TAR- 305 STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 5
LAPORAN KONSEP RANCANGAN Bangunan Teater Pertunjukan Seni (BTPS)
DISUSUN OLEH: SHARON JULYA / 2014420046 Kelas / Regu: A-1 DOSEN PENANGGUNGJAWAB: DR. IR. YASMIN SURIANSYAH, MSP. DOSEN KELAS: DR. IR. YASMIN SURIANSYAH, MSP. KOORDINATOR STUDIO: RYANI GUNAWAN ST., MT.
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
BANDUNG 2017
I.
PENDAHULUAN Musik merupakan bidang yang cukup berpengaruh sejak zaman dahulu yang masih merupakan musik dengan nada dan alat musik sederhana serta tradisional maupun pada masa teknologi dan kehidupan masyarakat global saat ini. Kebutuhan masyarakat akan musik sebagai bagian dari kehidupan berupa profesi, hiburan , komersial , dll merupakan hal yang tidak bisa dihindari, maka dari itu pentingnya mewadahi kegiatan bermusik serta berbagai kepentingannya sangat diperlukan. Bandung sebagai kota yang cukup dikenal akan musisi-musisi dengan kualitas dan kreatifitasnya dirasa perlu memiliki tempat untuk berkreasi dan melakukan aktivitas bermusik di tempat yang nyaman dan menjadi bagian dari pembentukan inspirasi serta mengembangkan budaya bermusik di masa yang akan datang , sehingga pada desain kali ini dipilih sebuah bangunan pertunjukan seni yang lebih mendominasi pada bidang musik. Musik yang menjadi fokus adalah musik kontemporer atau yang lebih banyak didengar masyarakat sekarang terutama genre musik jazz yang sejak beberapa tahhun terakhir ini marak diminati oleh masyarakat terutama kalangan muda di Bandung . Selain itu banyaknya konser atau pertunjukan musik jazz di Bandung yang diadakan dalam durasi yang cukup sering menjadi pertimbangan pentingnya ruang bermusik terutama terinspirasi dari musik jazz itu sendiri. Pada dasarnya musik jazz merupakan musik yang berasal dari budaya barat akan tetapi tidak menutup kemungkinan musik ini akan sangat berpotensi di banyak kalangan dan telinga pendengar terutama di zaman modern sekarang ini. Sync Music Space adalah sebuah bangunan pertunjukan seni yang dimaksudkan untuk fungsi utama di bidang musik yang terinspirasi dari genre musik jazz dan bertempat di Kota Baru Parahyangan Bandung, sebagai ruang bermusik dan pertunjukan dilengkapi dengan failitas dan ruang yang dapat menjadi sarana bagi publik untuk menikmati dunia musik juga gerak dengan tetap mempertahankan lokalitas agar mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan pengguna.
II.
ANALISA dan FASILITAS LINGKUNGAN
1.DATA TAPAK_DAN KETENTUAN______________________________________________________ Alamat
: Jalan Bujanggamanik , Jalan Parahyangan
Luas tapak
: 12.428 m2
Area perencanaan : 7.048 m2 KDB
: 30% = 3.7284 m2
KLB
: 0,8 = 9.942,4 m2
RTH
: 30% = 3.7284 m2
KDH
: 10% = 1.2428 m2
Basement
: maks. 2 lantaidibawah bangunan utama tidak boleh keluar tapak bangunan di luar bangunan utama kedalaman min. 2 meter dari muka tanah
Garis sempadan basement : 3 m dari batas tapak GSB
UTARA TIMUR SELATAN BARAT
10m 15m 15m 10m
BATAS KAWASAN
UTARA TIMUR SELATAN BARAT
Kavling tetangga Trotoir : 1,2 m Saluran air : 0,45 cm Trotoir : 1,2 m Saluran air : 0,45 cm Kavling tetangga
2.PERATURAN BANGUNAN TERKAIT KAWASAN___________________________________________ Kawasan Kota Baru Parahyangan Berdasarkan Perda RDTRK KBB Nomor.24 Tahun 2009 tentang Kawasan Perkotaan Padalarang 20092028, pembagian kawasan perkotaan Padalarang terbagi ke dalam 3 bagian wilayah kota (BWK) yang meliputi BWK A,BWK B dan BWK C. Kota Baru Parahyangan termasuk dalam Kecamatan Padalarang, yaitu BWK B bagian tengah. BWK B diarahkan sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional,dan pengembangan permukiman perkotaan kepadatan sedang dan tinggi.
a. Standar Jalan Jalan Lokal Primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya. (R. Desutama, 2007) Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal Primer adalah : 1) Kecepatan rencana > 20 km/jam. 2) Lebar badan jalan > 6,0 m. 3) Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa Jalan Lokal Sekunder adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan, atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan. Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal Sekunder adalah :
1) Kecepatan rencana > 10 km/jam. 2) Lebar jalan > 5,0 m.
Penyediaan jaringan jalan sudah sesuai dgn standar pembangunan jaringan jalan utk kawasan perumahan/permukiman. Dan tdk dibangun pada kawasan lindung sehingga tdk menimbulkan dampak negatif thdp penggunaan lahan yang ditetapkan.
b. PERDA BANDUNG BARAT Bagian ketiga Strategi Perencanaan Ruang Pasal 6
(1)
Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengendalikan pemanfaatan ruang di WP Lembang dan WP Padalarang bagian Utara; dan
b. memantapkan fungsi PKL, PPK, dan PPL untuk mendukung pertumbuhan perekonomian di setiap WP, melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung perkembangan perekonomiandaerah.
(2)
Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah selatan dengan tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
b. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan c . membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya
(3)
Strategi untuk penataan dan pengembangan jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan serta kualitas jaringan prasarana wilayah untuk mendukung pergerakan antar Wilayah Pengembangan (WP);
b. mengembangkan sistem angkutan umum massal; c.
meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan di setiap Wilayah Pengembangan (WP);
d. meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan, industri, dan pertanian;
e.
meningkatkan sistem pengelolaan dan pemrosesan sampah di kabupaten, sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, dan perkembangan kegiatan perkotaan; dan
f.
meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama di PKL, untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi
ke pusat kegiatan di PKN.
(4) Strategi untuk mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP) dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. Menetapkan 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) untuk meningkatkan efektivitas pelayanan dan optimalisasi fungsi wilayah;
b. mengoptimalkan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan; c. mengarahkan pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap WP; d. mencapai fungsi PKL, PPK, dan PPL dalam setiap Wilayah Pengembangan (WP); dan e. meningkatkan ketersediaan jaringan prasarana wilayah untuk mendukung mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di setiap Wilayah Pengembangan (WP).
(5) Strategi untuk perwujudan dan pemeliharaan kelestarian kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. merehabilitasi kawasan kritis; b. menghentikan perusakan kawasan hutan; dan c. menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan, seluas 30% (tiga puluh persen) dari luas seluruh kawasan perkotaan.
(6) Strategi untuk pencegahan kerusakan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. melaksanakan sosialisasi rencana kawasan lindung; dan b. mewujudkan penegakan hukum. (7) Strategi untuk perwujudan keterpaduan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf i diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;
b. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan;
d. mengembangkan wilayah-wilayah kecamatan untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
e. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya air yang bernilai ekonomi tinggi di waduk/danau untuk meningkatkan perekonomian.
(8) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya tampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j diwujudkan dengan strategi meliputi:
a. membatasi pengembangan lahan terbangun di kabupaten bagian utara; b. mengatur bentuk permukaan tanah pertanian tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan untuk mengendalikan air larian dan mencegah erosi;
c. mengendalikan pembangunan pada lahan yang melampaui daya dukung dan daya tampung; dan d. mengendalikan kegiatan pertambangan yang berpotensi merusak lingkungan.
Pasal 20
Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terdiri atas: a. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik saluran udara dan bawah tanah; b. peningkatan cakupan pelayanan listrik ke desa-desa yang belum teraliri listrik;
c. pengembangan sistem jaringan kabel listrik bawah tanah pada jaringan utama dan kawasan khusus di pusat kota;
Pasal 23
(1) Jaringan prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d terdiri atas: a. jaringan prasarana lingkungan; dan b. jaringan prasarana kabupaten lainnya. (2) Jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi: a. pengembangan sistem air minum; b. pengembangan sistem persampahan; dan c. penetapan jalur dan ruang evakuasi bencana. (3) Pengembangan sistem air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi: a. pembangunan perpipaan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) untuk melayani daerah yang belum terlayani; b. peningkatan kapasitas produksi PDAM dan menurunkan kehilangan air; c. perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi; d. peningkatan cakupan pelayanan sistem distribusi perpipaan di kawasan perkotaan; dan e. pengembangan sistem jaringan pelayanan lintas wilayah; f. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam penyelenggaraan pengembangan air minum; g. Pengembangan alternatif pembiayaan; dan h. Peningkatan kapasitas pengelola. (4) Pengembangan sistem persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau penyediaan kontainer di setiap wilayah kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah tangga. b. optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah di Sarimukti; c. pengembangan sistem pengelolaan dan pemrosesan sampah terpadu melalui integrasi 3P (pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang) mulai dari sumber sampah (baik domestik, niaga dan industri) dengan prinsip pengelolaan sampah tuntas di tempat secara mandiri dan berkesinambungan; dan
d. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam penyelenggaraan pengelolaan sistem persampahan; dan e. peningkatan kapasitas pengelola pengembangan alternatif pembiayaan.
(5) Jaringan prasarana kabupaten lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. pengembangan sistem drainase; dan b. pengembangan sistem air limbah. (6) Pengembangan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a meliputi: a. pembangunan saluran drainase skala tersier di PPK; b. pemeliharaan saluran drainase; c. perbaikan dan normalisasi saluran drainase; dan d. perencanaan drainase terpadu dengan jaringan jalan. (7) Pengembangan sistem air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b meliputi: a. peningkatan pengelolaan limbah rumah tangga di kawasan permukiman; b. penyediaan sarana pendukung pengelolaan limbah rumah tangga; c. pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpadu meliputi: 1. Kecamatan Cipatat; dan 2. Kecamatan Batujajar. Pasal 38 Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf f dengan luas kurang lebih 2.266 (dua ribu dua ratus enam puluh enam) hektar terdiri atas:
a. pengendalian kawasan industri yang terdiri dari industri rumah tangga/kecil, sedang, dan besar yang berada di:
1. Kecamatan Batujajar; 2. Kecamatan Cihampelas; 3. Kecamatan Cikalongwetan; 4. Kecamatan Cipatat; 5. Kecamatan Cipeundeuy; 6. Kecamatan Ngamprah; dan 7. Kecamatan Padalarang. b. pengembangan kawasan peruntukan industri sedang dan besar berada di Kecamatan Cipeundeuy; dan
c. pengembangan industri rumah tangga/kecil berada di seluruh kecamatan.
Pasal 40
(1) Pengembangan kawasan perumahan mandiri diarahkan di Kecamatan Padalarang.
Bagian Kedua Kawasan Strategis Kabupaten Pasal 43
(1) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) ditentukan berdasarkan kepentingan dari sudut:
a. pertumbuhan ekonomi; b. pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi; dan c. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. (2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. KSK Perkotaan Padalarang meliputi: a. Kecamatan Padalarang; b. Kecamatan Ngamprah; c. Kecamatan Batujajar; dan d. Kecamatan Cisarua. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Pasal 56
a. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan drainase
sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf a disusun dengan memperhatikan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan drainase; b. pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada;
c. setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;
d. tidak memanfaatkan saluran drainase pembuangan sampah, air limbah atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran; dan
e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan
3.AKSESIBILITAS_DAN SIRKULASI_______________________________________________________ 3.1 OBSERVASI AKSESIBILITAS a.Akses tapak dengan kendaraan : Tol Padalarang
Jl. Parahyangan Jl. Bujanggamanik
Jl. Nanggeleng
Jl. Gelap Nyawang Jl. Kertajaya
UTARA – Sirkulasi utama : Jl.Parahyangan TIMUR – Sirkulasi sekunder : Jl. Bujanggamanik SELATAN – Sirkulasi tersier : Jl. Kertajaya BARAT – Jl.Kancahnangkup Kidul ( jalan perkampungan )
Jalur kendaraan dapat diakses dengan kendaraan roda dua maupun roda empat , Lebar Jl. Bujanggamanik 15,8 m Shuttle Bus dengan rute Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjang via Tol Purbaleunyi Jalur sepeda di kedua sisi jalan dengan lebar masing-masing 1,4 m
Sudah terintegrasinya jaringan jalan di Kota Baru Parahyangan dgn jaringan jalan di kawasan sekitarnya, tapi kemudahan akses pergerakan dari jalan tsb menimbulkan dampak negatif yaitu kemacetan lalu lintas di beberapa titik tertentu.
Gambar 1. Peta Kawasan Gambar 2. Jalur sepeda
b.Akses pejalan kaki : Tidak ada fasilitas trotoar untuk memprioritasi pejalan kaki – diasumsikann ada pada soal ini. Acuan mengikuti trotoir rata-rata Kota Baru Parahyangan dengan lebar 1,2 m
3.2 ANALISIS AKSESIBILITAS Jl. Bujanggamanik merupakan muka tapak sehingga akses utama menuju kawasan pembangunan BTPS melaluui jalan tersebut. Adanya bundaran pembatas jalan menjadi pertimbangan perletakann entrance kendaraan menuju tapak, jika entrance ditempatkan di dekat jalur menuju bundaran dikhawatirkan akan menimbulkan kemacetan pada jam sibuk atau pada saat adanya pengunjung yang cukup banyak dan menciptakan arus lalu lintas sepanjang bundaran dan pengguna jalan lain terhambat meskipun secara keterjangkauan lebih efisien .
Gambar 3. entrance
Akses dirasa lebih efektif dengan membuat entrace di sisi lebih bawah sehingga manuver sepanjang bundaran dan engguna jalan lain mendapat ruang yang cukup, kemudian exit langsung menuju bundaran Jl. Parahyangan tanpa menghalangi sirkulasi kendaraan di jalan. Kemudian jalur kecil Jl. Kertajaya dapat dijadikan potensi untuk jalur kendaraan service karena cukup privat.
Masuk Keluar Service
3.3 SIRKULASI DALAM TAPAK Gambar 4. Entrance ,exit, service
Kemungkinan sirkulasi dalam tapak mengikuti kemungkinan dari entracenya , sehingga sirkulasi publik atau pengunjung (publik) berada di daerah depan ( dekat Jl. Bujanggamanik ). Sirkulasi servis diperkirakan di belakang karena jauh dari jangkauan publik sehingga tidak mengganggu proses persiapan dan saling mengganggu kenyamanan .
Pegunjung Servis Persiapan
Gambar 5. Sirkulasi dalam tapak
4.KONDISI TAPAK___________________________________________________________________ 4.1 OBSERVASI MATAHARI
Matahari dari Timur langsung masuk ke tapak sehingga matahari pagi yang didapat cukup dan maksimal untuk penerangan yang nyaman pada pagi hari , akan tetapi agak silau karena pepohonan yang ada jauh dari daerah bangun. Matahari dari Barat juga langsung memasuki kawasan tapak tanpa terhalangi vegetasi sehingga menjadi aspek yang cukup kurang baik dikarenakan matahari sore yang menyengat serta radiasi tinggi langsung memasuki tapak tanpa terlindungi pembayangan apapun.
Gambar 6. Matahari timur – dari Jl. Bujanggamanik
Gambar 7. Matahari barat – dari bundaran
4.1.1 ANALISIS MATAHARI Perlunya teritis yang cukup panjang atau menciptakan banyak pembayangan dengan vegetasi, bentuk bangunan, bentuk atap , dll sehingga cahaya yang masuk merupakan cahaya yang sesuai kenyamanan
visual, cahaya langit yang tidak silau ,cahaya langsung yang tidak mengganggu kegiatan, dan juga radiasi yang tidak mengganggu suhu kenyamanan ruang dalam. 4.2 OBSERVASI ANGIN Arah angin dominan berasal dari arah Barat Laut. Kecepatan angin di tapak ini cukup kencang dan terus-menerus sehingga kurang nyaman bagi pejalan kaki. Di sisi lain ini merupakan potensi tapak karena angin yang bertiup cukup menyejukkan dan bukan merupakn angin panas atau lembab. = Arah angin
Gambar 9. Arah angin
4.2.1 ANALISIS ANGIN
Dibutuhkan pengarah atau pembelok angin berupa fasadd , bentuk , atau elemen pembelok angin lain di arah angin dominan datang besehingga tidak semerta-merta memasuki ruangan dan memuat ketidaknyamanan baik dari sisi termal maupun kebisingan.
Gambar 10. Kolding campus
4.3 OBSERVASI POTENSI VIEW Dari Arah Utara
Pemandangan cukup leluasa , hanya terdapat pemandangan gunung dari jarah jauh dan bangunan fasilitas kolam renang dan sekolah.
Gambar 11. Tampak utara 1
Gambar 12. Tampak utara 2
Dari Arah Timur
Gambar 13. Tampak Timur 1
Gambar 14. Tampak Timur 2
Pemandangan berupa bukit yang cukup jelas terlihat dan bersih dari pemandangan permukiman di perbukitan , hanya ada permukiman di daerah bawah. Dari Arah Barat
Terlihat lahan kosong yang cukup luas di kavling di sebrang jalan dengan komposisi pepohonan yang kurang lebih sama di sepanjang trotoar.
Gambar 15. Tampak Barat
Dari Arah Selatan
Gambar 16. Tampak Selatan 1
Gambar 17. Tampak Selatan 2
Terdapat perkebunan warga dan terlihat perbukitan yang cukup asri tetapi mulai terdominasi oleh permukiman.
4.3.1 ANALISIS POTENSI VIEW View yang cukup merarik dan indah berada pada sisi Barat dan Utara , akan tetapi intensitas cahaya matahari di Barat cukup mengganggu kenyamanan sehingga kontradiktif dengan view.
4.4 OBSERVASI VEGETASI Vegetasi yang terdapat pada tapak hanya berupa pepohonan kecil, rumput dan pepohonan yang kurang rindang. Pepohonan yang kurang rindang berada di sisi ajlan Timur dengan jarak antar pohonnya kurang lebih 15 meter sehingga pada sisi timur terdapat 7 pohon. Sedangkan pohon kecil yang berada di dalam tapak hanya sedikit dan tak tentu. Dalam area ini terdapat kebun singkong yang memenuhi tapak.
Gambar 18. Vegetasi 1
Gambar 19. Vegetasi 2
4.41 ANALISIS VEGETASI Relokasi pohon-pohon kecil ini dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan vegetasi pada tapak dan lebih tertata sehingga tidak perlu menebang dan membuangnya.
4.5 OBSERVASI HUJAN
Hujan langsung menuruni kawasan tapak tanpa ada pelindung , pepohonan rindang tidak ada di daldam daerah bangun.Kondisi eksisting yang memiliki drainase berupa selokan tidak terawat dengan baik, pembangunan yang belum selesai dan tertata membuat selokann menjadi tempat sampahh dan tidak memiliki kelanjutan penanggulangan karena di titik ujugnya terputus. Lalu adanya lubang-lubang drainase jalan menjadi solusi pengaliran air dari jalan.
Gambar 20. Drainase 1
Gambar 21. Drainase 2
4.5.1 ANALISIS HUJAN Perlunya penanganan drainase yang baik, berpenutup dan terawat agar tidak sia-sia terhadap kelancaran utilitas kawasan karena jika tidak dirawat akan terjadi banjir dan penurunan kualitas kesehatan pada tapak maupun kawasan.
5.FASILITAS KAWASAN_______________________________________________________________ fasilitas pendidikan Bandung Alliance Intercultural School (BAIS), jarak = ±300m
Gambar 22. BAIS
Cahaya Bangsa Classical School, jangkauan ±450m
Gambar 23. Cahaya Bangsa
TKK-SDK BPK Penabur Bandung, jangkauan 1.300m
Gambar 24. BPK Penabur
Ruang ibadah Newlife Church Kota Baru Parahyangan, jangkauan ±700m Masjid Al Irsyad Satya, jangkauan ±1.640m
Gambar 25. Masjid Al-Irsyad
Rumah sakit
RS. Cahya Kawaluyan , jangkauan ±1.300m
Gambar 26. Rumah Sakit
Transportasi
Shuttle Bus dengan rute Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjang via Tol Purbaleunyi Tidak terdapat transportasi umum.
Waduk waduk saguling, jangkauan 580m
6. ZONING DAN BLOCKING____________________________________________________________ 6.1 ZONING 1 .Zona Penerimaan (Publik) Parkir, Lobby, Fasilitas p3k, Lavatory, R.Informasi, Foodcourt , cafe, merchandise booth,r.tiket , dll
1
4
3 1
2
1 1
publik
2
2. Zona Semi-publik ( setelah pembelian tiket bagi pengunjung )
1
Hall of fame, pre-function hall,auditorium, dll 3.Zona Semi-privat ( stage ) Stage , side stage , control, teknisi ,dll 4.Zona Servis /Persiapan
Gambar 27. Zoning Tapak
Backstage dan persiapan performer (make up, wardrobe , green room ,dll) ; ruang penunjang dan servis seperti ME , panel, ruang OB, dll.
6.2 BLOKING
Kotak biru merupakaran rencana awal perletakan masa
Entance utama
Penerima / publik
stage auditorium
Ruang persiapan performer
service
Loading dock
backstage
pengelola
rehearsal
Persiapan / servis
Entrance 2
Gambar 28. Blocking Drop-off Masuk Keluar Service
Jalur kendaraan parkir Jalur keluar parkir
6. UTILITAS________________________________________________________________________
6.1 I LISTRIK tersedia gardu per kawasan satu blok kavling, misalya kavling ini termasuk dalam Kertajaya, sudah ada lampu-lampu jalan sebagai fasilitas peneranan kawasan tepi jalan dan trotoir.
Gambar 29. Gardu
Gambar 30. Lampu dan trotoir
tersangkut kotoran dari lingkungan. Kemudian tersedianya listrik per blok sudah ukup menjamin ketersediaan listrik tapak cukup baik.
Gambar 31. Jaringan Telepon
Gambar 32. Jaringan listrik
6.2 AIR BERSIH -Sumur Artesis (Water Treatment Plan), -Sistem jaringan penyediaan air bersih juga masih terkoneksi dengan Kota Induk (PDAM Kota Padalarang) Tersedianya instalasi pengolahan air bersih 6.3 AIR KOTOR DAN PEMBUANGAN LIMBAH Sistem jaringan penyediaan pengolahan air dan pembuangan limbah (limbah rumah tangga) hasil dari Kota baru Parahyangan menggunakan ”BIOFILTER / Sewage Treatment Plan”. Sehingga limbah yang dikeluarkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan perumahan di Kota Baru Parahyangan
Gambar 33. biofil
6.4 DRAINASE Sistem jaringan drainase di Kota Baru Parahyangan menggunakan sistem ”Underground”. Dan aliran airnya diarahkan menuju Danau Saguling.
Gambar 34. selokan
Gambar 35. Sumur air kotor
6.5 SAMPAH Sistem pembuangan sampah dilakukan per unit rumah, dan terdapat TPS disetiap unit lingkungan. Di Kota Baru Parahyangan terhadap program pengolahan sampah menjadi ’Kompos’(frekuensi pembuangan di jalan Utama setiap hari & di setiap cluster dilakukan dua hari sekali)
Gambar 36. Sampah cluster
Gambar 37. Pengolahan kompos
6.6 PROTEKSI KEBAKARAN Adanya markas pemadam kebakaran Kabupaten Bandung Barat yang berlokasi di Jl. Wangsa Niaga Wetan kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung
Gambar 38. Markas Pemadam Kebakaran
6.7 BIOPORI
Gambar 39. Biopori
Mempraktekan biopori pada kawasan-kawasan yang berada di Kota Baru Parahyangan sehingga resapan-resapan air terjaga dan juga berpotensi mengolahh limbah dengan baik.
6.7 ANALISA UTILITAS
Jaringan listrik berupa kabel-kabel dan susunannya tertata rapih dan terencana di bawah tanah sehingga tidak ada ganggguan kenyamanan visual terhadap kabel yang menggantung atau menjuntai berantakan Pengolahan limabh dan air kotor sudah tertata baik dan sistematik di bawah tanag sehingga tidak mengganggu infrastruktur diatas tanah / pedestrian
Air bersih yang disediakan cukup memadai dengan adanya PDAM juga penggunaan sumur artesis untukk mencukupi kebutuhan air bersih kawasan Pengolahan sampah dan limbah rumah tangga diberi ruang tersendiri dan diproses terencana untuk prmupukan sehingga mengurangi tingkat penumpukan sampah yangg mengganggu kesehatan atau tidak dimanfaatkan dengan baik. Menjadi potensi perekonomian sekaligus mengurangi biaya pembeliann kebutuhan perawatan tanaman kawasan. Ketersediaan sumber daya kawasan sangat memadai dari segi utilitas yang terlihat terencana dan terus dikembangkan sehingga pemanfaatannya dapat langsung dinikmati dan dipakai untuk kebutuhan pembangunan.
III.
KONSEP RANCANGAN
A.TEMA Tema yang diambil adalah Elegance in Locality tema ini diambil karena dapat mewakili sifat musik jazz yang seringkali diartikan sebagai musik kaum atas dan rumit akan tetapi sebenarnya secara sederhana mudah diterima ditelinga banyak orang karena bawaan musiknya yang menenangkan dan membuat pendengarnya merasa nyaman karena bernuansa swing dan mengalun lembut, serta kebutuhan dan keingnan masyarakat yang mencakup banyak kalangan. Selain itu tema ini sendiri tetap berakar pada konteks Kota Baru Parahyangan yang memiliki 3 prinsip utama dalam perkembangan kotanya.
1.Materiality Budaya FRIENDLY
locality
KONTEKS
Sejarah
2.Prinsip dasar rumah tradisional Sunda : Panggung
4. dll
Pendidikan
ELITE
elegance
1.Fungsi : jazz music hall 2.Warna 3.Suasana 4.dll
HARMONY
3. Penghawaan
B.KONSEP DESAIN Pengembangan tema yang terinspirasi dari musik jazz yang dianggap rumit namun sebenarnya mudah diterima di kalangan masyarakat memiliki ciri khas yang dinamakan syncopation . Sinkopasi ini adalah improvisasi yang seringkali dilakukan oleh pemain musik jazz agar musik tidak terdengar monoto , setiap pemain memiliki skill dan improvisasi yang selalu berbeda setiap kali tampil , tidak pernah sama dan sangat dipengaruhi mood. Dari hal ini diambil sebuah karakter yang menyampaikan pesan bahwa meskipun masing-masing berkarakter kuat dan menunjukan keunikannya, musik pada akhirnya dibalut dan bersatu satu sama lain menjadi bentuk yang harmonis(membentuk transformasi). c.Konsep Bentuk dan Desain
PROSES
Bentuk yang dipilih mewakili konsep yang telah dijelaskan diatas yaitu :
1. Improvisasi – geomeris, bersudut lancip (menunjukan karakter menonjol) 2. Transformas – pembauran antara geometris bersudut dan sedikit lengkung 3. Harmonis – geometris lengkung lebih dominan
Realisasi 1. Bentuk atap geometris bersudut Fungsi melindungi dari panas dan curah hujan
Realisasi 2 . -Bentuk atap tepi bersudut dan lengkung -
Adaptasi bentuk denah bersudut dan lengkung ( bagian lengkung berfungsi mewadahi aktifitas publik atau kegiatan dengan ruang gerak lebih leluasa ( rehearsal, lobby, ruang duduk)
Realisasi 3. Bentk landscape yang lebih dinamis dan didominasi bentuk-bentuk melengkung memberi kesan lembut seperti sifat musik jazz yang dikenal masyarakat
C.KONSEP WARNA 1.Warna-warna yang digunakan adalah warna yang cenderung netral dan tenang atau lembut -Biru tua -Abu -Coklat tua -Coklat muda Sehingga selain memperkuat konsep ketenangan musik, kesan mewah dari warna sederhana dimunculkan untuk memperkuat konsep.
Auditorium
Merchandise booth dan ticketing
Lobby
Cafe lantai 2
D.KONSEP STRUKTUR DAN MATERIAL -Penggunaan material didominasi beton karena pertimbangan aspek lokal banyaknya penghasil pasir dan semen serta bahan dasar beton di daerah Padalarang -Penggunaan bambu sebagai material fasad dan ventilasi karena mudah didapat, murah, memunculkan kesan alami tapi sederhana yang dekat dengan masyarakat . Pentingnya ventilasi alami dibutuhkan agar mengurangi penggunaan AC yang terlalu banyak sehingga menurunkan biaya penggunaan energi bangunan dan memanfaatkan arah angin serta potensi hawa sejuk yang dimiliki kawasan.
-Kaca untuk memperbanyak intensitas cahaya masuk ke dalam ruang-ruang publik sehingga mengurangi kebutuhan listrik dan cahaya buatan yang berlebihan
Cafe lantai 2
D.KONSEP PENGHAWAAN DAN PENCAHAYAAN Penghematan energi dengan maksimalisasi bukaan agar cahaya dan udara alami masuk sehingga mengurangi penggunaan energi yang berlebihan terutama pagi menuju siang
Lubang ventilasi alami berupa bambu dan wire mesh
-Peninggian bangunan 100cm diatas lahan dimaksudkan untuk memperkuat kesan penerimaan selain itu basement 1 di bawah lantai dasar dapat ruang atau rongga untuk membuat lubang-lubang ventilasi pembuangn hawa panas dari bawah yang langsung mengarah ke luat bangunan atau tapak
E.KONSEP UTILITAS -Penggunaan sumur resapan pada setiap buangan air hujan atau kotor untuk mengembalikan air tanah sehingga tidak terbuang begitu saja menuju riol, serta dapat dimanfaatkan lagi menjadi sarana penyiraman tanaman lingkungan bangunan -penggunaan AC central pada ruang utama berupa auditorium, ruang kecil berupa kantor disediakan AC split namun tetap konsep ruang lain di luar ruang auditorium memanfaatkan ventilasi alami sebanyak-banyaknya dngan adanya jendela curtain wall dan juga lubang-lubang bukaan berupa fasad bambu wan wire mesh