REVIEW BUKU PENGANTAR ILMU ANTROPOLOGI OLEH PROF. DR. KOENTJARANINGRAT
Disusun oleh :
Nama : Anisah Dian Lestari
NIM : 15/383834/SA/17941
Departemen : Antropologi Budaya
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Buku Pengantar Ilmu Antropologi oleh Prof. Koentjaraningrat bak kitab suci bagi para ilmuwan sosial yang menggeluti dunia Antropologi. Sebenarnya, masih ada berbagai buku pengantar lain yang juga menyuguhkan hal-hal mendasar dalam memahami Ilmu Antropologi. Namun, rasanya kurang mengena, jika kita sebagai pemula ini, belum dapat menuntaskan karya dari empunya Ilmu Antropologi di Indonesia dengan kesohorannya yang telah diketahui banyak orang, terutama dalam disiplin ilmu ini.
Di dalam buku ini, Prof. Koentjaraningrat telah menjelaskan secara runtut ke dalam delapan sub-bab seperti yang tertera dalam Kata Pengantar Penerbit, dengan tata urut tingkat-tingkat abstraksi dalam kerangka Talcott Parsons, yaitu sistem organik, sistem kepribadian, sistem sosial, dan sistem budaya makhluk manusia.
Berikut ringkasan setiap bab dari Buku Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi 2009 dari Penerbit :
Bab 1
Asas-asas dan Ruang Lingkup Ilmu Antropologi
A. Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (Sebelum 1800)
Seperti yang dikatakan Prof. Koentjaraningrat, bahwa pada permulaan abad ke-19 perhatian terhadap himpunan pengetahuan mengenai masyarakat, adat-istiadat, dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar, yang awalnya merupakan buah tulisan dari para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan.
2. Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan Abad ke-19)
Dalam fase kedua ini, Prof. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa tujuan dari etnografi yang ada yaitu untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah kebudayaan manusia.
3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)
Dalam fase ini, ilmu antropologi menjadi ilmu yang digunakan dalam memecahkan hal-hal praktis bagi pemerintahan kolonial.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira-Kira 1930)
Sedangkan dalam fase ini, mengandung dua tujuan utama, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis.
B. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi
Ilmu antropologi memiliki ilmu-ilmu bagian, yang dikelompokkan menjadi dua kotak besar, yaitu antropologi biologi dan antropologi budaya. Yang nantinya dari kotak itu semakin menyempit menjadi cabang-cabang ilmu antropologi yang menguraikan permasalahan secara lebih spesifik.
C. Metode Ilmiah dari Antropologi
1. Metode ilmiah dan pengumpulan data.
2. Penentuan ciri-ciri umum dan sistem.
3. Verifikasi.
Bab 2
Makhluk Manusia
Di awal bab ini, dijelaskan pengklasifikasian manusia menurut para ahli biologi, yang dilanjutkan dengan evolusi ciri-ciri biologis, dan evolusi primata dan manusia. Dan juga berisi bagian mengenai kesalahpahaman mengenai konsep ras, metode dalam mengkelaskan aneka ras manusia, dan salah satu klasifikasi dari beragam ras manusia. Bab ini ditutup dengan pembahasan perbedaan organ manusia dan organ binatang.
Bab 3
Kepribadian
Menurut Prof. Koentjaraningrat, definisi dari kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia.
A. Unsur-unsur Kepribadian
1. Pengetahuan
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur pengetahuan individu yang sadar, seperti yang dijelaskan Prof. Koentjaraningrat. Namun juga dapat berada di alam bawah sadar manusia bahkan alam tidak sadar manusia.
2. Perasaan
Prof. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif.
3. Dorongan Naluri
Dorongan naluri timbul dari berbagai perasaan yang sudah terkandung dalam organ manusia dan khususnya dalam gen itu sendiri, bukan semata karena pengetahuan.
Prof. Koentjaraningrat menjelaskan materi dari unsur-unsur kepribadian yang dikerangkakan dalam hal berikut :
1. Beragam kebutuhan individu.
2. Beragam hal dalam lingkungan individu.
3. Berbagai cara untuk memperlakukan hal-hal dalam lingkungan diri sendiri guna memenuhi kebutuhan diri.
Diakhir bab, dipaparkan pula mengenai macam-macam kepribadian individu, kepribadian umum, serta kepribadian barat dan kepribadian timur.
Bab 4
Masyarakat
Manusia merupakan makhluk hidup yang juga sering mengelompok sama halnya dengan para binatang. Namun, seperti yang dipaparkan Prof. Koentjaraningrat, perbedaannya terletak pada sistem pembagian kerja, aktivitas kerja sama, dan berkomunikasi yang tidak bersifat naluri. Hal ini dikarenakan manusia memiliki akal dalam mengembangkan suatu kemampuan.
Namun, kelompok-kelompok ini juga dapat didasari pada keragaman ciri-ciri fisik, batas wilayah dalam suatu negara, agama, dan lain sebagainya.
A. Unsur-unsur masyarakat
1. Masyarakat
2. Kategori sosial.
3. Golongan sosial.
4. Kolompok dan perkumpulan.
5. Beragam kelompok dan perkumpulan.
6. Ihktisar mengenai beragam wujud kesatuan manusia.
7. Interaksi antarindividu dalam masyarakat.
Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan Prof. Koentjaraningrat, bahwa pranata-pranata yang juga merupakan unsur-unsur kebudayaan tersebut, terdiri dari suatu kompleks tindakan berinteraksi yang menyebabkan terwujudnya pola-pola sosial dalam masyarakat. Adapun manusia yang melakukan tindakan interaksi itu biasanya menganggap dirinya berada dalam suatu kedudukan sosial tertentu yang juga dikonsepsikan untuknya oleh norma-norma yang menata seluruh tindakan tersebut. Sedangkan setiap individu yang memerankan sebuah peran khas yang akan berhadapan dengan peranan individu lain.
Penggambarkan kaitan-kaitan dari prinsip-prinsip yang berkaitan dengan unsur masyarakat yang ada, disebut struktur sosial.
Bab 5
Kebudayaan
A. Definisi Kebudayaan Menurut Ilmu Antropologi
Prof. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan dijadikan sebagai objek penelitian oleh ilmu antropologi. Itulah sebabnya dalam memberi pembatasan pada "kebudayaan" ilmu antropologi berbeda dengan ilmu lainnya. Jika dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan dibatasi pada hal-hal yang indah saja, sedangkan dalam ilmu antropologi kebudayaan diartikan sebagai "keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Selain istilah kebudayaan, terdapat pula istilah peradaban. Istilah peradaban digunakan untuk menyebut bagian dari unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah. Seperti yang dituliskan Prof. Koentjaraningrat, peradaban juga sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dari masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Proses perubahan kebudayaan telah dimulai sejak manusia berevolusi dalam jangka waktu lebih-kurang empat juta tahun lamanya. Perubahan kebudayaan manusia diikuti dengan perkembangannya dari waktu ke waktu seputar alat komunikasi, sistem pembagian kerja, dan interaksi antara warga kelompok. Hal itu juga membentuk alat dan piranti baru dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin waktu menjadi lebih modern yang ditandai dengan Revolusi Industri yang merupakan revolusi ketiga kebudayaan manusia pada zaman paroh kedua abad ke-18 sampai abad ke-20. Seperti yang dikatakan A.L. Kroeber bahwa proses kebudayaan yang seolah melepaskan diri dari evolusi organik dan jauh melesat maju merupakan proses perkembangan superorganik dari kebudayaan.
B. Tiga Wujud Kebudayaan
Prof. Koentjaraningrat berpendirian bahwa kebudayaan dapat dibagi menjadi tiga wujud sebagai berikut:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. Adat-Istiadat
1. Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi
Seperti yang dijelaskan Prof. Koentjaraningrat, bahwa "sistem nilai budaya" merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istidat. Hal itu disebabkan karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai suatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang ada. Konsep ini berada dalam daerah emosional yang melekat lama di dalam alam jiwa individu yang menjadi warga dari suatu kebudayaan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Prof. Koentjaraningrat, bahwa sistem nilai merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar masyarakat, maka "pandangan hidup" merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat.
Lain lagi dengan konsep "ideologi". Konsep itu merupakan suatu sistem pedoman hidup atau cita-cita yang ingin dicapai oleh individu dalam masyarakat yang juga mencakup golongan-golongan tertentu, namun lebih khusus sifatnya ketimbang sistem nilai budaya. Istilah ideologi tidak dipakai dalam hubungannya dengan individu. Namun lebih terkait pada ideologi negara, ideologi masyarakat, atau ideologi golongan-golongan tertentu.
2. Adat-istiadat, norma, dan hukum
Seperti yang telah dijelaskan Prof. Koentjaraningrat bahwa nilai budaya sebagai pedoman hidup yang bersifat umum, sebaliknya norma merupakan aturan-aturan untuk bertindak yang bersifat khusus, sedangkan perumusannya amat bersifat amat terperinci, jelas, tegas, dan tidak meragukan. Norma-norma yag khusus tersebut dapat digolongkan menurut berbagai pranata yang ada dalam masyarakat, seperti pranata pendidikan, pranata ekonomi, pranata keagamaan, dan sebagainya.
Dalam teori L. Pospisil, hukum diartikan sebagai suatu aktivitas di dalam rangka suatu kebudayaan yang mempunyai fungsi pengawasan sosial.
D. Unsur-unsur Kebudayaan
Prof. Koentjaraningrat berpendapat bahwa isi pokok arti tiap kebudayaan di dunia ini terbagi menjadi unsur-unsur kebudayaan sebagai berikut:
1. Bahasa,
2. Sistem pengetahuan,
3. Organisasi sosial,
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. Sistem mata pencaharian hidup,
6. Sistem religi,
7. Kesenian,
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma menjadi sistem budaya, sistem sosial, dan unsur kebudayaan fisik.
E. Integrasi Kebudayaan
1. Metode Holistik
Sarjana antropologi bertugas menganalisis kebudayaan dan memerincinya dalam unsur-unsur kecil dan juga memahami kaitan antara setiap unsur tersebut dengan keseluruhannya.
2. Pikiran Kolektif
Durkheim berpendapat bahwa suatu gagasan yang sudah dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat bukan lagi berupa satu gagasan tunggal mengenai suatu hal yang khas, melainkan sudah berkaitan dengan gagasan lain yang sejenis yamg menjadi suatu kompleks gagasan.
3. Fungsi Unsur-unsur kebudayaan
Aliran pemikiran mengenai masalah fungsi dari unsur-unsur kebudayaan terhadap kehidupan suatu masyarakat yang mulai timbul setelah tulisan Malinowski mengenai penduduk Kepulauan Trobriand, disebut aliran Fungsionalisme.
4. Fokus Kebudayaan
Ahli antropologi Amerika R. Linton menyebut cultural science sebagai suatu kompleks unsur-unsur kebudayaan yang tampak seolah mendominasi suatu kehidupan masyarakat.
5. Etos Kebudayaan
Prof. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu watak khas yang dalam ilmu antropologi disebut sebagai ethos, yang sering tampak pada gaya tingkah laku masyarakat, kegemarannya, dan hasil karya kebudayaan mereka.
6. Kepribadian Umum
Merupakan kepribadian atau watak yang ada pada sebagian besar dari individu yang hidup dalam suatu kebudayaan yang bersangkutan.
Bab 6
Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan
A. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
1. Proses Internalisasi
Individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
2. Proses Sosialisasi
Seorang individu sejak kecil hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dwngan segala macam individu sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
3. Proses Enkulturasi
Proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, sistem norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
B. Proses Evolusi Sosial
1. Proses microsckpic dan macroscopic dalam evolusi sosial.
2. Proses-proses berulang dalam evolusi sosial budaya.
3. Proses mengarah dalam evolusi kebudayaan.
C. Proses Difusi
1. Penyebaran manusia.
2. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan.
D. Akulturasi dan Asimilasi
E. Pembaruan atau Inovasi
Bab 7
Aneka Ragam Kebudayaan dan Masyarakat
A. Konsep Suku Bangsa
1. Suku Bangsa
Konsep yang tercakup dalam istilah "suku bangsa" adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan "kesatuan kebudayaan". Dan istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas adalah suku bangsa itu sendiri.
2. Beragam Kebudayaan Suku Bangsa
Para sarjana antropologi membedakan kesatuan masyarakat suku-suku bangsa di dunia berdasarkan mata pencaharian dan sistem ekonomi.
B. Konsep Daerah Kebudayaan
Merupakan suatu penggabungan dari suku-suku bangsa yang beragam kebudayaannya, tetapi memiliki beberapa unsur dan ciri serupa yang mencolok.
C. Daerah-daerah kebudayaan di dunia
1. Amerika Utara.
2. Amerika Latin.
3. Sub-subkawasan Geografi di Oseania
4. Afrika.
5. Asia.
Dan dari daerah kebudayaan di atas, diperinci kembali ke sub-daerah kebudayaan yang lebih sempit.
Bab 8
Etnografi
Jenis karangan penting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisis antropologi adalah karangan etnografi yang mengenai diskripsi kebudayaan suatu suku bangsa di dunia.
Kerangka etnografi berisi bab-bab tentang unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah baku. Mengenai tata urut tersebut, dapat sesuaikan selera dan perhatian para ahli antropologi. Namun yang paling lazim dipakai adalah dari unsur yang paling konkret ke yang paling abstrak. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan lagi dalam sub-bab sebagai berikut :
1. Lokasi, lingkungan alam dan demografi.
2. Asal mula dan sejarah suku bangsa.
3. Bahasa.
4. Sistem teknologi.
- Alat-alat produksi.
- Alat membuat api.
- Senjata.
- Pakaian.
- Alat-alat transportasi.
- Wadah.
- Tempat berlindung dan perumahan.
5. Sistem mata pencaharian.
- Sistem mata pencarian tradisional.
- Memburu dan meramu.
- Beternak.
- Bercocok tanaman di ladang.
- Menangkap ikan.
- Bercocok tanam menetap dengan irigasi.
6. Organisasi sosial.
- Unsur-unsur khusus dalam organisasi sosial.
- Sistem kekerabatan.
7. Sistem pengetahuan.
8. Kesenian.
9. Sistem religi.
Komentar Kritis
Kelebihan
Saat membaca buku pengantar ilmu antropologi dari Prof. Koentjaraningrat, saya merasa sedang membaca kamus lengkap berisi berbagai direktori yang akan memandu saya untuk nantinya dapat mendalami ilmu antropologi lebih lanjut. Di dalamnya berisi banyak pengetahuan umum seputar ilmu antropologi yang benar-benar berguna bagi pemula. Terdapat pula pertanyaan-pertanyaan kritis dari Prof. Koentjaraningrat itu sendiri yang juga telah diulas di dalam bukunya. Rasanya saat membaca, Prof. Koentjaraningrat mendikte secara terperinci kepada saya untuk memahami betul sebelum benar-benar terjun ke dalam dunia Antropologi.
Kekurangan
Dengan terperincinya penjelasan yang ada, Prof. Koentjaraningrat seolah hendak membeberkan semua informasi sekaligus secara bersamaan yang membuatnya tumpang tindih. Kalimat-kalimat Prof. Koentjaraningrat membuat saya berpikir dua kali untuk memahami susunan kata tersebut dan memahami maksud dari tulisan beliau. Dan juga, tulisannya bagi saya cenderung sedikit kaku. Saya kurang merasa diajak mengarungi ke dalam pengalaman-pengalaman langsung dari Profesor Koentjaraningrat yang telah menekuni Ilmu antropologi yang sudah melekat dalam kehidupannya.
Kesimpulan
Penjelasan dari Prof. Koentjaraningrat dipertegas dengan bagan, gambar, peta, dan tabel, yang justru memudahkan saya dalam memahami konten buku tersebut. Dan ditambah pula dengan berbagai argumen dan teori dari berbagai para ahli antropologi dunia. Dengan membaca buku Pengantar Ilmu Antropologi dari Prof. Koentjaraningrat, saya harus memiliki usaha yang lebih dalam memahami dan benar-benar mendapatkan intisari dari apa yang telah dijabarkan beliau terkait aspek-aspek dalam ilmu antropologi itu sendiri.
Dari apa yang telah saya baca, saya dapat menarik kesimpulan bahwa ilmu antropologi memiliki kompleksitas tersendiri sebagai bagian dari rumpun ilmu humaniora. Para sarjana antropologi masih terbagi pada spesialisasi dalam sub-bagian ilmu antropologi dalam memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan dengan berbagai aspek kehidupan yang saling terkait. Dan karena ilmu antropologi memiliki cakupan yang luas dari konteks dasar "manusia" dan "kebudayaan", sehingga dibutuhkan pemahaman yang terbuka dalam menerima keragaman objek-objek yang dipelajari di dalam ilmu antropologi.
Daftar Pustaka:
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.