SERUM PROTEIN ELEKTROFORESIS (SPE) Dwi Retnoningrum Retnoningrum Moderator: dr. dr. Janti Marbun
ELEKTROFORESIS Pemisahan partikel-partikel dengan muatan listrik yang berbeda, dengan cara mengalirkan arus listrik melalui campuran partikel yang diletakkan pada suatu medium penyangga
Molekul bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda kearah elektrode sesuai muatan dan konfigurasinya juga ditentukan oleh sifat media penyangga yang dipakai
ELEKTROFORESIS Pemisahan partikel-partikel dengan muatan listrik yang berbeda, dengan cara mengalirkan arus listrik melalui campuran partikel yang diletakkan pada suatu medium penyangga
Molekul bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda kearah elektrode sesuai muatan dan konfigurasinya juga ditentukan oleh sifat media penyangga yang dipakai
PRINSIP ELEKTROFORESIS
SERUM PROTEIN ELEKTROFORESIS kertas khusus yg dilapisi gel agarose dan dialiri arus listrik
SERUM
BERDASARKAN UKURAN & MUATAN LISTRIK
Albumin
-1 globulin
γ globulin
-2 globulin
β globulin
TUJUAN PEMERIKSAAN Menunjang diagnosis penyakit terutama penyakit yang disertai dengan kelainan abnormal protein
- Penyakit Peradangan - Keganasan - Sindroma Nefrotik - Penyakit Hati Kronik - Status Nutrisi
Serum Protein Electrophoresis
PRA ANALITIK •
Persiapan Pasien : –
–
–
•
Tidak perlu persiapan khusus Hindari obat yang meningkatkan protein total serum (steroid, androgen, digitalis, insulin, kontrasepsi oral) Hindari obat yang menurunkan protein total serum (laksansia, rifampisin, dekstran, estrogen)
Persiapan Sampel : –
–
Hindari pemakaian sampel yang ikterik dan lipemik Hindari hemolisis dan torniquet yang lama : hasil peningkatan palsu
PRA ANALITIK PRINSIP
-
+ pH 8,6 (4,8) (4,6)
(5,2) (6,4)
PRA ANALITIK ALAT 1. Komponen elektroforesis dan power supply
2. Komponen densitometer 3. Aplikator 4. Bak pewarna (untuk proses staining, destaining, dan dehydration) 5. Bak/ kotak kaca (untuk proses clearing) 6. Oven/hair dryer
PRA ANALITIK BAHAN BAHAN : 1. Sampel serum 2. Kertas selulosa asetat 3. Larutan bufer : Tris boric acid EDTA dengan I (Ion streng) 0,03-0,12 4. Zat pewarna (Ponceau S) 5. Destaining solutio : asam asetat 5% yang dibuat dari asam asetat glasial 5 ml ditambah akuades 5 ml 6. Dehidration solutio : etanol 96% 7. Clearing solutio : campuran 7 bagian volume asam asetat + 3 bagian volume etil asetat
ANALITIK 1. Kertas /strip yang dilapisi agarose di rendam pada larutan buffer 2. Ambil sampel cairan serum dari tabung. 3. Tuang sampel pada strip berjejer secara melintang 4. Letakan strip pada bridge secara mendatar & sambungkan dengan alat elektrophoresis, 5. Pemisahan selesai, kemudian dengan pemulasan protein (Hasil berupa protein staining), dan dilakukan penilaian dengan densitometer yang dihubungkan elektrophoretogram, hasil berupa kurva dan hasil prosentase masing-masing fraksi protein.
PROSEDUR Persiapan membran dan sampel
PROSEDUR Aplikasi sampel & Elektroforesis
Electrophoresis CAT 3041
PROTEIN STAINING SAS2
QUANTIFICATION /PEMBACAAN POLYSCAN
ELEKTROFORESIS PROTEIN
POST ANALITIK
Skema representasi dari protein Elektroforesis dengan gel agarose
Pemisahan protein dilihat Dengan densitometer
NILAI RUJUKAN Fraksi
%
g/dl
Albumin
58-74
3,3-5,0
Alfa 1 globulin
2,0-3,5
0,1-0,4
Alfa 2 globulin
5,4-10,6
0,5-1,0
Beta globulin
7,4-14
0,7-1,2
8,0-18,0
0,5-1,6
Gamma globulin
Protein Total ( Normal 6,3- 8,3 g/ dl) MENINGKAT •
•
•
•
•
Inflamasi kronik misalnya arteritis Dehidrasi, Makroglobulinemia DM asidosis, Leukemia monositik Multipel mieloma Sarkoidosis
MENURUN •
• •
• •
Gangguan hati, Malabsorbsi Malnutrisi , Nefrosis Luka bakar, DM Toksemia gravidarum Glomerulonefritis kronik
ALBUMIN Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik plasma yang di sintesa dalam hati.
Hiperalbuminemia Dehidrasi, Multiple mieloma
Hipoalbuminemia – – – – – –
Penyakit hati : cirosis hepatis Penyakit ginjal : sindrom nefrotik Keganasan Malnutrisi Inflamasi gastrointestinal Kehamilan (normal 8 minggu post partum), usia tua
Normal •
Gambaran Sindroma Nefrotik –
Kehilangan protein dengan BM rendah yang lama (seperti albumin, IgG) dan retensi protein BM tinggi (seperti alpha2-macroglobulin)
ALFA 1 GLOBULIN Terdiri dari: - Alfa 1 Antitripsin (AAT) - Alfa 1 Anti Glikoprotein (AAG) - Alfa 1 Lipoprotein - Alfa 1 Fetoprotein (AFP) - Thyroid Binding Globulin (TBG) - Transcortin
Infeksi akut Febris Kehamilan Nefrosis Defisiensi alfa 1 antitripsin
Normal •
Defisiensi Alpha-1-anti-trypsin Terdapat pada penyakit paru-paru atau penyakit hati. –
–
Defisiensi alpha-1-anti-trypsin kongenital pada umumnya banyak berhubungan emphysema, insufisiensi pancreatic atau sirosis hati.
ALFA 2 GLOBULIN - α2 Haptoglobin (HAP)
hemolisis
- α2 Macroglobulin (AMG)
sindrome nefrotik
- Ceruloplasmin (CER)
• • • • •
•
Inflamasi akut Sirosis bilier Obstruksi bilier Nefrosis Multipel mieloma Colitis ulseratif
penyakit wilson
•
Anemia hemolitik
Normal •
Gambaran pada Inflamasi akut –
–
Terdapat pada pasien wanita 42 tahun dg diagnosa pneumonia & pyelonefritis ( Suhu Penderita 40 oC) Pada Inflamasi akut gambaran albumin dan gamma globulin menurun dan alpha-2-globulin akan sangat meningkat
BETA GLOBULIN -
Transferin (TRF) : transport Fe Anemia hipokromik β Lipoprotein : Transport Lipid Fibrinogen β 2 microglobulin (BMG)
• • •
Sirosis bilier Obstruksi bilier Multipel mieloma
•
Nefrosis
Normal •
Penyakit Hati : –
–
Pasien laki-laki, umur 46 tahun dengan penyakit hati stadium akhir yang disebabkan kecanduan alkohol. Pada gambaran sirosis, batas lekukan antara beta dan gamma kabur dan kadang digambarkan sebagai gambaran jembatan "beta- gamma”
GAMMA GLOBULIN MENINGKAT •
•
• •
•
Infeksi kronik : sarcoidosis Penyakit hati Multipel mieloma Makroglobulinemia Waldestrom Leukemia
MENURUN •
• •
Agammaglobulinemia Hipogamaglobulinemia Sindrom nefrotik
Normal •
Polyclonal gammopathy –
Biasanya terjadi pada banyak penyakit kronik. Seperti sarcoidosis. Peningkatan tinggi dari fraksi gobulin menggambarkan "sarcoid stepping.”
•
Gambaran Monoclonal protein Pasiem umur 72 tahun lakilaki dengan lower back pain. Penilaian immunoglobulin memperlihatkan peningkatan yang sangat tinggi dari serum IgG, tetapi IgA and IgM menurun. –
–
–
Gambaran diagnosa multiple myeloma
•
Biclonal gammopathy –
–
Hasil dari pasien laki-laki umur 62 tahun yang kurus dan lemah pada penyakit multiple myeloma. Pada penyakit ini, biclonal gammopathies adalah jarang, terjadi pada 1,7 % pasien.