Angkatan 22 Juara
2014
“
[RESUME DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III] III]
ANGKATAN 22 TAHUN 2014 i
” ”
Angkatan 22 Juara “
KELOMPOK 1
KELOMPOK 4
BAMBANG
AGUNG DARMAWAN
AHMAD HAFIZH AINUR RASYID
IRWAN DAMASTO
FITRIANI
REIZA MIFTAH W
NOVI EKA SUSILOWATI SUSILOWATI
BAYU ADRIAN
SHOHIB MUSLIM
TITING NURHAYATI
dr. ADI SANTOSA MALIKI
LALE MAULIN P
M. SALMAN FAREZA
MUHAMMAD SYAFEI G
NURALAM
GUSTRIADI
KELOMPOK 2
KELOMPOK 5
MERLISA ASTRID
WALMAH NI MATURROHMAH
INDAH WAHYU PUJI UTAMI
DEAN LEONARD HASOLOAN
LELY KUMALAWATI
ISMAIL YUSUF
SAKMAN
FANNY ADISTIE
RINDANG MATOATI
BAKDAL GINANJAR
JOKO WALUYO
INDRA MULYAWAN
BAHRUL
SRYANG TERA SARENA
BINAR
HENDY PURWOKO
KELOMPOK 3
AHMAD SYAUQY AYUMUNAWAROH AZIZ DR.VIRAMITHA K.R. RACHDIAN GUNTUR ARIE WIBOWO MOKHAMAD SYAEFUDIN ANDRIANTO NOVITA PUSPASARI PUSPASARI RICO SEPTIAN NOOR ZURAIDAH NASUTION ii
” ”
Angkatan 22 Juara “
” ”
DAFTAR ISI BAB I AKUNTABILITAS............................................ ................................................................. ........................................... ............................ ...... 1
I.1.
KONSEP AKUNTABILITAS............................................ .................................................................. ............................... ......... 1
I.2.
MEKANISME AKUNTABILITAS .......................................... ................................................................. ......................... 2
I.3.
AKUNTABILITAS DALAM KONTEKS ............................................ ........................................................ ............ 3
I.4.
MENJADI PNS YANG AKUNTABEL........................................... ............................................................ ................. 6
BAB II NASIONALISME NASIONALISME ............................................ ................................................................. ........................................... .......................... .... 10
II.1.
NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN (SILA 1 DAN SILA 2) ............................................ .................................................................. ............................................ ........................................ .................. 10
II.2.
NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN (SILA 3 SAMPAI DENGAN SILA 5) ......................................................... ........................................................................ ............... 13
II.3.
ASN SEBAGAI PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK ............................... ............................... 19
II.4.
ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK .......................................... ............................................................ .................. 22
II.5.
ASN SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA ........................ ........................ 25
BAB III ETIKA PUBLIK .............................. .................................................... ............................................ ........................................ .................. 27
III.1. KODE ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK PUBLIK .................................... .................................... 27 III.2. BENTUK-BENTUK KODE KODE ETIK DAN IMPLIKASINYA IMPLIKASINYA .......................... .......................... 30 BAB IV KOMITMEN KOMITMEN MUTU......................................... ............................................................... ............................................ ...................... 35
IV.1. EFEKTIFITAS, EFISIENSI, INOVASI DAN MUTU PENYELENGGARAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH ............................................. .................................................... ....... 35 IV.1.1. KONSEP EFEKTIVITAS, EFEKTIVITAS, EFISIENSI, INOVASI INOVASI DAN MUTU ........... ........... 35 IV.1.2. NILAI-NILAI DASAR ORIENTASI MUTU .......................................... .......................................... 37 IV.1.3. PENDEKATAN INOVATIF INOVATIF DALAM PENYELENGGARAA PENYELENGGARAAN N PEMERINTAHAN ........................................... ................................................................. ........................................ .................. 40 IV.2. AKTUALISASI INOVASI INOVASI DAN KOMITMEN MUTU ................................ ................................ 42 IV.2.1. MEMBANGUN KOMITMEN KOMITMEN MUTU DALAM DALAM PENYELENGGARAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH .......................................... ............................................................... ............................................ .......................... ... 44 IV.2.2. BERPIKIR KREATIF ........................................... ................................................................. .................................... .............. 46 iii
Angkatan 22 Juara “
”
IV.2.3. MEMBANGUN KOMITMEN MUTU MELALUI INOVASI ................ 47 BAB V ANTI KORUPSI .............................................................................................. 50
V.1.
SADAR ANTI KORUPSI ............................................................................... 50
V.2.
SEMAKIN JAUH DARI KORUPSI ............................................................... 52
V.2.1. TUNAS INTEGRITAS ............................................................................. 52 V.2.2. BANGUN SISTEM INTEGRITAS .......................................................... 55
iv
Angkatan 22 Juara “
”
BAB I AKUNTABILITAS I.1. KONSEP AKUNTABILITAS
Akuntabilitas sering disamakan dengan tanggungjawab, tetapi kedua konsep tersebut sebenarnya memiliki arti yang berbeda, Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggungjawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertamnggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggungjawab yang menjadi amanahnya (amanah PNS adalah terwujudnya nilai-nilai publik). Aspek-aspek akuntabilitas adalah sebagai berikut.
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan yang bertanggungjawab antara individu/ kelompok/ institusi dengan Negara dan masyarakat.
Akuntabilitas berorientasi pada hasil, yaitu perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil, dan inovatif.
Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan, yaitu dalam bentuk laporan kinerja yang mampu menjelaskan dan memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan.
Akuntabilitas memerlukan konsekuensi yang berupa penghargaan dan sanksi sebagai konsekuensi kewajiban dan tanggungjawab yang telah dilakukan.
Akuntabilitas
memperbaiki
kinerja,
dimana
proses
setiap
individu/
kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat dalam proses evaluasi dan berfokus pada peningkatan kinerja. Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu (a) untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi), (b) untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan wewenang (peran konstitusional), serta (c) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri dari akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana pada otoritas yang lebih tinggi. Sementara itu, akuntabilitas horizontal adalah
1
Angkatan 22 Juara “
”
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melaporkan kepada para pejabat dan lembaga Negara lainnya.. Akuntabilitas memiliki lima tingkatan yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
Akuntabilitas personal; mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
Akuntabilitas individu; mengacu pada hubungan antara individu dan lingkungan kerjanya.
Akuntabilitas kelompok; merupakan pembagian kewenangan dan semangat kerja yang tinggiantar pelbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi untuk tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
Akuntabilitas organisasi; mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah dicapai baik individu maupun kinerja organisasi.
Akuntabilitas
stakeholder;
Tanggungjawab
organisasi
pemerintah
untuk
mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsive dan bermartabat.
I.2. MEKANISME AKUNTABILITAS
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan secara berbeda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda pula. Contoh, mekanisme akuntabilitas organisasi antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger print , atau software untuk memonitor pegawai menggunakan computer atau website). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, mekanisme akuntabilitas harus mengandung empat dimensi, yaitu akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. a. Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia
Tanpa alat akuntabilitas, akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain (a) perencanaan strategis, misalnya RPJDP, RPJM-D, RKP-D, Renstra, SKPD, dan SKP; (b) Kontrak kinerja; dan Laporan kinerja.
2
Angkatan 22 Juara “
”
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel
Dalam menciptakan lingkungan yang akuntabel, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, yaitu kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi. c. Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Menciptakan
Framework
Akuntabilitas
Berikut ini adalah lima langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di lingkungan kerja PNS. (1) Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggung jawab yang harus dilakukan. (2) Merencanakan segala sesuatu untuk mencapai tujuan. (3) Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai. (4) Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami, dan tepat waktu. (5) Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan untuk memperbaiki kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat korektif.
I.3. AKUNTABILITAS DALAM KONTEKS
1.
Transparansi dan Akses Informasi
Keterbukaan informasi telah dijadikan standar formatif untuk mengukur legitimasi pemerintahan.
Dalam payung besar demokrasi pemerintah harus
senantiasa terbuka terhadap rakyatnya sebagai bentuk legitimasi (secara subtantif).
Salah satu tema penting yang berkaitan dengan isu ini adalah
perwujudan transparansi, tatakelola, keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya Undang-Undang no 14 thn 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Konteks lahirnya UU ini secara substansi adalah memberikan jaminan konstitusional agar praktik demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses pengambilan kebijakan terkait kepentingan publik, yang bertumpu
pada
partisipasi
masyarakat
penyelenggara kebutuhan publik.
3
maupun
akuntabilitas
lembaga
Angkatan 22 Juara “
”
Semua warga Indonesia berhak mendapatkan informasi publik dari semua badan publik. Informasi publik disini adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,dikirim dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan
dengan
penyelenggara
dan
penyelenggaraan
negara
dan/atau
penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan UU ini pasal 1 ayat 2. Informasi publik terbagi dalam 2 kategori yaitu sebagai berikut. a. Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan b. Informasi yang dikecualikan (informasi publik yang perlu dirahasiakan) Badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD, sumbangan masyarakat dan atau luar negeri (pasal 1 ayat 3) Keterbukaan informasi memungkinkan adanya ketersediaan informasi bersandar pada beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut. a. Maximum access limited exemption (MALE) b. Permintaan tidak perlu disertai alasan c. Mekanisme yang sederhana, murah, dan cepat d. Informasi harus utuh dan benar e. Informasi proaktif f.
Perlindungan pejabat yang beritikad baik
2. Praktik Kecurangan dan Perilaku Korup
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuik memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan yang baik untuk publik.
4
Angkatan 22 Juara “
”
Pada umumnya fraud terjadi karena dua hal yg dapat terjadi secara bersamaan, yaitu: a.
Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud
b.
Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan istilah fraud. Keberhasilan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti
kecurangan dapat mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya dgn faktor-faktor penentu keberhasilan yang saling terkait, yaitu: a.
Komitmen dari top manajemen
b.
Membangun lingkungan yg kondusif
c.
Perekrutan dan promosi pegawai
d.
Pelatihan nilai-nilai organisasi dan standar-standar pelaksanaan
e.
Menciptakan saluran komunikasi yang efektif
f.
Penegakkan kedisiplinan
3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Setiap PNS harus memastikan bahwa: a.
Penggunaannya diatur sesuai dengan prosedur yang berlaku
b.
Penggunaannya dilakukan secara bertanggungjawab dan efisien
c.
Pemeliharaan fasilitas secara benar dan tanggungjawab
4. Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulaknserta dilaporkan harus
relevan,
reliable (dapat
dipercaya),
understandable (dapat
dimengerti) serta comparable (dapat dibandingkan). - Relevan: diartikan sebagai data dan informasi yang disediakan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi sebelumnya, saat ini dan akan datang. - Reliable: diartikan sebagai informasi dapat dipercaya atau tidak bias - Understandable: diartikan dapat disajikan dengan cara yg mudah dipahami pengguna bahkan orang awam sekalipun
5
Angkatan 22 Juara “
”
- Comparable: dapat digunakan oleh pengguna untuk dibandingkan dgn institusi lain yg sejenis.
5. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah situasi yang timbul dimana tugas publik dan kepentingan pribadi bertentangan.
Ada dua jenis umum konflik
kepentingan, yaitu sebagai berikut. a.
Keuangan Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dan, peralatan atau sumber daya aparatur) untuk keuntungan pribadi
b.
Nonkeuangan Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan atau orang lain.
I.4. MENJADI PNS YANG AKUNTABEL
Di dalam undang-undang no 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil Negara disebutkan bahwa penyelenggaraan kebijakan dan manajemen aparatur sipil Negara berdasarkan pada asas berikut ini. (1) Kepastian hukum
Profesionalitas
Proporsionalitas
Keterpaduan
Delegasi
Netralitas
Akuntabilitas
Efektif dan efisien
Keterbukaan
Non diskriminatif
Persatuan dan kesatuan
Keadilan dan kesetaraan
Kesejahteraan
6
Angkatan 22 Juara “
”
Aparatur sipil Negara sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut.
Nilai dasar
Kode etik dan kode perilaku
Komitmen, integritas moral dan tanggung jawab pada pelayanan publik
Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
Kualifikasi akademik
Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
Profesionalitas jabatan
Apa yang diharapkan dari seorang PNS yaitu perilaku individu sebagai berikut.
PNS bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang berlaku untuk perilaku mereka
PNS tidak mengganggu, menindas, atau melakukan diskriminasi terhadap rekan atau anggota masyarakat
Kebijakan kerja PNS, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif
PNS memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat penuh kesopanan, kejujuran, dan keadilan
PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan memberikan pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia
PNS melayani pemerintah setiap hari dengan tepat waktu
Perilaku berkaitan dengan transparasi dan akses informasi, s eperti yang dijabarkan berikut ini.
PNS tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain yang dipersyaratkan oleh hukum
PNS tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial untuk sendiri atau orang lain
PNS akan mematuhi persyaratan legislative, kebijakan setip instansi, dan semua arahan yang sah dan lainnya
Menghindari perilku yang curang dan koruptif PNS tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi.
PNS dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual atau potensial
7
Angkatan 22 Juara “
”
PNS dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk keuntungan pribadinya
PNS akan melaporkan setiap prilaku curang atau korup
PNS akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka
PNS akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku disektor publik
Prilaku terhadap penggunaan sumber daya Negara
PNS bertanggungjawab terhadap pengeluaran yang resmi
PNS menggunakan sumber daya yang dibiayai publik secara teliti dan efisien
PNS hanya menggunakan pengeluaran yang berhubungan dengan pekerjaan
PNS tidak menggunakan waktu kantor atau sumber da ya untuk pekerjaan parpol atau keuntungan proibadi
PNS mematuhi kebijakan dan pedoman dalam penggunaan setiap instansi komputasi dan komunikasi fasilitas
PNS berhati-hati untuk memastikan bahwa setiap perjalanan dinas yang dilakukan untuk tujuan resmi
PNS menggunakan kekayaan dan barang milik Negara s ecara bertanggung jawab
Perilaku berkaitan dengan penyimpanan dan penggunaan data serta informasi pemerintah
PNS bertindak dan mengambil keputusan secara transparan
PNS menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara
PNS memberikan informasi secara benar kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
PNS tidak menyalahgunakan informasi intern Negara tugas, status, kekuasaan dan jabatannya untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri atau untuk orang lain
Perilaku berkaitan dengan konflik kepentingan
PNS harus dapat memastikan kepentingan pribadi tidak bertentangan dengan kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas dengan ti dak memihak
8
Angkatan 22 Juara “
”
PNS dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis untuk mendapatkan
bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola konflik secara tepat
PNS dapat menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam menlaksanakan tugasnya
Bagaimana Mengambil Keputusan yang Akuntabel bagi PNS,sebuah keputusan yang akuntabel sangat penting dalam menjaga keprcayaan dan keyakinan dalam masyarakat dalam pekerjaan pemerintahan dalam prakteknya penempatan kepentingan umum berarti:
Memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias
Bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process
Akuntabel dan transparan
Mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik kepentingan.
9
Angkatan 22 Juara “
”
BAB II NASIONALISME
II.1.
NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN (SILA 1 DAN SILA 2)
Pemahaman nilai-nilai Pancasila pernting agar pemahaman tentang Nasionalisme dapat dipahami sebagai implementasi nilai-nilai dasar Pancasila. Penjelasan nilai Pancasila lebih baik dilakukan melalui bahan cerita, film ataupun kisah yang baik melalui pembagian kelompok. Beberapa materi yang dapat dipelajari diantaranya : 1.
Pemahaman dan Implementasi Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa bagi Aparatur SIpil Negara dalam Menjalankan Tugasnya. a. Sejarah Ketuhanan dalam Masyarakat Indonesia
Kepercayaan telah ada sejak zaman dahulu dengan animisme (percaya terhadap benda-benda gaib) dan dinamisme (percaya terhadap roh-roh halus) sebagai kepercayaan pertama. Kemudian berlanjut kepada kepercayaan terhadap dewa dewi lalu masuk beberapa agama yaitu dimulai dari agama Hindu dan Budha dari India, agama Islam dari pedagang Timur Tengah lalu agama Kristen dari Penjajah Eropa. Proses Sekulerisasi terlah berlangsung sejak jaman penjajahan Jepang di mana agama dan pemerintahan harus dipisah. b. Ketuhanan dalam Perumusan Pancasila
Banyak pengaruh keagamaan dalam pembentukan bangsa serta ada beberapa pandangan antara kedua golongan di mana golongan pertama menyerukan Negara Islam yang berasal dari tokoh lingkungan Islam dan golongan kedua yang menyerukan pemisahan negara dan agama yag berasal dari lingkungan pendidikan barat. Sehingga pada saat itu Soekarno yang netral membentuk panitia kecil yang bernama BPUPK atau biasa disebut panitia Sembilan, di mana terbentuk beberapa alinea ketiga dalam pembukaan UUD yaitu kata “Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorongkan keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas…” serta mencantumkan “Ketuhanan
10
Angkatan 22 Juara “
”
Yang Maha Esa” yang berada di sila Ketuhanan yang berarti bisa dia rtikan untuk menjaga kebebasan beragama. c. Perspektif Teoritis Nilai-nilai Ketuhanan dalam Kehidupan Bernegara
Modernisasi dan demokratis memerlukan prakondisi berupa adanya kompromi antara otoritas sekuler (kebangsaan) dan otoritas agama. Tidak benar adanya bahwa perlu ada sekulerasi (pemisahan) antara negara dan agama bagi negara modern dan demokratis. Kunci membangun negara modern dan demokratis bukan ada tidaknya pemisah antara agama dan negara antara lain dapat mengembangkan toleransi kembar (twin toleration) dalam onstruksi politik dimana Toleransi kembar adalah situasi ketika
institusi
agama
dan
mengembangkan toleransi
negara
menyadari
batas
otoritasnya
sesuai fungsinya masing-masing.
lalu
Nilai-nilai
ketuhanan yang dianut masyarakat berkaitan erat dengan kemajuan suatu bangsa. Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan, dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Implementasi nilai-nilai ketuhanan dlam kehidupan berdemokrasi menempatkan kekuasaan berada
di
bawah
Tuhan
dan
rakyat
sekaligus.
Nilai-nilai
ketuhanan
diimplementasikan dengan cara mengembangkan etika sosial di masyarakat. Sebagai contoh kisah nyata idealisme Brigadir Royadin yang menegakkan aturan tanpa pandang bulu. Sekalipun seorang Sultan jika melanggar aturan lalu lintas maka tetap ditilang oleh Brigadir Royadin.
2. Pemahaman Nilai-nilai Kemanusiaan dalam Masyarakat Indonesia a. Sejarah Nilai-nilai Kemanusiaan dalam Msyarakat Indonesia
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari komitmen kemanusiaan.
Sejarah interaksi nenek moyang kita dengan berbagai bangsa dan
peradaban dunia memberi andil dalam menumbuhkan nilai kekeluargaan antarbangsa atau yang disebut dengan perikemanusiaan. Pengaruh dari berbagai peradaban tersebut memberi stimulus bagi masyarakat Nusantara untuk memiliki kesadaran sebagai bagian dari peradaban bangsa-bangsa. Adanya pengaruh dari berbagai pemikiran dan gerakan
11
Angkatan 22 Juara “
”
internasional pada abad ke-20 membuat nasionalisme yang hendak dibangun oleh para perintis kemerdekaan sebagai nasionalisme yang terbuka, yang tidak bisa dilepaskan dari kemanusiaan universal dalam pergaulan antarbangsa. b. Kemanusiaan dalam Perumusan Pancasila
Dalam upacara pembukaan BPUPK (28 Mei 1945), Radjiman Wedioodiningrat selalu ketua menyampaikan pentingnya memuliakan nilai kegotongroyongan baik dalam kekeluargaan sesama bangsa Indonesia maupun dalam kekeluargaan antarbangsa. Kebangsaan Indonesia dan kemanusiaan atau internasionalisme menurut Soekarno saling melengkapi satu sama lain. Prinsip kemanusiaan dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. c. Perspektif Teoritis Nilai-nilai Kemanusiaan dalam Kehidupan Berbangsa
Keinginan untuk menentukan nasib bangsa sendiri membuat banyak negara yang baru merdeka memilih menganut system pemerintahan demokratis. Semangat demokrasi ini beriringan dengan meningkatnya kesadaran atas HAM Pasca PD II. Namun hal ini mendapat hambatan saat berlangsung Perang Dingin. Oleh karenanya Indonesia berusaha konsisten dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dalam pergaulan antarbangsa melalui politik luar negeri yang bebas aktif. Sementara itu sebagai negara yang baru merdeka, HAM belum bisa terealisasi di ranah praktis. Hal ini juga dialami oleh negara-negara lain yang baru merdeka sehingga menimbulkan dua pandangan tentang HAM, yaitu universalisme (HAM bersifat universal), dan partikularisme (HAM disesuaikan dengan kondisi masyarakat). Globalisasi mendorong penegakan HAM yang universal dan bukan particular semata. Namun pada sisi lain, globalisasi menimbulkan neoliberalisme yang menimbulkan efek negatif yang menyulitkan penegakan HAM universal bagi negara Dunia Ketiga. Dengan demikian sebenaarnya perlu ada keseimbangan antara agenda kebangsaan dan agenda internasional. d. Implementasi Nilai-nilai Kemanusiaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Embrio kebangsaan Indonesia berasal dari pandangan kemanusiaan universal yang disumbangkan dari berbagai interaksi peradaban dunia. Kemerdekaan Indonesia merupakan ungkapan kepada dunia bahwa dunia harus dibangun berdasarkan
12
Angkatan 22 Juara “
” ”
kesederajatan antarbangsa dan egalitarianism antarumat manusia. Dengan demikian nasionalisme tidak bisa lepas dari semangat kemanusiaan. Dalam era globalisasi pemerintahan yang dibangun harus memperhatikan prinsip kemanusiaan dan keadilan dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri dan pemerintahan global atau dunia. Perpaduan prinsip sila pertama dan kedua Pancasila menuntut pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang mulia. Dengan demikian berbagai tindakan dan perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku aparatur negara. Contoh implementasi nilai kemanusiaan misalnya dalam kisah nyata Otto Iskadardinata yang berani memprotes pemerintah kolonial yang berlaku tidak manusiawi pada rakyat di Karesidenan Pekalongan pada awal Abad XX sehingga rakyat bisa mendapatkan hak-haknya kembali. Otto juga kerap menyuarakan keberpihakannya pada rakyat kecil saat duduk sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat) pada 1930-1941. Selain itu ada pula teladan dari Yap Thiam Hien yang menegakkan HAM tanpa pandang bulu.Ia tidak membela anaknya yang bersalah dan bersedia membela orang-orang yang dicap PKI meskipun ia sendiri sebenarnya anti komunis. Teladan tentang implementasi nilai kemanusiaan juga ditunjukkan oleh Andi Rabiah atau yang lebih popular dengan nama Suster Apung. Ia mendedikasikan diri bagi orang-orang yang tidak tersentuh oleh layanan kesehatan pemerintah. Ia rela berbagi dan berkorban dalam mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan.
II.2.
NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN (SILA 3 SAMPAI DENGAN SILA 5)
Indonesia terletak sangat strategis karena berada pada posisi titik persilangan antar benua, dan antar samudera. sa mudera. Indonesia memiliki total t otal luas laut la ut 7.9 km2. Dari tot tersebut 2,9 juta km2 masuk dalam perairan ZEE. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk secara paripurna karena kemajemukan cultural, agama, social dan territorial yang mampu menyatu dalam komunitas kebangsaan Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan sebuah prasayarat tertentu untuk tetap mempertahankan Persatuan Indonesia ditengah pluralitas nilai dan kepentingan. Untuk melihat nilai-nilai sila Persatuan Indonesia dalam kebhinekaan maka ada titiga fase yang perlu dilalui yaitu 1)masa purba, 2) masa
13
Angkatan 22 Juara “
” ”
pra sejarah nusantara, 3) masa sejarah nusantara. Pada fase purba ditandai dengan ditemukannya fosil manusia purba Pithecantropus Erectus di lembah Bengawan Solo yang diyakini sebagai salah satu jenis manusia tertua tert ua di dunia dan pernah hidup 500.000 tahun yang lalu. Pada fase pra sejarah nusantara, dataran sunda sebagai tempat awal persemaian manusia jenis Homo Sapiens, memiliki sumber daya alam yang sangat besar, ilklim yang moderat dan tempat perlintasan manusia purba, menjadikan lokasi ini sebagai awal persemaian peradaban manusia. Manusia dikawasan ini memelopori pertanian, peternakan, pengembangan bahasa, termasuk kemampuan untuk membuat perahu. Pada fase zaman sejarah seja rah nusantara, ditandai dengan munculnya prasasti -prasasti berhuruf pallawa yang bersamaan dengan kehadiran kerajaan-kerajaan asli nusantara, sekitar abad ke-5 Masehi. Tumbuhnya Kesadaran Nasionalisme Nasionalisme Purba dan Nasionalisme Tua
Ada dua perbedaan utama dalam melihat tumbuhnya kesadaran nasionalisme di Indonesia. Pertama ; kesadaran Nasionalisme Purba (Archaic Nationalism), dan kedua ; Nasionalisme Tua (Proto-Nationalism). Nasionalisme purba muncul dalam masyarakat yang masih sederhana, dimana kesadaran tersebut mengikuti struktur kesempatan politik yang dimungkinkan oleh rezim kolonialisme, perkembangan sarana komunikasi, kapasitas agen dan jaringan social. Bentuk kesadaran nasionalisme purba lebih bersifat lokalitas. Kesadaran Nasionalisme Purba juga didukung oleh komunitas keagamaan. Hal ini disebabkan pada saat itu masih belum muncul asosiasi asosiasi / lembaga modern yang yang lebih terbuka sebagai ruang pubic untuk mengartikulasikan aspirasi politiknya secara bersamaan. Disisi lain, masyarakat membutuhkan panduan moral dalam kehidupan publik dan bisa dipenuhi oleh jaringan komunitas keagamaan. Adapun nasionalisme Tua (Proto-Nationalism) dilandasi oleh kemunculan gerakan-gerakan social yang lebih terorganisir. Meski terdapat heterogenitas dan konflik diantara kelompok-kelompok tersebut, tapi ada dua factor yang bisa menjadi pemersatu yaitu adanya agenda bersama yang menjadi titik temu dalam agenda publik yang berpusat pada isu kemajuan, kesejahteraan umum dan pentingnya persatuan nasional. Kedua adanya afiliasi (keanggotaan) ganda yang berfungsi sebagai jembatan diantara perhimpunan perhimpunan.
14
Angkatan 22 Juara “
” ”
Nasionalisme Indonesia : Perspektif Teoritis
Bangsa beroperasi atas prinsip kedekatan dan keakraban, sedangkan Negara berdasarkan pada prinsip kesamaan dan kesetaraan didepan hukum dan keadilan. Konsepsi kebangsaan Indonesia mengandung unsure cultural nationalism yaitu adanya semangat untuk mempertahankan warisan historis tradisi kekuasaan dan kebudayaan sebelumnya sebagai kemajemukan etnis, budaya dan agama. Ada tiga aliran besar dalam memandang masalah kebangsaan-kebangsaan yaitu aliran modernis, aliran primordalis dan aliran perenialis. Perspektif modernis sangat menekankan semangat kebaruan (novelty) dari bangsa, serta munculnya sebagai hasil bentuk organisasi modern. Perspektif primordialis menekankan bahwa bangsa merupakan sebuah pemberian historis yang terus hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini. Sedangkan perspektif perenialis menekankan bahwa bangsa bisa ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Implementasi
Nilai
Persatuan
Indonesia
Dalam
Membangun
Semangat
Nasionalisme
Menurut Soekarno, semangat kebangsaan mengakui manusia dalam keragaman, dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan Bangsa Indonesia terjadi karena dia memiliki satu nyawa, nyawa, satu asa akal yang tumbuh tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang yang menjalani satu kesatuan riwayat yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah wila yah geopolitik nyata. Menurut Soekarno, demokrasi permusyawaratan mempunyai 2 fungsi. Fungsi pertama, badan permusyawaratan bisa menjadi ajang memperjuangkan aspirasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Setiap golongan dalam masyarakat bisa berjuang untuk masuk dalam anggota badan permusyawaratan sehingga bisa menyampaikan aspirasi golongannya. golongannya.
Fungsi kedua, semangat permusyawaratan permusyawaratan bisa bisa menguatkan menguatkan
negara persatuan, bukan negara untuk satu golongan atau perorangan.
15
Angkatan 22 Juara “
”
Perspektif Teoritis Nilai-nilai Permusyawaratan dalam Kehidupan Beragama
Ada setidaknya prasyarat dalam pemerintahan yang demokratis, yakni 1) kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah, 2) kekuasaan itu harus dibatasi, dan 3) pemerintah harus berdaulat, artinya harus cukup kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif dan efisien. Dalam wacana demokrasi, terdapat dua model demokrasi, yakni majoritarian democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan suara mayoritas) dan consensus democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan konsensus). demokrasi konsensus berupa demokrasi permusyawaratan merupakan pilihan yang bisa membawa kemashlahatan bagi bangsa Indonesia. Maka dalam pengambilan keputusan, yang lebih diutamakan bukan voting, tetapi musyawarah bersama dengan prosedur pengambilan keputusan yang terbuka. Implementasi nilai-nilai permusyawaratan dalam kehidupan sehari-hari
Demokrasi yang diterapkan di Indonesia mempunyai corak nasional yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Sehingga tidak perlu sama atau identik dengan demokrasi yang di jalankan oleh Negara-negara lain di dunia. Ciri-iri demokrasi di Indonesia sebagai mana terrmaktub dalam sila ke 4 pancasila yakni kerakyatan (kedaulatan rakyat), dan hikmat-kebijaksanaan, demokrasi yang berciri kerakyatan berarti adanya penghormatan terhadap suara rakyat, rakyat berperan dan berpengaruh besar dalam proses pengambilan
keputusan
yang
dilakukan
oleh
pemerintah.
Sementara
ciri
permusyawaratan bermakna bahwa Negara menghendaki persatuan di atas kepentingan peresorangan dan golongan. Untuk itu dalam segala pengambilan keputusan lebih diutamakan diambil dengan cara musyawarah mufakat. Pemahaman dan implementasi nilai-nilai keadilan social bagi aparatur sipil Negara (ASN) dalam menjalankan tugasnya.
a. Perspektif historis Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagiaan yang terus berkobar ratusan tahun lamanya didalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Impian tersebut termaktub dalam ungkapan “Gemah Ripah Loh Jinawe, Tata Tentrem Karta raharja.
16
Angkatan 22 Juara “
”
Akar kemakmuran Indonesia bias dilacak mulai zaman pra sejarah, dimana seelum zaman es berakhir, dataran sunda yang menyatukan jawa, Sumatra, hingga Kalimantan dengan kawasan asia tenggara, merupakan pusat kehidupan dan peradaban dunia. Selanjutnya pada perkembangan perekonomian Indonesia zaman pra modern atau abad ke-18 masehi, memperlihatkan bahwa sungai dan lautan sebagai factor penting yang menunjukkkan hubungan erat perdangan maritim, namun perkembangan ekonomi ini mengalami gangguan setelah kedatangan kekuatan dari luar (Eropa) pada masa kolonialisme, selanjutnya pada abad 16 secara berturut-turut para penjajah dari Negara eropa seperti belanda, inggris, Denmark dan prancis untuk mengeruk keuntungan ekonomi dan perdagangan. Dengan adanya gangguan ini membawa dampak buruk terhadap perekonomian rakyat Indonesia. Serbuan kapitalsime imperialisme juga merobohkan dan merusak tatanan persekutuan social yang ada tanpa menghidupkan tatanan social baru. Selain itu kolonialsime juga melahirkan dualisme ekonomi antara ekonomi modern yang bertumpu pada perkebunan modern dengan pusatnya di jawa dan Sumatra yang dikuasai oleh Negara penjajah, dengan ekonomi tradisional yang dukuasai oleh rakyat. Hal inilah yang kemudian memicu munculnya perkumpulan untuk memperjuangkn perbaikan dan keailan ekonomi diantaranya, sarikat dagang islam (SDI) pada 1905, Baji Minahasa di Makassar, dan berbagai perkumpulan lainnya yang bertujauan untuk memajukan kesejahteraan, pendidikan dan solidaritas pribumi.
b. Perspektif teoritis Ada tiga pendekatan teoritik dalam melihat gagasan keadilan social dan kesejahteraan rakyat, yaitu: 1. Pendekatan keadilan ekonomi pra merkantiis 2. Pendekatankeadilan ekonomi merkantilis 3. Pendekatan keadilan ekonomi pasca merkantilis Pendekatan merkantilis menekankan pentingnya regulasi Negara atas perdagangan. Pada era pra merkantilis, tantangan keadilan ekonomi terjadi ketika ada ketimpangan dalam system produksi dan distribusi yang merasuki dan dilegetimasikan oleh system social politik yang ada. Pemikiran keadilan ekonomi merakntilis pada dasarnya tidak beranjak jauh dari tradisi pemikiran sebelumnya dimana Negara harus
17
Angkatan 22 Juara “
”
mengatur, kalau bukan membatasi perdagangan internasional. Doktrin ini berkembag dengan dukungan para filusuf yang memperkenalkan hokum alam sebagai justifikasi dalam membenarkan hokum perdagangan bebas. Ada dua factor lingkungan ekonomi internasional yang membentuk pemikiran merkantilisme kontenporer yaitu ekspansi cepat perdagangan dunia, dan eksplorasi seberang laut, serta bankitya Negara bangsa sebagai entitas politik. Adapun pemikiran keadilan ekonomi pasca merkantilis, merupakan kritik atas berkembangya
pemikiran
ekonomi
merkantilis
yang
lebih
mengedepankan
liberalisasi perdagangan dan mengurangi peran Negara.
Membumikan Keadilan Sosial dalam kerangka Pancasila.
Dalam rangka mewujudkan keadilan social, para pendiri bangs menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan. Untuk itulah diperlukan dua syarat yaitu adanya emansipasi dan partisipasi bidang politik, yang sejalan dengan emasipasi dan partisipasi bidang ekonomi. Kedua partsiipasi inilah yang oleh sukarno seringkali disebut dengan istilah sosio Demokrasi. Komitmen keadilan dalam alam pikiran pancasila memilikidimensi sangat luas. Perang Negara dalam mewujudkan rasa keadilan social, setidaknya ada dalam empat kerangka, Yakni: 1. Perwujudan relasi yang adil disemua tigkat system kemasyarakatan 2. Pengembangan struktur yang menyediakan ksetaraan kesempatan 3. Proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang diperlukan 4. Dukungan atas partisipasi bermakana atas pengambilan keputusan bagi semua orang.
18
Angkatan 22 Juara “
II.3.
”
ASN SEBAGAI PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK
Nasionalisme dan wawasan kebangsaan sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Dan mengaktualisasikannya dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal lebih penting. 1. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
Berdasarkannpasal 10 UU No 5 tahun 2014, tentang aparatur sipil Negara, salah satu fungsinya ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik. Berdasarkan hal tersebut di atas, ASN adalah aparat pelaksana (eksekutor) yang melaksanakan peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik diberbagai bidang dan sector pemerintah. Kebijakan publik menurut Anderson (1975) adalah pemegang otoritas. Implikasinya adalah: a. Lebih berorientasi pada tujuan b. Pola tindakan yang dilakukan pemerintah c. Sebagai respon atas tuntutan kebijakan d. Bersifat positif dan negative. Respon melaksanakan merupakan respon positif. Respon menghindari/ tidak melakukan merupakan respon negative Menurut Tachjan, ada 3 kegiatan pokok terkait kebijakan publik: a. Perumusan kebijakan b. Implementasi kebijakan c. Pengawasan dan penilaian hasil kerja
2. ASN yang berorientasi pada kepentingan publik
UU ASN No 5 tahun 2014 memberikan jaminan pada aparatur sipil atau birokrat bebas dari intervensi politik, bebas intervensi atasan. Ciri-ciri pelayanan publik yang mementingkan kepentingan publik adalah lebih mengutamakan apa yang diinginkan masyarakat dan pada hal tertentu pemerintah juga berperan untuk memperolah masukan dari masyarakat. Dimensi kualitas pelayanan: a. ketepatan waktu pelayanan, b. akurasi pelayanan,
19
Angkatan 22 Juara “
c.
kesopanan,
d. tanggung jawab, e. kelengkapan f. kemudahan g. variasi model h. pelayanan pribadi i.
kenyamanan
j.
dan atribut pendukung lainnya
Empat ciri utama birokrasi a. adanya suatu struktur hierarkis yang melibatkan pendelegasian wewenang dari atas ke bawah b. jabatan masing-masing memiliki tanggung jawab yang tegas c. regulasi-regulasi yang mengatur tata kerja organisasi dan tingkah laku para anggota d. personil yang secara teknis memenuhi syarat yang dipekerjakan atas dasar karir, dengan promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan Menurut LAN (2003) terdapat 2 paradigma pela yanan publik: 1. Berorientasi pada pengelola pelayanan 2. Berorientasi pada kepuasan pengguna layanan
Penyebab kegagalan dalam melaksanakan orientasi pelayanan publik: a. Kuatnya komitmen budya politik bernuansa sempit b. Kurangnya tenaga terlatih dan terampil c. Kurngnya sumber dana d. Adanya sikap enggan melakukan delegasi wewenang e. Kurang insfrastruktur teknologi dan fisik yang menunjang
3. ASN berintegrasi tinggi
Berdasar UU No 5 Tahun 2014 Tentang ASN ada 12 kode etik dan kode perilaku ASN:
20
”
Angkatan 22 Juara “
”
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab dan berintegritas tinggi b. Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin c. Melayani dengan sikap hormat sopan dan tanpa tekanan d. Melaksanakan tugas sesuai peraturan e. Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan yang berwenang f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab efektif an efisien h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan i.
Member informasi secara benar dan tidak menyesatkan terkait kepentingan kedinasan
j.
Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara tugas, kekuasaan, dan jabatannya untuk kepentingan sendiri atau orang lain
k. Memegang teguh nilai dasar dan menjaga reputasi dan integritas ASN l.
Melaksanakan ketentuan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN
Integritas asdalah mutu sifat keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Orang yang memiliki integritas memiliki kemampuan: a. Mempertahankan keyakinan secara terbuka dan berani b. Mendengarkan kata hati dan menjalani prinsip-prinsip hidup c. Bertindak secara terhormat dan benar d. Terus membangun dan menjag reputasi baik
4. Implementasi ASN sebagai pelaksanan kebijakan publik
ASN harus memperhatikan prinsip penting sebagai pelaksana kebijakan publik, yaitu:
21
Angkatan 22 Juara “
”
a. ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam mengimplementasikan kebijakan publik b. ASN
harus
mengutamakan
pelayanan
yang
berorientasi
pada
kepentingan publik c. ASN harus berintegritas tinggi dalam menjalankan tugasnya Contoh pengalaman ASN sebagai pelaksana kebijakan publik (lihat di panduan hal 163-173), diantaranya adalah: a. Pengalaman PPRBM Solo tentang Advokasi kebijakan daerah perspektif difabel b. Strategi penataan PKL di Bandung c. Inovasi membangun sector pendidikan di Kabupaten Bantaeng
II.4.
ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK
Untuk menjaga agar pelayanan publik
dan pelayanan fungsi pemerintahan dan
pembangunan berjalan kontinu dan relative stabil, perlu dibangun Apatur Sipil Negara (ASN) yang profesional
dan independen dari struktur pemerintahan negara. Untuk
menciptakan ASN tersebut perlu diadakan penyesuaian dalam format ASN dengan memisahkan secara tegas antara jabatan politik pada tiga cabang pemerintahan dengan jabatan ASN yang harus netral dari intervensi politik. Persoalannya
adalah
rendahnya
kapasitas
kelembagaan,
aparatur
negara
yag
menyebabkan Indonesia belum mampu mencapai prestasi yang lebih baik dalam pembangunan tata kepemerintahan , pelayanan publik dan pengentasan kemiskinan. Meskipun kemajuan telah banyak dicapai dalam upaya meningkatkan kualitas pelayan publik , disadari bahwa pemerintah belum dapat menyediakan kualitas pelayanan publik sesuai tantangan yg dihadapai, yaitu perkembangan kebutuhan masyarakt yang semakin maju dan persaingan global yang semakin ketat. Rendahya kuaitas pelayanan publik disebabkan beberapa hal: 1) Sebagian besar birokrat kita masih belum menempatkan masyarakat sebagai pemilik kedaulatan yang harus dipenuhi haknya 2) Manajemen pelayanan publik masih perlu pembenahan
22
Angkatan 22 Juara “
3) Sebagian besar
”
pelayanan publik belum menerapkan standar pelayanan
minimal, yang secara jelas dan transparan memberitahukan hak dan kewajiban masyarakat sebagai penerima layanan publik.
ASN Profesional
Seorang yang bekerja secara pofesional dapat dipahami sebagai sekerja seseorang yang bekerja sesuai protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalani secara sungguhsunguh sesuai keahlian khususnya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Profesionalisme dipahami sebagai suatu komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Alasan mengapa pegawai ASN bekerja secara profesional
tidak lain adalah untuk megatasi sifat kecenderungan
birokrasi yang dapat mengalami kemunduran dalam pelayanan publik. Menurut Islami (2001) ada 5 aspek penting yang harus diperhatikan untuk melakukan reformasi birokrasi dalam rangka mendorong agar pegawai ASN dapat bekerja secara profesional mewujudkan birokrasi yang berorientasi pada pelayanan publik untuk kepentingan publik: 1) Adanya tuntutan dari masyarakat untuk menerapkan prinsip good governance. 2) Adanya kritik dari masyarakat bahwa kualitas pelayanan publik semakin menurun 3) adanya tuntutan bahwa aparat pemerintah seharusnya lebih memiliki sense of crisis sehingga memahami apa yangharus dilakukan dalam situasi krisis. 4)Aparat
pemerintah
dituntut
dapat
bekerja
secara
profesional
dengan
mengedepankan prinsip publik accountability dan responsibility 5) Masyarakat sebagai pihak yang dilayani menuntut agar pemerintah lebih memperhatikan aspirasi mereka
ASN yang Melayani Publik
3 poin yang harus diperhatikan dalam pelayanan publik yaitu : 1) Tugas pelayanan merupakan suatu kewajiban yangharus dilaksanakan oleh aparat pemerintah 2) Yang menjadi objek layanan adalah masyarakat atau publik. 3) Bentuk layanan yang diberikan dapa berupa barang dan jasa sesuai kebutuhan masyarakat dan perundang-undangan yang berlaku.
23
Angkatan 22 Juara “
”
Tujuan Penyelenggaraan Pelayanan publik: 1) Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak , tanggungjawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik. 2) Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik. 3) Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai peraturan perundangundangan. 4) Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
ASN Berintegritas Tinggi
Dua belas kode etik dan kode perilaku ASN menurut pasal 5 UU ASN: 1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab dan berintegritas tinggi 2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin 3) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan. 4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan 5) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan etika pemerintahan 6) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara 7) Meggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efeketif dan efisisen 8) Menjaga agar tidak terjadi konflik kpeentingan dalam melaksanak tugasnya 9) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan 10) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapatkan atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
24
Angkatan 22 Juara “
”
11) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN. 12) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.
II.5.
ASN SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA
ASN merupakan aparatur negara yang tidak hanya memberikan pelayanan publik tapi juga menjadi kepanjangan tangan negara dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Mindset yang harus dibangun ASN adalah mental nasional bukan kedaerahan . ASN harus memiliki pengetahuan tentang historisitas tentang keIndonesian sejak awal Indonesia berdiri. ASN sebagai Pemersatu Bangsa
Dalam UU no 5 tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait sumpah dan janji ketika diangkat menjadi PNS, di sana dinyatakan bahwa PNS akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD’45, negara dan pemerintahan. PNS juga senantiasa menjunjung tinggi martabat PNS serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. ASN Menjaga Kondisi Damai
Peran PNS /ASN dalam menciptakan kondisi damai: 1) PNS sebagai aparatur negara harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil berarti PNS dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus objektif, jujur, dan transparan. 2) Sikap netral dan adil harus diperlihatkan oleh PNS dalam event politik 5 tahunan, yaitu PEMILU dan PILKADA. 3) PNS harus bisa mengayomi kepentingan kelompok-kelompok minoritas dengan tidak
membuat
kebijakan,
peraturan
kelompok tersebut.
25
yang
mendiskriminasi
keberadaan
Angkatan 22 Juara “
”
4) PNS sebagi figur terakhir dan teladan di lingkungan masyarakatnya. PNS juga harus menjadi tokoh dan panutan masyarakat.
26
Angkatan 22 Juara “
”
BAB III ETIKA PUBLIK III.1. KODE ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK
Pengertian Etika
Weihrich dan Koontz (2005: 46)
The discipline dealing with what is good and bad and moral duty and obligation
Azyumardi Azra (2012)
Karakter atau etos individu/kelompok berdasarkan nilainilai dan norma luhur
Catalano (1991)
Sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup caracara dalam pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut
Pengertian kode etik
Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus berbentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Sedangkan kode et ik profesi adalah suatu aturan yang mengatur etika dalam kelompok di masyarakat melalui ketentuan-ketentuan yang dipegang teguh masyarakatnya. Nilai-nilai etika publik 1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi pancasila 2. Setia dan mempertahankan UUD NKRI 1945 3. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak 4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian 5. Menciptakan lingkungan kerja non diskriminatif 6. Memelihara dan Menjunjung tinggi standar etika luhur 7. Mempertanggungjawabkan tindakan pada dan kinerja pada publik 8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan pemerintah 9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun.
27
Angkatan 22 Juara “
”
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi 11. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama 12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai 13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan 14. Meningkatkan efektifitas system pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat system karir.
Dimensi Etika Publik
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Menekankan pada aspek nilai dan norma, prinsip moral, sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan public
Mengarahkan analisis politik social budaya dalam perspektif pencarian sistematik bentuk pelayanan public dengan memperhitungkan interaksi antara nilai-nilai masyarakat dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga publik.
2. Dimensi Modalitas Pada prinsipnya unsur modalitas etika public ada tiga:
Akuntabilitas yakni pertanggungjawaban pemerintah secara moral, hukum, dan politik atas kebijakan dan tindakannya kepada rakyat. Dalam akuntabilitas ada tiga aspek, yakni: tekanan akuntabilitas pada pertanggungjawaban
kekuasaan
melalui
keterbukaan
pemerintah;
memahami akuntabilitas sebagai tanggung jawab sehingga tekanan lebih pada sisi hukum, ganti rugi dan organisasi; tekanan lebih banyak pada hak warga Negara untuk mengambil bagian dalam kebijakan publik.
Transparansi yakni pemerintah harus mempertanggungjawabkan dengan cara
memberikan
informasi
atau
laporan
terbuka
terhadap
legislator,auditor, publik dan dipublikasikan.
Netralitas mengandung arti baik pemerintah maupun pihak yang terlibat agar dapat mengawasi sehingga tidak terjadi penyimpangan maupun peluang korupsi. Hal ini dapat terjadi jika pengetahuan dan kompetensi
28
Angkatan 22 Juara “
”
dalam masalah pengadaan barang dan jasa sudah dimiliki oleh pejabat yang berperan.
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik Dalam arti sempit, hal ini berarti tidak melakukan korupsi/kecurangan. Dalam arti luas, tindakan sesuai dengan nilai, tujuan dan kewajiban untuk memecahkan dilema moral yang tercermin dalam kesederhanaan hidup.
Perilaku Pejabat Publik
PERUBAHAN “ MINDSET” : 1. Berubah dari penguasa menjadi pelayan 2. Merubah dari “wewenang” menjadi “peranan” 3. Menyadari
bahwa
jabatan
publik
adalah
amanah
yang
harus
dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat
GOOD GOVERNAN CE
Good :
nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak/keinginan masyarakat dalam
mencapai
tujuan
nasional,
kemandirian,
pembangunan
berkelanjutan dan keadilan sosial.
Aspek-aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan
Governance: Menurut UNDP, “ governance is the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a country’s affairs at all levels of society ”
29
Angkatan 22 Juara “
”
III.2. BENTUK-BENTUK KODE ETIK DAN IMPLIKASINYA
- Kompetensii dasar yang harus dikuasai: 1. Pemahaman tentang pentingnyaa etika dalam pelayanan public 2. Pemahaman tentang penggunaan kekuasaan legitimasi kebijakan 3. Pemahaman tentang konflik kepentingan 4. Pemahana tentang sumber-sumber kode etik bagi ASN 5. Pemahaman tentang implikasi kode etik dalam pelayanan public
Ada dua perkembangan mengenai kode etik yang perlu diperhatikan
1. Sumber-sumber yang berlaku bagi ASN 2. Peraturan baru mengenai ASN tertuang dalam undang-undang nomor 5 tahun 2014
Pentingnya etika dalam urusan public
1. System sanksi : Tidak selalu bersifat paksaan. Pembebanan sanksi kepada pelanggar norma berasal dari kesadaran internal, sanksi social atau kesepakatan bersama. 2. Norma etika sangat menentukan rumusan kebijakan maupun pola tindakan dalam organisasi public. 3. Kode etik : Rumusan eksplisit tentang kaidah atau norma yang harus ditaati secara sukarela oleh pegawai di dalam organisasi public yang merupakan kesepakatan sebuah kelompok social
penunjang
pencapaian tujuan organisasi.
Fungsi pejabat public :
1. Sebagai aparat pemerintah
wajib
menaati prosedur tata kerja dan peraturan-
peraturan pemerintah 2. Sebagai pelaksana kepentingan umum
wajib mengutamakan aspirasi
masyarakat 3. Sebagai manusia yang bermoral
bertindak dan berprilaku
30
memperhatikan nilai-nilai etis dalam
Angkatan 22 Juara “
”
Dua kewaspadaan yang harus dimiliki oleh pegawai pemerintah :
1. Kewaspadaan professional
menaati
kaidah teknis dan peraturan yang terkait
dengan kedudukannya menerapkan
2. Kewaspadaan spiritual
nilai-nilai kearifan, kejujuran, keuletan,
sikap sederhana dan hemat tanggung jawab serta akhlak dan perilaku yang baik
Legitimasi kebijakan 1. Asas etika public : Setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika dan norma hukum
tanggung jawab sesuai dengan
lingkupnya 2. Legitimasi religious a. Legitimasi kekuasaan b. Legitimasi sosiologi
Legitimasi religious
system
ketidakpuasaan
menimbulkan
legitimasi kekuasaan monarki
legitimasi
kekuasaan
sosiologis
(system
absolut negara
demokratis)
Legitimasi etis : kesesuaian antara kekuasaan dengan norma moral
kekuasaan
yang memiliki legitimasi terkuat adalah yang memenuhi landasan legitimasi etis dengan tiga alasan : 1) Memiliki basis yang kuat bagi perilaku manusia, 2) berada disetiap tatanan normative dalam perilaku manusia, 3) Tidak berdasar pada pandangan moral dalam masyarakat tidak dibatasi ruang dan waktu
Konflik kepentingan : tercampurnya kepentingan peribadi dengan kepentingan organisasi akibatnya pencapaian tujuan kurang optimal
Pengaruh buruk konflik kepentingan 1. Aji mumpung
memanfaatkan
kedudukan politis untuk kepentingan
sempit dan nepotisme 2. Menerima dan memberi suap 3. Menyalahgunakan pengaruh pribadi untuk kepentingan karir atau bisnis 4. Pemanfaatan fasilitas lembaga untuk kepentingan pribadi 5. Memanfaatkan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi 6. Loyalitas ganda
menggunakan
infestasi pribadi
31
kedudukan dalam pemerintahan untuk
Angkatan 22 Juara “
”
Tindakan yang harus dihindari yang termasuk dalam kategori konflik kepentingan (paul doughlas 1993 hal : 61) 1. Melaksanakan transaksi bisnis pribadi dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan 2. Menerima hadiah dari swasta saat melaksanakan jabatan kedinasan 3. Membicarakan peluang kerja diluar instansi pemerintah 4. Membocorkan informasi komersial yang bersifat rahasia kepada pihak yang tidak berhak 5. Berurusan terlalu erat dengan orang diluar instansi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok jabatan
Sumber-sumber kode etik ASN 1. Sembilan asas sumber kode etik administrasi public (American society for public administration, 1981) : 1) Pelayanan kepada masyarakat adalah diatas pelayanan kepada diri sendiri 2) Rakyat
adalah
berdaulat,
bekerja
dalam
lembaga
pemerintahan,
bertanggung jawab kepada rakyat 3) Hukum mengatur semua tindakan lembaga pemerintah 4) Manajemen yang efesien dan efektif adalah dasar bagi administrasi public 5) System penilaian kemampuan kesempatan yang sama dan asas itikad baik didukung dijalankan dan dikembangkan 6) Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat 7) Pelayanan kepada masyarakat dengan ciri-ciri keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi dan kasih saying 8) Hati nurani adalah penting memilih arah tindakan 9) Administrator Negara tidak hanya mencegah hal yang salah tetapi juga mengusahakan hal yang benar 2. Sumber kode etik dalam system administrsi public RI 1) PP nomor 11 tahun 1959 tentang sumpah jabatan PNS dan anggota angkatan perang
Sumpah jabatan berlaku bagi PNS dan anggota TNI
32
Angkatan 22 Juara “
”
2) PP nomor 21 tahun 1975 tentang sumpah janji PNS 3) PP nomor 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin PNS
Dua puluh enam kewajiban dan 18 larangan bagi setiap PNS
Adanya hukuman disiplin dan badan pertimbangan kepegawaian
4) PP nomor 42 tahun 2004 tentang pembinaan jiwa korps dan kode etik PNS
Adanya rumusan sapta prasetya korpri
5) PP nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS
Tujuan : mewujudkan ONS yang handal professional dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan dengan prinsip pemerintahan yang baik
Adanya 17 kewajiban (pasal 3 dan 15 larangan pasal 4)
Adanya tingkat dan jenis hukuman disiplin : ringan, sedang dan berat
PP pertama yang menerapkan bahwa seorang PNS bias dikenai hukuman jika kinerjanya kurang memadai
Pegawai yang memperoleh ancaman tindakan disiplin berhak membela diri melakukan klarifikasi dan mengajukan bandung
6) UU nomor 5 tahun 2014 tentang ASN
Kode etik yang paling kuat saat ini
Adanya ketentuan disiplin dan system sanksi bagi PNS jika melanggar hukum, menyalahgunakan wewenang dan terlibat dalam konflik kepentingan
Adanya aturan hak-hak pegawai dalam bentuk remunerasi dengan system penilaian kinerja yang lebih jelas
Implikasi kode etik dalam pelayanan public
Kode etik merumuskan nilai etis dalam tugas pelayanan public
Kode etik merupakan pedoman eksplisit
Pelaksanaan kode etik tergantung pada niat baik dan moral pegawai tersebut
33
Angkatan 22 Juara “
”
Sosialisasi sumber kode etik serta penyadarannya perlu dilakukan secara berkesinambungan dalam setiap kepegawaian untuk melengkapi aspek kognisi dan profesionalisme .
ANALISA KASUS
Pemanfaatan sumberdaya publik contohnya menggunakan mobil dinas untuk mudik hari raya idul fitri.
Gratifikasi, contohnya pemberian hadiah atau cenderamata kepada pejabat publik,
Nepotisme saat penerimaan tenaga honorer menjadi CPNS. Kontroversi hukum, contohnya: kasus pelantikan walikota yang telah ditetapkan menjadi terdakwa kasus korupsi dan seorang terpidana korupsi menjabat kembali.
34
Angkatan 22 Juara “
”
BAB IV KOMITMEN MUTU
IV.1. EFEKTIFITAS,
EFISIENSI,
INOVASI
DAN
MUTU
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH IV.1.1.
KONSEP EFEKTIVITAS, EFISIENSI, INOVASI DAN MUTU
a. Konsep Efektivitas dan Efisiensi
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) sudah menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Terutama di kalangan profesi pegawai negeri sipil. Bidang apa pun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil, semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada publik. Namjun dalam kenyataanya serinhkali kedua aspek teresebut terlupakan, atau bahkan diabaikan. Adanya pejabat yang korupsi, program kerja yang tidak tuntas, target kinerja yang tidak tercapai, perilaku tidak jujur, pegawai yang mangkir, datang terlambat tetapi pulang lebih awal merupakan bukti adanya ketida-kefektifan dan ketidak-efisienan. Definisi Efektivitas menurut Richard L. Draft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8) Efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh pelanggan. Efektivitas menunjukan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantiatas, ketepatan waktu, dan alokasi sumberdaya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan/publik. Definisi Efisiensi menurut Richard L. Draft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8) yakni: Efisiensi Organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasional. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu. Efisisisnsi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
35
Angkatan 22 Juara “
”
Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang keluar alur. Jadi karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat dari caoaian jumlah maupun mutu hasil kinerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam meyelesaikan kegiatan. Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien antara lain: penghemata, ketercapaian target secara tepat sesuai dengan yang direncanakan, pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat serta terciptanya kepuasan semua pihak: pimpinan, pelanggan, masyarakat, dan pegawai itu sendiri. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang tidak efektif dan tidak efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan banyak pihak, menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat, bahkan akan menimbulkan kerugian secara finansial.
b. Konsep Inovasi
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasiuntuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Menurut Richard L. Daft: Inovasi baarang dan jasa adalah cara utama dimana suatu organisasi berdaptasi terhadap perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan. Inovasi dapat terjadi pada banyak aspek, misalnya perubahan produk barang/jasa yang dihasilkan, proses produksi, nilai-nilai kelembagaan, perubahan cara kerja, teknologi, sistem manajemen.
c. Konsep dasar dan penegrtian mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk , jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna.
36
Angkatan 22 Juara “
”
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkanmelampaui harapannya.
IV.1.2.
NILAI-NILAI DASAR ORIENTASI MUTU
1. Uraian Materi a. Manajemen Mutu . Definisi dari Goetsch dan Davis (2006: 6): terdiri atas kegiatan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang dalam organisasi melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk meningkatkan kinerja pada setiap level organisasi. Bagan 1. Lima pilar TQM
Produk
Proses
Organisas i
Komitme n
Pemimpin
10 Strategi yang harus dijalankan organisasi agar manajemen mutu dapat berjalan dengan baik:
Program kerja jangka panjang berbasis mutu
Mindset pegawai terhadap mutu
Budaya kerja yang berorientasi mutu
Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Komitmen pegawai untuk jangka panjang
Kerjasama kolegial antarpegawai atas dasar kepercayaan dan kejujuran.
Fokus kegiatan pada kepuasan pelanggan
Beradaptasi terhadap perubahan
37
Angkatan 22 Juara “
Kinerja tanpa cacat dan tanpa pemborosan
Menjalankan fungsi pengawasan secara efektif
”
Keberhasilan implementasi menajemen mutu diukur berdasarkan 4 kriteria utama (Bill Creech dalam Alexander Sundoro) 1996: 4-5 yaitu
Kesadaran akan mutu dan berorientasi pada mutu
Sifat kemanusiaan yang kuat
Desentralisasi
Diterapkan secara menyeluruh
b. Beberapa teknik/ metode perbaikan mutu
1. Metode Plan Do Check Act (PDCA): Diperkenalkan oleh Edward Deming tahun 1950: A. Plan/ Perencanaan: Identifikasi berbagai permasalahan B. Do/ Melaksanakan: kegiatan yang sudah disusun dijalankan secara konsisten C. Check/ Pemeriksaan: Pemeriksaan apakah rencana aksi telah berjalan dengan semestinya D. Act/ Melakukan tindakan: tindak lanjut terhadap check 2. Diagram sebab-akibat adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi akar permasalahan yang dianggap menjadi kendala dalam mutu. c. Nilai-nilai dasar orientasi mutu
10 ukuran dalam menilai mutu pelayanan (Zeithmalh, dkk (1990: 23). 1. Tangible (nyata/ berwujud); 2. Reliability (keandalan); 3. Responsiveness (cepat tanggap); 4. Competence (Kompetensi); 5. Access (Kemudahan); 6. Courtesy (keramahan; 7. Communication (komunikasi); 8. Credibility (Kepercayaan); 9. Security (Keamanan); 10. Understanding the customer (memahami pelanggan). d. Implementasi Layanan Publik
38
Angkatan 22 Juara “
”
Dalam lampiran Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah, dinyatakan bahwa indeks kepuasan masyarakat diukur oleh 14 unsur berikut:
Prosedur pelayanan
Persyaratan pelayanan
Kejelasan petugas pelayanan
Kedisiplinan petugas pelayanan
Tanggung jawab petugas pelayanan
Kemampuan petugas pelayanan
Kecepatan pelayanan
Keadilan mendapatkan pelayanan
Kesopanan dan keramahan petugas
Kewajaran biaya pelayanan
Kepastian biaya pelayanan
Kepastian jadwal pelayanan
Kenyamanan lingkungan
Keamanan pelayanan
39
Angkatan 22 Juara “
IV.1.3.
”
PENDEKATAN INOVATIF DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
1. Uraian Materi a. Pendekatan inovatif dalam penyelenggaraan pemerintahan Esensi inovasi adalah perubahan dimana targetnya adalah untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Instansi pemerintah merupakan lembaga yang menghasilkan jasa bagi masyarakat sebagai konsumen atau pelanggannya. Target pemberian layanan dari instansi pemerintah merujuk pandangan Joe Tido John Beasant and Keith Pavitt (2005: 10) dalam menghasilkan inovasi pada kategori inovasi produk, inovasi proses, inovasi posisi, dan inovasi paradigma. Strategi inovasi yang dianjurkan oleh Richard L. Draft dalam Tita Maria Kanita (2011) yaitu:
strategi eksplorasi adalah merancang organisasi untuk mendorong kreatifitas dan dimulainya ide-ide baru
strategi kerjasama adalah menciptakan kondisi dan sistem untuk memudahkan
terjalinnya
kerjasama
internal
dan
eksternal
serta
pertukaran informasi.
Strategi kewirausahaan adalah menjalankan proses dan struktur untuk menjamin bahwa ide-ide baru diutarakan untuk nantinya diterima dan diterapkan.
b. Peningkatan produktivitas aparatur Produktivitas pada dasarnya merupakan rasio yang membadningkan antara output dengan input baik proses maupun hasil. Dari sisi proses produktifitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa sedangkan dari sisi hasil produktivitas menunjukan capaian hasil (output) yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu berdasarkan target yang direncanakan. Produktivitas ditentukan oleh motivasi dan kemampuan. Motivasi muncul dari internal dan eksternal dan kemampuan dapat dibangun melalui pendidikan, pelatihan, kebiasaan dan pengalaman. Capaian produktivitas diukur dari tingkat output yang dihasilkan serta outcome. Output berkaitan dengan hasil kerja yang diterima oleh pelanggan sedangkan outcome
40
Angkatan 22 Juara “
”
berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan dari output. Untuk menghasilkan output diperlukan input yaitu bahan baku (raw input) infrastruktur (sarana dan prasarana) dan input lingkungan. Dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas kerja dibutuhkan pemimpin kuat yang bisa melibatkan dan memberdayakan pegawai secara optimal, sehingga mendorong motivasi semua pihak untuk mewujudkan target. Diagram peningkatan produktifitas
Input
Proses
Output
Bekerja Optimal Bahan Baku, Sarana/ Prasarana, Input Lingkungan
Tanggung Jawab Bersama, penialaian obyektif Motivasi, kemampuan, pendidikan dan
Produktifitas
Pemimpin yang kuat dan memberdayakan Karakteristik hasil pekerjaan di bidang pemerintahan dapat merujuk kepada karakteristik industri produk menurut pendapat Zulian Yamit (2010) yaitu: 1. Bersifat intangible dan untouchable – tidak dapat diraba dan tidak dapat disentuh 2. Tidak dapat disimpan 3. Pemberian layanan fungsi produksi dengan penerimaan layanan fungsi konsumsi terjadi dalam waktu yang bersamaan 4.
Memasukinya lebih mudah
5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar 6. Barang bersifat homogen dan jasa heterogen
41
Angkatan 22 Juara “
”
Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian produk/ jasa
Standard VS Controllin Raw In ut
Work Culture
Innovation
Market Demand
Product
Tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan aparatur dapat diketahui dengan melakukan pengukuran dan penilaian secara obyektif dan fair (Michael Adryanto, 2012). Setelah diketahui tingkat kinerjanya kemudian dirancang strategi
dan
langkah yang paling tepat untuk meningkatkan nama. Strategi peningkatan produktivitas aparatur dapat dilakukan dengan pendekatan inovatif. Dalam mewujudkan kinerja produktif akan menemukan tantangan dan hambatan dimana tantangan paling berat adalah memerangi rasa malas dan sikap masa bodoh terhadap lembaga tempat kerja. Dimana hambatan tersebut akan menimbulkan
dampak
negatif
keterlambatan
penyelesaian
bagi
pekerjaan,
organisasi kesalahan
diantaranya kerja,
pemborosan
produk
gagal,
ketidakpuasan pelanggan dan kerugian lainnya. Beberapa alternatif solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi hambatan antara lain: pimpinan memberdayakan seluruh pegawai secara merata; menyusun rencana stratejik untuk mewujudkan visi lembaga; mensosialisasikan visi misi tujuan lembaga kepada seluruh pegawai; menetapkan standar kerja yang feasible; membuat skala prioritas; membuat struktur yang jelas; menyediakan sumberdaya pendukung yang diperlukan; membangun hubungan dan kerjasama yang harmonis; menghargai kontribusi pegawai; dan mengawal keterlaksanaan program secara intensif.
IV.2. AKTUALISASI INOVASI DAN KOMITMEN MUTU
Dalam modul ini pembaca akan diajak berfikir kritis untuk dapat menganalisa berbagai fenomena aktual serta merancang kinerja inovatif yang berkominmen terhadap mutu. Dengan demikian diharapkan kinerja aparatur akan dapat memberikan kontribusi
42
Angkatan 22 Juara “
”
positif untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan dari Institusi tempat bekerja. Sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah kemampuan untuk: a. Menciptakan berbagai tindakan kreatif dalam pelayanan publik. b. Mengaktualisasikan perilaku kreatif dan inofatif kerja, dan pelayanan masyarakat yang berkomitmen terhadap mutu. c. Mampu menjalankan fusngsi dan perannya sebagai aparatur yang bertanggung jawab. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 untuk bisa mencapai: a. Mengobservasi, mengidentifikasi, dan mendiskripsikan fenomena empirik secara faktual terkait mutu kinerja aparatur dalam peleyanan publik. b. Memberi nilai obyektif terkait tanggung jawab aparatur dalam pelayanan publik c. Mendeskripsikan tindakan kreatif yang dapat diwujudkan oleh aparatur dalam pelayanan publik sesuai tugas dan peran masing-masing d. Menganalisis kendala untuk mewujudkan kreatif kerja dalam pelayanan publik e. Menganalisis faktor pendorong untuk meningkatkan kinerja kreatif inovatif dan berkomintmen mutu dalam pelayanan publik. Kegiatan belajar 2 untuk bisa mencapai: a. Memberikan contoh kongkrit kinerja kreatif inovatif dan berkomintmen mutu dalam pelayanan publik. b. Menjelaskan manfaat kinerja kreatif inovatif dan berkomintmen mutu dalam pelayanan publik. c. Menampilkan kinerja yang menunjukan komitmen kuat terhadap mutu berbasis kebijakan yang sudah ditetapkan. Kegiatan belajar 3 untuk bisa mencapai: a. Mendeskripsikan best practieces yang telah dicapai oleh berbagai institusi pemerintah
43
Angkatan 22 Juara “
”
b. Menciptakan iklim kerja yang dapat menumbuhkan keberanian menampilkan kreatifitas inovasi dalam pelayanan yang berkomitmen mutu. c. Membangun mindset untuk mewujudkan komitmen mutu dan memberikan pelyanan publik secara profesional. IV.2.1.
MEMBANGUN KOMITMEN PENYELENGGARAAN PEMERINTAH
MUTU
DALAM
UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN memberikan gambaran tentang perlunya komitmen mutu dari setiap aparatur dalam memberikan layanan, apapun bidang layanannya dan kepada siapapun layanan itu diberikan. Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan ( customer satisfaction). Terdapat tiga fungsi utama pegawai ASN, yaitu 1. Pelaksana kebijakan publik 2. Pelayan publik yang profesional dan berkualitas 3. Perekat dan pemersatu bangsa Perilaku adiluhung sebagai aparatur dapat diwujudkan melalui karakter kepribadian yang jujur amanah, cermat, disiplin, efektif, efisien, kreatif, inovatif, melayani dengan sikap hormat, bertutur kata sopan dan ramah, berlaku adil (tidak diskriminatif), bekerja tanpa tekanan, memiliki integritas timggi serta menjaga nama baik dan reputasi ASN.perilaku tersebut akan mendorong terciptanya budaya kerja unggul menuju good corporate governanve. Budaya kerja unggul diarahkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya, mendorong tumbuhnya imajinasi dan kreatifitas untuk melahirkan layanan inovatif dari aparatur, serta menciptakan nilai tambah ( value added) untuk semua stake holder.budaya unggul diawali oleh perilaku disiplin. Nilai budaya kerja aparatur harus mencerminkan sekurang-kurangnya perilaku sebagai berikut: a. Komitmen dan konsistensi: visi misi dan tujuan organisasi b. Wewenang dan tanggungjawab c. Keikhlasan dan kejujuran d. Integritas dan profesionalisme e. Kreatifitas dan kepekaan 44
Angkatan 22 Juara “
f.
”
Kepemimpinan dan keteladanan
g. Kebersamaan dan dinamika kelompok h. Ketepatan dan kecepatan i.
Rasionalitas dan kecerdasan emosional
j.
Keteguhan dan ketegasan
k. Disiplin dan keteraturan kerja l.
Keberanian dan kearifan
m. Dedikasi dan loyalitas n. Semangat dan motivasi o. Ketekunan dan kesabaran p. Keadilan dan keterbukaan q. Ilmu pengetahuan dan teknologi Pelayanan publik yang bermutu tidak saja dibebankan pada pemerintah tetapi juga semua elemen yang terdapat dalam sistem pelayanan tersebut. Osborne dan Plastrik (2000:47) mengatakan bahwa pemerintah perlu menerapkan strategi pelanggan dengan menggeser sebagian pertanggungjawaban kepada pelanggan. Inovasi penting dalam membangun mutu layanan publik karena inovasi dapat memberikan layanan yang cepat, murah dan lebih baik. Lekhi (2007:6) mengatakan inovasi dinilai penting karena dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas, sehingga meningkatkan keuntungan; kemudian inovasi juga penting memperkuat organisasi dalam meningkatkan daya saing dalam era globalisasi ekonomi. Pendekatan pelayanan publik yang berorientasi pada pelanggan menjadi salah satu pembuka jalan dalam menciptakan layanan publik yang transparan dan berintegritas serta demokratis. Jenis inovasi pelayanan publik yang banyak dilakukan di negara maju misalnya negara anggota OECD adalah mekanisme co-production (OECD, 2011:20) yaitu merupakan standar proses pelayanan publik yang melibatkan penyedia layanan publik dalam lingkup yang luas seperti dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Di era kompetisi global, kinerja aparatur mesti mencerminkan sebagai knowledge worker (pekerja yang berpengetahuan) memiliki kompetisi sesuai yang dibutuhkan dalam formasi jabatan dan mampu menetapkan skala prioritas atas target kinerjanya. Sebagaimana dikemukakan Djokosantoso Moeljono
45
Angkatan 22 Juara “
”
(2005:47) “perunahan lingkungan sangat cepat menuntut penyesuaian yang lebih sering pada cara kerja jenis pekerjaan dan kompetensi yang diperlukan. IV.2.2. 1.
BERPIKIR KREATIF
Kreativitas dalam pelayanan
Kejenuhan akan selalu hadir oada diri setiao individu. Rasa jeuh akan menjadi oenyebab untuk malas bekerja. Untuk mengatasinya perlu diciptakan berbagai hal baru sebagai bentuk kreativitas individu. Kreativitas dalam pelayanan merupakan aktualisasi hasil berpikir kreatif. Layanan yang kreatif dan kepuasan masyarakat menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya lembaga pemerintah dalam mencapai visi, misi, dan tujuannya. Pemerintah sebagai penyelenggara wewenang dan kekuasaan untuk mengatur kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, harus dilengkapi dengan infrastruktur yang kondusif. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1 UU Nomor 5/2014 tentang ASN, bahwa pegawai ASN harus menampilkan diri sebagai sosokk yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari oraktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2.
Teknik beroikir kreatif
Berpikir kreatif menunjukkan kemampuan orang untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Hasil berpikir kreatif akan melahirkan karya yang inovatif. Inovasi bias berbentuk karya yang betul-betul baru atau sesuatu yang mengandung unsur kebaruan (novelty). Inovasi memiliki makna adanya
perubahan.
Inovasi
bias
diwujudkan
dalam
bentuk
perubahan
produk/layanan, metode kerja, sumberdaya yang digunakan, dan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan. Cara berinovasi terdapat 4 jenis, diantaranya penemuan, pengembangan, duplikasi, dan sintesis. Sedangkan terdapat lima pola piker kreatif yang berkembang menjadi inovasi (whole-brain innovation), sebagai berikut: a. Berpikir membuat desain yang menarik; b. Berpikir tentang cerita atau sejarahnya; c. Berpikir tentang permainan;
46
Angkatan 22 Juara “
”
d. Berpikir tentang makna tentang makna atau arti penting dari sesuatu yang diciptakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan penyelanggaraan pelayanan pemerintahan membutuhkan ketersediaan aparatur yang mampu menampilkan kinerja unggul setiap hari dan siap menghadapi berbagai kemungkinan terjadinya perubahan. Siklus tahapan berpikir kreatif secara garis besar sebagai berikut: a. Ketidakpuasan, keingintahuan, kejennuhan, kebutuhan, dan keinginan. b. Merenung, berimanjinasi, dan berpikir. c. Mencari data dan iniformasi, membaca rujukan, studi banding, berdialog, dan berdiskusi. d. Menganalisis, membuat rancangan, sosialisasi di lingkungan terbatas. e. Lahirnya karya kreatif sebagai sebuah inovasi. f. Dimanfaatkan, dan kembali ke tahap (a). Dubrin, Andrew menjelaskan bahwa tahapan proses berpikir kreatif terdiri atas lima tahapan, yaitu: a. Timbulnya kesadaran terkait adanya peluang baru. b. Immersion, mengumpulkan informasi yang relevan untuk merancang berbagai alternatif. c. Incubation, menjaga informasi yang dikumpulkan dalam memori bawah sadarnya dengan kuat. d. Insight, munculnya gagasan solusi pada waktu yang tidak disangka-sangka. e. Verification, munculnya solusi kreatif yang bermanfaat. Esensi inovasi adalah perubahan, dimana bola inovasi akan terus menggelinding, tidak mengenal titik akhir. Respon orang terhadap perubahan tidaklah sama. Ada empat tipe manusia dalam merespon perubahan, yaitu: adoptif, adaptif, rejektif, dan apatis. IV.2.3. 1.
MEMBANGUN KOMITMEN MUTU MELALUI INOVASI
Best practice Inovasi dalam pelayanan
Best practice atau contoh dan pengalaman terbaik sebenarnya merupakan hal yang sudah biasa terjadi dalam ranah publik, namun perlu adanya modifikasi
47
Angkatan 22 Juara “
”
dan penyesuaian lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik Negara, daerah dan institusi yang akan diujicobakan. Menurut Department of Economic and Social Affairs-United Nations (2006: 3) dalam laporannya mengenai “innovations in Governance and public Administration: Replicating what works” menyebutkan bahwa pendokumentasian dan berbagi inovasi dalam administrasi Negara merupakan instrument yang penting dalam pembinaan inovasi di pemerintahan dan memperkuat pembangunan, lepas dari apakah tingkat kemakmuran suatu Negara berpengaruh terhadap implementasi dari contoh dan pengalaman terbaik ini. Paling tidak terdapat beberapa kriteria terhadap layanan public yang dikategorikan sebagai best practices:
Pelayanan public itu memberi nilai tambah kepada masyarakat dan pemangku lainnya
Best practices itu dapat memberi inspirasi terhadap kegiatan serupa
Beberapa kategori dari best practices menurut United Nations: 1)
Hasilnya telah dibuktikan dan dipraktikan dan berdampak peningkatan kualitas hidup masyarakat
2)
Hasil dari kemitraan yang efektif dari public, swasta dan civil society sector
3)
Bersifat sustainable (berkelanjutan)
Inovasi pelayanan public bersifat geospatial dan pada waktu tertentu, artinya inovasi di suatu tempat bias jadi merupakan hal biasa di tempat lain karena bedanya kebutuhan dan waktu (misal: inovasi pelayanan sampah di Jakarta merupakan hal biasa di Seoul). Responsible innovation adalah inovasi yang bertanggungjawab karena bersifat inkusif, berkelanjutan, dan menggunakan sumber daya local yang tersedia sehingga setiap masyarakat akan merasa memiliki.
2.
Peran PNS dalam Membangun Inovasi Pelayanan
48
Angkatan 22 Juara “
”
Beberapa sifat yang harus dimiliki oleh aparatur yang mampu menciptakan inovasi adalah: 1)
Senantiasa merasa butuh mengembangkan kemampuan
2)
Bersifat dinamis dan berpikir kritis
3)
Menjadikan keterbatasan sebagai sarana untuk kreativitas dan inovasi
Beberapa sifat positif tersebut tidak bias berkembang, jika tidak didukung oleh:
3.
1)
Visi misi kepemimpinan untuk perubahan lebih baik
2)
Lingkungan kerja yang mendorong kreativitas
3)
Budaya organisasi yang memfasilitasi inovasi
Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Komitmen Mutu untuk Keunggulan Bersaing
Untuk menciptakan mutu pelayanan prima diperlukan perubahan orientasi, sikap, dan cara kerja sebagai berikut:
Dari orientasi kepada peraturan menjadi orientasi kepada masyarakat
Dari cara kerja “asal bapak senang” da nasal-asalan menjadi berorientasi kepada mutu
Dari sikap pasif menjadi proaktif dan inovatif
Dari cara kerja individualis dan egosentris menjadi cara kerja tim (kolektif) Tujuan utama pelayanan berbasis nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah:
Mengutamakan kepentingan pelanggan
Menumbuhkan kepercayaan institusi pemerintah
Meningkatkan kesetiaan dan kepuasan pelanggan
Menjalankan tugas, peran, dan fungsi sesuai dengan ketentuan perundangundangan secara akuntabel, professional, dan inovatif
Aktualisasi nilai-nilai dasar komitmen mutu dalam pelaksanaan tugas aparatur akan mendorong terciptanya iklim atau budaya kerja unggul yang dapat menumbuhkan keberanian untuk menampilkan kreativitas dan inovasi sehingga dapat memunculkan mindset baru.
49
Angkatan 22 Juara “
”
BAB V ANTI KORUPSI
V.1.
SADAR ANTI KORUPSI
Dewasa
ini
korupsi
sudah
menjadi
fenomena
yang
mengerikan
bagi
perkembangan mental manusia. Korupsi merupakan saduran dari bahasa latin; corrruptio yang secara harfiah bermakna kerusakan/ kebobrokan, sejalan dengan itu secara istilah bermakna tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma agama, material, mental dan umum. Korupsi tidak hanya merugikan keuangan Negara, namun merusak mental manusia yang menjadikannya penipu kelas kakap. Para koruptor yang perbuatan yang telah melakukan tidakan korupsi, merupakan penipu yang telah mengelabui Negara bahkan seluruh rakyat Indonesia. Selain berdampak langsung pada keuangan Negara, korupsi juga punya dampak negatif pada aspek lain dalam kehidupan, diantaranya; a) kerusakan hutan, b) bangunan yang cepat rusak, c) penegakkan hukum yang tidak berjalan secara adil dan bijaksana, d) proses birokrasi yang berbelit, e) semakin merebaknya peredaran narkoba, f) kesejahteraan rakyat tidak berbanding lurus dengan sumber daya alam yang melimpah. Menurut Syed Husein Alatas, terdapat 7 (tujuh) jenis Korupsi, yaitu; 1. Korupsi transaktif; korupsi tentang kesepakatan timbale balik antara pemberi dan peneima, 2. Korupsi Ekstroaktif; korupsi yang mengandungbentuk tekanan kepada pihak tertentu, 3. Korupsi Investif; korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa 4. Korupsi Nepotistik; korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada orang yang punya kedekatan hubungan khusus, 5. Korupsi Autogenik; korupsi yang terjadi karena suatu individu punya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, 6. Korupsi Suportif; korupsi penunjang untuk melindungi tindakan korupsi lain, dan 7. Korupsi Defensif; korupsi yang terpaksa dilakukan karena adanya tindakan pemerasan
50
Angkatan 22 Juara “
”
Dari jenis-jenis korupsi yang tersebut diatas, tidak semuanya dapat dikategorikan sebagai tindakan pidana korupsi. Karena menurut UU No.31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari: 1) Kerugian keuangan Negara, 2) Suap Menyuap, 3) Pemerasan, 4) Perbuatan Curang, 5) Penggelapan dalam Jabatan, 6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan, dan 7) Gratifikasi. Profesi, apapun itu bentuknya, pasti akan menuntut amanah dan tanggungjawab. Begitupun dengan profesi PNS, yang awam dimata masyarakat menjadi profesi yang rentan akan tindakan korupsi. Bahkan, sampai ada istilah bahwa PNS itu merupakan pekerjaan “804”; Masuk kerja pukul 08.00, kerja 0 (kosong), dan pulang pukul 04.00 (red). Namun, tidak semua PNS seperti itu, hanya beberapa oknum yang melakukannya. Kebanyakan PNS bekerja keras, dengan setulus hati menjadi abdi Negara dan pelayan masyarakat. Manusia yang menjalankan sebuah profesi dengan sadar akan amanah dan tanggungjawab yang diembannya, tidak akan tergoda oleh gelimang harta yang ditawarkan untuk melakukan tindakan korupsi, karena hasil tindakan tersebut akan membuat kerusakan yang berdampak masif, sistematis, dan terstruktur seperti yang telah tersebut diatas. Kedaran anti korupsi yang telah mencapai paripurna, akan menghasilkan Spiritual Accountability yang selalu mengingatkan manusia akan perjanjian dengan Tuhannya, bahwa hidup pada dasarnya harus memiliki tujuan dan semua yang dilakukan dalam kehidupan akan dipertanggungjawabkan dikehidupan selanjutnya (kehidupan paska kematian, red.). Dengan Spiritual Accountability yang paripurna akan mendorong Public Accountability yang baik, yang akan selalu berhatihati dalam melakukan setiap tindakan yang berpotensi merugikan orang lain. Karena korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, maka dibutuhkan semangat yang luar biasa pula untuk mencegahnya. Berawal dari diri sendiri untuk selalu menjaga integritas. Saat Anda telah mencapai kesadaran anti korupsi secara menyeluruh dan utuh, maka hal tersebut tidak hanya sampai menjadi semangat, namun akan terus bergerak hingga menjadi komitmen integritas.
51
Angkatan 22 Juara “
V.2.
”
SEMAKIN JAUH DARI KORUPSI
V.2.1. TUNAS INTEGRITAS
A. Tunas Integritas Tunas integritas merupakan terjemahan dari konsep yang berprinsip bahwa manusia sebagai faktor kunci perubahan, dan pendekatan yang seutuhnya terkait manusia se bagai mahluk dengan aspek jasmani dan rohani serta mahluk sosial yang harus berinteraksi dengan lingkungannya maka pembangunan integritas prlu dimulai dari upaya membangun integritas individu yang selaras dengan integritas organisasi dan bangsa. Peran tuntas integritas : 1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi 2. Membangun sistem integritas 3. Mempengaruhi orang lain khususnya mitra kerja untuk berintegritas tinggi Tunas integritas dibangun dengan kesadaran bahwa pembangunan sistem ataupun implementasi upaya pemberantasan korupsi akan efektif dan efisien jika dipimpin oleh orang-orang yang berintegritas tinggi. Tunas integritas juga diharapkan memiliki kemampuan untuk melaakukan : 1. Reframing kultur atau budaya, agar perubahan budaya dapat lebih mudah dan cepat (potong generasi) 2. Utilisasi fenomena perilaku otomatis bagi perubahan diri, keluarga, organisasi dan bangsa dengan menciptakan peradaban yang lebih baik BUDAYA
PIKIR
KATA
RASA
PERILAKU
SISTEM
PERILAKU
52
Angkatan 22 Juara “
”
B. Identifikasi Nilai Dasar Anti Korupsi Terdapat 9 nilai anti korupsi, antara lain : 1. Jujur 2. Peduli 3. Mandiri 4. Disiplin 5. Tanggung jawab 6. Kerja keras 7. Sederhana 8. Berani 9. Adil
C. Penyelarasan Nilai Organisasi Dan Nilai Anti Korupsi Upaya penyelarasan nilai organisasi dan nilai anti korupsi sangat penting untuk memastikan bahwa para pgawai yang mngusung integritas anti korupsi mendapatkan payung yang tepat di dalam organisasinya D. Penanaman Nilai Dan Integritas Terdapat tiga proses perubahan, antara lain : 1. Kesediaan Integrity compliance adalah ketika individu bersedia menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang lain atau kelompok lain. 2. Identifikasi Indentifikasi integritas terjadi apabila ndividu meniru integritas seseorang atau kelompok lain dikarenakan integritas sudah sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai benuk hubungan yang baik. 3. Internalisasi
53
Angkatan 22 Juara “
”
Internalisasi integritas terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap dan berprilaku dengan penuh integritas dikarenakan integritas tersebut sesuai dengan apa yang ia percaya dan sistem nilai yang dianutnya Internalisasi dapat dilakukan dengan pendekatan inside out dan outside in. Untuk membangun budaya integritas dapat dilakukan dengan ide dan lingkungan yang berintegritas. Untuk memaksimalkan internalisasi integritas dapat menggabungkan kedua pendekatan tersebut, dengan cara : 1. Lingkungan yang berintegritas : perbanyak hidup dalam lingkungan yang positif 2. Proteksi integritas : pastikan pengauh lingkungan yang negatif tidak masuk dalam pikiran 3. Perubahan sistem nilai : jika pngaruh sudah masuk dalam pikiran segera lakukan teknik perubahan sistem nilai
Untuk melakukan perubahan pengaruh yang sudah masuk bawah sadar, terdapat 2 jalur yaitu : 1. Jalur pengulangan : dengan pengulangan secara terus menerus, maka pengaruh tersebut akan brulang masuk area ingat dan lupa, dan semakin sering hal itu terjadi maka pengaruh tersebut akan masuk bawah sadar, pada saat masuk bawah sadar maka mekanisme ingat dan lupa tidak berfungsi lagi yang ada adalaah mekanisme otomatis. 2. Jalur “effect WOW” , peristiwa atau kejadian yang luar biasa yang membuat orang terkaget-kaget dan idak percaya hingga otak kirinya tidak berfungsi maksimal dan langsung di respon dengan otak kanan hingga terbuka pintu bawah sadar secara otomatis. Pengaruh negatif yang sudah masuk alam bawah sadar atau sudah menjadi karakter dapat dilakukan perubahan menjadi positif dengan melalui proses : 1. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan negatif
54
Angkatan 22 Juara “
”
Salah satu teknik paling sederhana dapat dilakukan dengan “Change Beliefs”, dengan mengikuti training atau workshop khusus terkait tunas integritas. 2. Melakukan re-framing kebiasaan negatif hingga positif Beberapa
cara
mengubah
konteks
negatif
menjadi
positif
dengan
mengembalikan lagi konten gotong royong yang biasanya untuk konteks kebaikan yang telah berubah konten kebersamaannya menjadi konteks negatif berupa kolusi. Dari sekian banyak teknik inside out yang ada terdapat tujuh kompetensi dasar yang akan menentukan efektifitas dari teknik yang akan dilakukan, tujuh kompetensi dasar tersebut adalah : 1. Modality 2. Asosiasi 3. Sugesti 4. Answering 5. Utilisasi 6. Rileksasi 7. Amplify
V.2.2. BANGUN SISTEM INTEGRITAS
Untuk membangun sistem integritas, dalam mengatasi dan menghindarkan diri dari korupsi dapat dilakukan dengan cara : 1. RE-FRAMING CULTURE Salah satu bentuk re-framing diterapkan untuk mengubah salah satu bentuk korupsi yakni kolusi. Berbagai macam unsur pembentuk kolusi di re-framing dengan cara mengubah/mengembalikan pada orientasi/konteks gotong royong. Upaya lain adalah mengembalikan nilai-nilai dan kebiasaan yang bersifat positif. Upaya lainnya lagi adalah dengan mengubah konteks berpikir (perubahan kompetensi). Hal ini dilakukan dengan cara sikap, perilaku dan kompetensi negatif digabungkan dengan konteks negatif hingga menciptakan suatu sikap, perilaku dan
55