 Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Usaha................... 66 Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha .................... 66 Tabel 4.9 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan Pajak ...................... 67 Tabel 4.10 Tanggapan Responden tentang Kemudahan Pajak ....................... 68 Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak ............................ 69 Tabel 4.12 Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM . 71 Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Bebas ............................................... 73 Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Terikat ............................................. 74 Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ............................................... 74 Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 75 Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 76 Tabel 4.18 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................. 78 Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi ........................................................................... 81
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 39 Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Karangpilang.......... 59 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat Pemberian Ijin Penelitian
Lampiran 2
: Kuisioner
Lampiran 3
: Tabel Demografi Responden
Lampiran 4
: Tabulasi Data
Lampiran 5
: Frekuensi Data
Lampiran 6
: Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 7
: Hasil Uji Regresi Berganda
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pajak merupakan instrumen keuangan yang penting dalam perekonomian di Indonesia dan sekaligus sebagai sumber daya utama dalam pembangunan daerah. Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulerend . Fungsi budgeter yaitu mengenai fungsi pajak sebagai sumber anggaran negara, sedangakan fungsi regulerend digunakan untuk mengatur kebijakan dalam masyarakat di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu (Suandy, 2011) . Oleh karena itu, dalam pemungutan pajak bukan hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun juga untuk memberikan penerimaan pajak yang besar bagi negara. Pajak dalam APBN di Indonesia merupakan penyumbang terbesar pendapatan negara. Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana tahunan keuangan negara yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN merupakan pegangan bagi pemerintahan dalam mengatur pendapatan dan pengeluarannya atau belanja negara. Penerimaan untuk negara dari sektor pajak ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seperti pada tahun 2011 penerimaan negara yang berasal dari pajak mencapai 72,2 persen, dari penerimaan bukan pajak 27,4 persen, dan sisanya sebesar 0,4 persen berasal dari hibah. Pada tahun 2012 penerimaan negara dari sektor pajak meningkat menjadi
1
2
74,8 persen dan pada 2013 penerimaan APBN dari sektor pajak ditargetkan menjadi 78 persen (Kementerian Keuangan, Laporan Semester Pelaksanaan APBN, 2012). Tabel 1.1 Perkembangan APBN 2011-2013
Penerimaan Negara
Tahun 2011 (%)
Tahun 2012 (%)
Target Tahun 2013 (%)
Penerimaan Pajak
72,2%
74,8%
78%
Penerimaan Negara Bukan Pajak
27,4%
25,1%
21,7%
Penerimaan Hibah
0,4%
0,1%
0,3%
Total
100%
100%
100%
Sumber: Kementerian Keuangan Target penerimaan negara dari sektor pajak yang semakin besar tiap tahunnya mendorong Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya untuk menggenjot penerimaan pajaknya. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki tax ratio yang sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tax ratio di Indonesia pada tahun 2012 hanya sekitar 12,3 persen dan dalam lima tahun terakhir tidak pernah mencapai 14 persen. Tax ratio Indonesia berada di bawah rata-rata international yang telah mencapai 20 persen bahkan tax ratio Indonesia juga dibawah negara yang mempunyai pendapatan perkapita rendah (Harinurdin, 2009). Tax ratio atau rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto mempunyai dua implikasi utama berkenaan dengan rendahnya tax ratio. Pada satu
3
sisi, menggambarkan kepatuhan pajak masyarakat yang rendah sehingga jumlah pajak yang dikumpulkan masih relatif kecil dibandingkan dengan basis pajak. Pada sisi lainnya, relatif rendahnya jumlah pajak yang dikumpulkan terhadap basis pajak memberikan harapan bahwa peningkatan penerimaan pajak masih dapat dilakukan (Gunadi, 2005). Salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan tax ratio ini adalah dengan mengoptimalkan peningkatan penerimaan pajak yang berasal dari sektor informal, yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM di Indonesia merupakan wajib pajak yang memiliki potensi pajak yang besar karena menurut Ditjen Pajak Fuad Rahmani menyatakan bahwa UMKM memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61 persen, namun hanya menyumbangkan sebesar 5 (lima) persen terhadap total penerimaan pajak. Kecilnya kontribusi pajak dari sektor UMKM ini dikarenakan wajib pajak masih banyak yang belum menyetorkan pajak mereka. Kontribusi terhadap PDB yang cukup besar tersebut menunjukkan bahwa UMKM sebenarnya memiliki potensi yang besar dalam menyumbang total penerimaan pajak di Indonesia (Tambunan, 2013). Potensi penerimaan pajak dari UMKM di Indonesia memang cukup menjanjikan. Berdasarkan sumber data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah per Juni 2013, saat ini terdapat 55,2 juta UMKM atau 99,98 persen dari total usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang diserap UMKM ini sekitar 101,72 juta atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Dari jumlah kontribusi UMKM yang sangat besar itulah maka pemerintah dan Direktorat
4
Jenderal Pajak berupaya untuk menggenjot penerimaan pajak dari sektor UMKM dengan mengeluarkan peraturan mengenai pajak UMKM yang tercermin dalam peraturan pemerintah yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaram Bruto Tertentu yang mulai berlaku efektif mulai tanggal 1 Juli 2013. Dikeluarkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 ini oleh pemerintah dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran bruto tertentu yang diperlukan ketentuan tersendiri mengenai perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan yang terutang. Batasan peredaran usaha wajib pajak orang pribadi dan badan dalam PP Nomor 46 tahun 2013 sebesar Rp 4,8 Milyar, besaran omzet ini masih dalam lingkup UMKM menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Tarif dari PP Nomor 46 tahun 2013 dikenakan pajak final sebesar 1 persen dari jumlah omzet per bulan dan berlaku juga bagi wajib pajak UMKM yang omzetnya masih dalam lingkup peraturan pemerintah tersebut. Terkait UMKM, sebelum diberlakukannya PP Nomor 46 Tahun 2013 sudah terdapat ketentuan perpajakan yang mengatur khusus mengenai tarif UMKM, namun hanya yang berbentuk badan usaha. Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang UU PPh, pada pasal 31 huruf E disebutkan bahwa wajib pajak dalam negeri yang peredaran brutonya mencapai Rp 50 Milyar mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50 persen dari tarif umum sebagaimana
5
diatur dalam pasal 17 ayat 2 UU PPh yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 Milyar. Dengan tarif PPh badan yang berjumlah 25 persen, maka bagi wajib pajak yang memenuhi persyaratan tersebut tarif efektinya menjadi 12,5 persen. Perubahan tarif terkait dikeluarkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 tersebut harus memerlukan kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dan fiskus yang melaksanakannya agar peraturan pemerintah yang baru dapat dilaksanakan dengan tepat dan lancar. Wajib pajak harus memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang perpajakan dan tata cara pelaksanaan peraturan perpajakan yang berlaku. Selain itu fiskus sebagai aparat pajak harus membantu meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak dengan memberikan sosialisasi terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 dan pelayanan tanya jawab baik melalui kring pajak atau saat Wajib Pajak bertanya secara langsung. Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak, karena tanpa adanya pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya
(Aziza,
2011).
Menurut
Herdiningsih
(2010)
pengetahuan pajak merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan formal dan nonformal. Supriyati dan Nur Hidayati (2008) mengungkapkan bahwa penelitian yang dilakukan di KPP Sidoarjo Timur menunjukkan pengetahuan pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi wajib pajak
6
mengenai petugas pajak dan persepsi kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Pertimbangan pemerintah atas pengenaan PPh final dengan tarif 1 persen dari peredaran usaha terhadap UMKM, sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan umum PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi bagi wajib pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Dengan lebih sederhananya pemungutan pajak untuk sektor UMKM ini pemerintah mengharapkan agar kepatuhan wajib pajak meningkat sehingga penerimaan pajak negara pun ikut meningkat. Seperti halnya reformasi di bidang perpajakan, penetapan peraturan pemerintah terkait pajak UMKM bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesederhanaan kepada wajib pajak UMKM. Undang-undang pajak harus sederhana, sehingga wajib pajak dapat memahami dan mematuhi aturan dengan benar dan dengan cara yang hemat biaya (AICPA, 2010). Kemudahan dan kesederhanaan dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 terlihat dari tarif yang ditetapkan yaitu satu persen dari peredaran bruto. Sehingga pemerintah bermaksud agar wajib pajak akan lebih mudah menghitung besar pajak terhutang hanya dengan tarif tunggal satu persen. Beberapa kemudahan lainnya dapat dilihat dari cara pembayaran yang dapat dilakukan melalui ATM, kemudahan dalam mengajukan permohonan SKB (Surat Keterangan Bebas) untuk pajak, dan kemudahan lainnya.
7
Menurut paper yang dibuat oleh BG Consulting (2003) kemudahan pajak dapat dicapai melalui kemudahan dalam sistem pajak, undang-undang pajak, dan penetapan aturan-aturan perpajakannya. Hotlzman (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Dan diperkuat oleh penelitian dari Priantara (2011) yang menyimpulkan bahwa faktor kebutuhan, kemudahan, sanksi, dan persepsi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan WPOP pengusaha kecil dan mikro. Penetapan tarif baru dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 sebesar satu persen dari peredaran bruto ini masih menimbulkan pro dan kontra baik dikalangan wajib pajak maupun para ahli di bidang perpajakan. Dari segi keadilan pajak yang menurut para praktisi dan ekonom berpendapat bahwa PP Nomor 46 tahun 2013 adalah adil karena mereka menganggap memang sudah diperlukan penetapan tarif khusus untuk UMKM yakni satu persen dari peredaran bruto yang tadinya mempunyai tarif sebesar 12,5 persen dengan norma perhitungan khusus. Namun sebagian besar wajib pajak menilai penetapan tarif tersebut memberatkan mereka. Hal ini dikarenakan wajib pajak harus tetap membayar pajak dengan tarif satu persen dari peredaran bruto tidak peduli apakah wajib pajak memperoleh laba ataupun tidak. Pemajakan yang adil adalah semakin besar penghasilan, maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar. Hal ini disebut juga dengan keadilan vertikal atau vertical equity (Musgrave & Musgrave, 1976). Penghasilan yang dimaksud disini adalah penghasilan neto, yaitu setelah dikurangi dengan biaya-biaya
8
pengurang penghasilan bruto menurut ketentuan perpajakan yang berlaku (Mansury R, 1996). Perhitungan PPh final yang langsung dari peredaran brutonya menyatakan bahwa pemajakan tersebut tidak sesuai dengan konsep keadilan menurut pajak. Hal ini dikarenakan peredaran bruto seorang wajib pajak belum tentu mencerminkan keuntungan wajib pajak tersebut. Kebijakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan persepsi, bahwa pajak itu adil bagi semua orang akan sangat membantu menyadarkan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pajak (Mc Mahon, 2001). Menurut Vogel, Spicer, dan Becker (dalam Richardson, 2006) pembayar pajak cenderung untuk menghindari membayar pajak jika mereka menganggap sistem pajak tidak adil. Hal tersebut menunjukkan pentingnya dimensi keadilan pajak sebagai variabel yang mempengaruhi kepatuhan pembayar pajak. Dimensi keadilan pajak merupakan sifat yang tidak sewenang-wenang atau tidak berat sebelah atas sistem perpajakan yang berlaku. Menurut Gerbing (1988), dalam Richardson (2006) terdapat lima dimensi keadilan pajak, yakni: ( general fairness), timbal balik yang diterima pemerintah (exchanges with government ) , kepentingan pribadi ( self interest ), ketentuan-ketentuan yang diberlakukan secara khusus ( special provisions), dan struktur tarif pajak (tax rate structures). Pris (2010) menyimpulkan bahwa tidak ada satupun dari dimensi kedilan pajak yang berpengaruh secara signifikan pada perilaku kepatuhan WP badan. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Richardson (2006) menunjukkan bahwa dimensi-dimensi keadilan pajak yang terkait dengan General Fairness, Exchange
9
with Government, dan middle income earners tax share/burden memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kepatuhan pajak di Hong Kong. Namun, dimensi-dimensi keadilan pajak lainnya, seperti Self Interest, Tax Rate Structure, dan Attittude Towards Taxation of the Wealthy tidak memiliki hubungan yang signifikan. Seluruh aspek yang terkait dengan pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang didalamnya didasari oleh kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku seseorang dapat sesuai dengan yang diharapkan (Mc Mahon 2001). Mc Mahon (2001) juga mengartikan kepatuhan sebagai kegiatan individu untuk menjalankan kewajibannya dalam memberikan kontribusi pada pemenuhan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya. Masalah mengenai kepatuhan wajib pajak ini merupakan masalah yang sering dalam bidang perpajakan. Penelitian di bidang ini pun sering dilakukan. Rata-rata fokus penelitain adalah perilaku pembayar pajak dan pengaruh variabelvariabel yang terkait. Adapun variabel yang pernah diteliti adalah tarif pajak (Mason dan Calvin, 1984; Keller, 1998 dalam Mustikasari, 2007), faktor-faktor ekonomi (Duncan et al., 1989 dalam Mustikasari, 2007), dan perilaku wajib pajak (Marti, et al., 2010). Penelitian mengenai kepatuhan pajak sangat penting, mengingat peran pajak dalam meningkatkan pembangunan di Indonesia sangat besar. Beberapa penelitian mengenai kepatuhan pajak diantaranya seperti penelitian yang dilakukan oleh Witono (2008) membuktikan bahwa terdapat
10
pengaruh signifikan antara pengetahuan pajak dan keadilan pajak terhadap tingkat kepatuhan pajak. Albari (2008) menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan langsung maupun tidak langsung dari keadilan pajak terhadap kepatuhan pajak melalui variabel antara kepuasan. Berdasarkan fenomena dan ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan di atas, maka akan dilakukan penelitian dan analisa mengenai pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak PP 46 Tahun 2013 di Indonesia khususnya sektor UMKM. Studi dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang karena telah memenuhi target pencapaian penerimaan pajaknya tahun 2012 sebesar 101,21% yang berarti kepatuhan waib pajak pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sangat baik. Penelitian dan analisa ini dikembangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kemudahan Pajak, dan Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (studi pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang)” 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang dikaitkan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 (studi pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang)?
11
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Menguji dan memberikan gambaran mengenai pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang dikaitkan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 (studi pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang). 1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitiaan adalah: 1. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat memahami penerapan dan pengaplikasian serta menambah pengetahuan mengenai peraturan tarif UMKM terbaru yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaram Bruto Tertentu yang ditetapkaan oleh Menteri Keuangan dan mulai berlaku efektif pada 1 Juli 2013. 2. Bagi Instansi/Perusahaan Dapat memberikan masukan kepada Instansi maupun UMKM dalam menilai kebijakan tarif pajak terbaru yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaram Bruto Tertentu. 3. Bagi Pembaca
12
Dapat memberikan bukti empiris dan pengetahuan lebih mengenai apakah terdapat pengaruh persepsi wajib pajak mengenai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM PP Nomor 46 Tahun 2013 (studi pada KPP Pratama Karangpilang Surabaya).
1.5
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan skripsi, yaitu sebagai berikut: BAB 1
: Pendahuluan Secara garis besar dalam bab ini berisi latar belakang yang berhubungan dengan topik skripsi, yaitu pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuuhan wajib pajak UMKM di Indonesia terkait dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Bab ini juga berisi rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB 2
: Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan di dalam penelitian yang berhubungan dengan topik skripsi yaitu mengenai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, keadilan pajak, dan kepatuhan wajib pajak UMKM yang terkait dengan PP Nomor 46
13
Tahun 2013. Bab ini juga menjelaskan tentang konsep-konsep dasar yang dijadikan sebagai pedoman dalam analisis dan pembahasan, serta menjalaskan hubungan antar variabel penelitian, juga termasuk penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan skripsi ini, kerangka berpikir, serta hipotesis. BAB 3
: Metode Penelitian Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, metode analisis data yang meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis regresi linier berganda.
BAB 4
: Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan gambaran umum objek dan subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian, teknik analisis, pengujian hipotesis, pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Dari hasil analisis dapat diperoleh jawaban atas rumusan masalah serta jawaban atas hipotesis tentang pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang terkait dengan PP Nomor 46 Tahun 2013.
14
BAB 5
: Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir dari skripsi yang berisi simpulan dari hasil analisis tentang pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Indonesia yang terkait dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Dalam bab ini juga menyajikan saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Teori adalah suatu konseptualisasi yang umum (Sugiyono, 2009). Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena. Teori mempunyai fungsi untuk menjelaskan meramalkan, dan mengendalikan suatu gejala. 2.1.1
Teori Atribusi
Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan persepsi atau perilaku seseorang. Atribusi merupakan suatu teori yang menggambarkan mengenai hal yang menyebabkan seseorang berperilaku (Anggraeni, 2013). Atribusi merupakan penilaian mengenai orang lain dalam berperilaku apakah dipengaruhi secara internal atau eksternal. Pada dasarnya, teori atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah hal tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 1996). Perilaku internal adalah suatu perilaku yang diyakini timbul atau dilakukan karena berada dibawah kendali pribadi individu itu sendiri, misal: kemampuan, sikap sukarela, atau pengetahuan, hal ini merupakan atribusi internal. Sedangkan perilaku eksternal adalah suatu perilaku yang diyakini timbul atau dilakukan karena adanya
15
16
pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut, artinya individu tersebut melakukannya secara terpaksa atau adanya kesempatan dan lingkungan yang mendukung, hal ini merupakan atribusi eksternal. Menurut Robbins (2003) penentuan internal atau eksternal tergantung pada tiga faktor, yaitu kekhususan, konsensus, dan konsistensi. Pertama kekhususan artinya seseorang akan mempersepsikan perilaku individu lain secara berbeda dalam situasi yang berlainan. Jika perilaku seseorang dianggap suatu hal yang luar biasa, maka individu pengamat memberikan atribusi eksternal pada perilaku tersebut, maksudnya individu pengamat menganggap perilaku tersebut dilakukan karena adanya faktor eksternal yang membuat seseorang melakukan hal tersebut. Kedua, konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Apabila konsensusnya tinggi, maka hal itu termasuk atribusi internal, sedangkan jika konsensusnya rendah, maka hal tersebut termasuk atribusi eksternal. Faktor yang terakhir adalah konsistensi, yaitu jika seseorang menilai perilaku orang lain dengan respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku yang dilakukan, maka orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab internal (Fikriningrum, 2012). Perilaku kepatuhan Wajib Pajak UMKM sangat ditentukan oleh persepsi Wajib Pajak dalam menilai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Persepsi dalam menilai suatu perilaku berasal dari faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, teori atribusi relevan untuk menjelaskan hal tersebut.
17
2.1.2
Teori F air ness
Fairness berasal dari bahasa inggris yang mempunyai arti adil, wajar, dan jujur. Dalam penelitian ini, kata fairness lebih ditujukan pada definisi adil. Pengertian adil menunjukkan bahwa sistem pajak yang ada pada suatu negara harus terfokus pada kepentingan seluruh pihak, tidak mementingkan dan merugikan pihak yang satu dengan yang lain. Teori keadilan dalam penelitian ini berperan sebagai teori yang melihat apakah peraturan perpajakan yang diterapkan sudah berjalan sesuai dengan hukum dan standar dalam memenuhi kriteria adil atau belum. Dalam perpajakan, keadilan mengacu pada pertukaran antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajak terima dari pemerintah atas sejumlah pajak yang telah dibayar (Spicer & Lundstedt, 1976). Jika wajib pajak merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah atas pajak yang telah dibayarkannya, maka mereka akan mengubah pandangan mereka atas keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka dalam membayar pajak. Mereka akan melaporkan pendapatan mereka kurang dari apa yang seharusnya agar beban pajak yang mereka bayarkan berkurang. Menurut Greenberg (2003), ada dua premis yang mendasari teori keadilan, yang pertama adalah bahwa penilaian keadilan diasumsikan berdasarkan proksi atas kepercayaan antar pribadi untuk berperilaku dengan cara yang kooperatif dalam lembaga-lembaga sosial. Premis yang kedua adalah banyak orang diasumsikan menggunakan jalan pintas kognitif untuk memastikan apakah mereka memiliki penilaian mengenai keadilan yang tersedia ketika mereka perlu
18
untuk membuat keputusan tentang keterlibatan dalam perilaku yang kooperatif. Hal ini berarti bahwa adil bagi seseorang akan mempengaruhi perilaku mereka ketika berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan dengan pemerintah dan secara tidak langsung juga mempengaruhi perilaku dari setiap orang yang terlibat secara bersamaan dengan kegiatan yang dilakukan pemerintah tersebut. Namun menurut Rawls (1971) salah satu kategori dalam masalah keadilan adalah keadilan distributif. Dalam teori keadilan distributif (distributive justice theory) menyatakan bahwa untuk menjadi adil, sebuah sistem tidak hanya membutuhkan untuk memperlakukan seseorang dalam kondisi yang sama dan cara yang sama, melainkan tergantung pada kebutuhan individu masing-masing. Hal ini berarti keadilan dalam pajak tidak seharusnya memperlakukan seseorang dengan kondisi yang sama, namun juga ditentukan dari kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan yang sifatnya pribadi ataupun tidak. 2.1.3
Pajak
Pajak merupakan penerimaan negara yang paling besar dan merupakan penyumbang APBN terbesar bagi negara. Menurut Mardiasmo (2009) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi anggaran (budgeter) dan fungsi mengatur (regurelend). Fungsi anggaran (budgeter) adalah pajak berfungsi untuk mengisi kas negara atau anggaran pendapatan negara yang digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah baik rutin maupun
19
untuk pembangunan. Fungsi mengatur (regurelend) adalah pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi
pajak
tersebut
membuat
pemerintah
berupaya
untuk
meningkatkan pendapatan dari sektor pajak dengan melakukan pemungutan pajak kepada Wajib Pajak yang telah memenuhi subjek dan objek pajaknya. Untuk itu ada tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia (Suandy, 2011), yaitu: a. Official Assessment System Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh Wajib Pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak. Ciri dari sistem pajak ini adalah: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. 2) Wajib pajak bersifat pasif. 3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak harus menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang sendiri. Ciri dari sistem pajak ini adalah: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. 2) Wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
20
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. Withholding System Withholding system adalah sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak terhutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga, yakni antara lain pemberi kerja dan bendaharawan negara. Ciri dari sistem pajak ini adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak. Wajib pajak dalam membayarkan pajaknya memperoleh kewajibankewabijan dan hak-hak yang diatur dalam ketentuan umum perpajakan. Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak menurut Mardiasmo (2009) adalah: a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar. d. Mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap SPT dan memasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan. e. Jika diperiksa wajib: 1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas, atau objek yang terutang pajak. 2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
21
f. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan. Sedangkan hak Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2009) adalah sebagai berikut: a. Mengajukan keberatan dan surat banding. b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT. c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan. d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT. e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak. f. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak. g. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah. h. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya. i. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak. j. Mengajukan keberatan dan banding. 2.1.4
Pengetahuan Pajak
Pengetahuan adalah hasil kerja fikir (penalaran) yang merubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara (Widayati dan Nurlis, 2010). Pengetahuan pajak sendiri merupakan proses mengubah sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih, 2011).
22
Pengetahuan akan peraturan perpajakan dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain pendidikan formal dan non formal yang mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan perilaku seseorang, semakin banyak aspek positif maka akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak. Palil (2005) mengungkapkan bahwa pengetahuan wajib pajak tentang pajak yang baik akan memperkecil tax evasion. Begitupun penelitian yang ditemukan oleh Kassipillai yang menyatakan pengetahuan tentang pajak merupakan hal yang sangat penting bagi berjalannya sistem self assessment . Hal tersebut sesuai juga dengan penelitian terbaru Palil pada 2010 tentang pengetahuan pajak di Malaysia yang mengungkapkan bahwa pengetahuan pajak adalah penting dalam penilaian diri dan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Widayati dan Nurlis (2010) menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan yaitu (1) kepemilikan NPWP, (2) pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban, (3) pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan, (4) pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak, (5) wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi, dan (6) wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan mengenai training yang mereka ikuti. Penelitian ini memberikan hasil bahwa semua faktor pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.
23
Menurut Nugroho (2012) semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka wajib pajak dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Tetapi jika wajib pajak tidak memiliki pengetahuan mengenai peraturan pajak mereka tidak dapat menentukan perilakunya dengan tepat. Dengan adanya pengetahuan perpajakan akan membantu wajib pajak untuk patuh dalam membayar pajak dan akan meningkatkan kepatuhan pajak mereka. 2.1.5
Kemudahan Pajak
Kemudahan umumnya dipandang sebagai keutamaan dalam sistem pajak di suatu negara ( Institute on Taxation and Economic Policy, 2011). Kemudahan atau kesederhanaan tersebut akan memudahkan pembayar pajak untuk memahami (dan untuk membayar) pajak mereka, dan akan mempermudah bagi administrator pajak untuk mengumpulkan pajak secara adil. Kemudahan dalam pajak ini yang menjadi solusi sehingga wajib pajak dapat memperoleh pengurangan biaya berkaitan dengan pembayaran pajak, dan pemerintah dapat mengurangi biaya terkait administrasi pajak untuk menilai dan mengumpulkan pajak. Untuk sektor swasta baik badan maupun UMKM, biaya pajak tidak hanya mencakup jumlah pajak itu sendiri, namun juga biaya-biaya kepatuhan pajak yang muncul secara berkala dalam operasional perusahaan. Biaya tersebut diantaranya adalah (1) gaji staf untuk menghitung pajak dan memelihara informasi pajak, (2) biaya pelatihan bagi staf secara khusus, (3) biaya yang diberikan kepada ahli seperti konsultan pajak, akuntan, dan pengacara untuk beberapa hal khusus. Sedangkan bagi pemerintah biaya administrasi untuk pajak
24
mencakup biaya untuk sumber daya staf pajak, infrastruktur, dan pelatihan yang antara lain ditujukan untuk memaksa, menilai, mengumpulkan dan memecahkan klaim, keberatan, dan banding. Kemudahan dalam administrasi pajak merupakan salah satu asas atau prinsip
pemungutan
pajak.
Menurut
Rosdiana
(2010)
asas
kemudahan
administrasi perpajakan mempunyai beberapa aspek yang mendasarinya, yaitu: a. Asas Certainty (kepastian) Asas certainty merupakan kepastian baik bagi petugas pajak maupun semua wajib pajak terkait dengan subjek pajak, objek pajak, besarnya jumlah pajak yang harus dibayar, serta prosedur untuk pemenuhan kewajiban pembayaran dan pelaporannya. b. Asas Convenience (kemudahan/kenyamanan) Asas convenience terkait pada kemudahan atau kenyamanan sistem dan prosedur perpajakannya. c. Asas Efficiency Pemungutan pajak dapat dikatakan efisien jika biaya dalam memenuhi kewajiban pajak lebih rendah dari hasil pemungutannya (cost of taxation). d. Asas Neutrality Pajak yang dikeluarkan menurut asas neutrality harus bebas dari distorsi terhadap produksi juga faktor-faktor ekonomi lainnya. BG Consulting (2003) dalam papernya menjelaskan kemudahan pajak dapat dicapai melalui penyederhanaan dalam (1) sistem pajak, yang berarti mengurangi jumlah pajak agar memudahkan untuk membayar dan mengumpulkan
25
pajak, (2) peraturan pajak, yang berarti penyederhanaan undang-undang dan hukum yang terkait agar mudah dimengerti dan mengurangi distorsi, dan (3) penerapan peraturan pajak, yang berarti mengkomunikasikan peraturan pajak secara langsung dan efektif kepada sektor yang tepat. Penerapan peraturan pajak tersebut juga dapat dicapai melalui (1) pembuatan undang-undang yang lebih singkat dan mudah dimengerti, (2) memperluas basis pajak, yang juga berarti menghilangkan distorsi, dan (3) mengurangi pemotongan dan tarif pajak. Pembuatan undang-undang menjadi lebih mudah dimengerti berarti menggunakan bahasa yang lebih sederhana sehingga menghindari perbedaan dalam makna dan cakupan. Pengurangan dalam distorsi penerapan undangundang pajak adalah kunci dari kesederhanaan pajak. Elemen distorsi biasanya mencakup peningkatan biaya administrasi yang mengakibatkan meningkatnya upaya pemerintah dalam menarik pajak. Selain itu peraturan pajak yang kompleks juga dapat menimbulkan penghindaran dan penggelapan pajak oleh Wajib Pajak. Umumnya, untuk administrasi pajak akan lebih masuk akal jika pemerintah menurunkan tarif pajak sementara memperluas dasar pengenaan pajak dan memberikan insentif kepada beberapa Wajib Pajak melalui pembebasan pajak dan manfaat lainnya. Terkait dengan kemudahan dan dalam meraih kepercayaan masyarakat, Ditjen Pajak melakukan program modernisasi perpajakan secara komprehensif yang meliputi
modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan,
modernisasi
Organisasi dan Sistem Informasi dan modernisasi Kualitas Sumber Daya Manusia (The Indonesian Tax in Brief , 2006). Mustikasari (2007) menunjukan bahwa
26
kemudahan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan. Hal tersebut terjadi karena wajib pajak badan merasakan banyak manfaat dan kemudahan setelah membayar pajak. 2.1.6
Keadilan Pajak
Adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (a) sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak; (b) berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran; (c) sepatutnya tidak sewenang-wenang. Sedangkan keadilan adalah sifat atau perbuatan yang tidak sewenang-wenang atas sistem perpajakan yang berlaku (Pris, 2010). Salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan (Mardiasmo, 2009). Keadilan ini meliputi keadilan dalam prinsip mengenai peraturan perundangundangan dan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mansury (1996) keadilan dalam perpajakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Keadilan horizontal, yaitu semua orang yang mempunyai kemampuan ekonomi atau mendapatkan tambahan keemampuan ekonomi yang sama harus dikenakan pajak yang sama. 2. Keadilan vertikal, yaitu berkenaan dengan kewajiban membayar pajak yang kemampuan membayarnya tidak sama, yaitu semakin besar kemampuannya untuk membayar pajak maka harus semakin besar tarif pajak yang dikenakan. Persepsi masyarakat akan keadilan pajak yang berlaku di suatu negara sangat mempengaruhi pelaksanaan perpajakan di negara tersebut. Jika persepsi atas keadilan masyarakat tinggi, maka mereka akan memiliki kesadaran untuk berperilaku patuh terhadap peraturan pajak yang berlaku. Tetapi jika sebaliknya,
27
maka masyarakat akan menurunkan menurunkan tingkat kepatuhan kepatuhan mereka dan akan membuat mereka mereka melakuk melakukan an penghin penghindara daran n pajak pajak dan pengura penguranga ngan n pajak pajak (tax evasion). evasion). Seperti dikemukakan Misu (2011) keadilan dalam sistem pajak merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kepatuhan pajak. Chisten Chistensen sen (1994) (1994) dalam dalam Azmi dan Peruma Perumall (2008) (2008) mengu mengungk ngkapk apkan an bahwa konsep keadilan pajak sulit ditetapkan karena (1) keadilan pajak merupakan merupakan masalah multidimensional multidimensional,, (2) dapat diidentifikasikan diidentifikasikan pada tingkat tingkat individu maupun masyarakat luas, (3) keadilan terkait dengan kompleksitas, (4) kura kurang ngny nyaa
kead keadil ilan an
dapa dapatt
menj menjad adii
pert pertim imba bang ngan an
untu untuk k
meny menyeb ebab abka kan n
ketidakpatuhan. Penelitan Chistensen (1994) dalam Witono (2008) menemukan bahwa ada hubungan positif antara persepsi keadilan pajak terhadap tingkatan kepatuhan. kepatuhan. Pembayar pajak cenderung cenderung akan menghindar menghindarii membayar membayar pajak jika mereka menganggap bahwa sistem pajak tidak adil. Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Saad (2010) yang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara keadilan pajak dan kepatuhan pajak. Gerb Gerbing ing mewak mewakili ili pene penelit litia ian n yang yang perta pertama ma meng mengem emba bang ngka kan n mode modell multid multidimen imension sional al yang yang mengh menghubu ubungk ngkan an keadila keadilan n pajak pajak dan kepatu kepatuhan han wajib wajib pajak. Dalam Azmi dan Perumal (2008), penelitian Gerbing menemukan lima indikator keadilan pajak, yaitu: a. Keadilan Keadilan umum umum (General (General Fairness). b. Struktur tarif t arif pajak (Tax (Tax Rate). c. Timbal balik balik dengan dengan pemerintah pemerintah (Exchange (Exchange with the Goverment) d. Kepentingan Kepentingan pribadi pribadi (Self-Interest) (Self-Interest)
28
e. Ketentuan-ke Ketentuan-ketentua tentuan n khusus (Special khusus (Special Provision) Azmi dan Perumal (2008) meneliti eksistensi keadilan pajak di Malaysia. Dalam penelitian ini hanya tiga variabel dari keadilan pajak Gerbing (1988) yang berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yaitu keadilan umum (general fairness), struktur pajak pajak (tax structure), structure), dan kepentingan pribadi (self-interest). (self-interest). Penelitian yang baru dilakukan oleh Bank et Bank et al. (2012), meneliti persepsi keadilan pajak di Turki dengan mengembangka mengembangkan n penelitian penelitian yang dilakukan dilakukan oleh Azmi dan Perumal pada 2008. Keduanya memakai variabel yang sama. Richardson (2006) juga melakukan penelitian mengenai keadilan pajak di Hong Hongko kong ng deng dengan an dasar dasar pene penelit litia ian n Gerb Gerbing ing (198 (1988) 8).. Dala Dalam m pene penelit litian ian ini ini Rich Richar ards dson on mena menamb mbah ahka kan n varia variabe bell baru baru yaitu aitu middl middlee inco income me earn earner erss tax tax share/burden. share/burden. Hal ini disesuaikan dengan kondisi yang berlaku di Hong Kong yang berbeda dari Amerika. 2.1. 2.1.7 7
Kepa Ke patu tuha han n Paja Pajak k
Kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kepatuhan dapat diartikan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban kewajiban perpajakan perpajakan sesuai dengan dengan ketentuan ketentuan peraturan peraturan perundang-un perundang-undanga dangan n yang berlaku (Imaniyah dan Handayani, 2008). Pengertian Pengertian kepatuhan kepatuhan pajak pajak (tax compliance) compliance) menurut menurut Simon Simon (2003) (2003) yang dikutip oleh Gunadi (2005) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenu memenuhi hi kewajib kewajiban an pajakny pajaknya. a. Kepatu Kepatuhan han wajib wajib pajak pajak memenu memenuhi hi kewajib kewajiban an
29
perpajakannya akan meningkatkan penerimaan negara dan pada gilirannya akan meningkatkan besarnya rasio pajak (Nurmantu, 2003). Menurut Peraturan Menteri Keuangan Keuangan Nomor 74/PMK.03/2 74/PMK.03/2012 012 menjelaskan menjelaskan kepatuhan kepatuhan perpajakan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketent ketentuan uan perund perundang ang-un -undan dangan gan dan peratur peraturan an pelaks pelaksana anaan an perpaj perpajakan akan yang yang berlaku dalam suatu negara. Adapun dua macam mac am kepatuhan wajib pajak adalah: ad alah: 1. Kepa Kepatu tuha han n form formal al adal adalah ah suat suatu u kead keadaa aan n dima dimana na waji wajib b paja pajak k meme memenh nhii kewajib kewajiban an secara secara formal formal sesuai sesuai dengan dengan ketentu ketentuan an dalam dalam Undang Undang-un -undan dang g perpajakan. 2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai dengan isi dan jiwa Undang-undang perpajakan. Fakt Faktor or-f -fak akto torr yang ang memp mempen enga garu ruhi hi kepa kepatu tuha han n waji wajib b paja pajak k dala dalam m membayar pajak menurut Kusumawati (2006) diantaranya adalah: 1. Fakto Faktorr pendid pendidika ikan n wajib wajib pajak, pajak, yang yang melipu meliputi ti pendid pendidika ikan n formal formal dan non non formal serta pengetahuan wajib pajak. 2. Faktor Faktor pendap pendapata atan n wajib wajib pajak, pajak, yang yang meliput meliputii besarny besarnyaa pendap pendapatan atan bersih bersih wajib wajib pajak pajak dari pekerja pekerjaan an pokok pokok dan sampinga sampinganny nnya, a, serta serta jumlah jumlah anggo anggota ta keluarga yang masih harus dibiayai. 3. Fakt Faktor or pela pelay yanan anan apar aparat atur ur paja pajak, k, yaitu aitu disa disaat at pela pelay yanan anan peny penyam ampa paia ian n informasi, pelayanan pembayaran, pelaporan, maupun pelayanan keberatan. 4. Faktor penegak hukum pajak, yang terdiri dari sanksi-sanksi, keadilan dalam penentuan jumlah pajak yang dipungut, pengawasan, dan pemeriksaan.
30
5. Faktor sosialisasi, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media sosialisasi. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012, kriteria wajib pajak patuh adalah: 1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir. 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. 3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. 4. Dalam dua tahun pajak terakhir: a. Menyelenggarakan pembukuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28 Undang-undang KUP. b. Dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak terhutang paling banyak lima persen. 5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. 2.1.8
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. UMKM diatur berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Pengertian UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008 adalah:
31
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil
penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2008) industri usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar, dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
32
Selain mengacu kepada pengertian UMKM yang berdasarkan Undangundang, dalam perspektif pengembangannya, UMKM juga dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu 1. Livelihood Activities, merupakan UMKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Salah satu contohnya adalah pedagang kaki lima. 2. Micro Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin dan memiliki kemampuan untuk menghasilan suatu produk, namun belum memiliki sifat kewirausahaan. 3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4. Fast
Moving
Enterprise,
merupakan
UMKM
yang
telah
memiliki
kewirausahaan dan telah memiliki tujuan untuk memajukan usahanya dengan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar. Industri usaha mikro kecil dan menengah terbagi menjadi tiga golongan usaha, yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Ketiga usaha tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut: Tabel 2.1 Kriteria Industri UMKM No.
Uraian
Kriteria
Asset Omzet Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 1. Usaha Mikro >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Milyar 2. Usaha Kecil >500 Juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar 3. Usaha Menengah Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008
33
2.1.9
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Juli 2013. Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini didasari dengan maksud sebagai berikut: 1. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan. 2. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi. 3. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi. 4. Memberikan
kesempatan
masyarakat
untuk
berkontribusi
dalam
penyelenggaraan negara. Dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dari penetapan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah: 1. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. 2. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat. 3. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Kriteria wajib pajak yang dikenai pajak penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah wajib pajak orang pribadi dan badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto atau omzet yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (4,8 Milyar rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
34
Wajib pajak yang tidak dikenai atau dikecualikan dari pajak penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah: 1. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. Misalnya: pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya. 2. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto atau omzet melebihi Rp 4.800.000.000,00 (4,8 Milyar rupiah). Wajib pajak orang pribadi dan badan yang dikecualikan dari subjek pajak menurut PP Nomor 46 Tahun 2013 tersebut akan melaksanakan ketentuan perpajakannya sesuai dengan Undang-undang KUP maupun Undang-undang pajak penghasilan secara umum. Objek pajak yang dikenakan untuk pajak penghasilan dalam ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto atau omzet yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (4,8 Milyar rupiah). Peredaran bruto atau omzet merupakan jumlah peredaran bruto atau omzet untuk semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Dan tarif pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak menurut ketentuan ini adalah sebesar 1% (satu persen) dari jumlah peredaran bruto atau omzet.
35
Objek pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah: 1. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut. 2. Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri. 3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. 2.2
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian mengenai pengetahuan pajak dan kepatuhan wajib pajak dilakukan oleh Rizal Palil pada tahun 2010 di Malaysia dengan judul “Tax Knowledge and Tax Compliance Determinants in Self Assessment System in Malaysia” menggunakan tujuh variabel, yaitu pengetahuan mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, pengetahuan mengenai penghasilan, pengetahuan mengenai dividen dan bunga, pengetahuan mengenai personel relief, pengetahuan mengenai child relief , pengetahuan mengenai rabat, dan pengetahuan mengenai hukuman, sanksi, dan pelanggaran. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Widayati dan Nurlis (2010) dengan menggunakan enam variabel hampir sama dengan penelitian Palil (2010).
36
Paper yang ditulis oleh BG Consulting (2003) dengan judul “Tax Simplicity and Stability: Attracrive to Countries and Inventors” menggunakan tiga pendekatan untuk mencapai kemudahan dalam pajak, yaitu: pembuatan undang-undang yang lebih singkat dan mudah dimengerti, memperluas basis pajak, yang juga berarti menghilangkan distorsi, dan mengurangi pemotongan dan tarif pajak. Pada tahun 2007, Hotlzman dalam penelitiannya yang berjudul “Challenges in Achieving Transparancy, Simplicity, and Administering of United States Tax Code” menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Hasil yang sama pun diungkapkan oleh Mustikasari (2007) yang melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak badan dan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kemudahan wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan. Penelitian mengenai keadilan pajak dan kepatuhan pajak yang dilakukan oleh Azmi dan Perumal (2008) di Malaysia dengan judul “The Fairness Dimension in an Asian Context: The Malaysian Perspective” menggunakan lima variabel yang dikembangkan oleh Gerbing (1988), yaitu keadilan umum perpajakan, struktur tarif pajak, pertukaran dengan pemerintah, kepentingan pribadi, dan ketentuan khusus. Pada tahun 2005, Giligan dan Richardson melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama tetapi dilakukan di Australia dan Hongkong. Dan pada tahun 2010, Natrah Saad juga melakukan penelitian yang di Malaysia dengan menggunakan variabel yang sama. Penelitian
37
di Indonesia mengenai keadilan pajak dan kepatuhan wajib pajak juga dilakukan oleh Andarini Pris pada tahun 2010 dan Heniar pada tahun 2012. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No.
1.
2.
Nama (Tahun) “Judul” Rizal Palil (2010) “Tax Knowledge and Tax Compliance: Determinants in Self Assessment System in Malaysia” Widayati dan Nurlis (2010) “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak WPOP yang Melakukan Pekerjaan Bebas”
3.
Giligan dan Richardson (2005) “Perception of Tax Fairness and Tax Compliance in Australia and Hongkong”
4.
Azmi dan Perumal (2008) “Tax Fairness in
Variabel yang Diteliti
Alat Uji
Hasil
1. Pengetahuan Pajak (X1) 2. Kepatuhan Pajak (Y)
Regresi Berganda
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pengetahuan pajak penting dalam sistem penilaian diri dan dapat mempengaruhi kepatuhan pajak.
1. Kesadaran membayar pajak (X1) 2. Pengetahuan dan Pemahaman tentang peraturan pajak (X2) 3. Persepsi yang baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan (X3) 4. Kemauan Membayar Pajak (Y) 1. Keadilan umum dan distribusi pembebanan pajak (X1) 2. Timbal balik pemerintah (X2) 3. Sikap terhadap perpajakan orang kaya (X3) 4. Struktur tarif pajak yaang diinginkan (X4) 5. Kepentingan Pribadi (X5) 6. Kepatuhan pajak (Y) 1. Kedilan umum (X1) 2. Struktur tarif pajak (X2)
Regresi Berganda
Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan berpengaruh positif signifikan terhadap kemauan membayar pajak, sedangkan kesadaran WP dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak.
Regresi Berganda
Di Australia, keadilan umum dan distribusi pembebanan pajak, sikap terhadap perpajakan orang kaya, struktur tarif pajak yang diinginkan, dan kepentingan pribadi mempunyai korelasi signifikan terhadap kepatuhan pajak. Sedangkan di Hongkong, keadilan umum dan distribusi pembebanan pajak dan timbal balik pemerintah memiliki korelasi signifikan dengan kepatuhan pajak. Terdapat tiga dimensi keadilan pajak yang berpengaruh di Malaysia, yaitu keadilan
Analisis Faktor
38
an Asian Context: The Malaysian Perspective”
5.
6.
7.
8.
Natrah Saad (2010) “Fairness Perception and Compliance Behaviour: The Case of Salaried Taxpayers in Malaysia after Implementation of the Self Assessment System” Andarini Pris (2010) “Dampak Dimensi Keadilan Pajak terhaap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan”
BG Consulting (2003) “Tax Simplicity and Stability: Atractive to Countries and Investor” Holtzman (2007) “Challenges in Achieving Transparancy, Simplicity, and Administering of United States Tax Code”
3. Pertukaran dengan pemerrintah (X3) 4. Kepentingan pribadi (X4) 5. Ketentuan khusus (X5) 6. Kepatuhan pajak (Y) 1. Multidimensi keadilan pajak (X1) 2. Keadilan pajak (X2) 3. Pengetahuan pajak (X3) 4. Kerumitan peraturan pajak (X4) 5. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
1. Keeadilan umum (X1) 2. Timbal balik pemerintah (X2) 3. Ketentuan khusu (X3) 4. Struktur tarif pajak (X4) 5. Kepentingan pribadi (X5) 6. Kepatuhan WP Badan (Y) 1. Tax simplicity 2. Tax stability
1. Transparansi pajak 2. Kemudahan pajak 3. Keadilan dan efektifitas administrasi pajak
umum, struktur pajak, dan kepentingan pribadi terhadap perilaku kepatuhan pajak.
Partial Least Square (PLS)
Wajib pajak mempersepsikan keadilan pajak sebagai multidimensi, namun tidak mempersepsikan keadilan pajak sebagai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak. Dan pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap keadilan pajak, sedangkan kerumitan peraturan pajak berpengaruh negatif. Analisis Dari 5 dimensi keadilan pajak, Multivari tidak ada stupun yang at mempunyai pengaruh Structural signifikan terhadap perilaku Equation kepatuhan pajak WP Badan di Modelling Indonesia. (SEM)
Studi Literatur
Studi Literatur
Kemudahan/kesederhanaan harus diterapkan dalam sistem perpajakan agar menjadi lebih mudah dan harmonis. Dan stabilitas pajak perlu diterapkan agar menigkatkan kepatuhan pajak. Sistem pajak yang sulit untuk dipatuhi dan dikelola akan mengurangi transparansi karena menimbulkan ketidakkonsistenan dalam menerapkan hukum kepada wajib pajak dengan situasi yang sama. Transparansi terkait dengan kesederhanaan dan keefektifan pengelolaan sistem pajak di Amerika
39
2.3
Kerangka Konseptual
Berdasarkan telaah pustaka yang telah dipaparkan, penelitian ini menggambarkan hubungan antara variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM pada Gambar 2.2
Pengetahuan Pajak 5 Indikator Palil (2010), Widiyati dan Nurlis (2010) (X1)
Kemudahan Pajak 3 Indikator Holtzman (2007), BG Consulting (2003) (X2)
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Y)
Keadilan Pajak 5 Indikator Giligan dan Richardson (2005) Azmi dan Perumal (2008), Pris (2010), Saad (2010) (X3) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009).
40
2.4.1
Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Menurut teori atribusi, pengetahuan pajak merupakan atribusi internal. Hal ini dikarenakan pengetahuan pajak timbul karena berada dibawah kendali pribadi individu itu sendiri. Wajib pajak memiliki pengetahuan pajak tidak karena paksaan dari pihak lain, melainkan timbul karena hasil kerja fikir (penalaran) dari dalam diri mereka sendiri. Pengetahuan pajak berhubungan dengan tingkat pemahaman dan pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Penelitian ini mengukur pengetahuan pajak dari penelitian Widayati dan Nurlis (2010), yaitu (1) kepemilikan NPWP, (2) pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban, (3) pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan, (4) pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak, (5) wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi, dan (6) wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan dari training yang mereka ikuti. Jika pemahaman dan pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan dalam hal ini PP Nomor 46 Tahun 2013 menunjukkan hasil positif maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat, sebaliknya jika wajib pajak merespon negatif maka kepatuhan pajak akan menurun. Palil (2005) menemukan bahwa pengetahuan wajib pajak tentang pajak yang baik akan memperkecil tax evasion. Hal tersebut sesuai juga dengan penelitian terbaru Palil pada 2010 tentang pengetahuan pajak di Malaysia yang mengungkapkan bahwa pengetahuan pajak adalah penting dalam penilaian ini dan
41
dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H1: Pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. 2.4.2
Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Menurut teori atribusi, kemudahan pajak merupakan atribusi eksternal. Hal ini dikarenakan kemudahan pajak timbul atau dilakukan karena adanya pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut. Kemudahan pajak timbul karena wajib pajak merasa peraturan pemerintah yang dibuat memudahkan mereka dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang. Kemudahan pajak berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaan peraturan perpajakan serta sistem perpajakan yang berlaku. PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dibuat oleh pemerintah dengan harapan untuk memudahkan wajib pajak yang melaksanakan dan menerapkan peraturan perpajakan tersebut. Kemudahan pajak dalam suatu peraturan perpajakan merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi sikap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika peraturan perpajakan dibuat menjadi lebih mudah dipahami dan sederhana terkait administrasi perpajakannya maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat, sebaliknya jika peraturan perpajakan yang dibuat menimbulkan kerumitan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan menurun.
42
Penelitian Hotlzman (2007) menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Hasil yang sama pun diungkapkan oleh Mustikasari (2007) yang melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak badan dan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kemudahan wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan. Berdasarkan penjelasan tersebut hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H2: Kemudahan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM 2.4.3
Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Menurut teori atribusi, keadilan pajak merupakan atribusi eksternal. Hal ini dikarenakan keadilan pajak timbul atau dilakukan karena adanya pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut. Keadilan pajak timbul karena wajib pajak merasa peraturan perpajakan dan sistem perpajakan yang dibuat oleh pemerintah belum adil sehingga mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak meraka. Dan menurut teori fairness, dalam perpajakan keadilan mengacu pada pertukaran antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajak terima dari pemerintah atas sejumlah pajak yang telah dibayar. Jika wajib pajak merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah atas pajak yang telah dibayarkannya, maka mereka akan mengubah pandangan mereka atas keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka dalam membayar pajak dengan mengurangi beban pajak yang akan mereka bayarkan. Hal ini berarti bahwa semakin wajib pajak merasa tidak adil, maka mereka akan semakin tidak patuh.
43
Keadilan pajak berhubungan dengan persepsi wajib pajak terhadap keadilan sistem perpajakan secara keseluruhan. Keadilan pajak ini sesuai dalam penelitian Azmi dan Perumal (2008) mencakup keadilan umum, struktur tarif pajak, timbal balik dengan pemerintah, kepentingan pribadi, dan ketentuanketentuan khusus. Jika keadilan pajak
dalam sistem perpajakan sudah
menunjukkan hasil yang positif atau mendapatkan respon yang positif dari wajib pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Namun jika keadilan pajak menurut persepsi wajib pajak tidak menunjukkan respon yang positif maka kepatuhan wajib pajak akan menurun. Azmi dan Perumal (2008) meneliti eksistensi keadilan pajak di Malaysia. Dalam penelitian ini hanya tiga variabel dari keadilan pajak Gerbing (1988) yang berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yaitu keadilan umum (general fairness), struktur pajak (tax structure), dan kepentingan pribadi (self-interest). Namun penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010) membuktikan tidak adanya pengaruh keadilan umum terhadap kepatuhan WP Badan. Penelitian ini menguji kembali apakah terdapat pengaruh keeadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak badan terkait PP Nomor 46 Tahun 2013, maka hipotesis yang akan diajukan adalah sebagai berikut: H3: Keadilan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang terstruktur dan mengkuantifikasikan data untuk dapat digeneralisasikan (Anshori dan Iswati, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan adanya pengaruh variabel bebas yang diambil dari data primer berupa jawaban responden dalam kuisioner dan diukur menggunakan alat bantu statistik untuk kemudian digunakan dalam menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. 3.2.
Identifikasi Variabel
Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Anshori dan Iswati, 2006). Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas/independent variabel (X) Menurut Sugiyono (2009) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan pajak (X1), kemudahan pajak (X2), dan keadilan pajak (X 3). b. Variabel terikat/dependent variabel (Y)
44
45
Menurut Sugiyono (2009) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak UMKM (Y). 3.3
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional untuk meengukur variabel atau konstrak tersebut (Anshori dan Iswati, 2006). 3.3.1
Variabel Independen (X)
Variabel independen dari penelitian ini adalah: 1. Pengetahuan Pajak (X 1) Pengetahuan pajak adalah apa yang diketahui Wajib Pajak UMKM tentang ketentuan perpajakan secara umum dan PP Nomor 46 tahun 2013. Penelitian ini menggunakan lima indikator pengetahuan pajak dalam penelitian Widayati dan Nurlis (2010) yang telah dimodifikasi, yaitu: a. Pendaftaran NPWP dan NPPKP bagi Wajib Pajak yang memiliki penghasilan. Wajib pajak akan mendaftarkan NPWP setelah memiliki penghasilan dan akan mendaftarkan NPPKP ketika memenuhi persyaratan menjadi pengusaha. b. Pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan.
46
Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak UMKM tentang hak-hak yang mereka terima dan kewajiban yang harus mereka penuhi terkait PP Nomor 46 Tahun 2013. c. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi jika melakukan suatu pelanggaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai macam sanksi terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 yang akan wajib pajak peroleh jika mereka melanggar peraturan perpajakan. d. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak. Pengetahuan dan pemahaman tentang penghasilan tidak kena pajak yang dapat wajib pajak peroleh dalam pengurangan penghasilan bruto mereka, pengetahuan dalam menghitung penghasilan kena pajak, dan tarif pajak yang berlaku untuk Wajib Pajak UMKM terkait PP Nomor 46 Tahun 2013. e. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui sosialisasi. Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 melalui sosialisasi yang dilakukan oleh petugas pajak (fiskus). 2. Kemudahan Pajak (X 2) Kemudahan pajak adalah kesederhanaan dalam sistem perpajakan dan administrasi perpajakan menurut persepsi wajib pajak UMKM terkait PP Nomor 46 Tahun 2013, disebut sederhana jika peraturan perpajakan tersebut memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini menggunakan dua dari tiga indikator kemudahan
47
pajak yang digunakan dalam paper BG Consulting (2003) yang telah dimodifikasi, yaitu: a. Pembuatan undang-undang atau PP Nomor 46 Tahun 2013 yang lebih singkat dan mudah dimengerti. Lebih singkat berarti peraturan perundang-undangan dalam pajak dibuat lebih sederhana dan singkat. Sedangkan lebih mudah dimengerti berarti undang-undang dibuat menggunakan bahasa yang lebih sederhana sehingga menghindari perbedaan dalam makna dan cakupan b. Mengurangi pemotongan dan tarif pajak UMKM. Administrasi pajak akan lebih masuk akal jika pemerintah menurunkan tarif pajak sementara memperluas dasar pengenaan pajak dan memberikan insentif kepada beberapa Wajib Pajak melalui pembebasan pajak dan manfaat lainnya. c. Memperluas basis pajak UMKM, yang juga berarti menghilangkan distorsi Elemen
distorsi
mencakup
peningkatan
biaya
administrasi
yang
mengakibatkan meningkatnya upaya pemerintah dalam menarik pajak. Selain itu peraturan pajak yang kompleks juga dapat menimbulkan distorsi pada peraturan perpajakan. Indikator ini untuk selanjutnya tidak digunakan karena tidak sesuai dengan penelitian. 3. Keadilan Pajak (X 3) Keadilan pajak adalah sistem perpajakan yang adil menurut persepsi wajib pajak UMKM terkait PP Nomor 46 Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan
48
lima indikator keadilan pajak yang digunakan dalam penelitian Azmi dan Perumal (2008) yang telah dimodifikasi, yaitu: a. Keadilan umum pada PP No. 46 Tahun 2013 (General Fairness). Keadilan umum ini berhubungan dengan keadilan dari sistem pajak dan distribusi pajak terkait PP No. 46 Tahun 2013. b. Struktur tarif pajak UMKM (Tax Rate). Struktur tarif pajak berhubungan dengan struktur tarif yang lebih dianggap adil oleh Wajib Pajak, misalnya seperti struktur tarif pajak tunggal (flat), strutur tarif pajak progresif, dan struktur tarif pajak proposional. c. Timbal balik dengan pemerintah (Exchange with the Goverment). Timbal balik dengan pemerintah berhubungan dengan manfaat yang diterima dari pemerintah terkait pajak UMKM pada PP No. 46 Tahun 2013 yang dibayarkan. d. Kepentingan pribadi (Self-Interest). Kepentingan pribadi ini berhubungan dengan jumlah pajak yang dibayar oleh wajib pajak UMKM jika dibandingan dengan wajib pajak UMKM lain. e. Ketentuan-ketentuan khusus (Special Provision). Ketentuan-ketentuan khusus ini berhubungan dengan adanya ketentuan khusus yang diberikan kepada wajib pajak UMKM terkait PP No. 46 Tahun 2013, misalnya dalam pembuatan SKB. Variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak diukur menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi (skala modified likert )
49
dengan interval 1 sampai 4 pada kuisioner, sehingga menghasilkan data dalam skala interval. 3.3.2
Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dari penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak UMKM. Kepatuhan berarti wajib pajak secara sukarela memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan sistem self assessment , yaitu wajib pajak menghitung sendiri pajak yang terhutang, menyetorkan, dan melaporkan pajaknya. Variabel dependen dalam penelitian ini diukur
menggunakan
skala
interval
dengan
menggunakan
kuisioner.
Pengelompokan perilaku kepatuhan wajib pajak UMKM ini menggunakan empat kriteria dari lima kriteria sesuai dengan Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 74/PMK.03/2012 yang disesuaikan dengan penelitian ini, yaitu: a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir. b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan Pasal 28 Undang-undang KUP. 3.4
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
50
1. Data Primer Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang diisi oleh sampel yang dipilih secara acak. Pengisian kuisioner dilakukan oleh Wajib Pajak UMKM yang terdaftar pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang yang memperoleh penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. 2. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen, informasi, dan data-data dari KPP Pratama Surabaya Karangpilang, serta teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. 3.5
Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan survei kuisioner terhadap Wajib Pajak UMKM yang memperoleh penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Survei kuisioner yang diberikan untuk variabel keadilan pajak merupakan modifikasi dari kuisioner yang digunakan dari penelitian Azmi dan Perumal (2008). Kuisioner yang diberikan berisi 16 pertanyaan yang mewakili lima indikator pengetahuan pajak, tiga indikator kemudahan pajak, lima indikator keadilan pajak, dan empat indikator kepatuhan wajib pajak UMKM. Skala yang digunakan untuk mengukur kuisioner adalah skala modified likert interval 1 sampai 4, diukur dengan 1-sangat tidak setuju sampai 4-sangat setuju.
51
3.6
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Anshori dan Iswati, 2006). Populasi dari penelitian ini adalah semua Wajib Pajak UMKM yang memperoleh penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yaitu tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar yang terdaftar di KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Populasi dalam penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 3.1: Tabel 3.1 Populasi Penelitian Keterangan Jumlah Wajib Pajak Wajib Pajak Terdaftar 2012 44.369 Wajib Pajak Efektif 2012 21.182 Wajib Pajak memiliki omzet tidak 3.594 melebihi Rp 4,8 Milyar 2012 Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang
Pada Tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa wajib pajak terdaftar yang berarti wajib pajak yang masih terdaftar pada administrasi KPP Pratama Surabaya Karangpilang sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 berjumlah 44.369 Wajib Pajak. Dan wajib pajak efektif berarti Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya berupa memenuhi kewajiban menyampaikan SPT masa dan atau Tahunan sebagaimana mestinya di KPP Pratama Surabaya Karangpilang tahun 2012 sebesar 21.182. Selanjutnya yang populasi diperhitungkan dalam penelitian ini adalah Wajib pajak yang memiliki omzet tidak melebihi Rp 4,8 Milyar sebesar 3.594.
52
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili populasi tersebut (Anshori dan Iswati, 2006). Selanjutnya ditentukan besarnya ukuran sampel dengan menggunakan rumus Isaac dan Michael, dalam Zaenudin (2000) karena dapat menggambarkan proporsi wajib pajak yang patuh dengan lebih baik, yaitu sebagai berikut: ×( ½ )²×୮×୯
= (ିଵ
)×(ୢమ )ା( ½ )²×୮×୯
dimana: n
= ukuran sampel
N
= jumlah populasi
Z½α = derajat kepercayaan 1,96 pada α 0,05 p
= proporsi prevalensi kejadian 0,5
q
= 1-q
d
= limit dari error ditetapkan 10%
sehingga
ଷହଽସ×(ଵ,ଽ)²×,ହ×,ହ
= (ଷହଽସିଵ)×(,ଵమ)ା(ଵ,ଽ)²×,ହ×,ହ ˭˭ 93,57 n = 93,57 dibulatkan menjadi 100 3.7
Metode Analisis Data
3.7.1
Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi 2 (dua) syarat penting yang berlaku pada sebuah angket yaitu valid dan reliable. Suatu kuisioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuisioner tersebut mampu
53
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner, sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Santoso, 2000). 1. Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner mampu mengukur variabel yang diinginkan peneliti, karena variabel ilmu sosial bersifat abstrak. Semakin tinggi suatu validitas variabel maka tes tersebut akan semakin valid. Berdasarkan Solimun (2005) uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing item dengan skor total menggunakan korelasi product moment (metode interkorelasi). Berdasarkan Solimun (2005) menyatakan bahwa ”bilamana koefisien korelasi positif dan lebih besar dari 0,3 maka indikator bersangkutan dianggap valid”. 2. Suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran apabila dilakukan lebih dari dua kali pengukuran terhadap objek dan alat ukur yang sama (Nasir, 2003: 134). Uji reliabilitas yang dilakukan adalah dengan menggunakan Reliability Analysis dengan parameter yang digunakan adalah dengan cronbach alpha. "Kuisioner yang reliabel adalah kuisioner yang mempunyai nilai cronbach alpha diatas 0,6" (Maholtra, 1996). 3.7.2
Uji Asumsi Klasik
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model Regresi Linier Berganda yang dianalisis telah memenuhi asumsi klasik. Model ini akan lebih tepat digunakan jika memenuhi asumsi sebagai berikut:
54
1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model pengujian, variabel pengganggu (residual) terdistribusi normal. Salah satu alat uji statistik yang digunakan dalam menguji normalitas residual adalah uji statistik
nonparametrik
Chi-Square
Goodness-of-fit-Test.
Kriteria
keputusannya dapat dilihat dari signifikansi hasil perhitungan dengan PASW 18. Apabila nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0,05 (α) maka distribusi data dinyatakan normal. 2. Multikolinieritas Multikolinieritas adalah situasi adanya multi korelasi di antara variabel independen satu dengan yang lainnya atau dengan kata lain di antara variabelvariabel independen tersebut dapat dibentuk hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya. Uji gejala multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini digunakan
indikasi
nilai VIF (Varian Inflation
Factor ). Uji
gejala
multikolinieritas dimaksudkan untuk lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna
antar
variabel dalam
model
regresi.
Hakim (2001: 301)
menyebutkan angka toleransi VIF untuk terhindar dari gejala multikolinieritas ini antara 1 – 5. 3. Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji adanya ketidaksamaan yang terjadi dalam model regresi varians dari residual satu pengamatan ke
55
pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik yaitu apabila varians sama atau terdapat Homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama maka dapat dikatakan terjadi Heteroskedastisitas. Dengan melihat grafik plot (Scatterplot) maka dapat dideteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas. Apabila terdapat seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur maka hal tersebut mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka hal tersebut mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.7.3
Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Persamaan regresinya untuk menguji pengaruh variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut: Y = α + β 1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan: Y
= Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
α
= Konstanta
β1-β3 = Koefisien Regresi X1
= Pengetahuan Pajak
X2
= Kemudahan Pajak
X3
= Keadilan Pajak
e
= Tingkat Kesalahan/Error
56
3.7.4
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t atau t-test untuk menguji pengaruh variabel secara parsial terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%. Langkah-langkah dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis statistik Ho dan Ha H0 : βi = 0, berarti bahwa masing-masing variabel bebas secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel terikat kepatuhan wajib pajak. Ha : βi ≠ 0, berarti bahwa masing-masing variabel bebas secara individual berpengaruh terhadap variabel terikat kepatuhan wajib pajak. b. Menetukan taraf signifikansi (α = 5%) c. Menghitung besarnya thitung dengan menggunakan SPSS 18. d. Menentukan daerah penolakan hipotesis: 1. Jika signifikansi t > 0,05 (α) maka H0 diterima (Ha ditolak). 2. Jika signifikansi t ≤ 0,05 (α) maka H0 ditolak (Ha diterima). e. Melakukan interpretasi hasil olah data.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum
Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang. Pada gambaran objek penelitian akan menjelaskan mengenai profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang, visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak, serta struktur organisasinya. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM baik Orang Pribadi maupun Badan yang memiliki usaha dengan peredaran bruto tertentu tidak melebihi Rp 4,8 Milyar sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang. 4.1.1
Gambaran Objek Penelitian
4.1.1.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang dibentuk berdasarkan Keputusan Ditjen Pajak No. KEP – 158/PJ/2007 sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Pembentukan KPP Pratama Surabaya Karangpilang
merupakan
bagian
dari
program
Modernisasi
Administrasi
Perpajakan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perpajakan, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum, meningkatkan efektivitas
dan
efisiensi
57
organisasi
melalui
reformasi
dan
58
modernisasi, serta meningkatkan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia. KPP Pratama Surabaya Karangpilang merupakan salah satu unit lini depan ( front line unit ) dari Direktorat Jenderal Pajak yang sarat dengan tugas, amanah, dan harapan berupa pengamanan penerimaan pajak, peningkatan pelayanan, peningkatan kepatuhan pajak, pengelolaan sistem informasi atau teknologi informasi yang optimal, dan pengelolaan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. KPP Pratama Surabaya Karangpilang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan, administratif, dan pemeriksaan di bidang perpajakan yang meliputi PPh, PPN, PPnBM, PTLL, PBB, dan BPHTB. 4.1.1.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak
Visi dari Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.” Misi dari Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.” 4.1.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang
Struktur
organisasi
Kantor
Pelayanan
Pajak
Pratama
Surabaya
Karangpilang terdiri dari kepala kantor, kelompok fungsional, sub bagian umum,
59
seksi pengolahan data dan informasi, seksi pelayanan, seksi penagihan, seksi pemeriksaan, seksi ekstensifikasi, dan seksi pengawasan dan konsultasi.
Kepala Kantor
Kelompok Fungsional
Seksi PDI
Sub Bagian Umum
Seksi Pelayanan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Seksi Penagihan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Seksi Pemeriksaan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Seksi Ekstensifikasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Karangpilang
Keterangan: 1. Kelompok Fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
60
2. Sub Bagian Umum mempunyai empat tugas pokok, yaitu mengelola anggaran/kebendaharaan kantor, mengadministrasikan kepegawaian, mengelola rumah tangga KPP dan kesekretariatan kantor. 3. Seksi
Pengolahan
Data
dan
Informasi
(PDI)
mempunyai
tupoksi
mengkoordinasikan pengumpulan data, menyiapkan informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling , dan penyiapan laporan kinerja. 4. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, dan melakukan kerjasama perpajakan. 5. Seksi Penagihan mempunyai dua tugas pokok, yaitu melakukan pemetaan dan analisis atas jumlah tunggakan pajak (selain PBB dan BPHTB) di wilayah KPP Pratama Surabaya Karangpilang, sesuai jumlah yang tercantum dalam laporan bulanan perkembangan tunggakan pajak dan mempunyai tugas melakukan serangkaian tindakan penagihan baik aktif maupun pasif agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. 6. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
61
7. Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melaksanakan ekstensifikasi dalam rangka penambahan jumlah Wajib Pajak, melaksanakan pemeliharaan basis data dan pembentukan Bank Data Nilai Pasar Properti (BDNPP), penilaian individual, penyempurnaan Zona Nilai Tanah (ZNT)/Nilai Indikasi Rata-rata (NIR), penentuan NJOP tahun berikutnya, dan persiapan cetak massal SPPT PBB. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, bimbingan, himbauan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak, pembuatan profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4.1.2
Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM baik Orang Pribadi dan Badan yang memiliki usaha dengan peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu tidak melebihi Rp 4,8 Milyar. Subjek pajak yang dipilih adalah subjek pajak yang masih efektif sampai dengan Desember 2013. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang masih efektif sampai dengan Desember 2013 yang memiliki usaha dengan peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 sejumlah 3594 Wajib Pajak. Perhitungan dengan menggunakan rumus Isaac dan Michael dengan nilai kritis diperoleh sebanyak 94
62
Wajib Pajak yang dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 Wajib Pajak. 4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode distribusi langsung ( direct distribution method ) dalam proses pengumpulan data, yaitu dengan mendatangi responden secara langsung untuk membagikan kuisioner dan mengumpulkan kuisioner tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Adapun distribusi kuisioner dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Kuisioner Keterangan Kuisioner yang dibagikan Kuisioner yang tidak kembali Kuisioner yang kembali Kuisioner yang diisi tidak lengkap Kuisioner yang dapat diolah Sumber: Kuisioner diolah
Jumlah Kuisioner 120 9 111 11 100
Penyebaran kuisioner dilakukan mulai tanggal 16 Desember 2013 sampai dengan tanggal 20 Desember 2013 secara langsung kepada Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar di KPP Pratama Surabaya Karangpilang sebanyak 120 kuisioner dan yang kembali sebanyak 111 kuisioner. Kuisioner yang dapat diolah dalam penelitian ini hanya sebesar 100 kuisioner dikarenakan terdapat 11 kuisioner yang diisi tidak lengkap oleh Wajib Pajak.
63
4.2.1
Deskripsi Jawaban Responden
Deskripsi jawaban responden mengenai variabel penelitian akan dijelaskan berdasarkan
hasil
perhitungan
rata-rata
masing-masing
variabel.
Untuk
mengkategorikan rata-rata jawaban responden digunakan interval kelas yang dicari dengan rumus berikut:
=
(Skor tertinggi − Skor terendah) Banyak Kategori
Berdasarkan rumus diatas, interval kelas dengan skor tertinggi dalam kuisioner ini adalah 4, skor terendah adalah 1, dan banyak kategori adalah 4, maka perhitungannya adalah:
=
(4 − 1) 4
= 0,75
Interval pada masing-masing kategori berjarak 0,75, sehingga berlaku ketentuan kategori dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Interval Jawaban Responden Interval 3,26 < a ≤ 4,00 2,51 < a ≤ 3,25 1,76 < a ≤ 2.50 1,00 < a ≤ 1,75 Sumber: Hasil Perhitungan 4.2.2
Kategori 4 3 2 1
Keterangan Sangat Setuju / Sangat Tinggi Setuju / Tinggi Tidak Setuju / Rendah Sangat Tidak Setuju / Sangat Rendah
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Surabaya Karangpilang dengan jumlah responden sebanyak 100
64
Wajib Wajib Pajak Pajak.. Kara Karakt kter erist istik ik resp respon onde den n melip meliput utii usia, usia, jenis jenis kela kelamin min,, tingk tingkat at pendidikan terakhir, jenis usaha, bentuk usaha, dan lama usaha. Karakt Karakteris eristik tik respond responden en berdas berdasark arkan an usia usia dapat dapat dilihat dilihat pada pada Tabel Tabel 4.3 4.3 dibawah ini: Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia < 26 26 – 40 > 40 Total Sumber: Lampiran 5
Responden 16 54 30 100
Presentasi 16 % 54 % 30 % 100 %
Berdasa Berdasarkan rkan Tabel 4.3 dapat dapat diketah diketahui ui bahwa bahwa dari dari 100 respond responden en yang yang memiliki usia dibawah 26 tahun sebanyak 16% (16 responden). Responden yang berusia antara 26 – 40 tahun sebanyak 54% (54 responden), dan sisanya sebesar 30% (30 responden) berusia diatas 40 tahun. Karakt Karakteris eristik tik respon responden den berdas berdasarka arkan n jenis jenis kelamin kelamin dapat dapat diliha dilihatt pada pada Tabel 4.4 dibawah ini: Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber: Lampiran 5
Responden 60 40 100
Presentase 60 % 40 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat 60% (60 resp respon onde den) n) yang yang berje berjenis nis kela kelamin min laki-l laki-lak aki. i. Dan Dan sisan sisanya ya sebany sebanyak ak 40% 40% (40 (40 responden) yang berjenis kelamin perempuan.
65
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir SMP SMA Diploma Sarjana (S1) Lainnya Total Sumber: Lampiran 5
Responden 1 30 14 53 2 100
Presentase 1% 30 % 14 % 53 % 2% 100 %
Berdasarkan Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukka menunjukkan n bahwa tingkat pendidikan pendidikan terakhir mayori mayoritas tas respond responden en adalah adalah Sarjan Sarjanaa (S1), (S1), yaitu yaitu sebany sebanyak ak 53% (53 respond responden) en).. Sisany Sisanyaa tingkat tingkat pendid pendidika ikan n terakhi terakhirr respond responden en seting setingkat kat SMP sebany sebanyak ak 1% (1 resp respon onde den) n),, pend pendid idik ikan an terak terakhi hirr resp respon onden den tingk tingkat at SMA SMA seba sebany nyak ak 30% 30% (30 (30 respond responden) en),, pendid pendidika ikan n terakh terakhir ir respon responden den tingka tingkatt diplom diplomaa sebany sebanyak ak 14% 14% (14 responden), dan sisanya sebanyak 2% (2 responden) berpendidikan lain. Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha Industri Dagang Jasa Lainnya Total Sumber: Lampiran 5
Responden 5 38 49 8 100
Presentase 5% 38 % 49 % 8% 100 %
66
Berdasa Berdasarkan rkan Tabel Tabel 4.6 menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa terdapa terdapatt 5% (5 respond responden) en) yang yang memilik memilik jenis jenis usaha usaha indust industri. ri. Selebih Selebihny nyaa sebany sebanyak ak 38% (38 respond responden) en) memiliki jenis usaha dagang, sebanyak 49% (49 responden) memiliki jenis usaha jasa, dan sisanya si sanya sebanyak s ebanyak 8% (8 responden) memiliki memi liki jenis usaha lain. l ain. Karakteristik responden berdasarkan bentuk usaha dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini: Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Usaha Bentuk Usaha Usaha Dagang (UD) Perusahaan Komanditer (CV) Lainnya Total Sumber: Lampiran 5
Responden 14 50 36 100
Presentase 14 % 50 % 36 % 100 %
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 14% (14 responden) yang memiliki bentuk usaha Usaha Dagang (UD). Selebihnya sebanyak 50% (50 responden) memiliki bentuk usaha Perusahaan Comanditer (CV) dan sebanyak 36% (36 responden) mempunyai bentuk usaha lain. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada Tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha < 2 tahun 2 – 4 tahun > 4 – 8 tahun > 8 tahun Total Sumber: Lampiran 5
Responden 15 24 25 36 100
Presentase 15 % 24 % 25 % 36 % 100 %
67
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat 15% (15 responden) yang lama usahanya usahanya kurang dari 2 tahun. tahun. Selebihnya Selebihnya sebanyak 24% (24 responden) responden) yang ang lama lama usah usahan any ya 2 – 4 tahu tahun, n, seba sebany nyak ak 25% 25% (25 (25 resp respon onde den) n) yang yang lama lama usahanya > 4 – 8 tahun, dan sebanyak 36% (36 responden) yang memiliki lama usaha lebih dari 8 tahun. tahun. 4.2.3
Tanggapan Tanggapan Responde Responden n tent tentang ang Pengeta Pengetahuan huan Pajak Pajak
Deskripsi jawaban responden tentang pengetahuan pajak adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan Pajak (X1) No. No.
1. 2. 3. 4.
Indi Indika kato torr
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
Pres Presen enta tase se Sk Skor or Jawa Jawaba ban n 1 2 5 2 2
2 11 15 20 21
3 60 67 67 59
4 27 13 11 18
Variabel Pengetahuan Pajak
Tota Totall (%)
N
Mean
Kategori
100 100 100 100
100 100 100 100
3,12 2,88 2,87 2,93 2,95
Tinggi Tinggu Tinggi Tinggi Tinggi
Sumber: Lampiran 5 Tabe Tabell 4.9 4.9 menu menunj njuk ukkan kan bahw bahwaa varia variabe bell peng pengeta etahu huan an paja pajak k terma termasu suk k dalam dalam katego kategori ri tinggi tinggi dengan dengan rata-rat rata-rataa sebesar sebesar 2,95. 2,95. Rata-rat Rata-rataa terting tertinggi gi terdapat terdapat pada indikator X1.1 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator X1.3. Penjelasan masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1. Indikator X 1.1 rata-rata jawaban responden adalah 3,12 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM memiliki NPWP dan NPPKP saat dimulainya usaha dan diterimanya penghasilan.
68
2. Indikator X 1.2 rata-rata jawaban responden adalah 2,88 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM mengerti tata cara perhitungan pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 dan cara penyampaian SPT-nya. 3. Indikator X 1.3 rata-rata jawaban responden adalah 2,87 termasuk dalam kategori tingg tinggi. i. Hal Hal ini ini berar berarti ti Wa Wajib jib Pajak Pajak UMKM UMKM meng mengeta etahu huii sanks sanksii yang yang akan akan dite diterim rimaa jika jika melak melakuk ukan an pela pelang ngga garan ran atau atau terla terlamb mbat at meny menyeto etorr dan/ dan/ata atau u melaporkan SPT PP Nomor 46 Tahun 2013. 4. Indikator X 1.4 rata-rata jawaban responden adalah 2,93 termasuk dalam kategori tingg tinggi. i. Hal Hal ini ini bera berart rtii Wa Wajib jib Pajak Pajak UMKM UMKM dapa dapatt mema memaha hami mi deng dengan an baik baik peraturan pajak melalui adanya sosialisasi s osialisasi PP Nomor 46 Tahun 2013. 4.2.4
Tanggapan Tanggapan Responde Responden n tent tentang ang Kemudahan Kemudahan Pajak Pajak
Deskri Deskripsi psi jawaban jawaban respond responden en tentang tentang kemuda kemudahan han pajak pajak adalah adalah sebagai sebagai berikut: Tabel 4.10 Tanggapan Responden tentang Kemudahan Pajak (X2) No. No.
Indi Indika kato torr
Prese resent ntas asee Sk Skor or Jawa Jawaba ban n 1 2 3 4 1. X2.1 4 26 64 6 2. X2.2 3 16 68 13 3. X2.3 10 43 38 9 Variabel Kemudahan Pajak Sumber: Lampiran 5
Tota Totall (%) 100 100 100
N
Mean
Kategori
100 100 100
2, 2 ,72 2,91 2,46 2,69
Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
Tabe Tabell 4.10 4.10 menu menunj njuk ukkan kan bahw bahwaa vari variab abel el kemud kemudah ahan an pajak pajak terma termasu suk k dalam dalam katego kategori ri tinggi tinggi dengan dengan rata-rat rata-rataa sebesar sebesar 2,69. 2,69. Rata-rat Rata-rataa terting tertinggi gi terdapat terdapat pada indikator X2.2 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator X2.3. Penjelasan masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
69
1. Indikator X 2.1 rata-rata jawaban responden adalah 2,72 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap PP Nomor 46 Tahun 2013 merupakan peraturan yang lebih mudah dimengerti dari peraturan yang sebelumnya. 2. Indikator X 2.2 rata-rata jawaban responden adalah 2,91 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap penetapan tarif tunggal 1% mempermudah dalam menghitung pajak penghasilan dibandingkan dengan tarif berbeda dengan memperhatikan besarnya omzet. 3. Indikator X 2.3 rata-rata jawaban responden adalah 2,46 termasuk dalam kategori rendah. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM tidak menganggap bahwa tarif 1% adalah ringan karena pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak bertambah. 4.2.5
Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak
Deskripsi jawaban responden tentang keadilan pajak adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak (X3) No.
Indikator
Presentase Skor Jawaban 1 2 3 4 1. X3.1 8 33 56 3 2. X3.2 4 40 48 8 3. X3.3 7 38 45 10 4. X3.4 3 29 56 12 5. X3.5 1 27 65 7 Variabel Keadilan Pajak Sumber: Lampiran 5
Total (%) 100 100 100 100 100
N
Mean
Kategori
100 100 100 100 100
2,54 2,60 2,58 2,77 2,78 2,65
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa variabel keadilan pajak termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata sebesar 2,65. Rata-rata tertinggi terdapat pada
70
indikator X3.5 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator X3.1. Penjelasan masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1. Indikator X 3.1 rata-rata jawaban responden adalah 2,54 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap secara keseluruhan pajak penghasilan terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 telah dikenakan secara adil baik untuk pengenaan tarif dan objek pajaknya. 2. Indikator X 3.2 rata-rata jawaban responden adalah 2,60 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap bahwa keadilan PP Nomor 46 Tahun 2013 tercermin dari penentuan tarif tunggal 1% dari omzet. 3. Indikator X 3.3 rata-rata jawaban responden adalah 2,58 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menerima manfaat yang sesuai dan adil dari pemerintah atas pembayaran pajak penghasilan, contohnya seperti infrastruktur, fasilitas-fasilitas umum, serta kemudahan menjalankan aktivitas usaha terkait dengan regulasi dan birokrasi. 4. Indikator X 3.4 rata-rata jawaban responden adalah 2,77 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap bahwa ketentuan mengenai restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran) dan surat keterangan bebas (SKB) yang hanya diberikan kepada Wajib Pajak patuh sudah adil. 5. Indikator X 3.5 rata-rata jawaban responden adalah 2,78 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap apabila dibandingkan dengan Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah maka Wajib Pajak membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar.
71
4.2.6
Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Deskripsi jawaban responden tentang kepatuhan wajib pajak UMKM adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Y) No.
Indikator
1.
Y.1
Presentase Skor Jawaban 1 2 3 4 73 27
Total (%) 100
2. 3. 4.
Y.2 3 71 26 100 Y.3 1 8 73 18 100 Y.4 8 64 28 100 Variabel Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Sumber: Lampiran 5
N
Mean
Kategori
100
3.27
100 100 100
3.23 3.08 3.20 3,19
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak UMKM termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata sebesar 3,27. Rata-rata tertinggi terdapat pada indikator Y.1 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator Y.3. Penjelasan masing-masing indikator adalah sebagai berikut: 1. Indikator Y.1 rata-rata jawaban responden adalah 3,27 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM Orang Pribadi menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 sebelum tanggal atau paling lambat tanggal 31 Maret 2013 dan Wajib Pajak UMKM Badan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 sebelum tanggal atau paling lambat tanggal 30 April 2013. 2. Indikator Y.2 rata-rata jawaban responden adalah 3,23 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menyampaikan SPT Masa untuk
72
setiap jenis pajak bulan Oktober 2013 pada tanggal atau paling lambat tanggal 20 November 2013. 3. Indikator Y.3 rata-rata jawaban responden adalah 3,08 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM membayar pajak penghasilan PP Nomor 46 Tahun 2013 untuk bulan Oktober paling lambat tanggal 15 bulan November dalam jumlah yang sesuai dengan pajak yang terhutang. 4. Indikator Y.2 rata-rata jawaban responden adalah 3,23 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menyelenggarakan pencatatan transaksi usaha atau pembukuan secara teratur setiap bulannya. 4.3
Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
4.3.1
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabel bebas yang digunakan yaitu pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak UMKM. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan PASW Statistic 18. 1. Uji Validitas Menurut Santoso (2000) suatu kuisioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuisioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner mampu mengukur variabel yang diinginkan dalam penelitian. Semakin tinggi suatu validitas variabel maka tes tersebut akan semakin valid. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan PASW S tatistic
73
18. Apabila koefisien korelasi yang dinyatakan dengan Corrected Item Total Correlation bernilai positif dan lebih besar dari r standar 0,3 , maka indikator yang bersangkutan dianggap valid. Hasil uji validitas untuk variabel bebas ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Bebas Variabel
Pengetahuan Pajak
Indikator
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 Kemudahan X2.1 Pajak X2.2 X2.3 Keadilan X3.1 Pajak X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Sumber: Lampiran 6
Corrected Item Total Correlation 0,533 0,615 0,701 0,604 0,460 0,513 0,486 0,508 0,475 0,351 0,545 -0,10
Keterangan r standar 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa variabel bebas keadilan pajak pada indikator X 3.5 adalah tidak valid dan indikator X 3.5 tidak diikut sertakan pada perhitungan regresi selanjutnya. Selebihnya indikator yang lain pada variabel bebas pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak adalah valid. Hal ini dapat diketahui dari angka koefisien korelasi antara skor variabel yang menunjukkan nilai lebih dari 0,3. Sedangkan hasil uji validitas untuk variabel terikat adalah sebagai berikut:
74
Tabel 4.14 Hasi Uji Validitas Variabel Terikat Variabel
Indikator
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Sumber: Lampiran 6
Corrected Item Total Correlation 0,647 0,706 0,532 0,478
Keterangan r standar 0,3 0,3 0,3 0,3
Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa seluruh indikator untuk variabel kepatuhan wajib pajak UMKM lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Sehingga dapat dinyatakan seluruh indikator valid atau dapat mengukur variabel kepatuhan wajib pajak UMKM. 2. Uji Reliabilitas Menurut Santoso (2000) suatu kuisioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan perhitungan koefisien Cronbach Alpha. Analisis reliabilitas dilakukan dengan melihat apakah koefisien Crobanch Alpha lebih besar dari 0,60. Jika koefisien Crobanch Alpha menunjukkan lebih besar dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa variabel yang diukur reliabel atau memiliki kehandalan untuk digunakan dalam penelitian. Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian Variabel Pengetahuan Pajak (X1) Kemudahan Pajak (X2) Keadilan Pajak (X3) Kepatuhan WP UMKM (Y) Sumber: Lampiran 6
Crobanch Alpha 0,798 0,668 0,614 0,777
Nilai Kritis 0,60 0,60 0,60 0,60
Ket. Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
75
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa besarnya nilai Crobanch Alpha baik pada variabel bebas dan variabel terikat lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu, item-item pertanyaan yang membentuk variabel penelitian adalah reliabel (andal). 4.3.2
Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis menggunakan analisis regresi, perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model pengujian, variabel pengganggu (residual) terdistribusi normal. Pada penelitian ini untuk melakukan uji normalitas digunakan Chi-Square Goodness-of-fit-Test. Hasil uji normalitas menggunakan Chi-Square Goodness-of-fit-Test menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Test Statistics
Unstandardized Residual Chi-square
a
32,840
Df Asymp. Sig.
81 1,000
a. 82 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 1,2.
Sumber: Lampiran 7
76
Kriteria keputusan dapat dilihat dari signifikan hasil perhitungan, apabila nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α) maka distribusi data dinyatakan normal. Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 1,000 yang lebih besar dari 0,05 (α), maka distribusi data dinyatakan normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji gejala multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini digunakan indikasi nilai VIF (Varian Inflation Factor ). Multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF ≥ 10. Hasil pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Pengetahuan Pajak Kemudahan Pajak Keadilan Pajak Sumber: Lampiran 7
Nilai VIF 1,304 1,803 1,477
Keterangan Tidak Terjadi Multikolinieritas Tidak Terjadi Multikolinieritas Tidak Terjadi Multikolinieritas
Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa semua
variabel bebas
mempunyai nilai VIF < 10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi multikolinieritas. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji adanya ketidaksamaan yang terjadi dalam model regresi varians dari residual satu pengamatan ke
77
pengamatan yang lainnya (Ghozali, 2006). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat gambaran sebaran residual dengan menggunakan metode scatterplot.
Sumber: Lampiran 7 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sebaran data tidak membentuk pola yang jelas. Gambar tersebut menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Dari pengujian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini menunjukkan bahwa variasi data bersifat homogen, sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebas.
78
4.3.3
Analisis Regresi Linier Berganda
Pada penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Pemilihan teknik tersebut berdasarkan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang berjumlah lebih dari satu terhadap variabel terikat dengan data yang berskala interval. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 18 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.18 Analisis Regresi Linier Berganda Variabel
Koefisien Regresi 2,718 Konstanta 0,179 Pengetahuan Pajak 0,195 Kemudahan Pajak -0,217 Keadilan Pajak 2 Koefisien Determinasi (R ) Koefisien Korelasi (R) F Hitung Signifikansi
t hitung
Signifikansi
9,594 2,188 2,072 -2,048
0,000 0,031 0,041 0,043 0,142 0,377 5,301 0,002
Sumber: Lampiran 7 4.3.3.1 Koefisien Determinasi
Kemampuan variabel bebas dalam menerangkan atau menjelaskan perubahan variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi berganda (R²). Semakin tinggi nilai R² maka semakin baik model tersebut. Nilai dari R² berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat pada model. Pada Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi dari hasil perhitungan adalah
79
sebesar 0,142. Hal ini berarti sebesar 14,2% kepatuhan wajib pajak UMKM dapat dijelaskan dengan variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak dan keadilan pajak. Sedangkan 85,8% dari kepatuhan wajib pajak dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 4.3.3.2 Koefisien Korelasi Berganda
Nilai koefisien berganda dapat menunjukkan tingkat hubungan atau korelasi variabel terikat (Y) kepatuhan wajib pajak UMKM, terhadap variabel bebas pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,377. Nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara variabel bebas pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak dengan variabel terikat kepatuhan wajib pajak UMKM (Y). 4.3.3.3 Koefisien Regresi
Berdasarkan tabel 4.18 diatas, maka persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut: Y = 2,178 + 0,179 X 1 + 0,195 X 2 – 0,217 X 3 + e Keterangan: Y
= Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
X1
= Pengetahuan Pajak
X2
= Kemudahan Pajak
X3
= Keadilan Pajak
e
= Error
80
Koefisien regresi yang
bertanda positif menunjukkan perubahan yang
searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien yang bertanda negatif menunjukkan perubahan yang tidak searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Penjelasan untuk persamaan tersebut adalah: 1. Konstanta pada persamaan regresi linier berganda menunjukkan nilai sebesar 2,178 yang artinya apabila variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak bernilai 0 (nol) atau konstan, maka kepatuhan wajib pajak UMKM nilainya sebesar 2,178. 2. Nilai β1 sebesar 0,179 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel pengetahuan pajak (X1) ditingkatkan satu, sedangkan variabel kemudahan pajak dan keadilan pajak nilainya tetap, maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,179. 3. Nilai β2 sebesar 0,195 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel kemudahan pajak (X2) ditingkatkan satu, sedangkan variabel pengetahuan pajak dan keadilan pajak nilainya tetap, maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,195. 4. Nilai β3 sebesar -0,217 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel keadilan pajak (X3) ditingkatkan satu, sedangkan variabel pengetahuan pajak dan kemudahan pajak nilainya tetap, maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan menurun sebesar 0,217. 4.3.4
Hasil Analisis Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak
81
UMKM. Pada penelitian ini, formulasi hipotesis statistik dengan menggunakan β i yang merupakan koefisien untuk masing-masing variabel bebas, yaitu: H0 : β i = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Ha : βi = 0, berarti bahwa terdapat pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Kreteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah: 1. Jika signifikansi uji t < 0,05 maka H0 ditolak, berarti pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. 2.
Jika signifikansi uji t > 0,05 maka H 0 diterima, berarti pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Pengujian hipotesis koefisien regresi secara parsial (uji t) ditunjukkan
untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dalam satu model. Berikut hasil uji parsial selengkapnya: Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi Variabel Pengetahuan Pajak Kemudahan Pajak Keadilan Pajak Sumber: Lampiran 7
Koefisien Regresi (β) 0,179 0,195 -0,217
t-hitung 2,188 2,072 -2,048
Signifikansi 0,031 0,041 0,043
82
Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel pengetahuan pajak Formulasi hipotesis statistik H0 = β1 = 0 ; Ha = β 1 0 Nilai koefisien regresi untuk variabel pengetahuan pajak (X1) adalah sebesar 0,179 dengan tingkat signifikansi 0,031. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengetahuan pajak (X 1) berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. 2. Variabel kemudahan pajak Formulasi hipotesis statistik H0 = β2 = 0 ; Ha = β 2 0 Nilai koefisien regresi untuk variabel kemudahan pajak (X2) adalah sebesar 0,195 dengan tingkat signifikansi 0,041. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kemudahan pajak (X 2) berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. 3. Variabel keadilan pajak Formulasi hipotesis statistik H0 = β3 = 0 ; Ha = β 3 0 Nilai koefisien regresi untuk variabel keadilan pajak (X3) adalah sebesar -0,217 dengan tingkat signifikansi 0,043. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel keadilan pajak (X3) berpengaruh signifikan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
83
4.4
Pembahasan
4.4.1
Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Hasil pengujian statistik koefisien regresi menunjukkan adanya pengaruh positif pada variabel pengetahuan pajak terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak hipotesis 0 (nol). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam hal ini yang sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Wajib Pajak UMKM yang memenuhi kriteria pada PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi Rp 4,8 Milyar akan mematuhi peraturan pemerintah tersebut jika wajib pajak UMKM mengetahui tentang PP Nomor 46 Tahun 2013 dengan baik. Sesuai dengan teori atribusi, pengetahuan pajak merupakan atribusi internal. Hal ini dikarenakan pengetahuan pajak timbul karena berada dibawah kendali pribadi individu itu sendiri. Wajib pajak memiliki pengetahuan pajak tidak karena paksaan dari pihak lain, melainkan pengetahuan pajak timbul karena hasil kerja fikir (penalaran) yang timbul dari dalam diri mereka sendiri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Palil (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan pajak adalah penting dan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pajak mempunyai pengaruh cukup tinggi dalam perpajakan. Artinya wajib pajak UMKM perlu untuk mengetahui seluruh hal terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 seperti tata cara pembayaran, pelaporan, penyampaian SPT, serta sanksi yang akan dikenakan jika melanggar
84
peraturan tersebut agar wajib pajak UMKM mengerti pentingnya membayar pajak dan akan meningkatkan kepatuhan mereka terhadap pajak. Menurut Nugroho (2012) semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka wajib pajak dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Pengetahuan akan peraturan perpajakan dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain pendidikan formal dan non formal yang mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan perilaku seseorang, semakin banyak aspek positif maka akan berdampak pada meningkatnya kepatuhan wajib pajak UMKM untuk membayar pajak dan sebaliknya. 4.4.2
Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Hasil pengujian statistik koefisien regresi menunjukkan adanya pengaruh positif pada variabel kemudahan pajak terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,041 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak hipotesis 0 (nol). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kemudahan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam hal ini yang sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Wajib pajak UMKM yang memenuhi kriteria pada PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi Rp 4,8 Milyar akan mematuhi peraturan pemerintah tersebut jika wajib pajak menganggap bahwa peraturan pajak tersebut mudah untuk diterapkan. Dalam penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, wajib pajak UMKM menilai peraturan pajak tersebut cukup mudah untuk diterapkan. Mudah dalam hal ini dapat dilihat dari segi mudah untuk menghitung jumlah pajak yang
85
terhutang, mudah untuk mengerti peraturan pajak yang dibuat, dan mudah karena jumlah pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak berkurang. Sesuai dengan teori atribusi, kemudahan pajak merupakan atribusi eksternal. Hal ini dikarenakan kemudahan pajak timbul atau dilakukan karena adanya pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut. Kemudahan pajak timbul karena wajib pajak merasa peraturan pemerintah yang dibuat memudahkan mereka dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Hotlzman (2007) yang menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Beban kepatuhan pajak tersebut tidak hanya mencakup jumlah pajak itu sendiri, namun juga termasuk biaya-biaya kepatuhan pajak yang muncul secara berkala dalam operasional perusahaan, diantaranya termasuk (1) gaji staf untuk menghitung pajak dan memelihara informasi pajak, (2) biaya pelatihan bagi staf secara khusus, (3) biaya yang diberikan kepada ahli seperti konsultan pajak, akuntan, dan pengacara untuk beberapa hal khusus. Semakin mudah sistem pajak yang berlaku maka beban kepatuhan pajak akan berkurang dan kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Hasil penelitian ini pun sesuai dengan hasil yang diungkapkan dalam penelitian Mustikasari (2007) yang melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak badan dan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kemudahan wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan. Oleh karena itu pemerintah dan Ditjen Pajak harus secara bersama-sama memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
bentuk mempermudah
86
peraturan pajak yang dibuat agar masyarakat dalam hal ini Wajib Pajak lebih patuh terhadap peraturan perpajakan. Semakin mudah peraturan perpajakan yang dibuat, maka kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat. 4.4.3
Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Hasil pengujian statistik koefisien regresi menunjukkan adanya pengaruh signifikan negatif pada variabel keadilan pajak terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 0,043 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak hipotesis 0 (nol). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa keadilan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Berpengaruh negatif berarti semakin wajib pajak menganggap suatu peraturan itu adil, maka kepatuhan wajib pajak akan semakin menurun. Hasil penelitian ini mengungkapkan wajib pajak menilai PP 46 Tahun 2013 adalah tidak adil, namun wajib pajak tetap patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dikarenakan adanya hal-hal lain selain keadilan pajak yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak UMKM yang merasa tidak adil namun patuh bisa disebabkan karena mereka takut terhadap sanksi yang mereka dapatkan ketika mereka tidak patuh dalam membayar pajak. Sedangkan wajib pajak UMKM yang merasa adil namun mereka tidak patuh, kondisi ini dapat disebabkan karena beban pajak yang harus dibayarkan sangat besar sehingga mengakibatkan mereka tidak patuh dengan mengurangi beban pajak yang seharusnya dibayarkan. Sesuai dengan teori atribusi, keadilan pajak merupakan atribusi eksternal. Hal ini dikarenakan keadilan pajak timbul atau dilakukan karena adanya pengaruh
87
eksternal atau dari luar individu tersebut. Keadilan pajak timbul karena wajib pajak merasa peraturan perpajakan dan sistem perpajakan yang dibuat oleh pemerintah belum adil sehingga mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak meraka. Sedangkan penelitian ini bertentangan dengan teori fairness yang menyatakan jika wajib pajak merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah atas pajak yang telah dibayarkannya, maka mereka akan mengubah pandangan mereka atas keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka dalam membayar pajak dengan mengurangi beban pajak yang akan mereka bayarkan. Namun hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori keadilan distributif yang menyatakan bahwa untuk menjadi adil, sebuah sistem tidak hanya membutuhkan untuk memperlakukan seseorang dalam kondisi yang sama dan cara yang sama, melainkan tergantung pada kebutuhan individu. Hal ini berarti keadilan pajak yang berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kebutuhan masing-masing wajib pajak yang berbeda satu sama lain. Wajib pajak yang merasa sistem pajak adil, namun memiliki kebutuhan yang besar akan cenderung tidak mematuhi peraturan pajak yang berlaku dengan cara mengurangi beban pajak atau melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini didukung pula dengan teori atribusi, sehingga keadilan pajak dapat dipengaruhi secara internal maupun eksternal terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu hasil penelitian ini tidak seluruhnya bertentangan dengan teori keadilan dalam pajak. Penelitian ini mempunyai hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Saad (2010) yang menyatakan keadilan pajak horisontal memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku kepatuhan yang mana pembayar pajak yang
88
menganggap sistem pajak adil, semakin kecil kemungkinan mereka untuk membayar pajak. Hal ini dikarenakan pembayar pajak yang sama (memiliki pendapatan yang sama) tidak harus dikenakan pajak yang sama pula tanpa mempertimbangkan tanggung jawab keuangan dan kesejahteraan sosial. Hasil dalam penelitian ini mempunyai persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan Perumal (2008) yang membuktikan adanya pengaruh antara keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak yang ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi kurang dari 0,05. Namun terdapat perbedaan juga dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan Perumal (2008) yang mengungkapkan bahwa keadilan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa keadilan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM yang ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai negatif yaitu -0,217. Perbedaan ini dikarenakan demografi penelitian yang sedikit berbeda. Dalam penelitian Azmi dan Perumal (2008) lebih banyak yang berumur 40-59 tahun, sedangkan dalam penelitian ini paling banyak berumur 26-40 yang masih berusia produktif. Adanya perbedaan umur memungkinkan adanya pola pikir yang juga berbeda. Selain itu terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010). Persamaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010) adalah hasil uji t yang menunjukkan negatif terhadap kepatuhan pajak. Dan perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010) adalah penelitian Pris (2010)
89
menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan hasil penelitian ini mengungkapkan adanya pengaruh
yang negatif antara keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM. Perbedaan ini kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan pola pikir antara masyarakat metropolitan di Jakarta dengan masyarakat Surabaya. Hal ini dikarenakan demografi penelitian yang hampir sama yaitu lebih banyak yang berumur antara 31-40 yang merupakan usia kerja dan lebih dari 50% responden adalah laki-laki, serta tingkat pendidikan yang mayoritas adalah Sarjana. 4.5
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan didalamnya, yaitu: 1. Penelitian ini menggunakan metode survei secara langsung melalui kuisioner sebagai instrumen penelitian. Kelemahan dari metode kuisioner ini adalah adanya beberapa responden yang tidak menjawab pertanyaan dalam kuisioner dengan serius atau menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak seluruhnya telah menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013 hal ini dikarenakan sanksi yang dikenakan untuk PP Nomor 46 Tahun 2013 baru mulai dilaksanakan per 1 Januari 2014 sehingga beberapa wajib pajak belum seluruhnya menerapkan peraturan pemerintah ini. 3. Pemilihan responden hanya terbatas di wilayah cakupan KPP Pratama Surabaya Karangpilang, sehingga hasil penelitian ini hanya mencerminkan perilaku wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor
90
46 Tahun 2013 yaitu tidak melebihi Rp 4,8 Milyar di KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam memakai hasil penelitian ini kepada responden yang berada di daerah lainnya yang memiliki karakter yang berbeda. 4. Terdapat ukuran keadilan pajak yang tidak valid yaitu pada indikator X 3.5 bernilai sebesar -0,10. Oleh karena itu pada
penelitian selanjutnya untuk
memilih indikator lain yang disesuaikan juga dengan penelitian yang dilakukan.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dengan pengetahuan pajak, kemudahan pajak, keadilan pajak sebagai variabel bebas dan kepatuhan wajib pajak UMKM sebagai variabel terikat, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1.
Pengetahuan pajak memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu yang memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi Rp 4,8 Milyar dan bertempat tinggal atau berkedudukan di KPP Pratama Surabaya Karangpilang, pengaruh tersebut sebesar 3,1%. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palil (2010).
2. Kemudahan pajak memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang bertempat tinggal atau berkedudukan di KPP Pratama Surabaya Karangpilang sebesar 4,1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hotlzman (2007) dan Mustikasari (2007). 3. Keadilan pajak memiliki pengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang bertempat tinggal atau berkedudukan di KPP Pratama Surabaya Karangpilang sebesar 4,3%.
91
92
Hasil ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan Perumal (2008) dan Pris (2010). 5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah a. Pemerintah perlu untuk mengkaji ulang peraturan pemerintah yang dibuat dengan
memperhatikan
masyarakat
disetiap
kalangan
dan
juga
memperhatikan dampak dari peraturan yang dibuat. b. Pemerintah perlu terus berupaya dalam meningkatkan kemudahan pajak dan sistem perpajakan yang berlaku saat ini agar masyarakat tidak merasa kesulitan dalam membayarkan pajaknya dan merasa adil dengan jumlah beban pajak yang dibayarkan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat. 2. Bagi penelitian selanjutnya a. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain atau menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 sehingga penelitian dapat dilihat dari sisi yang berbeda. b. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah jangkauan penelitian atau memperbesar sampel ke wilayah lain sehingga dapat lebih banyak mewakili populasi wajib pajak terkait PP Nomor 46 Tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Albari. 2008. Pengaruh Keadilan terhadap Kepuasan dan Kepatuhan Wajib Pajak. UNISIA, XXXI No. 69 (9) American Institute of Certified Public Accountants, Tax Division. 2001. Guiding Principles of Good Tax Policy: A framework for Evaluating Tax Proposals. New York: American Institute of Certified Public Accountants, Inc. Anggraeni, Dian B. 2013. Persepsi Keadilan Pajak terhadap Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang Universitas Diponegoro Anshori, Muslich Sri Iswati. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif . Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Aziza, Sayyida. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak . Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya UPN Veteran Jatim Surabaya. Azmi, Anna A. Che & Kamala A. Perumal. 2008. Tax Fairness Dimensions in an Asian Context: The Malaysian Perspective. International Review of Business Research Papers, IV No. 5 (10-11): 11-19 BG Consulting. 2003. Tax Simplicity and Stability: Attractive to Countries and Investors. Paper tidak diterbitkan. United Stated: BG Consulting, Inc. Fikriningrum, Winda K. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak . Skripsi tidak diterbitkan. Semarang Universitas Diponegoro Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS . Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak. Jurnal Pajak Indonesia. IV No. 5: 4-9 Hakim, Abdul. 2001. Statistika Yogyakarta: Ekonisia
Deskriptif untuk
Ekonomi
dan Bisnis.
Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Dinamika Keuangan dan Perbankan, III No. 1 (11): 126- 142
93
94
Harinurdin, Erwin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan . Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. XVI No. 2 (5-8): 96-104 Holtzman, Yair. 2007. Challenges in Achieving Transparency, Simplicity and Administering of The United Stated Tax Code. Journal of Management Development , XXVI No. 5: 418-427 Imaniyah, Nur & Bestari Dwi Handayani. 2008. Pengaruh Penghasilan dan Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar PBB di Kelurahan Tegalrejo Kota Pekalongan. Simposium Nasional Perpajakan II Institute on Taxation and Economic Policy. 2011. Income Tax Simplification: How to Achieve It . Washington, DC Kusumawati. 2006. Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan Self Assessment System. Tesis tidak diterbitkan. Malang Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Maholtra, N. K. 1996. Marketing Research an Applied Oriented Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Mansury, R. 1996. Pajak Penghasilan Lanjutan. Jakarta: Ind. Hill-Co. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Mc Mahon, C. 2001. Collective Rationality and Collective Reasoning . Cambridge: Cambridge University Press Misu, Nicoleta Barbuta. 2011. A Review of Factors for Tax Compliance. Annals of Dunarea de Jos University of Gelati Fascicle I. Economics and Applied Informatics Years, XVII No. 1 Musgrave, Richard A. & Peggy B. Musgrave. 1976. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek . Terjemahan oleh Alfonsus Sirait.1993. Jakarta: Erlangga Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi X , Universitas Hasanudin Makassar Nasir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia Nugroho, R. Adi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak dengan Kesadaran Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening. Diponegoro Journal of Accounting, I No. 2: 1-11 Numantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit
95
Palil, M. Rizal. 2005. Does Tax Knowledge Matters in Self Assessment Systems? Evidence from Malaysian Tax Administrative. The Journal of American Academy of Business, VI No. 2 (3): 80-84 ------------. 2010. Tax Knowledge and Tax Compliance Determinants in Self Assessment System in Malaysia. Thesis tidak diterbitkan. Birmingham Department of Accounting and Finance The University of Birmingham Priantara, Diaz & Bambang Supriyadi. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengusaha Kecil dan Mikro Mendaftar Menjadi Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan , XIII (2): 98-108 Pris, K. Andarini. 2010. Dampak Dimensi Keadilan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Rawls, John. 1971. A Theory of Justice, dalam Chapter II The Principle of Justice. Publisher: The Belknap Press of Harvard University Press Cambrigne, Massachusetts Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000 sebagaimana diubah terakhir dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak ------------. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaram Bruto Tertentu ------------. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan ------------. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ------------. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Richardson, Grant. 2006. The Impact of Tax Fairness Dimensions on Tax Compliance Behavior in an Asian Jurisdiction: The Case of Hong Kong. International Tax Journal , XXXII (1): 29-42 Robbin, P. Stephen. 2003. Organizational Behavior . Ten Edition. Prenctice Hall Inc. Rosdiana, Haula. 2010. Pengantar Perpajakan. Depok
96
Saad, Natrah. 2010. Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: The Case of Salaried Taxpayers in Malaysia after Implementation of the SelfAssessment System. Journal of Tax Research, VIII No. 1 (6): 32-63 Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elek Media Komputindo Solimun. 2005. Kisi-kisi Analisis data (Pemodelan Statistika) dan Metodologi Penelitian. Malang: FMIPA Universitas Brawijaya Spicer, M. W., and Lundstedt, S. B. 1976. Understanding Tax Evasion. Public Finance, 31: 295-305 Suandy, Early. 2011. Hukum Pajak . Jakarta : Salemba Empat Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitati f. Jakarta Supriyati & Nur hidayati. 2008. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi, VII No. 1: 41-50 Tambunan, Ruston. 2013. Ketentuan Terbaru Pajak Penghasilan Atas UMKM: Sederhana Tapi Tidak Adil, (Online), (http://www.ortax.org, diakses 12 Oktober 2013). The Indonesian Tax in Brief, Tinjauan Perpajakan Indonesia. 2006. Tim Penyusun, edisi revisi. Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta Witono, Banu. 2008. Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan keuangan, VII No. 2 (9): 196-208 Widayati & Nurlis. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Simposium Nasional Akuntansi XIII , Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Zaenudin, Muhamad. 2000. Metode Penelitian. Jakarta
LAMPIRAN 2
KUISIONER
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Wajib Pajak di KPP Karangpilang Surabaya Dengan hormat, Sehubungan dengan penulisan skripsi S1 Akuntansi Universitas Airlangga, dengan ini saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan untuk mengisi daftar pertanyaan yang ada dalam kuisioner ini. Penelitian ini mengangkat topik mengenai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM terkait penetapan PP 46 Tahun 2013. Kuisioner ini hanya digunakan untuk keperluan akademis serta bersifat RAHASIA dan tidak akan diungkapkan kepada pihak lain. Kuisioner ini tidak terkait dengan Ditjen Pajak sehingga tidak akan mempengaruhi jumlah/keringanan/sanksi pajak yang dibayar. Oleh karena itu KEJUJURAN dalam pengisian kuisioner ini sangat saya harapkan. Petunjuk Pengisisan
Jawaban bisa dituliskan di tempat yang disediakan atau memilih jawaban dengan memberikan tanda silang (X) pada skala 1-4 terhadap kotak yang disediakan. Setiap pertanyaan hanya boleh diisi dengan satu jawaban. Skala yang digunakan dalam menjawab kuisioner adalah sebagai berikut: STS TS S SS Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu mengisi kuisioner ini, saya menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya.
Hormat Saya,
Nur Aini Firdaus, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
LAMPIRAN 2
PROFIL RESPONDEN WP PP No. 46 Tahun 2013
Nama (boleh tidak diisi) : Umur: Jawaban untuk pertanyaan dibawah ini silahkan dilingkari/coret Jenis Kelamin: Laki-laki / Perempuan Pendidikan terakhir: SD / SMP / SMA / D3 / S1 / Lainnya ............................ Jenis Usaha : Industri / Dagang / Jasa / Lainnya ................................ Bentuk Usaha: UD / CV / Lainnya ............................... Omzet Usaha: a. < 4,8 Milyar per tahun
b. ≥ 4,8 Milyar per tahun
Lama Usaha: a. < 2 tahun
b. 2-4 tahun
c. >4-8 tahun
d. > 8 tahun
DAFTAR PERTANYAAN
PENGETAHUAN PAJAK (X1) No. 1. 2. 3.
4.
Pertanyaan Saya memiliki NPWP dan NPPKP saat dimulainya usaha dan diterimanya penghasilan. Saya mengerti tata cara perhitungan pajak PP No. 46 Tahun 2013 dan cara penyampaian SPT-nya. Saya mengetahui sanksi yang akan saya terima jika saya melakukan pelanggaran atau terlambat menyetor dan/atau melaporkan SPT PP No. 46 Tahun 2013. Saya dapat memahami dengan baik peraturan pajak melalui adanya sosialisasi PP No. 46 Tahun 2013.
STS
TS
S
SS
LAMPIRAN 2
KEMUDAHAN PAJAK (X2) No. 5. 6.
7.
Pertanyaan Saya menganggap PP 46 Tahun 2013 merupakan peraturan yang lebih mudah dimengerti dari peraturan yang sebelumnya. Penetapan tarif tunggal 1 % mempermudah saya menghitung pajak penghasilan dibandingkan dengan tarif yang berbeda dengan memperhatikan besarnya omzet. Saya menganggap tarif 1 persen adalah ringan karena pajak yang saya bayarkan berkurang.
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
KEADILAN PAJAK (X 3) No. 8.
9. 10.
11.
12.
Pertanyaan Secara keseluruhan, pajak penghasilan terkait PP 46 Tahun 2013 telah dikenakan secara adil (untuk pengenaan tarif dan objek pajaknya). Keadilan PP 46 Tahun 2013 tercermin dari penentuan tarif tunggal (flat) 1% dari omzet. Saya menerima manfaat yang sesuai dan adil dari pemerintah atas pembayaran pajak penghasilan, contohnya infrastruktur, fasilitasfasilitas umum, serta kemudahan menjalankan aktivitas usaha terkait dengan regulasi dan birokrasi. Ketentuan mengenai restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran) dan surat keterangan bebas (SKB) yang hanya diberikan kepada Wajib Pajak Patuh sudah adil. Apabila dibandingkan dengan Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah, saya membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar.
KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM (Y) No. 13.
14.
15.
16.
Pertanyaan a. WP Orang Pribadi Saya menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 sebelum tanggal atau paling lambat tanggal 31 Maret 2013. b. WP Badan Saya menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 sebelum tanggal atau paling lambat tanggal 30 April 2013. Saya menyampaikan SPT Masa untuk setiap jenis pajak bulan Oktober 2013 pada tanggal atau paling lambat tanggal 20 November 2013 Saya membayar pajak penghasilan PP No. 46 Tahun 2013 untuk bulan Oktober paling lambat tanggal 15 bulan November dalam jumlah yang sesuai dengan pajak yang terhutang. Saya menyelenggarakan pencatatan transaksi usaha atau pembukuan secara teratur setiap bulannya.
LAMPIRAN 3
Tabel Demografi Responden Respndn
Umur
JK
Pendidikan
Jenis Usaha
Bentuk Usaha
Omzet
Lama Usaha
1
42
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
2
40
L
SMA
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
3
31
P
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
4
23
P
D3
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
5
35
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
6
26
P
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
7
38
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
8
29
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
9
34
L
S1
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
10
46
P
SMA
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
11
40
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
12
60
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
13
25
L
S1
Manufaktur
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
14
42
P
SMA
Jasa
Firma
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
15
22
P
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
16
24
L
D3
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
17
45
P
S1
Jasa
Firma
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
18
31
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
19
36
P
D3
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
20
40
L
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
21
51
L
S1
Jasa
UD
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
22
50
P
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
23
31
P
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
24
43
L
S1
Dagang
Firma
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
25
33
P
S1
Industri
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
26
26
P
SMA
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
27
33
P
S1
Industri
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
28
45
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
29
63
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
30
32
P
SMA
Jasa
Firma
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
31
32
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
32
22
L
S1
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
33
52
L
D3
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
34
28
P
D3
Manufaktur
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
35
42
L
S1
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
36
40
L
D3
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
37
27
P
SMA
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
38
41
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
39
36
L
SMA
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
40
27
P
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
41
45
L
S1
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
42
27
L
D3
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
43
30
P
SMA
Industri
Firma
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
43
30
P
SMA
Industri
Firma
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
44
34
P
D3
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
45
28
P
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
46
37
L
S1
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
47
62
P
D3
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
48
22
P
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
49
19
P
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
50
31
P
SMA
Manufaktur
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
51
33
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
52
44
L
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
53
35
P
S2
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
54
42
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
55
25
P
S1
Manufaktur
Firma
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
56
32
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
57
34
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
58
29
L
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
59
28
L
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
60
24
L
SMA
Manufaktur
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
61
41
L
SMA
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
62
46
P
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
63
38
L
S1
Industri
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
64
24
P
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
65
31
P
S1
Jasa
UD
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
66
30
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
67
33
P
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
68
40
L
SMA
Industri
Firma
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
69
36
P
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
70
42
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
71
28
L
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
72
43
L
D3
Jasa
UD
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
73
22
L
S1
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
74
44
L
S1
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
75
23
L
SMP
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
76
29
P
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
77
37
L
SMA
Jasa
UD
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
78
43
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
79
23
P
SMA
Jasa
Firma
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
80
27
P
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
81
30
L
S1
Manufaktur
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
82
27
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
83
29
P
SMA
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
84
22
L
D3
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
85
25
L
D3
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
86
44
P
SMA
Manufaktur
PT
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
87
38
P
D3
Jasa
Firma
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
88
53
L
SMA
Jasa
UD
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
89
34
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
90
28
L
SMA
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
90
28
L
SMA
Dagang
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
91
44
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
92
45
L
S1
Jasa
PT
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
93
49
L
S1
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
> 8 th
94
34
L
S1
Jasa
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
95
38
P
SMA
Manufaktur
CV
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
96
33
P
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
2-4 th
97
41
L
S1
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
98
47
L
SMA
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
99
25
P
S2
Dagang
CV
≤ Rp 4,8 M
< 2 th
100
28
L
D3
Dagang
UD
≤ Rp 4,8 M
> 4-8 th
LAMPIRAN 4 Tabulasi Data
Profil Responden Umur JK PT JU BU Omzet LU 1 42 1 5 3 3 1 4 2 40 1 3 2 2 1 4 3 31 2 5 3 3 1 3 4 23 2 4 3 2 1 3 5 35 1 5 2 2 1 2 6 26 2 5 2 2 1 2 7 38 1 5 3 2 1 2 8 29 1 5 3 2 1 4 9 34 1 5 2 3 1 2 10 46 2 3 2 2 1 1 11 40 1 5 2 2 1 3 12 60 1 5 2 2 1 4 13 25 1 5 4 2 1 2 14 42 2 3 3 3 1 4 15 22 2 3 3 2 1 4 16 24 1 4 3 2 1 4 17 45 2 5 3 3 1 2 18 31 1 5 3 3 1 1 19 36 2 4 3 2 1 2 20 40 1 3 3 2 1 4 21 51 1 5 3 1 1 4 22 50 2 5 2 2 1 2 23 31 2 5 3 3 1 2 24 43 1 5 2 3 1 3 25 33 2 5 1 2 1 4 26 26 2 3 2 3 1 3 27 33 2 5 1 3 1 4 28 45 1 5 3 2 1 4
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
63 32 32 22 52 28 42 40 27 41 36 27 45 27 30 34 28 37 62 22 19 31 33 44 35 42 25 32 34 29 28 24
1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1
5 3 5 5 4 4 5 4 3 5 3 3 5 4 3 4 5 5 3 5 3 3 5 3 6 5 5 5 5 3 3 3
3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 3 4
3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 2 4 4 4 2 3 1 1 3 1 4 3 3 1 3 2 4 4 3 2 4 3 3 2 4 4 3 2 3 3 2
Pengetahuan Pajak P1 P2 P3 P4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 4 4 3 3 2 2 2
3 3 3 4 3 3 2 1 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4 2 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3
2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3
Kemudahan Pajak P5 P6 P7 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2
3 3 3 4 2 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3
2 3 4 2 2 2 2 1 3 3 4 2 3 3 2 3 1 2 3 3 2 3 3 3 1 2 3 1 3 4 3 3
P8 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 1 3 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2
2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 1 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 1 4 3 2 4 3 3 2
Keadilan Pajak Kepatuhan Pajak P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P15 P 16 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 2 3 2 3 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 1 2 4 2 4 4 4 4 2 2 2 2 3 3 3 2
2 2 4 2 3 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2
3 2 2 2 3 2 1 4 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3
3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 4 3 3
3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 1 3 3 2 3
3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3
3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3
3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3
3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
63 32 32 22 52 28 42 40 27 41 36 27 45 27 30 34 28 37 62 22 19 31 33 44 35 42 25 32 34 29 28 24 41
1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
5 3 5 5 4 4 5 4 3 5 3 3 5 4 3 4 5 5 3 5 3 3 5 3 6 5 5 5 5 3 3 3 3
3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 3 4 2
3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 2 4 4 4 2 3 1 1 3 1 4 3 3 1 3 2 4 4 3 2 4 3 3 2 4 4 3 2 3 3 2 3
3 3 3 4 3 3 2 1 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4 2 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3
2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 4
3 3 3 4 2 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2
2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3
2 3 4 2 2 2 2 1 3 3 4 2 3 3 2 3 1 2 3 3 2 3 3 3 1 2 3 1 3 4 3 3 3
2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 1 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 1 4 3 2 4 3 3 2 3
2 2 4 2 3 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3 3 3 2 4
3 2 2 2 3 2 1 4 3 2 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3
3 2 4 4 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 4 3 3 4
3 3 2 4 2 3 3 3 2 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 1 3 3 2 3 3
3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3
3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 3
3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
46 38 24 31 30 33 40 36 42 28 43 22 44 23 29 37 43 23 27 30 27 29 22 25 44 38 53 34 28 44 45 49
2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 5 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1
5 5 3 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 2 5 4 5 3 3 5 5 3 4 4 3 4 3 5 3 5 5 5
3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 2
2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 3 1 3 1 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 1 3 3 2 3 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 4 2 2 1 2 1 3 1 4 4 2 2 1 1 2 3 2 4 4 3 4 4
3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 2 2 4 3 3 1 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2
3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 1 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 1
2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 4 1 4 3 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 4 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2
3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 1
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2
2 2 2 1 2 2 3 3 1 3 2 1 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 1 1
2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1
2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1
2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 1
2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1
3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
46 38 24 31 30 33 40 36 42 28 43 22 44 23 29 37 43 23 27 30 27 29 22 25 44 38 53 34 28 44 45 49 34
2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 5 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1
5 5 3 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 2 5 4 5 3 3 5 5 3 4 4 3 4 3 5 3 5 5 5 5
3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3
2 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 3 1 3 1 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 1 3 3 2 3 1 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 4 2 2 1 2 1 3 1 4 4 2 2 1 1 2 3 2 4 4 3 4 4 3
3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 2 2 4 3 3 1 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4
3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 1 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 1 4
2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 4 1 4 3 3 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4
2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 4 3 3 2 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4
3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 1 3
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 2 2
2 2 2 1 2 2 3 3 1 3 2 1 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 1 1 2
2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2
2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3
2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 1 2
2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2
3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4
4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4
95 96 97 98 99 100
38 33 41 47 25 28
2 2 1 1 2 1
3 5 5 3 6 4
4 2 2 2 2 2
2 2 2 1 2 1
1 1 1 1 1 1
3 2 1 1 1 3
3 3 3 3 3 3
2 2 1 3 3 3
3 3 3 3 3 3
3 3 1 3 3 3
3 3 1 2 3 4
3 3 1 3 3 3
3 3 1 2 2 4
3 3 2 3 3 3
2 3 2 3 2 4
4 3 1 3 3 4
3 3 2 3 3 3
2 2 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 4
3 3 2 2 3 3
95 96 97 98 99 100
38 33 41 47 25 28
19 22 22 22 22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 28 28 28
2 2 1 1 2 1
3 5 5 3 6 4
4 2 2 2 2 2
2 2 2 1 2 1
1 1 1 1 1 1
3 2 1 1 1 3
3 3 3 3 3 3
2 2 1 3 3 3
3 3 3 3 3 3
3 3 1 3 3 3
3 3 1 2 3 4
3 3 1 3 3 3
3 3 1 2 2 4
3 3 2 3 3 3
2 3 2 3 2 4
4 3 1 3 3 4
3 3 2 3 3 3
2 2 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 4
3 3 2 2 3 3
19 22 22 22 22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 25 25 26 26 27 27 27 27 27 28 28 28 28 28 28 29 29 29 29 30 30 30 31 31 31 31 31 32 32 32 33 33 33 33 33 34 34 34 34 34 35 35 36 36
36
36 37 37 38 38 38 38 40 40 40 40 40 41 41 41 42 42 42 42 42 43 43 43 44 44 44 44 45 45 45 45 46 46 47 49 50 51 52 53 60 62 63
LAMPIRAN 5 FREKUENSI DATA
Jenis kelamin Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Laki-laki
60
60.0
60.0
60.0
Perempuan
40
40.0
40.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Pendidikan
Valid
2 3 4 5 6 Total
Frequency 1 30 14 53 2 100
Percent 1.0 30.0 14.0 53.0 2.0 100.0
Valid Percent 1.0 30.0 14.0 53.0 2.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 31.0 45.0 98.0 100.0
Jenis usaha
Valid
1 2 3 4 Total
Frequency 5 38 49 8 100
Percent 5.0 38.0 49.0 8.0 100.0
Valid Percent 5.0 38.0 49.0 8.0 100.0
Cumulative Percent 5.0 43.0 92.0 100.0
BU Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
14
14.0
14.0
14.0
2
50
50.0
50.0
64.0
3
36
36.0
36.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
LU
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
15
15.0
15.0
15.0
2
24
24.0
24.0
39.0
3
25
25.0
25.0
64.0
4
36
36.0
36.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Frequency Table P1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2
2.0
2.0
2.0
2
11
11.0
11.0
13.0
3
60
60.0
60.0
73.0
4
27
27.0
27.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
5.0
5.0
5.0
2
15
15.0
15.0
20.0
3
67
67.0
67.0
87.0
4
13
13.0
13.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2
2.0
2.0
2.0
2
20
20.0
20.0
22.0
3
67
67.0
67.0
89.0
4
11
11.0
11.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P4 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2
2.0
2.0
2.0
2
21
21.0
21.0
23.0
3
59
59.0
59.0
82.0
4
18
18.0
18.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
4
4.0
4.0
4.0
2
26
26.0
26.0
30.0
3
64
64.0
64.0
94.0
4
6
6.0
6.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3
3.0
3.0
3.0
2
16
16.0
16.0
19.0
3
68
68.0
68.0
87.0
4
13
13.0
13.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P7 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
10
10.0
10.0
10.0
2
43
43.0
43.0
53.0
3
38
38.0
38.0
91.0
4
9
9.0
9.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
8
8.0
8.0
8.0
2
33
33.0
33.0
41.0
3
56
56.0
56.0
97.0
4
3
3.0
3.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P9
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
4
4.0
4.0
4.0
2
40
40.0
40.0
44.0
3
48
48.0
48.0
92.0
4
8
8.0
8.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P10 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
7
7.0
7.0
7.0
2
38
38.0
38.0
45.0
3
45
45.0
45.0
90.0
4
10
10.0
10.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P11 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3
3.0
3.0
3.0
2
29
29.0
29.0
32.0
3
56
56.0
56.0
88.0
4
12
12.0
12.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P12 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1
1.0
1.0
1.0
2
27
27.0
27.0
28.0
3
65
65.0
65.0
93.0
4
7
7.0
7.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P13 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
3
73
73.0
73.0
73.0
4
27
27.0
27.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P14 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2
3
3.0
3.0
3.0
3
71
71.0
71.0
74.0
4
26
26.0
26.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P15 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
1
1.0
1.0
1.0
2
8
8.0
8.0
9.0
3
73
73.0
73.0
82.0
4
18
18.0
18.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
P16 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2
8
8.0
8.0
8.0
3
64
64.0
64.0
72.0
4
28
28.0
28.0
100.0
100
100.0
100.0
Total
Descriptives Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
P1
100
1
4
3.12 .671
P2
100
1
4
2.88 .686
P3
100
1
4
2.87 .614
P4
100
1
4
2.93 .685
P5
100
1
4
2.72 .637
P6
100
1
4
2.91 .637
P7
100
1
4
2.46 .797
P8
100
1
4
2.54 .688
P9
100
1
4
2.60 .696
P10
100
1
4
2.58 .768
P11
100
1
4
2.77 .694
P12
100
1
4
2.78 .579
P13
100
3
4
3.27 .446
P14
100
2
4
3.23 .489
P15
100
1
4
3.08 .545
P16
100
2
4
3.20 .569
Valid N (listwise)
100
LAMPIRAN 6 HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 100
a
Excluded
100.0
0 .0
Total
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.798
4
Item-Total Statistics Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
P1
8.68
2.765 .533
.786
P2
8.92
2.579 .615
.746
P3
8.93
2.631 .701
.708
P4
8.87
2.599 .604
.751
RELIABILITY /VARIABLES=P5 P6 P7 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 100
a
Excluded
100.0
0 .0
Total
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.668
3
Item-Total Statistics Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
P5
5.37
1.488 .460
.601
P6
5.18
1.422 .513
.537
P7
5.63
1.145 .486
.582
RELIABILITY /VARIABLES=P8 P9 P10 P11 P12 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 100
a
Excluded
100.0
0 .0
Total
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.614
5
Item-Total Statistics Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
P8
10.73
2.967 .508
.483
P9
10.67
3.011 .475
.501
P10
10.69
3.105 .351
.571
P11
10.50
2.879 .545
.461
P12
10.49
4.333
RELIABILITY /VARIABLES=P13 P14 P15 P16 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
-.010 .709
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 100
a
Excluded
100.0
0 .0
Total
100
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.777
4
Item-Total Statistics Corrected
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
P13
9.51
1.606 .647
.697
P14
9.55
1.462 .706
.660
P15
9.70
1.525 .532
.751
P16
9.58
1.539 .478
.783
LAMPIRAN 7 HASIL UJI REGRESI BERGANDA
Regression [DataSet1]
Variables Entered/Removed Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Keadilan pajak, Pengetahuan pajak, Kemudahan a pajak
.
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kepatuhan pajak
Model Summary Model R 1
.377
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .142
.115
.37454
a. Predictors: (Constant), Keadilan pajak, Pengetahuan pajak, Kemudahan pajak b. Dependent Variable: Kepatuhan pajak
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
2.231
3 .744
Residual
13.467
96 .140
Total
15.697
99
F
Sig. a
5.301 .002
a. Predictors: (Constant), Keadilan pajak, Pengetahuan pajak, Kemudahan pajak b. Dependent Variable: Kepatuhan pajak
a
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients B 1
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
2.718 .283
Sig.
9.594 .000
Pengetahuan pajak
.179
.082
.236
2.188 .031
Kemudahan pajak
.195
.094
.263
2.072 .041
Keadilan pajak
-.217 .106
-.235
-2.048 .043
a. Dependent Variable: Kepatuhan pajak
a
Coefficients Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
(Constant) Pengetahuan pajak
.767
1.304
Kemudahan pajak
.555
1.803
Keadilan pajak
.677
1.477
a. Dependent Variable: Kepatuhan pajak a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
2.6173
Std. Predicted Value
-3.849
Standard Error of Predicted
.041
Maximum 3.7342
Mean
Std. Deviation
3.1950 .15011
3.592 .000 .165
100 1.000
.070
N
.028
100 100
Value Adjusted Predicted Value Residual
2.5295
3.6699
-1.07502 .85365
3.1921 .15865 .00000
Std. Residual
-2.870
2.279 .000
Stud. Residual
-3.134
2.318 .004
Deleted Residual
-1.28176 .88329
Stud. Deleted Residual
-3.291
.36882
100
.985
100 1.014
.00295
.39194
2.374 .007 2.970
100 100
1.027
100
3.681
100
Mahal. Distance
.183
Cook's Distance
.000
.472
.016
.053
100
Centered Leverage Value
.002
.185
.030
.037
100
a. Dependent Variable: Kepatuhan pajak
18.290
100
Charts
Nonparametric Correlations [DataSet1] E:\Project\Akuntansi\Nur Aini.sav Correlations Unstandardized Residual Spearman's rho
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
1.000 .037 .
N Pengetahuan pajak
Correlation Coefficient
.037
Sig. (2-tailed)
.713
1.000 . 100
-.101 .394 .319
N Keadilan pajak
100
100
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.713 100
N Kemudahan pajak
Pengetahuan pajak
.000 100
100
Correlation Coefficient
.044
.269
Sig. (2-tailed)
.667
.007
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
100
100