SKENARIO BEDAH TRAUMA THORAKS ---------------------------------------------------------------------------dr. Sigid Djuniawan, Sp.B -----Bp Sunoto Sunoto,, pengen pengenda dara ra motor motor menga mengalam lamii kecela kecelaka kaan an lalu lalu lintas lintas ditabr ditabrak ak mobi mobill dari dari bela belaka kang ng dan dan terja terjatu tuh h dada dada memb memben entu turr tepi tepian an jala jalan, n, sada sadar, r, mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat berada di ugd, 15 menit setelah kecelakaan.
1. TUJUAN BELAJAR. 1. mampu mampu menjel menjelask askan an anatom anatomi/h i/hist istolo ologi gi dan fisiol fisiologi ogi mengen mengenai ai trauma trauma thoraks 2. mampu mampu menjel menjelask askan an mengen mengenai ai patog patogene enesis sis dan patofis patofisiolo iologi gi trauma trauma thoraks 3. mampu mampu menjela menjelask skan an defini definisi si dan mekani mekanisme sme selule selulerr terjad terjadiny inya a proses proses trauma thoraks 4. Mamp Mampu u menj menjel elas aska kan n fakt faktor or fakt faktor or non non biol biolog ogis is terh terhad adap ap terj terjad adin inya ya perubahan jaringan pada trauma thoraks 5. mampu menjelaskan prinsip penanganan kegawatdaruratan pada trauma thoraks 6. mampu menjelaskan dan menunjukkan prinsip dasar cara anamnesa yang berkaitan dengan keluhan trauma thoraks 7. mampu mampu menghubu menghubungkan ngkan anamnesis, anamnesis, data klinis klinis dan data pemeriksaan pemeriksaan penunjang terhadap diagnosa trauma thoraks 8. mampu mampu menun menunjuk jukka kan n prinsi prinsip p dasar dasar pemeri pemeriksa ksaan an fisik fisik pasien pasien trauma trauma thoraks 9. mampu menggali riwayat penyakit pada trauma thoraks 10. 10. mamp mampu u menj menjel elas aska kan n pato patofi fis siolo iologi gi peny penyak akit it menyebabkan gangguan pada trauma thoraks
peny penyak akit it
yang yang dapa dapatt
11. 11. mamp mampu u menj menjel elas aska kan n dan dan menu menunj njuk ukka kan n prins prinsip ip dasa dasarr peme pemeri riks ksaa aan n penunjang (radiologi dan laboratorium) pada trauma thoraks 12. mampu menjelaskan tujuan penatalaksanaan penatalaksanaan trauma thoraks
13. mengetahui cara memberikan penjelasan mengenai prinsip dan strategi penatalaksanaan trauma thoraks 14. menjelaskan prognosa trauma thoraks
2. POKOK BAHASAN a. Trauma thoraks b. pneumothoraks d. hematothoraks e. fraktur kosta
3. KATA KUNCI a. trauma thoraks b. nyeri dada c. sesak napas
4. MINIMAL PROBLEM a. mengetahui komplikasi pada trauma thoraks b. mengetahui proses terjadinya pneumothoraks c. mengetahui proses terjadinya hematothoraks d. menjelaskan cara menegakkan menegakkan diagnosa diagnosa fraktur costae, pneumothoraks dan hematothoraks e. mampu menjelaskan penatalaksanaan kasus tersebut f. mampu memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang keadaan cedera kepala, dan kapan diputuskan untuk merujuk
5. KESIMPULAN Didiskusikan oleh mahasiswa
LAB / SMF ILMU BEDAH FK UWK SURABAYA dr. Sigid Djuniawan, SpB
1. Identitas penderita a. Nama
: Bp Sunoto
b. Jenis Kelamin
: Laki laki
c. Umur
: 45 tahun
d. Tempat lahir
: Bangil, Pasuruan
e. Bangsa
: Indonesia
f. Agama
: Islam
g. Suku
: Jawa
h. Pekerjaan
: guru SMA
i. Alamat
: Jemursari, Surabaya
j. Status
: menikah
k. Nama suami/istri : Ny. khotijah
2. ANAMNESA a. Keluhan Utama : nyeri dada saat menarik napas, sesak napas (keluhan yang menyebabkan penderita datang ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan) b. Fundamental I : Riwayat penyakit sekarang sekarang (anamnesa khusus, khusus, keluhan utama dan keluhan lainnya yg erat hubungannya dengan penyakit sekarang, mendeskripsikan keluhan utama, membuat DD dan mengeliminasi, menentukan dan mencari penyebab, perjalanan dan komplikasi penyakit dengan menentukan lokasi, kualitas, kuantitas, onset, keadaan yang memperingan dan memperberat penyakit, serta gejala penyerta) penderita pengendara motor ditabrak mobil dari belakang saat berhenti di perempatan jalan dan pengendara motor tersebut jatuh dengan posisi miring
ke kiri dada kiri membentur tepian trotoar. Setelah jatuh, penderita dapat berdiri sendiri, menepikan sepeda motor, kemudian mengeluh nyeri dada kiri terutama saat menarik napas. Saat berada di ugd, 15 menit setelah kecelakaan, penderita mengeluh sesak saat bernapas, dan sesak bertambah berat 1 jam kemudian.
c. Anamnesa tambahan Fundamental II ( Riwayat penyakit dahulu) : penderita tidak pernah menderita sesak napas sebelumnya, sebelumnya, tidak merokok, tidak pernah pernah batuk dalam jangka waktu lama. Penderita juga tidak pernah mengalami kecelakaan atau terbentur dadanya.
Fundamental III ( Riwayat penyakit keluarga) : tidak ada riwayat dalam keluarga yang menderita batuk kronis atau batuk darah
Fundamental IV (riwayat (riwayat sosial) : penderita bekerja bekerja sebagai guru guru sma,
3. PEMERIKSAAN FISIK PRIMARY SURVEY Tanda vital : T= 110/70, N= 100x/ menit, t ax =36,7 C Airway
: lapang
Breathing
: spontan, rr 26x/menit
Circulation
:
Disability
: GCS E4V5M6
SECONDARY SURVEY (inspeksi, SURVEY (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) Kepala/ leher : anemia/ikterus/sianos anemia/ikterus/sianosis/napas is/napas cuping hidung Pupil isokor Luka lecet di leher kiri
hidung : tidak tampak keluar darah telinga : tidak tampak keluar darah Thoraks
: jejas di dada kiri, berupa luka abrasi dan memar Gerak napas tertinggal sisi kiri, krepitasi dinding dada kiri, suara napas menurun sisi kiri, perkusi redup sisi kiri
Abdomen
: jejas tidak ada Bising usus normal, defans muskuler –
Ekstremitas : dbn
Pemeriksaan fisik tambahan : didiskusikan
4. RESUME KLINIS Dinyatakan dalam bentuk : cakupan (anamnesa dan pemeriksaan fisik) Bahasa (istilah kedokteran) Kompetensi (rangkuman anamnesa, pemeriksaan fisik yang positif untuk menegakkan diagnosa atau DD)
5. DIAGNOSA / DIAGNOSA BANDING Diagnosa (klinis) : didiskusikan Diagnosa etiologi/kausa (diagnosis banding) ; didiskusikan
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium
Radiologi : untuk trauma thoraks, pemeriksaan radiologi sangat penting untuk menegakkan diagnosa Biopsi/PA : tidak dilakukan Lain lain
7. DIAGNOSA KERJA Diagnosis utama (Primary) Diagnosis Penyulit (complication) Diagnosis Penyerta (Secondary)
8. PENATALAKSANAAN : didiskusikan 1. penatalaksanaan awal 2. penatalaksanaan lanjut 9. TANDA UNTUK MERUJUK : didiskusikan
10. KOMPLIKASI : Penjelasan kepada pasien/ keluarga : didiskusikan
11. PROGNOSIS : penjelasan kepada keluarga/pasien
PUSTAKA
Trauma thoraks merupakan kasus yang sering terjadi setiap harinya. Kasus Trauma thoraks dapat diju ijumpai dalam lam berbagai tingkat kegawatdaruratan, dari yang tidak bersifat gawat darurat sampai kasus yang fata fatal. l. Trau Trauma ma thor thorak aks s dapa dapatt meny menyeb ebab abka kan n kema kemati tian an dan dan kema kemati tian an ini ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi yang cepat dan tepat Pada trauma thoraks dapat menyebabkan hipoksia, hiperkarbia, dan asid asidos osis is Hipo Hipoks ksia ia jari jaring ngan an meru merupa paka kan n akib akibat at dari dari tida tidak k adek adekua uatn tnya ya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipovolemia dan perubahan dalam tekanan intrathoraks (tension pneumothoraks, pneumothoraks terbuka. Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat peruba perubahan han tekan tekanani anintr ntrath athora oraks ks atau atau pada pada penuru penurunan nan tingka tingkatt kesad kesadara aran. n. Asidosis metabolik disebabkan disebabkan oleh hiperperfusi hiperperfusi dari jaringan (syok). Trauma thoraks berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan menjadi trauma trauma tajam tajam dan dan trauma trauma tumpul tumpul,, yang yang semua semuanya nya dapat dapat menyeb menyebab abkan kan terjadinya pneumothoraks dan hematothoraks. Pneumothoraks dapat dibedakan menjadi: 1. Tension pneumothoraks (fenomena ventil) dimana kebocoran udara yang yang berasal berasal dari paru paru atau atau melalu melaluii dinding dinding dada masuk masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one way valve), sehingga tekanan itrapleural akan meninggi dan paru menjadi kolaps, mediastinum terdorong ke sisi sisi kontra kontralat latera erall dan menek menekan an paru sisi sisi yang yang lain. lain. Diagnosi Diagnosis s tensio tension n pneumothoraks ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan terapi tidak boleh terlambat. Tension pneumothoraks ditandai dengan nyeri dada, sesak, distres pernapasan, takikardi, hipotensi, deviasi trakea, hilangnya suara napas satu sisi, distensi vena leher Tension pneumothoraks membutuhkan dekompresi segera, dilanjutkan dengan pemasangan selang dada. 2. Pneumothoraks terbuka (sucking chest wound), adanya luka terbuka pada dinding dada mendekati 2/3 diameter trakea maka udara akanmengalir mela melalu luii defe defek k kare karena na memp mempun unya yaii taha tahana nan n yang yang lebi lebih h keci kecill dari dari trak trakea ea,, sehingga sehingga ventilasi ventilasi terganggu terganggu danmenye danmenyebabka babkan n hipoksia hipoksia dan hiperkapn hiperkapnia. ia. Tind Tindak akan an awal awal menu menutu tup p luka luka deng dengan an kass kassa a ster steril il 3 sis sisi dila dilanj njut utka kan n pemasangan selang dada dan diakhiri penjahitan luka.
3. Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada, akibat fraktur iga multipel pada 2 atau lebih iga dengan 2 atau lebih garis fraktur. Adanya segmen fraktur ini menye menyebab babkan kan ganggua gangguan n perger pergerak akan an dindin dinding g dada, dada, dan hipoks hipoksia ia terjad terjadii akibat nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada tertahan dan akibat dari dari traum trauma a jari jaring ngan an paru paruny nya. a. Tera Terapi pi awal awal adal adalah ah pemb pember eria ian n vent ventil ilas asii adekua adekuat, t, resusi resusitas tasii cairan cairan dan dan oksige oksigen n yang yang dilemb dilembabk abkan, an, terapi terapi defin definiti itif f untuk mengembangkan paru dan oksigenasi yang cukup serta pemberian cairan dan analgesik untuk memperbaiki ventilasi.
Hematothoraks adalah terkumpulnya darah dan cairan di salah satu hemithorak hemithoraks s yang dapat dapat menyebabkan menyebabkan gangguan gangguan usaha usaha bernapas bernapas akibat penekanan paru paru dan menghambat ventilasi adekuat. Perdarahan yang banyak dan cepat akanlebih mempercepat timbulnya hipotensi dan syok . terapi awal adalah penggantian volume darah dan dekompresi rongga pleura. Bila kehilangan darah terus menerus 200 cc/jam dalam waktu 2 sampai 4 jam, dilakukan torakotomi.