KARYA KI HADJAR DEWANTARA
BAGIAN PERTAMA: PENDIDIKAN
REVIEW BUKU
Diajukan untuk Memenuhi
Sebagian Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Humanis
Diah Retno Hapsari
NIM. 15416241044
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
Identitas Buku
Judul : Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Petama: Pendidikan
Cetakan : Keempat, 2011
Penerbit : Yayasan Persatuan Tamansiswa
Pendidikan Nasional
Pengaruh pengajaran umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin itu terdapat pada pendidikan. Manusia merdeka yaitu manusia yang hidup lahir dan batinnya tidak bergantung kepada orang lain tetapi berdasar atas kekuatan diri sendiri. Pendidikan dan pengajaran berguna untuk kehidupan bersama dan memerdekakan sesama anggota masyarakat. Dalam pendidikan kemerdekaan bersifat tiga macam yaitu berdiri sendiri, tidak bergantung dengan orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri. Menjadi manusia merdeka tidak hanya menjadi orang yang berdiri sendiri tanpa adanya perintah dari pihak lain, tetapi juga menegakkan diri dan mengatur kehidupannya dengan tertib. Manusia merdeka adalah menjadi manusia yang memahami hak dan kewajibannya dalam bermasyarakat.
Jika pemuda menjadi sombong, hingga berani melukai perasaan orang tuanya maupun bangsanya, itulah hasil dari pendidikan yang tidak berdasarkan semangat kebangsaan. Pendidikan seharusnya memberikan rasa kebangsaan. Pendidikan Barat berdasarkan pada perintah, hukuman, dan ketertiban. Ki Hajar Dewantara menilai pendidikan yang sedemikian itu merupakan pemerkosaan terhadap batin anak-anak. Pendidikan yang sedemikian itu dapat merusak budi pekerti anak-anak dikarenakan anak selalu berada dibawah paksaan dan hukuman. Akibat lebih lanjutnya yaitu ketika anak-anak kelak menjadi orang dewasa anak-anak tidak dapat bekerja secara mandiri jika tidak dipaksa dan diperintah.
Pendidikan seharusnya tidak menggunakan paksaan. Pendidik hanya mencampuri kehidupan anak-anak jika saja berada pada jalan yang salah. Namun, tidak lantas kita membiarkan anak-anak bebas, tetapi juga mengawasi agar anak dapat tumbuh sesuai dengan kodratnya. Jika ada hukuman, hukuman itu di maksudkan untuk mencegah perbuatan dan sudah ada sebelumnya. Pendidikan dengan tertib dan damai, dikemudian menentukan syarat-syaratnya sendiri sehingga tidak adanya sifat keterpaksaan.
Pendidikan pada umumnya merupakan daya upaya untuk menumbuhkan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan tumbuh anak. Nilai tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan agar dapat mencapai keselarasan dengan dunianya. Dalam sekolah anak-anak hendaknya dibiasakan untuk saling tolong-tolong menolong. Dalam pengajaran ilmu pengetahuan hendaknya diarahkan kepada kecerdikan murid, penambahan ilmu yang bermanfaat, siswa dibiasakan untuk mencari pengetahuan sendiri dan pengetahuan tersebut digunakan untuk kepentingan umum. Dalam pendidikan seorang pendidik hanya dapat membantu dan menuntun anak didiknya dan tidak dapat mengubah secara kodrati mengganti dengan kodrat lainnya. Guru menuntun siswanya agar tetap pada jalan yang baik, karena dalam pendidikan kodrat siswa dan arahan guru selalu menjadi satu dan saling berhubungan satu sama lain.
Dalam convergenti theorie, anak yang dilahirkan dapat di ibaratkan sebagai sehelai kertas yang sudah di tulis penuh, akan tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Menurut teori ini, pendidikan memiliki kewajiban dan kuasa untuk menebalkan segala tulisan yang suram itu dan yang berisi baik, dan kelak nanti dapat menghasilkan budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung makna buruk, hrndaknya di biarkan saja agar tidak menjadi tebal atau bahkan menjadi lebih suram.
Sekolah hendaknya dijadikan sebagai rumah bagi para siswa, dimana dulu di Taman Siswa "rumah sekolah" dimana gerombolan murid-murid di waktu pagi, siang, petang sibuk dengan pelajarannya, olahraga atau latihan seni dibawah pimpinan gurunya dan menjadi keluarga. Kepribadian guru sering kali menjadikan peraturan tata tertib tidak diperlukan lagi sehingga siswa memiliki kesempatan untuk berkembang sepenuhnya menjadi pribadi-pribadi, tanpa larangan atau perintah mekanis yang berasal dari peraturan diatas kertas.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam kehidupan anak, dikenal adanya tiga tempat pergaulan penting bagi anak-anak yaitu alam keluarga, alam perguruan, dan alam pergerakan pemuda atau lebih lanjutnya dikenal dengan Sistem Trisentra. Ketiga komponen tersebut harus saling mendukung satu sama lain. Menghidupkan, menambah, menggembirakan perasaan kesosisalan tidak akan pernah tercapai apabila tidak dimulai dari pendidikan individu. Karena sejatinya pendidikan budi pekertilah yang akan menimbulkan rasa sosial kemasyarakatan.
Lingkungan keluarga memiliki peran utama dan peting dalam membangun adab kemanusiaan, kehidupan dalam keluarga selalu mempengaruhi tumbuhnya budi pekerti manusia. Dalam keluarga ditanamkannya nilai-nilai pendidikan kesosialan seperti tolong-menolong, menjaga saudara yang sakit, menjaga ketertiban, perdamaian dan banyak hal lainnya. Keluarga sebagai pusat pendidikan tidak hanya untuk mengajarkan pendidikan secara individual dan sosial, akan tetapi juga menanamkan kepribadian sesuai dengan jiwa anak sesuai dengan apa yang ditanamkan oleh orang tuanya.
Sistem dalam sekolah selama ini masih di desain untuk mencari ilmu dan melakukan pencerdasan fikiran sehingga sangat sedikit pengaruh yang diberikan untuk pendidikan budi pekerti dan budi sosial. Dengan kecerdasan ilmu pengetahuan saja maka akan menghasilkan orang yang egois dan hanya mementingkan materi saja. Bilamana sekolah menjadi tempat yang seperti itu, maka budi pekerti yang telah di tanamkan ketika anak masih ada dalam keluarganya menjadi sia-sia. Sistem yang seperti itu di Indonesia yang menjauhkan anak-anak dari alam keluarganya dan rakyatnya.
Dalam pergerakan pemuda atau dikenal dengan alam pemuda, hendaknya para senior berlaku sebagai penasehat, memberi kemerdekaan secukupnya, mengamati, dan bertindak apabila diperlukan. Di masa sekarang, pergerakan pemuda nampak memisahkan dengan alam keluarga. Dalam melakukan kegiatannya pemuda juga harus memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat banyak.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, hendaknya juga memperhatikan usia, kemampuan, latar belakang anak. Dengan hal yang sedemikian itu, kita mampu untuk menentukan metode yang sesuai digunakan bagi anak. Pelajaran yang diberikan kepada anak-anak dalam kehidupan sehari-hari juga memberikan manfaat bagi pengetahuan yang di dapatkan dan juga untuk batin anak. Pendidikan harus merubah arah yang semual berorientasi pada angan-angan dan duniawi kini harus mengutamankan pada budi pekerti. Sebaiknya sifat pendidikan harus menjiwai sistem perguruan baik dalam pedagogie maupun pengajarannya. Memberikan ilmu dan kepandaian ditunjukkan pada masaknya batin, halusnya perasaan, serta teguh dan tetapnya kemauan, yang akhirnya dapat menyesuaikan kehidupannya dengan alami individu, alam kebangsaan, alam kemanusiaan yang semuanya dimaksudkan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan sehingga dapat tercapai pula tertib dan damai.
Pendidikan yang bermacam-macam pada era yang berbeda-beda pula ditentukan sesuai dengan kebutuhan zamannya. Maksud dari pendidikan ialah kesempurnaan hidup manusia, hingga dapat memenuhi segala kebutuhan lahir dan batin. Menurut Maria Montessori hingga kini system pendidikan pengetahuan, menurut Maria Montessori hal yang demikianlah bukanlah pengajaran, melainkan menyokong hidup. Dalam system pendidikan yang dianut di Taman Siswa "Amongsysteem" yaitu menyokong kodrat alam anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidup lahir dan batin menurut Kodratnya sendiri-sendiri. Adapun hal lainnya dapat dimasukkan sebagai peralatan. Pengetahuan, kepandaian, jangan dianggap sebagai tujuan, tetapi sebagai alat. Hasil dari pendidikan adalah matangnya jiwa, yang dapat menghasilkan penghidupan yang tertib dan suci sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Untuk segala kepentingan masyarakat, harus didirikannya berbagai macam sekolah dan dengan berbagai tingkatan dengan keahlian khusus. Seperti sekolah guru, sekolah tani, peternakan, perikanan, kerajinan, kesenian dan lain sebagainya. Sehingga jika anak-anak tidak dapat meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, mereka dapat menuntut ilmu sesuai dengan kebutuhannya. Pendidikan nasional harus berhubungan dengan perjalanan membangun manusia. Dalam mendidik pemimpin dan menaikkan derajatnya harus diberi kebebasan untuk tumbuhnya jiwa, dengan cara menumbuhkan pandangan hidup dan ilham hidup siswa itu sendiri. Karena hanya dengan demikianlah Perguruan Tinggi akan menjadi Perguruan Hidup, mendidik orang yang cakap mencipta dan membantu terjadinya pergaulan hidup, sehingga guru dan siswa dapat memahami bahwa "Nilai manusia hanya satu, yaitu nilai hidup kebatinannya"