SKENARIO 1
Seorang laki-laki 30 tahun, sopir bis antar kota, sudah menikah, keluhan nyeri buang air kecil,disertai kencing nanah sejak 3 hari yang lalu. 2 hari sebelum timbul keluhan, berhubungan seks dengan wanita yang dibayar, tidak memakai kondom. Tadi malam sempat berhubungan seks dengan istri juga tanpa kondom. Pada pemeriksaan klinis ditemukan : orifisium uretra eksterna eri tema,edema,ektropion, duh tubuh mukopurulen (+). Pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial kanan dan kiri (+). KATA SULIT :
Ektropion : kondisi medis yang ditandai dengan eversi eversi atau memutar keluar keluar
Duh tubuh : suatu simtom yang keluar dari uretra baik dari bentuk mukus atau serosa
mukopurulen : cairan yang bersifat kental seperti susu dan berwarna kehijauan Orifisium : lubang kedalam suatu organ tubular
KATA KUNCI :
Laki-laki 30 tahun Supir Bis Telah menikah Keluhan : hari yang lalu - Nyeri BAK dan kencing nanah 3 hari Riwayat sosial : - Berhubungan seks dengan wanita yang dibayar dan tidak memakai kondom - Semalam berhubungan seks dengan istri tanpa kondom
MASALAH DASAR :
Laki-laki 30 tahun dengan keluhan nyeri BAK disertai kencing nanah sejak 3 hari yang lalu. PERTANYAAN :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Anamnesis Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Diagnosis dan Diagnosis Banding Etiologi dan Faktor predisposisi Epidemiologi Patogenesis Manifestasi Klinik Penatalaksanaan Mikrobiologi Komplikasi Prognosis dan Edukasi
PEMBAHASAN 1.
Anamnesis a) Identitas Pasien : a. Nama b. Usia c. Alamat d. Jenis Kelamin e. Pekerjaan f. Pendidikan g. Agama
b)
c) d) e)
f) 2.
h. Status perkawinan i. Suku/Ras Keluhan Utama Pasien : a. Apakah yang menjadi keluhan pasien dating ke dokter? b. Kapan timbul keluhan tersebut? c. Saat BAK apakah terasa sakit? d. Apakah BAK disertai nanah? Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit sekarang : Riwayat penyerta : a. Apakah pasien pernah menggunakan toilet umum yang t idak higienis? b. Bagaimana hubungan intim pasien sebelumnya? Riwayat Pengobatan
Pemeriksaan Penunjang :
a. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokokus gram negatif. Bahan duh diambil di daerah fosa navicularis pada pria sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks dan rektum. b. Kultur. Identifikasi perlu dilakukan dengan dua macam media yang dapat digunakan yaitu media transport seperti Media Stuart dan Media Transgrow. Kemudian Media pertumbuhan seperti Media Mc Leod’s chocolate agar, Media Thayer Martin dan Media Modified Thayer Martin Agar . c. Tes Definitif 1. Tes oksidasi, Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka Semua Neisseria memberi hasil positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. 2. Tes Fermentasi. Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. d. Tes Beta Laktamase Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase. e. Tes Thomson Tes ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Tes ini memerlukan syarat yaitu : 1. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi. 2. Urin dibagi dalam dua gelas. 3. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan genitalia pria dilakukan mula-mula pada pasien dalam posisi berbaring kemudian berdiri. Perubahan sikap tubuh ini penting karena bernia atau massa skrotum mungkin tidak terlihat jelas dalam posisi berbaring Pemeriksaan genitalia pria terdiri atas : - Inspeksi dan palpasi dengan pasien berbaring - Inspeksi dan palpasi dengan pasien berdiri A. Inspeksi dan Palpasi dengan pasien berbaring Inspeksi dengan pasien berbaring :
a. Inspeksi kulit dan rambut Sementara pasien berbaring, kulit lipat paha harus diperiksa untuk melihat adanya infeksi jamur superfisial, ekskoriasi, atau ruam lainnya. Ekskoriasi mungkin menunjukkan infeksi skabies. Perhatikan distribusi rambut pubis. Periksalah rambut pubis untuk melihat adanya kutu rambut atau nits (kumpulan telur) yang melekat pada rambut itu. b. Inspeksi penis dan skrotum Pada pemeriksaan penis dan skrotum, perhatikanlah hal-hal berikut ini :
Apakah pria ini sudah disunat atau belum Perhatikan ukuran penis dan skrotum Apakah ada lesi di penis, Apakah ada tampak edema dan ektropian pada penis, apakah orofisium uretra eksterna eritema ? Apakah ada keluar cairan seperti nanah dari lubang penis ?
Palpasi nodus inguinal
Dengan menggerakkan jari secara memutar sepanjang ligamentum inguinal, pemeriksan dapat menentukan adanya adenopati inguinal. Biasanya nodus-nodus limfe berukuran kecil (0,5cm) dan dapat digerakkan dengan bebas ditemukan di daerah ini. Karena pembuluh limfe dari perineum, tungkau, dan kaki bermuara ke dalam daerah ini. Pada penyakit gonore sering di daerah inguinal sering teraba KGB inguinal medial kanan dan kiri membesar B. Inspeksi dan palpasi dengan pasien berdiri
Pasien kemudian diminta berdiri sementara pemeriksa di depannya Inspeksi dengan pasien berdiri : a. Inspeksi Penis Jika laki-laki itu tidak disunat, kulupnya harus diretraksikan. Sebagian pemeriksa lebih suka meminta pasien untuk menarik kulupnya sendiri, sedangkan pemeriksa lainnya lebih suka melakukan sendiri untuk menentukan keketatan kulup itu. Bahan putih seperti keju di bawah kulup adalah smegma da itu adalah normal. Glans diperiksa untuk melihat adanya ulkus, kutil, nodulus, parut, atau tanda perandangan b. Inspeksi Meatus Eksternus
Pemeriksa harus memperhatikan posisi meatus uretra eksternus. Letaknya harus ditengah glans. Meatus harus diperiksa unuk melihat adanya sekret, kutil, atau stenosis. Palpasi dengan pasien berdiri : a. Palpasi penis Palpasi batang mulai dari glans sampai basis penis. Adanya parut, ulkus, nodulus, indurasi, atau tandatanda peradangan harus dicatat. Palpasi korpora kavernosa dilakukan dengan memegang penis di antara jari-jari kedua tangan dan memakai jari telunjuk untuk memeriksa indurasi. b. Palpasi uretra Uretra harus dipalpasi mulai dari meatus eksternus, melalui korpus spongiosum ke pangkalnya. Jika ada sekret “pemerahan uretra” dapat menghasilkan setetes sekret yang harus ditempatkan di atas gelas objek untuk pemeriksaan mikroskopik.
3.
Diagnosis
Diagnosis Gonore ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. pada pasien dengan gejala sistemik seperti nyeri pada sendi atau gejala pada kulit, kuman penyakit kelamin gonorrhea bisa dibiakan dari bahan darah. saat ini beberapa metode tes diagnostik secara cepat sudah banyak dikembangkan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendiagnosa penyakit kelamin gonorrhea menjadi lebih singkat. UJI LABORATORIUM DIAGNOSTIK A. Spesimen B. Smear C. Kultur D. Serologi Diagnosis Banding Infeksi Chlamydia trachomatis sering didiagnosis banding dengan gonore. Secara klinis sukar membedakan infeksi gonore atau non gonore karena sama-sama memberikan gejala duh tubuh uretra, disuria, atau gatal pada uretra, kadang-kadang hematuria. Untuk itu dilakukan pemeriksaan khusus untuk menemukan ada atau tidaknya C.trachomatis. pewarnaan Giemsa memiliki sensitivitas tinggi untuk konjungvitis sedangkan untuk infeksi genital lebih rendah (pria 15% dan wanita 41%). 4.
Etiologi gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37° dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Faktor Resiko
1. sering ganti partner seksual 2. bersenggama dengan pasangan positif gonore tanpa menggunakan kondom 3. homoseksual 4. status sosioekonomi yang rendah 5. pernah mengalami penyakit menular seksual sebelumnya 6. hubungan seksual yang terlalu muda 5. Epidemiologi Penyakit ini tersebar diseluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Pada umumnya diderita oleh laki-laki muda usia 20-24 tahun dan wanita muda usia 15-19 tahun. Di AS dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonorrhoe. Di hongkong 36 %, Filipina 54%. Tahun 2002, QRNG di California mencapai 10% dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 30%. Di Sumatera Selatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Palembang bekerja sama dengan klinik khusus Infeksi Menular Seksual (IMS) Lembaga Graha Sriwijaya Palembang melakukan survey kultur dan resistensi N.Gonorrhoeae terhadap 1000 wanita pekerja seks (WPS) diwilayah sumatera selatan pada tahun 2006. Dari 1000 WPS yang dilakukan kultur swab endoserviks 20,3% positif N.Gonorrhoeae. WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru PMS (Penyakit Menular Seksual) dinegara berkembang seperti di Afrika,Asia,Asia Tenggara,dan Amerika Latin. Laporan WHO pada tahun 1999 secara global terdapat 62 juta kasus baru gonorrhoae dengan rata-rata 113,5 kasus per 100.000 penduduk. 6.
Patogenesis Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial d an meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.2,3,8,9. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina. 7. Manifestasi Klinik Pada sebagian besar laki-laki yang terinfeksi gonore bermanifestasi sebagai disuria, sering berkemih dan eksudat uretra mukopurulen dalam 2 hingga 7 hari setelah infeksi dimulai. Terapi dengan antimikroba yang sesuai menyebabkan eradikasi organisme dan cepat meredakan gejala. Infeksi yang tidak diobati dapat merambat ke atas dan mengenai prostat, vesikula seminalis, epididimis dan testis. Kasus yang tidak ditangani dapat mengalami penyulit struktur uretra kronis dan pada kasus yang lebih parah, oleh steriilitas permanen. Laki-laki yangt tidak diobati juga dapat menjadi pembawa kronis neisseria gonorrhoeae. 8.
Penatalaksanaan PENGOBATAN FARMAKOLOGI Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga, dan sesedikit mungkin efek toksinya. Ternyata pilihan utama ialah penisilin dan probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonoorhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai adalah: a. Penisilin Penisilin yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit+ 1 gram probenesid. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,2%. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. b. Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilim dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Angka kesembuhan tahun 1987 hanya 61,4%, sehingga tidak dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisinin. c. Sefalosporin Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1.oo g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan >95%. d. Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram i.m. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis. e. Kanamisin Dosisnya 2 gram i.m. Angka ksembuhan pada tahun 1985 ialah 85%. Baik untuk penderita yang alergi penisilindan gagal dengan pengobatan penisilin. f. Tiamfenikol Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah 97,7%, tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan. g. Koinolon Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka kesembuhan tahun 1992 yakni 100%. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal. Selain obat-obat diatas pengobatan gonore biasanya dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus) . Non-medikamentosa Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang: o Bahaya penyakit menular seksual o Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan o Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya o Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari. o Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang 9.
Mikrobiologi NEISSERIA GONORRHOEAE merupakan
salah satu spesies dari famili Neisseriaceae. Gonokokus adalah kokus gram negatif yang biasanya tidak berpasangan atau berkoloni paling kecil dan bersifat patogen pada manusia, serta secara khas ditemukan bersama atau di dalam sel PMN. Gonokokus hanya meragi glukosa dan secara antigenik berbeda dengan Neisseria lainnya. Cenderung tumbuh lambat pada biakan primer, karena membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil. Pada isolasi bahan klinis (subbiakan selektif) mempunyai koloni khas mengandung bakteri berpili, sedangkan pada subbiakan nonselektif membentuk koloni besar dan tidak berpili. Juga ditemukan varian koloni transparan, bertipe koloni kecil disebabkan protein II permukaan terbuka (Opa) maupun besar.
MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI A. Ciri Khas Organisme Diplokokus gram-negatif, tidak bergerak, diameternya ± 0,8 μm. Apabila soliter berbentuk ginjal dan bila berpasangan, bagian rata (cekung) saling berdekatan.
B. Biakan Jika ditanam pada biakan diperkaya (misalnya; Mueller-Hinton modifikasi Thayer-Martin) dalam 48 jam akan membentuk koloni mukoid cembung, mengkilat, menonjol (diameter 1-5 mm), transparan (opak), tidak berpigmen dan nonhemolitik. C. Sifat Pertumbuhan Paling baik tumbuh pada lingkungan Aerob, mengandung zat organik kompleks seperti darah dipanaskan, hemin atau protein hewan dan dalam atmosfer yang mengandung CO2 5%. Memiliki persyaratan kompleks pertumbuhan, meragikan glukosa, membentuk asam, tetapi tidak menghasilkan gas. Menghasilkan oksidase dan memberi reaksi oksidase (+). Pertumbuhan dihambat oleh beberapa unsur toksik didalam pembenihan (misalnya asam lemak dan garam). Cepat mati oleh pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah dan disinfektan. Menghasilkan enzim autolitik yang cepat mengakibatkan pembengkakan dan lisis in vitro pada 25°C dan pH basa. STRUKTUR ANTIGEN Secara antigenik bersifat heterogen dan dapat mengubah struktur permukaannya in vitro atau in vivo untuk menghindari pertahanan inang. A. Pili Alat mirip rambut yang dibangun oleh tumpukan protein Pilin (BM 17.000-21.000) menjulur ke luar beberapa mikrometer dari permukaan Gonokokus yang membantu perlekatan pada sel inang dan resistensi terhadap fagositosis. Pada ujung N molekul Pilin mengandung banyak asam amino hidrofobik. Rangkaian asam amino dekat bagian tengah molekul berguna untuk melekat pada sel inang dan kurang berguna untuk responimun. Urutan asam amino dekat ujung karboksi sangat variabel dan sangat berperan dalam respon imun. Pilin pada semua strain Gonokokus berbeda secara antigenik dan satu strain dapat membuat berbagai pilin yang secara antigenik berbeda. B. Por (Protein I) Menjulur dari selaput sel Gonokokus dan terdapat dalam bentuk trimer untuk membentuk pori di permukaan, tempat masuknya beberapa nutrien ke dalam sel dengan bobot molekul 34.000-37.000. Setiap strain Gonokokus hanya memiliki satu tipe Por, tetapi Por dari strain lain secara antigenik berbeda. Penentuan tipe secara serologi alam laboratorium terhadap Por oleh reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal berhasil membedakan 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB. C. Opa (Protein II) Berfungsi untuk pelekatan gonokokus di dalam koloninya dan pelekatan pada sel inang. Satu bagian molekul Opa (BM 24.000-32.000) terdapat pada selaput luar Gonokokus dan sisanya pada p ermukaan, dari koloni opak tetapi pada koloni transparan dapat ada atau tidak. Satu strain Gonokokus kadang dapat memiliki hingga tiga tipe Opa, meskipun setiap strain mempunyai sepuluh atau lebih gen tiap Opa. D. Rmp (Protein III)
Protein reduksi yang dapat dimodifikasi dan mengalami perubahan pada berat molekulnya (BM ~ 33.000) ketika tereduksi, secara antigenik dalam semua Gonokokus. Rmp bekerja sama dengan Por dalam pembentukan pori pada permukaan sel. E. Lipooligosakarida (LOS) LOS (BM 3.000 – 7.000) tidak mempunyai rantai samping antigen O panjang disebut Polisakarida. Gonokokus apat memiliki lebih dari satu rantai LOS yang berbeda antigennya. Racun infeksi terutama disebabkan pengaruh endotoksik LOS. F. Protein Lain Beberapa protein antigen Gonokokus belum diketahui patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein permukaan terbuka yang dapat berubah oleh panas. Fbp (terikat Fe, BM~Por) diekspresikan bila pasokan besi terbatas (infeksi). Protease IgA1 yang memecahkan dan menonaktifkan IgA1, imunoglobulin mukosa utama manusia. GENETIKA DAN KEANEKAAN ANTIGEN Gonokokus telah mengembangkan mekanisme yang berbeda-beda untuk sering berganti antigen yang berfungsi penting dalam respon imun infeksi untuk membantu menghindari sistem imun inang, tiap satu dari 103 Gonokokus (Pilin, Opa atau Lipopolisakarida) pada permukaan yang sama dan terbuka. Banyak gen penyandi Pilin, tetapi hanya satu gen yang disisipkan ke situs ekspresi. Gonokokus dapat membuang dan mengganti semua atau sebagian gen Pilin. Mekanisme Pilin memungkinkan Gonokokus membentuk berbagai molekul Pilin dengan antigen berbeda sepanjang waktu. Mekanisme perubahan Opa melibatkan sekurang-kurangnya sebagian, penambahan atau pembuangan DNA satu atau lebih ulangan pentamer yang mendahului urutan penyandi struktur Opa. Gonokokus mengandung plasmid; 95% strain berplasmid “Cryptic” kecil (BM 2,4 x106) yang fungsinya tidak diketahui, dua plasmid lainnya (BM 3,4 x106 dan 4,7 x106) mengandung gen penyandi produksi β Laktamase, penyebab resistensi terhadap penisilin dan dapat dipindahkan dengan konjugasi di antara bakteri Gonokokus. Sering ditemukan Gonokokus resistensi terhadap tetrasiklin akibat penyisipan gen streptokokus penyandi resistensi terhadap tetrasiklin ke dalam plasmid yang berkonjungasi
TES DIAGNOSTIK LABORATORIUM A. Bahan Nanah dan sekret diambil dari urethra, serviks, rektum, konjungtiva, tenggorokan atau cairan sinovial untuk biakan dan sediaan. Untuk penyakit sistemik sistem biakan khusus lebih berguna karena Gonokokus peka terhadap polianetol sulfonat pada pembenihan biakan darah standar. B. Sediaan Hapus Sediaan pewarnaan Gram eksudat urethra atau endoserviks memperlihatkan banyak diplokokus di dalam sel nanah sebagai diagnosis presumtif. Sediaan apus eksudat urethra pria bersensitivitas 90% dan spesifisitas 99%, dan sediaan apus eksudat endoserviks mempunyai sensitivitas 50% dan spesifisitas 95%. Sediaan apus berwarna pada eksudat konjungtiva juga dapat terdiagnostik, tetapi bahan dari tenggorokan dan rektum umumnya tidak membantu. C. Biakan Nanah (lendir) digoreskan pada biakan selektif diperkaya (misalnya, pembenihan modifikasi ThayerMartin) dan dieramkan dalam atmosfer mengandung CO2 5% pada suhu 37°C. Untuk menghindari pertumbuhan berlebihan oleh kontaminan, biakan sebaiknya mengandung obat antimikroba. 48 jam setelah pembiakan, dapat teridentifikasi dari pewarnaan Gram, hasil oksidase (+) dan tes koagulasi, serta imunofluoresensi. Spesies bakteri subbiakan dapat ditentukan reaksi peragian. D. Serologi Serum dan cairan genital mengandung IgG dan IgA terhadap pili Gonokokus, protein selap ut luar dan LPS yang dapat ditentukan dengan tes Immunoblotting, radioimunoasai dan ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Namun kurang berguna, karena keanekaan antigen Gonokokus, tertundanya
pembentukan antibodi infeksi akut dan tingkat antibodi yang tinggi dalam populasi aktif secara seksual. Beberapa IgM serum bersifat bakterisidal terhadap Gonokokus in vitro. IMUNITAS Infeksi Gonokokus berulang secara umum, karena imunitas pelindung terhadap reinfeksi tidak terbentuk. Meskipun ada antibodi, IgA dan IgG pada permukaan selaput lendir, antibodi tersebut sangat strain spesifik atau lemah daya perlindungannya. 10. Komplikasi Komplikasi Gonore pada Pria : Tysonitis Parauretritis Littritis Cowperitis Prostatitis Vesikulitis Vas deferentitis Epididimitis Trigonitis
Komplikasi Gonore pada wanita :
Uretritis Parauretritis Servisitis Bartholinitis Salpingitis 11. Prognosis Gonore bila didiagnosis dini dan diobatai tepat dan segera akan memberikan hasil prognosis yang baik. Tetapi bila terinfeksi sampai tahap lanjut atau terlambat ditangani akan memberikan prognosis yang buruk yaitu infertilitas (kemandulan) Edukasi Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Pasien juga perlu diberi edukasi8 tentang bahaya IMS, cara penularan, mengikuti pengobatan secara teratur dan untuk sementara selama pengobatan jangan dulu berhubungan seksual, menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko, selalu setia pada pasangan tidak bergonta-ganti pasangan, berikan pendidikan moral, agama dan seks apada pasien tersebut dan menjelaskan dampak buruk jika pasien tidak melakukan pengobatan dengan teratur atau ntuntas. Kemudian untuk pasangan (istri) pasien tidak ada cara mencegah terbaik kecuali diberi penjelasan untuk mendapatkan pengobatan dan dapat membahayakan pasangan jika hanya penderita yang diobati. Tapi, untuk mengedukasi pasangan di anjurkan untuk berhati-hati.
KESIMPULAN Seorang laki-laki 30 tahun, berdasarkan Keluhan dan pemeriksaan yang dilakukan di diagnosis sebagai Gonorrhoeae.
Daftar pustaka
1.
Adhi Djuanda, Mochtar H, Siti Aisah dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Badan penerbit FKUI. Jakarta; 2010 : 363-79.
2.
Sjaiful FD, Wresti Indriatmi BM, Jubianto J. Infeksi menular seksual. Edisi ke-3. Badan penerbit FKUI . Jakarta; 2007.
3.
Josodiwondo S. Pemeriksaan bakteriologik dan serologik infeksi menular seksual. Dalam : Infeksi menular seksual, ed 3. Jakarta : Balai penerbitan FKUI, 2007 : 25 – 47.
4.
Sherrad J. Gonorrhoeae. Med. Progress July ; 2006 : 330-333.
5.
Lumintang H. Suatu tinjauan epidemiology uretritis gonore dan uretritis nongonore di-RSUD Dr Soetomo Surabaya. Bandung : kumpulan makalah ilmiah KONAS PADVI VI, 1989 : 415-20.
6.
WHO. Guidelines for management of sexually transmitted infection. Geneva. 2003.
7.
Pedoman penatalaksanaan infeksi menular seksual. Departemen kesehatan direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 2006.