2.1. Identitas Buku 1. Buku Pertama (Utama)
Judul Buku
: EFFECTIVE TEACHING Teori dan Aplikasi
Pengarang
: Daniel Mujis dan David Practice
Penerbit
: Pustaka Pelajar
Tahun Terbit
: 2008
Kota Terbit
: Yogyakarta
Halaman
: 367 halaman
ISBN
: 978-602-8055-33-8 978-602-8055-33-8
2. Buku Kedua (Pembanding) (Pembanding)
Judul Buku
: Psikologi Pendidikan
Pengarang
: Sri Milfayetty, Anita Yus, Nuraini, Rahmulyani, dan Edidon Hutasuhut
Penerbit
: PPs Unimed
Tahun Terbit
: 2018 (Revisi 4)
Kota Terbit
: Medan
Tebal Buku
: 204 halaman
ISBN
: 978-602-8207-18-8 978-602-8207-18-8
BAB II RINGKASAN
1. Buku Pertama (Utama) KETERAMPILAN KETERAMPILAN MENGATASI-MASALAH MENGATASI-MASALAH DAN KETERAMPILANKETERAMPILAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT-TINGGI LAINNYA
Selama beberapa tahun terakhir ini ada penekanan yang semakin besar pada pengajaran keterampilan berpikir dan mengatasi masalah disekolah.Ini sebagian disebabkan oleh berbagai penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan antara keterampilan berpikir generic murid dan prestasinya diberbagai mata pelajaran disekolah seperti matematika, dan sebagainya disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dimasyarakat, khususnya perubahan yang bergerak kearah masyarakat dimasa pengetahuan dan informasi menjadi semakin kompleks dan semakin cepat membludak. Ada empat macam program utama yang terkait dengan keterampilan berpikir yaitu: 1. Salah satu pendekatan yang paling popular adalah mengajarkan sejumlah keterampilan problem-solving (mengatasi masalah) kepada murid.Pendekatan ini disebut heuristic. 2. Pendekatan metakognitif mulai mulai dari premis bahwa kinerja seseorang dapat ditingkatkan melalui pemahaman dan kesadaran yang lebih baik tentang proses berpikirnya sendiri.Mengajarkan sendi ri.Mengajarkan self-awareness self-awareness (kesadaran tentang diri sendiri)merupakan inti dari pendekatan ini 3. Sebagian pendidik percaya bahwa pembelajaran open-ended dan aktif,yang didorng oleh metode mengajar konstruktivis,sudah konstruktivis,sudah cukup untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi murid 4. Berdasarkan teori Piaget,pendekatan berpikir formal yang dimaksudkan untuk membantu murid menjalani transisi antara tahap perkembangan lebih mudah. Keempat pendekatan ini melahirkan berbagai program yang semuanya dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir murid. Strategi-Strategi Strategi-Strategi Mengatasi-Masalah Secara Heuristik
Didalam pendekatan heuristic,tujuannya adalah untuk mengajarkan keterampilan engatasi masalah tertentu,yang dapat digunakan murid-murid ketika mereka harus mengatasi masalah tertentu.Untuk dapat melakukannya dengan
lebih mudah,proses mengatasi masalah perlu didekonstruksikan menjadi bagian bagian komposit. Memahami dan mempresentasikan mempresentasikan masalahnya
Langkah pertama dalam mengatasi-masalah adalah menemukan dengan tepat apa artinya masalah.Ini melibatkan tindakan menemukan informasi yang relevan dengan masalah itu dan memisahkan elemen-elemen yang relevan dengan upaya mengatasi masalah itu dengan elemen-elemen yang tidak relevan.Salah satu cara membantu murid untuk melakukan ini adalah dengan membiarkan mereka melihat banayak macam contoh penyelesaian.Ini ditemukan lebih efektif daripada memberikan beberapa contoh lalu membiarkan murid-murid memnyelesaikannya sendiri berbagai masalah (soal).Guru juga dapat membantu murid dengan mengajari mereka untuk mengenali dan mengategorisasikan berbagai tipe soal dan memilih informasi yang relevan dan tidak relevan yang terdapat dalam masalah (soal) itu. Memilih atau merencanakan solusinya
Setelah masalahnya dipahami,bagian kedua proses berupa merancang sebuah rencana untuk menyelesaikan masalahnya.Untuk melakukan ini murid perlu memiliki sebua strategi umum untuk mengatasi masalah,yang disebut sebuah heuristic.Salah satu strateginya adalah dengan memecah masalahnya menjadi sejumlah langkah kecil dan kemudian menemukan cara untuk melaksanakan langkah-langkah tersebut.Pengajaran heuristic dapat dibantu dengan meminta murid untuk menjelaskan langkah-langkah yang mereka ambil selama mereka menyelesaikan masalah.Berbagai macam tipe heuristic yang disebutkandiatas dapat diajarkan secara eksplisit. Melaksanakan rencananya
Bagian ketiga proses melibatkan upaya menemukan solusi actual untuk masalahnya.Bila heuristic yang dipilih paa langkah sebelumnya telah melahirkan rencana yang tepat dalam kaitannya dengan algoritma mana yang akan digunakan,langkah tersebut biasanya bersifat langsung dan hanya melibatkan penerapan algoritma yang dipilh saja.
Mengevaluasi Mengevaluasi hasil-hasilnya
Langkah terakhir adalah memeriksa jawabannya.Permeriksaan yang diketahui oleh umum tetapi sering dilupakan adalah dengan melihat apakah jawabannya masuk akal.Agar efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat-tinggi,masalah itu perlu mengikuti sejumlah aturan.Masalah itu seharusnya berupa aktivitas baru,yang berarti bagi murid,dan harus cukup dekat dengan tingkat pengetahuan mereka pada saat ini agar dapat diasimilasikan tetapi cukup berbeda untuk memaksa mereka mentransformasikan metode berpikir dan bekerja mereka serta mengembangkan pemahaman mereka.Latihan heuristic dapat efektif ditunjukkan didalam sebuah meta-analisis terhadap studi-studi tentang problem-solving yang dilaksanakan oleh Hembree (1992),yang melaporkan bahwa anak-anak yang pernah menerima ajaran tentang keterampilan mengatasi masalah menunjukkan kinerja yang lebih baik secara signifikan disbanding mereka yang belum pernah menerimanya. Pendekatan Metakognitif
Salah
satu
elemen
penting
dalam
mengatasi
masalah
adalah
metakognitif.Istilah ini pada dasarnya mencakup pengetahuan proses berpikir kita sendir,regulasi-diri,danmematuhi apa yang sedang kita kerjakan,mengapa kita mengerjakan itu,dan apa yang sedang kita kerjakan dapat membantu(tidak dapat membantu)
mengatasi
masalahnya.Ini
memungkinkan
kita
untuk
dapat
memastikan apakah strategi yang sedang kita gunakan efektif,dan mengubah strategi itu bila dianggap perlu.Schoenfeld (1987) mengusulkan sejumlah teknik untuk mengajarkan strategi metakognitif kepada murid-murid:
Mengembangkan kesadaran tentang proses berpikir kepada murid-murid Menyelesaikan masalahnya dipapan tulis dengan pempresentasikan resolusi masalahnya secaara keseluruhan dan bukan hanya menunjukkan solusi-rapinnya Biarkan seluruh kelas menyelesaikan suatu masalah,dan guru mengambil peran moderator didalam diskusi murid-muridnya. Mengembangkan keterampilan-keterampilan metakognitif juga dapat
dibantu melalui kegiatan-kegiatan tertentu.Kerja kelompok kooperatif dapat digunakan untuk mendapatkan efek ini,karena scaf-f olding memungkinkan hal itu.
Meningkatkan Meningkatkan Keterampilan Keterampilan Berpikir Melalui Pengajaran Konstruktivisme
Pengajaran konstruktivisme dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir melalui gaya pengajaran open-ended berbasis masalah yang digunakan guru.Kelas yang kontruktivis memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengimplementasikan pembelajaran aktif dan menantang peajar untuk mencari pengetahuan lebih jauh dilingkungan belajarnya.Metode-metode konstruktivis cukup menjanjikan dibidang ini dibuktikan oleh sejumlah studi.Meskipun demikian temuan-temuan ini masih saja menyisakan keraguan apakah pengajaran konstruktivisme saja sudah cukup untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi pada murid Meningkatkan Keterampilan Berpikir-Formal:Akselerasi Kognitif Dibidang Sains Dan Matematika Matematika
Dengan adanya berbagai masalah yang terlibat dalam mengajarkan heuristic dan keterampilan diluar konteks kepada murid-murid,sejumlah program intervensi dirancang untuk mengajarkan keterampilan berpikir didalam mata pelajaran tertentu.Salah satu program intervensi kognitif yang paling efektif pelaksanaannya adalah proyek CASE.Proyek ini dirancang berdasarkan pemikiran Piaget dan Vygotsky dengan maksud membawa murid ketingkat berpikir operasional formal,sebagian dengan membuat mereka sebanyak mungkin bekerja dalam zone of proximal development.Proyek ini berisi 52 pelajaran ini memiliki elemen utama: 1. Persiapan konkret untuk mengintroduksikan perbendaharaan kata yang diperlukan dan menjelaskan istilah-istilah yang digunakan untuk menetapkan permasalahannya. 2. Guru perlu mengintroduksikan tentang “konflik kognitif”.Ini terjadi apabila murid diperkenalkan pada sebuah pengalaman yang membingungkan bagi mereka atau bertentangan dengan pengetahuan atau pemahaman mereka sebelumnya. 3. Jadi murid perlu melanjutkannya ke langkah kegiatan constructive zone,yaitu kegiatan yang memastikan bahwa murid dapat melangkah melalui tingkat pemahaman dan kompetensinya saat ini. 4. Murid perlu melakukan refleksi secara sadar tentang pola pengatasan masalahnya (metakognisi) dengan cara-cara yang mirip dengan yang telah dipaparkan
5. Murid perlu menjembatani keterampilan-keterampilan baru atau pengetahuan mereka,yakni mampu menerapkannya diberbagai konteks yang berbeda Pelajaran-pelajaran CASE biasnya melibatkan banyak interaksi guru dan murid yang seringkali juga melibatkan kelompok kolaborasi. Transfer Keterampilan Berpikir
Salah satu kesulitan metode heuristic meupun metakognitif adalah bagaimana mentransfer keterampilan yang sudah dipelajari keluar konteks kelas.Salah satu isunya barangkali adalah bahwa teknik dan heuristic yang telah dipelajari dapat diterapkan dengan mudahuntuk masalah-masalah dikelas yang mirip dengan masalah yang mula-mula dipelajari dengan heuristic tersebut,tetapi ketika mereka dihadapkan pada situasi-situasi baru didalam maupun diluar kelas,murid akan mundur kembali ke penerapan algoritma secara acak dan tidak efisien atau sekedar menebak-nebak.Melibatkan guru secara aktif didalam pembelajaran adalah salah satu strateginya.Murid yang telah dilibatkan secara aktif didalam pembelajaran,baik melalui diskusi,pengajaran interaktif, atau melalui penelitian atau eksperimen mandiri,ditemukan lebih berkemungkinan untuk mentransfer pengetahuannya ke situasi-situasi lain Mengembangkan Mengembangkan Ketersmpilan Sosial Murid
Hubungan sebaya sangat penting bagi perkembangan anak.Teman memberikan companionship(perkawanan) dan dukungan, memungkinkan anak untuk mengambil bagian didalam kegiatan-kegiatan social-rekreasional yang tidak dapat dilakukan sendiri, yang penting bagi perkembangan keterampilan social anak.Dengan berinteraksi dengan sebayanya,anak akan belajar tentang bagaimana bergabung dengan kelompok,menjalin pertemanan baru,menangani konflik dan belajar bekerja bekerj a sama.Jadi,ada s ama.Jadi,ada semacam sem acam lingkaran li ngkaran setan bagi sebagian seba gian anak,dalam arti bahwa keterampilan social yang kurang menyuitkan mereka untuk bergabung dengan kelompok sebayanya,yang pada gilirannya menghambat perkembangan keterampilan sosialnya. Penellitian menunjukkan bahwa anak-anak cenderung termsuk dalam salah satu diantara empat kategori yang terkait dengan popularitas mereka disekolah (Kupersmidt dan Coie,1990):
1. Anak popular yang berhasil membangun hubungan dengan berbagai kelompok sebaya dan social 2. Anak-anak controversial sangat disukai oleh sekelompok teman sebaya dimana mereka berhasil membangun hubungan social,tetapi tidak popular bagi kelompok-kelompok lainnya lainnya 3. Isolated children bukan tidak popular secara terbuka tetapi sering diabaikan keberadaannya oleh teman-teman sekelasnya dan tidak selalu menjadi bagian kelompok social yang sudah ada 4. Rejected children secara aktif tidak disukai dan sering menjadi sasaran bullying atau pelecehan Mengembangkan Mengembangkan Keterampilan Sosial Penting
Anak-anak yang mengalami penolakan oleh teman sebayanya cenderung kesepian
dan
menampakkan
self-esteem
yang
rendah,
dan
juga
lebih
berkemungkinan untuk drop out dari sekolah ,untuk terlibat berbagai kegiatan kenakalan,dan untuk memiliki prestasi belajar yang lebih rendah.Bila seorang anak pernah ditolak oleh teman-temannya,maka anak itu akan ditolak disemua setting.Penolakkan pada masa kanak-kanak awal juga memiliki dampak berkelanjutan pada perilaku antisocial.Muijs antisocia l.Muijs (1997)menemukan bahwa anak-anak yang kurang pupuler merupakan pengguna terbanyak media elektroik,termasuk televise,game computer dan music Mengembangkan Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Disekolah
Meskipun kurangnya keterampilan social jelas merupakan masalah besar bagi sebagian anak,untungnya ada cukup banyak bukti bahwa program-program intervensi
sekolah
dapat
membantu
mengembangkan
keterampilan
social.Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan keterampilan apa saja (yang tidak begitu kasat mata) yang kurang dimiliki anak.Untuk itu kebanyakan peneliti mengatakan bahwa cara terbaik adalah dengan menggunakan observasi.Selain observasi,self-report checklist juga telah digunakan untuk mengukur keterampilan social murid.Instrumen seperti CS4 dapat diberikan kepada anak untuk dikerjakan.Salah satu cara meningkatkan keterampilan social murid adalah melalui coaching.Prinsip yang mendasari coaching keterampilan social sering disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan di berbagai situasi social,dan mereka dapat diajari untuk mengatasi kekurangan ini.
Menurut Williams dan Asher (1993),ada empat konsep dasar yang harusnya diajarkan didalam coaching keterampilan social:
Kerjasamaa Partisipasi Komunikasi Validasi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang kurang popular
dan ditolak mungkinkurang begitu mampu menginterpretasikan emosi anak-anak lain disbanding temannya yang lebih popular,dan oleh karenanya mungkin merespons emosi orang orang lain dengan cara yang tidak tepat.Penting untuk mulai mengembangkan keterampilan social murid sejak awal.Hartup dan Moore (1990) menemukan bahwa bila anak belum mengembangkan keterampilan social pada umur 6 tahun,maka mereka akan beresiko mengalami berbagai masalah disepanjang hidupnya. Peran Orangtua Dalam Mengembangkan Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak
Orangtua dan kakak/adik kandung berperan penting dalam membantu mengembangkan keterampilan social anak.Perkembangan keterampilan social anak berhubungan dengan pola asuh yang paling sering digunakan orang tua.Pola asuh dapat ditetapkan disepanjang dua kontinum,yaitu sikap hangat atau bertanggung jawab dan control atau sikap menuntut orang tua.Ini menghasilkan empat macam pola asuh:
Orang tua yang pemisif bersikap hangat dan menerima.Mereka nontradisonal dan toleran serta meluangkan banyak waktu dengan anak Orangtua yang otoritarian,dilain pihak sangat penuntut dan restriktif dan berharap perintahnya selalu dituruti tanpa banyak pertanyaan atau penjelasan Orangtua yang otoritatif hangat sekaligus penuntut.mereka menerima disiplin tetapi sekaligus suportif Orangtua yang tidak terlibat rendah dikedua dimensi tersebut,mereka tidak banyak menuntut tetapi juga tidak bersikap menerima. Anak-anak dari keluarga yang otoritatif dan permisif ditemukan memiliki
keterampilan social yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang orangtuanya tidak responsif dan otoritarian.Anak-anak dari orangtua otoritatif menunjukkan prestasi yang lebih baik di sekolah dan lebih jarang menunjukkan perilaku
bermasalah dibanding anak-anak dari orang tua permisif.Ini berarti bahwa meskupin anak-anak dari orangtua permisif cenderung lebih ramah dan socialable tetapi mereka cenderung kurang memiliki penngetahuan tentang perilaku yang tepat untuk berbagai situasi social yang berbeda dan kurang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. MENINGKATKAN MENINGKATKAN SELF-ESTEEM MURID
Self concep concep ( konsep-diri) dan self esteem esteem adalah konsep-konsep yang sering di diskusikan bukan hanya di dalam konteks penyelesaian berbagai masalah perilaku pemuda di masyaraka. Memiliki self-esteem self-esteem yang rendah ( atau konsep diri yang negatif ) dikatakan memiliki efek detrimental (merugikan) terhadap prestasi murid dan berbagai kesempatan dalam kehidupannya, dan self esteem telah diimplikasikan sebagai penyebab dari faktor-faktor yang amat sangat beragam, mulai dari dari berbagai bentuk gangguan makan ( eating disorders) disorders) sampai kenakalan remaja ( juvinle juvinle deliquency). deliquency). Jadi, tidak mengherankan bila pengembangan self-esteem pengembangan self-esteem dan dan konsep diri siswa telah mengemuka sebagai tujuan yang perlu dicapai olehsekolah dan guru. Self Concept Dan Self- Esteem
Shavesion dan Elous ( 1982) dan shavelson et al (1976) mendefenisikan self-concept ( ( konsep diri) sebagai persepsi seseorang entang dirinya sendiri,yang terbentuk melalui pengalamnnya dengan lingkunganya,interaksinya dengan significant others others ( orang-orang lain yang memiliki arti penting) , dan atribut tentang perilakunya sendiri. Konsep diri bersifat evaluatif dan sekaligus deskriptif , mengacu pada apa yang difikirkan seseorang tentang diri sendiri di dalam dimensi tertentu , dan apa yang dirasakannya tentang itu. Konsep diri menurut teori ini, yang banyak didukung oleh hasil penelitian (misalnya
Mars
e
al,
1983;
Muijsh,1997
bersifat
multidimensial dan
multthierarkis. multthierarkis. Aspek mulidimensial mengacu pada faka bahwa orang dapat memiliki konsep diri yang berbeda tentang aspek kehidupannya. Disekolah , mislanya, orang dapat merasa bahwa dirinya bagus dalam bahasa inggris, tetapi tidak begitu bagus dalam matematika. Serupa dengan itu , orang dapat merasa bahwa dirinya memiliki keterampilan sosial yang sangat bagus , tetapi bukan atle yang baik. Jumlah aspek yang dimiliki sebagi bagian konsep diri seseorang nyaris
tak terbatas. Tetapi, Shavelson menghipotesiskan bahwa dikalangan anak-anak dan remaja ada tujuh dimensi yang yang paling penting : konsep diri tentang pelajaran-pelajaran di sekolah, konsep diri tentang bahasa inggris, konsep diri tentang matematika, konsep diri tentang hubungan dengan sebaya ( anak-anak lain), konsep diri tentang hubungan orangtua, konsep diri tentang keterampilan, dan konsep diri tentang kemampuan olahraga. Self esteem biasnaya esteem biasnaya digunakan untuk menyatakan panadangan seseorang tentang dirinna sendiri sperti konsep diri global Shavelson, dan dapat didefenisikan sebagai alat pernilaian (judgment) pribadi (judgment) pribadi tentang worhtinnes yang di eksperiskan dalam bentuk sikap yang didmiliki individu sendiri. Meskipun model shavelson berbentuk berdasarkan konsep-konsep diri yang dimiliki seseorang pada berbagai aspek lebih penting atau kurang penting. Bagi seseorang pemain sepak bola profesional, misalnya, konsep diri tentang kemampuan fisik kemungkinan besar sangat penting bagi selfbagi self- esteemnya secara esteemnya secara global. Konsep Diri
Eksistensi hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar, dan hubungan yang lebih kuat antara presatasi sekolah dan konsep diri akademik, di dukung oleh banyak penelitian. Di dalam reviunya terhadap penelitian sampai dengan tahun 1970,Pukey (1970) menyimpulkan bahwa hubungan signifikan ada di antara konsep diri dan prestasi sekolah dengan mengatakan bahwa murid yang kurang berhasil, bila dibandingan teman-temannya yang berhasil menunjukkan ciri konsep diri yang rendah. Burns (1979) di dalam reviunya melaporkan rata-r ata korelasi antara 0.3 sampai 0.4 antara prestasi sekolah dan konsep diri secara umum dan korelasi yang lebih tinggi dengan konsep diri akademik. West et al (1980) mengutip korelasi korelasi yang berkisar antara 0.18 sampai 0.50 antara konsep diri secara umum dengan prestasi, dan korelasi sebesar 0.27 sampai 0.70 antara konsep diri akademik dan prestasi. Sebagian besar peneiian menemukan hubungan yang jauh lebih kuat antara konsep diri akademik dan prestasi sekolah dibanding antara self-esteem global dan prestasi sekolah. Hubungan itu menjadi lebih kuat lagi bila orang melihat pada mata pelajaran tertentu , misalnya hubungan antara konsep diri matematika dan prestasi di bidang matematika,korelasinya mencapai 0.6 antara
konsep diri bahasa Belanda dan prestasi di bidang membaca dan mengeja pada sebuah studi Flemish, misalnya (Muijsh,1997) hasil hasil serupa juga dilaporkandi sejumlah studi di England, Australia, dan Amerika Serikat pada anak-anak dan remaja, dimana prestasi belajar bahasa Inggris dan Matematika ditemukan secara konsisten berkorelasi paling tinggi dengan konsep diri di bidang lain,berkorelasi kurang begitu tinggi dengan konsep diri di bidang akademik lain, dan tidak (atau sangat kecil) berkorelasi dengan faset-faset konsep diri non akademik. Konsep diri juga ditemukan berhubungan dengan aspek-aspek prestasi dan perilaku tertentu. Salah satu studi terhadap remaja, misalnya menemukan bahwa muridmurid dengan konsep diri yang rendah persisten (kurang gigih) dan mudah terdistraksi ( Arsenault, 2001) sementara yang lain menemukan bahwa muridmurid dengan konsep diri positif melaporkan keterlibatan di kelas yang lebih tinggi (Byer,2001). Perbedaan menurut usia dan gender
Hubungan itu ditemukan berbeda menurut umur di beberapa studi. Hansford dan Hattie (1982) menemukan perbedaan umur yang signifikan di dalam rata-rata hubungan antara konsep diri secara umum dan prestasi, dimana hubungannya paling rendah di tingkat pra sekolah lalu menanjak di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah, dan kemudian turun lagi di tingkat universitas( barangkali kebanyakan para mahasiswa adalah para higher achievers dan oleh karenanya memilki konsep diri yang lebih positif dibanding populasi secara umum. Ini tampaknya konsisten dengan temuan Chapman dan Tunmer (1995) bahwa subkomen konsep diri membaca yang berbeda berhubungan labih kuat dengan prestasi membaca di masing-masing tahun antara anak-anak tahun pertama dan tahun kelima sekolah sadar Selandia Baru. Akan tetapi, West et al (1980), gagal melihat pola-pola terkait umur di dalam tinjauan penelitiannya. Sebuah studi longitudinal mukhtahir terhadap remaja menemukan bahwa hubungan antara prestasi akademik dan konsep diri akademik meningkat dari waktu ke waktu, dan menjadi labih kuat ketika murid beralih dari satu tingkatakan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi.( t inggi.( Arsenault,2001). Mana yang mendahului? Studi-studi tentang sebab dan akibat
Meskipun hasil hasil awalnya kontrdiktif, penelitian mukhtahir yang menggunakan metode statistik lebih canggih mulai menunjukkan hasil-hasil yang seragam. Hoge et al (1995) menemukan jalur jalur lebih kuat dari berbagai nilai pelajaran ke konsep diri akademik spesifik dan umum dibanding jalur-jalur dari arah sebaliknya. Meneliti self-esteem Meneliti self-esteem secara umum umum bukan konsep diri akademik, Rosenberg et al (1989) juga melaporkan efek nilai pelajaran pada self esteem yang lebih kuat dibandingkan efek self esteem terhadap nilai di dalm studi mereka terhadap data panel sekolah menengah atas di AS. Pentingnya kerangka acuan murid
Komplikasi hubungan antara konsep diri dan prestasi adalah karena hubungan itu bergantung pada apa yang dikenal sebagai “ frame of reference” ( kerangka acuan) acuan) murid. Ini berarti bahwa ketika murid membentuk konsep dirinya, mereka tidak membandingkan prestasinya dengan standar absolut tertentu, tetapi dengan anak-anak yang menjadi teman interaksinya sehari-hari di kelas atau di sekolah. Artinya murid yang prestasi yang rendah biasanya akan meilik konsep diri akademik yang lebih positif dibandingkan murid yang prestasinya sedang-sedang saja di kelas atau sekolah yang sebagian murindnya berprestasi tinggi, meskipun secara absolut anak prestasi mereka cukup tinggi. Konsep diri mempengaruhi prestasi sekolah, tetapi sekolah pada giliranya juga mempengaruhi konsep diri dan secara tidak langsung juga mempengaruhi self-esteem, karena konspe diri akademik mempengaruhi self-esteem global anak. Di bagian selanjunya kita akan melihat hal hal yang dapat dilakukan di sekolah untuk meningkatakan self esteem dan konsep diri murid. Meningkatkan Meningkatkan self-esteem murid di sekolah dan di kelas Perilaku guru yang meningkatkan self- esteem
Konsep diri menpengaruhi prestasi sekolah, dan konsep diri pada gilirannya berhubungan secara hierarksis dengan self esteem secara global, maka meningkakan self esteem murid dapat meningkatakan prestasi sekolahnya. Self esteem esteem yang rendah juga berkaitan dengan depresi dan berbagai masalah mental lainnya, dan meningkatakan self-esteem dengan sendirinya merupakan hasil psikologis yang positif. Banyak komentator juga percaya bahwa meningkatkan self esteemmurid esteemmurid dapat memberi mamfaat yang besar bagi masyarakat, karena self karena self
esteem yang esteem yang rendah dianggap berhubungan dengan faktor-faktor seperti kenakalan remaja. Tetapi,bukti untuk pendapat terakhir ini lemah. Remaja yang nakal belum tentu mengalami self esteem esteem yang rendah (Muijsh,1997). Bagaimanapun ada hubungan antara self esteem yang rendah di sekolah dan kenakalan, yang berarti bahwa efek tak langsung dari meningkatkan self esteem esteem barang kali akan cukup signifan. Banyak murid datang ke sekolah dengan self esteem negatif esteem negatif yang lebih dikembangkan sebelumya, yang sering disebabkan oleh keadaan di mana ia dibesarkan. Sejumlah elemen telah diusulkan sebagai elemen yang meninhkatkan self esteem di esteem di sekolah. Elemen utamanya adalah dengan menciptakan lingkungan yang suportifan penuh kasih sayang dengan batas – batas yang jelas. Tipe lingkungan semacam ini ditemukan paling mengutungkan bagi perbaikan konsep diri bukan hanya di sekolah juga rumah. Ini berarti bahwa sekolah tidak hanya merupakan lingkungan yang suportif dan penuh kasih sayang tetapi sekaligus juga disiplin, dengan aturan dan prosedur yang jelas tetapi tidak “ mencekik” murid -muridnya. Salah satu faktor utama dalam memperbaiki konsep diri adalah memiliki ekspeasi tinggi terhadap semua murid. Elemen ini di diskusikan di bab 6 , tetapi salah satu cara tejadinya self fulfilling prophecy prophecy adalah melalui ekspeasi rendah yang diekspresikan oleh guru, yang berdampak negaif pada konsep diri murid di pelajaran yang bersangkutan. Ini pada giliranya giliran ya dapat menghasilkan prestasi prest asi lebih rendah. Inilah alasan lain untuk mempertahankan ekspetasi yang tinggi terhadap murid. Guru harus mewaspadai pesan tersembunyi yang dikirimkannya kepada murid. Tanda tanda verbal dan non verbal dapa mengirimkan pesan bahwa guru itu tidak tertarik kepada murid, tidak mempercayai murid atau tidak menghargai murid. Contohnya antara lain adalah dengan memberikan tanggung jawab kepada kelompk kecil murid , yang mengirimkan pesan bahwa yang lain tidak dapat di percaya atau dengan mengatakan misalnya ,”sekarang kalaian sudah SMP, jadi harus bisa mengerjakan anak SMP” yang menyiratkan bahwa si murid dianggap bodoh. Beberapa studi menemukan bahwa bila orang dewasa dan guru memuji muridnya, mereka secara tanpa sadar sering kali menyelipkan pujian itu dianatara kalimat-kalimat benada kritik, dan mengurangi efek postifnya . di banyak kasus umpan-balik dapat diungkapkan dengan cara yang lebih postif. ( Podesta,2001)
Program dan kegiatan khusus.
Sejumlah kegiatan yang secara dimasudkan untuk mengembangkan selfesteem murid telah diusulkan. Salah satunya disebut” magic circle” circle” ( lingkaran ajaib). ajaib). Ini berupa kegiatan dimana seorang anak menerima seuah lencana bertuliskan ,misalnya “ aku hebat ”. ”. Ia kemudian diminta meninggalkan ruangan sementara murid-murid yang diminta memikirkan tentang hal baik yang dapat mereka katakan tentang murid yang diminta meninggalkan ruangan itu. Kegiatan lainnya adalah positif self-talk. Anak-anak diminta berbicara secara positif dengan dirinya sendiri . ini didasarkan pada teori psikologi bahwa apa yang berulangulang kita katakan kepada diri sendiri secara internal dapat mempengaruhi suasana perasaan dan keyakinan kita. Sekali lagi, efekivitas metode ini, meskipun mendapat dukungan kuat sari sebagaian psikolog, masih belum terbukti. Jadi, cara paling efekif untuk berbuat sesuatu terhadap konsep diri murid tampaknya adalah dnegan memastikan bahwa semua murid mendapatkan kesempatan untuk mengalami kesusksesan. Ini dapat dilakukan melalui pengajaran yang memastikan bahwa murid meraih ti ngkat penguasaan yang tinggi di sub topik atau keterampilan tertentu sebelum melanjukan kepelajaran bagian berikutnya. Menyuguhkan informasi dalam potongan-potonga kecil dan bekerja ke arah penguasaan materi atau keterampilan juga berhbungan dengan penelitian lain tentang pengajaran efektif. Memberi kesempatan kepada murid untuk berpartsipasi di berbagai mavcam kegiatan ekstrakulikuler ( bukan hanya olahraga). Juga membantu mereka mengalami kesuksesan.
MENGAJAR MURID-MURID DENGAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS
“Kebutuhan khusus “ adalah istilah yang sangat luas, mengacu pada berbagai macam murid dengan berbagai kebutuhan kebutuhan masalah yang berbeda. TIPE TIPE KEBUTUHAN KHUSUS
Berbeda dengan sejumlah disabilitas lain seperti tuna netra, disibilitas belajar adalah disibiliasyang tidak kasat k asat mata, yang berhubungan dengan masalah dalam mengaitkan berbagai informasidi bagian bagian otak yang berbeda. Disabilias belajar memiliki berbagai bentuk yang berbeda , menurut Diagnosic
and Statistical Manual of Mental Mental
Disorders Amerika dapat dikategorisasikan
menjadi tiga sub bagian utama ( NIMH, 1995) 1. Gangguan perkembangan bicara dan bahasa. 2. Gangguan keterampilan akademik. 3. Gangguan koordinasi dan hambatan belajar lain. Orang orang dengan gangguan perkembangan bicara dan gangguan bahasa biasanya mengalami kesulitan dan menghasilkan spechh menghasilkan spechh sound (bunyi (bunyi berupa kata yang memiliki makna) berbicara atau memahami ucapan orang lain. Kesulitan ini dapat memiliki tiga macam bentuk. Anak-anak dengan gangguan perkembangan artikulasi mungkin mengalami kesulian dalam mengontrol kecepatan bicaranya atau tertinggal dari anak-anak lain seusianya dalam belajar membuat speech sound . Gangguan ini menimpa sekitar 10 persen anak-anak kecil, tetapi melalui terapi bicara. Anak-anak yang memiliki masalah spesifik, yakni untuk mengeksperesikan diri dalam bentuk pembicaraan, disebut menderita gangguan perkembangan bahasa ekspresif. Anak-anak dengan gangguan keterampilan akademik sering tertinggal dari teman-teman sekelasnya dalam salah satu keterampilan akademik atau lebih ,misalnya membaca, menulis, dan matematika. Ketertinggalan ini dapat diukur dalam tahn bukan bulan.ganguan belajar sering kali berhubungan dan mungkin bahkan disebabkan oleh fakor faktor sosial. Anak-anak dari keluarga keluar ga miskin lebih sering memanifesasikan masalah ini, demikian juga anak anak yang kemampuan inelektualnya kurang, sehingga sebagaian peneliti berpendapat bahwa konsep disabilitas belajar sering kali keliru dan dikacauakan dengan kedua faktor ini. (lyon,1999)
MENGAJAR MURID-MURID DENGAN DISABILILITAS BELAJAR Kesulitan membaca
Menurut studi studi ekstensif yang dilaksanakan oleh National institute for Child Helath and Development di di AS, prediktor utama untuk kesulitan membaca adalah adanya masalah pada kesadaran fonemik, yang diikuti oleh defisit perbendaharaan kata, dan latar belakang pengetahuan yang tidak kuat tentang informasi yang yang disajikan
di dalam teks, kurang familien dengan struktur
semantikdan sintaktis yang dapat diterapkanuntuk memprediksi dan lebih memahami hubungan kata dan tata bahasa dan kurangnya pengetahuan tentang berbagai macam strategi yang diterapkan penulis unuk mencapai maksud-maksud maksud -maksud yang berbeda seperti humor dan dialog. Salah satu aspek terpenting penanganan disabilitas membaca adalah mengajarakan unuk menguraikan dan memahami kode kode membaca ( phinoc system). system). Pendekaan ini ditemukan efektif di sejumlah studi. Keterampilan Keterampilan decoding (menguraikan kode) ini peru di otomatiskan sehingga kapasitas ingatan yang seharusnya digunakan secara kompherensi yang kuat tentang teks akan terjadi dan tidak dihambur-hamburkan untuk proses dekoding. Kompherensi yang kuat juga dipengaruhi latar belakang pengetahuan dan pembendaraan kata. Jadi, baik pengajaran langsung terstruktur tentang bunyi bahasa dan lingkungan yang kaya literatur dapat membantu murid murid yang memiliki kesulitan membaca ( Lyon,1999) Kesulitan belajar
Sebuah meta-analisis melihat studi-studi yang dilaksanakan selama kurun waktu 30 tahun tentang murid murid dengan kesulitan belajar tetapi mengalam kecerdasan rata-rata. Meta-analisis menemukan strategi yang paling efektif untuk mengajar murid-murid dengan disabilias belajar adalah dengan mengkobinasikan berbagai elemen pengajaran langsung. Dengan komponen yang memfokuskan pada pengajaran strategi belajar dan menghapal. Komponen komponen strategi utama belajar ini meliputi : o
Pengurutan (memecah-mecah tugasnya, memberikan step by step prompts
o
Urutan drill repetition-practice ( melatih-mengulangi-praktik)
o
Segmentasi (membagibagi tugas menjadi segmen-segmen kecil dan kemudian mensitetiskannya sebagai sebuah kesatuan).
o
Tanya jawab terarah
o
Penggunaan teknologi
o
Modelling
o
Pengajaran kelompok kecil. Faktor
paling
yang
ditemukan
adalah
pengendalian
kesulitan
tugas,bergerak mulai dari aspek-aspek yang mudah ke aspek-aspek yang lebih sulit dengan langkah-langkah yang diarahkan oleh guru. Efektivitas pendekatan
strategi pengajaran langsung kombinasi ini ditemukan paling kuat pada pembaca, dan sedikit kurang di bidang matematik dan keterampilan sosial. Gangguan pemusatan perhatian
Murid murid dengan gangguan pemusatan perhatian, yang sebagaian bukti menunjukkan bahwa masalah inisemakin tampak menonjol, bisa sangat problematik selama perjalanan karena tmurid ini dapat dengan mudah mendsirupsi pelajaran dan mengganggu anak-anak lain. Ada sejumlah hal yang dapat dilakukan guru untuk mempertahankan perhatian semua murid, khususnya murid-murid dengan gangguan pemusatan perhatian. Menerapkan berbagai macam pengantar yang menarik pehatian dan menekankan pentingnya topik itu dalam
kehidupan
sehari-hari
murid
bisa
membantu
,demikian
juga
mempresentasikan materi pelajaran dalam langkah-langkah kecil dan menjelaskan relevansi setiap langkahnya kepada murid-murid. Murid murid seharusnya di dorong untuk belajar dari kesalahannya, dan terlibat aktif di dalam pelajaran. Membantu murid untuk meneapkan tujuan jangka pendek yang tidak terlalu sulit untuk diraih juga dapat bermamfaat. MENGAJAR
MURID-MURID
DENGAN
BERBAGAI
BENTUK
DISABILITAS LAINNYA Gangguan perilaku
Bila murid menderita gangguan perilaku, langkah pertama adalah mengidentifikasi dengan tepat apa yang dilakukan anak itu, yang membuatnya menimbulkan masalah di kelas. Setelah iu harus diidentifikasi apa yang anda inginkan untuk dilakukan anak itu dan saran apa yang dapat digunakan untuk itu. Guru seharusnya berusaha menghindari memfokuskan pada perilakunya (yang bermasalah) dan coba memfokuskan pada perilaku yang didinginkan,misalnya berinteraksi dengan cara yang semestinya dengan sebaya dan orang dewasa. Murid murid yang tuna rungu dan sulit mendengar
Murid murid yang tuna rungu ( deaf) atau sulit mendengar (hard of hearing) dapat di didik dengan sejumlah cara. Salah satunya adalah pendekatan audiorik oral. Metode ini berusaha membuat anak anak tuna rungu untuk mendapatkan bahasa lisan di lingkungan di mana bahasa lisan digunakan secara eksklusif, termasuk di tingkat kelas maupun sekolah. Lingkungan rumah krusial
dalam proses ini, misalnya penggunaan pengeras suara, seperti alat bantu dengar dan cochlear implant, implant, tergantung keseriusan masalah pendengarannya. seperti halnya keterampilan mendengarkan, murid diajari keterampilan memproduksi pembicaraan yang dimulai di tingkat fonetik ( suku kata idividual) dan dari sini segera dilanjutkan ke tingkat fonologis ( seluruh kata dan kalimat). Bila berhasil, pendekatan ini akan memungkinkan anak-anak yang sulit mendengar untuk berkomunikasi dengan beragam orang (Nielsen dan Luekhe- Stahlman, 2002). Beberapa penelitian bahwaanak 16-17 tahun yang telah diajari menggunakan teknik ini memiliki usia membaca sekiar 13-14 tahun, yang hampir dua kali lipat dibanding seluruh murid tuna-rungu di AS secara umum. Salah satu kemungkinan masalahnya mungkin adalah bahwa kehilangan pendengaran iu terlalu serius untuk diatasi, bahkan dengan menggunakan m enggunakan cochlear implants ( implants ( Stone,1997) Autisme
Tidak satu intervensi pun yang diidentifikasi berhasil unuk semua anak autistik. Tetapi, sejumlah metode berorientasi pendidikan dan perilaku telah menunjukkan beberapa keberhasilan.Secara keseluruhan ,anak-anak autistik mendapatkan mamfaat dari lingkungan yang sangat terstruktur dengan pedoman yang sangat jelas tentang perilaku yang dianggap pantas dan tidak pantas. Di dalam lingkungan ini harus termasuk bahan-bahan yang membantu dengan jelas urutan kejadian dan kegiatan yang terjadi, misalnya jadwal tertulis ata u tergambar. Redarsi mental
Unuk murid- murid dengan redarsi mental khusunya anak-anak yang lebih muda, penggunaan hands-on materials sering menjadi meode pengajaran yang paling cocok dan penggunaan gambar gambar mungkin lebih tepat dibandin pengarahan verbal. Ada baiknya untuk memecah tugas menjadi langkah kecil, dan mulai dari tugas yang lebih mudah ke tugas yang lebih sulit. Belajar harusberlangsung dalam sesi-sesi pendek, dan intruksi tentang keterampilan hidup dapat krusial bagi perkembangan adaptif murid. Sindroma Tourette
Ketika menangani murid-murid dengan sindroma Tourette, penting untuk diingat bahwa betapapun menggagunya ticts yang mereka perlihakan, semua ini idk dilakukan dengan sengaja dan diluar kemauan mereka. Teman-temannya harus
didorong untuk menerima anak itu apa adanya. Memberikan waktu dan tempat pribadi untuk bersantai dapat membantu anak mengurangi timbulnya ticts yang dapat mengganggu konsentrasi murid-murid lain ( Knoblauch,1998). Bila murid tersebut memiliki bahasa, belajar, atau pemusatan perhatian, ini perlu ditangani dengan cara-cara yang telah disebutkan diatas. MENGAJAR MURID-MURID “GIFTED”
Istilah gifted biasanya digunakan untuk menunjukkan skor yang lebih tinggi secara signifikan diatas skor skor rata-rata untuk tes-tes kemampuan. kemampuan.
Di
sekolah, sejumlah faktor lain juga dipertimbangkan dalam mengambil keputusan untuk memasukkan atau tidak memasukkan murid tertentu kedalam kelas gifted. Ciri-ciri anak gifted:
Selalu melontarkan banyak pertanyaan
Selalu ingin tahu
Terlibat secara fisik maupu mental
Banyak bermain tetapi memiliki nilai yang bagus
Mempertanyakan jawabannya
Lebih suka bergaul dengan anak yang lebih tua.
Jadi, untuk mengajar murid-murid gifted di kelas reguler dapat menimbulkan sejumlah masalah. Murid-murid seperti itu dapat menganggap bahwa isi pelajarannya tidak menarik, tidak menantang dan membosankan, kemampuan intelektual mereka tidak akan terasah oleh kurikulum reguler. Cara pertama yang dapat dilakukan untuk menawarkan pendidikan yang lebih
cocok
untuk
anak-anak gifted adalah
melalui
ability
grouping
(pengelompokkan kemampuan). Keuntungan dari pengelompokkan kemampuan ini adalah murid-murid gifted murid-murid gifted akan akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi anakanak lain sehingga dapat menghindari kebosanan dari anak-anak gifted. anak-anak gifted. Praktik lain yang dianggap membantu murid-murid gifted adalah coperative learning (belajar kooperatif). Metode ini dianggap memiliki kemapuan khusus bagi murid-murid gifted murid-murid gifted dapat bertindak sebagai mentor bagi murid-murid yang kurang mampu, sehingga memberikan kesempatan kepada memreka yang memberikan kesempatan kepada mereka yang menjalankan peran penanggung
jawab di kelas, yang akan membuat mereka tidak mudah bosan dengan isi pelajaran karena sibuk memberi pelajaran anak-anak anak -anak lain. Tetapi kekurangan dari metode ini ialah murid-murid gifted dapat mendominasi anak-anak lainbila mereka lebih cenderung mengambil alih daripada bekerja sama. Salah satu kegiatan yang cukup menjanjikan adalah peer tutoring. Muridtutoring. Muridmurid gifted akan dihubungkan oleh seorang pakar atau seseorang yang berpengalaman di bidang tertentu dari luar sekolah. Bila kondisi nini terpenuhi, penatalaksanaan mentoring bisa sangat memperkaya pengalama anak gifted. anak gifted. Accelerated Learning (belajar yang dopercepat) adalah opsi lain untuk anak-anak gifted.
Konsep ini biasanya mengacu pada anak-anak gifted untuk
menyelesaikan kurikulum lebih cepat dibandingkan teman-teman sebayanya. Pendekatan ini ditemukan cukuo efektif, selama beberapa kondisi tertentu terpenuhi. Termasuk memastikan bahwa murid tersebut bukan hanya unggul secara intelektrual tetapi juga secara sosial-emosional yang memungkinkan menjalani ekselerasi dengan baik. Mengajar Anak-Anak Anak-Anak Usia Dini
Tahun-tahun awal selama masa kanak-kanak barangkali merupakan periode perkembangan paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam banyak hal pengalaman masa kanak-kanak membentuk perkembangan. Kebanyakan teori belajar mengatakan bahwa perkembangan-perkembangan kognitif penting terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan,misalnya transisi dari tahap sensori-motor ketahap pra-operasional dalam teori Piaget. Anak-anak kecil belajar melalui interaksinya dengan orangtua, dan lingkungannya jauh sebelum mereka memasuki sekolah formal.Penelitian otak menunjukkan bahwa sampai dengan 85 persen dari seluruh jalur neurologis yang diperoleh oleh orang berkembang selama enam tahun pertama kehidupannya (Rutter dan Rutter,1992) Pengajaran Pengajaran Anak-Anak Usia Dini:Apa Yang Ditunjukkan Oleh HasilHasil Hasil Penelitian Dampak pendidikan pra-sekolah
Pendidikan pra-sekolah memberikan efek positif pada prestasi anak selanjutnya disekolah dasar ditunjukan oleh penelitian yang memperlihatkan bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan pra-sekolah menunjukkan prestasi
yang lebih baik disekolah dasar dibanding murid-murid yang tidak mengikuti pendidikan pra-sekolah. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa muridmurid mendapatkan manfaat lebih besar bila pendidikan pra-sekolah itu sudah dimulai sebelum umur tiga tahun( umur dimulainya pendidikan prasekolah dikebanyakan negara)(Wylie,1998) Penedekatan Penedekatan formal dan informal ke pendidikan usia dini
Diskusi utama dikalangan pendidik usia dini adalah antara mengutamakan pendekatan akademik formal dengan memulai sedini s edini mungkin untuk mengajarkan berbagai keterampilan dasar melalui pengajaran, atau pendekatan yang lebih informal yang menekankan pembelajaran anak melalui interaksi meraka dengan lingkungan dan orang-orang dewasa serta anak-anak lain.Menurut Egertson (1997),selama beberapa dekade tahun terakhir ini pengajaran usia disi di AS telah beranjak dari orientasi bermain dan kelompok ke mengajarkan berbagai keterampilan dasar secara lebih langsung.Perubahan serupa juga telah terjadi si Inggris sebagai hasil strategi pemerintah (Siraj Blatchford,1999;Kwon,2002) Pembelajaran Pembelajaran efektif di tahun-tahun awal
Pendidikan usia dini perlu menyeimbangkan antara penemuan murid dari lingkungannya dengan kegiatan terstruktur yang dirancang untuk memperoleh sebanyak-banyaknya dari pengalaman ini secara kependidikan.Guru seharusnya menekankan hubungan antara kelas dan pengalaman sehari-hari murid.Karena anak-anak kecil belajar dengan paling baik melalui hands-on activities, activities, maka kegiatan semacam ini harus banyak diberikan di TK.Anak-anak senang meniru orang dewasa,sehingga kegiatan seperti menupas kentang,membersihkan wadah atau memasak dapat digunakan untuk mendapatkan efek yzng signifikan.SirajBlatcford (1999) mengidentifikasi tiga elemen utama yang perlu untuk pengajaran usia dini: 1. Menciptakan lingkungan belajar 2. Pengajaran langsung 3. Scaffolding Meningkatkan kesiapan sekolah
Tujuan utama pendidikan pra-sekolah adalah untuk meningkatkan kesiapan sekolah yang lebih difokuskan pada berbagai keterampilan.Keterampilan itu termasuk:
Keterampilan Sosial , misalnya kemampuan untuk menghormati orang lain,untuk bekerja secara kooperatif,untuk mengekspresikan emosi dan perasaan dengan cara yang baik,untuk mendengarkan orang lain,untuk mengikuti aturan dan prosedur,untuk duduk dengan penuh perhatian dan untuk bekerja secara mandiri. Keterampilan Komunikasi, misalnya meminta bantuan dengan cara yang baik,memverbalisasikan pikiran dan perasaan, menjawab pertanyaan terbuka dan tertutup, berpartisipasi didalam diskusi kelas dan menghubungkan berbagai ide dan pengalaman Perilaku Terkait-tugas, misalnya tidak mendisrupsi anak-anak lain selama pelajaran,memantau perilakinya sendiri,menemukan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas,mengikuti pengarahan guru,memulai dan meyelesaikan pekerjaan pada waktunya tanpa pengarahan guru dan mencoba berbagai strategi mengatasi masalah yang berbeda.
Ada beberapa cara yang lazim digunakan untuk pengembangan kesiapan disekolah yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bermain Drama dan sandiwara pendek Diskusi dalam kelompok kecil atau diskusi kelas Mengategorisasikan objek Kerja berpasangan atau kelompok Circle time
Asesmen di dalam pendidikan usia dini
Tes terstandar mungkin tidak cocok untuk anak-anak kecil, yang kinerjanya pada tes-tes standar dapat berubah dari hari kehari, sehingga mendapatkan hasil-hasil yang sangat tidak reliabel.Oleh karenanya ada berbagai metode alternatif yang diusulkan untuk mengases kemajuan mereka.Salah satunya adalah observasi terstruktur terhadap perilaku anak dan penggunaan portofolio. MEMPERTIMBANGKAN MEMPERTIMBANGKAN PERBEDAAN INDIVIDUAL
Salah satu aspek paling kontroversial pengajaran adalah bagaimana menangani begitu banyaknya perbedaan diantara para murid dikelas.Di bab ini kita pertama-tama akan melihat cara-cara utama yang dicobagunakan oleh para
pendidik untuk mengani perbedaan “kemampuan”setelah itu akan mengeksplorasi bgaimana penelitian tentang gaya belajar dapat mempengaruhi paraktik paraktik dikelas.
Strea Streami ng,Set ng,Setting, Dan Seleksi Seleksi
Salah satu metode yang secara tradisional digunakan untuk menghadapi kenyataan bahwa murid-murid memiliki kemampuan yang berbeda adalah seleksi.Di beberapa negara, sistem pendidikannya secara keseluruhan bersifat selektif.Ini berarti bahwa pada titik tertentu disepanjang karir sekolah murid akan menjalani sebuah ujian nasional yang akan menentukan ketipe sekolah mana ia harus masuk.Tetapi ada beberapa negara yang menyeleksi murid-muridnya melalui wawancara atau ujian masuk.
Strea Streami ng Cara kedua untuk menangani perbedaan diantara murid-murid adalah streaming,yaitu streaming,yaitu sebuah prosedur dimana murid-murid dipisah-pisahkan ke berbagai kelas yang berbeda sesuai kemampuannya disekolah.Salah satu keuntungannya adalah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengajar murid-murid dengan kemampuan serupa, yang memudahkan penyampaian pelajaran pada tingkat yang tepat.Dengan menempatkan murid -murid pada stream pada stream yang tepat,semua murid dapat mengalami kesuksesan.Tetapi,ada sejumlah masalah yang terkait dengan streaming.Alasan yang mendasari streaming masih berupa
asumsi
bahwa
kecerdasan
berdimensi-tunggal
cukup
dapat
memprediksinkan prestasi murid disemua pelajaran berdasarkan ukuran tertentu.
Set Setting Cara
ketiga
untuk
mengatasi
perbedaan
murid
adalah
melalui
setting.Berlawanan setting.Berlawanan dengan streaming,didalam streaming,didalam setting murid-murid ditempatkan ke kelompok-kelompok kelompok-kelompok “berkemampuan sama” dari pelajaran ke pelajaran.Setting pel ajaran.Setting mengatasi sejumlah masalah yang terkait dengan streaming dalam arti bahwa didalam saetting murid-murid diakui keberbedaan tingkatnya siberbagai macam pelajaran yang berbeda.Jadi,tergantung hasil-hasil yang diperolehnya,sorang murid dapat berada dikelompok teratas untuk pelajaran matematika dan dikelompok yang lebih rendah untuk pelajaran bahasa Inggris.Tetapi masih ada beberapa masalah.kemungkinan merugikan konsep-diri murid dipelajaran tertentu
masih ada bila murid yang bersangkutan dimasukkan kekelompok yang lebih rendah untuk mata pelajaran tersebut,meskipun prestasinya secara keseluruhan disekolah belum tentu dirugikan bila ia ditempatkan dikelompok yang lebih tinggi untuk mata pelajaran lainnya.Segi positifnya,setting dapat membuat pengajaran lebih mudah,karena perampingan rentang kemampuan dipelajaran akan membuat guru tidak mengalami banyak kesulitan untuk menetapkan tingkat kesulitan yang tepat untuk pelajaran yang diampunya.Dikelas yany di-set,murid-murid yang berkemampuan lebih rendah tidak akan dibiarkan tertinggal dengan membiarkan mereka tidak memahami pelajarannya dan menjadi terdemoralisasi. Pembelajaran Pembelajaran Individual
Alih-alih mengubah penataan kelompok disekolah,guru juga dapat mencoba sejauh mungkin mempertimbangkan perbedaan individual muridmuridnya didalam pengajaran dikelasnya.salah satu caranya adalah dengan memberikan kesempatan kepada semua murid untuk menyelesaikan skema-skema atau worksheet yang sudah disaipkan sebelumnya sesuai dengan tingkat kecepatannya masing-masing Mengajar Untuk Berbagai Gaya Belajar Yang Berbeda
Meskipun sebelumnya telah didiskusikan mengenai perbedaan murid terutama dalam kaitannya dengan perbedaan dalam “kemampuan” mereka.Khir akhir ini semakin banyak perhatian difokuskan pada perbedaan gaya belajar murid. Teori gaya belajar Kolb
Salah satu toeri gaya belajar yang paling jelas penguraiannya adalah teori Kolb (1995) yang berpendapat bahwa gaya belajar dapat diperingkat disepanjang kontinum mulai dari: 1. 2. 3. 4.
Pengalaman konkret Observasi reflektif Konseptualisasi abstrak Eksperimen aktif
Dari penjelasannya terlihat bahwa Kolb menganggap gaya belajar yang berbeda ini seperti lingkaran yang harus ditempuh dari waktu kewaktu oleh semua individu
yang
belajar.Tetapi
teori-teori
belajar
yang
lebih
mutakhir
mengkonseptualisasikan gaya-gaya ini sebagai gaya yang lebih disukai dan lebih
dipercaya oleh pelajar,dan oleh sebab itu it u kebanyakan pelajar lebih menyukai salah satu diantara keempat jenis diatas. Litzinger dan Osif (1993) menyebut tipe-tipe pelajar yang berbeda,yaitu: a. Akomodator,lebih menyukai gaya belajar yang aktif b. Asimilator,menyukai penemuan pengetahuan yang akurat dan terorganisasi serta cenderung menghormati pandangan orang-orang yang dianggapnya pakar dibidang itu c. Konvergen,terutama tertarik pada relevansi informasi d. Divergen terutama tertarik pada aspek “megapa”dari pada sebuah sistem Klasifikasi lainnya melihat prefensi-prefensi sensorik murid yang berbeda.Menurut teori ini,pelajar dapat diklasifikasikan lebih menyukai belajar secara visual,auditorik,atau taktil/kinestetik,sementara teori lain menambahkan golongan pelajar yang lebih menyukai belajar melalui tulisan,belajar secara interaktif,dan belajar melalui penciuman:
Pelajar visual,belajar dengan paling baik dengan melihat gambar Pelajar auditorik,senang belajar melalui mendengarkan orang lain berbicara dan mendengarkan rekaman suara Pelajar kinestetik,belajar dengan paling baik melalui sentuhan dan gerakan Pelajar berorientasi tulisan lebih senang belajar melalui membaca Pelajar interaktif menikmati diskusi dengan murid-murid lain dalam kelompok kecil atau berpasangan Pelajar olfactory mendapatkan manfaat dari penggunaan penciuman selama belajar
Perbedaan antara pelajar deduktif dan induktif juga telah mendapat perhatian oleh para peneliti gya belajar (Hodges,19940.Pelajar induktif mulai mengobservasi atau data dan kemudian menyimpilkan aturan dan prinsip penentu dari observasi-observasi ini. Bukti tentang pengajaean berdasarkan gaya belajar murid
Meskipun sejumlah tips ini cukup masuk akal secara intuitif,tetapi hanya sedikit sekali penelitian yang menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan gaya belajar yang berbeda benar-benar membantu meningkatkan prestasi prestas i murid. Tetapi melalui beberapa studi menunjukkan adanya hubungan gaya belajar dengan prestasi.Meskipun masih kurang jelas benar apakah prestasi dapat ditingkatkan
dengan mengadaptasikan pengajaran pada gaya belajar.Didalam satu studi ditemukan bahwa tidak ada perbedaan prestasi antara murid-murid yang pengajarannya disesuaikan dis esuaikan sepenuhnya,disesuaikan secara parsial dan yang tidak disesuaikan dengan gaya belajarnya dengan menggunkan inventori gaya belajar yang mendasarkan diri pada hasil pemikiran Kolb.
2. Buku Kedua (Pembanding) “
Psikologi Pendidikan
”
Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajarai tentang proses kognitif dan prilaku. Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Namaun definisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat t ingkat usia. Misalnya, jika ingin mengajarkan sesuatu pada seseorang, maka perhatikanlah perkembangan kognitifnya. Selain itu pada orientasi baru psikologi pendidikan pembelajaran perlu dilaksanakan berbasis gelombang otak (brain wave). Karena gelombang otak member pengaruh pada gaya berfikir seseorang. Pendidikan adalah pada hakikatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap peserta didik. Pemolaan ini dapat berlangsung secara sistematis dan tidak sistematis. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah merupakan salah satu bentuk pemolaan pengaruh yang sistematis. Agar pemolaan ini efektif maka pendidik perlu memiliki kecakapan dalam psikologi. Sedangkan pembahasan tentang kurikulum tidak di ajarakan pada psikologi pendidikan melainkan pada ilmu pendidikan. Oleh karena itu dalam psikologi pendidikan, pendidik akan efektif dalam melaksanakan pembelajaran jika berpedoman pada prinsip: 1. Member perhatian pada “bagaimana cara belajar” bukan pada “untuk apa belajar” 2. Mengajari peserta didik tentang cara membaca untuk mendapatkan pemahaman, cara menyusun gagasan, cara menguasai pelajaran yang sulit dan cara menuangkan pikiran secara jelas melalui tulisan.
3. Melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 4. Peserta didik perlu dlatih untuk untuk au berfikir berfikir sendiri. 5. Pendidik punya potensi untuk menjadi guru yang hebat. Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya karakter, yaitu mengetahui yang benar, melakukan dengan tepat dan bertindak mulia. Dengan demikian pembelajarn yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membangun karakter. Mendidik dan mengajar adalah kegiatan yang kompleks. Tida ada satu cara yang paling efektif dalam mendidik peserta didik karena perbedaan individual peserta didik. Oleh karena itu seorang pendidik akan mendidik dengan efektif jika memiliki pengetahuan dan keahlian professional, memiliki komitmen dan motivasi. Santrok (2007) mengemukakan bahwa untuk menjadi pendidik yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal. 1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar pendidik menguasai secara utuh ilmu yang diajarkannya. 2. Memperluas prespektif. Pendidik harus yakin bahwa dirinya dapat menjadi pendidik yang efektif sebagaimana diinginkannya. diinginkannya. 3. Pendidik perlu meningkatkan diri secara terus-menerus. Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan pembelajaran. Psikologi pendidikan pertama kali di kemukakan oleh William James (1842-1910). William James memberikan kuliah yang bertajuk “Talk to Teacher” dan dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak. Tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey (1859-1952). Dewey membangun laboratorium psikologi pertama di AS, di Universitas Chicago, pada tahun 1894. Banyak Banyak ide penting yang
per tama pandangan tentang anak sebagai pembelajar didapatkan dari dewey yaitu pe p embelajar aktif (active learn). Sebelum dewey mengemukakan pandangan ini ada keyakinan
bahwa anak-anak mestinya duduk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Akan tetapi dewey berpandangan bahwa anakanak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.
K edua, dari dewey diperoleh ide bahwa pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah. Ketiga, dari Dewey diperoleh gagasan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya. Pada abad ke-19 pendidikan hanya diberikan hanya pada sebagian anak kecil, terutama anak keluarga kaya. Dewey adalah salah seorang psikolog yang sangat mendukung pendidikan yang layak bagi semua anak, lelaki maupun perempuan, dari semua lapisan social ekonomi dan etnis. Tokoh ketiga adalah E.L Thorndike (1874-1949), yang member banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran serta s erta dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran. Psikologi pendidikan menjadi sangat penting kerena mengajar terkait dengan sains dan seni. Dari segi sains, psikologi pendidikan memberikan informasi yang sangat berharga. Dari segi seni, keahlian dan pengalaman berperan pentig untuk pengajaran yang yang efektif. Psikologi pendidikan member pemahaman tentang anak sebagai si pembelajar, bagaimana anak belajar , bagaimana anak belajar, bagaimana pendidik membelajarkan, bagaimana anak belajar, bagaimana pendidik membelajarkan, bagaimana pendidik pendidik memotivasi peserta didik belajar serta bagaimana pendidik mengevaluasi hasil belajar.
BAB 3
BELAJAR
Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Sebelum belajar seseorang mungkin tidak memiliki pengetahuan tertentu akan tetapi
setelah belajar jadi memilikinya. Proses belajar berlangsung secara internal. Pada awalnya belajar akan terasa berat dan sukar, akan tetapi seiring dengan seringnya pelajaran di ulangi maka peajaran semakin di kuasai. Pembelajaran di ibaratkan sebagai bantuan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi proses belajar. Jika ingin membantu peserta didik belajar untuk menguasai keterampilan tertentu maka guru dapat memfasilitasinya dengan strategi modeling. Peserta didik akan berlatih terus-menerus hingga keterampilan tersebut di kuasainya. Peserta didik dapat diberikan reinforcemen untuk memperkuat perubahan perilaku atau keterampilan tersebut. Pembelajaran dapat dilaksanakan melalui model kognitif jika ingin membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Strategi belajar observasi (observation learning ) tepat digunakan untuk membantu siswa belajar hal-hal tertentu dari orang lain melalui pengamatan yang serius. a. Belajar vs Kematangan
Tidak semua perubahan yang terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya di sebabkan oleh belajar, melainkan ada juga yang di sebabkan kematangan (maturation (maturation). ). Proses belajar akan memberikan hasil yang maksimum jika berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Misalnya, pada umumnya anak sudah mampu berjalan pada usia dua tahun. Hal itu karena kondisi motorik yang diperlukan anak untuk berjalan sudah matang pada usia tersebut. Akan tetapi seseorang anak tidak akan otomatis mampu membaca pad usia 6 tahun, jika tidak mempelajari cara membaca meskipun kematangan kognitif ini sudah tercapai pada tahap tersebut. Kemudian dalam proses perkembangan ada masa peka yang memerlukan pengalaman belajar, jika masa itu terlewatkan maka kemampuan yang di dukung masa peka tersebut akan terganggu pada usia selanjutnya. Misalnya masa peka untuk perkembangan sensasi terhadap rentang jarak tumbuh sekitar tiga tahun melalui aktivitas melompat, berjalan, dan berlari. Akan tetapi jika di usia tersebut anak tidak punya pengalaman yang mengasyikkan tentang aktivitas tersebut misalnnya, anak hanya duduk bermain, maka kecenderungannya di usia dewasa akan sering mengalami masalah ketika melompati sesuatu, menaiki tangga dll.
Sehingga dapat dikatakan perkembangan dan belajar merupakan proses yang saling mendukung dalam kehidupan manusia. Proses perkembangan di dalam diri individu pada hakikatnya menyatu, namun secara konsep ada ahli yang mengelompokkannya atas dimensi fisik, kognitif, bahasa, pribadi, social, dan moral. Dalam kondisi demikian, proses belajar juga menyatu dalam semua perkembangan, meskipun secara konsep para ahli menekankan teorinya pada satu atau beberapa dimensi. b. Otak Belajar
Kendali seluruh saraf pada diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti
juga
mengembangkan otak. Ejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 milyar sel. Beberapa pertambahan ukuran otak di sebabkan s ebabkan oleh myelination yaitu myelination yaitu sebuah proses dimana banyak sel otak dan system saraf di selimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat. Jaringan otak perlu di stimulasi agar terjadi myelination. myelination. Jaringan
otak
yang
mendapat
stimulasi
akan
mencapai
perkembangannya sekitar 80% pada usia 3 tahun, 85% pada usia 6 tahun dan mencapai 90% pada usia 10 tahun. Perkembangan otak erat kaitannya dengan perkembangan kognitif yang di perlukan untuk belajar. Manusia di anugerahi otak lebih sempurna dari otak hewan. Setap sel otak memiliki kemungkinan konelsi mulai dari 1 hingga 20000 koneksi. Koneksi antar sel otak terjadi jika sering di gunakan dan di latih untuk berfikir. Paul Maclean mengemukakan konsep otak triun dalam satu kepala yaitu otak reptile, otak mamalia, dan otak korteks. Visualisasi ketiga jenis otak tersebut di kemukakan sebagai berikut: Pertama, otak reptile. Terletak di dasar batang otak yang terhubung
dengan tulang belakang. Bagian otak ini berfungsi untuk kordinasi sensori motorik tubuh. Kelenturan fisik seseorang dan stoke stoke yang mungkin di alami seseorang berhubungan dengan fungsi otak ini. Bagian otak ini akan berfungsi sebagai pengaman jika seseorang dihadapkan pada situasi yang dianggapnya membahayakan dirinya.pada saat bagian otak ini aktif maka padamlah bagian otak belajar anak sehingga tidak terjadi proses belajar. Karena pada bagian otak ini tidak ada memori untuk menyimpan hasil belajar.
Kedua, otak mamalia adalah pintu gerbang menerima informasi. Bagian
otak ini berperan penting pada pross pembelajaran pembelajaran karena berkaitan erat dengan dengan emosi dan memori jangka panjang. Pada otak ini terdapat amyglada yang berfungsi sebagai memori semua perasaan baik yang positif dan negatif yang pernah di alami seseorang. Bagian memori negative terhubung dengan otak reptile. Jika memori negative ini mendominasi maka bisa dipastikan akan terhubung dengan otak reptile. Hal ini diakibatkan di produksinya cortisol dalam dalam jumlah banyak di otak sehingga melumpuhkan kemampuan berfikir.akibat keadaan ini individu tidak mampu mengembangkan kemampuan untuk mencapai optimum tolerance dalam tolerance dalam hidupnya. Yang ketiga adalah otak neo-cortex yang merupakan 80% dari total otak
manusia. Otak ini merupakan tpi yang menutupi otak mamalia dan otak reptile, serta berfungsi ketika seseorang dalam keadaan tenamh, bahagia, dan relaks. Bila dalam keadaan tegang, stress, takut atau marah, maka informasi akan dilanjutkan ke otak reptile. Hal inilah yang terjadi ketika seserang terlalu tegang saat mengerjakan ujian, sehingga pikirannya kosong dan tidak dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya. Lobus didalam otak memiliki fungsi berbeda. Sebagaimana tampak pada gambar dibawah ini yang menunjukkan 8 belahan otak ini memiliki fungsinya sendiri. Oleh karena itu dalam belajar semua belahan ini perlu di fungsikan untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Fakta lain tentang otak adalah otak terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Otak kiri mempunyai fungsi dan cara belajar yang khusus yaitu menyukai hal-hal yang berurutan, belajar maksimal dari hal-hal yang bersfat detail, baru kemudian ke global, menyukai system membaca yang berdasarkan fonetik, menyukai katakata, symbol dan huruf, menyukai sesuatu yang terstruktur dan dapat diprediksi, mengalami banyak focus internal dan ingin mengumpulkan informasi yang factual. Sedangkan otak kanan lebih menyukai hal-hal yang bersifat acak, belajar dari yang global ke detail, menyukai system membaca secara menyeluruh, menyukai gambar dan grafik, lebih suka melihat dulu atau mengalami sesuatu,
lingkungan belajar spontan alamiah focus eksternal, ingin pendeta yang bersifat terbuka, baru dan memberikan kejutan yang menantang. Kedua belahan otak ini dapat berfungsi lateral atau berfikir lateral yang artinya kedua belahan otak ini dapat difungsikan sekaligus untuk menciptakan sesuatu. Misalnya ketika mendengar musi, seseorang akan memprosesnya terlebih dahulu di otak kirinya karena biasanya yang mereka lakukan adalah menganalisis terlebih dahulu musik tersebut baru kemudian menikmatinya. c. Perkembangan Perkembangan dan Belajar 1.
Perkembangan Perkembangan kognitif dan belajar
Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berfikir. Perkembangan ognitif di dalam teori kognitif piaget mencakup proses-proses yaitu skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan equilibrasi. Skema adalah konsep kerangka kognitif atau kerangka referensi yang ada di dalam
pikiran
seseorang
yang
dipakai
unntuk
mengorganisasikan
dan
menginterprestasikan informasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung dalam urutam empat tahapan mengikuti perkembangan usia anak. Tahapan perkembangan itu adalah sebagai berikut. 1) Tahapan sensori motorik (0-2 tahun) Pada
tahap
ini
bayi
membangun
pemahaman
tentang
dunia
dengan
mengkordinasikan pengalaman indrawi dengan gerakan dan mendapatkan pemahan akan object permanence. 2) Tahap praoprasional (2-7 tahun) Tahap ini dibagi menjadi dua tahap yaitu subtahap fungsi symbol dan pemikiran intuitif. Pada tahap fungsi symbol yaitu pada usia 2-4 tahun, anak secara mental mempresentasikan objek yang tidak hadir dan meningkatnya pemikiran simbolis muncul egosentris dan animisme. Pada subtahap pemikir intuitif yang dimulai sekitar 4-7 tahun, rasa ingin tahu anak sangat besar dan ingin tahu semua jawaban pertanyaannya. 3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun) Pada tahap ini menggantikan pemikiran intuitif menjadi konkret dan spesifik. Klasifikasi, serasi dan transivity merupakan keterampilan operasional yang penting. Serration adalah operational konkret yang melibatkan stimulasi
pengurutan berdasarkan dimensi kuantitatif. Transivity adalah kemampuan untuk mengkombinasikan hubungan-hubungan hubungan-hubungan secara logis guna memahami kesimpulan tertentu. 4) Tahap operational formal (11-15 tahun) Pada tahap ini remaja lebih bersifat abstrak, idealis, dan logis. Penalaran hipotesis deduktif menjadi penting, artinya remaja dapat mengembangkan hipotesis untuk memecahkan masalah dan menarik kesimpulan secara sistematis. Teori perkembangan kognitif dikembangkan juga oleh Vygotsky. Vygotsy menekankan
bahwa
keahlian
kognitif
perlu
di
interprestasikan
secara
perkembangan dan di mediasi oleh bahasa, relasi social dan kultur. Konsep yang paling popular dari Vygotsky adalah Zone Zone of Pro Pr oxim xi mal D evelom loment yaitu serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Batas ZPD adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan orang dewasa. Erat kaitannya dengan ZPD adalah scalffoding (Bruner) (Bruner) yaitu sebuah teknik mengubah level dukungan dengan cara menyesuaikan diri dengan perkembangan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas. Vygotsky mengemukakan bahwa anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk menggunakan komunikasi social, tetapi juga untuk merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri. 2.
Perkembangan Perkembangan Bahasa dan Belajar
Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan, atau symbol. Noam Chomsky (1975) menegmukakan bahwa manusia cenderung mempelajari bahasa pada waktu tertentu dengan cara tertentu. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi factor biologi dan social pada saat mereka berinteraksi. Vygotsky menetapkan bahasa sebagai alat cultural dalam pengembangan kognitif. Peserta didik dapat menggunakan inner speech dalam penyelesaian proses belajarnya. 3.
Perkembangan Perkembangan Social dan Belajar
Perkembangan social mengacu pada perubahan jangka panjang di dalam konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Perkembangan social yang sangat relevan dibahas didalam konteks social di
sekolah adalah (1) perubahan konsep diri dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik (2) perubahan kebutuhan dasar dan motif personal, (3) perubahan pada sense tentang hubungan hubungan dan tanggung jawab. 4.
Perkembangan Perkembangan Diri
Konsep yang sering dihubungkan dengan perkembangan diri adalah konsep diri(self concept) dan harga diri (self esteem). Konnsep diri da penghargaan diri yang positif akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri. Beberapa factor yang dapat mendorong perkembangan harga diri siswa yakni : (1) merasakan penghargaan atas usaha maupun pencapaian dirinya, (2) merasakan aman secara fisik maupun psikologis, (3) merasakan pengalaman diperlakukan adil, (4) berada dalam komunitas yang saling menghargai (5) berkompetisi dengan prestasi sebelumnya bukan dengan orang lain, (6) tidak merasa sebagai orang jahat ketika gagal dalam tes atau mendapat hukuman karena melakukan kesalahan. 5.
Perkembangan Moral
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berhubungan dengan aturan dan konvensi dari interaksi yang adil antar orang. Perkembangan moral dapat dikaji melalui domain kognitif, behavioral dan emosional. Pada domain kognitif kuncinya kuncinya adalah bagaimana siswa menalar atau memikirkan aturan untuk
perilaku etis. Dalam domain behavioral bagaimana murid berprilaku secara actual, bukan pada moralitas dan pemikiran dan dalam domain emosional penekanannya pada bagaimana siswa merasakan secara moral.
BAB IV
PENDEKATAN DAN TEHNIK BELAJAR
Belajar adalah proses menciptakan hubungan sesuatu yang sudah ada dengan sesuatu yang baru. Pendekatan perilaku medefenisikan bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang relatif menetap didalam diri seseorang sebagai hasil adanya hubungan antara stimulus dan respon menekankan bahwa belajar merupakan proses aktif individu untuk memaknai informasi yang diterimanya. Dalam pendekatan kognitif belajar dianggap sebagai sesuatu yang aktif. Individu inisiatif
mencari
pengalaman
menyelesaikan masalah.
untuk
belajar,
mencari
informasi
untuk
Tehnik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif. Beberapa bentuk tehnik belajar yang dapat diterapkan yaitu: sikap mental, rencana belajar, berkonsentasi seperti senam otan dan relaksasi, mengikuti pelajaran, tujuan belajar, tehnik mengingat. Sebagai impikasi dari pendekatan belajar behavior dan kognitif kognitif maka belajar dapat digunakan tehnik- tehnik dalam mempersiapkan diri untuk belajar seperti kemampuan mencatat, tehnik membaca, tehnik mengikuti ujian ddan tehnik memecahkan masalah. Dimana tehnik- tehnik tersebut dilakukan maka proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif seperti yang diharapkan oleh guru tersebut.
BAB 5 a.
PENDEKATAN TEKNIK BELAJAR
Pendekatan Behavior
Belajar adalah perubahan pengetahuan, ketermpilan dan sikapa yang relative permanen didalam diri individu yang tampak dari tampilan individu (overt behavior). Faktor penting yang yang mempengaruhi belajar adalah reward atau pernyataan kepuasan dari suatu kejadian. Meurut thorndike thorndike hukuman akan memperlemah ikatan berbeda dengan reward yang akan memperkuat ikatan. Beberapa hukum belajar yang dikemukakan tondike yaitu 1. Law of readiness yaitu hukum kesiapan. Maksudnya seseorang akan lebih mudan belajar jika sudah memiliki kesiapan untuk hal dimaksud. 2. Law of exercise
yaitu hukum latihan ikatan antara stimulus dan
trespon dalam belajar akan lebih kuat jika dilakukan pengulangan pengulangan. 3. Law of effect, yaitu hukum pengaruh, mengarah pada hadiah yang konkrit semakin banyak hadiah yang diterima individu dari hasil belajarnya maka semakin kuat ikatan prilaku tersebut dengan hadiah yang diterimanya. b.
Pendekatan Pendekatan Kognitif
Ahli teori kognitif berpendapat bahwa beajar adalah hasil usaha individu untuk mengerti duia. Caranya adalah dengan menggunakan semua alat mental
yang di miliki. Dalam pendekatan kognitif belajar dianggap sebagai sesuatu yang aktif. Inividu berimisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali dan mengorganisasi apa yang mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. c.
Tekni Belajar
Teknik ini merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif, beberapa bentuk teknik belajar yang diterapkan adalah 1. Sikap mental Yang perlu dinbagun dalam sikap mental adalah konsep diri dan fikiran positif. Ketika seseorang merasa dirinya mampu maka hal ini akan menjadi komputer mental yang mendorong seseorang untuk meraih impianya. 2. Rencana belajar Membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian, mingguan. Tenyukan waktu penyelesaian tugas, tugas secara rinci untuk setiap harinya, 3. Berkonsentrasi Teknologi belajar yang ketiga adalah berkonsentrasi, hal ini dapat dilakukan dengan senam otak, dan relaksasi, meditasi dan sebagainya. 4. Mengikut pelajaran Kemampuan untuk mengikuti pelajaran didalam kelas seperti mendengar, menyimak dan memberi respon. Posisi duduk ketika mengikutu pelajaran perlu diperhatikan. 5. Tujuan belajar Memahami tujuan belajar, yang pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai tujuan hidup. 6. Teknik mengingat Kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk, teknik asosiasi misalnya untuk mengingat faktor-faktor yang membuat sukses dengan membuat perkalian a x b x c x d= sukses.
Sasntrok (2007) mengemukakan beberapa teknik nemonik untuk mengingat. Pertama metode loci yaitu menyusun hal-hal yang diingat menjadi suatu tempat misalnya rumah. Kedua dengan memendekan kata dan menyusunya menjadi satu misalnya “mejikuhibiniu” untuk mengingat mengi ngat warna pelangi. Ketiga dengan akronim misalnya, untuk mengingat peraturan dalam berkomunikasi asertif yaitu menghindari sok. Teknik monik inoi bermanfaat dalam menghafal data atau fakta, tetapi untuk mengingat konsep meneminic ini perliu ditambah dengan pemahaman akan makna dari konsep konsep tersebut. Kemampuan mencatat dapat dapat dilatih dengan membuat bagan, peta pikiran atau mindmapping, selain mencatat dengan simbol-simbol. Mencatat membantu berkonsentrasi disalam kelas dan catatan merupakan bantuan dalam meengingat kembali saat diperukan. Teknik membaca, dilakukan dengan mempersiapkan diri, menimalkan gangguan, duduk dengan sikap tegak, meluangkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran, menggunakan jari jika diperlukan dan melihat sekilas bahan bacaan sebelum membaca. mengikuti ujian,
Teknik
sebelum ujian anggaplah pertandingan lawan penguji, penguji, coba
membuat pertanyaaan dan menjawabnya, pelajari catatan, usahakan untuk mengetahui yang tidak jelas, tidur segera setelah belajar. Teknik memecahkan maslah, hal ini dapat dilakukan dengan prosedur. Menetapkan masalah, mencari penyebab, menemukan beberapa alternaytif solusi dengan menetapkan cara satu, dua dan tiga, melaksanakanya dan jika belum berhasi l menggunakan cara dua atau tiga. BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN
Pembelajaran sering dihubungkan dengan istilah-istilah : Pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik serta model pembelajaran. Beberapa model pembelajaran yng diimplementasikan didalam kelas adalah model pengajaran langsung, kooperatif, berdasarkan masalah dan strategi-strategi pengajaran. Berikut pembahasan dari tiap-tiap model pembelajaran: a. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran ini merupakan model yang berpusat pada guru. Model ini dirancang khusus khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang yang berkaitan dengan penegtahuan deklaratif dekla ratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur ters truktur dengan baik
yang dapat dianjurkan degan pola kegiatan bertahap. Model ini disebut model pengajaran aktif, kegiatan pembelajaran langsung ini memiliki sintaks yaitu : 1. Menympaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. 2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan 3. Membimbing pelatihan. 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. 5. Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan penerapan. Pengajaran langsung dapat berupa ceramah, demonstrasi, pelatihan dan praktik serta kerja kelompok. Pada pembelajaran ini dapat diberlakukan belajar dengan pemodelan tingkah laku, belajar ini didasarkan pada teori belajar sosial. Elemen penting yang perlu diperhatikan disini adalah perhatian, mengulang, mengolah dan motivasi. b. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajran ini dilakukan dengan membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar ini menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota mencapai tujuan dan penguasaan materi. Berikut sintaks pada pembelajaran kooperatif. 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2. Menyajikan informasi. 3. Mengorganisasi siswa kedalam kelompok kooperatif. 4. Melakukan penugasan dari guru. 5. Memberikan penghargaan. Beberapa pendekatan dalam pembelajaran kooperatif dikemukakan sebagai berikut. 1) Student Team Achievement Division (STAD) Pembelajaran dengan pendekatan ini dilakukan dengan tahap persiapan sebagai berikut: - Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti : RPP, Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa beserta jawaban. - Membentuk kelompok - Menentukan skor awal dari niai ulangan sebelumnya .
- Kerja kelompok. Pada pembelajaran kooperatif ini pemberian penghargaan terhadap keberhasilan siswa dilkukn pda pda tahap menghitung skor perkembangan individu. 2) Menghitung 2) Menghitung Skor Kelompok Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan hasil penjumlahan semua skor perkembangan anggota kelompok dibagi dengan jumlah kelompok 3) Tim Ahli ( Jigsaw) Pembelajaran Jigsaw dilakukan berdasarkan tahap berikut: - Membuat kelompok siswa terdiri dari 5-6 orang - Memberikan teks bacaan per subbab pada masing-masing siswa. - Setiap siswa membaca teks. - Semua siswa yang memiliki materi yang sama berkumpul untuk mendiskusikannya. - Siswa kembali kedalam kelompoknya dan mengajari teman-temannya. - Semua siswa pada kelompok asal mengerjakan kuis tentang semua materi. Pembelajaran ini perlu dilengkapi dengan bahan kuis, lembar kerja siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran, sistem evaluasi sama dengan sistem evaluasi pada STAD yaitu pemberian pemberian nilai individu dan kelompok. 4) Group Investigation (GI) Pada pendekatan ini siswa dibagi menjadi 5-6 orang per kelompok, kelompok ini diusahakan heterogen. Tugas kelompok adalah melakukan penyelidikan terhadap topik tertentu kemudian melaporkan hasilnya didalam kelas. Pendekatan ini dapat berbentuk kelompok penyelidikan dan dapat juga kelompok pendekatan struktural. 5) Think Pair Share (TPS) Pembelajaran ini menjadi pemblajaran yang otonom dan mandiri. Pendekatan ini digunakan untuk membuat variasi pola diskusi kelas, sehingga dapat dibandingkan tanya jawab kelompok pada keseluruhan kelas. Langkahlangkah melakukan pendekatan ini yaitu : - Guru menjelaskan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. Pada tahap inimereka diminta untuk memikirkan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan guru. guru.
- Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban mereka. - Guru meminta siswa untuk meyampaikan hasil diskusi pasangan tersebut di depan kelas hingga semua pasangan mendapat giliran. c. Pembelajaran Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran ini dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Keterbatasan model ini yaitu persiapan pembelajara kompleks, sulit mencari problem yang relevan, terjadi miskonsepsi, memerlukan waktu yang lebih lama. Sintaks pembelajaran model ini yaitu : 1. Orientasi siswa pada masalah. 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar. 3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. d. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran ini merupakan konsep yang menghubungkan anatara materi pembelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membawa hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik. Langkah-langkah penerapan pembelajaran ini yaitu: 1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar bermakna dengan cara bekerja
sendiri,
menemukan sendiri
dan mengkontruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3. Mengemabangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4. Menciptakan masyarakat belajar. 5. Menghasilkan model sebagai contoh pembelajaran. 6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan. 7. Melakukan penilaian diakhir pertemuan. e. Pembelajaran Pembelajaran Diskusi Kelas
Diskudi dilakukan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semangat siswa terlibat didalam pelajaran serta membangkitkan pemahaman siswa tentang isi pembelajaran. Berikut sinak pembelajaran diskusi kelas: 1. Meyampaikan tujuan dan mengatur setting. 2. Mengarahkan diskusi. 3. Menyelenggarakan diskusi. 4. Mengakhiri diskusi. 5. Melakuakn tanya jawab singkat tentang proses diskusi. f. Strategi-Strategi Strategi-Strategi Belajar
Tujuan utama pengajaran strategi ini yaitu mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan siswa sendiri. Strategi belajar dapat dikelompok menjadi strategi mengulang, elaborasi, organisasi, serta metakognitif. g. Strategi PQ4R
Strategi ini mempunyai sintaks sebagai berikut: 1. Memberikan bahan bacaan untuk dibaca siswa. 2. Meminta siswa untuk memperhatikan makna bacaan serta membuat pertanyaan dari pokok pembahasan dari bacaan. 3. Mengorganisasi siswa untuk memberi jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat. 4. Menginformasikan materi yang ada pada bacaan. 5. Meminta siswa membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang telah dipelajari hari itu. 6. Meminta siswa untuk membaca inti sari yang telah dibuat. h. Strategi Belajar Peta Konsep
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang yang mengidentifikasi bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan dengan konsep-konsep lainnya. Sintaks dari strategi peta konsep ini adalah: 1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. 2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep sekunder yang menunjang ide utama. 3. Menempatkan ide-ide utama ditengah atau dipuncak peta tersebut.
4. Mengelompokkan ide-ide sekunder disekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. Peta konsep dapat berbentuk jaringan pohon, rantai kejadian, konsep siklus, map dan peta konsep laba-laba.
BAB 7 A.
MOTIVASI BELAJAR .
Motivasi Belajar
Motivasi dalam bahasa Latin disebut motivum. Artinya, alasan yang menyebabkan sesuatu bergerak. Woolfok menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kaadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan, dan memelihara suatu perilaku. Motivasi belajar adalah sebagai suatu
keadaan dalam diri siswa yang
mendorong dan mengarahkan perilakunya pada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar diri. Motivasi intrinsik muncul karena individu senang melakukannya. Motivasi mendorong dan memberi energi pada tingkah laku. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang bersumber dari luar dirinya. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik. Perbedaan motivasi intrinsik dan ekstrinsik seseorang adalah alasan orang tersebut bertindak. Faktanya, motivasi intrinsik dan ekstrinsik mungkin merupakan dua kecenderungan yang independen, keduanya dapat beroperasi secara bersamaan dalam situasi tertentu. .Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah tergoyahkan untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dalam belajar. Dorongan berorientasi pada tujuan belajar. Tujuan belajar inilah yang menjadi inti motivasi belajar. belaj ar. Motivasi belajar di sekolah dipengaruhi oleh rekayasa pedagogis guru di sekolah. Dimyati menggambarkan hal itu dalam bagan sebagai berikut: 1. Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis. 2. Siswa adalah pelajar yang memilki kepentingan dalam menghayati proses belajar.
3. Guru melaksanakan kegiatan mendidik dengan memberi penguatan seperti hadiah, teguran, penghargaan, nasihat di dalam pembelajaran. 4. Dengan belajar yang bermotivasi, siswa memperoleh hasil belajar. 5. Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam nilai raport atau izajah 6. Dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan transfer hasil belajar di sekolah. 7. Setelah
siswa
lulus
sekolah,
maka
siswa
diharapkan
dapat
mengembangkan diri lebih lanjut secara mandiri atau melalui jalur pendidikan normal 8. Dengan memprogram belajar sendiri secara berkesinambungan, maka akan diperoleh hasil belajar atas tanggungjawab sendiri. Perilaku belajar siswa di sekolah dapat diamati mulai dari sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah belajar. Menurut Biggs dan Tefler hal-hal yang berpengaruh sebelum belajar adalah ciri khas pribadi siswa, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar. Rekayasa pedagogis yang di lakukan guru sebagai pengalaman belajar di sekolah, akan membantu perkembangan kemampuan belajar siswa, terutama dalam pembentukan sikap dan motivasi yang tepat, konsentrasi, kemampuan mengolah, menyimpan, menggali dan unjuk kerja berprestasi siswa di sekolah. Melalui Melal ui rekayasa r ekayasa pedagogis pe dagogis ini diharapkan motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi intrinsik. Menurut Prayitno karakteristik siswa yang memilki motivasi tinggi yaitu : i. Duduk di kursi dengan badan agak condong ke depan ketika memperhatikan guru ii. Mengacungkan tangan secara spontan bila ingin bertanya dan memberi respon iii. Secara umum menyukai sekolah, guru dan teman-teman iv. Sering m,erasa tertantang dengan tugas-tugas belajar v. Tekun, serius dan sabar terhadap pelajaran yang dirasa sukar vi. Merasa senagn hati dalam mengerjakan tugas-tugasnya. B.
Komponen-Komponen Komponen-Komponen Motivasi Belajar
Keller mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebut sebagai model ARCS, yaitu :
Atetion (perhatian)
Relevansi
Confidence (percaya diri)
C.
Pentingnya Motivasi Belajar
Bagi siswa motivasi belajar penting sebagai upaya untuk memberikan kesadraan diri tentang kedudukannya pada awal kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar.
Selain
itu,
motivasi
belajar
juga
penting
bagi
siswa
untuk
menginformasikan kepada siswa tentang kekuatan belajar yang dimilkinya di banding dengan teman sebayanya. Informasi ini berguna untuk mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar dan menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan usaha belajar berkesinambungan. Motivasi belajar berguna juga bagi guru dalam membangkitkan dan memilihara semangat
siswa
untuk
belajar
sampai
berhasil
dan
untuk
memahami
keanekaragaman motivasi belajar siswa di kelas. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Dimyati yaitu:
Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar
Kemampuan siswa. Dengan kemampuan siswa akan memperkuat motivasi siswa untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani
Kondisi lingkungan siswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan, organisasi yang diikuti siswa
Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Seperti perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran.
Upaya guru dalam membelajarakan siswa meliputi penyelenggaraan tata tertib sekolah, membina disiplin belajar, memanfaatkan waktu dan memelihara fasilitas sekolah, membina sekolah, membina tata tertib dan lainnya.
D.
Penerapan Teori Motivasi Siswa dalam Pembelajaran
Beberapa pendekatan tentang motivasi yang dapat diterapkan di dalam lingkungan sekolah yaitu: a) Pendekatan Behavioral Motivasi siswa menurut pendekatan ini dimulai dari analisis yang seksama atas insentif dan reward rewar d yang diberikan dikelas. b) Pendekatan Humanistis Motivasi bersumber dari kebutuhan yang ada di dalam diri individu. Seorang siswa tidak akan dapat belajar jika kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi dahulu. Haal ini sesuai dengan kebutuhan manusia menurut Maslow. c) Pendekatan Kognitif Pendekatan inbi menekankan pada motivasi intrinsik. Perilaku ditentukan oleh pikiran, bukan semata-mata oleh reward atau hukuman untuk perilaku di masa lalu. Contohnya siswa yang memilki motivasi intrinsik di dalam kelas, menciptakan tantangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian siswa. d) Teori Atribusi Atribusi merupakan sebab-sebab yang dianggap menimbulkan hasil. Siswa akan mencari sendiri penyebab siswa tersebut berhasil maupun gagal. Sehingga ketika siswa tersebut mengetahui sebab-sebabnya maka siswa tersebut akan berusaha untuk bangkit kembali. e) Teori Ekspektansi x Nilai Motivasi merupakan produk dua faktor yaitu ekspektansi individu untuk mencapai tujuan dan makna tujuan bagi dir inya. f) Pandangan Sosiokultural Motivasi menekankan pada partisipasi dalam komuniti. Siswa akan termotivasi belajar jika komunitas kelas atau sekolahnya menjunjung tinggi pentingnya belajar. g) Teori Self Determination
Semua
individu
merasa
perlu
kompeten
dan
kapabel
dalam
berinteraksi, merasa perlu untuk memilki beberapa pilihan dan perasaan memilki kontrol atas kehidupan atas kehidupan diri sendiri. h) Goal Setting Theory (teori ujian) Tujuan dapat meningkatkan motivasi belajar jika tujuan tersebut spesifik, memilki tingkat kesulitan yang sedang dan dapat dicapai dalam waktu dekat. Ada beberapa jenis tujuan seperti mastery goal yaitu
niat
untuk
memperoleh
pengetahuan
dan
menguasai
keterampilan, Performance keterampilan, Performance goal yaitu untuk mendapatkan nilai bagus membuat siswa terobsesi dengan dirinya dan bagaimana mereka tampil, Goal Setting yaitu jika siswa membutuhkan umpan balik yang akurat tentang kemajuan mereka kearah tujuan dan mereka harus menerima tujuan yang ditetapkan. E.
Membangun Konsep Motivasi untuk Belajar
Menurut Woolfolk guru dapat membangun motivasi untuk belajar jika keenam elemen ini diperhatikan yaitu:
Tugas
Otonomi atau tanggung jawab
Pengakuan atau penghargaan
Pengelompokan
Evaluasi
Waktu
Beberapa strategi yang dapat mendukung motivasi siswa dikelas yaitu:
Pesan akuntabilitas dan ekspektasi tinggi
Guru mengkomunikasikan pentingnya pekerjaan
Tujuan atau pengarahan yang jelas
Hubungan antar kurikulum
Kaitan antar sekolah dan rumah. Dll
Beberapa strategi yang melemahkan motivasi
Atribusi pada intelek, bukan usaha
Guru menekankan kompetisi, bukan kerjasama
Menekankan pada penyelesaian, bukan belajar
Hukuman di depan umum
Perencanaan yang buruk
BAB 8 a.
DESAIN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistemtik dan tertata untuk melaksanakan pembelajaran. Prosedur penyusunan rencana pembelajaran diawali dengan aktivitas menetapkan sasaran sasar an perilaku, menganalisis tugas dan menyusun taksonomi instruksional. Sasaran perilaku mengandung tiga hal yaitu perilaku siswa, kondisi perilaku dan kriteria kinerja. Untuk menganalisis sasaran perilaku dapat dianalisis dengan menggunakan taksonomi bloom seperti melakukan penjabaran dimensi dari taksonomi bloom seperti dimensi faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Dalam merencanakan pembelajaran dilakukan pembelajaran terintegrasi karakter dengan memasukkan nilai-nilai ke dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter dapat dimasukkan dalam pembelajaran seperti pembelajaran bahasa dan sastra, bahasa inggris, sejarah, ilmu sosial, matematika, biologi, kimia, fisika, ekonomi. b.
Pembelajaran Pembelajaran Berpusat Pada Guru
Pembelajaran di desain dalam pengajaran secara langsung guru kepada siswa. Pembelajaran pada pendekatan ini terstruktur, dikendalikan dan dikontrol oleh guru. Pendekatan berpusat pada guru dilakukan dalam orientasi materi baru, menjelaskan perilaku, mengajar, mendemontrasikan, bertanya, berdiskusi, latihan dikelas dan latihan dirumah. Pembelajaran berpusat pada guru dianggap tepat untuk mengajarkan keahlian dasar seperti bahasa, membaca, sains dan matematik. Dalam menggunakan pendekatan ini perlu diperhatikan beberapa hal seperti : merencanakan pembelajaran dengan rapi dan menciptakan sasaran instruksional, memastikan siswa memiliki waktu yang cukup untuk pembelajaran akademik yang memadai, memberikan orientasi pembelajaran, pembelajar an, menggunakan metode kuliah, penjelasan dan mendemontrasi untuk membantu beberapa aspek pembelajaran siswa, menyuruh siswa mengerjakan lembar kerja atau tu gas.
c.
Pembelajaran Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar ynag aktif dan reflektif. Pendidikan akan baik jika berpusat pada orang yang belajar, pendekatan ini memfokuskan perhatian pada empat faktor yaitu faktor kognitif, metakognitif, motivasional dan sosial emosional dan perbedaan individual. Dalam pembelajran berpusat pada siswa ini memperhatikan beberapa hal sebagai berikut yaitu:
a) Strat Strategi ins i nsttruksio ruk siona nall Beberapa
strategi
instruksional
yang
dapat
diterapkan
dalam
pendekatan ini, strategi yang dilakukan yaitu melakukan pembelajaran berbasis masalah, pertanyaan esensial, pembelajaran discovery learning dan teknologi dan pendidikan. Selain hal itu internet juga secara khusus memberi siswa akses ke bayak informasi, guru dapat memanfaatkan hal ini agar
siswa
mendapatkan
informasi
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran.
b) Mana Manajem jemen kela kelass Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan siswa unntuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif dalam pembelajaran. Manajemen kelas dapat dilakukan dengan menata ruang belajar, menciptakan suasana positif untuk pembelajaran.
c) Mencip Mencipttakan kan lingkungan lingkungan yang positif sitif untuk untuk pembelajara lajaran n Dalam menciptakan lingkungan yang positif dapat dilakuakn dengan berbagai gaya seperti gaya otoritatif yang mendorong siswanya untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku berstrategi, gaya otoritarian yaitu gaya yang retriktif san punitif, gaya permisif yaitu gaya yang memeberi banyak otonomi pada siswa tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengemabangan keahlian perilaku siswa.
d) Menge Mengelo lola la akti kti vitas itas kela kelass seca secara ra efektif fektif Untuk mngelola aktivitas kelas dapat dilakukan dengan cara mengatasi situasi tumpang-tindih secara efektif, menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran serta melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang menantang.
e) Memb Membuat uat, mengajarka ngajarkan n dan memper tahanka hankan n aturan uran atau prose rosedur Untuk membuat, mengajarkan serta mempertahankan aturan atau prosedur dapat dilakukan dengan menjaga hubungan positif dengan murid serta mengajak siswa untuk bekerja sama.
f) Menga Mengajak jak murid uri d untuk untuk berbagi rbagi da dan mengem ngembangkan ngkan tanggung jaw jawab Beberapa pedoman yang dapat dilakukan untuk mengajak murid berbagi dan mengemban tanggungjawab di kelas yaitu melibatkan murid dalam perencanaan dan implementasian inisiatif sekolah dan kelas, mendorong murid untuk menilai tindakan mereka sendiri, tidak menerima dalih serta memberi waktu agar murid mau menerima tanggung jawab.
g) Memb Memberi had hadiah ter had hadap peri laku laku yang tepat Untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas dapat dilakukan dengan pedoman sebagai berikut: memilih penguatan yang efektif, menggunakan promts dan shaping secara efektif serta menggunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan bukan untuk mengontrol perilaku.
h) Menjad Menjadii kom komuni uni kat kator ya yang baik Keterampilan dalam berkomunikasi ada tiga hal penting yaitu keterampilan berbicara, keterampilan mendengar serta keterampilan berkomunikasi secara verbal.
i ) Mengha Menghad dapi pe per ilaku ilaku ber masala salaha han n Dalam menghadapi perilaku yang bermasalah dapt diatasi dengan dua cara yaitu intervensi minor dan intervensi mayor. Intervensi minor dapat dilakaukan dengan menngunakan isyarat nonverbal, mendekati murid, mengarahkan perilaku, memberi instruksi yang dibutuhkan murid, memberi murid pilihan serta memberi peringatan terhadap siswa secara tegas dan langsung. Sedangkan intervensi mayor dapat dilakukan dengan tidak memberikan aktivitas yang diinginkan siswa, membuat perjanjian behavioral, memisahkan atau mengeluarkan siswa dari kelas serta mengenakan hukuman atau sanksi.
j) Mengguna Menggunaka kan n sum sumber da daya lain lain
Selain guru terdapat sumber daya lain yang dapat memebantu siswa seperti: mediasi teman sebaya, konferensi guru dan orang tua, meminta bantuan kepada kepala sekolah atau konselor serta mencari mentor.
k) Me M enghad nghadapi agr agre esi Dalam kehidupan disekolah tidak jarang seorang guru mengahadapi berbagai agresi seperti perkelahian dan bullying, untuk mengahadapinya guru harus selalu memberi penyuluhan bahwa perkelahian maupun bullying itu tidak benar.
l) Pembangkangan atau permusuhan terhadap guru Tidak jarang ditemuan ada siswa s iswa yang membangkang maupun melawan gurunya, menurut Edmund Emmer hal ini dapat diatasi dengan cara menangani siswa secara individual.
BAB 9 A.
PENILAIAN
Pengertian Penilaian
Ralph Tyler (1950) berpendapat bahwa penilaian merupakan suatu proses pengumpulan data untuk mentukan sejauhmana, dalam hal apa, bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Griffin dan Nix (1991) mengemukakan bahwa penilaian adalah kegiatan untuk menentukan nilai suatu program termasuk program pendidikan. Sudjana
(2001)
mengemukakan
bahwa
penilaian
adalah
proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikemukakan bahwa kata penilaian sebagai evaluasi yang mengandung makna proses pengumpulan dat, data dianalisis dalam rangka pemberian nilai ats sesuatu yang terdapat proses pembuatan keputusan dengan kriteria tertentu berdfasarkan interpretasi dan Jugdment atas atas informasi yang dimilkinya dengan penuh tanggung jawab. B.
valuatii on) , Penilaian (Assesment), Pengukuran Keterkaitan Penilaian ( E valuat (Measurement), dan Pengujian
Pengukuran dan evaluasi berkaitan dengan asesmen. Popham (1975) menyatakan bahwa asesmen adalah suatu upaya formal utnuk menentukan status anak dalam berbagai aspek yang dinilai. Asesmen memilki karakteristik yang memungkinkan guru dapat mengungkapkan hasil belajar yang sebenarnya dan menyeluruh pada diri anak melalui berbagai cara. Evaluasi berkaitan dengan tes. Tes merupakan instrumen, alat atau prosedur yang dapat digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang. Evaluasi merupakan keseluruhan proses untuk m,enilai sesuatu baik atau tidak, bermanfaat atau tidak, dan seterusnya. Pengukuran adalah penetapan angka terhadap suatu objek. Suharsimi (2003) menyatakan bahwa mengukur adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, khususnya yang berkenaan dengan kata evaluasi, asesmen, pengujian dan pengukuran dapat dinyatakan bahwa keempatnya merupakan kata yang memiliki konsep sendiri-sendiri. Konsep masing-masing kata memilki keterkaitan anatara satu sama lainnya. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan asesemen, tes dan pengukuran. Namun pelaksanaan asesemen, tes dan pengukuran mungkin saja tidak berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi. Ada data dari asesmen, tes dan pengukuran yang tidak digunakan sebagai bahan evaluasi. C.
Pentingnya Penilaian dalam Pembelajaran
Bila pembelajaran pada satu program telah selesai dilakukan, melalui evaluasi dapat diketahui apakah tujuan program tersebut sudah tercapai peserta didik atau belum,. Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai empan balik pembelajaran berikutnya. Komponene penilaian dalam pembelajaran antara lain berfungsi untuk memberikan informasi tentang rancangan pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian digunakan sebagai patokan untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan individu atau anak, program atau kurikulum dan sekolah secra keseluruhan. Selain itu, dengan penilaian dapat diperkirakan soranmg siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak. Nilai yang diberikan berguna bagi semua pihak,
khususnya orangtua, guru dan anak sendiri. Bagi orangtua diharapkan dapat menetukan langkah atau upaya yang dapat dilakukan dalam membantu perkembangan belajar anak. Bagi guru sebagai masukan dalam merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya untuk setiap peserta didik. Bagi peserta didik sendiri sebagai dorongan atau motivator dalam mengembangkan diri berikutnya. D.
Tes
Tes sebagai metode pengumpulan informasi yang memilki ketentuan atau batasan respon yang harus diberikan oleh pemberi pemberi informasi. Tes terdiri dari butir butir pertanyaan untuk menguji suatu tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Tes dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes standar dan tes buatan guru. E.
Bentuk Tes
Tes
dapat
dikelompokkan
berdasarakan
bentuk,
tipe,
dan
ragam.
Berdasarkan bentuknya ada tes uraian (essay test) test) dan objektif (objective test). test). Bila dilihat dari tipe tes, tes uraian terdiri dari tes uraian terbatas (restricted essay), essay), dan tes uraian bebas (extended essay). Bentuk essay). Bentuk tes objektif menurut tipenya terdiri dari tes benar-salah (true-false), (true-false), tes menjodohkan (matching) dan (matching) dan tes pilihan ganda (multiple choice). F.
Pengembangan Pengembangan Tes Hasil Belajar
Tes berkaitan dengan hasil belajar. Oleh karena itu pengembangan tes juga berkaitan dengan hasil belajar. Menurut teori Bloom bahwa hasil belajar dapat dijabarkan dalam tiga dimensi utama yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes, yaitu :
G.
Pengambilan sampel dan pemilihan butir
Aspek yang akan diuji
Tipe tes yang digunakan
Jumlah butir
Distribusi tingkat kesukaran
Penentuan Nilai
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai hasil belajar yaitu penilaian acuan norma yang disingkat menjadi PAN (Norm
Referenced Instrument) Instrument) dan penilaian acuan patokan yang disingkat PAP (Criterion referenced Instrument). Instrument). Penilaian acuan norma adalah kriteria yang disusun berdasarkan proses standarisasi instrumen melalui sekumpulan data yang diperoleh dari sampel sasaran instrumen dengan menggunakan instrumen itu sendiri. Kriteria dengan acuan patokan adalah kriteria yang ditetapkan berdasarkan proses standaris asi atau tidak sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan evaluasi. Penentuan nilai dengan pendekatan penilaian acuan norma dapat dilakukan dengan menggunakan rumus. Penilaian acuan patokan berdasarkan patokan yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penilaian. H.
Non Tes
Ada beberapa metode nontes yang sering digunakan guru, yaitu metode observasi dengan menggunakan berbagai pencatatan, angket dan wawancara a. Pengertian Observasi Observasi merupakan proses perolehan informasi tentang sesuatu atau objek menggunakan alat dan akal pikiran. Karakteristik pengamatan yaitu:
Pengamatan dilakukan sesuai dengan kegiatan pelakasanaan program
Pengamatan direncanakan secara sistematis
Menggunakan alat bantu rekam
Data yang diperoleh dipilih sesuai dengan kegiatan pelaksanaan program
Dilakukan dengan teliti dan tuntas
b. Catatan Observasi Bentuk pencatatan observasi yaitu:
Catatan Observasi (Anekdot Record) Catatan anekdot adalah tulisan naratif singkat yang menjelaskan suatu peristiwa tentang perilaku anak yang penting bagi pengamat. Keuntungan menggunakan catatan ankdot yaitu: tidak memerlukan pelatihan khusus untuk melakukan pencatatan, pengamatan bersifat terbuka, pengamat dapat menangkap hal-hal yang tidak terduga pada saat kejadian, pengamat dapat melihat dan mencatat tingkah laku khusus dan mengabaikan perilaku lain. Namun penggunaan catatan ankdot juga memilki kerugiana seperti tidak memebrikan gambaran yang lengkap, tergantung pada adaya ingat
pengamat, kegiatan bisa saja keluar dari konteks dan kemudian diinterprestasikan tidak dengan benar dan sulit untuk memeberikan analisa naratif.
Catatan Cepat dan Menyeluruh (Running Records) Running Records merupakan catatan semua perilaku peserta didik yang muncul saat dilakukan pengamatan. Keuntungan menggunakan Running Records yaitu merupakan catatan lengkap dan menyeluruh, tidak terbatas pada peristiwa-peritiwa tertentu, catatan terbuka, tidak membutuhkan pengamat yang memilki keterampilan khusus. Sedangkan kerugian menggunakan Running Records Records yaitu memerlukan waktu yang lama, cukup sulit untuk mencatat semua hal dalam waktu yang panjang tanpa kehilangan rincian yang mungkin juga penting, Sangat efektif jika hanya mengamati seorang peserta didik, namun tidak dengan pengamatan pada kelompok, dan pengamat harus menjga diri dari peserta didik.
Catatan Specimen (Specimen Record) Catatan ini sering digunakan oleh peneliti yang mengingatkan deskripsi lengkap dari suatu perilaku peserta didik.
Specimen Record menulis
secara naratif perilaku atau peristiwa saat terjadi dan deskripsi disususn berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
Time Sampling Time sampling merupakan metode yang sangat berguna jika digunakan untuk mengamati peserta didik dengan alasa-alasan berikut:
Membutuhkan waktu dan usaha yang tidak terlalu banyak
Lebih obyektif dan terkontrol
Memberikan informasi yang berguna dalam interval waktu dan frekuensi dan perilaku tertentu
Memberikan hasil kuantitatif yang berguna bagi analisis statistik.
Kekurangan menggunakan teknik sampling yaitu:
Bukan metode terbuka
Tidak menjelaskan perilaku
Terbatas untuk perilaku yang diamati yang sering terjadi
Biasanya hanya fokus terhadap satu perilaku
Even Sampling Even sampling adalah suatu metode yang memberikan kesimpulan kepada pengamat untuk menunggu dan kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah dipilih lebih dahulu. Metode ini digunakan untuk mempelajari kondisi dimana perilaku tertentu terjadi atau sering terjadi.
c. Daftar Cek Pencatatan observasi dapat dilakukan dengan menggunakan daftar. Untuk itu, guru atau observer lainnya perlu membuat daftar cek sesuai dengan tujuan observasi. d. Angket Angket merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan secara tertulis kepada seorang untuk memperoleh informasi sebagaimana informasi itu dimiliki responden e. Wawancara Suatu proses perolehan informasi yang dilakukan secara lisan. f. Portofolio Portofolio
penilaian
merupakan
dokumen
yang
digunakan
untuk
memperoleh informasi perkembanngan kemajuan belajar peserta didik dalam rentang waktu yang ditentukan. Portofolio penilaian mengandung komponen poko seperti: tujuan yang jelas, kualitas hasil, bukti-bukti otentik dari pembelajaran yang mencerminkan dunia nyata, kerjasama anak dengan anak, anak dengan guru, penilaian yang integratif dan dinamis, adanya kepemilkian melalui refleksi diri dan evaluasi diri dan perpaduan penilaian pembelajaran.