RESUME BUKU “MENJADI PENELITI KUALITATIF” KARYA PROF. DR. SUDARWAN DANIM
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Kelas A Dosen Pengampu : Prof. Dr. Esmi Warassih Pujirahayu, S.H., M.S.
Disusun Oleh :
Khilluwa Nadhifah
11010115120158 11010115120158
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang 2018
BAB I PENDAHULUAN
Alasan judul buku ini adalah Menjadi Peneliti Kualitatif yaitu kata ‘menjadi’ merefleksikan makna bahwa para peminat penelitian kualitatif hendaknya tidak hanya sebatas belajar lebih luas dan mendalam me ndalam mengenai apa dan bagaimana penilitian ini, melainkan harus benar-benar menjadi peneliti di bidangnya; keputusan menjadi peneliti kualitatif itu benar benar dibasiskan pada kesejatian fokus penelitian yang menuntut penelaahan secara kualitatif, merupakan metamorfosis yaitu bergeser dari hanay sekadar mendengar atau serba sedikit mengenai apa dan bagaimana penelitian kualitatif menjadi memahami sepenuhnya sehingga proses kerja ilmiah dapat menghasilkan produk yang memenuhi kriteria objektivitasan, kesahihan, dan keterandalan dan ada tuntutan pada diri peneliti untuk tampil secara profesiaonal dalam melakukan penelitian. Predisposisi Mode Pencarian Kuantitaif dan Kualitatif, yaitu: No. Indikator
Mode Kauntitatif
1.
a. Fakta sosial adalah realitas a. Realitas
Asumsi
Mode Kualitatif
objektif dan bebas nilai.
dikonstruksi
sosial dan tidak bebas nilai.
b. Mengutamakan desain atau b. Mengutamakan metode kerja yang ketat. c. Variabel-variabel
mendalam
penelitian
diiidentifikasikan dan diukur hubungan-hubungan
atau
perbedaan-perbedaan.
2.
Tujuan
secara
atas
penguasaan fenomena
secara material. c. Variabel kompleks, memiliki tautan secara fenomena dan sulit diukur secara statistikal.
d. Mengutamkan perspektif etik
d. Menggunakan persepektif emik
atau bernajak pada pandangan
atau beranjak pada pandangan
dari luar subjek.
dari dalam subjek.
a. Dapat
digenralisasi
atau a. Kontekstualiasasi,
ditansfer dalam situasi lain. b. Memiliki memprediksi
kemmapuan fenomena
sejenis. c. Ekplanasi kausalitas, dampak dari perlakuan atau perbedaan
dapat
ditaransfer
menakala
karakteristiknya
memiliki
sebagian besar kesamaan. b. Interpretasi secara meluas dan mendalam dengan persepektif tertentu.
antarvariabel.
c. Pemahaman
atas
persepektif
pelaku dan menautkan secara lunak fenomena. 3.
Pendekatan a. Dimulai dari hipotesis dan
a. Berakhir dengan hipotesis atau
teori.
teori grounded.
b. Proses kerja bertahap ketat, b. Proses kerja bersifat kontinu. mulai dari proposal, desain
Selesainya
pelaksanaan dna pelaporan.
sejalan
c. Manipulasi dan mengontrol variabel atau perlakuan. d. Menggunakan
proposal
dengan
relatif
selesainya
penelitian. c. Emergensi dan penjelasan atas
instrumen
peristiwa,
formal, seperti angket dan tes yang divalidasi sebelumnya.
gejala,
atau
fenomena. d. Peneliti
sebagai
instrumen
e. Eksperimentasi, baik secara
utama,
dengan
pendekatan
sungguhan maupun kuasi.
utama
observasi
partisipatif
Menggunakan pola berpikir
dan wawancara mendalam.
f.
atau
penarikan
simpulan
e. Bersifat inkuiri secara alami
secara deduktif. g. Analisis
komponen-
komponen termasuk
atau naturalistik.
secara uji
detail,
tertentu
konsensus, yang
g. Mencari untuk membuata pola-
norma
pola
ditetapkan
j.
Mereduksi data ke indeks
berpikri
induktif.
atau
kecenderungan-
kecederungan
secara ketat. i.
pola
atau penarikan simpulan secara
asumsi-asmsi
statistik untuk analisis data. h. Mencari
f. Menggunakan
dilihat
dari
konteksnya. h. Mencari
pluralitas
numerikal untuk keperluan
kompleksitas
analisis.
antarfenomena
Bahasa abstrak
lunak. i.
atau tautan
yang
bersifat
Membuat minor menggunkan indeks numerikal.
j. 4.
Peran
Bahasa deskriptif
a. Tidak terpengaruh dan tidak a. Keterlibatan
pribadi
dan
Peneliti
menjadi subjek penelitian.
menjadi
b. Penjelasan objektif.
bagian
subjek
penelitian. b. Pemahaman secara empatik.
BAB II BEBERAPA ISTILAH SEPUTAR PENELITIAN
Penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial dan pendidikan ( social and educational research) research) dibangun dari kata ‘penelitian (research)’ (research)’ dan ‘sosial (social) (social) atau pendidikan (education). (education). Pada bidang ilmu sosial dikenal istilah research in social sciences dan sciences dan di bidang ilmu pendidikan dikenal istilah educational research. research. Kata atau istilah penelitian diartikan sebagai research (bahasa research (bahasa Inggris) atau riset (bahasa ( bahasa Indonesia). Istilah lain dari riset atau penelitian adalah studi (study) (study) dan investigasi (investigation). investigation). Namun, kata studi dan investigasi lebih cocok digunakan pada peristiwa kerja penelitian di tingkat praksis di lapangan, sedangkan kata penelitian atau riset menggambarkan menggambarkan keseluruhan proses kegiatan tersebut. Secara etimologis, reseacrh berasal dari kata re re dan search. search. Re Re berarti kembali atau berulang ulang dan search search berarti mencari, menjelajahi atau menemukan makna. Dengan demikian penelitian atau riset berarti mencari, menjelajahi, atau menemukan makna kembali secara berulang-ulang. Menemukan kembali mengandung konotasi bahwa penelitian bersifat ex-post facto, yaitu membedah, mengangkat, atau merekonstruksi fenomena yang sudah ada, yang selama ini masih tersembunyi. Penelitian
harus
konsisten
dengan
orientasi
filosfofi
dan
teori-teori
yang
mendasarinya. Orientasi penelitian dalam bidang ilmu sosial dan pendidikan harus merujuk pada filsafat, filsa fat, teori-teori teori-t eori dan batang tubuh pengetahuan ilmu sosial s osial dan pendidikan yang ada. Inilah yang menjadi pijakan untuk mengiidentifikasi kesenjangan dasar teoritis dan pengetahuan dengan praktiknya sehari-hari, sehari -hari, untuk menentukan apa yang ingin i ngin diketahui oleh peneliti adalah substansi penelitian, sedangkan bagaimana cara mengetahuinya merujuk metode kerja yang digunakan.
BAB III TAKSONOMI PENELITIAN ILMU-ILMU SOSIAL DAN PENDIDIKAN
Secara taksonomis ada dua aliran penelitian yaitu aliran positivistik dan aliran fenomenalogi. Aliran positivistik melahirkan praksis penelitian dengan pendekatan kuantitatif, sedangkan aliran fenomenalogi melahirkan praksis penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan formal, objektif, proses kerja yang sistematis, dan data numerikal digunakan untuk memperoleh informasi tentang dunia ini. Metode ini digunakan untuk menjelaskan variabel, menguji hubungan antarvariabel, dan menentukan interaksi sebab dan akibat antarvariabel. Penelitian kualitatif adalah pendekatan sistematis dan sbjektif yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman hidup dan memberikan makna atasnya. Berorientasi pada upaya memahami fenomena secara menyeluruh (holistik). Perbedaan karakteristik penelitian kuantitatif dan kualitatif, yaitu: Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
1. Ilmu-ilmu keras
1. Ilmu-ilmu lunak
2. Fokus “ringkas” dan sempit
2. Fokus kompleks dan luas
3. Reduksionalistik
3. Holistik atau menyeluruh
4. Objektif
4. Subjektif atau persepktif emik
5. Penlaaran logis dan deduktif
5. Penalaran: dialiktik-induktif
6. Basis pengetahuan: hubungan sebab
6. Basis pengetahuan: makna dan temuan
akibat 7. Menguji teori
7. Mengembangkan/membang Mengembangkan/membangun un teori
8. Kontrol atas variabel
8. Sumbangsih tafsiran
9. Instrumen
9. Komunikasi dan observasi
10. Elemen dasar analalisis: angka
10. Elemen dasar analisis: kata-kata
11. Analisis statistik ata data
11. Interpretasi individual
12. Generalisasi
12. Keunikan
Triangulasi sebagai metode baru penelitian adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama (biasanya bersifat kompleks dan rumit). Tipe trangulasi menurut Denzin dan Kimchi dkk, yaitu: 1.
Triangulasi Teoritis Menggunakan kerangka kerja atau persepktif teorikat dan hipotesis yang berbeda untuk studi yang sama.
2.
Triangulasi Data Melakukan pengumpulan data untuk membuka peluang untuk menguji bagaiman peristiwa dialami oleh kelompok yang berbeda dari orang-orang, pada waktu yang berbeda, dan situasi yang berbeda.
3.
Triangulasi Metode Menggunakan dua atau lebih metode atau prosedur studi, termasuk di dalamnya perbedaan desain, instrumen, dan prosedur pengumpulan pengumpulan data.
4.
Triangulasi Investigator Muncul ketika dua atau lebih investigator peneliti terlatih dengan beragam latar belakang mengeksplorasi fenomena yang sama.
5.
Triangulasi Analisis Melibatkan penggunaaan satu atau lebih teknik analisis untuk menganalisis seperangkat data yang sama untuk tujuan validasi.
BAB IV METODE KUANTITATIF DAN KUALITATIF DALAM PENELITIAN
Klasifikasi metode penelitian, antara lain: No. Klasifikasi
Deskripsi
1.
a. Penelitian deskriptif
Tipe penelitian kuantitatif
b. Penelitian perkembangan c. Penelitian tindakan d. Penelitian perbandingan kausal e. Penelitian korelasional f. Penelitian eksperimental semu
g. Penelitian eksperimental 2.
Tipe penelitian kualitatif
a. Penelitian fenomenalogi b. Penelitian grounded c. Penelitian etnografi d. Penelitian historis e. Penelitian kasus f. Inkuiri Filosofis -
Inkuiri fundasional
-
Inkuiri filosofis
-
Analisis etik
g. Metodelogi terori kritik sosial 3.
Triangulasi
a. Triangulasi teoritik b. Triangulasi data c. Triangulasi metodelogi d. Triangulasi Investigator e. Triangulasi analisis
Metode – Metode Metode Penelitian Kuantitatif
1. Penelitian Deskriptif Tujuannya untuk mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini. Studi deskriptif adalah alat untuk menemukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan dan mengategorikan informasi. 2. Penelitian Perkembangan Dimaksudkan untuk meneliti perkembangan suatu subjek menurut pola dan urutan berdasarkan fungsi waktu. Terdapat dua jenis yaitu yang berisifat longitudinal (meneliti perkembangan suatu subjek menurut pola dan urutan berdasarkan fungsi waktu) dan yang bersifat lintas seksional meneliti perkembangan suatu subjek menurut pola dan urutan berdasarkan fungsi waktu, namun anggota subjek dipilih menurut satuan yang ditetapkan). 3. Penelitian Tindakan Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan dan memecahkan masalah dengan aplikasi langsung pada dunia kebidanan.
4. Penelitian Perbandingan Kausal Tujuannya adalah meneliti hubungan sebab-akibat dengan cara mengamati akibat yang ada dan mencari kembali faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari akibat itu, melalui pengumpulan data tertentu. Bersifat ex post facto, facto, yaitu data dikumpulkan setelah semua peristiwa yang dipermaasalahkan berlalu. 5. Penelitian Korelasional Tujuannya menentukan seberapa besar variansi-variansi pada satu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau beberapa faktor lain berdasarkan koefisin korelasi. Sifat utamanya menjelaskan hakikat dunia real meskipun tidak dimaksudkan untuk menelaah hubungan sebab dan akibat. 6. Penelitian Eksperimental-Semu Dimaksudkan untuk memperoleh informasi teretentu, berupa prakiraan bagi informasi yang dapat diperoleh bagi eksperimen yang sebenarnya atau menjelaskan hubunganhubungan, mengklarifikasi terjadinya suatu peristiwa atau keduanya. Kelemahannya adalah disebabkan kontrrolnya berada pada level rendah sehingga derajat ilmiahnya kurang dibandingkan dengen penelitian eksperimental sunggunhan. 7. Penelitian Eksperimental Dimaksudkan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab dan akibat, dengan cara mengekspose satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan atau trirmen. t rirmen. Tujuannya menguji hubungan kausalitas. Metode – Metode Metode Penelitian Kualitatif
Jenis-jenis: 1. Penelitian Fenomenalogi Bersifat induktif dan menggunakan pendekatan deskriptif yang dikembangkan filsafat fenomenalogi. Fokusnya adalah pemhaman tentang respon atas kehadiran atau keberadaan manusia, bukan sekadar pemahaman atas bagian-bagian yang spesifik atau perilaku khusus. Tujuannya untuk menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang dialami seorang dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain. 2. Penilitian Teori Grounded
Tujuannya Tujuannya untuk menemukan problem-problem yang muncul dalam situasi kebidanan dan aplikasi proses-proses pribadi untuk menanganinya, menekankan observasi dan mengembangkan basis praktik hubungan intuitif antarvariabel. Prosesnya terdiri dari formulasi, pengujian, dan pengembangan ulang preposisi selama penyusunan teori. 3. Penelitian Etnografi Memaparkan kisah kehidupan orang-orang, yang dalam kerangka menjelaskan fenomena budaya itu, mereka menjadi bagian integral darinya. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan deskriptif. Analisis dilakukan untuk mengembangkan teori perilaku kultural, peneliti secara aktual hidup atau menjadi bagian dari setting budaya dalam tatana untuk mengumpulkan data secara sistematis dan holistik, menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya, membandingkan dan membedakan untuk menambah pemahaman atas dampak budaya pada perilaku atau kesehatan manusia. 4. Penelitian Historis Dimaksudkan untuk merekontruksikan kondisi masa lampau secara objektif, sistematid, dan akurat. 5. Penelitian Kasus Dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yag bersifat apa adanya. 6. Inkuiri Filosofi Melibatkan penggunaan mekanisme analisis intelektual untuk memperjelas makna, membuat nilai-nilai menjadi nyata mengidentifikasi etika, dan studi tentang hakikat penegtahuan. Mempertimbangkan ide atau isu-isu dari semua persepktif denganeksplorasi ekstensif atas literatur, menguji dan menelaah secara mendalam makna konseptual, merumuskan pertanyaan, mengajukan jawaban, dan menyarankan implikasi atas jawaban. 7. Terori Kritik Sosial Tujuannya menemukan pemahaman mengenai cara seseorang berkomunikasi dna bagaimana ia mengambangkan makna makna simbolik di masyarakat.
BAB V KONSEP DASAR DAN CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang merupakan turunan dari filosofi fenomologi atau fenomena social. Sifat pendekatan dari penelitian kualitatif adalah terbuka yang bermakna bahwa peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk menjawa pertanyaanyang diajukan menurut kerangka berpikir dan pengalaman mereka sendiri bukan berdasarkan patokan patokan jawaban yang telah dibuat oleh peneliti. peneliti. Untuk lebih memahami penelitian kualitatif perlu diketahui beberapa perbedaanya dengan penelitian kuantitaif. Penelitian kuantitaif didasarkan pada realita eksternal dan melihat fakta terpisah dari jiwa dan nilai yakni kebenaran merupakan sesuatu yang sesuai relita yang ada, berdiri sendiri secara beabs dan tidak terpengaruh oleh manusia yang terlibat didalannya. Sedang pada penelitian kualitatif didasarkan pada realita internal yakni kebenaran merupakan hassil persetujuan yang sesuai dengan kondisi social ddan sejarahnya. Penelitian kuantitattif diadasrkan pada rasionalisme yang menganggap hanya satu realita yang benar sedang penelitian kualitatif lebih bersifat naturalisme yang mengaggp banyak realita yang benar. Pada penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri dominan. Pertama, sumber data langssung beruppa tata situasi alami dan peneliti adalah instrument kunci, dimana materi yang direkam kemudian dikaji dengan melibatkan wawasan pribadinya sebagai instrument kunci menganalisisnya. Kedua, bersifat deskriptif, yang mana data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar dan kebanyakn bukan an gka-angka yang dapat berupa transkip wawancara, catatan data lapangan,foto-foto, dokume pribadi, nota, dan catatan lainya termasuk deskripsi menegenai tata situassi. Ketiga, lebih menekankan pada proses ketimbang hasil. Keempat analisis data bersifat induktif, artinya pengembangan teori yang muncul dari bawah keatas, beberpa bukti tampa terpisah pada akhirnya akan dikumpulkan menjadi satu, data itu dihubung-hubungkan dan dengan cara ini kesimpulan dirumuskan. Penelitian kualitatif tifak menyusun hipotesis awal untuk diuji dengan bukti empiris. Kelima, makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian. Ada empat dasar penyusunan teori dalam penelitian kualitatif yaitu pendekatan fenomologik,
pendekatan
interakssi
simbolik,
pendekatan
kebudayaan
pendekatan
etnometodologik. Pendekatan fenomologi, didasari atas pandangan dan assumsi bahwa pengalaman manussia diperoleh melalui interpretasi. Pendekatan interaksi simbolik, pendekatan ini didasari atas pandangan dan asumssi ssesuai bahwa pengalaman manusia
diperoleh melalui hasil intepretasi. Pendekatan kebudayaan, mengahruskan peneliti menggambarkan perilaku manusia dengan cara mendeskripsikan perilakunya sehingga mereka mampu mengetahui dan berperilaku sesuai dengan kebudayaanya, jadi peneliti harus mengetahui
kultur
atau
budaya
yang
dijadikan
subjek
penelitian.
Pendekatan
etnometodologik, mengacu pada studi bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari. Dalam
melakukan
peneletian
kualitatif
haruslaah
diperhatikan
prinsip
etik
didalamnya, yakni : 10 melindungi identitas subjek; (2) memperlakukan subjek secara hormat; (3) memperjelas persetujuan dan kesepakatan dengan subjek penelitian; dan (4) menulis apa adanya padaa waktu menulis dan melaporkan penemuan-penemuan penelitian.
BAB VI Penelitian dan Praktik di Bidang Sosial dan Pendidikan
Nilai esensial penelitian social dan pendidikan . tujuan utama dari penelitian social dan pendidikan adalah mengembangkan basis pengetahuan ilmiah untuk praktik praktik dibidang social dan pendidikan yang efektif dan efisien. Basis ilmiah pengetahuan dibidang ilmu-ilmu social dan pendidikan dibangun dari focus atau keunikan perspektif disiplin ilmu. Pengetahuan yang dibangun melalui penelitian adalah esensial bagi kepentingan deskripsi, penjelasan, prediksi dan penegnalan fenomena social dan pendidikan. pendidikan. Dalam penelitian kerangka kerja membantu dalam membuat desain konstruksi penelitian dikaitkan dengan elemen-elemen social so cial dan pendidikan. Konsep kerangka kerja ini menggambarkan sebuah kontinum atau kontingensi berpikir dari cara berpikir nyata ke abstrak. Alur gerak konsep nyata atau empiric ke konsep yang lebih abstrak dari filosofi social dan pendidikan dijelaskan berikut : 1. Kontinum nyata-abstrak Ada dua jenis berpikir yakni berpikir nyata ( pemikiran diorientasikan dan dibatassi oleh benda-benda yang kasat mata, atau dapat diraba) dan berpikir abstrak . Penelitian bidang ilmu-ilmu social dan pendidikan memerlukan keterampilan berpikir abstrak maupun nyata. Berpikir absstrak dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat diteliti, mendesain studi, mengintepretasikan atau memberi makna atas penemuan-penemuan dalam penelitian, termasuk membangun teori. Berpikir nyata
diperlukan baik pada perencanaan maupun implementasi penelitian; juga pada tahap pengumpulan data dan analisis temuan-temuan penelitian. 2. Dunia empirik Dunia empiric sering disebut dengan realitas. Mengerjakan aneka aktivitas merupakan bagian dari dunia ini, yang terdapat rasa kepastian tetang dunia empiric atau dunia real itu. 3. Pengujian Realitas Manusia cenderung memvalidasi atau menguji realitas atas sebuah eksistensi melalui penginderaanya. Penelitian
adalah
cara
untuk memvalidasi
realitas
dimana
pengukuran realitas ini dikerjakan dalam terminology persepsi peneliti dengan perangkat instrumennya. 4. Proses berpikir abstrak Melalui berpikir abstrak, teori yang menjelaskan dunia kehidupan social pengetahuan ilmiah.
Berpikir
abstrak
membuka
jalan
bagi
temuan-temua
ilmiah
untuk
dikembangkan menjadi teori. Selain itu berpikir abstrak juga membuka jalan, baik bagi ilmu maupun bagi teori untuk deperas dalam batang tubuh pengetahuan yang kohesif, dipadu oleh kerangka kerja filosofi dan diterapkan dalam praktik . ada 3 elemen dasar proses berpikir abstrak yakni : a. Instropeksi Adalah proses pengalihan dari dalam ke luar pikiran sendiri. Ada 2 levelnya, pertama level sederhana, seseorang menyadari bahwa pikirannya dibangun dari pengalaman. Pengebangan kesadaran itu dapat berupa arus perasaan atau ide-ide yang muncul secara konstan pada situai yang berubah. Kedua, Imajinasi. Dimana peneliti berimajinassi
merasa kurang yakin akan kemampuannya dalam
memecahkan masalah secara efektif b. Intuisi Adalah wawasan atau pengertian/pemahaman atas situasi sebagai keseluruhan yang pada umumnya tidak ddapat dijelaskan secara logis. Addakalanya intuisi diberi makna sebagai kecakapan praktis yang didapat dari pengalaman, yang alam aksi sering menjelma sebagai seni atau kiat berbuat. c. Penalaran Merupakan pemrosesan atau pengorganisasian ide-ide dalam tatanan untuk merumusskan atau menarik kesimpulan. Melalui penalaran orang dapat “membuat
kesan pencandraan”(make pencandraan”(make sense) tentang sense) tentang apa yang dialami atau dipikirannya. Ada 4 jenis penalaran :
-
Penalaran problematic, mencakup pengidentifikasian masalah dan fakta-fakta yang mempengaruhi masalah itu, memilih alternative pemecahan masalah, dan memecahkan masalah .
-
Penalaran dialiktik, penalaran ini dipakai untuk menelaah suatu situasi secara holistikatau menyeluruh.
-
Penalaran Logis, digunakan untuk membedah keseluruhan menjadi bagian bagian yang secara berhati-hati dapat diuji hingga dapat diketahui pertautan antara bagian-bagian.
BAB VII LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Kegiatan penelitian dapat dibagi dalam 6 tahap tertentu. Praktiknya, keenam tahap tidak diikuti secara formal melainkan tumpang tindih. Tahapannya seperti berikut: 1. MEMILIH MASALAH Memilih judul penelitian terlebih dahulu merupakan perbuatan yang keliru karena apabila dipilih judul terlebih dahulu maka dapat dimungkinkan bahwa permasalahan penelitian itu sendiri belum jelas. Sehingga peneliti akan dibayangi oleh pertanyaan: Apakah masalahnya terlalu sempit atau luas. Oleh karena itu apabila penelitian dirumuskan terlebih dahulu maka pertanyaan semacam itu tidak akan muncul. 2. MENGUMPULKAN BAHAN BAHAN YANG RELEVAN RELEVAN Pada fase ini sumber pustaka yang dikumpulkan untuk dirujuk hanya yang benar benar sangat erat kaitannya dengan masalah pokok penelitian. peneliti an. Bahan yang diperoleh dan dimuat ke dalam laporan penelitian harus relevan. Buku sumber yang dikutip harus dibaca dengan seksama. Jika dikutip dari sumber lainnya harus jelas, tidak seolah-olah dari aslinya. Disini perlu kejujuran ilmiah dan pengutipan pun harus benar. 3. MENENTUKAN STRATEGI STRATEGI DAN MENGEMBANGKAN MENGEMBANGKAN INSTRUMEN Metode penelitian kualitatif tidak menuntut isntrumen baku karena instrument utamanya adalah peneliti sendiri. Metode penelitian kualitatif prosedur kerjanya relatif rumit dan rencananya tidak dapat dibuat secara baku
4. MENGUMPULKAN DATA DATA Apabila tujuan penelitian ingin dicapai maka untuk mewujudkannya dengan pengumpulan data-data yang menunjang tujuan penelitian. Alat ukur/instrument harus dibuat atau dikembangkan oleh peneliti. 5. MENAFSIRKAN DATA DATA Fakta tidak akan mempunyai arti apa-apa tanpa ditafsirkan sehingga perlu penafsiran yang spesifik, logis dan sistematis. Selain analisis deskirptif, analisis statistic juga sering digunakan dalam penelitian. Angka-angka kuantitatif perlu penafsiran secara kualtitatif . Sementara peneliti sering tidak puas hanya dengan deskripsi kualitatif saja . Hasil hitung berdasarkan statistic harus ditafsirkan secara benar dengan bahasa statatistik. Yang penting lagi adalah arti dari hasil hitung. Sehingga disinilah setidaknya menurut pandangan fenomenotogi bobot hasil penelitian kualitatif lebih unggul daripada penelitian kuantitatif 6. MELAPORKAN HASIL HASIL PENELITIAN Hasil penelitian berfungsi untuk menjelaskan, memprediksi perilaku bahkan berupa pengetahuan baru yang belum ditemukan sebelumnya. Para peneliti harus berusaha agara prosedur, hasi; dan kesimpulan peneliti tertuang dalam bentuk laporan yang dapat dimengerti orang lain. Termasuk hasil penelitian dikemas dalam bentuk artikel dan dikirimkan untuk dimuat di jurnal ilmiah. Perumusan masalah (problem statement) dapat dalam bentuk pertanyaan (question) dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement). Namun untuk problematika penelitian atau pertanyaan penelitian selalu dalam bentuk pertanyaan atau pertanyaan-pertanyaan. Titik tekan pada problem statement adalah apa masalah penelitian itu sedangkan titik tekan pada pertanyaan penelitian mengacu pada tujuan, asumsi, hipotesis dan bahkan intrumen yang spesifik. Prausul skripsi atau tesis adalah rencana proposal atau usul skripsi atau tesis yang akan diseminarkan. Isi, bentuk dan sistematika prausul dapat bervariasi sesuai bidang, mahasiswa besertan pembimbing, jurusan fakultas dan universitas. Seminar dilakukan untuk memberikan masukan kepada kandidat bagi pemantapan tesis yang dibuat. Dalam prausul skripsi atau tesis belum perlu dituangkan dalam deskirpsi yang panjang karena masih membutuhkan waktu yang lama untuk memantapkan bahan skripsi atau tesis.
BAB VIII MEMILIH DAN MERUMUSKAN MASALAH
Masalah dalam konteks penelitian ilmu social dan pendidikan dapat diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dan harapan dibidang social dan pendidikan. Bagi sebagian peneliti masalah merupakan teka-teki yang harus dijawab. Peneliti menduga-duga atau berhipotesis bahwa suatu gejala muncul akibat adanya latar belakang atau latar depan baik tunggal maupun kompleks. Oleh karena itu masalah penelitian dapat diperoleh melalui proses berpikir kompleks yang melihat suatu gejala dari sejumlah gejala lain sebagai pemicunya. Fokus utama penelitian dipilih dengan prosedur yang ketat. Setelah menentukan topic utama peneliti mengidentifikasi adanya sub masalah yang dipikirkan. Bagi peneliti adanya masalah merupakan awal dari seluruh proses kerja penelitian. Oleh karena itu tugas utama peneliti adalah memilih masalah masal ah namun konteks kata memilih tidak sepenuhnya tepat karena seolah-olah masalah penelitian sudah tersedia dan peneliti hanya tinggal memilih saja. Namun
masalah
penelitian
ditentukan
dan
dirumuskan
melalui
proses
berfikir
logis,sistematis,relevan dan komprehesif. Jika peneliti sudah menghasilkan beberapa alternatif masalah maka peneliti memilih focus yang paling baik. Masalah dalam lingkup ilmu-ilmu social dan pendidikan yang dipilih menjadi focus penelitian tidak diangkat dari fenomena individu atau kelompok secara salah kaprah tanpa substansinya. Substansi akan lebih jelas apabila masalah itu diangkat dari perilaku yang ditampilkan oleh subjek. Dengan demikian fokus utama peneliti ditujukan pada aneka gejala yang memunculkan problematika tertentu sesuai dengan tujuan utama peneliti yaitu menemukan fakta mengenai bidang social dan pendidikan dari beberapa dimensi. Artinya sebelum memilih masalah peneliti harus mengidentifikasi sebanyak mungkin alternatif masalah yang akan menjadi fokus yang dapat diidentifikasi. Masalah penelitian di bidang ilmu social dan pendidikan bersumber dari peneliti dan dari luar dirinya. Turney dan dan Noble (1971) (1971 ) mengemukakan ada 5 sumber masalah penelitian empirik yaitu: 1.
Pengalaman pribadi
2.
Keterangan yang diperoleh secara kebetulan
3.
Kerja dan kontak professional
4.
Penguji dan pengembangan teori
5.
Analisis terhadap literature akademik dan hasil penelitian yang relevan
BAB IX KAJIAN PUSTAKA DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Bahan Pustaka yang ditulis oleh penulis masa kini sesungguhnya merupakan perbaikan dari bahan sejenis yang telah dibuat oleh penulis sebelumnya. Mengandalkan survei terhadap data yang telah ada atau yang dihimpun dari berbagai sumber pustaka juga diperlukan dengan maksud agar peneliti tidak melakukan pekerjaan sia-sia atau dituduh menjiplak hasil penelitian sejenis meskipun hal itu hanya terjadi kebetulan saja. Sumber Pustaka yang umum dipakai dalam penelitian atau penulisan karya ilmiah antara lain: 1.
Buku: Buku yang dipakai untuk keperluan penelitian dan penulisan karya ilmiah dapat berupa buku teks, buku tahunan,buku pegangan, dan pada level tertentu dapat berupa diktat atau draf buku.
2.
Jurnal: Jurnal adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel ilmiah, biasanya diterbitkan oleh organisasi profesi tertentu atau kelembagaan penelitian.
3.
Laporan periodik: Laporan periodik merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan secara teratur oleh institusi pemerintah atau swasta, dan artikel-artikel yang disajikan hanya terbatas pada hasil penelitian yang dikerjakan pada institusi.
4.
Buletin: Bulletin merupakan terbitan berkala yang umumnya hanya memuat satu artikel ilmiah yang secara singkat.
5.
Majalah: Majalah merupakan media massa yang diterbitkan secara teratur yang memuat opini, berita atau artikel, dan informasi lain.
6.
Laporan penelitian: Laporan penelitian merupakan “buku” yang memuat hasil penelitian secara utuh, mulai dari bagian awal, tubuh tulisan, disertai lampiran-lampirannya.
7.
Sirkular: Sirkular merupakan terbitan ilmiah yang dilakukan secar tidak teratur dan bahan sajiannya bersifat pendek dan praktis.
8. Leaflet: Leaflet berisi karangan ilmiah (meskipun adakalanya berupa informasi biasa) dan praktis sifatnya, diedarkan dalam bentuk kertas berlipat. 9. Annual review: Reviu tahunan atau annual review menyajikan resensi dari beberapa literature yang diterbiksn beberapa tahun sebelumnya. 10. Sumber lain: Peneliti atau penulis karya ilmiah dapat memperoleh artikel lepas yang tersedia di perpustakaan-perpustakaan atau langsung dari pengarangnya.
Selain sumber pustaka di atas, mengakses data ke internet merupakan suatu alternatif yang sangat membantu. Melalui jaringan ini, peneliti dengan mudah dapat mengakses data dan mentransfer data ke program MS-Word. Sistem penggolongan bahan pustaka yang paling umum dipakai pada banyak perpustakaan adalah “Sistem Klasifikasi Menurut Dewey” atau “Dewey Decimal Classification System”. System”. Dewey membagi pengetahaun secara umum menjadi 10 kelompok, dengan jabaran: 000 Karya Umum 100 Filsafat 200 Agama 300 Pengetahuan Sosial 400 Pengetahuan Bahasa 500 Pengetahuan Murni 600 Pengetahuan Praktis/Teknologi 700 Kesenian 800 Kesusastraan 900 Sejarah, Geografi, dan Biografi Sistem lain yag juga lazim dipakai untuk mengklasifikasikan bahan pustaka adalah Sistem Perpustakaan Kongres (Library of Congress System), yaitu klasifikasi besar dinyatakan dengan huruf dan klasifikasi spesifiknya dinyatakan dengan angka. Untuk mempercepat usaha menemukan sumber pustaka dan bahan saian yang diinginkan peulis atau peneliti harus memahami petunjuk praktis berupa: 1.
Pahami nomor kode buku atau call number.
2.
Kenali nama pengarang atau penulis buku atau sejenisnya dan pahami cara penulisan nama pengarang buku tersebut, terutama pada katalog dan indeks.
3.
Perhatikan katalog (daftar katalog itu umumnya dapat dilihat oleh siapa saja dengan mudah dan cepat). Biasakanlah memperhatikan daftar indeks yang tertera pada bagian-bagian akhir
sebuah buku, terutama untuk buku-buku yang dilengkapi dengan indeks. Dengan berpedoman pada daftar indeks,baik indeks subjek maupun indeks pengarang, informasi yang peneliti perlukan akan sangat mudah didapat.
BAB X BEBERAPA TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh peneliti, termasuk dalam penelitian kualitatif karena desain penelitian dapat dirombak setiap saat untuk memperoleh penelitian yang bermutu. Ketika berada di lapangan peneliti kualitatif kebanyakan dihadapkan dengan fenomena. Sehingga peniliti diharuskan hadir secara langsung untuk mengetahui kondisi dan fenomena di lapangan. Maka dapat disimpulkan hubungan kerja lapangan antara subjek penelitian dan peneliti merupakan suatu keharusan dalam penelitian kualitatif. Observasi partisipatif atau observasi partisipan merupakan teknik pengumpulan data yang paling lazim dipakai dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi partisipatif, peneliti harus banyak memainkan peran selayaknya yang dilakukan oleh subjek penelitian, pada situasi yang sama atau berbeda. Ada beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan oleh seorang peneliti untuk memainkan perannya mengikuti kegiatan subjek, antara lain: Pertama, Pertama, peneliti mendeklarasikan bahwa dia ikut memikul tanggung jawab manakala ada risiko atau kecelakaan yang muncul akibat kehadirannya. Kedua, observasi dilakukan melalui layar monitor sehingga meskipun peneliti tidak persis berada pada situasi itu, dia dapat mengalami secara langsung perilaku subjek. Ketiga, peneliti peneliti hanya berperan sebagai pengamat penuh atau lengkap dari jarak relative dekat, yaitu sama sekali tidak berpartisipasi dalam kegiatan subjek, melainkan semata-mata hanya mengamati. Keempat, atas kesepakatan antara peneliti dengan subjek penelitian, peneliti terlibat secara lengkap dan secara utuh berperan serta dalam kegiatan-kegiatan subjek, dengan hanya sedikit perbedaan antara peneliti dan subjek itu. Mengikuti pemikiran Bogdan pemikiran Bogdan dan dan Biklen Biklen (1982), berikut ini disajikan sejumlah faktor yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam kerangka observasi partisipatif, yaitu kesabaran dan kehati-hatian, pemahaman atas situasi yang tampak, perasaan, dan estimasi durasi observasi berlangsung. Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian peneli tian untuk dijawab. Pada peneltian kualitatif, wawancara mendalam dapt dilakukan dengan dua cara. Pertama,wawancara Pertama,wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini,
catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi. Berdasarkan strukturnya, pada penelitian kualitatif ada dua jenis wawancara. Pertama, wawancara relative tertutup. Pada wawancara dengan format ini, pertanyaan-pertanyaan difokuskan pada topik-topik khusus atau umum. Kedua, wawancara yang terbuk. Pada wawancara ini, peneliti memberikan kebebasan diri dan mendorongnya untuk berbicara secara luas dan mendalam.
BAB XI INSTRUMEN PENELITIAN SEBAGAI ACUAN TAMBAHAN
Instrumen utama pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah human instrument. Selain peneliti membutuhkan alat pengumpul data dan instrument yang diperlukan untuk meemukan data yang diangkat dari fenomena, peristiwa, atau dokumenter tentu. Data selanjutnya diolah dan ditarik kesimpulan. Tanpa instrumen yang baik tujuan penelitian tidak akan tercapai. Jenis-jenis instrument penelitian kualitatif: 1.
Angket terbuka Seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis dalam lembaran kertas atau sejenisnya dan disampaikan kepada responden penelitian untuk diisi.
2.
Wawancara mendalam Wawancara dilakukan kepada sejumlah responden yang jumlahnya relative terbatas dan memungkinkan peneliti untuk mengadakan kontak langsung secaa berulang-ulangsesuai keperluan.
3.
Observasi partisipan Pedoman observasi biasanya dalam bentuk daftar cek (check list) atau daftar isian yang meliputi:
4.
a.
Keperilakuan
b.
Keadaan fisik
c.
Pertumbuhan dan perkemangan subjek tertentu
Format-format untuk data lapangan
Format biasanya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data lapangan atau jumlah dari kelompok “subjek” tertentu.
BAB XII MANFAAT FOTOGRAFI DAN FUNGSI DATA STATISTIK
Fotografi adalah alat perekam data yang hasilnya berupa gambar atau foto. Dalam penelitian kualitatif, kualitatif , biasanya memberikan gambaran umum tentang situasi yang tampak dan partisipasinya juga memaparkan informasi factual dan spesifik yang dapat digunakan kaitannya dengan sumber lain. Namun penggunaan fotografi kerap menimbulkan kontroversi. Pertama, fotografi tidak layak digunakan sebagai pendukung data lapangan yang objektif karena mengundang distorsi. Kedua, fotografi dapat membantu peneliti memahami kehidupan yang tidak dapat di dekati dengan cara lain. Bagi peneliti kualitatif di bidang hukum, statistic angka kriminalitas di kepolisian, statisik kasus-kasus yang ada di kejaksaan, bisa digunakan. Angka statistic bermanfaat bagi penelitian di bidang social agama, budaya, atau hal yang berkaitan dengan focus penelitiannya.
BAB XIII MENGUMPULKAN MENGUMPULKAN DATA LAPANGAN
Baik atau buruknya hasil penelitian, khususnya hasil pengumpulan data, sangat bergantung pada pada cara pendekatan dan cara mengumpulkan data penelitian. penel itian. Oleh karena itu , teknik pengumpulan data perlu mendapat perhatian khusus pada setiap kerja penelitian kualitatif. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu perlu memahami cara pengumpulan data, prosedur perizinan dan mendapatkan izin penelitian, dan cara bertindak di lapangan. Baik menggunakan teknik observasi partisipatif, teknik wawancara mendalam maupun analisis dokumen.
Untuk mendapatkan izin penelitian tersebut sangat sulit. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti memiliki beberapa cara, pertama peneliti harus melakukan pendekatan secara personal dengan individu yang ada di lembaga formal pemberi izin tertentu. Kedua, melakukan pendekatan pada subjek penelitian. Ketiiga, melakukan penelitian secara sembunyi sembunyi , yang subjek penelitiannya tidak mengetahui tujuan peneliti yang sebenarnya. Bahwa untuk menjadi peneliti kualitatif, peneliti tidak hanya dituntut untuk mempelajari aspek aspek teknis tentang cara melakukan penelitian, berinteraksi dengan orang, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, penyesuaian diri dengan iklim dan sebagainya, tetapi juga harus merasakan bahwa peran itu penting dan cocok baginya.
BAB XIV CATATAN DATA PENELITIAN LAPANGAN
Peneliti kualitatif bergulat dengan data yang bersifat lunak. Disebut lunak karena data yang ada bersifat abstra, tidak tampak, atau tidak dapat dihitung satuan fisiknya. Peneliti kualitatif tidak cukup sebatas mencatat apa adanya atas fenomena, gejala, atau kondisi yang dilihat atau dirasakannya. Diperlukan ketajaman untuk mencandra data karena setiap peristiwa bisa menjadi data apabila dilihat dari sudut pandang tertentu, disertai dengan ketajaman pemikiran dan pencandraan dari seorang peneliti kualitatif. Catatan data lapangan sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam kerangka pengumpulan data lapangan, peneliti biasanya menggunakan dua catatan, yaitu petama catatan data lapangan dan catatan yang diperoleh langsung melalui wawancara. Kedua, catatan tentang subjek, berupa dokumen yang memuat catatan mengenai subjek atau catatan yang dibuat oleh subjek tertentu. Menurut Bogdan dan Biklen, material yang dimuat dalam catatan data lapangan dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu deskripsi dan refleksi. Deskripsi bersifat menjelaskan agar tidak terjadi kekaburan makna. Refleksi bersifat kecenderungan kontekstual, divergenitas atau lateralitas persepsial atas fenomena yang terjadi.
Cara membuat catatan data lapangan ada 3 bentuk yaitu, pertama menggunakan perekam, kedua membuat catatan tertulis atau disajikan dalam bentuk ketikan, ketiga menggunakan catatan memori atau ingatan yaitu mengandalkan kemampuan berfikir. Pengumpulan data pada sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan perilaku sosial, pendidikan, hukum, atau agama banyak bergantung pada subjek. Catatan subjek adalah semua tulisan tentang diri subjek yang sudah tersedia di tempat penelitian. Secara umum catatan subjek dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi/dokumen kantor.
BAB XV KESAHIHAN DAN KETERTIBAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian disebut ilmiah jika hasinya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional, empirik atau keduanya. Konsepsi semacam ini berlaku dalam bidang ilmu-ilmu ekstrak dan sosial karena keduanya memiliki derajat keilmiahan yang sama. Proses kerja penelitian sebagai kerja ilmiah, apakah dalam ilmu-ilmu alamiah atau ilmu-ilmu sosial, memutlakkan objektivitas. Sebuah proses kerja ilmiah disebut memenuhi kriteria objektivitas jika persyaratan kesahihan (validity) validity) dan keterandalan (reliability (reliability)) dipenuhi. Karena penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif merupakan bentuk kerja ilmiah, setiap penelitian menghajatkan objektivitas, kesahihan dan keterandalan. Objekrivitas bermakna sebagai sebuah proses kerja yang dilakukan menuju tercapainya kondisi objektif itu. Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif merupakan dua jenis paradigma yang berbeda. Masing-masing berangkat dari aksioma yang berbeda secara fundamental. Kesahihan dalam penelitian kualitatif terdiri dari dua jenis, yaitu kesahihan internal dan kesahihan eksternal. Kesahihan internal dan kesahihan eksternal maupun keterandalan merupakan keterandalan merupakan syarat mutlak bagi objektivitas dalam penelitian kualitatif. Kesahihan Internal Tardisi penelitian kuantitatif mendefinisikan kesahihan internal sebagai tingkat keberhasilan peneliti untuk memastikan ada atau tidaknya hubungan kausal antara variabel
atau peubah bebas terhadap variabel atau peubah bergantung yang terdapat dalam fokus penelitiannya. Pada penelitian kuantitatif delapan faktor tersebut harus dibuktikan sebagai tidak sahih jika suatu penelitian menghajatkan kesahihan internal yang tinggi. Pandangan tersebut ditolak oleh paradigma kualitatif karena dua alasan pokok yaitu: pertama pandangan – pandangan tersebut berakar pada aksioma tentang hakikat realita, hubungan peneliti subjek, keberadaan hubungan kausal dalam realita, dan peranan nilai. Kedua Kedua implikasi dari alasan pertama, tidak semua faktor pengencam sebagaimana dikemukakan Campbell & Stanley (1963) perlu diwaspadai. Faktor seleksi pembeda dan kegagalan pembeda tidak menjadi masalah karena memang tidak ada dua substansi yang sama persis. Kriterium kasahihan internal memintak kepada peneliti kualitatif untuk melaksanakan penelitian yang dapat merekonstruksi kompleksitas realita, secara holistik sebagaimana dikonstruksikan oleh responden. Lebih lanjut, peneliti kualitatif harus mendemontrasikan bahwa konstruksinya kredibel, yakni dapat dikonfirmasikan atau terkonfirmasi oleh konstruksi realita yang dibuat responden.
Kesahihan Eksternal Makna kesahihan eksternal berbeda anatar penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. LeComte & Goets (1982) menyebutkan empat faktor pengencam kesahihan eksternal dalam penelitian kualitatif : 1. Pengaruh
seleksi
( selection
effects), effects),
yang
responden
terpilihnya
tidak
merepresentasikan populasi yang dikonstruksikan. Misalnya, peneliti ingin arena mengetahui kebijakan akademik pada sebuah universitas. Karena sebagian besar pejabat akademik tidak dpaat dihubungi peneliti ketika melakukan tugas lapangan, penelti secara apa adanya melakukan wawncara terhadap orang-orang yang bisa ditemui di universitas itu. 2. Pengaruh situasi tempat penelitian ( setting effects), effects), terdapat fakta bahwa temuan penelitian semata-mata merepresentasikan situasi tempat penelitian. Contoh, ketika seorang peneliti melakukan observasi terhadap kondisi kebersihan sebuah rumah sakit di kabupaten, ditemukan kenyataan-kenyataan bahwa lingkungan kotor, sebagian besar toilet mampat, perawatnya lebih banyak bercengkrama antar
sesama ketimbang mengurusi pasien, plafon penuh dengan sarang laba-laba, lalu di merefleksikan ranah kognitifnya bahwa kondisi ruamh sakit di kabupaten begitulah adanya. Padahal, tidak semua rumah sakit di kabupaten menampilkan sosok rumah sakit yang pernah dikunjunginya. 3. Pengaruh
sejarah
(historical (historical
effects), effects),
fakta
bahwa
temuan
penelitian
merepresentasikan keunikan pengalam sejarah. Misalnya, jika seorang jaksa ditemukan menerima suap, peneliti merefleksikan bahwa jaksa-jaksa terdahulu juga seperti itu. 4. Pengaruh konstruksi (construct ( construct effects), effects), fakta bahwa konstruk peneliti peneliti hanya bersesuaian dengan responden dengan peneliti. Misalnya, jika peneliti memiliki persepsi bahwa tingkat pengetahuan umum dan daya cerna. Subjek penelitian rendah, dia akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak substansial. Dapat disimpulkan kriterium kesahihan eksternal meminta peneliti kualitatif untuk menghasilkan peneliti yang dapat mendeskripsikan rekonstruksi realita secara lengkap dan detail sebagaimana dikontruksikan oleh responden penelitiannya. Cara seperti ini memungkinkan orang lain mengenali situasi tempat penelitian semirip mungkin kemudian menerapkannya pada situasi tempat penelitian yang baru memiliki kesamaan dengan situasi tempat penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak terjadi hubungan yang saling mereduksi antara kesahihan eksternal terhadap internal.
Keterandalan Dalam penelitian kualitatif keterandalan didefinisikan sebagai keajekan hasil pengukuran dalam penelitian. Ini berarti bahwa suatu alat ukur yang andal akan menghasilkan alat uji yang relatif stabil. Penelitian kualitatif mengembangkan konsepsi alternatif bahwa keterandalan penelitian tidak terletak pada bisa atau tidaknya direplikasi oleh peneliti yang bersangkutan oleh peneliti peneliti lain.
BAB XVI TEKNIK MENCAPAI KESAHIHAN DAN KETERANDALAN
Dalam penelitian kualitatif, teknik dalam pencapain kesahihan dan keterandalan cenderung nisbi karena lebih banyak mengandalkan metode kerja dan kemampuan intelektual peneliti. Bagi peneliti kualitatif, usaha untuk mencapai kasahihan dan keterandalan itu relatif rumit. Menurut Bogdan dan Biklen (1982), ada lima teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk penelitian kuantitatif yang memenuhi kriterium kesahihan internal, yaitu : (1) aktivitas yang dapat mempertinggi peluang mendapatkan temuan penelitian yang kredibel (2) olah otak secara intensif dengan sejawat (3) analisis kasus negatif (4) ketetapan rujukan (5) pengecekan ke responden. Kesahihan eksternal menjadi keharusan dalam penelitian kualitatif, satu-satu cara untuk mencapai kesahihan eksternal adalah memberi deskripsi yang mendalam dan kaya pada konstruksi realita. Upaya ke arah itu secara operasional dapat dipadukan pada teknik pencapai kesahihan internal. Untuk mempertajam pemahaman peneliti, ada beberapa hal yang yang perlu diperhatikan sehingga menghasilkan deskripsi yang mendalam, yaitu -rinci secra deskriptoir, indikator dan unsur-unsuryang ada dalam setiap hipotesis kerja yang dikembangkan, -himpun dan dokumenkan semua informasi ynag mengafirmasi maupun ynag menegasi hipotesis kerja penelitian, -catat semua kesan, langkah-langkah, interpretasi, dan rekonstruksi yang dialami selama penelitian, -muatlah sebanyak mungkin hal-hal yang mempersentasikan butir-butir yang tertuang pada poin 1 samapai 3 diatas ke dalam hasil penelitian. Dengan cara demikian, peneliti dapat menghasilkan laporan penelitian yang memuat seperangkat hipotesis kerj, disertai dengan deskripsi rinci tentang waktu dan konteks penelitian dilakukan. dil akukan. Disini peneliti tidka ti dka dilarang untuk mengkaitkan dengan situasi tempat penelitian lain l ain (dalam arti ruang maupun waktu), sabagaimana saba gaimana telah dilaporkan oleh peneliti lain, namun memiliki sejumlah kesamaan. Guba (1981) mengajukan empat untuk mencapai keterandalan penelitian kualitatif yaitu: 1. Tembak langsung pencapaian kesahihan penelitian karena pada dasarnya tidak ada kesahihan tanpa keterandalan dan tidak sebaliknya. Dengan pencapaian kesahihan secara demikian, tidak ada masalah terhadap kriteria keterandalan. 2. Memperoleh keterangan atau menangkap fenomena penelitian dengan menerapkan berbagai metode. 3. Mencapai
keterandalan penelitian melalui semacam replikasi, seperti lazimnya yang dipakai dalam tradisi penelitian kuantitatif. 4. Mencapai keterandalan penelitian, melalui pemeriksaan penelitian mirip dengan pemeriksaan pembukuan dalam dunia dunia bisnis. Jurnal refleksi yang dimaksudkan di sini adalah catatan harian yang dibuat peneliti yang menginformasikan pengalaman peneliti (refleksi diri) dan metode yang digunakan. Refleksi diri dapat menginformasikan banyak hal kepada peneliti karena peneliti sendiri bertindak
sebagai
instrumen
penelitian.
Berbeda
dengan
refleksi,
metode
dapat
menginformasikan keputusan metodologik dan penalaran yang dikembangkan oleh peneliti. Hal ini menegaskan bahwa kegunaan jurnal refleksi bukan semata-mata untuk keperluan pengendalian diri bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian yang sahih dan andal serta untuk memajukan kiat peneliti pada kesempatan yang lain.
BAB XVII ANALISIS DATA SELAMA PENELITI BERADA DI LAPANGAN LA PANGAN
Data adalah data. data baru bermakna jika ditafsirkan atau dianalisis pada konteksnya. Data hanya bermakna jika di analisis secara akurat dan saksama untuk diberi makna. Dalam penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif harus melaksanakaan analisis data. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, proses penelitian kualitatif dapat dilaksanakan sejak peneliti berada di lapangan maupun setelah kembali dari lapangan Analisis data merupakam proses pencandraan dan penyusunan transkrip interview serta material lain yang telah terkumpul. Agar peneliti daapat pemahaman terhadap data untuk di sajikan kepada orang lain dengan jelas tentang apa yang didapatkan dari lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis data ketika peneliti masih dilapangan dan analisis data setelah kembali dari lapangan. Terdapat analisis data setelah pendataan disajikan pada bab tersendiri.merujuk pada pendapat bogdan dan biklen (1982) (1982) jika analisi data dilakukan masih berada di lapangan. ada 9 prinsip 1.
Lingkup studi usahakan dipersempit Usaha mempersempit lingkup studi mengandng makna bahwa setelah peneliti dapat menjelajahi situasi tempat penelitian,menghubungi berbagai subjek dan mengembangkan
fokus segera penelitian yang didasari atas kebutuhan dan minat, menentukan ketajaman fokus lingkup pengumpulan data.kegiatan memperswmpit lingkup ini di lakukan setelah 3-4 hari kunjungan atau wawancara. Jika peneliti menemukan beberapa fenomena menarik,peneliti harus memfokuskan penelitian pada aspek yang paling menarik diantara yang menarik itu. Dan dikaji secara intensif dan e kstensif 2.
Menjaga konsistensi kerja pada usaha penyelesaian studi Penelitian kualitatif terdiri dari beberapa tipe, seperti studi kasus organisasi,studi observasi, studi sejarah kehidupan seseorang, studi atas fenomena sosiologi dan antropologis dsb. Masing- masing tipe membawa implikasi pada cara pengumpulan pengumpulan data yang akan menghasilkan data sesuai dengan tipe studi tersebut.
3.
Kembangkan pertanyaan – pertanyaan – pertanyaan pertanyaan analitik Peneliti pemula hanya mampu mengajukan pertanyaan deskriptif dan konvergen, dan sangat sukit untuk menangkap fenomena secara luas dan mendalamkarena masih bersifat umum pada rancangan penelitian. Namun bila terjun ke lapangan peneliti harus menilai kembali pertanyaan yang relevan dan harus diformulasikan kembali untuk lebih mengarah ke proses kerja. Peneliti kualitatif biasanya membedakan antara pertanyaan bersifat teoritis formal dan pertanyaan teoritis substansi. Pertanyaan teoritis substansial lebih menfokus pada situasi tempat penelitian tertentu atau pada suatu bingkai pertanyaan inti, misal bagaimanakah profil gaya kerja hakim ketika memutuskan perkara yang tergolong berat di lembaga peradilan ?, untuk mengubah pertanyan ini menjadi teoritis formal cukup di ubah kata-katanya menjadi bagaimanakah gaya kerja hakim ketika memutus perkara berat ?.
4.
Berburulah secara runtut untuk memperluas dan mempertajam data. Hasil review catatan data lapangan secara periodik, peneliti harus merefleksikan pemikiran pada data apa yang diburu lebih lanjut. Hal ini mengenai data yang bekum diketahui, hal ini harus mengalokasikan lebih banyak waktu, kegiatan ini mengarahkan peneliti pada pengumpulan data untuk untuk lebih fokus terhadap permasalahan penelitian.
5.
Buatlah komentar tertulid secara tajam atas ide- ide yang muncul Komentar peneliti merupakan bagian dari catatan lapangan. Komentar tersebut memuat pikiran dan perasaan peneliti terhadap suatu peristiwa yang dialaminya dan dibuat bersamaan dengan peneliti melihat suatu fenomena. Kreatifitas peneliti sangat di butuhkan dalam membuat catatan penting.
6.
Buatlah ikthisar secara akurat
Setelah pengumpulan data mendekati cukup, dengan 3-5 kali pendataan, peneliti dianjurkan untuk membuat ikthisar sekitar satu sampai tiga halaman. lalu peneliti harus membuat komentar atas ikhtisar yang di buatnya.Kegiatan ini berlangsung secara kontinue. Komentar atau memo dapat memberikan wawasan bagi peneliti untuk merekflesikan isu yang muncul dalam situasi tempat penelitian dan menghubungkannya dengan isu dan teori lebih luas, metodologik, serta isu-isu yang ada. 7.
Konfrontasikan ide-ide dan tema pada subjek penelitian Istilah ini bermakna bahwa jika ada informasi yang masih diragukan peneliti perlu mengklarifikasikannya pada subjek penelitian. Peneliti mengajukan gagasan atau pertanyaan pada subjek yang dipilih yang ada hubungannya dengan isu yang diketahui lebih lanjut.
8.
Eksplorasilah literatur seawal mungkin. Berkaitan dengan mereview literatur glasse dan glasser (1967) dan bogdan dan biklen (1982) menyarankan setelah peneliti berada di lapangan untuk beberapa saat, barulah ia mengkaji literatur substansif dalam bidang penelitian. Tindakan ini sangat membantu peneliti dalam melakukan analisis banyak membaca dasar teoritis atau hasil penelitian yang relevan dengan bidang yang sedang diteliti sangat mempermudah proses analisis data
9.
Bermainlah dengan metafora, analogi, dan konsep-konsep. Fenomena lapangan yang ditemui bukanlah fenomena dalam makna sesungguhnya, melainkan tidak lebih dari metafora, bahkan mungkin fatamorgana. Untuk menjadi peneliti kualitatif yang berhasil jangan tejebak dalam pengumpulan data pada tempat yang sangat khusus dan mendetail hingga tidak dapat menghubungkannya dengan situasi tempat penelitian yang lain sehingga alur pengalaman orang lain yang tersedia.akhirnya berkaitan dengan analisis data ketika masih di lapangan.
BAB XVIII ANALISIS DATA PASCA PENDATAAN DI LAPANGAN PENELITIAN
Mengolah data merupakan salah satu tahapan yang tidak dapat dihindari dalam penelitian, baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif,bahkan kuasi penelitian. Pengolahan
dan analisis data dalam skema kerja penelitian kualitatifbersifat kontinue, setidaknya sejak peneliti berada di lapangan hingga dia kembali ke meja kerjanya kerjanya pasca pengumpulan data Pendekatan observasi partisipasif atau wawancara mendalam mengharuskan peneliti kualitatif berlama-lama di lapangan disarankan tidak meninggalkan tempat sebelum yakin semua kebutuhan data terpenuhi, dan melalui proses pendataan dan pengulangan yang panjang. Pada sisi lain jika ingin mengklarifikasi data kembali ke lapangan, sangat sulit, memakan waktu dan memerlukan dana yang cukup besar bagi peneliti pemula bahka bagi peneliti ynag telah berpengalaman sekalipun data penelitian yang diperoleh dari lapangan dapat membuatnya bingung, tidak jelas untuk memulainnya dari mana. peneliti bisa mengklasifikasikan benda-benda itu berdasarkan ukuran, warna keluaran pabrik, materialnya dan sebagainya,, kegiatan oni usng disebut sebagai proses dalam pengembangan kategori pengodean. pengodean. Pemberian kode dangat populer dalam kerangka penelitian kuantitatif meskipun juga sering dilaukan dalam penelitian kualitatif. Bentuk pengkodean atau lebih khusus lagi untuk masing-masing kategori dapat dibuat sendiri oleh peneliti. Akan tetapi ada ketentuan minimum yang harus dipenuhi dalam pengkodean ini, pertama kode yang diberikan memenuhi kaidah logika berfikir normal misal tinggi diberi kode T dan rendah diberi kode R Meskipun sidatnya tidak lebih dari sebuah kode, kurang memenuhi logika berfikir ormal jika tinggi diberi kode R dan rendah diberi kode T. contoh diatas tidak lebih sebuah penggambaran
ringkas
kategori
dan
pendekatan
teoritis
dapat
digunakan
untuk
mengembangkan sistem pengkodean. Munculnua berbagai kategori pengkodean disebabkan adanya variasi pertanyaan penelitian dan variasi fokus perhatian. Menurtu bogdan dan biklen khususnya (2982) rumpun pengkodean dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Kode kata situasi atau kode konteks. Pengkodean informasi yang bersifat paling umum dari tata situasi, topik atau banyak subjek yang disortir dan dipilah tidak menutup kemungkinan adanya variasi kode dalam banyak studi satu kode sudah cukup untuk meliputi material hasil pendataan. Kode itu akan mempermudah peneliti untuk mengatur atau membuat deskripsi tentang tata situasi, subjek, atau topik tertentu. Pemberian kode berlaku untuk data yang bersifat lunakdata fisikal dimaksud dapat berupa catatan data lapangan, memo penelitian , lembaran refleksi komentar peneliti atau wawasan baru yang dapat dilapangan. Misal kode situasi di beri kode KS, Catatan data lapangan di beri kode CL dan lain-lain
2. Kode definisi situasi Pemberian kode ini dimaksudkan agar peneliti dapat menempatkan unit-unirt data kualitatif pada tempat yang sesuai.dengan ini peneliti akan mendapatkan gambaran mengenai informasi yang berkaitan dengan subjek, tata situasi atau topik-topik khusus. 3. Kode perspektif yang dipegang oleh subjek Rumpun kode ini merujuk pada cara berfikir yang sekelompok atau sebagian subjek menggunakan statemen tertentu yang hanya dapat di mengerti oleh mereka. 4. Kode cara- cara berfikir subjrk tentang orang-orang dan objek-objek. Rumpun kode ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana subjek saling memahami diantara sesama mereka, terhadap orang luar, dan terhadap objek-objek yang ada disekitar mereka 5. Kode proses Rumpun kode ini mengacu pada pengategorian mengenai alur kehidupan seseorang secara sekuensial 6. Kode aktivasi Rumpun kode ini merujuk pada upaya melihat perilaku tertentu dari subjek tertentu pula.contoh siswa yang suka merokok, merokok, bolos sekolah dll 7. Kode peristiwa Rumpun kode ini di gunakan pada unit-unit data yang berkaitan dengan aktivitas khusus yang terjadi pada tata situasi atau dalam kehidupan sbjek yang di wawancarai. 8. Kode strategi Bermakna taktik, cara teknik yang di senangi bersama termasuk cara lain yang di sadari subhej dan dilakukannya untuk menyelesaikan berbagau hal. 9. Kode struktur sosial dan pergaulan Rumpun kode ini mengacu pada pola umum tingkah laku interaktif diantara sekelompok orang apakah mereka berstatus resmi sebagai manusia organisasi, pegawai honorer atau pegawai negeri
10. Kode metode Rumpun ini mengacu pada pemisahan bahan-bahan yang relevan atau tidak relevan dikaitkan dengan prosedur penelitian 11. Sistem kode yang telah ditentukan sebelumya Rumpun kode ini umumnya digunakan pada penelitian yang bersifat evaluatif peneliti biasanya mendapatkan pesanan dari sponsor untuk berbagai masalah pada suatu tata situasi atau subjek. Kodifikasi Setelah mengembangkan kategori pengodean, peneliti harus membjuat daftar dan memberikan tanda untuk setiap unit. Kodifikasi dapat dilakukan dengan cara: a.
Pendekatan memotong dan memasukkan Cara ini dipakai dengan cara memotong unit- unit data dan catatan peneliti kemudian dimasukkan dalam folder. Masing-masing diberi tanda dengan satu kode tertentu.
b.
Sistem file card Diawali dengan mengumpulkan lembaran lembaran data dan mengelompokkannya
c.
Kartu informasi retrieval Dilakukan dengan mengetik seluruh data unit demi unit di atas kertas yang telah disediakan. Semua kertas diberi lubang yang sama, sesudah diketik kertas dipotong kemudian data di simpan di kotak khusus, untuk menggunakan kartu cukup dengan mengeluarkan kartu dari kotak dan mencari hubungannya dengan kategori yang sudah dibuat.
BAB XIX PELAPORAN HASIL PENELITIAN
Setelah peneliti melakukan analisis data secara kualitatif maka tugas peneliti selanjutnya adalah menulis laporan penelitian. Tujuan laporan penelitian adalah melaporkan
proses dan hasil kerja penelitian agar dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas atau pemakai disamping tujuan yang diperuntukkan diperuntukkan bagi peneliti itu sendiri. Dengan kata lain peneliti mempublikasikan
hasil
temuannya
untuk
menambah
pengetahuan
pembaca
atau
diaplikasikan oleh pengguna hasil penelitian. Sistematika laporan mempunyai standar minimal dan standar rasional. Standar minimal laporan penelitian srkripsi, tesis, disertasi biasanya ditentukan oleh masing-masing Lembaga. Peneliti biasanya cenderung menggunakan standar rasional yaitu sistematika laporan yang disusun menurut logika berpikir rasional meliputi pendahuluan, kajian pustaka, metodologi, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, rekomendasi dan implikasi. Karya ilmiah yang baik harus memiliki focus yang jelas yaitu rumusan dan tujuan yang jelas. Mengembangkan suatu focus berarti menentukan apa yang ingin dikatakan pembaca. Menurut Bogdan dan dan Biklen ada 3 macam focus yaitu : 1. Focus Tesis Fokus tesis adalah suatu preposisi yang diajukan oleh peneliti yang kemudian barangkalibisadidebat oleh orang lain. Peneliti dapat membandingkan yang diajukan sebelum pelaksanaan dengan apa yang telah dibuktikan dalam penelitian. Tesis merupakan suatu focus yang baik karen abersifat argumentatif dan dapat menimbulkan minat membaca. 2. Focus Tema Tema adalah beberapa konsep atau teori yang muncul dari data penelitian. Tema dapat dirumuskan dalam bentuk abstraksi dari pernyataan-pernyataan tentang situasi tertentu hingga pernyataan umum tentang manusia, perilaku mereka,dan situasi pada umumnya. 3. Focus Topik Topik merupakan deskripsi atau gambaran. Memilih topik yang tepat untuk laporan sangat bergantung pada seberapa jauh peneliti mengenal lapangan tempat bekerja dan apa yang diperlukan.
BAB XX TATA PRESENTASI EFEKTIF HASIL PENELITIAN
Pembuat kebijakan pada umumnya adalah orang sibuk yang menyebabkan mereka tidak punya waktu dan motivasi kuat untuk membaca naskah akademik hasil penelitian secara berulang-ulang, apalagi naskahnya cukup panjang. Kalaupun naskah akademik untuk rekomendasi atau hasil penelitian itu disusun secara sangat singkat 5 halaman di ketik dengan spasi tunggal supaya pembuat kebijakan untuk memahaminya tidak terlalu mudah, lebihlebih di dalamnya memuat istilah isti lah teknis. Pembuat kebijakan hendaknya tidak disibukkan oleh beberapa gangguan teknis yang termuat dalam naskah akademik seperti masala h Bahasa, cara pengetikan, penggunaan istilah yang terlalu akademik. Peneliti pun adakalanya membuat kesalahan-kesalahan karena asyik dengan Teknik-teknik analitik yang justru mempersempit konsepsinya. Pembuat kebijakan diluar perguruan tinggi piawai dalam dunia birokrasi, tapi banyak diantaranya “rendah diri” untuk hal-hal hal-hal yang sangat akademik. Menyusun naskah akademik hasil penelitian dituangkan dalam lembar-lembar kertas yang harus memperhatikan : a. Tata prakondisi yang harus ada sebelum rekomendasi disusun b. Memenuhi syarat sebuah naskah akademik hasil penelitian yang baik c.Perhatikan hal-hal yang perlu mendapatkan penekanan dan tidak memuat hal-hal yang tidak perlu d. Perhatikan tata tulis dan kesimetrisan pola sajian
BAB XXI PENULISAN NASKAH UNTUK JURNAL PUBLIKASI Naskah yang dikirim harus menyajikan hasilpenelitian atau hasil observasi orisinil yang relevan dengan sifat khas jurnal. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan pada jurnal atau media lain lai n dan tidak akan dikirimkan ke jurnal atau media lain sebelum dilakukan penilaian terhadap kelayakan atau ketidaklayakan terbit dan pengirim naskah menerima laporannya, dengan cara penyajian yang sama atau berbeda. Isi naskah sepenuhnya menjadi
tanggungjawab penulis naskah yang dimuat tidak selalu mencerminkan pendapat penyunting atau redaktur jurnal yang diterbitkan. Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas kuarto atau A470 80 gram, diketik rapi dengan spasi ganda (kecuali abstrak atau sitasi lebih dari lima baris dengan spasi tunggal), bisa menggunakan mesin ketik, mesin IBM, atau computer dengan ukuran huruf 12 pica. Naskah disusun secara sistematis dengan urutan-urutan berikut: a.
Sirahan (running head);
b.
Judul;
c.
Abstrak;
d.
Teks atau batang tubuh;
e.
Ucapan terimakasih;
f.
Daftar pustaka;
g.
Table/gambar(kalau ada);
h.
Catatan kaki(kalau ada);
i.
Gambar asli atau foto(kalau ada);
j.
Appendik(kalau ada).
Seetiap halam diberi nomor secara berurutan dengan menggunakan angka Arab.