SISTEM PERKANDANGAN KAMBING
Slamet Maulana
Ryan Diky Juniarta
Nilna Ulfia
Ahmad Fauzi
Abdul Rahman
Aditya Anugerah Putra
Program Studi D-IV
Teknologi Pengolahan Hasil Ternak
Politeknik Negeri Banyuwangi
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kambing termasuk salah satu jenis ternak yang akrab dengan system usaha
tani di pedesaan. Hampir setiap rumahtangga memelihara kambing. Sebagian
dari mereka memang menjadikannya sebagai sumber penghasilan keluarga. Saat
ini pemeliharaan kambing bukan hanya di pedesaan saja, tetapi sudah
menyebar ke berbagai tempat. Semakin banyaknya peternakan kambing yang
muncul di sebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang terus
mengalami peningkatan. Ternak kambing dengan sifat alaminya sangat cocok di
budidayakan di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah
petani berpenghasilan rendah. Sebab ternak kambing sendiri memiliki sifat
dapat beranak kembar dan fasilitas serta pengelolaannya lebih sederhana di
bandingkan dengan ternak ruminansia besar.
Ditinjau dari aspek pengembangannya, ternak kambing sangat potensial
bila di usahakan secara komersial, antara lain : umur kedewasaan dan umur
kebuntingan ternak kambing lebih pendek bila di bandingkan dengan ternak
sapi atau kerbau sebagai ternak ruminansia besar. Keadaan yang demikian
member pengaruh positif bagi petani-peternak pedesaan dalam memanfaatkan
waktu luang, sebab usaha ternak kambing hanya memerlukan fasilitas dan
pengelolaan sederhana.
Disamping daging, ternak kambing masih dapat memberikan hasil
sampingan berupa susu dan pupuk kandang. Khusus bagi petani-peternak yang
berdomisili di pedesaan, usaha ternak kambing berfungsi sebagai tabungan
yang dapat di manfaatkan setiap saat.Beternak kambing memang tidak selalu
memerlukan uang kontan yang besar jumlahnya. Petani-peternak sekala kecil
masih mampu membiayai pemeliharaan ternak kambing. Di daerah pedesaan,
ternak kambing biasanya dipelihara secara tradisional dengan sisitem
pemeliharaan :
Ternak kambing di kandangkan terus-menerus;
Ternak kambing di kandangkan, juga di gembalakan pada jam-jam tertentu;
Ternak kambing di lepas di padang pengembalaan sepanjang hari.
Cara pemeliharaan kambing yang banyak dilakukan petani-peternak di
pedesaan umumnya adalah di kandangkan dan juga di gembalakan. Pengembalaan
biasanya dilakukan secara berpindah-pindah. Kambing yang di pelihara dengan
cara di kandangkan, dan pada waktu tertentu di gembalakan atau di
gembalakan terus menerus sepanjang hari, hasilnya lebih baik. Sebab dengan
system pengelolaan demikian, ternak kambing memperoleh factor pendukung
yang lebih kuat. Di tinjau dari aspek tingkah lakunya, ternak kambing
merupakan hewan gembalaan. Realitas ini di sebabkan oleh sifat ternak
kambing yang merasa lebih senang dan cocok bila hidup secara bebas dan
setengah liar. Lebih jauh lagi gairah untuk kawin serta aktivitas kehidupan
lainnya akan lebih menonjol.
Dari aspek tersedianya hijauan pakan ternak, kambing yang di lepas di
padangpengembalaan akan bebas dan dapat memilih hijauan pakan sesuai dengan
yang di senanginya. Berbeda halnya dengan yang di kandangkan, sebab hijauan
pakan serba terbatas dan tergantung dari pengelolanya. Kambing yang di
pelihara dengan cara di gembalakan menyebabkan kambing selalu berpindah-
pindah tempat sehingga mengurangi kemungkinan terinfeksi larva cacing.
Kandang yang bersih, suasanan yang tenang dan nyaman bagi ternak dapat
menunjang peningkatan atau pertumbuhan produksi, baik itu produksi Daging,
Susu dan kualitas kambing yang dihasilkan menjadi lebih meningkat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam usaha peternakan kambing peranakan etawa, terlebih lagi jika
pemeliharaan dengan jumlah besar, kambing memerlukan perhatiaan yang cukup
serius, sehingga perlu ditempatkan dalam sebuah kadang.Membangun kandang
untuk kambing etawa seperti membangun rumah untuk tempat tinggal manusia,
sehingga secara hakekat normative harus sama. Pembangunan kandang
memerlukan keterampilan dan keseriusan. Tujuannya adalah untuk menciptakan
desain kandang yang sempurna bagi kambing yang akan dipelihara agar benar-
benar menjadi home sweet home bagi kambing itu sendiri. Prinsipnya adalah
konstruksi kandang harus dapat membuat kambing merasa nyaman dan aman.
Kondisi ini tentunya akan menjadikan kambing berproduksi secara normal.
Dalam hal ini kandang memiliki fungsi sebagai berikut ini:
1. Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa
maupun hewan penganggu.
2. Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas
keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang
kotoran.
3. Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan
menjaga kesehatan ternak.
4. Sebagai tindakan preventif agar supaya kambing tidak merusak taneman
dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta
menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan
kambing.
Kandang di usahakan di bangun dilokasi yang jauh dari pemukiman warga.
Hal ini di maksudkan agar supaya kotoran yang ditimbulkan oleh kambing
tidak menganggu warga masyarakat. Dianjurkan juga lokasi kandang sebaiknya
berada di tanah yang memiliki tanaman yang rimbun . Hal ini dimaksudkan
agar supaya angin yang bertiup tidak terlalu kencang. Angin yang terlalu
kencang dapat menyebabkan kambing sering kembung perut.
Luasan kandang sebaiknya disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan
dipelihara. Standart luas kandang untuk seekor kambing adalah 1,5m persegi,
sehingga untuk memelihara kambing 10 ekor, dibutuhkan lahan seluas 15m
persegi. Pembuatan kandang di sarankan untuk melihat potensi pengembangan,
sehingga perlu di buat kandang yang lebih luas. Pembuatan kandang memang
membutuhkan biaya yang ekstra, tetapi manfaatnya akan lebih terasa pada
masa yang akan datang. Jika dipandang terlalu luas dengan jumlah kandang
yang ada, kandang bisa diberi sekat untuk pemisah sehingga gerak untuk
kambing jadi terbatas. Usahakan pembangunan kandang di indari dari tempat
genangan air.
Desain dan konstruksi kandang tidak usah terlalu mewah, tetapi cukup
sederhana saja, apalagi kalau pemeliharaannya sekala kecil, di bawah 5
ekor. Namun, apabila pemeliharaannya bersekala komersiil atau di atas 10
ekor, jelas diperlukan desain dan konstruksi khusus yang ideal di area yang
cukup luas. Ini disebabkan pemeliharaan kambing sekala komersial memerlukan
penangan yang lebih serius.
Kandang di usahakan berbentuk panggung, karena pada dasarnya akan
lebih mudah bagi peternak untuk melakukan pengawasan terhadap ternakan tu
sendiri. Dasar kandang di buat agak miring dengan kemiringan 60o.Dasar
kandang ini berada di bawah lantai karena kontrusi kandang di buat system
pangggung. Fungsinya agar limbah kotoran kambing dapat langsung mengalir ke
parit atau bak penampungan kambing yang disediakan di sekitar kandang.
Tujuan utama pembagunan dasar kandang yang miring adalah agar supaya
tercipta kebersihan kandang. Karena kandang yang bersih merupakan cara
pencegahan penyakit pada ternak. Bila nanti di lantai kolong kandang masih
ada kotoran kambing sebaiknya setiap hari kandang disapu atau dibersihkan
agar supaya tidak muncul bau yang dapat mengancam kesehatan ternak
A. Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang
mahal dansulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan
untuk daya tampungkira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar
(Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk
yang sedang bunting dan anak-anak kambingyang belum disapih harus diberi
persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns,1994). Rata-rata
pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif
dapatmencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).Sistem
pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus
atautanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan
yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak
(Williamson dan Payne1993). Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan
pemisahan antara jantan dan betina sehubungan dengan ini perlu memisahkan
kambing betina muda dari umur tiga bulan sampaicukup umur untuk
dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harusdikandangkan
atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994).
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan
pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi
biasanya membutuhkan penggembalaanterkontrol dan pemberian pakan konsentrat
tambahan(Williamson dan Payne 1993)
B. Pakan Kambing
Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan
daundaunan tertentu(daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan
leguminosa). Seekor kambing dewasamembutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar
sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapikambing lebih suka
mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambingjantan
yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat
(konsentrat) ± 1kg.
Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian
bungkil kelapaditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan
penguat. Pakan penguat tersebutdiberikan sehari sekali dalam bentuk bubur
yang kental (Sosroamidjojo, 1985). Kambing makanpakan yang tidak biasa
dikonsumsi oleh hewan lain. Pakan utama kambing adalah tunas-tunassesuai
dengan sifat alamiah kambing (browser). Kambing sangat efisien dalam
mengubah pakanberkualitas rendah menjadi protein yang ber kualitas tinggi
(Blakely dan Bade , 1994).
Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan kambing. Peranakan
Ettawa sebenarnya hanyaterdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar pakan
penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar
serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput
dan dedaunan Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan
mudah dicerna seperti konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong.
Sementara pakan pengganti merupakan pakan hijauan yang sudah
difermentasi. Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnya kambing
tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput
disukai,tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput.
Hijauan yang baik untuk pakanadalah hijauan yang belum terlalu tua dan
belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masihmuda memiliki kandungan
PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh padamusim
hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk pakan kambing
C. Hijauan
Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng,
1992).Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi
ternak ruminansiadan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber
tenaga, vitamin dan mineral.Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan
ternak kambing harus disuplementasikandenga n makanan penguat atau
konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapatterpenuhi. Tujuan
suplementasi makanan penguat dalam makanan ternak kambing adalahuntuk
meningkatkan daya guna makanan atau menambah nilai gizi makanan,
menambahunsur makanan yang defisien serta meningkatkan konsumsi dan
kecernaan makanan.Keuntungan yang diperoleh dari pemberian pakan kasar
bersama makanan penguatadalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam
rumen dapat memanfaatkanmakanan penguat terlebih dahulu sebagai sumber
energi dan selanjutnya memanfaatkanmakanan kasar yang ada. Dengan demikian
mikroorganisme rumen lebih mudah danlebih cepat berkembang populasinya,
sehingga akan semakin banyak makanan yang harusdikonsumsi ternak kambing
Siregar (1995) menambahka n bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi
2macam yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar
air 70%dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan
kering dapatberupa hay, sedangkan awetan dapat berupa silase. Hijauan
merupakan bahan pakanberserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan
dedaunan..
Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70% dari total pakan (Setiawan
dan Arsa, 2005). Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari
hijauan bila pakan berupa campuran daun – daunan dan rumputan dicampur
dengan perbandingan 1 : 1. dengan komposisi demekian, zat gizi yang
terdapat pada masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan
saling melengkapi dan menjami ketersedian gizi yang lebih baik.
D. Kosentrat
Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan
lainuntuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan
dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan
pelengkap (Hartadi et al., 1980).Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa
konsentrat untuk ternak kambing umumnya disebutsebagai pakan penguat atau
bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan
mudah dicerna. Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampastahu, bungkil
kelapa, bungkil kacang tanah, atau campuran pakan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi dari
pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan gangguan lainnya
seperti hewan liar dan pencurian ternak. Agar ternak dapat berproduksi
secara optimal maka kandang harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi
ternak. Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan
yaitu faktor biologis, faktor teknis dan ekonomis. Masing-masing faktor
dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis ternak yang perlu di pertimbangkan adalah sensitifi tas
respon ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhada
panas maka perlu merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam
kandang panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara
optimal.
2. Faktor Teknis
Kandang ternak perlu dibuat kuat agar dapan memberikan fungsi dengan baik.
Konstruksi, bahan dan tata letak bangunan harus di hitung berdasarkan
perhitungan arisitektur yang sesuai.
3. Faktor Ekonomis
Tujuan pemeliharaan ternak adalah memberikan nilai ekonomi bagi peternak
pemeliharanya. Semua faktor dalam proses pengelolaan ternak juga harus
dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang merupakan investasi tetap dan
jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi menggunakan bahan bangunan
yang tidak terlalu mahal. Efi siensi penggunaan bangunan dilakukan dengan
mengatur tata letak, dan merancang kapasitas bangunan dengan baik.
Peralatan diperlukan peternak sebagai wahana kegiatan budidaya ternak dan
alat bantu untuk meningkatkan produktifitas peternak yang berfungsi
menurunkan biaya tenaga kerja. Sebagai wahana kegiatan budidaya peralatan
terdiri dari tempat pakan, minum, peralatan kesehatan ternak dll.
Peralatan peningkat produktifitas terdiri dari mesin pembuatan pakan,
alat transportasi, mesin pemanen hasil ternak dll.
Selama ini petani ini petani dalam membuat kandang belum sampai kepada
pemikiran-pemikiran di atas terutama pada ternak yang diusahakan secara
tradisional. Kendala yang ada di tingkat petani sampai saat ini dalam
pengembangan pertanian khususnya peternakan adalah :
a) Petani peternak masih berpola tradisional;
b) Kurang informasi dan tidak mau mencari informasi;
c) Tidak ada motivasi untuk maju;
d) Kurangnya pengertian tentang perkandangan bagi keberhasilan usaha
ternak domba;
e) Belum fahan dan belum menyadari dampak kesehatan bagi peternak
dalam mengelola perkandangan yang baik;
f) Kelompok tani belum berfungsi optimal;
g) Belum adanya pemupukan modal di tingkat kelompok;
h) Terjadinya krisis kepercayaan di tubuh kelompok;
i) Kebiasaan turun temurun, lamban dalam menerima perubahan.
1. Fungsi kandang;
Seperti halnya rumah bagi manusia, fungsi kangang adalah sebagai
tempat istirahat yang nyaman, maka bangunan kandang perlu direncanakan
sedemikian rupa sehingga bangunan kandang mampu memenuhi fungsi yang
diharapkan :
a) Melindungi ternak domba dari matahari, angin, hujan dan penyakit;
b) Mampu menolong petani/peternak untuk dapat mencapai produksi
optimal dari ternaknya, dapat menjalankan usaha secara ekonomis, menambah
usia pemakaian peralatan, menurunkan biaya pemborosan tersamar tiap unit;
c)Menghemat tenaga, menunjang kesehatan, dengan pengaturan kandang yang
luwes dan efisien;
d) Mampu memenuhi kebutuhan ;
e) Menarik dan rapi sehingga kandang tersebut menyenangkan sebagai
tempat tinggal ternak domba.
2. Persyaratan Teknis Kandang
Kandang domba memerlukan persyaratan teknis yang baik, seperti :
Konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya meskipun
menggunakan bahan bangunan sederhana;
a) Atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya
serap panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas
dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang; sedangkan di daerah dingin
dapat menggunakan atap seng;
b) Dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang
dianyam dan ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/sirkulasi
udara berlangsung dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan
ternak.
3. Bagian-bagian Kandang
Kandang ternak domba mempunyai bagian-bagian yang sesuai dengan
tujuan dan fungsinya dalam mendukung pengelolaan, seperti :
a) Bagian kandang induk/utama
Merupakan tempat ternak domba kereman atau digemukkan. Pada usaha ternak
penggemukan, ruang ini digunakan sebagai tempat untuk mengadakan aktivitas
istirahat, makan, reproduksi dan membuang kotoran; sedangkan untuk ternak
domba yang bukan kereman ruang induk/utama hanya dijadikan tempat istirahat
dan tidur. Untuk kandang induk/utama per ekor domba membutuhkan luas
kandang 1m x 1 m.
b) Bagian kandang induk dan anaknya
Merupakan kandang yang khusus untuk seekor induk yang sedang menyusui
anaknya sampai anaknya disapih. Untuk bagian kandang ini seekor induk
domba membutuhkan luas 1,5 m x 1 m, dan untuk anak domba memerlukan luas
0,75 m x 1 m. Kandang induk dan anaknya dipergunakan sampai anak domba
mencapai usia 3 bulan.
c) Bagian kandang pejantan
Merupakan kandang khusus bagi domba jantan yang akan digunakan sebagai
pemacek. Kandang domba jantan sebaiknya cukup luas, serta memperoleh sinar
matahari pagi dan udara segar dan bersih. Selain itu diusahakan agar
kandang domba pemacek terpisah dari kandang domba lainnya, tetapi tidak
terlalu jauh dengan domba betina dewasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak
gaduh dan terjadi perkelaian. Dianjurkan untuk kandang domba pemacek tidak
dibuat berkelompok dan sebaiknya disekat-sekat. Luas kandang yang
diperlukan untuk per ekor domba jantan pemacek adalah 2 m x 1,5 m.
4. Perlengkapan Kandang
Perlengkapan kandang domba sangat dianjurkan tersedi, agar
dalam pengelolaan yang berkaitan dengan tatalaksana dapat dicapai secara
efisien. Diantaranya yang paling pokok adalah :
a) Tempat pakan/palung pakan;
Merupakan tempat pakan dalam kandang, dimana harus dibuat sedemikian rupa
sehingga bahan pakan hijauan yang diberikan untuk ternak domba tidak
tercecer. Pada palung juga perlu disediakan ember untuk air minum.
b) Gudang Pakan
Merupakan tempat untuk menyimpan sementara pakan yang belum siap disajikan
ke ternak. Hijauan pakan yaqng disimpan dalam gudang sebaiknya tidak dalam
ikatan, agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan akan
mengurangi kualitas hijauan pakan ternak. Hijauan pakan yang dilayukan
nilainya akan lebih baik untuk ternak domba dibandingkan dengan yang baru
dan masih lembab. Pakan penguat hendaknya disimpan pada tempat yang
terhindar dari proses pembusukan dan serangan hama.
c) Tempat Umbaran
Merupakan kelengkapan dari sistim perkandangan domba yang baik. Domba
dimasukkan ke tempat umbaran pada saat kandang sedang dibersihkan. Tempat
ini juga berfungsi sebagai tempat represhing (penyegaran), tempat olahraga
bagi ternak. Untuk ternak domba yang tidak digembalakan perlu bermain di
tempat umbaran secara teratur, agar kesehatannya terjaga. Kesulitan induk
melahirkan adalah salah satu contoh yang sering terjadi di tingkat petani
karena ternak domba sedang bunting kurang olahraga/gerak.
d) Tempat kotoran/kompos
Merupakan salah satu perlengkapan yang sudah sewajarnya tersedia. Pada
kandang tipe lemprak yang digunakan sebagai kandang domba kereman atau yang
digemukkan, sisa pakan dan kotoran akan menumpuk jadi satu dan sangat
mengganggu kesehatan ternak domba. Pada kandang tipe panggung kotoran
tertumpuk pada kolong lantai kandang , agar kotoran dapat jatuh ke bawah,
maka lantai harus dibuat, diatur tidak terlalu rapat, cukup bersela kurang
lebih 1,5- 2 cm.
5. Letak Kandang
Sesuai dengan fungsinya kandang harus menjamin ternak domba agar
nyaman serta hidup sehat. Kandang juga harus memenuhi persyaratan tidak
mengganggu lingkungan, terutama masyarakat sekitar; oleh karena itu kandang
domba harus direncanakan dapat memenuhi syarat, seperti :
a) Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah
sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan;
b) Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang
kencang;
c) Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari
tidak sampai masuk ke dalam kandang;
d) Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa
terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori perusahaan);
tergangtung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat;
e) Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan oleh
masyarakat sekitar, sehinggakotoran domba tidak mencemari, baik secara
langsung maupun lewat rembesan;
f) Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan
raya, pasar, pabrik/RMU agar ketenangan ternak domba terjaga.
6. Tipe dan Model Kandang
Pada hakekatnya tipe dan model kandang untuk ternak domba yang umum dapat
dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a) Tipe Kandang Panggung
Kandang tipe panggung merupakan kandang yang konstruksi lantainya
dibuat sistim panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat
sebagai penampung kotoran yang terkumpul di bawah lantai.Kolong dibuat
berlubang atau digali lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga
kotoran dan air kencing tidak berceceran.
Alas kandang domba sebaiknya terbuat dari kayu atau
bambu yang sudah diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. Celah lantai
panggung dibuat kurang lebih 1,50 - 2 cm, agar kotoran dapat jatuh ke
bawah, tetapi kaki domba tidak sampai terperosok. Kandang panggung yang
terawat baik domba akan terlihat bersih dan sehat-sehat.
Dinding kandang yang rapat sebaiknya dibuat setinggi 70
- 80 cm (ukuran tinggi penyekat) agar ternak domba di dalam kandang
terhindar dari angin kencang. Selanjutnya di atas ketinggian 70 - 80 cm,
dinding dibuat bercelah agar udara dapat masuk bebas dan sinar matahari
pagi dapat masuk ke dalam kandang.
Tinggi panggung dari tanah dapat dibuat minimal 50 – 70
cm. Tinggi ruang utama dari alas sampai atap kurang lebih 2 meter. Pada
kandang dobel, palung pakan dibuat di tengah kandang, sehingga meski tinggi
panggung 2 meter, petani peternak akan lebih mudah memberikan pakan dan
minum lewat jalan di atas lantai tengah. Ukuran alas palung pakan 25 – 40
cm, lebar bagian atas 40 – 50 cm, tinggi atau dalam palung 30 – 40 cm.
Lubang untuk masuk kepala domba mencapai pakan antara 20
– 25 cm. Palung pakan harus dibuat rapat, agar bahan pakan yang diberikan
tidak tercecer keluar.
Kandang panggung bersekat secara individu untuk tujuan
penggemukan, biasanya yang digemukkan adalah pejantan. Tujuan disekat-sekat
dengan ukuran 50 cm x 120 cm per ekor yang dilengkapi tempat pakan dan
minum. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kesehatan ternak serta membatasi
domba bergerak secara leluasa.
Kebutuhan ruang (ekor/cm2) Kambing/domba berdasarkan status
fisiologis ternak dan umur (bulan) ternak.
"No."Status Fisiologis "Umur "Ukuran "
" "Ternak "(bulan)"(Ekor/cm2) "
"1. "Jantan dewasa "> 12 "100 cm x 120 cm "
"2. "Betina dewasa "> 12 "100 cm x 100 cm "
"3. "Induk menyusui + "> 12 "100 cm x 100 cm + "
" "jumlah anak (0 – 3 " "jumlah anak x (50 cm"
" "bulan/ekor) " "x 100 cm) "
"4. "Anak Sapihan "3 - 7 "50 cm x 100 cm "
"5. "Jantan/betina muda "7 - 12 "75 cm x 100 cm "
"6. "Jantan bakalan untuk "+ 12 "50 cm x 120 cm "
" "penggemukan " " "
b) Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe lemprak merupakan kandang yang umum digunakan untuk
usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas
kayu, tetapi ternak beralaskan kotoran dan sisa-sisa pakan hijauan. Kandang
juga tidak dilengkapi dengan palung pakan, dalam menyajikan pakan hanya
diserakkan di atas lantai. Pemberian pakan umumnya berlebihan, sehingga
didapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah 3 - 6
bulan kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
Devandra dan Burns. 1994. Beternak Kambing di Daerah Tropis. Penebar
Swadaya. Jakarta
Dwiyanto. 1994 Penanganan Domba dan Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta
Murtidjo. 1992. Memelihara Domba. Kanisius. Yogyakarta
________.1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.
Kanisius. Yogyakarta.
Sarwono. 1990. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumoprastowo. 1998. Beternak Kambing yang Berhasil. Bhratara Niaga
Media.Jakarta