MENGEMBANGKAN MENGEMBANGKA N VISI GLOBAL MELALUI RISET PEMASARAN INTERNASIONAL MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemasaran P emasaran Internasional
Disusun oleh: Dinda (C1B015006) Putri Mauliddini Wijaya (C1B0150 Dwiki Setiawan (C1B015087) Lili Afryati ‘Aini (C1B015098) Ilham Rabbani (C1B015123)
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN 2016
BAB 1 PENDAHULUAN
Riset pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, perumusan tujuan penelitian, pengumpulan data, pengumpulan data, pengolahan data dan interpretasi hasil h asil penelitian. p enelitian. Kesemuanya itu ditujukan untuk untuk masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset pemasaran ini dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar. Menurut American Marketing Association, riset pemasaran adalah fungsi pemasaran yang menghubungkan antara konsumen, pelanggan, dan public dengan pemasaran melalui informasi – informasi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan peluang dan masalah pemasaran; menciptakan, menjaga, dan mengevaluasi kegiatan pemasaran; mengawasi kinerja pemasaran; dan meningkatkan pengertian pemasaran sebagai sebuah proses (Malhotra, 2004). Malhotra (2004) menyatakan bahwa riset pemasaran adalah “The systematic and objective
identification, collection, analysis, dissemination, and use of information for the purposeof assisting management in decision making related to the identification and solution of problems (and opportunities) in marketing”.
Segmentasi pasar adalah proses memilih suatu pasar ke dalam berbagai kelompok pelanggan yang berperilaku sama atau memiliki kebutuhan serupa. Pemasaran segmen, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki memi liki seperangkat keinginan yang sama. Pemasar tidak menciptakan segmen, tugas pemasar adalah mengidentifikasi segmen dan memutuskan yang mana yang akan menjadi target. Menurut Kotler (2009) mendefinisikan segementasi pasar, bahwa: "Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar buying characteristics or needs." Oleh karena itu dipandang penting untuk Pemasar mengetahui secara baik mengenai bagaimana melakukan Riset Pemasaran secara Global dan bagaimana memasuki Pasar Global yang dipenuhi oleh berbagai tantangan bagi pemasar.
BAB 2 PEMBAHASAN A. Keluasan dan Cakupan Riset Pemasaran Internasional
Perbedaan mendasar antara riset pasar domestic dan asing adalah jangkauan yang lebih luas yang dibutuhkan untuk riset asing, yang diperlukan karena adanya tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi. Berdasarkan kebuituhan informasi, riset dapat dibagi menjadi tiga jenis : (1) Informasi umum mengenai negara,area,dan atau pasar (2) informasi yang diperlukan untuk meramaikan keperluan pemasaran dimasa depan dengan mengantisipasi tren-tren sosial, ekonomi, konsumsi indusatri dalam pasar atau negara tertentu (3) informasi pasar spesifik yang digunakan untuk membuat
keputusan – keputusan
produk,promosi,distribusi,dan
harga,
dan
untuk
mengembangkan rencana-rencana pemasaran. Stabilitas politik, sifat – sifat kultural, dan karakteristik geografis sebuah negara merupakan jenis-jenis informasi yang biasanya tidak dikumpulkan oleh departemen riset pemasaran tetapi di butuhkan untuk menilai subuah pasar asing yang baik. Cakupan riset pemasaran internasional yang lebih luas ini tercermin dalam langkah – langkah perencanaan Unisys corpororation, yang mengadakan pengumpulan dan penilaian jenis- jenis informasi sebagi berikut : 1. Ekonomi. Data umum pada pertumbuhan ekonomi, inflasi, tren siklus bisnis dan sejenisnya, analisis profitabilitas dari produk suatu divisi studi ekonomi pada industry tertentu analsisi ekonomi luar negeri dan indicator-indikator ekonomi penting untuk Amerika serikat dan negara asing besar lainya. 2. Iklim kultural, sosiologis, dan politis. Sebuah tujuan umum nonekonomi atas kondisi yang memengaruhi bisnis divisi tersebut. 3. Gambar dari kondisi pasar. Sebuah analisis terperinci dari kondisi pasar yang dihadapi divisi tersebut, berdasarkan segmen pasar. 4. Rangkuman dari lingkungan teknologi. Sebuah rangkuman atas teknologi mutakhir dalam hubungannya dengan bisnis divisi tersebut, dengan hati-hati dipecah ke dalam segmensegmen. 5. Situasi kompetitif. Sebuah tinjauan atas pendapatan penjualan pesaing, meto de segmentasi pasar, produk, dan strategi yang terlihat dalam lingkup internasional.
Informasi mendalam seperti ini dibutuhkan bagi keputusan-keputusan pemasaran yang baik. Bagi pemasar domestic, sebagian besar dari informasi seperti ini telah dikumpulkan melalui pengalaman selama bertahun-tahun dengan sebuah pasar tunggal, tetapi dalam pasar asing, informasi tersebut harus dikumpulkan untuk setiap pasar baru. Terdapat perbedaan mendasar antara informasi yang secara ideal dibutuhkan dengan yang dapat dikumpulkan dan / atau digunakan. Banyak perusahaan yang terlibat dalam pemasaran asing tidak membuat keputusan dengan manfaat dari informasi yang telah disebutkan, biaya,waktu, dan elemen manusia merupakan variabel-variabel yang penting. Seiring perusahaan lebih berkomitmen pada pemasaran asing dan harga yang harus ditanggung atas kemungkinan kegagalan meningkat, bagaimanapun, penekanan yang lebih besar akan ditempatkan pada riset. Pengeluaran pada riset pemasaran benar-benar mencerminkan ukuran dan pertumbuhan pasar diseluruh dunia.
B. Proses Riset
Studi riset pemasaran selalu dibatasi oleh batasan-batasan waktu , biaya dan ide atau teknik terbaru yang ada. Periset harus berusaha mendapatkan informasi yang paling akuratdan reliable dalam batasan-baatasan yang ada. Proses riset harus mengikuti langkah-langkah berikut : 1. Definisikan masalah riset dan tentukan tujuan-tujuan riset. 2. Tentukan sumber-sumber informasi untuk memenuhi tujuan riset. 3. Pertimbangkan biaya dan manfaat dari usaha riset tersebut. 4. Kumpulkan data yang relevan dari sumber-sumber sekunder dan primer atau keduanya. 5. Analisis, interprestasi, dan rangkum hasil-hasilnya. 6. Komunikasikan hasil-hasilnya secra efektif kepada pembuat keputusan. Meskipun langkah-langkah dalam program riset sama untuk semua negara, variasi dan berbagai masalah dalam penerapannya muncul akibat perbedaan – perbedaan dalam perkembangan kultural dan ekonomi.
C. Mendefinisikan Masalah dan Menentukan Tujuan-Tujuan Riset
Proses riset harus dimulai dengan definisi masalah riset dan penentuan tujuan-tujuan riset spesifik. Kesulitan utamanya disisni adalah mengubah serangkaian masalah bisnis yang sering kali ambigu ke dalam tujuan riset yang digariskan dengan jelas dan dapat dicapai. Sebuah contoh bagus dari masalah yang didefinisikan dengan ringan seperti ini adalah maskapai penerbangan rusia Aeroflot, perusahaan tersebut melaksanakan studi merek untuk memberi tahu kepada keputusan pemasaran untuk meningkatkan reputasinya sejak lama untuk standar keselamatan yang buruk dan pelayanana yang tidak reliable. Ini adalah tantangan yang berat untuk periset pemasaran internasional.
D. Masalah-Masalah Ketersediaan dan Penggunaan Data Sekunder
Pemerintah AS menyediakan data statistic yang komprehensif untuk Amerika Serikat, seperti sensus populasi, perumahan, bisnis, dan pertanian AS yang telah dilakukan secara berkala. Sumber komersial, asosiasi perdagangan, kelompok manajemen, dan pemerintah negara bagian dan local menyedikan sumber-sumber tambahan bagi periset atas informasi pasar AS secara terperinci. Sering kali masalah bagi periset pemasaran Amerika adalah untk memilah-milah terlalu banyak data. Tidak hanya itu kualitas dan kuantittas data yang berhubungan dengan pemasaran yang tersedia di Amerika Serikat tidak dapat disamai oleh negara lain. 1. Ketersediaan Data
Banyak dari data sekunder mengenai pasar AS yang biasanya dimiliki para pemasar Amerika tidak tersedia di banyak negara. Data terperinci pada angka- angka penjual grosir, peritel, pabrikan, dan jasa-jasa fasilitas, misalnya, tidak tersedia dalam banyak bagian lain dunia, juga data pada populasi dan penghasilan. Sebagian besar negara sama sekali tidak memiliki juga data pada populasi dan penghasilan. Sebgain besar negara sama sekali tidak memiliki perwakilan pemerintahan yang mengumpulkan data secara teratur untuk jenis-jenis data sekunder yang tersedia di Amerika Serikat. Jika informasi seperti ini adalah penting, pemasar harus memulai riset tersebut dengan mengandalkan sumber-sumber data pribadi.
Satu masalah lain yang berhubungan dengan ketersediaan data adalah keterampilan bahasa periset. Sebagai contoh, meskipun sering kali terdapat data yang melimpah mengenai pasar Jepang, kemampuan untuk membaca bahasa Jepang merupakan syarat mengaksesnya, baik secara online maupun dalam teks. 2. Reabilitas Data
Data yang tersedia mungkin tidak memiliki tingkat reabilitas yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan yang meyakinkan karena banyak alasan. Statistik resmi kadang-kadang terlalu optimis, mencerminkan kebanggan nasional daripada realitas praktis, namun statistik juga seringka kali memperngaruhi data secara merugikan seperti mengenai struktur pajak yang mengakibatkan rasa takut perusahaan terhadap struktur pajak. Hal ini banyak terjadi dilkalangan perusahaan, seperti kasus yang terjadi di Cina, bedasarkan Kantor Penegak Statistik Nasional Cina yang telah menyingkap sekitar 60.000 laporan statisik palsu. Kesalahan yang disengaja dalam melaporkan data pemasaran juga bukan merupakan hal yang tidak bisa dalam sebagaian besar negara industry, seringkali angka-angka sirkulasi media cetak dengan sengaja dilebih-lebihkan. Seperti kebijakan pajak Uni Eropa yang mempengaruhi akurasi data yang dilaporkan. Statistik produksi seringkali tidak akurat karena negara memungut apajak atas penjulan domestic, sehingga beberapa perusahaan memangkas statistik produksi mereka sedikit untuk menyesuaikan penuualan yang dialporkan kepada otoritas pajak. S ebaliknya, statistik perdagangan asing mungkin diperbesar karena di setiap negara Uni Eropa memberikan sejumlah subsidi ekspor. 3. Komparabilitas Data
Komparabilitas data adalah kelemahan ketiga yang dihadapi pemasar asing. Di Amerika Serikat, sumber-sumber terkini yang reliabel dan perkiraan yang valid dari faktor sosial ekonomi dan indicator bisnis yang tersedia. Di negara lain, khususnya yang terbelakang, data yang ada mungkin ketinggalan beberapa tahun dan juga dikumpulkan menurut jadwal yang tidak sering dan tidak terduga. Tentu saja, perubahan yang cepat dalam fitur sosial ekonomi yang dialami banyak negara tersebut membuat masalah keaktualan data menjadi penting. Selanjutnya meskipun sekarang banyak negara yang mengumpulkan data yang reliabel, biasanya tidak terdapat rangkaian data yang bisa digunakan untuk membandingkan dengan informasi masa kini tersebut.
4. Memastikan Validitas Data Sekunder
Kelemahan-kelemanahn yang telah disebutkan di atas harus diperhatikan ketika menggunakan sumber informasi dari pihak manapun. Banyak negara mempunyai standar tinggi yang sama dalam pengumpulan persiapan data seperti yang biasanya ditemukan di Amerika Serikat, tetapi data sekunder dari sumber manapun termasuk Amerika Serikat, harus diperiksa dan diinterpretasikan secara hati-hati. Pertanyaan-pertanyaan berikut harus ditanyakan untuk menilai secara efektif reabilitas dari sumber data sekunder: 1. Siapakah yang mengumpulkan data tersebut? Adakah alasan-alasan untuk dengan sengaja mengubah interprestasi terhadap fakta yang ada? 2. Untuk tujuan apakah data tersebut dikumpulkan? 3. Bagaimana (dengan metodologi apakah) data tersebut dikumpulkan? 4. Apakah data tersebut secara internal konsisten dan logis jika dibandingkan dengan sumbe r data yang diketahui atau faktor-faktor pasar? Memeriksa konsisten satu set data sekunder dengan data lain yang telah diketahui validitasnya merupakan cara yang efektif, dan sering digunakan untuk menilai validitas. Secara umum, ketersediaan dan akurasi data sekunder yang tercatat meningkat seiring dengan mengingkatnya tingkat perkembangan ekonomi. Tetapi terdapat pengecualian seperti di India yang berada pada tingkat perkembangan ekonomi yang rendah dibandingkan dengan banyak negara, tetapi data yang dikumpulkan pemerintah akurat dan relative lengkap. 5. Mengumpulkan Data Primer: Riset Kuantitatif dan Kualitatif
Jika telah mencari semua sumber-sumber data sekunder yang layak, pertanyaan-pertanyaan riset masih belum terjawab secara memadai, periset pasar harus mengumpulkan data primer-yaitu, data yang dikumpulkan secara khusus untuk proyek riset tertentu yang ditangani.periset dapat menanyai perwkilan penjualan perusahaan, distributor, perantara, dan atau pelanggan untuk mendapatkan informasi pasar yang sesuai. Dalam sebagian besar pengumpulan data primer, periset menanyai responden untuk mencari tahu apa pendapat mereka mengenai sejumlah topik, atau
bagaimana mereka akan berperilaku dalam kondisi-kondisi tertentu. Metode riset pemasaran dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis dasar: riset kuantitatif dan kualitatif. Dalam riset kuantitatif, biasanya sejumlah responden diminta untuk menjawab baik secara verbal maupun secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan format jawaban tertentu darii serangkaian pilihan. Pertanyaan=pertanyaan dirancang untuk mendapatkan respons-respons spesifik mengenai aspek perilaku, tujuan, sikap, motif, dan karakteristik demografi dari responden. Riset kuantitatif menyediakan pemasar yang respons yang dapat diberikan perkiraan-perkiraan yang tepat. Respons-respons terstruktur yang diterima dalam sebuah survei dapat dirangkum dalam presentase, rata-rata, atau statistik-statistik lainnya. Dalam riset kualitatif, jika pertanyaan yang diajukan, pertanyaan-pertanyaan tersebut hamper selalu berujung terbuka atau mendalam, dan mencari respons-respons tidak terstruktur yang mencerminkan pikiran dan perasaan individual pada subjek tertentu. Bentu pertanyaan kualitatif yang paling sering digunakan adalah wawancara kelompok. Riset kualitatif digunakan dalam riset pemasaran internasional untuk merumuskan dan mendefinisikan masalah dengan lebih jelas, dan untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan relevan untuk diteliti dalam riset selanjutnya. Riset kualitatif juga digunakan di mana perhatian dipusatkan untuk mendapatkan pemahaman atas sebuah pasar, daripada aspek-aspek terukur yang relevan. Riset kualitatif juga membantu mengungkapkan dampak faktor-faktor sociocultural pada pola perlilaku, dan dalam mengembangkan hipotesis riset yang dapat diuji coba dalam studi lebih lanjut yang dirancang untuk mengukur konsep dan hubungan yang relevan yang terungkap dalam pengumpulan data kualitatif. Sering kali kombinasi data kualitatif dan kuantitatif terbukti bergua dalam pasar konsumsi, dan juga kondisi pemasaran industry dan bisnis-ke-bisnis.
E. Berbagai Masalah dalam Pengumpulan Data Primer
Keberhasilan riset primer bergantung pada kemampuan dari periset untuk mendapatkan informasi yang tepat dan jujur yang berkaitan dengan tujuan riset. Sebagian besar masalah dalam pengumpulan data primer dalam riset pemasaran internasional adalah
•
Timbul dari perbedaan kultural antarnegara
•
Meliputi
ketidakmampuan
atau
tidak
inginnya
responden
untuk
mengkomunikasikan pendapatnya •
Kurang tepat dalam menerjemahkan kuesioner
1. Kemampuan Mengomunikasikan Pendapat Kemampuan untuk mengekspresikan sikap dan pendapat mengenai sebuah produk atau konspe bergantung pada kemampuan responden untuk mengenali kegunaan dan nilai dari produk atau konsep tersebut. Merupakan hal yang sulit bagi seseorang untuk merumuskan kebutuhan, sikap dan pendapat mengenai barang yang kegunaannya tidak dipahami, tidak digunakan secara umum dalam masyarakat atau tidak tersedia. Semakin kompleks konsep tersebut, maka akan semakin sulit untuk merancang riset yang akan membantu responden mengomunikasikan pendapat dan reaksi yang berarti. Dalam keadaan tersebut, periset pemasaran internasional benar-benar ditantang.
2. Kesediaan untuk Merespon Perbedaan kultural memberikan penjelasan terbaik terhadap ketidaksediaan atau ketidakmampuan banyak orang untuk merespon survey riset. Peran pria, kepantasan penyelidikan pribadi yang berbasis gender, dan isu terkait gender lainnya dapat mempengaruhi kesediaan untuk merespons. Meskipun perbedaan kultural seperti ini bisa membuat riset survei menjadi lebih sulit, namun masih mungkin dilakukan.Teknik pengukuran yang tidak langsung atau metode analisis data nontradisional dapat lebih tepat digunakan 3. Pengambilan Sampel dalam Survei Lapangan Masalah terbesar dalam pengambilan sampel muncul dari kurangnya data demografi yang memadai dan tersedianya daftar-daftar tempat pengambilan sampel yang berarti yang tersedia. Di banyak negara, direktori telepon, direktori indeks-silang jalan, bidang, sensus dan data blok, dan karakteristik social dan ekonomi yang terperinci dari populasi yang dipelajari tidak tersedia dalam kondisi terbaru, itupun kalau tersedia. Daftar
surat-menyurat yang tidak memadai dan layapan pos yang buruk dapat menjadi masalah bagi periset pasar yang menggunakan surat untuk melakukan riset. Jenis-jenis masalah masalah yang ditemui dalam mengambil sebuah sampel acak meliputi hal berikut: - Tidak ada informasi sensus yang diakui secara resmi diakui - Tidak ada daftar lain yang dapat berfungsi sebagai sampling frame - Daftar telepon yang tidak lengkap dan ketinggalan jaman - Tidak ada peta yang akurat dari pusat populasi 4. Bahasa dan Pemahaman Masalah yang paling universal di negara asing asalah rintangan Bahasa. Perbedaan dalam idiom dan kesulitan terhadap terjemahan yang tepat menciptakan masalah dalam memperoleh informasi spesifik yang diinginkan dalam menerjemahkan jawaban responden. Tingkat melek huruf juga menimbulkan masalah lain lagi di sejumlah negara. Pemasar menggunakan tiga teknik yang berbeda untuk mengoreksi kesalahan penerjemahan a. Terjemahan kembali Dalam terjemahan kembali kuesioner diterjemahkan dari satu Bahasa ke Bahasa yang lain, kemudian pihak kedua menerjemahkannya kembali ke aslinya. b. Terjemahan parallel Terjemahan kembali tidak selalu menjamin terjemahan yang akurat k arena idiom yang umum digunakan dalam kedua Bahasa. c. Decentering Adalah modifikasi dari terjemahan kembali, merupakan proses berturut-turut dari penerjemah kembali kuesioner, setiap kali oleh penerjemah yang berbeda.
F. Riset Multikultural : Sebuah Masalah Khusus
Riset Multikultural meliputi berurusan dengan negara-negara yang mempunyai Bahasa, ekonomi, struktur social, perilaku dan pola sikap yang berbeda. Ketika merancang studi multicultural, memperhatikan perbedaan-perbedaan ini menjadi hal yang penting. Setiap metode yang berbeda mungkin mempunyai realibilitas yang beragam di negara yang berbeda. Karena perbedaan itulah metode riset yang berbeda harus diterapkan negara-negara secara individual. Sebagai contoh, di negara-negara
Amerika Latin mungkin sulit menarik konsumen untuk
berpartisipasi baik dalam kelompok fokus maupun wawancara yang mendalam karena perbedaan dalam menilai waktu. Dan orang Jepang cenderung tidak merespons survei via surat jika dibandingkan dengan pelaku bisnis Amerika. Adaptasi yang diperlukan untuk menyelesaikan studi lintas nasional tersebut memberikan contoh adanya kebutuhan terhadap kreativitas dalam riset pemasaran internasional. Tetapi, hal itu juga juga menimbulkan keraguan serius terhadap realibilitas data yang dikumpulkan dalam riset lintas nasional. Bukti menyatakan bahwa seringkali tidak hanya kurang ada perhatian pada kesalahn pengambilan sampel dan masalah lain yang dapat timbul dalam studi multicultural yang tidak dilakukan dengan baik, tetapi juga pada kesesuaian ukuran riset yang belum pernah diuji dalam konteks multikultultural.
G. Riset Di Internet : Kesempatan yang Sedang Tumbuh
Mengimbangi pertumbuhan penggunaan internet di seluruh dunia adalah hal yang tidak mungkin dilakukan. Kita mengetahui bahwa pada saat penulisan buku ini terdapat lebih dari satu miliar pengguna internet di lebih dari 200 negara. Bagi banyak perusahaan, internet menyediakan perantara baru yang semakin penting untuk melakukan beragam riset pemasaran menyatakan bahwa pengaruh yang paling penting pada industri tersebut adalah industri dan globalisasi. Telah dinyatakan, bahwa terdapat sedikitnya delapan penggunaan internet yang berbeda dalam riset internasional. 1. Panel survei dan pembeli online Riset ini memberikan insentif atas partisipasi dan memiliki kapabilitas pencabangan yang lebih baik daripada survei lewat telepon san surat yang lebih mahal. 2. Kelompok-kelompok fokus online
Papan bulletin dapat digunakan untuk tujuan ini. 3. Pelancakan pengunjung web Server secara otomatis melacak dan mengatur waktu perjalanan pengunjung web. 4. Pengukuran pengiklanan Server akan melacak hubungan ke situs lain. 5. Sistem identifikasi pelanggan Perusahaan menerapkan prosedur registrasi yang dapat melacak pengunjung dari waktu ke waktu dan menciptakan panel maya. 6. Daftar pemasaran e-mail Pelanggan dapat diminta untuk mendaftarkan diri pada daftar e-mail untuk menerima usaha pemasaran langsung di masa depan melalui internet. 7. Riset yang diikutkan Metode internet seringkali diikutkan secara langsung dalam situasi pembelian dan penggunaan yang sebenarnya, dengan demikian lebuih dekat dengan perilaku ekonomi actual dibandingkan metode riset tradisional. 8. Riset untuk tujuan observasi Ruang chatting, blog, dan situs web pribadi dapat dipantau untuk menilai pendapat konsumen mengenai produk atau jasa. Jelas terlihat, bahwa seiring internet terus bertumbuh, bahkan lebih banyak lagi jenis riset akan diadakan dan sampai tingkat peranti lunak penerjemah baru akan mempunyai dampak pada komunikasi pemasaran. Kemampuan melakukan riset primer adalah satu dari aspek internet yang menarik. Alat ini akan lebih memiliki kekuatan serta lebih akurat untuk melakukan riset primer. Internet juga dapat digunakan sebagai satu di antara beberapa metode pengumpulan data yang menawarkan lebih banyak fleksibilitas lintas negara. Pada masa kini, kekuatan internet yang sebenarnya bagi riset pemasaran internasional adalah kemampuannya untuk dengan mudah mengakses berbagai data sekunder. Data tersebut telah tersedia dalam bentuk cetakan selama bertahun-tahun. Namun perlu diingat bahwa informasi ini harus dipastikan validitasnya.
H. Memperkirakan Permintaan Pasar
Untuk menilai permintaan produk terkini dan meramalkan permintaan di masa depan, dibutuhkan data historis yang reliabel. Perkiraan atas ukuran pasar harus diusahakan agar dapat membuat rencana dengan efektif. Saat statistik yang diinginkan tidak tersedia, perkiraan yang mendekati dapat dengan menggunaan angka produksi lokal ditambah dengan impor dengan penyesuaian ekspor dan tingkat persediaan sekarang. Data-data tersebut lebih tersedia setiap saat karena umumnya dilaporkan oleh PBB dan agen internasional lainnya. Setelah perkiraan untuk tren penjualan didapat, rangkaian historis dapat digunakan sebagai asis untuk proyeksi pertumbuhan. Dua metode untuk meramalkan permintaan sangat sesuai bagi pemasar internasional yaitu Pendapat Ahli dan Analogi. 1. Pendapat Ahli
Bagi negara asing yang baru bagi pemasar, disarankan menggunakan pendapat ahli. Dalam metode ini dikumpulkan pendapat ahli mengenai ukuran pasar dan tingkat pertumbuhan. Ahli-ahli ini bisa merupakan manajer penjualan perusahaan sendiri atau konsultan dari luar, dan pejabat pemerintah. Kunci menggunakan pendapat ahli untuk membantu dan meramalkan permintaan adalah triangulasi , yaitu membandingkan perkiraan yang dihasilkan oleh sumber yang berbeda. Mengembangkan berbagai skenario dapat berguna dalam dituasi yang paling ambigu, seperti contoh, meramalkan permintaan bagi jasa akuntan dalam pasar yang sedang muncul sepeti Cina dan Rusia atau mencoba meramalkan dampal SARS pada pariwisata di Hong Kong. 2. Analogi
Teknik ini mengansumsikan permintaan untuk sebuah produk berkembang dengan carayang hampir sama di semua negara, seiring terjadinya perkembangan ekonomi yang sebanding dalam masing-masing negara. Seperti contoh, andaikan sebuah perusahaan ingin memperkirakan potensi pertumbuhan pasar untuk sebuah minuman di negara X dimana perusahaan tersebut tidak memiliki angka-angka penjualan yang memadai, tetapi mempunyai data minuman yang sangat bagus untuk negara tetangga Y. Di negara Y konsumsi perkapita diketahui meningkat pada rasio yang dapat diramalkan sering meningkatnya produk domestol kotor (GDP) jika GDP per kapita negara X diketahui, maka konsumsi per kapita minuman tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan hubungan yang terbentuk di negara Y.
Semua rencana bisnis seluruhnya bergantung pada ramalah terhadap masa depan yang tidak seorangpun dapat melihatnya. Bahkan perusahaan yang terbaik dapat membuat kesalahan besar.
I. Masalah-Masalah Dalam Menganalisis Menginterpetasikan Informasi Riset -
Setelah data dikumpulkan langkah terakhir dalam proses riset adalah analisis dan intrepetasi atas penemuan sehubungan dengan masalah pemasaran yang dinyatakan. Dalam analisis terakhir, periset harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dan meskipun adanya batasan tersebutm dapat menghasilkan pedoman yang berarti untuk keputusan manajemen. Arti dari kata-kata, sikap konsumen terhadap suatu produk, sikap pewawancara atau situasi wawancara dapat mengubah penemuan-penemuan riset. Selain memengaruhi kesediaan untuk memberikan informasi, kultur dan tradisi juga memengaruhi informasi yang diberikan. Angka perputaran surat kabar, studi atas jumlah pembbaca dan pendengar, angka penjual ritel dan volume penjualan semuanya dapat diubah oleh praktik bisnis lokal. Utnuk mengatasi perbedaan seperti ini periset pasar harus memiliki tiga macam bakat untuk menghasilkan informasi pemasaran yang berarti.
-
1. Pemasar harus memiliki tingkat pemahaman kultural seperti budaya, arti kata dan sikap yang tinggi atas pasar tempat riset tersebut dilakukan. Bahkan dalam pada suatu tingkat yang tertentu mutlak diperlukan penduduk asli dari negara tujuan untuk dilibatkan dalam intrepetasi hasil riset yang dilakukan dalam pasar asing.
-
2. Diperlukan bakat kreatif yntuk mengadaptasi metode-metode riset. Seringkali pemasar dalam pasar asing seringkali diharuskan untuk memberikan hasil dalam keadaan yang paling sulit dan tenggat waktu yang pendek.
-
3. Sikap skeptis dalam menangani baik data primer maupun sekunder dapat membantu. Contoh, mungkin diperlukan untuk mengecek oplah sebuah surat kabar selama periode waktu tertentu untuk mendapatkan angka-angka perputarannya yang akurat, atau menaikkan atau menurunkan penghasilan konsumen yang dilaporkan dalam wilayah tertentu sebesar 25 sampai 50 persen atas dasar
karakteristik sosioekonomi yang dapat diamati. Apabila data yang ada tidak meyakinkan, triangulasi serupa melalui penggunaan berbagai metode riset menjadi penting.
J. Tanggung Jawab Untuk Melakukam Riset Pemasaran
Tergantung pada ukuran
dan tingkat keterlibatan dalam pemasaran asing,
perusahaan yang membutuhkan riset pasar asing dapat mengandalkan agen yang berbasis asing atau perusahaan domestik yang mempunyai cabang dalam negara yang ingin diketahui. Perusahaan tersebut dapat melakukan riset dengan menggunakan fasilitasnya sendiri atau melakukan kombinasi dari angkatan riset milik sendiri dengan bantuan agen dari luar. Sebuah tinjauan komprehensif atas pendekatan yang ideal adalah untuk mempunyai periset lokal di setiap negara, dengan koordinasi yang erat antara perusahaan klien dan perusahaan riset lokal kerja data sampai analisis final. Selanjutnya kedua tahapan analisis diperlukan. Pada tingkat negara secara individual semua isu yang terlibat dalam masing-masing negara harus diidentifikasi pada tingkat multinegara informasi tersebut harus disaring kedalam format yang menyatakn tujuan-tujuan klien. Perusahaan riset pemasaran terbesar (berdasarkan penghasilannya) 4 darinya berbasis di Amerika, termasuk yang terbesar 3 di Inggriss, 1 di Prancis, 1 di Jerman dan 1 di Belanda. Daftar perusahaan riset pemasaran internasional dicetak setiap atahun dalam bulan April sebagai lampiran dalam Marketing News.
K. Berkomunikasi dengan Pembuat Keputusan
Rancangan sistem informasi internasional berkualitas tinggi akan menjadi alat kompetitif yang semakin penting seiring perdagangan semakin mengglobal, dan investasi sumber daya harus disesuaikan dengannya. Para pembuat keputusan,yang sering kali merupakan eksekutif puncak, arus dilibatkan secara langsung tidak hanya dalam pendefinisian masalah dana perumusan pertanyaan,tetapi juga dalam kerja lapangan untuk melihat pasar dan mendengar suara
pelanggan dalam cara yang paling langsung ketika dibutuhkan (seperti dalam pasar asing baru). Manager puncak harus mempunyai “perasaan” pada pasar mereka yang bahkan tidak dapat diberikan laporan pemasaran laporan terbaik. Akhirnya, pemasar internasional menghadapi sebuah rintangan lainnya untuk mendapatkan informasi terbaik mengenai pelanggan. Pada tingkat yang paling mendasar, riset pemasaran sebagian besar hanya masalah berbicara kepada pelanggan. Pembuat keputusan pemasaran mempunyai pertanyaan mengenai seberapa baik harus melayani pelanggan, yang sering kan terjawab melalui media kuesioner dan agen riset. Meskipun manager dan pelanggan berbicara dalam bahasa yang sama dan berasal dari kultur yang sama, komunikasi dapat terganggu dari kedua arah. Dengan kata lain, pelanggan salah paham terhadap pertanyaan dan manager salah paham terhadap jawaban. Tambahkan dengan rintangan bahasa kultural,dan kemungkinan adanya salah informasi akan meningkatkan secara dramatis. Hubungan antara perusaaan-agen- pelanggan :
Pilihan A
Perusahaan
Pilihan B
Perusahaa
Perusahaan
Pilihan D
Perusahaan
A en
A en
Pelanggan
A en lokal
Caban
A en Asin
Pelanggan
Agen
Pelanggan
Pelan
Pilihan B,C lebih sesuai untuk mengelola rintangan kultural lintas rantai komunikasi. Dalam kedua kasus tersebut rintangan kultural dijembatani didalam sebuah perusahaan dimana orang-orang yang mempunyai kultural korporasi yang sama bekerja bersama setiap hari. Dalam B, penerjemahan (dalam pengertian yang paling luas yaitu, baik atas kuisioner maupun laporan) dikerjakan antara karyawan perusahaan riset pemasaran
an
internasional. Dalam C, penerjemahan dikelola sendiri. Dalam D baik rintangan kultural maupun organisasi disilangkan bersama-sama, dengan demikian memaksimalkan kemungkinan adanya sala komunikasi. Pertimbangan mengenai perusahaan-agen pelanggan yang sama ini juga berhubungan dengan komunikasi jenis lain antara perusahaan dan pelanggan, seperti periklanan dan kendali saluran distribusi, dan topik internasional yang unik ini akan disinggung lagi dalam bab-bab selanjutnya.
STUDI KASUS COCA-COLA Studi Kasus Pemasaran Global
PROFIL THE COCA COLA COMPANY
The Coca Cola Company merupakan perusahaan minuman terbesar dunia, dengan manufaktur terbesar, serta distributor dan pemasar yang memusatkan penjualan minuman non-alkohol dan sirup di Dunia. Perusahaan Coca Cola mulai dikenal masyarakat melalui salah satu produknya yang terkenal, yaitu Coca-Cola. Coca-Cola atau Coke adalah minuman bersoda kola yang dijual di berbagai restoran, toko, dan mesin pengecer di lebih dari 200 negara. Coke adalah salah satu merek yang paling dikenal dan paling luas penjualannya. Saingan utamanya adalah Pepsi. Sejarah Perusahaan Coca Cola
Rasa menyegarkan Coca-Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8 Me i 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai CocaCola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Dr. Pemberton menjual ciptaannya dengan harga 5 sen per gelas di apotiknya dan mempromosikan produknya dengan membagi ribuan kupon yang dapat ditukarkan untuk mencicipi satu minuman cuma-cuma. Pada tahun tersebut ia menghabiskan US$46 untuk biaya periklanan. Pada tahun 1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-Cola ke Asa G. Chandler yang kemudian mendirikan perusahaan Coca-Cola pada 1892. Chandler piawai dalam menciptakan perhatian konsumen dengan cara membuat berbagai macam benda benda cinderamata berlogo Coca-Cola. Benda-benda tersebut kemudian dibagi-bagi di lokasi-lokasi penjualan penting yang berkesinambungan. Gaya periklanan yang inovatif, seperti desain warna-warni untuk bus, lampu gantung hias dari kaca, serta serangkaian cinderamata seperti kipas, tanggalan dan jam dipakai untuk memasyarakatan nama CocaCola dan mendorong penjualan. Upaya mengiklankan merek Coca-Cola ini pada mulanya tidak mendorong penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-Cola dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara lengkap; nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan kata lain". Tetapi konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941, perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca-Cola, dan pada tahun 1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
Badan Usaha Perusahaan Coca Cola
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari sahamsaham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Perseroan terbatas merupakan badan usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi
kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan
untung
atau
ruginya
perseroan
terbatas
tersebut.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi dan misi merupakan bagian yang ada cerminan apa yang dicari oleh perusahaan untuk mencapai serta bagaimana mencapai hal tersebut semua memberikan arahan untuk memastikan bahwa mereka yang ada di dalamnya bekerja untuk tujuan yang sama. Tujuan Perusahaan : Menjadikan perusahaan minuman bersoda no satu di dunia.
Dari Visi di atas maka dapat di simpulkan bahwa visi tersebut termasuk dalam visi strategis perusahaan. Di dalam visi tersebut di cantumkan visi perusahaan untuk jangka panjang perusahaan penyataan misi dapat menjawab pertanyaan Visi pada perusahaan Coca- cola Logo dan Merek Coca Cola
John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian dikenal sebagai CocaCola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia. Coca-Cola logo, seperti produknya, merupakan logo dan merek paling dikenal di seluruh dunia.
Warna merah dan putuh pada logo Coca-Cola dibuat sederhana serta mudah diingat oleh konsumen. Logo Coca-Cola pertama kali diperkenalkan di Atlanta Journal pada tahun 1915 serta muncul pada display Pemberton farmasi. Coca-Cola logo terdaftar menjadi merek dagang pada tahun 1887 dan semenjak itu menjadi identitas merek korporasi.
Strategi SDM
Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu focus utama manajemen coca cola dalam menyiapkan tenaga kerja yang handal, dinamis dan penuh dedikasi. Yang sasaran coca cola tak lain ialah memberi layanan yang prima dan memuaskan kepada lebih dari 200 juta konsumen melalui sekitar 400,000 pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. Coca cola sendiri menyadari bahwa untuk meraih semua peluang yang ada, memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggannya, dan untuk dapat mengahadapi tantangan lingkungan bisnis yang kompetitif, tim-tim kami perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta sikap yang tepat. Selama sejarah keberadaan Coca-Cola di Indonesia yang cukup lama, coca cola tetap menyelenggarakan berbagai pelatihan serta mengembangkan SDMnya untuk menjamin bahwa kemampuan bisnis perusahaan senantiasa memenuhi tuntutan pasar, dan para karyawan mampu menghasilkan apa yang diharapkan dari mereka. Sementara itu, coca cola juga secara berkesinambungan merekrut tenaga-tenaga muda berpotensi untuk menduduki posisi-posisi penting di masa mendatang.Coca cola memiliki satu tim khusus yang bertugas meningkatkan keterampilan-keterampilan fungsi teknis, bidang manajemen dan kepemimpinan karyawan. Tim tersebut didukung dan disertifikasi oleh sejumlah lembaga pelatihan dan pengembangan SDM internasional. Diantaranya terdapat The CocaCola Company, Coca-Cola Amatil dan beberapa lembaga internasional lainnya. Kami menghadirkan kelompok fasilitator baik dari dalam organisasi sendiri, maupun dari lingkungan luar yang memiliki kepiawaian bisnis yang tajam, pengalaman kerja langsung dalam bidang-bidang terkait, serta yang jauh lebih penting, "menjiwai pendidikan". Strategi Pemasaran Coca Cola
Penanganan proses pertukaran memerlukan waktu dan keahlian yang banyak. Manajemen pemasaran akan terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran
potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai dengan yang diinginkannya. Dengan demikian, manajemen pemasaran dapat diartikan : Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan
tujuan-tujuan
Manajemen
individu
dan
Pemasaran
organisasi
Coca
(Kotler, Cola
1997). :
Coca-Cola memiliki beberapa program untuk mendukung penjualan dan pemasaran produk-produknya. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen, yaitu: 1. Program Promosi Mereka mempunyai program promosi yang beragam, yang tidak hanya untuk meningkatkan penjualan dan pemasaran, tetapi juga meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk. 2. Layanan Konsumen Di Coca-Cola, Customer Service System (CSS), sistem pelayanan pelanggan, didesain untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas konsumen secara terus-menerus terhadap produk-produk Coca-Cola dengan menyediakan pelayanan yang optimal kepada seluruh pelanggan berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing. 3. Area Marketing Contractor Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan untuk melakukan pengembangan daerah tertentu, sekaligus komitmen untuk menciptakan peluang kerja yang luas di sektor informal,
mendorong
Coca-Cola
untuk
secara
serius
dan
berkesinambungan
mengembangkan jaringan Distribusi Tak Langsung (Indirect Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Sistem Distribusi ini mengandalkan dua kelompok usaha kecil dan menengah yang terbagi dalam dua kelompok besar: Area Marketing Contractor (AMC) dan Street Vending. 4. Layanan Produk Pendingin
Riset membuktikan bahwa 90% konsumen Coca-Cola ebih menyukai membeli produk dalam keadaan dingin. Hal ini menunjukkan bahwa peranan Cold Drink Equipment (peralatan pendingin) sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan penjualan dan mendorong tingkat keuntungan para pelanggan.
Pemasaran Coca Cola
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia . Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri. Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia , Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan ba gi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut “Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya suk ses meluncurkan Fanta
Nanas. Pada tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus
dikembangkan
sesuai
dengan
perkembangan
teknologi
terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004 . Dengan memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil
dengan
strategi
pemasaran
baru
yang
menarik
masyarakat.
Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah lingkungan. Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji dengan rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola Indonesia sebagai perusahaan minuman cepat saji yang lengkap. Pemasaran Coca Cola Di Indonesia Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan distributor terbesar produk-produk Co ca-Cola di dunia. Coca-Cola Bottling Indonesia memproduksi merek-merek inti seperti Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea di dalam pabrik-pabriknya yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk menjaga agar mutu minuman yang dihasilkan sesuai dengan standar, kami menerapkan dengan
ketat
proses
produksi
yang
diakui
secara
internasional.
Pemberian kode-kode pada setiap produk merupakan bagian terpenting dari keseluruhan
proses. Dengan kode-kode itu kami menjaga agar para pelanggan mendapatkan minuman kami dalam rasanya yang terbaik. Setiap kode menunjukkan keterangan-keterangan tertentu tentang produk tersebut. Ada kode yang menunjukkan keterangan tentang tanggal pembuatan. Ada kode yang lebih rumit, terdiri atas huruf dan angka yang menunjukkan hari, bulan, shift, dan pabrik tempat minuman tersebut dibuat. Ada lagi yang tidak tampak pada kemasan karena tinta yang digunakan hanya dapat dibaca dengan teknologi khusus. Semua itu menunjukkan komitment kami untuk memastikan bahwa teknologi, sumber daya manusia maupun material yang kami pergunakan, semuanya tertuju untuk kepuasan para pelanggan dan konsumen kami. Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah mitra usaha saat perusahaan ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia. Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat.Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu. Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia.Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.
BAB 3 KESIMPULAN
Pada intinya suatu proyek riset pemasaran internasional mengikuti prosedur domestik yaitu definisi permasalahan, desain riset, pengumpulan data, analisis, penyiapan laporan. Namun, beberapa faktor membuat riset pemasaran internasional makin menantang dan makin sulit seperti perbedaan budaya dan kebijakan setiap negara yang mengharuskan perbedaan metode riset pemasaran yang dilakukan di setiap negara. Aktivitas riset global dapat diorganisasi secara formal di dalam negeri atau di negara tuan rumah, atau di kedua tempat. Selanjutnya, organisasi riset pemasaran bisa saja hanya perorangan atau satu departemen dengan kesatuan yang luas sesuai dengan lingkup aktivitas pemasaran disuatu negara. Suatu perusahaan yang sangat terlibat dalam bisnis diseluruh dunia harus membentuk suatu sistem informasi pemasaran internasional dengan struktur formal untuk menentukan kebutuhan informasi, untuk mengidentifikasi sumber informasi, dan untuk mengumpulkan , menganalisis, dan menyebarkan informasi.
DAFTAR PUSTAKA Cateora Philip R, Graham John L. : Pemasaran Internasional, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta, 2007
(2017, September 13). Retrieved from internasional-pemasaran.co.id/studi-kasus-coca-cola