KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA PADA TATANAN MASYARAKAT (CMHN) KONSEP KEPERAWATAN JIWA MASYARAKAT
A. HARGA DIRI RENDAH DI MASYARAKAT
1. Pengertian Harga Diri Rendah Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima lingkungan. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.\ 2. Klasifikasi Harga Diri Rendah Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan). b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 (1994 : 20) a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri. c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan. f.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Pengkajian Keperawatan Harga Diri Rendah Faktor predisposisinya yaitu: penolakan, kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut, persaingan antara keluarga, kesalahan dan kegagalan berulang, tidak mampu mencapai standar. Faktor presipitasi: trauma, ketegangan peran, transisi peran perkembangan, transisi peran situasi, transisi peran sehat-sakit. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada harga diri rendah yaitu (1) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah, (2) Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. 5. Rencana Keperawatan Pasien Harga Diri Rendah Tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah di tatanan masyarakat dilakukan dengan tujuan agar pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, dapat menilai kemampuan yang digunakan, menetapkan kegiatan sesuai kemampuan, melatih dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya. Tindakan keperawatannya yaitu: a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan c. Membantu pasien dapat memilih kegiatan sesuai kemampuan d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan
Tindakan keperawatan pada keluarga sangatlah penting untuk membantu pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki, memfasilitasi aktivitas pasien, memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan, mampu menilai perkembangan kemampuan pasien. Tindakan keperawatannya yaitu: a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien. b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang dimiliki. c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat. d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien. 6. Evaluasi Keperawatan a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien. 1) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. 2) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian. 3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki. b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga. 1) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas. 2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan aktivitas.
B. GANGGUAN ORIENTASI REALITA DI MASYARAKAT
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. 1. Waham a. Pengertian Waham Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Pasien
meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Proses terjadinya waham yaitu pertama fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need ), waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik maupun psikis, kedua fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem), ketiga fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external ), keempat fase dukungan lingkungan (environment support ), kelima fase nyaman (comforting ), keenam fase peningkatan (improving ), apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Klasifikasi waham yaitu waham kebesaran, waham curiga, waham agama, memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan, waham somatic, waham nihilistic b. Pengkajian Keperawatan Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan
dirinya
sebagai
seorang
besar
mempunyai
kekuatan,
pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah. Diagnosis keperawatan (1) Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham, (2) Perubahan proses berpikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah. c. Rencana Keperawatan Tujuan keperawatan Pasien bertujuan agar pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap, pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar,
pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar. Tindakan keperawatannya yaitu: bina hubungan saling percaya, bantu orientasi realitas, diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Tindakan Keperawatan untuk keluarga penting juga dilakukan untuk tatanan di masyarakat yaitu dengan tujuan agar keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien, mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya, mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal. Tindakan keperawatannya yaitu: diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien, diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat), diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera. d. Evaluasi Keperawatan 1) Pasien mampu melakukan hal berikut. a) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan. b) Berkomunikasi sesuai kenyataan. c) Menggunakan obat dengan benar dan patuh. 2) Keluarga mampu melakukan hal berikut. a) Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan. b) Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pasien. c) Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh. 2. Halusinasi a. Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar,gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, penciuman. Intensitas level halusinasi yaitu tahap I: memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, tahap II: menyalahkan. Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipasti, tahap III: mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi, tahap IV: menguasai tingkat kecemasan panic secara umum diatur dan dipengaruhi oleh waham. Klasifikasi
halusinasi
yaitu
halusinasi
dengar/suara,
halusinasi
penglihatan, halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan b. Pengkajian Keperawatan Faktor predisposisi (faktor perkembangan, sosial budaya, psikologis, biologis, genetik) dan faktor presipitasi (stressor sosial budaya, biokimia, psikologis, perilaku). Diagnosis keperawatan (1) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi, (2) Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri. c. Rencana Keperawatan Tindakan keperawatan untuk pasien yaitu agar pasien mengenali halusinasi yang dialaminya, pasien dapat mengontrol halusinasinya, pasien mengikuti program pengobatan secara optimal. Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan yaitu membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons pasien saat halusinasi muncul, melatih pasien mengontrol halusinasi. Tindakan keperawatan untuk keluarga dalam tatanan masyarakat bisa dilakukan dengan tujuan agar keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah, keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. Tindakan keperawatannya yaitu: 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara merawat pasien halusinasi. 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien. 4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga. d. Evaluasi Keperawatan 1) Pasien mempercayai kepada perawat. 2)
Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi.
3) Pasien dapat mengontrol halusinasi. 4) Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut: keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien, mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah, mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien, mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pasien, mampu melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.
C. KERUSAKAN ISOLASI SOSIAL DI MASYARAKAT
1. Pengertian Menarik Diri Menarik diri merupakan suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993). Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Adapun gangguan hubungan sosial yaitu menarik diri: menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain, dependen: sangat bergantung pada orang lain sehingga individu mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri, manipulasi: individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak dicapainya tanpa mempedulikan orang lain dan lingkungan dan cenderung menjadikan orang lain sebagai objek.
2. Perkembangan Hubungan Sosial Perkembangan hubungan sosial yaitu dimulai dari bayi (0-18 bulan), mengomunikasikan kebutuhan menggunakan cara yang paling sederhana yaitu menangis, prasekolah (18 bulan-5 tahun), membinan hubungan dengan lingkungan di luar keluarganya, anak sekolah (6-12 tahun), meningkatkan hubungan pada lingkungan sekolah, remaja (12-20 tahun), membina hubungan intim dengan teman sejenis atau lawan jenis, dan teman seusia, dewasa muda (18-25 tahun), membina hubungan interindependen dengan orang tua dan teman sebaya,
dewasa
tengah
(25-65
tahun),
mengembangkan
hubungan
interindependen yang dimilikinya, dewasa lanjut (di atas 65 tahun), kemandirian menurun sehingga bergantung dengan orang lain. 3. Pengkajian Keperawatan Objektif (apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, ,menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang lain, komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan orang lain). Subjektif (pasien menjawab dengan singkat “ya” “tidak”, “tidak tahu”, pasien tidak menjawab sama sekali). Diagnosis keperawatan : (1) Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri, (2) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 4. Rencana Keperawatan Tindakan Keperawatan dilakukan dengan tujuan agar setelah tindakan keperawatan, pasien mampu membina hubungan saling percaya, menyadari penyebab
isolasi
sosial,
berinteraksi
dengan
orang
lain.
Tindakan
keperawatannya yaitu: a. Membina hubungan saling percaya. b. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Tindakan keperawatan untuk keluarga di tatanan masyarakat dilakukan dengan tujuan agar keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah. Tindakan keperawatannya yaitu melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial. a. Menjelaskan tentang hal berikut. 1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial. 3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya. 4) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat. 5) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien. b. Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien. c. Memberi
kesempatan
kepada
keluarga
untuk
mempraktikkan
cara
berkomunikasi dengan pasien 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi kemampuan pasien: pasien menunjukkan rasa percayanya kepada saudara sebagai perawat dengan ditandai dengan pasien mau bekerja sama secara aktif dalam melaksanakan program yang saudara usulkan kepada pasien, pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak mau bergaul dengan orang lain, kerugian tidak mau bergaul, dan keuntungan bergaul dengan orang lain, pasien menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. Evaluasi kemampuan keluarga yaitu keluarga ikut bekerja sama merawat pasien sesuai anjuran yang diberikan.
D. PERILAKU KEKERASAN DI MASYARAKAT
1. Pengertian Perilaku Kekerasan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri dan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling maladaptif, yaitu amuk. 2. Gejala atau Tanda Marah (Perilaku) Gejala dan tanda marah (perilaku) yaitu: emosi (tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel); intelektual (mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan); fisik (muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah
meningkat); spiritual (kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terlambat); sosial (menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor) 3. Proses Terjadinya Marah dan Amuk Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang. Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. 4. Pengkajian Keperawatan Faktor predisposisi dari perilaku kekerasan yaitu: psikoanalisis, psikologis, biologis, perilaku (behavioral), sosial cultural. Faktor presipitasi perilaku kekerasan yaitu berasal dari internal (kelemahan, rasa percaya menurun, takut sakit, hilang kontrol) dan eksternal (penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, kritik). Diagnosis keperawatan yang bisa digunakan yaitu: (1) risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan, (2) perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. 5. Rencana Keperawatan Tindakan keperawatan untuk pasien dilakukan dengan tujuan salah satunya pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan dan salah satu tindakan yang bisa dilakukan yaitu bina hubungan saling percaya kepada pasien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan tujuan agar pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya. Tindakan keperawatannya yaitu: a. Bina hubungan saling percaya. b. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu. c. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah e. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan f.
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat.
g. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan untuk keluarga pada tatanan masyarakat dilakukan agar keluarga dapat merawat pasien di rumah. Tindakannya yaitu: a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut). c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain. 6. Evaluasi Keperawatan Pada pasien dan pasien a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, serta akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
dan mampu menggunakan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara teratur sesuai jadwal b. Keluarga
mampu
mencegah
terjadinya
perilaku
kekerasan,
mampu
menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien, mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dan mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada perawat.