Gamelan
Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, dimana nadanya lebih lembut . Hal ini mencerminkan masyarakat jawa yang lemah lembut dalam berbicara dan bertindak. Gamelan Jawa biasanya bias anya dimainkan untuk hiburan atau untuk pengiring wayang dan tari tradisional. Musik dengan nada pentatonis ini dapat anda nikmati di Kraton Yogyakarta pada hari Kamis pukul 10.00-12.00 10.00-12.00 WIB. Dan pada hari Sabtu dengan dengan jam yang sama digelar gamelan sebagai pengiring wayang kulit. kulit. Sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Pertunjukan ini diadakan di Bangsal Sri Maganti Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah abad. abad. Seni pertunjukan khas Jawa ini dimainkan oleh seorang dalang. dalang. Dalang dalam pertunjukan ini diibaratkan sebagai Tuhan yang menjalankan kuasanya. Wa yang sebagai makhluknya. Gedebog pisang yang digunakan untuk menancapkan wayang diibaratkan sebagai bumi. Layar putih sebagai langit. Dan pencahayaan diibaratkan sebagai matahari. Wayang kulit merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau yang dihiasi beberapa motif berbeda. Setiap pagelaran wayang menghadirkan menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Lakon Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya hanya garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya bersifat lepas. Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Pagelaran khas Jawa ini dapat anda saksikan di Sas ono Hinggil yang terletak di alun-alun Selatan. Biasanya acara per tunjukan ini diadakan setiap minggu kedua dan keempat mulai pukul 21.00 WIB, atau anda juga bisa menikmati pertunjukan ini di bangsal Kraton Yogyakarta Yogyakarta pada hari Sabtu pukul 10.00 WIB. Sendratari Ramayana
Jika anda berkunjung ke Yogyakarta akan lebih terkesan setelah melihat Sendratari Ramayana. Sendratari ini adalah seni pertunjukan yang menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan menyuguhkan kisah Ramayana. Kisah Ramayana yang dibawakan pada pada pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat pada Candi Prambanan. Prambanan. Jalan cerita yang panjang dan dan menegangkan itu dirangkum dalam empat lakon atau babak, penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta. Epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta ini, menyuguhkan cerita dalam rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan diiringi musik gamelan. Tak ada dialog yang terucap dari para penari. Namun, sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa Jawa. Pencahayaan yang disiapkan sedemikian rupa menambah pagelaran sendratari ini menjadi lebih apik.
Anda dapat menikmati pagelaran sendratari Ramayana ini di dua tempat. Pertama, di Purawisata Yogyakarta yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, sebel ah timur Kraton Yogyakarta. Selain itu anda juga bisa menikmatinya di Candi Prambanan dengan tempat yang terpisah dari Candi Prambanan. Tempatnya pun sudah disetting sedemikian rupa sehingga penonton akan merasa nyaman untuk menikmati pagelaran tersebut.
Sejarah ‘Gambyong’ semula merupakan nama seorang waranggana – wanita terpilih atau wanita penghibur – yang pandai membawakan tarian yang sangat indah dan lincah. Nama lengkap waranggana tersebut adalah Mas Ajeng Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820), dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong.. Awal mulanya, tari gambyong sebagai bagian dari tari tayub atau tari taledhek. Istilah taledhek tersebut juga digunakan untuk menyebut penari tayub, penari taledhek, dan penari gambyong. Gambyong juga dapat diartikan sebagai tarian tunggal yang dilakukan oleh seorang wanita atau tari yang dipertunjukkan untuk permulaan penampilan tari atau pesta tari. Gambyongan mempunyai arti golekan ‘boneka yang terbuat dari kayu’ yang menggambarkan wanita menari di dalam pertunjukan wayang kulit sebagai penutup. Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul. Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi. Gerakan Gerakan para penari wanita yang lemah gemulai yang menunjukkan sikap dan watak para wanita Jawa Tengah yang identik dengan lemah gemulai. Kesan tersendiri juga dapat anda temukan ketika penari Gambyong menampilkan perpaduan gerak tangan dan kaki sambil memainkan sehelai kain selendang yang dikalungkan di leher.
Iringan Seperangkat gamelan Jawa yang terdiri dari gong, gambang, kendang, serta kenong menjadi musik pengiring pertunjukan Tari Gambyong. Dari sekian banyak alat musik, yang dianggap sebagai otot tarian Gambyong yakni Kendang. Karena selama pertunjukan berlangsung, Kendang itu yang menuntun penari Gambyong untuk menari mengikuti lantunan tembang atau lagu berbahasa Jawa. Kostum penari Gambyong mengenakan pakaian khas penari wanita Jawa Tengah yakni kain kemben dengan bagian bahu terbuka sebagai atasan dan kain panjang bermotif bat ik sebagai bawahan. Dalam pertunjukan Gambyong, penampilan penari Gambyong juga dinilai memiliki peran penting. Konon, semakin cantik paras penarinya, keistimewaan dari pertunjukan Gambyong dapat diperoleh.
Bentuk Penyajian Seiring dengan perkembangan zaman, tari gambyong mengalami perubahan dan perkembangan yaitu : Pada awalnya, bentuk sajian tari gambyong didominasi oleh kreativitas dan interpretasi penari dengan pengendang. Di dalam urut-urutan gerak tari yang disajikan oleh penari berdasarkan pada pola atau musik gendang. Perkembangan selanjutnya, tari gambyong lebih didominasi oleh koreografikoreografi tari gambyong. Perkembangan koreografi ini diawali dengan munculnya tari Gambyong Pareanom pada tahun 1950 di Mangkunegaran, dan yang menyusun ialah Nyi Bei Mintoraras. Setelah kemunculan tari Gambyong Pareanom, banyak varian tarian gambyong yang berkembang di luar Mangkunegaran, diantaranya Gambyong Sala Minulya, Gambyong Pangkur, Gambyong Ayun-ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Mudhatama, Gambyong Dewandaru, dan Gambyong Campursari. Ciri- ciri Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.
Fungsi fungsi tari gambyong dalam kehidupan masyarakat dulunya berfungsi sebagai pertunjukan hiburan bagi Sinuhun Paku Buwono keenam dan tari untuk penyambutan tari penyambutan ketika ada tamu kehormatan berkunjung ke Kesunanan Surakarta , sedangkan sekarang berkembang sebagai hiburan pertunjukan bagi masyarakat luas Biasanya, tari Gambyong dimainkan ketika warga Jawa Tengah menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Sebagai promosi budaya Jawa Tengah, Gambyong juga seringkali dimainkan di beberapa daerah selain Surakarta.
Tari Gambyong adalah tarian yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah, tepatnya Kota Surakarta. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang dipentaskan dalam rangka memeriahkan acara resepsi perkawinan atau seringkali juga dimainkan untuk menyambut para tamu. Yang menjadikannya terasa begitu lain dengan tarian lainnya ialah tari gambyong ini selalu diawali dengan Gending Pangkur . Tarian ini terasa sangat elok diliat atau terasa begitu aduhai ketika sipenari menari-nari selaras dengan irama musik mengirinya, apalagi ketika dia begitu wahhh ketika bergerak seirama dengan suara kendang yang merupakan salah satu daya tarik tersendiri tarian gambyong. Seorang penabuh kendang dalam tarian ini bukanlah orang yang sembarangan karena dia harus mampu menyesuaikan dengan liak-liuk tubuh sang penari namun juga harus tetap seirama dengan gending. Oleh sebab itu, sipenari tidak akan dapat menari dengan baik tanpa diiringi dengan suara kendang yang senada dengan goyangannya. Saking selarasnya antara suara kendang dan sipenari gambyong menjadikan dua hal ini menjadi tidak dapat terpisahkan.
Tari Gambyong Instrumen Alat musik atau instrumen yang biasanya digunakan untuk mengiringi tarian ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
kendang gender penerus gender bonang kenong kempul gong
Sejarah Tari Gambyong Pada mulanya tarian ini hanyalah tarian jalanan yang juga dipentaskan oleh penari jala nan yang biasa disebut dengan sebutan Tledek (Bahasa Jawa). Nama Tledek yang menarikan tarian ini adalah Gambyong, ia sangat terkenal hampir diseluruh wila yah Surakarta pada Zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820). Sosok sang penari yang begitu sangat cantik dan tentunya dia juga dapat menarikan tarian tersebut dengan sangat elok dan begitu indah dan ditambah lagi ia juga memiliki suara yang merdu, sehingga tak dapat dipungkiri lagi dia menjadi sangat tersohor kala itu. Dan semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki Tarian Gambyong.
Gerak Tari Yang menjadi pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan juga kepala. Gerakan kepala dan juga tangan yang begitu terasa begitu terkonsep adalah ciri khas utama tari Gambyong. Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang sangat dominan. Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat tarian gambyong terlihat begitu sangat aduhai.
Tari Serimpi Yogyakarta
Tari Serimpi adalah suatu jenis tari klasik dari daerah Yogyakarta yang selalu dibawakan oleh 4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Hanya pada Srimpi Renggowati penarinya ada 5 orang. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu : 1. Grama ( api) 2. Angin ( Udara) 3. Toya (air) 4. Bumi ( Tanah) Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan nafsu manusia. Tarian Serimpi adalah suatu jenis tarian yang diperagakan 4 putri ini masing-masing mendapat sebutan : air, api, angin dan bumi/tanah, yang selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru mata angin. Sedang nama peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya segi empat yang melambangkan tiang Pendopo. Suatu jenis tari klasik Keraton yang selalu ditarikan oleh 4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang ¾ hingga 1 jam itu sepertin ya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.
Konon, kemunculan tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Ma taram saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan sampai peringatan naik takhta sultan. Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Perpecahan ini juga berimbas pada tarian Serimpi walaupun inti dari tarian masih sama. Tarian Serimpi di Kesultanan Yogyakarta digolongkan menjadi Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedangkan di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan. Walaupun sudah tercipta sejak lama, tarian ini baru dikenal khalayak banyak sejak 1970-an. Karena sebelumnya terkekang oleh tembok keraton. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat , komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata
angin atau empat unsur dari dunia, yaitu : (1) Grama (api), (2) Angin (udara), (3) Toya (air), (4) Bumi (tanah). Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, tari Serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, antara akal manusia dan nafsu manusia.
Tema perang dalam tari Serimpi, menurut RM Wisnu Wardhana , merupakan falsafah hidup ketimuran. Peperangan dalam tari Serimpi merupakan simbolik pertarungan yang tak kunjung habis antara kebaikan dan kejahatan. Bahkan tari Serimpi dalam mengekspresikan gerakan tari perang lebih terlihat jelas karena dilakukan dengan gerakan yang sama dari dua pasang prajurit melawan prajurit yang lain dengan dibantu properti tari berupa senjata. Senjata atau properti tari dalam tari putri antara lain berupa : keris kecil atau cundrik, jebeng, tombak pendek, jemparing dan pistol. Pakaian tari Serimpi mengalami perkembangan. Jika semula seperti pakaian temanten putri Kraton gaya Yogyakarta, dengan dodotan dan gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, maka kemudian beralih ke “kain seredan”, berbaju tanpa lengan, dengan hiasan kepala khusus yang berjumbai bulu burung kasuari, gelung berhiaskan bunga ceplok dan jebehan. Karakteristik pada penari Serimpi dikenakannya keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Penggunaan keris pada tari Serimpi adalah karena dipergunakan pada adegan perang, yang merupakan motif karakteristik Tari Serimpi. Disamping keris digunakan pula “jembeng” ialah sebangsa perisak. Bahkan pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwana VII dijumpai pula tari Serimpi dengan alat perang pistol yang ditembakkan kearah bawah, pada akhir abad ke-19. Pola iringan tari Serimpi adalah gendhing “sabrangan” untuk perjalanan keluar dan masuknya penari dibarengi bunyi musik tiup dan genderang dengan pukulan irama khusus. Pada bagian tar inya mempergunakan gendhinggendhing tengahan atau gendhing ageng yang berkelanjutan irama ketuk 4, kemudian masuk ke gendhing ladrang kemudian ayak-ayak beserta srebegannya khusus untuk iringan perang.
Jenis – jenis tari serimpi
Tari serimpi sangopati
Tari Serimpi Yogyakarta ini dimainkan oleh dua orang penari wanita. Tarian srimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja. Tari Serimpi Yogyakarta ini melambangkan bekal untuk kematian (dari arti Sangopati) diperuntukan kepada Belanda.
Tari Srimpi Anglirmendhung
Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara I. Semula terdiri atas tujuh penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun Paku
Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV Tari Serimpi Yogyakarta ini dirubah sedikit, menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari saja.
Tari Srimpi Ludira Madu
Tari Srimpi Ludira Madu ini diciptakan oleh Paku Buwono V ketika masih menjadi putra mahkota Keraton Surakarta dengan gelar sebutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom.Tari Serimpi Yogyakarta ini diciptakan untuk mengenang ibunda terci nta yang masih keturunan Madura, yaitu putri Adipati Cakraningrat dari Pamekasan. Ketika sang ibu meninggal dunia, Pakubuwono V masih berusia 1 ½ tahun , dan masih bernama Gusti Raden Mas Sugandi. Jumlah penari dalam tarian ini adalah 4 orang putri. Dalam Tari Serimpi Yogyakarta ini digambarkan sosok seorang ibu yang bijaksana dan cantik seperti jelas dituliskan pada syair lagu Srimpi Ludira Madu. Nama Ludira Madu diambil dari makna Ludira Madura yang berarti “ Darah/ keturunan Madura”.
Tari Serimpi Renggawati.
Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V. Penari Serimpi Renggawati berjumlah 5 orang. Membawakan cerita petikan dari “Angling Darmo” yang magis, dengan menggunakan tambahan properti sebatang pohon dan seekor burung mliwis putih.
Tari Serimpi Cina.
Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada kekhususan pada tari Serimpi cina, yaitu busana para penari men yesuaikan dengan pakaian cina.
Tari Serimpi Pistol.
Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Kekhususan tarian ini terletak pada properti yang digunakan yaitu pistol.
Tari Serimpi Padhelori.
Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan cundrik. Membawakan cerita petikan dari “Menak”, ialah perang tanding Dewi Sirtu Pelaeli dan dewi Sudarawerti, sebagaimana dikisahkan dalam syair vokalianya. Tari Serimpi Padhelori mempergunakan lagu pengiring utama Gending Pandhelori.
Tari Serimpi Merak Kasimpir.
Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasik gaya Yogyakarta, yang diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII. Properti yang digunakan dalam tarian ini berupa pistol dan jemparing. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Merak Kasimpir adalah Gending Merak Kasimpir.
Tari Serimpi Pramugrari.
Salah satu jenis Tari Serimpi Yogyakarta putri klasi k gaya Yogyakarta, merupakan hasil ciptakan Sultan Hamengku Buwana VII. Tarian ini menggunakan properti pistol. Gending yang dipergunakan untuk mengiringi tari Serimpi Pramugrari adalah Gending Pramugrari 9. Lenong
"Lenong" adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi, J akarta. Lenong berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong. Konon, dahulu Lien Ong lah yang sering memanggil dan menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur masyarakat dan khususnya dirinya beserta keluarganya. Pada zaman dahulu (zaman penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap tirani penjajah. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh mas yarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater st ambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an. Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti “din as” atau “resmi”), aktor dan aktrisn ya umumnya mengenakan busana formal dan kisahnya ber-set ing kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari.
8. Ludruk
Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari (cerita wong cilik), cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Dialog/monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa, menggunakan bahasa khas Surabaya, meski kadang-kadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk, membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak, peronda, sopir angkutan umum, dll). 7. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer, terutama di daerah Yogyakarta dan daerah Jawa Tengah. Namun di Jawa Timur pun dapat ditemukan ketoprak. Di daerah-daerah tersebut ketoprak merupakan kesenian rakyat yang menyatu dalam kehidupan mereka dan mengalahkan kesenian rakyat lainnya seperti srandul dan emprak. Kata ‘kethoprak’ berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga Warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan “… Tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan” ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak. Kethoprak juga berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling. Ketoprak merupakan salah satu bentuk teater rakyat yang sangat memperhatikan bahasa yang digunakan. Bahasa sangat memperoleh perhatian, meskipun yang digunakan bahasa Jawa, namun harus diperhitungkan masalah unggahungguh bahasa. Dalam bahasa J awa terdapat tingkat-tingkat bahasa yang digunakan, yaitu: - Bahasa Jawa biasa (sehari-hari) - Bahasa Jawa kromo (untuk yang lebih tinggi) - Bahasa Jawa kromo inggil (yaitu untuk tingkat yang tertinggi) Menggunakan bahasa dalam ketoprak, yang diperhatikan bukan saja penggunaan tingkattingkat bahasa, tetapi juga kehalusan bahasa. Karena it u muncul yang disebut bahasa ketoprak, bahasa Jawa dengan bahasa yang halus dan spesifik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat. 6. Longser
Longser merupakan salah satu bentuk teater tradisional masyarakat sunda, Jawa barat. Longser berasal dari akronim kata melong (melihat dengan kekaguman) dan saredet (tergugah) yang artinya barang siapa yang melihat pertunjukan longser, maka hatinya akan tergugah. Longser yang penekanannya pada tarian disebut ogel atau doger. Sebelum longser lahir dan berkembang, terdapat bentuk teater tradisional yang disebut lengger.
Busana yang dipakai untuk kesenian ini sederhana tapi mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng. Biasanya seorang ronggeng memakai kebaya dan kain samping batik. Sementara, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat kepala. 5. Mamanda
Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari kalimantan selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, mamanda lebih mirip dengan lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup. Bedanya, kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti raja, perdana menteri, mangkubumi, wazir, panglima perang, harapan pertama, harapan kedua, khadam (badut/ajudan), permaisuri dan sandut (putri). Disinyalir istilah mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti wazir, menteri, dan mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mama nda oleh sang raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan at au kekeluargaan. Asal muasal mamanda adalah kesenian badamuluk yang dibawa rombongan abdoel moeloek dari malaka tahun 1897. Dulunya di kalimantan selatan bernama komedi indra bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di banjar dengan komedi indra bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai ba abdoel moeloek atau lebih tenar dengan badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda. Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan malaka (1897 m) yang dipimpin oleh encik ibrahim dan isterinya cik hawa di tanah banjar, kes enian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "mamanda". Seni drama tradisional mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat kalimantan pada umumnya
4. Randai
Randai adalah kesenian (teater) khas masyarakat minangkabau, sumatra barat yang dimainkan oleh beberapa orang (berkelompok atau beregu). Randai dapat diartikan sebagai “bersenang-senang sambil membentuk lingkaran” karena memang pemainnya berdiri dalam sebuah lingkaran besar bergaris tengah yang panjangnya lima sampai delapan meter. Cerita dalam randai, selalu mengangkat cerita rakyat minangkabau, seperti cerita cindua mato, malin deman, anggun nan tongga, dan cerita rakyat lainnya. Konon kabarnya, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat pariangan, padang panjang, ketika mereka berhasil menangkaprusa yang keluar dari laut. Kesenian randai sudah dipentaskan di beberapa tempat di indonesia dan bahkan dunia. Bahkan randai dalam versi bahasa inggris sudah pernah dipentaskan oleh sekelompok mahasiswa di university of hawaii, amerika serikat. Kesenian randai yang kaya dengan nilai etika dan estetika adat minangkabau ini, merupakan hasil penggabungan dari beberapa macam seni, seperti: Drama (t eater), seni musik, tari dan pencak silat.
3. Drama Gong
Drama Gong adalah sebuah bentuk seni pertunjukan bali yang masih relatif muda usianya yang diciptakan dengan jalan memadukan unsur-unsur drama modern (non tradisional bali) dengan unsur-unsur kesenian tradisional bali. Dalam banyak hal drama gong merupakan pencampuran dari unsur-unsur teater modern (barat) dengan teater tradisional (bali). Karena dominasi dan pengaruh kesenian klasik atau tradisional bali masih begitu kuat, maka semula drama gong disebut "drama klasik". Nama drama gong diberikan kepada kesenian ini oleh karena dalam pementasannya setiap gerak pemain serta peralihan suasana dramatik diiringi oleh gamelan gong (gong kebyar). Drama gong diciptakan sekitar tahun 1966 oleh anak agung gede raka payadnya dari desa abianbase (gianyar). Drama gong mulai berkembang di bali sekitar tahun 1967 dan puncak kejayaannya adalah tahun1970. Namun semenjak pertengahan tahun 1980 kesenian ini mulai menurun popularitasnya, sekarang ini ada sekitar 6 buah sekaa drama gong yang masih aktif.
2. Makyong
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat mela yu yang sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Makyong dipengaruhi oleh budaya hindu-buddha thai dan hindu-jawa. Nama mak yong berasal dari mak hyang, nama lain untuk dewi sri, dewi padi. Makyong adalah teater tradisional yang berasal dari pulau bintan, riau. Makyong berasal dari kesenian istana sekitar abad ke-19 sampai tahun 1930-an. Makyong dilakukan pada siang hari atau malam hari. Lama pementasan ± tiga jam 1. Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekita r 1500 tahun sebelum masehi. Masyarakat indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Wayang merupakan seni tradisional indonesia yang terutama berkembang di pulau jawa dan
bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh unesco pada tanggal 7 november 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (masterpiece of oral and intangible heritage of humanity). G.a.j. Hazeu mengatakan bahwa wayang dalam bahasa/kata jawa berarti: Bayangan , dalam bahasa melayu artinya: Bayang-bayang, yang artinya bayangan, samar-samar, menerawang. Bahasa bikol menurut keterangan profesor kern, bayang, barang atau menerawang. Semua itu berasal dari akar kata "yang" yang berganti-ganti suara yung, yong, seperti dalam kata: Laying (nglayang)=yang, dhoyong=yong, reyong=yong, reyong-reyong, atau reyang-reyong yang berarti selalu berpindah tempat sambil membawa sesuatu, poyang-payingen, ruwet dari kata asal: Poyang, akar kata yang. Menurut hasil perbandingan dari arti kata yang akar katanya berasal dari yang dan sebagainya tadi, maka jelas bahwa arti dari akar kata: Yang, yung, yong ialah bergerak berkali-kali, tidak tetap, melayang.
Angklung Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambukhusus yangditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awalpenggunaannyaangklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional
ari Topeng Adalah tarian suku sunda yang dibawakan oleh sekelompok orangpenari pria atau wanita, yang menggunakan topeng khas suku sunda , dan biasanyatarian ini untuk menyambut tamutamu yang ingin berkunjung datang , dan sebagai pementasan pada saat acara-acara tertentu .Seperti perkawinan, khitanan,dan sebagainya
Wayang Golek Wayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat, yaitu pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musikDegung lengkap denganSinden nya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul
04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, sepertiRamayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil namanama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala danCepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang lucu dan menarik.
Reog Di daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini padaumumnya ditampilkan dengan Bodoran, serta diiringi dengan musik tradisionalyang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yangmempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan denganmembawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalahcerita lucu atau lelucon .
Kuda lumping Kuda Lumpingmerupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca, rumput.Selain itu orang yang memerankannya akan di cambuk seperti halnya menyabuk kuda.