BAB I PENDAHULUAN
1 .1 .
Latar Belakang Rheuma Rheumatoi toid d Arthri Arthritis tis adalah adalah suatu suatu penyak penyakit it kronis kronis,di ,diman manaa kadang kadang-kadang kadang bersifat bersifat asimptomatik asimptomatik (tanpa gejala) yang dapat berlangsung berlangsung selama bertahun-tahun. Rheumatoid Arthriritis merupakan penyakit progresif yang biasanya memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional. Penyakit ini telah tersebar luas yang melibatkan berbagai ras dan etnis. Rheumatoid Rheumatoid Arthritis Arthritis lebih sering dijumpai dijumpai pada wanita wanita dibanding dibandingkan kan dengan pria dengan perbandingan 3 : 1. Peny Penyeb ebab ab peny penyak akit it Rheu Rheuma mato toid id Arth Arthri riti tiss samp sampai ai saat saat ini ini belu belum m sepenuhnya sepenuhnya diketahui. diketahui. Meskipun Meskipun agent seperti virus,bakter virus,bakterii dan jamur telah lama dicurigai, namun tak satu pun telah terbukti sebagai penyebabnya. Hal ini diyakini diyakini bahwa kecenderungan kecenderungan untuk untuk terkena terkena penyakit penyakit Rheumatoid Rheumatoid Arthritis dapat diwariskan secara genetik selain itu hormon sex juga merupakan salah satu penyebab Rheumatoid Arthritis. Hal ini juga diduga infeksi tertentu atau lingkungan yang mungkin memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh pada individu yang rentan. Penyakit ini lebih sering menyerang orang diantara umur 25 sampai sampai 55 tahun. tahun. Penyak Penyakit it ini memung memungkin kinkan kan membua membuatt kelema kelemahan han dan sangat menyakitkan diantara penyakit arthritis yang lain. Ganggu Gangguan an yang yang terjad terjadii pada pada pasien pasien Rheuma Rheumatoi toid d Arthri Arthritis tis lebih lebih besar besar kemung kemungkin kinann annya ya untuk untuk terjadi terjadi pada pada suatu suatu waktu waktu terten tertentu tu dalam dalam kehidu kehidupan pan pasien. Rheumatoid Arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimb menimbulk ulkan an ganggu gangguan an kenyam kenyamana anan, n, dan masalah masalah yang yang diseba disebabka bkan n oleh oleh penyakit Rheumatoid Arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur.
1
1 .2 .
Kata Pengantar Puji syukur syukur penulis penulis panjatkan panjatkan kehadirat kehadirat Tuhan Yang Maha Maha Esa,yang Esa,yang tela telah h
memb member erik ikan an
kese keseha hata tan n
dan dan
kese kesemp mpat atan an
hing hingga ga
penu penuli liss
dapa dapatt
menyelesaikan paper ini mengenai Rheumatoid Arthritis. Penyusunan paper ini didasar didasarkan kan
karena karena keingin keingintah tahuan uan dan untuk memenuh memenuhii tugas tugas yang telah
dibe diberik rikan an kepa kepada da kami kami.. Pape Paperr ini ini meng mengen enai ai Rheu Rheuma mato toid id Arth Arthri ritis tis yang yang merupakan merupakan salah satu penyakit penyakit autoimun autoimun yang sering menyebabkan menyebabkan kerusakan kerusakan pada sendi sehingga pasien sering kaku pada pagi hari (morning stiffness). stiffness). Kami berharap dengan terselesaikannya paper ini dapat bermanfaat utnuk membantu mengurangi mengurangi faktor risiko terhadap penyakit Rheumatoid Rheumatoid Arthritis Arthritis yang lebih sering sering menyer menyerang ang wanita wanita daripa daripada da pria. pria. Akhirn Akhirnya ya mengha mengharap rapkan kan segala segala masukk masukkan an
baik baik berupa berupa kritik kritik maupun maupun saran demi perbaik perbaikan an paper ini dan
dengan dengan suatu suatu harap harapan an
yang yang ting tinggi gi
agar agar pape paperr yang yang sederha sederhana na
ini dapat dapat
memberikan sumbangan pikiran demi pembangunan bangsa dan negara.
2
BAB II ISI 2 .1 .
Definisi Arthritis Arthritis rheumatoid rheumatoid adalah gangguan gangguan kronik kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus difus yang yang diperan diperantai tai oleh oleh imunit imunitas as dan tidak tidak diketa diketahui hui penyeb penyebabn abnya. ya. Pada Pada pasien biasanya terjadi destruksi sendi progresif, walaupun episode peradangan sendi sendi dapat dapat mengal mengalami ami masa masa remisi remisi (suatu (suatu period periodee ketika ketika gejala gejala penyak penyakit it berkurang atau tidak terdapat).(Robbins,dkk 2005) 2005) Arthri Arthritis tis rheuma rheumatoi toid d biasany biasanyaa bersifa bersifatt simetri simetris. s. Teruta Terutama ma mengen mengenai ai tangan menyebabkan pembengkakan sendi jari tangan proksimal dan deviasi ulnar jari-jari tangan juga pergelangan tangan dengan kelemahan otot di sekitar sendi yang terkena. Nodul rheumatoid dapat timbul pada ulnar di bawah siku. ( John Bradley,dkk 2000) Pada penyakit rheumatoid yang telah lama (dan juga penyakit neurologis yang yang melump melumpuhk uhkan) an).. Ketida Ketidakma kmampu mpuan an yang yang timbul timbul dapat dapat sangat sangat berat berat dan dibagi dibagi menjad menjadii empat empat deraja derajat: t: 1. Ketida Ketidakte kterga rgantu ntung ngan an yang yang kompli komplit-ti t-tidak dak diperlukan sokongan; 2. Ketidaktergantungan tetapi memerlukan sokongan, alat - alat khusus khusus yang yang memerlu memerlukan kan penyes penyesuai uaian an pada pada pekerja pekerjaan an dan alat – alat alat rumah tangga. 3. Ketergantungan parsial,memerlukan bantuan untuk pergerakan kompleks seperti mandi dan berpakaian dan ; 4. Ketergantungan total, di atas kursi roda atau tempat tidur. (Robbins,dkk 2005) Rheu Rheuma mato toid id Arth Arthri riti tiss kira kira – kira kira 21/2 kali kali lebih lebih sering sering menyer menyerang ang perempuan daripada laki – laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan. Insidens puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun. Penyakit ini ini menyerang orang- orang di seluruh dunia dari berbagai berbagai suku bangsa. Sekitar 1 % orang dewasa menderita arthritis rheumatoid. (Robbins,dkk 2005)
3
2 .2 .
Epidemiologi Pada Pada kebany kebanyaka akan n popula populasi si di bumi, bumi, preval prevalens ensii Rheuma Rheumatoi toid d Arthri Arthritis tis relative konstan yaitu berkisar antara 0,5-1%. Prevalensi yang tinggi didapatkan di Pima Indian dan Chippewa Indian, masing-masin masing-masing g sekitar sekitar 5,3% - 6,8%. Prevalensi Prevalensi Rheumatoid Rheumatoid Arthritis di Indian dan di Negara Barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan di China, Indonesia, Filipina, prevalensinya kurang dari 0,4% ,baik ,baik di daerah daerah urban urban maupun maupun Rural. Rural. Hasil Hasil survey survey yang yang dilaku dilakukan kan di Jawa Jawa Tengah mendapatkan prevalensi Rheumatoid Arthritis sebesar 0,2% di daerah Rural Rural dan 0,3% 0,3% di daerah daerah Urban. Urban. Sedang Sedangkan kan peneli penelitian tian yang yang dilaku dilakukan kan di Malan Malang g pada pada pend pendud uduk uk beru berusi siaa di atas atas 40 tahu tahun n mend mendap apat atka kan n prev preval alen ensi si Rheumatoid Arthritis sebesar 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di daerah Kabupaten. Di poliklinik rheumatologi RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, kasus baru AR merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru tahun 2000 dan pada periode Januari sampai dengan Juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus dari jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1346 orang. Prevalensi Rheumatoid Arthritis lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan lakilaki dengan rasio 3 : 1 dan dapat terjadi pada semua kelompok, umur, dengan angka kejadian tertinggi tertinggi didapatkan didapatkan pada dekade dekade keempat keempat dan kelima.(Sud kelima.(Sudoyo oyo 2010).
2 .3 .
Etiologi 1.Faktor Genetik Etiologi dari Rheumatoid Arthritis tidak diketahui secara pasti. Terdapat interak interaksi si yang yang komple kompleks ks antara antara faktor faktor geneti genetik k lingku lingkunga ngan. n. Faktor Faktor geneti genetik k berperan penting terhadap kejadian Rheumatoid Arthritis, dengan angka kepeka kepekaan an dan ekspre ekspresi si penyak penyakit it sebesar sebesar 60%. 60%. Hubung Hubungan an gen HLA-DR HLA-DRB1 B1 dengan kejadian Rheumatoid Arthritis telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non-HLA juga berhubungan berhubungan dengan Rheumatoid Arthritis seperti
4
daerah 18q21 dari gen TNFRSR11A yang mengkode aktivator reseptor nuclear faktor kappa B (NF-kB). Gen ini berperan penting dalam resorpsi tulang pada Rheuma Rheumatoi toid d Arthri Arthritis. tis. Faktor Faktor genetik genetik juga juga berper berperana anan n pentin penting g dalam dalam terapi terapi Rheumatoid Arthritis karena aktivitas enzim seperti methylen eletrahydrofolate reductase dan thiopurine methyltransferase untuk metabolism methotrexate dan azathioprine ditentukan oleh factor genetic. Pada kembar monozigot mempunyai angka keseuaian untuk berkembangnya Rheumatoid Arthritis lebih dari 30% dan pada orang kulit putih dengan Rheumatoid Arthritis yang mengekspresikan HLA-DR4 mempunyai angka kesesuaian sebesar 80%.(Sudoyo 2010). 2.Hormon Sex Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan lakilaki, sehingga diduga hormone seks berperanan berperanan dalam perkembangan perkembangan penyakit ini. ini. Pada Pada observ observasi asi didapa didapatka tkan n bahwa bahwa terjadi terjadi perbai perbaikan kan gejala gejala AR selama selama kehamilan, Perbaikan ini diduga karena : 1. Adanya aloantibody dalam sirkulasi maternal yang menyerang HLA-DR sehingga terjadi hambatan fungsi epitop HLA-DR HLA-DR yang mengakibatkan mengakibatkan perbaikan perbaikan penyakit. penyakit. Adanya Adanya perubahan perubahan profil hormone hormone secara langsung langsung menstimulas menstimulasii sekresi dehidroepi dehidroepiandro androsteron steron,, yang merupa merupakan kan androg androgen en utama utama pada pada peremp perempuan uan yang yang dikelu dikeluark arkan an oleh oleh sel-sel sel-sel adrenal fetus. Androgen bersifat imunosupresi terhadap respon imun seluler dan humoral. DHEA merupakan substrat penting dakam sintesis estrogen plasenta. Estrogen dan progesterone menstimulasi respon imun humoral dan menghambat respon imun selular. Oleh karena pada AR respon Th1 lebih dominan sehingga estro estroge gen n dan dan prog proges ester teron onee memp mempun unya yaii efek efek yang yang berl berlaw awan anan an terha terhada dap p perkembangan
AR.
Pemberian
kontrasepsi
oral
dilaporkan
mencegah
perkembangan AR atau berhubungan dengan penurunan insiden AR yang lebih berat. (Sudoyo 2010). 3.Faktor Infeksi Beberap Beberapaa virus virus dan bakteri bakteri diduga diduga sebaga sebagaii agen agen penyeb penyebab ab penyak penyakit. it. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang. Dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga sehingga mencetuskan mencetuskan timbulnya timbulnya penyakit. penyakit. Walaupun belum
5
ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit. (Sudoyo 2010).
2 .4 .
Morfologi dari Rheumatoid Arthritis Arth Arthri riti tiss rema remato toid id meny menyeb ebab abka kan n peru peruba baha han n morfo morfolo logi giss yang yang luas, luas, perubahan terberat terjadi pada persendian. RA secara khas muncul sebagai arthritis simetris,yang menyerang sendi kecil pada tangan dan kaki,pergelangan kaki,pergelangan tangan,siku,dan bahu.Secara klasik,sendi interfalang proksimal dan metakarpofalang akan terserang,tetapi sendi interfalang distal tidak terserang .Jika terjadi pada aksial,serangan pada sendi panggul sangat jarang terjadi.Secara histologist histologist,send ,sendii yang terserang terserang menunjukka menunjukkan n sinovitis sinovitis kronis kronis ,yang ditandai ditandai dengan dengan (1)hyperpl (1)hyperplasia asia dan proliferasi sel sinovial sinovial (2)inflitrat (2)inflitrat sel peradangan peradangan perivaskuler padat(sering kali membentuk folikel limfoid)dalam sinovium yang tersusun tersusun atas sel CD4+,sel CD4+,sel plasma,dan plasma,dan makrofag,(3 makrofag,(3)Peni )Peningkata ngkatan n vaskularita vaskularitass akibat angiogenesis,(4)neutrofil dan agregat fibrin yang mengalami organisasi pada permukaan synovial dan dalam ruang sendi,serta(5)Peningkatan aktivitas osteoklas pada tulang dibawahnya sehingga terjadi penetrasi synovial dan erosi tulang.Gambaran klasik adalah terdapatnya panus,yang dibentuk oleh sel epitel syno synovi vial al yang yang berp berpro roli life feras rasii dan dan berca bercamp mpur ur deng dengan an sel sel radan radang, g,ja jarin ringa gan n granulasi,dan jaringan ikat fibrosa,pertumbuhan jaringan ini sangat berlebihan sehing sehingga ga membra membran n synovi synovial al yang yang biasany biasanyaa tipis tipis dan halus halus beruba berubah h menjad menjadii tonjolan yang banyak sekali,edematosa,dan menyerupai daun pakis(vilosa).Pada peradangan sendi”sempurna”(full blown),biasanya akan muncul edema jaringan luna lunak k
peria eriart rtik ikul ular ar,y ,yan ang g
pembengkakan
fusiformis
seca secara ra
klasi lasik k
perta ertama ma
kali ali
pada
sendi
interfalang
tamp tampak ak
seb sebagai agai
proksimal.
Dengan
berkembangnya penyakit,tulang rawan sendi yang berdekatan dengan panus mengalami mengalami erosi dan pada saatnya akan dihancurkan.Tu dihancurkan.Tulang lang subartikular subartikular dapat pula diserang dan mengalami erosi.pada akhirnya,panus akan meengisi rongga sendiri,dan sendiri,dan Fibrosis dan kalsifikasi kalsifikasi selanjutnya selanjutnya dapat mengakibat mengakibatkan kan Ankilosis Ankilosis permanen pda gambaran radiografi terlihat efusi sendi serta osteopenia jukstaarikular yang disertai erosi dengan penyempitan rongga sendi serta hilangnya
6
tulang rawan sendi.Perusakan tendo,ligamentum,dan kapsul sendi menimbulkan deformitas deformitas yang khas, yaitu defiasi radial, radial, pergelangan pergelangan tangan, dan kelainan kelainan fleksi,
hiperekstensi
pada
jari”
tangan(deformitasleher
angsa/swan/n angsa/swan/neck),d eck),deformi eformitas tas boutennier boutenniere.Nod e.Nodulus ulus subkutan subkutan rematoid rematoid terjadi terjadi pada kira-kira seperempat s eperempat dari para pasien, yang terjadi di sepanjang permukaan ekste ekstens nsor or leng lengan an bawa bawah h atau atau pada pada temp tempat at yang yang muda mudah h terk terken enaa tekan tekanan an mekanisme,n mekanisme,nodulu oduluss ini jarang terbentuk terbentuk dalam paru,limfa, paru,limfa,jantun jantung,aort g,aorta,dan a,dan organ visera lainnnya.Nodulus remahtoid adalah massa yang kenyal,tidak nyeri tekan,oval atau bulat diameter mencapai 2cm.secara makroskopis nodulus ini ditandai dengan suatu focus sentral nekrosis fibrinoid yang ipagari oleh suatu falisade makrofag,yang kemudian akan dikelilingi oleh jaringan granulasi.Pasien dengan penyakit erosif berat nodulus rheumatoid,secara titer faktor rheumatoid yang yang tinggi tinggi (igM (igM dalam dalam sirkula sirkulasi si yang yang mengik mengikat at igG) igG) berisik berisiko o mengal mengalami ami sindrom vaskulitis.Vaskulitis nekrotikans akut dapat menyerang arteri kecil atau besar.Serangan pada serosa dapat muncul sebagai pleuritis fibrinosa atau perikarditis atau keduanya sekaligus.Parenkim paru dapat dirusak oleh fibrosis intertisial progesif. Pada Pada bebe beberap rapaa kasu kasus, s, peru peruba baha han n pada pada mata, mata, misal misalny nyaa uvei uveiti tiss dan dan kerato keratokon konjut jutivi ivitis( tis(mir mirip ip dengan dengan yang yang terjadi terjadi pada pada syndro syndrome me sjorge sjorgen)d n)dapa apatt timbul mencolok. (Sylvia A.Price,dkk 2005).
2.5.
Faktor Risiko Fakt Faktor or risik risiko o
yang yang berh berhub ubun unga gan n
deng dengan an
peni pening ngka kata tan n
terja terjadi diny nyaa
Rheumatoid Arthritis antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang yang mender menderita ita Rheuma Rheumatoi toid d Arthri Arthritis tis,, umur umur lebih lebih tua, tua, paparan paparan salisi salisilat lat dan perokok. Konsumsi kopi lebih dari tiga kali sehari, khususnya kopi decaffcinated mungkin decaffcinated mungkin juga berisiko. Makanan tinggi vitamin D, konsumsi the, dan penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan penurunan risiko. Tiga dari empat perempuan dengan Rheumatoid Arthritis mengalami perbaikan gejala
7
yang yang bermak bermakna na selama selama kehami kehamilan lan dan biasany biasanyaa akan akan kambuh kambuh lagi lagi setelah setelah melahirkan.(Sudoyo 2010)
2 .6 .
Patogenesis Keru Kerusak sakan an sendi sendi pada pada AR dimu dimula laii dari dari prol prolif ifera erasi si makr makrof ofag ag dan dan fibroblast sinovial setelah adanya faktor pencetus berupa autoimun dan infeksi. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskuler dan terjadi proliferasi sel-sel endotel yang yang selanj selanjutn utnya ya terjadi terjadi neovask neovaskula ularisa risasi. si. Pembul Pembuluh uh darah darah pada pada sendi sendi yang yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil dan sel inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang irregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi sehingga sehingga membentuk membentuk jaringan panus. Panus menginvasi menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Berbagai macam sitokin, interleukin, proteinase, dan factor pertumbuhan
dilepaskan,
sehingga
mengakibatkan
destruksi
sendi
dan
komplikasi sistemik.(Sudoyo 2010). Peran sel T
Induk Induksi si respon respon sel T pada pada arthriti arthritiss rheuma rheumatoi toid d diawal diawalii oleh oleh interak interaksi si antara antara resepto reseptorr sel T dengan dengan sel share share epitop epitopee dari dari major major histoc histocomp ompabi ability lity complex class II (MHCII-SE) dan peptida pada antigen presenting cell(APC) sinovium atau sistemik . Molekul tambahan (accessory) yang diekspresikan oleh APC APC anta antara ra lain lain ICAM ICAM-1 -1 (int (intrac racel ellu lular lar adhe adhesio sion n molec molecul ule-1 e-1)) (CD5 (CD5A4 A4), ), OX40L(CD252), inducible costimulator (ICOS) ligand (CD275), B7-1(CD80) dan B7-2(C B7-2(CD86 D86)) berpar berpartisi tisipas pasii dalam dalam aktiva aktivasi si sel T melalu melaluii ikatan ikatan dengan dengan lym lymphoc phocy yte
fun functio ction n-ass -asso ociat ciated ed
anti antige gen n
(LFA (LFA))-1 1
(CD1 (CD11 1a/C a/CD18 D18),
OX40(CD134),ICOS(CD278), OX40(CD134),ICOS(CD2 78), dan CD28. Fib Fibrob roblast last-l -lik ikee
syn synovio oviocy cyte tes( s(F FLS) LS)
yan yang
akti aktiff
mung mungki kin n
jug juga
berpartisipasi dalam presentasi antigen dan mempunyai molekul tambahan sepert sepertii LFALFA-3( 3(CD CD58 58), ), dan dan ALCA ALCAM M (acti (activa vate ted d leuko leukocy cyte te cell cell adhe adhesio sion n molecule) (CD116) yang berinteraksi dengan sel T yang mengekspresikan CD2 dan
CD6.
Interleukin Interleukin(IL-6) (IL-6) dan transforming transforming growth growth factor-beta factor-beta (TGF-β) (TGF-β) kebanyakan kebanyakan berasal dari APC aktif, signal pada sel Th-17 menginduksi menginduksi pengeluaran II-17
8
IL-17 mempunyai efek independen dan sinergistik dengan sitokin proinflamasi lainnya (TNF-α dan IL-β) pada sinovium, yang menginduksi pelepasan sitokin, produksi metalloproteinase, ekspresi ligan RANK/RANK (CD265/CD254), dan osteoklastogenesis. Interaksi CD40L(CD154)dengan CD40 juga mengakibatkan aktivasi aktivasi monosit/mak monosit/makrofag( rofag(Mo/Mac Mo/Mac)syno )synovial,F vial,FLS,d LS,dan an sel B. Walaupun Walaupun pada kebanyakan penderita AR didapatkan adanya sel T regulator CD4+CD25hi pada sinov sinoviu ium, m, tetap tetapii tida tidak k efek efekti tiff dala dalam m meng mengon ontr trol ol infla inflama masi si dan dan mung mungki kin n dinona dinonakti ktifka fkan n oleh oleh TNFα TNFα synovi synovial. al. IL-10 IL-10 banyak banyak didapa didapatka tkan n pada pada cairan cairan sinovial, tetapi efeknya pada regulasi Th-17 yang belum diketahui. Ekspresi molekul tambhan pada sel Th-17 yang tampak adalah perkiraan berdasarkan ekspre ekspresi si yang yang ditemu ditemukan kan pada pada popula populasi si sel T hewan hewan coba. coba. Perlu Perlu dilaku dilakukan kan penelitian lebih lanjut untuk menentukan struktur str uktur tersebut pada subset sel Th-17 pada sinovium manusia. (Sudoyo 2010). Peran sel B
Peran sel B dalam immunopatogenesis AR belum diketahui secara pasti, meskipun sejumlah peneliti menduga ada beberapa mekanisme yang mendasari keterlibatan sel B. Keterlibatan sel B dalam pathogenesis AR diduga melalui mekanisme sebagai berikut : 1.
Sel Sel B berf berfun ungs gsii seb sebag agai ai APC APC dan dan men mengh ghasi asilk lkan an sign signal al kost kostim imul ulat ator or yang yang penting untuk clonal expansion dan dan fungsi efektor dari sel T CD4+.
2.
Sel B dalam membrane synovial AR juga memproduksi sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan kemokin.
3.
Memb Membra ran n syn synovia oviall AR meng mengan andu dun ng ban banyak yak sel sel B yang ang memp mempro rodu duks ksii faktor Rheumatoid (RF). AR dengan RF positif(seropositif) berhubungan dengan dengan penyakit penyakit artikular artikular yang lebih agresif, agresif, mempunyai mempunyai prevalensi, prevalensi, manifestasi, ekstraartikular yang lebih tinggi dan angka morbiditas dan mortali mortalitas tas yang yang lebih lebih tinggi tinggi.. RF juga juga bisa bisa mencet mencetusk uskan an stimulu stimuluss diri diri
9
sendiri sendiri untuk untuk sel B yang mengakibatka mengakibatkan n aktivasi aktivasi dan presentasi antigen kepada sel Th, yang pada akhirnya proses ini juga akan memproduksi RF. RF. Sela Selain in itu itu komp komple leks ks imun imun RF juga juga memp memper eran anta tara raii akti aktiva vasi si komplemen, kemudian secara bersama-sama bergabung dengan reseptor Fcg, sehingga mencetuskan kaskade inflamasi. Aktivasi sel T dianggap sebagai komponen kunci dalam pathogenesis AR. Bukti terbaru menunjukkan bahwa aktivasi ini sangat bergantung kepada adanya sel B. Berdasarkan mekanisme di atas mengindikasikan bahwa sel B berperan penting dalam penyakit AR sehingga layak dijadikan target dalam terapi AR. (Sudoyo 2010).
2.7.
Manifes festasi Klinis 1.Awitan(onset) Kurang lebih 2/3 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan, arthritis simetris terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan dari perjalanan penyakit. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal yang lebih cepat yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Sebanyak 10-15% penderita mempunyai awitan fulminami berupa arthritis poliartikular, sehingga diagnosis AR lebih mudah di tegakkan . pada 8-15% penderita, gejala muncul beberapa hari setelah kejadian tertentu (infeksi). Artritis sering kali diikuti oleh kekaku kekakuan an sendi sendi pada pada pagi pagi hari hari yang yang berlan berlangsu gsung ng selama selama 1 jam atau atau lebih. lebih. Beberapa penderita juga mempunyai gejala konstitusional berupa kelemahan, kelelahan, anoreksia dan demam rinagan.(Sudoyo 2010) 2.Manifestasi artikular Penderita AR pada umumnya datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada banyak sendi, walaupun ada sepertiga penderita mengalami gejala awal pada
satu
atau
beberapa
sendi
saja.
Walaupun
tanda
cardinal
inflamasi(ny inflamasi(nyeri,be eri,bengkek ngkek,, kemerahan kemerahan dan teraba hangat) hangat) mungkin mungkin ditemukan ditemukan
10
pada awal penyakit atau selama kekambuhan (flare), namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai dijumpai pada AR yang kronik. Penyebab arthritis pada AR adalah sinovitis, yaitu adanya inflamasi pada membrane sinovial yang membungkus sendi. Pada umumnya sendi yang terkena adalah persendian tangan, kaki dan vertebra servikal, tetapi persendian besar seperti bahu dan lutut juga bisa terkena. Sendi yang terlibat pada umumnya simetri simetris, s, meskip meskipun un pada pada present presentasi asi awal awal bisa bisa tidak tidak simetri simetris. s. Sinovi Sinovitis tis akan akan menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas dan kehilangan fungsi. Ankilosis tulang (destruksi sendi disertai kolaps dan pertumbuhan tulang yang berlebihan) bisa terjadi pada beberapa sendi khususnya pada pergelangan tangan tangan dan kaki. kaki. Sendi Sendi pergel pergelang angan an tangan tangan hampir hampir selalu selalu terliba terlibat, t, demiki demikian an jugasendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal. Sendi interfalang distal dan sakroiliaka tidak pernah terlibat. (Sudoyo 2010) 3.Manisfestasi ekstraartikular Wala Wa laup upun un arthr arthrit itis is meru merupa paka kan n meni menifes festa tasi si klin klinis is utam utama, a, tetap tetapii AR merupa merupakan kan penyak penyakit it sistemi sistemik k sehingg sehinggaa banyak banyak pender penderita ita juga juga mempun mempunyai yai manifes manifestasi tasi ekastr ekastraart aartiku ikular. lar. Manife Manifestas stasii
ekastra ekastraart artiku ikular lar pada pada
umumny umumnyaa
didapatkan pada penderita yang mempunyai titer faktotr rheumatoid (RF) serum tinggi tinggi.. Nodul Nodul rheuma rheumatoi toid d merupa merupakan kan manife manifestas stasii kulit kulit yang yang paling paling sering sering dijumpai, tetapi biasanya tidak memerlukan intervensi khusus. Nodul reumatoid umumnya ditemukan didarerah ulna, olekranon, jari tangan , tendon Achilles atau bursa olekranon. Nodul rheumatoid hanya ditemukan pada penderita AR dengan dengan faktor rheumatoid positif (sering titernya tinggi) dan mungkin dikelirukan dengan tofus gout , kista ganglion, tendon xanthoma atau nodul yang berhubungan
dengan
demam
reumatik,
lepra,
MCTD,atau
multicentric
reticulohist reticulohistiocyto iocytosis sis . manifestasi manifestasi paru juga bisa didapatkan didapatkan,, tetapi beberapa perubahan patologik hanya di temukan saat otopsi. Beberapa manifestasi ekstraartikuler seperti memerlukan terapi spesifik.(Sudoyo 2010) Kriteria Kriteria dari American Rheumatism Association (ARA) yang direvisi tahun 1987 adalah:
11
1.
Kaku pa pada pa pagi ha hari (morni (morning ng stiffness stiffness). ). Pasien Pasien merasa merasa kaku kaku pada pada persendian dan disekitarnya sejaka bangun tidur sampai sekurangkurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2.
Arth rthritis pada 3 daerah rah. Terja rjadi pemb embengkakan jarin ringan lunak atau persendian ( soft soft tissue swelling ) atau atau lebih lebih efusi, efusi, bukan bukan pembesa pembesaran ran tulang (hiperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian pers endian yang meme memenu nuhi hi krit kriter eria, ia, yait yaitu u inter interfa falan lang g prok proksi sima mal, l, metak metakarp arpof ofala alang ng,, pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
3.
Arthritis
pada
persendian
tangan.
Sekurang-kurangnya
terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas. 4.
Arth Arthri riti tiss sime simetr tris. is. Maks Maksud udny nyaa kete keterl rlib ibat atan an send sendii yan yang g sam samaa (ti (tida dak k mut mutla lak k bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak ( symmetrical symmetrical polyarthritis simultaneously). simultaneously).
5.
Nodul odul rheu rheuma mato toid id,, yaitu aitu nod nodul subk subkut utan an pad pada peno enonjo njolan lan tula tulan ng atau atau permukaan ekstensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter.
6.
Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol. kontrol.
7.
Terd Terdap apat at per perub ubah ahan an gam gamab abar aran an rad radio iolo logi giss yang yang khas khas pad padaa peme pemeri riks ksaa aan n sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi. Diagnosis Reuamtoid Arthritis ditegakkan sekurang-kurangnya terpenuhi
4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minngu.(Arif Mansjoer,dkk 2000)
12
2 .8 .
Komplikasi Komplikasi yang bisa terjadi pada penderita artritis reumatoid. KOMPLIKASI
Anemia
KETERANGAN
Berkorelasi dengan LED dan aktivitas penyakit ; 75 % penderi penderita ta AR mengalami mengalami anemia anemia karena karena penyakit kronik dan 25% penderita tersebut
Kanker
memberikan respon terhadap terapi besi. Mungkin akibat sekunder dari terapi yang diberikan; kejadian limfoma dan leukemia 2-3 kali kali lebi lebih h seri sering ngte terj rjad adii pada pada pend pender erit itaa AR ;peningkat ;peningkatan an resiko terjadinya berbagai tumor soli solid; d;pe penu nuru runa nan n
resi resiko ko
terj terjad adin inya ya
kank kanker er
genitourin genitourinaria,di aria,diperkir perkirakan akan karena penggunaan penggunaan Komplikasi kard ardiak
OAINS. 1/3 penderita AR mungkin meng engalami ami efu efusi perikardial
asimptomatik
saat
diagnosis
ditegakkan ;miokarditis bisa terjadi ,baik dengan atau atau tanpa tanpa gejala gejala ;blok ;blok atrive atriventr ntriku ikular lar jarang jarang Penyakit tulang belakang
ditemukan. Tenosinovitis pada ligamentum transversum bisa
leher (cervical spine
menyebabkan instabilitas sumbu atlas ,hati-hati
disease)
bila melakukan intubasi endotrakeal ;mungkin ditem ditemuk ukan an hila hilang ngny nyaa
lord lordos osis is servi servika kall
dan dan
berkurangnya lingkup gerak leher ,subluksasi C4-C5 dan C5-C6,Penyempitan celah sendi pada foto servical lateral .Myelopati bisa terjadi yang ditand andai
oleh
kelemahan
berta rtahap
pada ada
Gangguan mata Pem Pembent bentu ukan fist fistul ulaa
ekstremitas atas dan parestesia. Episkleritis jarang terjadi. Terb erbentu entukn knya ya sinu sinus kutan utaneu euss dek dekat send sendii yang ang
Pen Pening ingkata katan n infe infek ksi
terkena ,terhubungnya bursa dengan kulit. Umum Umumny nyaa meru merupa paka kan n efek efek dar darii tera terap pi AR. AR.
13
Defo Deform rmit itas as send sendii tang tangan an
Devi Devias asii ulna ulnarr pada pada send sendii meta metaka karp rpof ofal alan ange geal al ;def ;defo ormit rmitas as
bouto outon nnier nieree
hipe hipere reks kste tens nsii
DIP) DIP);d ;def efor ormi mita tass
(kebalikan
PIP swan swan
dari
boutonniere);hiperekstensi Defo Deform rmit itas as sendi sendi lainn lainnya ya
(fle (fleks ksii
dan neck neck
deformitas dari
ibu
jari
;peningkatan risiko ruptur tendon. Bebe Beberap rapaa kela kelain inan an yang yang bisa bisa dite ditemu muka kan n antar antaraa lain lain :frozen :frozen should shoulder er ,kista ,kista poplit poplitel, el,sin sindro drom m
Komp Kompli lika kasi si pern pernaf afas asan an
terowongan karpal dan tarsal. Nodu Nodull paru paru bisa bisa bers bersam amaa-sa sama ma denga dengan n kank kanker er dan pembentukan pembentukan lesi kavitas kavitas ;bisa ditemukan infla inflama masi si pada pada sendi sendi cric cricoa oary ryte teno noid id deng dengan an gejala suara serak dan nyeri pada laring :pleuritis ditem itemuk ukan an
pada ada
20%
pend enderit eritaa
;fib ;fibro rosi siss
interst interstiti itial al bisa bisa ditand ditandai ai dengan dengan adanya adanya ronki ronki Nodul rheumatoid
pada pemeriksaan fisik Ditemukan pada 20-35 % penderita AR,biasanya ditemukan
pada
permukaan
ekstensor
ekst ekstrem remita itass atau atau daer daerah ah pene peneka kana nan n lain lainny nyaa ,tetapi bisa juga ditemukan pada daerah sklera Vaskulitis
,pita suara ,sakrum atau vertebra. Bentuk kelainannya antara lain
:
dista istal, l,p perik erikar ard ditis itis,n ,neu euro rop pati ati
perif erifer er,l ,les esii
arteritis
kuta kutane neus us ,arte ,arteri ritis tis orga organ n visce viscera ra dan dan artri artriti tiss koroner
;terjadi
pada:penderita
peningkatan
perempuan
,titer
resiko RF
ysng
tinggi tinggi ,menda ,mendapat pat terapi terapi steroid steroid dan mendap mendapat at beberapa macam DMARD;berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya infark miokard.
14
Komp Kompli lika kasi si
pleu pleuro ropa pare renk nkim imal al
prim primer er
dan dan
seku sekund nder er
dari dari
artr artrit itis is
rheumatoid: Pleural disease •
Pleural effusions ,pleural fibrosi
Interstitial lung disease •
Usual interstial pneumonia ,nonspesific interstial pneumonia ,organizing pneumonia,lymphocytic dam damage, age,ac acut utee
interstial
eosi eosino nop phili hilicc
pneumonia
pneu pneum monia onia
,diffuse
,api ,apica call
alveolar
fibr fibrob obul ullo lous us
disease,amyloid,rheumatoid nodules Pulmonary vascular disease •
Pulmonary Pulmonary hypertensio hypertension,vasc n,vasculitis, ulitis,diffuse diffuse alveolar alveolar homorrhage homorrhage with capillaritis
Secondary pulmonary complications Oppurtunististic infections •
Pulmonary Pulmonary tuberculosi tuberculosiss ,atypical ,atypical mycobacteri mycobacterial al infections,n infections,nocardi ocardiosis osis ,asp ,asperg ergil illo losi sis, s,pn pneu eumo mocy cyst stis is
jerov jerovec ecll
pneu pneumo moni nia, a,cy cyto tome mega galo lovir virus us
pneumonitis Drug toxicity •
2 .9 .
Methotrexate ,gold ,D-penicillamin,sufasalazin.(Sudoyo 2010)
Diagnosa Banding Rheumatoid Arthritis harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya seperti seperti atropa atropati ti reakti reaktiff yang yang berhub berhubung ungan an dengan dengan infeks infeksi, i, spond spondilo iloatr atropa opati ti seroneg seronegati atiff dan penyak penyakit it jaringa jaringan n ikat ikat lainny lainnyaa sepert sepertii Lupus Lupus Eritema Eritematos tosus us Sistem Sistemik( ik(LES LES), ), yang yang mungin mungin mempun mempunyai yai gejala gejala menyer menyerupa upaii Rheuma Rheumatoi toid d
15
Arthritis, adanya kelainan endokrin juga harus disingkirkan. Arthritis Gout juga bersama – sama dengan Rheumatoid Arthritis, bila dicurigai ada Arthritis Gout maka pemeriksaan cairan sendi perlu dilakukan.(Sudoyo 2010).
2.10.
Pemeriksaan Pe Penunjang Tidak banyak berperan dalam diagnosis arthritis rumatoid,namun dapat menyokon menyokong g bila terdapat keraguan keraguan atau untuk untuk melihat melihat prognosis prognosis pasien.Pada pasien.Pada pemeriksaan laboratorium terdapat: 1.
Tes fakt fakto or reum reumaa bias biasan anya ya posi positi tiff pada pada leb lebih dari dari 75% 75% pasie pasien n arthr arthrit itis is reumatoid terutama bila masih aktif.Sisanya dapat di jumpai pada pasien lepra,tuberculosis
paru,sirosis
hepatis,hepatitis
infeksiosa,lues,endokarditis bakterialis,penyakit kolagen,dan sarkoidosi. 2.
Prot rotein C-rea reaktif biasany anya posit sitif
3.
LED meningkat
4.
Lekosit sit no normal at atau me meningkat se sedikit
5.
Anem Anemia ia nor normo mosi siti tik k hipo hipokr krom om aki akiba batt adan adanya ya inf infla lama masi si yan yang g kron kronik ik
6.
Trombosit meningkat
7.
Kad Kadar alb albumin umin seru serum m turu turun n dan dan glob lobulin ulin naik aik Pada pemeriksaan rontgen,semua sendi dapat terkena,tapi yang tersering
adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris.Sendi sakroiliaka juga sering terkena.Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular.Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi.
2.11.
Penatalaksanaan 1.
Pend Pendid idik ikan an pada pada pasie pasien n men menge gena naii pen penya yaki kitn tnya ya dan dan pen penat atal alak aksan sanaan aan yang yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan
16
pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama. (Arif Mansjoer,dkk 2010) 2.
OAIN OAINS S dib diberi erika kan n sej sejak ak dini dini untu untuk k men menga gata tasi si nye nyeri ri sendi sendi akib akibat at infla inflama masi si yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan: a)
Aspirin Pasien dibawah dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dengan dosis 3-4 x 1
g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. b) 3.
Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, diklofenak, dan sebagainya.
DMARD digunakan untuk melindungi raw rawan sen sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis reumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasn efektivitasnya ya dala dalam m
mene meneka kan n
pros proses es
reum reumat atoi oid d
akan akan
berk berkur uran ang. g.
Kepu Keputu tusa san n
penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis artritis reumatoid ditega ditegakka kkan, n, atau bila respon respon OAINS OAINS tidak tidak baik, baik, meski meski masih masih dalam dalam status tersangka.Jenis-jenis yang digunakan adalah: a)
Klor Klorok okui uin, n, pali paling ng bany banyak ak digu diguna naka kan n karen karenaa hargan harganya ya terj terjan angk gkau au,,
namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek sampin samping g bergan bergantun tung g pada pada dosis dosis harian harian,, berupa berupa penuru penurunan nan ketajam ketajaman an penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare, dan anemia hemolitik. b)
Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam
dosis dosis 1 x 500 500 mg/h mg/har ari, i, diti diting ngka katk tkan an 500 500 mg per per ming minggu gu,, sampa sampaii menc mencap apai ai dosi dosiss 4 x 500 500 mg. mg. Sete Setela lah h remi remisi si terca tercapa pai, i, dosis dosis dapa dapatt diturunkan hingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang sampai 17
terc tercap apai ai remi remisi si semp sempur urna na.. Jika Jika dalam dalam wakt waktu u 3 bula bulan n tida tidak k terli terliha hatt khas khasiat iatny nya, a, obat obat ini ini dihe dihent ntik ikan an dan dan diga digant ntii deng dengan an yang yang lain, lain, atau atau dikombinasi. Efek sampingnya nausea, muntah, dan dyspepsia. c)
D-pe D-pen nisil isilam amin in,, kura kurang ng disu disuk kai karen arenaa bek bekerja erja sang sangat at lamb lambat at..
Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4x 250-300 mg/hari. Efek samping antara lain ruam kulit urtikaria atau mobiliformis, stomatitis, dan pemfigus. e)
Obat imunosupresif atau imunoregulator,metotreksat sangat mudah
digunakan dan waktu mula kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukkan menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan. ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20 mg/minggu. Efek samping jarang ditemukan. Penggunaan siklosporin untuk artritis reumatoid masih dalam penelitian. f)
Kortikostero Kortikosteroid id hanya hanya dipakai dipakai untuk untuk pengobatan pengobatan artritis artritis reumatoid reumatoid
dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis rendah (seperti prednison 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraartikular jika terdapat peradangan yang berat. Sebe Sebelu lumn mnya ya,,
infe infeks ksii
haru haruss
disi dising ngki kirk rkan an
terl terleb ebih ih
dahu dahulu lu..
(Ari (Arif f
Mansjoer,dkk 2010) 4.
Terapi Terapi non non farmakolog farmakologik,beb ik,beberapa erapa terapi non famakologik famakologik telah dicoba dicoba pada penderita AR.Terapi puasa,suplementasi asam a sam lemak esensial,terapi spa dan latiha latihan n menunj menunjukk ukkan an hasil hasil yang yang baik.P baik.Pemb emberia erian n suplem suplemen en minyak ikan(Cod liver oil) bisa digunakan sebagai NSAID-spering agen pada penderita AR.Memberikan edukasi dan pendekatan multi disiplin dala dalam m
pera perawa wata tan n
pend pender erit itaa
dapa dapatt
memb member erik ikan an
manf manfaa aatt
jang jangka ka
18
pendek.Penggunaan terapi herbal,akupuntur,dan splinting belum . (Sudoyo 2010).
5.
Rehab ehabil ilit itas asi, i,
bertu ertuju juan an
men mening ingkatk katkan an
kuali ualita tass
hid hidup
pasi pasien en..
caranya antara lain : dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan,dan sebagainya.Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang/minimal.Bila tidak juga berhasil, mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan operatif.Sering pula diperlukan alat-alat. Karena itu, pengertian tentang rehabilitasi termasuk: 1.Pemakaian
ala alat
Bidai,
tongkat
atau
tongkat
peny enyangga,
walkinmachine,kursi roda, sepatu, dan alat. 2.Alat ortotik protetik lainnya. 3.Terapi mekanik. 4.Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi. 5.Occupational therapy.(Arif Mansjoer,dkk 2010)
6.
Pembedahan Pembedahan,jika ,jika berbagai berbagai cara cara pengob pengobatan atan telah dilakukan dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan dapat dilakukan
peng engobatan
pembeda edahan.
didapa apatkan
bukti
yang
meyakinkan meyakinkan.Pemb .Pembedahan edahan harus dipertimban dipertimbangkan gkan bila:1.Terdap bila:1.Terdapat at nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi yang ekstensif. 2.Ket 2.Keterb erbatas atasan an gerak gerak yang yang bermak bermakna na atau atau keterb keterbatas atasan an fungsi fungsi yang yang berat.3.Ada ruptur tendonJenis pengobatan ini pada pasien Arthritis Rheu Rheuma mato toid id umum umumny nyaa
bersi bersifa fatt
orto ortope pedi dik, k, misal misalny nyaa
sinov sinovek ekto tomi mi,,
artro artrode desi sis, s, tota totall hip hip repl replac aceme ement nt,, memp memper erba baik ikii devi deviasi asi ulna ulnar, r, dan dan sebagainya Untuk menilai kemajuan pengobatan, dipakai parameter: 1.
Lamanya morning stiffness.
2.
Banyaknya sendi yang nyeri bila digerakkan/berjalan.
19
2.12.
3.
Kekuatan menggenggam (dinilai dengan tensimeter)
4.
Waktu yang diperlukan untuk berjalan 10-15 meter.
5.
Peningkatan LED.
6.
Jumlah obat-obat yang digunakan.(Arif Mansjoer,dkk 2010)
Prognosis Predik Prediktor tor progno prognosis sis buruk buruk pada pada stadiu stadium m dini dini AR antara antara lain lain : skor skor fungsional yang rendah, status sosialekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, ada riwayat kga dekat keluarga dekat menderita AR, melibatkan banyak sendi, nilai CRp atau LED tinggi saat permulaan penyakit, RF atau anti CCP positif, ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul rheumatoid/manifestasi ekst ekstraa raart rtik ikul ular ar lain lainny nya. a. Seba Sebany nyak ak 30% 30% pend pender erit itaa AR deng dengan an mani manife festa stasi si penyakit berat tidak berhasil memenuhi criteria ACR 20 walaupun sudah mendapat mendapat berbagai berbagai macam terapi . sedangkan penderita penderita dengan penyakit penyakit lebih ringan memberikan memberikan respon yang baik dengan dengan terapi. terapi. Penelitian Penelitian yang dilakukan dilakukan oleh oleh lin lindqvi dqvist st
dkk pada ada
pend enderit eritaa
AR yang ang
mulai ulai
tah tahun 1980 1980-a -an n,
memp memper erli lihat hatka kan n tida tidak k adny adnyaa peni pening ngka katan tan angk angkaa morb morbali alitas tas pada pada 8 tahu tahun n pertama sampai 13 tahun setelah diagnosis. Rasio keseluruhan penyebab kematian pada penderita AR dibandingkan dengan populasi umum adalah 1,6 tetapi tetapi hasil hasil ini mungki mungkin n akan akan menuru menurun n setelah setelah penggu penggunaa naan n jangka jangka panjan panjang g DMARD terbaru.(Sudoyo 2010).
20
BAB III PENUTUP 3 .1 .
Kesimpulan 1.
Artr Artrit itis is reum reumat atoi oid d adala adalah h gangg ganggua uan n kroni kronik k yang yang men menge gena naii banya banyak k orga organ n yang ang
meru merup pakan akan
sala salah h
satu satu
kelo kelomp mpok ok
penya enyak kit
jari jaring ngan an
ikat ikat
difus.gangguan ini diperantai imun dan etiologinya tidak diketahui. 2.
Artr Artrit itis is reum reumat atoi oid d menye menyera rang ng per perem empu puan an seki sekita tarr dua dua seten setenga gah h kali kali lebih lebih sering daripada laki-laki ,dengan insiden puncak antara 40 dan 60 tahun.
3.
Penyebab
artritis
reumatoid
masih
belum
diketahui
,meskipun
patogenesisnya sudah diketahui. 4.
Terd erdapat apat hub hubunga ungan n anta antara ra pen penanda anda gen genetik etik HLAHLA-D Dw4 dan dan HLA-D LA-DR R5 pada ras kaukasia.pada orang Amerika-Afrika ,Jepang ,dan Indian Chippewa,hanya berhubungan dengan HLA-Dw4.
5.
Peng Pengha hanc ncur uran an jari jaring ngan an sendi sendi terj terjad adii dal dalam am 2 cara cara .per .perta tama ma,p ,pen engh ghan ancu cura ran n dige digest stif if terj terjad adii akib akibat at prod produk uksi si prot protea ease se ,kol ,kolag agen enas asee dan dan enzi enzim m hidrol hidrolitik itik.pe .pengh nghanc ancura uran n jaringa jaringan n juga juga terjad terjadii melalu melaluii kerja kerja pannus pannus reumatoid .
6.
Beberapa
gambaran
klinis
yang
lazim
mencakup
(1)kel (1)kelaha ahan,a n,anor noreks eksia, ia,bera beratt badan badan turun turun dan demam. demam.(2) (2) poliart poliartrit ritis is simetri,terutama sendi perifer dan kaku di pagi hari lebih dari satu jam. (3)artritis erosif dan deformitas sebagai penghancuran struktur penunjang send sendi. i.(4 (4)n )nod odul ul reuma reumato toid id ,yan ,yang g (5)m (5)man anif ifest estasi asi
ekst ekstrara-ar arti tiku kula larr
meru merupa paka kan n massa massa subk subkut utan an dan dan
yang yang
dapa dapatt
meng mengen enai ai
orga organ( n(mi misal sal
jantung,paru ,mata,pembuluh darah). darah). 7.
Beberapa
uji
laboratorium
digunkan
untuk
diagnosis
artritis
reumat reumatoid oid.seb .sebagai agai contoh contoh faktor faktor reumat reumatoid oid ditemu ditemukan kan dalam dalam serum serum sekitar 85% orang yang menderita artritis reumatoid .
21
8.
Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut: (1) kaku di pagi hari (berlangsung dalam 1 jam ).(2) artritis pada 3 atau lebih sendi .(3) artritis send sendii tang tangan an .(4) .(4) artri artriti tiss sime simetr tris is .(5) .(5) nodu nodull reum reumat atoi oid d .(6) .(6) fakt faktor or reum reumat atoi oid d seru serum m .(7) .(7)pe peru ruba baha han n radi radiog ogra raff (eros (erosii atau atau deka dekals lsif ifik ikasi asi tulang). Dapat disebut artritis reumatoid jika sedikitnya terdapat 4 dari 7 kriteria .
9.
Peng Pengob obata atan n art artri riti tiss reum reumat atoi oid d ber berda dasar sarka kan n pad padaa pem pemah aham aman an pato patofi fisio siolo logi gi gangguan .perhatihan harus diarahkan pada manisfestasi psikofisiologi dan gangguan psikososial yang menyertainya disebabkan oleh perjalanan masalah yang kronik yang berubah-ubah.
3 .2 .
Saran Pasien harus mengetahui dan memahami tentang penyakit Rheumatoid Arthritis yang dideritanya, sehingga akan lebih mudah bagi pasien menerima kondisi dan prognosis dari penyakitnya.
22
DAFTAR PUSTAKA Bradley,john,dkk.(2000). Penuntun Penuntun Klinis.Jakarta Klinis.Jakarta : Hipokrates Mansjoer,Arif,dkk.(2000). Kapita Kapita
Selekta
Kedokteran.Edisi
3.Ja 3.Jak karta arta::
Med Media
Aesculapius. Price,Sylvia A.(2005). Patofisiologi.Edisi Patofisiologi.Edisi 6 .Jakarta .Jakarta : EGC Robbins,dkk.(2007). Buku Buku Ajar Patologi.Edisi Patologi.Edisi 7.Jakarta 7. Jakarta : Hipokrates Sudoyo,Aru.W.(2010). Ilmu Ilmu Penyakit Dalam.Edisi 5.Jakarta: 5.Jakarta: Interna Publising
23