STUD ST UD Y F E A SI B I L I TY D E TA I L E N G I N E E R I N G D E SI G N
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) KOMUNAL DI UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA SUMBAWA
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH : MAYANI NIM : 14.01.014.006 14.01.014.006
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEKNOLOGI INFORMATIKA 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu daerah dari sepuluh kabupaten/kota yang berada di wilayah Nusa Tenggara Barat yang terletak diujung barat Pulau Sumbawan pada posisi 116” 42’ sampai dengan 118” 22’ Bujur Timur dan 88” 8’ sampai 9” 7’ Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98 km2. Daerah Kabupaten Sumbawa merupakan daerah yang beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau (Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat). Dalam usianya yang telah memasuki 59 tahun Kabupaten Sumbawa telah mengalami banyak perkembangan di segala bidang khususnya bidang pendidikan.
Universitas Teknologi Sumbawa merupakan sebuah instansi pendidikan yang bertempat di Desa Batu Alang, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa - Nusa Tenggara Barat. Universitas Teknologi Sumbawa merupakan salah satu kampus swasta yang ada di Sumbawa yang telah berdiri sejak lima tahun yang lalu. Dalam menjalani kegiatannya sebagai sebuah instansi pendidikan, kebutuhan energi listrik sangatlah berpengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan lainnya. Energi listrik merupakan energi yang digunakan untuk kepentingan sehari – hari, terutama dalam menggunakan alat – alat elektronik. Energi listrik juga merupakan salah satu energi yang tidak dapat diperbarui (energi listrik PLN). Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Universitas Teknologi Sumbawa dalam melakukan segala aktivitasnya, Universitas Teknologi Sumbawa menggunakan sumber listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Universitas Teknologi Sumbawa terletak di daerah yang mana radiasi matahari didaerah tersebut dapat dikatakan cukup panas. Hal ini disebabkan karena letak Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa yang memiliki iklim tropis. Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa jumlah rata- rata iradiasi harian horizontal global di Universitas Teknologi Sumbawa sebesar 56,3 kWh/m2, jumlah rata- rata iradiasi bulanan horizontal global sebesar 2056 kWh/m2, jumlah rata- rata jumlah radiasi difus harian sebesar 2,12
kWh/m2, jumlah rata- rata jumlah radiasi difus bulanan sebesar 772 kWh/m2, serta rata- rata suhu udara harian di Universitas Teknologi Sumbawa sebesar 25,50C (Solargis 2107). Dengan adanya potensi tersebut maka sangat mendukung jika di Universitas Teknologi Sumbawa dibangun sebuah pembangkit listrik yang memanfaatkan cahaya matahari untuk dikonversi ke energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal
merupakan salah satu solusi
alternatif yang dapat digunakan dalam menggunakan sumber energi terbarukan yang ada. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal merupakan sistem pembangkit yang digunakan untuk mengubah energi atau cahaya matahari menjadi energi listrik yang dipusatkan dalam satu lokasi yang telah ditentukan . Selain dapat menghasilkan energi listrik dari konversi energi cahaya matahari, sel surya memiliki kelebihan lainnya yaitu memiliki keandalan yang tinggi, tidak menimbulkan emisi (pencemaran lingkungan), dan tidak menimbulkan kebisingan walaupun secara efesien masih perlu pertimbangan lebih jauh. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan potensi yang ada di Universitas Teknologi Sumbawa pada penelitian kali ini peneliti mengangkat judul penelitian tentang “ Feasibility Study Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa” .
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam proposal skripsi ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya komunal di Universitas Teknologi Sumbawa? 2. Bagaimana Detail Engineering Design pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal Di Universitas Teknologi Sumbawa? 3. Berapa jumlah kebutuhan energi di Universitas Teknologi Sumbawa?
1.3 Batasan Masalah Banyaknya perkembangan yang ditemukan dalam permasalahan ini maka diperlu adanya batasan – batasan masalah yang jelas mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam permasalahan ini. Adapun batasan – batasan pada proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Studi kelayakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa. 2. Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Universitas Teknologi Sumbawa. 3. Jumlah kebutuhan energi di Universitas Teknologi Su mbawa.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan proposal skripsi ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui kelayakan pembangunan Pembangkit Listri Tenaga Surya Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa. 2. Merancang Detai Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa. 3. Mengetahui jumlah kebutuhan energi di Universitas Teknologi Sumbawa.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yaitu dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan proposal skripsi yaitu Bab I Pendahuluan yang mencangkup latar belakang, rumusan masalah, batasan – batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori yang mencangkup Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori. Bab III Metodologi Penelitian yang mencangkup metodologi penelitian, analisa dan perancangan, serta waktu dan tempat penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan Daftar Pustaka dan Lampiran – lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab kali ini akan dibahas dua subbab yaitu tentang kajian pustaka dan dasar teori. Kajian pustaka adalah subbab yang membahas tentang review penelitian yang dilakukan oleh orang lain yang berhubungan dengan apa yang diteliti oleh peneliti. Sedangkan dasar teori merupakan subbab yang membahas tentang teori – teori yang berkaitan dengan judul peneliti.
3.1 Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa yang memiliki beberapa keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Penelitian yang pertama yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumbawa (2014) yang berjudul “ Feasibility Study Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat 15 KW”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan besar kapasitas PLTS yang dibutuhkan di wilayah Brang Kua. Penelitian dilakukan melalui pengkajian terkait kelayakan PLTS, studi tingkat iradiasi matahari, dan berisikan rancangan teknis perancanaan instalasi PLTS yang terdiri dari Konfigurasi Sistem PLTS, Pemilihan system PLTS, Pemilihan Komponen PLTS, Perencanaan lahan PLTS, Estimasi Kebutuhan Beban dan Perhitungan Kapasitas Daya PLTS.
Hasil penelitian menunjukkan hasil verifikasi lapangan jarak rumah dengan lainnya berdekatan, lahan lokasi rencana pembangunan PLTS Terpusat 400 m2 sudah dihibahkan berdasarkan surat pernyataan dari desa terlampir dengan panjang jaringan berdasarkan jarak rumah terjauh dari pusat pembangkit PLTS 750 meter. Selanjutn ya dari hasil studi berbagai aspek penilaian kelayakan dusun Brang Kua sangat layak untuk dibangun PLTS Terpusat. Kebutuhan energi harian diperkirakan sebesar 31.850 kW dan besar kapasitas pembangkit sebesar 15 kW untuk melayani 88 rumah termasuk fasilitas umum. Desain pembangunan PLTS Terpusat berdasarkan peralatan utama dari suatu
sistem pembangkit dengan memanfaatkan paparan sinar matahari diproyeksikan menggunakan modul surya minimal 100 Wp sebanyak 150 unit dengan kapasitas minimal 15 kW, tiga buah bidireksional inverter kapasitas masing-masing 5kW, baterai bank sebanyak 96 buah kapsitas 144 kW dan Surya Charger Controler 3 buah kapasitas masing-masing 5kW berdasarkan hasil survei lapangan dan dari analisa hasil perhitungan menggunakan persamaan empiris kapasitas yang dipersiapkan sebesar 15 kWp untuk melayani 85 rumah, 3 fasilitas umum dan 38 penerangan jalan umum, berdasarkan kajian-kajian diatas maka pembangunan PLTS Terpusat dengan kapasitas 15 kWp di Dusun Brang Kua dipandang layak untuk dilaksanakan serta melihat animo masyarakat Dusun Brang Kua yang sangat besar dan sangat memerlukan energi listrik, bangunan shelter diusahakan menggunakan jenis knock down.
Penelitian kedua yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Muryantho Massarang (2016) yang berjudul “ Studi Kelayakan dan DED PLTS komunal di Kabupaten Sigi”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kapasitas jumlah kebutuhan beban di Kabupaten Sigi, jumlah photovoltaic yang digunakan , dan jumlah baterai dalam pengoperasiannya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa analisis total beban elektrikal yang disuplai sebesar 393,598 Wh/hari. Jumlah photovoltaic yang digunakan yaitu sebanyak 459 unit yang dirangkai secara parallel dengan kapasitas 250 Wp, serta baterai yang digunakan sebanyak 342 unit yang dikoneksikan secara seri dan paralel dengan kapasitas 12 VDC 260 Ah, membutuhkan battery charger regulator (BCR) sebesar 436,56 A sehingga digunakan 11 unit BCR dengan kapasitas 240 V40 A.
Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suriadi dan Mahdi Syukri (2010) yang berjudul “Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpadu Menggunakan Sof tware PVSYST Pada komplek Perumahan di Banda Aceh”. Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan perhitungan untuk kebutuhan distribusi listrik rumah tangga sebesar 26,927 kWh perharinya dengan menggunakann software PVsyst.
Dalam penelitian ini karakteristik modul surya yang digunakan berkapasitas 200 Wp baterai sebanyak 30 unit dengan kapasitas 100 Ah, Baterry Charger Regulator (BCR) dengan kapasitas daya 12 Kw. Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam perancangan sistem PLTS untuk daerah Banda Aceh,
digunakan data insolasi matahari terendah. Berdasarkan data BMG Aceh 2009- 2010 yaitu pada bulan november yang besarnya 2,48 h. Untuk perencaan pemasangan PLTS pada satu gardu distribusi dengan kebutuhan daya per hari sebesar 26927Wh dibutuhkan 60 modul surya dan 30 unit baterai dengan total kapasitas 1500 Ah, BCR berkapasitas 500 A dan inverter berkapasitas 12 kW. Energi yang dihasilkan modul surya perhari tergantung pada insolasi matahari. Untuk insolasi tertinggi menghasilkan energi sebesar 65928 Wh dan insolasi terendah menghasilkan energi 29620 Wh.
3.2 Landasan Teori
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu solusi alternative yang dapat digunakan dalam menggunakan sumber energi terbarukan yang ada. Pembangkit Listrik Tenaga Surya merupakan sistem pembangkit yang digunakan untuk mengubah energi atau cahaya matahari menjadi energy listrik yang berpotensi untuk diterapkan Indonesia dimana matahari merupakan sumber energy primer yang digunakan untuk menghasilkan energy listrik. Selain dapat menghasilkan energy listrik dari konversi energi cahaya matahari, sel surya memiliki kelebihan lainnya yaitu keandalan tinggi, tidak ada pencemaran lingkungan (tidak menimbulkan emisi), dan tidak menimbulkan kebisingan walaupun secara efesien masih perlu pertimbangan lebih jauh.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efesiensi keluaran sel surya adalah radiasi matahari, temperature sel surya, orientasi panel surya (array) sudut kemiringan panel surya (array), dan bayangan ( shading ). Daya keluaran yang dihasilkan sel surya sangat bergantung pada radiasi yang diterima oleh modul, begitu pula dengan tem peratur dari sel surya. Untuk memaksimalkan daya keluaran yang dihasilkan, maka sel surya harus memperoleh radiasi matahari maksimal dan dibutuhkan temperatur relatif rendah agar daya keluaran yang dihasilkan meningkat. Dalam penyediaanya, investasi untuk pemasangan PLTS cenderung mahal. Untuk itu, perlu adanya perhitungan biaya investasi
awal yang harus dibayarkan. Selain itu berapa lama waktu pengembalian modal jika menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.
Selain itu, perlu ditentukan kapasitas dari peralatan yang digunakan dalam sistem PLTS seperti panel surya, baterai, charge controller, dan inverter terlebih dahulu. Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis pemasangan PLTS komunal (terpusat) di Desa Kaliwungu Kabupaten Banjarnegara. Analisis dilakukan dari aspek keteknikkan, yaitu menentukan kapasitas peralatan – peralatan sistem PLTS ( photovoltaic). Aspek lingkungan, yaitu pengaruhnya dalam mengurangi emisi karbondioksida di atsmosfer. Serta keberlangsungan pengoperasian PLTS jika dilihat dari aspek ekonomi. Adapun komponen utama PLTS adalah:
1. Modul Surya Modul surya ( fotovoltaic) adalah sejumlah sel surya yang dirangkai secara seri dan paralel, untuk meningkatkan tegangan dan arus yang dihasilkan sehingga cukup untuk pemakaian sistem catu daya beban. Untuk mendapatkan keluaran energi listrik yang maksimum maka permukaan modul surya harus selalu mengarah ke matahari. Komponen utama sistem surya photovoltaic adalah modul yang merupakan unit rakitan beberapa sel surya photovoltaic. Untuk membuat modul photovoltaic secara pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul photovoltaic kristal dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel photovoltaic diperlukan teknologi tinggi. Modul photovoltaic tersusun dari beberapa sel photovoltaic yang dihubungkan secara seri dan paralel.
2. Baterai Aki ( Battery) adalah alat penyimpan energi yang diisi oleh aliran DC dari panel surya. Disamping menyimpan tenaga DC, aki juga berfungsi mengubah energi kimia menjadi aliran listrik. Pada umumnya jenis baterai ada dua yaitu baterai
primer ( primary battery) dan baterai sekunder ( secondary battery).
Baterai primer merupakan jenis baterai sekali pakai, artinya setelah digunakan
maka tidak dapat diisi ulang kembali. Hal ini dikarenakan material elektrodanya tidak
dapat
berkebalikan
arah
ketika
dilepaskan.
Beberapa
contoh
penggunaannya adalah baterai zinc-carbon (Seng-Karbon), baterai Alkaline (Alkali), baterai Lithium, dan baterai Silver Oxide. Baterai sekunder merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang. Artinya jika energi listrik sudah habis, baterai ini dapat diisi kembali dengan dicatu (charging ). Hal ini dikarenakan komposisi awal elektroda dapat dikembalikan dengan arus berkebalikan. Pada saat baterai digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal baterai (discharger ), electron akan mengalir dari negatif ke positif. Sedangkan pada saat sumber energi luar (charger ) dihubungkan ke baterai sekunder, electron akan mengalir dari positif ke negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada baterai. Dari dua tipe baterai diatas, tipe baterai sekunder adalah tipe baterai yang sesuai untuk system panel surya. Hal ini jelas, karena dengan menggunakan tipe baterai sekunder pengguna dapat memanfaatkan energi yang tersimpan pada baterai (discharger ) ketika panel surya tidak mendapatkan sinar matahari. Sedangkan saat ada matahari, panel surya akan mengisi daya baterai (charger ). Namun, tidak semua tipe baterai sekunder lumrah digunakan pada sistem panel surya. Dua tipe utama baterai sekunder yang banyak diaplikasikan dengan sistem panel surya adalah baterai Lead Acid dan baterai Li-ion. Baterai lead acid merupakan baterai yang menggunakan asam timabal sebagai bahan kimianya sedangkan baterai li-ion adalah baterai yang menggunakan senyawa litium interkalasi sebagai bahan elektrodanya. Baterai ini memiliki daya tahan yang cukup tinggi dan tingkat penurunan daya saat tidak digunakan cukup rendah sehingga baterai jenis ini dapat bertahan dalam kondisi lingkungan apapun, dan dapat menyimpan daya lebih lama dan lebih besar. Dengan kata lain, baterai li-ion memiliki daya tahan siklus yang lebih tinggi dan juga lebih ringan sekitar 50% - 60% serta menyediakan kapasitas yang
lebih tinggi sekitar 60% - 80% jika dibandingkan dengan Baterai Lead Acid . Rasio self-discharge adalah sekitar 20 % per bulan.
3. Solar Charger Regulator Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar charge controller mengatur overcharging dan kelebihan voltase dari panel surya / solar cell. Kelebihan voltase dan pengisian akan mengurangi umurbaterai. Solar charge controller menerapkan teknologi Pulse width modulation (PWM) untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban. Panel surya / solar cell 12 Volt umumnya memiliki tegangan output 16 - 21 Volt. Jadi tanpa solar charge controller , baterai akan rusak karena over-charging dan ketidakstabilan tegangan.
Baterai umumnya di-charge pada tegangan 14 - 14.7 Volt. Beberapa fungsi detail dari solar charge controller adalah sebagai berikut: 1.
Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging , dan overvoltage.
2.
Mengatur arus yang dibebaskan atau diambil dari baterai agar baterai tidak “ full discharge”, dan overloading .
3.
Monitoring temperatur baterai
Dalam penggunaan solar charge controller yang harus diperhatikan adalah: 1.
Voltage 12 Volt DC / 24 Volt DC
2.
Kemampuan (dalam arus searah) dari controller . Misalnya 5 Ampere, 10 Ampere, dsb.
3.
Full Charge dan low voltage cut
Seperti yang telah disebutkan di atas solar charge controller yang baik biasanya mempunyai kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka secara otomatis pengisian arus dari panel surya / solar cell berhenti. Cara deteksi adalah melalui monitor level tegangan baterai. Solar charge controller akan mengisi baterai sampai level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangan drop, maka baterai akan diisi kembali.
Solar Charge Controller biasanya terdiri dari : 1 input ( 2 terminal ) yang terhubung dengan output panel surya / solar cell , 1 output ( 2 terminal ) yang terhubung dengan baterai / aki dan 1 output ( 2 terminal ) yang terhubung dengan beban ( load ). Arus listrik DC yang berasal dari baterai tidak mungkin masuk ke panel sel surya karena biasanya ada “diode protection” yang hanya melewatkan arus listrik DC dari panel surya / solar cell ke baterai, bukan sebaliknya.
Charge Controller bahkan ada yang mempunyai lebih dari 1 sumber daya, yaitu bukan hanya berasal dari matahari, tapi juga bisa berasal dari tenaga angin ataupun mikro hidro. Di pasaran sudah banyak ditemui charge controller yaitu mempunyai 2 input yang berasal dari matahari dan angin. 4.
Inverter Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat seperti batere, panel surya / solar cellmenjadi AC. Penggunaan inverter dari dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah untuk perangkat yang menggunakan AC ( Alternating Current ). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inverter: 1. Kapasitas beban dalam Watt , usahakan memilih inverter yang beban kerjanya mendekati dengan beban yang hendak kita gunakan agar efisiensi kerjanya maksimal 2. Input DC 12 Volt atau 24 Volt 3. Sinewave ataupun square wave output AC
True sine wave inverter diperlukan terutama untuk beban-beban yang masih menggunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancar dan tidak cepat panas. Oleh karena itu dari sisi harga maka true sine wave inverter adalah yang paling mahal diantara yang lainnya karena dialah yang paling mendekati bentuk gelombang asli dari jaringan listrik PLN. Dalam perkembangannya di pasaran juga beredarmodified sine wave inverter yang merupakan kombinasi antara square wave dan sine wave. Bentuk gelombangnya bila dilihat melalui oscilloscope berbentuk sinus dengan ada garis putus-putus di antara sumbu = 0 dan grafik sinusnya. Perangkat yang menggunakan kumparan masih bisa beroperasi dengan modified sine wave inverter, hanya saja kurang maksimal.
Sedangkan pada square wave inverter beban-beban listrik yang menggunakan kumparan / motor tidak dapat bekerja sama sekali. Selain itu dikenal juga istilah Grid Tie Inverter yang merupakan special inverter yang biasanya digunakan dalam sistem energi listrik terbarukan, yang mengubah arus listrik DC menjadi AC yang kemudian diumpankan ke jaringan listrik yang sudah ada. Grid Tie Inverter juga dikenal sebagai synchronous inverter dan perangkat ini tidak dapat berdiri sendiri, apalagi bila jaringan tenaga listriknya tidak tersedia.
Dengan adanya grid tie inverter kelebihan kWh yang diperoleh dari sistem PLTS ini bisa disalurkan kembali ke jaringan listrik PLN untuk dinikmati bersama dan sebagai penggantinya besarnya kWh yang disuplai harus dibayar PLN ke penyedia PLTS, tentunya dengan tarif yang telah disepakati sebelumnya. Sayangnya sampai sekarang ketentuan tarif semacam ini masih terus digodok seiring dengan aturan mengenai listrik swasta.
Rugi-rugi / loss yang terjadi pada inverter biasanya berupa dissipasi daya dalam bentuk panas. Efisiensi tertinggi dipegang oleh grid tie inverter yang diklaim bisa mencapai 95 - 97% bila beban outputnya hampir mendekati rated bebannya. Sedangkan pada umumnya efisiensi inverter adalah berkisar 50 - 90% tergantung dari beban outputnya. Bila beban outputnya semakin mendekati beban kerja inverter yang tertera
maka efisiensinya semakin besar, demikian pula sebaliknya. Modified sine wave inverter ataupun square wave inverter bila dipaksakan untuk beban-beban induktif maka efisiensinya akan jauh berkurang dibandingkan dengan true sine wave inverter. Perangkatnya akan menyedot daya 20% lebih besar dari yang seharusnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya untuk mengambil data dan kenyataan yang terdapat dilapangan. Dari hasil pelaksanaan penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dimuka publik. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang.
Adapun alasan digunakannya metode deskriptif yaitu sebagai berikut : 1. Metode deskriptif telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi disbanding dengan metode – metode penelitian yang lain. 2. Metode deskriptif banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui
pemberian
informasi
keadaan
mutakhir
dan
dapat
membantu
mengidentifikasi faktor – faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan. 3. Metode deskriptif dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu. Penelitian deskriptif ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.Simpulan yang diberikan jelas atas dasar faktualnya sehingga semuanya dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
Dalam melaksanakan penelitiannya, adapun
tahap-tahap penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada diagram alir berikut:
Mulai
Pengumpulan Data
Meminta persetujuan terhadap objek penelitian untuk melakukan analisa data per gedung
Analisa Data
Apakah data sudah akurat dan bisa diterima? TIDAK
Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan data
YA
Selesai
Gambar 1 : Diagram Alir Penelitian
3.1.1
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data ialah cara atau strategi yang ditempuh untuk mengambil data dari variable penelitian tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan kali ini peneliti menggunkan dua metode yaitu metode observasi dan metode wawancara.
1. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Dengan metode observasi ini peneliti dapat melakukan pengamatan secara jelas dan nyata serta pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. 2. Metode Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Metode wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara yang dilakukan dengan tatap muka langsung dengan nara sumber dan wawancara yang dilakukan melalui telepon atau perangkat elektronik lainnya. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan metode pengambilan data wawancara menggunakan telepon atau perangkat elektronik lainnya dengan nara sumber untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
3.1.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian peneliti yaitu Universitas Teknologi Sumbawa. Universitas Teknologi Sumbawa terletak di Desa Batu Alang, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa – Nusa Tenggara Barat. . Berdasarkan data yang didapatkan menunjukkan bahwa jumlah rata- rata iradiasi harian horizontal global di Universitas Teknologi Sumbawa sebesar 56,3 kWh/m2, jumlah rata- rata iradiasi bulanan horizontal global sebesar 2056 kWh/m2, jumlah rata- rata jumlah radiasi difus harian sebesar 2,12 kWh/m2, jumlah rata- rata jumlah radiasi difus bulanan sebesar 772 kWh/m2, serta rata- rata suhu udara harian di Universitas Teknologi Sumbawa sebesar 25,50C (Solargis 2107).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang Feasibility Study Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa dilaksanakan pada
tanggal 5 Mei 2018 – selesai. Sedangkan tempat yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian Feasibility Study Detail Engineering Design Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal di Universitas Teknologi Sumbawa meliputi Gedung Perkuliahan, Gedung Rektorat, Gedung Asrama, GOR (Gelanggang Olahraga), Gedung Laboratorium, Masjid, dan Gedung Serba Guna.