SEKRESI SALIVA
Menurut Amerongen (1991), proses sekresi saliva dibedakan dalam dua fase, yaitu 3: 1. Sintesis dan sekresi cairan acinar oleh ol eh sel-sel sekretori. Rangsangan dapat berupa adrenergik (α dan β) maupun kolinergik. Rangsangan β dapat berupa adrenergik melalui neurotransmiter noradrenalin dibentuk (cAMP) yang mengaktifkan protein kinase dan fosforilase yang mengakibatkan kontraksi filamen sehingga granula sekresi diangkut ke membran plasma luminal yang akan melebar dengan membran granula setelah itu saliva primer diteruskan ke lumen melalui muara pembuangan. 2. Perubahan yang terjadi pada muara pembuangan, yaitu pada duktus striata. Saliva primer diangkut melalui saluran pembuangan kelenjar parotis dan submandibularis, air dan elektrolit (ion-ion seperti Na +, K +, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO3-) disekresi dan diresorbsi oleh sel-sel. Seluruh proses sekresi dikontrol oleh sistem saraf otonom. Volume saliva yang dihasilkan setiap hari berkisar antara 1-1,5 liter dengan komposisi yang bervariasi berupa unsur-unsur organik dan anorganik. 2
Hal-hal yang Mempengaruhi Sekresi Saliva
Produksi berbagai kelenjar saliva sangat tergantung kepada tingkat stimulasi dan sifat stimulasi. Kelenjar saliva dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi saliva dengan cara berikut4: 1. Rangsangan mekanis, misalnya dengan mengunyah makanan keras dan permen karet. 2. Rangsangan kimia, misalnya oleh rangsangan rasa, seperti rasa asam terutama asam sitrat, rasa manis terutama sukrosa dan glukosa, rasa asin, pahit, dan pedas. 3. Rangsangan psikis, misalnya dengan membayangkann makanan enak, stres dapat menghambat sekresi, sedangkan ketegangan dan kemarahan dapat menstimulasi sekresi. 4. Neuronal, misalnya kolinergik melalui asetil kolin, adrenergik melalui noradrenalin (melalui α dan β dan β reseptor reseptor ) 5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, protesa dapat menstimulasi sekresi saliva.
Mekanik
Sekresi kelenjar ludah, menurut Amerongen (1991), dapat dirangsang dengan cara-cara mekanis. Contohnya adalah dengan mengunyah. Sekresi saliva tanpa disertai rangsang mengunyah adalah 0,03-0,05 ml/menit/glandula, sedangkan sekresi saliva yang disertai dengan rangsang mengunyah dapat bervariasi atau lebih banyak. Pada sebuah jurnal penelitian di sebutkan mengenai aliran saliva yang dirangsang dengan, stimulasi mekanik dari bahan makanan buatan (chewing inert materials), atau mengunyah makanan alami (natural foods), ditemukan bahwa konsistensi dan volume makanan juga berpengaruh terhadap aliran saliva. Makanan yang membutuhkan daya kunyah besar atau makanan yang rasanya cukup mencolok dapat meningkatkan aliran saliva dan juga mengubah komposisinya. 3 Rangsangan mekanik seperti mengunyah dapat menimbulkan refleks saliva sederhana (tidak terkondisi). Reflex saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. 1 Rangsang mekanik pada sekresi saliva juga berhubungan dengan fungsi saliva yaitu, membantu proses pencernaan makanan. Pada saat mengunyah sekresi saliva lebih banyak karena saliva mengandung enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah yang dikeluarkan untuk mengubah tepung dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang lebih kecil. Selain itu juga berhubungan dengan fungsi saliva sebagai self-cleansing. Pada orang yang memiliki kebiasaan mengunyah pada satu sisi, sisi yang tidak digunakan cenderung akan lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah, ditandai dengan banyaknya akumulasi plak dan biasanya banyak terbentuk karang gigi. Kondisi ini disebabkan karena gerakan pengunyahan dan keberadaan makanan akan menstimulasi kelenjar saliva. Hal ini juga menjelaskan mengapa pada saat orang sedang berpuasa mulut terasa kering, karena hampir sama sekali tidak ada gerakan mengunyah dan tidak adanya makanan yang merangsang keluarnya saliva. 3 Kimiawi
Selain mekanik, sekresi saliva juga dipengaruhi oleh factor kimiawi, seperti rangsangan asam, manis, pedas atau pahit. Yang sering meningkatkan sekresi saliva adalah rangsangan dalam bentuk asam. Makanan yang mengandung karbohidrat atau asam yang sering dikonsumsi akan menyebabkan keasaman dalam mulut meningkat, sedangkan jaringan gigi dapat larut dalam keadaan asam. Dalam hal ini saliva sangat berperan dalam mengatur keasaman pH rongga mulut, di mana saliva bertindak sebagai buffer. 5 Kapasitas buffer saliva merupakan faktor penting, yang memainkan peran dalam pemeliharaan pH saliva, dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Hal tersebut berkorelasi dengan laju aliran saliva, pada saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk menurunkan kapasitas buffer dan meningkatkan resiko perkembangan karies. 3 Hasil percobaan pada suatu jurnal penelitian disebutkan bahwa rata-rata volume saliva tertinggi di dapatkan setelah mendapat stimulasi dengan asam sitrun (1,4 ml/menit) sedangkan rata-rata volume saliva terendah terjadi pada saat tanpa stimulasi/ kontrol (0,72
ml/menit) . Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini menguatkan teori bahwa stimuli asam dapat meningkatkan sekresi saliva secara signifikan. Selain itu, komposisi dan jumlah saliva yang dihasilkan memang cukup bergantung pada tipe dan intensitas stimulus, pada stimulus asam sitrun volume/ kapasitas sekresi saliva memiliki volume tertinggi dibandingkan yang lain. (tanpa stimulasi: 0,4 ml/menit12; daya pengunyahan: 0,85 ml/menit7; asam sitrun: 1,7 ml/menit7,12). 5
Regulasi Sekresi Saliva
Sekresi saliva berada di bawak kontrol syaraf. Rangsangan pada syaraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya.
Syaraf parasimpatik dari nucleus salivatorius superior menyebabkan superior menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan kandungan bahan organik yang rendah. rendah. 1 Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (Vasoactive Intestine Polipeptide), Polipeptide ), yang mana polipeptida ini adalah cotransmitter dengan dengan asetil kolin pada sebagian neuron parasimpatis pasca ganglio. Rangsangan syaraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Syaraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang kaya akan organik dari kelenjar submandibularis. 2
Referensi : 1. Gavião, Maria Beatriz D. & Bilt, Andries Andries Van der.. Salivary Secretion And Chewing : Stimulatory Effects From Artificial And Natural Foods. Journal Of Applied Oral Science 2004; 12(2) : 159-163 2. Gavião, M.B.D., Engelen, L., And Van Der Bilt, A. Chewing Behavior And Saliva Secretion. European Journal Of Oral Sciences 2004; 112: 19-24. 3. Amerongen, A.N., 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Penting bagi Kesehatan Gigi, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman : 6-22; 37-39 4. C. Fenoll-Palomares, J. V. Muñoz-Montagud, V. Sanchiz, B. Herreros, V. Hernández, M. Mínguez andA. Benages Unstimulated salivary flow rate, pH and buffer capacity of saliva in healthy volunteers. REV ESP ENFERM DIG (Madrid) 2004 ; 96. :773-783. 5. Putri Julica, Mawar.2010. Laporan Tertulis: Pengaruh Stimulasi Berkumur, Mengunyah dan Asam Sitrun terhadap Sekresi dan pH Saliva. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.