SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik
: Batu Ginjal
Sasaran
: Keluarga & pasien di ruang Hemodalisa
Tempat
: Ruang Hemodalisa
Hari/ Tanggal : Kamis, 18 September 2014 Waktu
: 25 Menit
Penyuluh
: Mahasiswa
I.
Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ban yak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lainyang masih belum terungkap (idiopatik).
II. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga & pasien dapat mengerti dan memahami tentang batu ginjal. III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga & pasien mampu :
Mengerti tentang urinary calculi (Batu Ginjal) Mengerti tentang etiologi dari Urinary calculi (Batu Ginjal) Mengerti tentang manifestasi klinis dari Urinary calculi (Batu Ginjal) Mengerti tentang patofisiologi Urinary calculi (Batu Ginjal) Menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan oleh pemateri tentang batu gintal.
IV. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga & pasien yang berada di ruang Hemodalisa. V. Materi
Terlampir VI. Metode a) Ceramah b) Tanya Jawab
VII.Media
Power point
VIII. Kegiatan Penyuluhan
NO 1.
2.
3.
WAKTU 5 menit
15 menit
5 menit
KEGIATAN PENYULUHAN Pembukaan : - Mengucapkan salam. - Memperkenalkan nama dan akademi - Menjelaskan tujuan dari penyuluhan - Menyebutkan materi yang diberikan. - Menanyakan kesiapan peserta Pelaksanaan : 1. Penyampaian materi Menjelaskan tentang Urinary calculi (Batu Ginjal) Menjelaskan tentang etiologi dari Urinary calculi (Batu Ginjal) Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari Urinary calculi (Batu Ginjal) Menjelaskan tentang patofisiologi Urinary calculi (Batu Ginjal) Menjelaskan tentang komplikasi dari Urinary calculi (Batu Ginjal)
2. Tanya jawab Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya Evaluasi: Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan, dan reinforcement kepada peserta yang dapat menjawab pertanyaan
KEGIATAN PESERTA
Menjawab salam Mendengarkan Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan
Mendengarkan
Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
Menjawab pertanyaan
IX.
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
- Keluarga & pasien ikut dalam kegiatan penyuluhan. - Penyelenggaraan penyuluhan yang dilakukan aula ruang Hemodialisa. 2. Evaluasi proses
Keluarga & pasien antusias terhadap materi penyuluhan.
Keluarga & pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
Keluarga & pasien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi hasil Keluarga & pasien dapat menjelaskan kembali dengan bahasa sederhana
tentang
penyebabnya.
apa
pengertian
batu
ginjal
dan
faktor-faktor
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal ) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
2.2. Etiologi Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu: 1). Faktor intrinsik, meliputi:
- Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. - Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. - Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. 2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
- Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
- Iklim dan temperatur. - Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
- Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
- Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Ada beberapa teori tentang terbentuknya batu saluran kemih adalah: 1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih. 2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristalkristal batu. 3) Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
2.3. Patofisiologi Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
Konsentrasi Larutan urin Meningkat
Supersaturasi elemen urin (kalsium, fosfat, oxalat)
pH urin yang berubah menjadi asam
Imobilisasi yang lama
Pergerakan kalsium ke tulang
Peningkatan serum kalsium
Penumpukan atau pengendapan semakin bertambah
Batu ginjal
Batu ginjal
Batu ginjal
Keluar lewat
Obstruksi Saluran
Trauma Saluran
Nyeri
Dilatasi Struktur
Refluks Urin
Hidronefrosis
Kerusakan Organ Ginjal yang lama
Gagal Ginjal Kronis
2.4. Jenis- jenis Batu Ginjal
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif. 1). Batu Kalsium Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
- Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
- Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
- Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
- Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
- Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat. 2). Batu Struvit Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garamgaram magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. 3). Batu Urat Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu
asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
2.5. Gambaran Klinik dan Diagnosis
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine). Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen). Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen. Ultrasongrafi
dikerjakan
bila
pasien
tidak
mungkin
menjalani
pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.
2.6. Gejala Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter , pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
2.7
Penatalaksanaan Medik
a. Tujuannya : 1. Menghilangkan obstruksi 2. Mengobati infeksi 3. Mencegah terjadinya gagal ginjal 4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali). b. Operasi, dilakukan jika : 1. Sudah terjadi stasis, bendungan. 2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus dilakukan operasi. c. Terapi : 1. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2. Allopurinol untuk batu asam urat. 3. Renisillin untuk batu systin. 4. Antibiotika untuk mengatasi infeksi. d. Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan : 1. Batu kalsium Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan baut kalsium fosfat : mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah. 2. Batu urat Makanan yang dikurangi: daging, kerang, gandum, kentang, tepungtepungan, saus dan lain-lain. 3. Batu struvite Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging. e. Pencegahan Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah: 1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2 3 liter per hari. 2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu. 3. Aktivitas harian yang cukup. 4. Medikamentosa. Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam. 2. Rendah oksalat. 3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria. 2.8
Discharge Planning
Penyuluhan pada pasien dan keluarganya : 1. Perlunya untuk memenuhi diet, terutama kalsium dan protein. 2. Menghindari makanan yang mengandung kalsium tinggi dan asam urat. 3. Menganjurkan klien untuk berolahraga. 4. Menganjurkan pasien untuk minum air putih 2 – 3 lt/sehari, diluar waktu makan. 5. Menjelaskan hygiene perseorangan yang benar, contohnya perawatan dan kebersihan daerah genitalia. 6. Hindari peningkatan suhu lingkungan yang mendadak yang dapat menyebabkan keringat berlebih dan dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Ed.4, EGC, Jakarta
Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990 ), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.