BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tetanus masih sering ditemui di seluruh dunia dan merupakan penyakit endemik di 90 negara berkembang. Bentuk yang paling sering pada anak adalah tetanus neonatorum yang neonatorum yang menyebab menyebabkan kan kemati kematian an sekita sekitarr 500.000 500.000 bayi bayi tiap tiap tahun tahun karena karena para para ibu tidak tidak diimun diimunis isasi asi.. Sedangkan tetanus pada anak yang lebih besar berhubungan dengan luka, sering karena luka tusuk akibat objek yang kotor.1,2 Penyakit Penyakit tetanus tetanus kebanyakan kebanyakan terdapat terdapat pada anak-anak anak-anak yang belum pernah mendapatkan mendapatkan imunasi tetanus !P"#. !i negara sedang berkembang seperti $ndonesia, insiden dan angka kematian dari penyakit tetanus masih %ukup tinggi. &al ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, pera'atan luka kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus.1,2 Spora Clostridium tetani dapat tetani dapat ditemukan dalam tanah dan pada lingkungan yang hangat, biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada in(eksi tali pusat "etanus "etanus )eonatorum#.2,5 Peny Penyak akit it ini adal adalah ah peny penyak akit it in( in(eks eksi yang ang menga engaki kiba batk tkan an spasme otot otot toni tonik, k, hiperre(leksia menyebabkan trismus lockjaw lockjaw#, #, spasme otot umum, melengkungnya punggung opistotonus opistotonus#, #, spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.2
1.2 Tujuan
*dapun tujuan dan pembuatan re(erat ini adalah untuk mengetahui de(inisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, mani(estasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, hingga bagaimana penatalaksanaannya.
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi
"etanus adalah penyakit neurologis dengan tanda utama kekakuan otot spasme# tanpa disertai gangguan kesadaran. +ejala ini bukan se%ara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin tetanospasmin#, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani pada sinaps ganglion sambungan tulang belakang, sambungan neuro mus%ular neuro muscular junction# dan sara( otonom.1
2.2 Etiologi
uman yang menghasilkan toksin adalah Clostridridium tetani, kuman ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 25 m dan lebar 0,/0,5 m memiliki si(at 1,2,/ •
Basil +ram-positi( dengan spora pada pada salah satu ujungnya sehingga membentuk gambaran khas seperti pemukul genderang drum stick #.
•
bligat anaerob berbentuk egetati( apabila berada dalam lingkungan anaerob# dan dapat bergerak dengan menggunakan (lagella.
•
3enghasilkan eksotoksin yang kuat.
•
3ampu membentuk spora terminal spore# yang mampu bertahan dalam suhu tinggi dalam autokla( pada suhu 1214 selama 1015 menit#, kekeringan dan desin(ektans (enol dan lainnya#. Spora dapat menyebar kemana-mana, men%emari lingkungan se%ara (isik dan biologik. Spora mampu bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan selama bertahun-tahun.
•
uman hidup di tanah, debu, dan di dalam usus binatang, terutama pada tanah di daerah pertanian6peternakan. 7mumnya, spora bakteri ini terdistribusi pada tanah dan saluran pen%ernaan serta (eses dari kuda, domba, anjing, ku%ing, tikus, babi, dan ayam.
•
Clostridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin. 8ungsi dari tetanolisin tidak diketahui dengan pasti, namun juga dapat menyebabkan lisis dari sel-sel darah merah. "etanospamin yang dapat menyebabkan penyakit tetanus, merupakan toksin 2
yang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. "etanospasmin merupakan protein dengan berat molekul 150.000 !alton, larut dalam air, labil pada panas dan %ahaya, rusak dengan enim proteolitik. •
Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak meme%ah protein dan tidak mem(ermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas &2S. 3enghasilkan gelatinase dan indol positi(.
a!"ar 1. 3ikroskopis Clostridium tetani Su!"erommons :ikimedia. http66'''.google.%o.id6upload.'ikimedia.lostridium;tetani.jpg /
2.# E$i%e!iologi
"etanus tersebar di seluruh dunia dengan angka kejadian tergantung pada jumlah populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat populasi masyarakat yang tidak kebal, tingkat pen%emaran biologi lingkungan peternakan6 pertanian, dan adanya luka pada kulit atau mukosa. "etanus pada anak tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah risiko tinggi dengan %akupan imunisasi !"P yang rendah angka kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi, akibat perbedaaan aktiitas (isiknya.1 !i negara berkembang seperti $ndonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih %ukup tinggi, hal ini disebabkan karena tingkat kebersihan masih sangat kurang, mudah terjadi kontaminasi, pera'atan luka yang kurang diperhatikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kekebalan terhadap tetanus. leh karena itu tetanus masih menjadi masalah kesehatan, terutama penyebab kematian neonatal tersering oleh karena tetanus neonatorum. *khir-akhir ini dengan adanya penyebarluasan program imunisasi di seluruh dunia, maka angka kesakitan dan kematian menurun se%ara drastis. 3
rafik 1. !ata $nsiden "etanus 3enurut :&
Su!"er "etanus
edBook
rafik 2. !ata $nsidensi "etanus )eonatorum 3enurut :&
Su!"er "etanus edBook
>eseroir utama kuman ini adalah yang mengandung kotoran ternak, kuda dan sebagainya, sehingga risiko penyakit ini di daerah peternakan sangat besar. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan terhadap kekeringan dapat bertebaran di mana-mana? misalnya 4
dalam debu jalanan, lampu operasi, bubuk antiseptik dermatol#, ataupun pada alat suntik dan operasi.1 Pada dasarnya tetanus adalah penyakit akibat penyakit pen%emaran lingkungan oleh bahan biologis spora#, sehingga upaya kausal menurunkan attack rate berupa %ara mengubah lingkungan (isik atau biologis. Port d’entre tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun diduga melalui1,2 1.
Biasanya penyakit ini terjadi setelah luka yang dalam misalnya luka yang disebabkan tertusuk paku, pe%ahan ka%a, kaleng atau luka tembak, karena luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang kotor, luka bakar dan patah tulang juga akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium tetani ini. :alaupun demikian luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga, atau tonsil dan traktus digestius serta gigitan serangga dapat pula merupakan port d’entré tempat masuk# dari Clostridium tetani. Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan anerobik, berubah menjadi egetati( dan berbiak %epat sambil menghasilkan toksin. !alam jaringan yang anaerobik ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oksigen jaringan akibat adanya benda asing, seperti bambu, pe%ahan ka%a dan sebagainya.1,2 &ipotesis mengenai %ara absorbsi dan bekerjanya toksin1,2,5 1. "oksin diabsorbsi pada ujung sara( motorik dan melalui aksis silindrik diba'a ke kornu anterior susunan sara( pusat.
5
2. "oksin diabsorbsi oleh susunan lim(atik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan sara( pusat. &ipotesis bah'a toksin pada a'alnya merambat dari tempat luka le'at motor endplate dan aksis silinder sara( tepi ke kornu anterior sumsum tulang belakang dan menyebar ke seluruh susunan sara( pusat, lebih banyak dianut daripada le'at pembuluh lim(e dan darah. Pengangkutan toksin ini mele'ati sara( motorik, terutama serabut motor. >eseptor khusus pada ganglion menyebabkan (ragmen toksin tetanus menempel erat dan kemudian melalui proses perlekatan dan internalisasi, toksin diangkut ke arah sel se%ara ekstra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membrane dan gangguan enim yang menyebabkan kolin-esterase tidak akti(, sehingga kadar asetilkolin menjadi sangat tinggi pada sinaps yang terkena. "oksin menyebabkan blokade pada simpul yang menyalurkan impuls pada tonus otot, sehingga tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin meningkat akan timbul kejang, terutama pada otot yang besar. "empat kerja utama toksin adalah pada sinaps inhibisi dari susunan sara( pusat, yaitu dengan jalan men%egah pelepasan neurotransmitter inhibisi seperti glisin, Gamma Amino Butyric Acid +*B*#, dopamine, dan noradrenalin.+*B* adalah neuroinhibitor yang paling utama pada susunan sara( pusat, yang ber(ungsi men%egah pelepasan impuls sara( yang eksesi(. "oksin tetanus tidak men%egah sintesis atau penyimpanan glisin maupun +*B*, namun se%ara spesi(ik menghambat pelepasan kedua neurotransmitter tersebut di daerah sinaps dangan %ara mempengaruhi sensiti(itas terhadap kalsium dan proses eksositosis.@ A(ek terhadap inhibisi presinap menimbulkan keadaan terjadinya letupan listrik yang terus-menerus yang disebut sebagai Generator of pathological enhance ecitation. eadaan ini menimbulkan aliran impuls dengan (rekuensi tinggi dari SSP ke peri(er, sehingga terjadi kekakuan otot dan kejang. Semakin banyak sara( inhibisi yang terkena makin berat kejang yang terjadi. Stimulus seperti suara, emosi, raba, dan %ahaya dapat menjadi pen%etus kejang karena motorneuron di daerah medula spinalis berhubungan dengan jaringan sara( lain seperti retikulospinalis. adang kala ditemukan saat bebas kejang interal#, hal ini mungkin karena tidak semua sara( inhibisi dipengaruhi toksin, ada beberapa yang resisten terhadap toksin.5 Da!$ak Toksin
6
1. !ampak pada ganglion pra sumsum tulang belakang disebabkan oleh karena eksotoksin memblok sinaps jalur antagonis, mengubah keseimbangan dan koordinasi impuls sehingga tonus otot meningkat dan otot menjadi kaku. 2. !ampak pada otak, diakibatkan oleh toksin yang menempel pada cerebral gangliosides diduga menyebabkan kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus. /. !ampak pada sara( autonom, terutama mengenai sara( simpatis dan menimbulkan gaya keringat yang berlebihan, hipertermia, hipotensi, hipertensi, aritmia, heart block atau takikardia.
2.' Manifestasi (linis
ariasi masa inkubasi sangat lebar, biasanya berkisar anatara 5-1@ hari. 3akin lama masa inkubasi, gejala yang timbul makin ringan. !erajat berat penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang tampak juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi atau lama period of onset . ekakuan dimulai pada otot setempat atau trismus, kemudian menjalar ke seluruh tubuh, tanpa disertai gangguan kesadaran. ekakuan tetanus sangat khas, yaitu (leksi kedua lengan dan ekstensi pada kedua kaki, (leksi pada kedua kaki, tubuh kaku melengkung bagai busur. esukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan sering merupakan gejala dini.1,2,@,C *da @ bentuk klinik dari tetanus, yaitu 1. Localized tetanus
Pada tetanus lokal dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi agonis, antagonis, dan (iksator#. &al ini merupakan tanda dari tetanus lokal. ontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progres dan biasanya menghilang se%ara bertahap. "etanus lokal ini bisa berlanjut menjadi generali!ed tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisa juga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari tetanus klasik atau dijumpai se%ara terpisah. &al ini terutama dijumpai sesudah pemberian pro(ilaksis antitoksin.1,5 2. Chepalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. 3asa inkubasi berkisar 1-2 hari, yang berasal dari otitis media kronik seperti dilaporkan di $ndia#, luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung. "etanus se(alik di%irikan oleh 7
lumpuhnya sara( kranial $$ yang paling sering terlibat. "etanus #phthalmoplegic ialah tetanus yang berkembang setelah menembus luka mata dan luka dalam dengan kelumpuhan dari sara( kranial $$$ dan adanya ptosis. Selain itu bisa juga kelumpuhan dari ). $, $D, D, D$, dapat sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan-bulan. "etanus se(alik dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosisnya buruk.1,5 #. Generalized tetanus
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul se%ara diam-diam. "rismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai 50 E#, bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. +ejala lain berupa risus sardoni%us $ardonic grin#, opistotonus, dan kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot perna(asan bisa menimbulkan sumbatan saluran na(as, sianosis, dan as(iksia. enaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi dapat men%apai @0o . Bila dijumpai hipertermi atau hipotermi, tekanan darah tidak stabil, dan dijumpai takikardia, penderita biasanya meninggal. !iagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.1,5 &. Tetanus neonatoru!
"etanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya in(eksi tali pusat, umumnya karena teknik pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu yang tidak mendapat imunisasi yang adekuat. +ejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme. Posisi tubuh klasik yaitu trismus, opistotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas (leksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan (leksi, jari mengepal, ekstremitas ba'ah hiperekstensi dengan dorso(leksi pada pergelangan dan (leksi jari-jari kaki. ematian biasanya disebabkan henti na(as, hipoksia, pneumonia, kolaps sirkulasi, dan kegagalan jantung paru.1 lasi(ikasi tetanus umum berdasarkan derajat panyakit menurut modi(ikasi dari klasi(ikasi *blettFs dapat dibagi menjadi @ bagian lihat "abel 1#.
8
Ta"el 1. lasi(ikasi *blett untuk !erajat 3ani(estasi linis "etanus
!erajat $ >ingan $$ Sedang
$$$ Berat $ Sangat berat
3ani(estasi linis Trismus ringan sampai sedang (3 cm); spastisitas umum tanpa spasme atau gangguan pernapasan;tanpa disfagia atau disfagia ringan. Trismus sedang (3 cm atau lebih kecil); rigiditas dengan spasme ringan sampai sedang dalam waktu singkat; laju napas>30x/menit; disfagia ringan. Trismus berat ( cm); spastisitas umum; spasmen!a lama; laju napas>"0x/menit; laju nadi > #0x/menit$ apneic spell, disfagia berat. (%erajat &&& ' gangguan sistem tnm termasuk kardiaskular) *ipertensi berat dan takikardia !ang dapat diselang+seling dengan hiptensi relatif dan bradikardia$ dan salah satu keadaan tersebut dapat menetap.
lasi(ikasi tetanus berdasarkan derajat keparahan, menurut skoring bla%k lihat "abel 2#. Ta"el 2. $coring Black
Sistem skoring 3asa inkubasi *'itan penyakit "empat masuk
1 ) C hari I @J jam
0 L C hari L @J jam Selain tempat tersebut
Spasme Suhu *ksilar • >ektal •
K#
-#
"akikardia dengan (rekuensi G 120H6menit. Pada neonatus G150H6menit# "etanus umum "otal skor 0-1 2-/ @ 5-=
L /J,@4 L @04
M /J,@4 M @04
K#
-#
K#
-#
!erajat eparahan >ingan Sedang Berat Sangat berat
"ingkat 3ortalitas I 10E 10-20E 20-@0 E G50E
Su!"er !ikutip dari &abermann, 19CJ, Ble%k, 1991 9
2.* Diagnosis
Biasanya tidak sukar. *namnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang sangat membantu. *namnesis yang teliti dan terarah selain membantu menjelaskan gejala klinis yang kita hadapi juga mempunyai arti diagnostik dan prognostik.
2.*.1 Ana!nesis
*namnesis yang dapat membantu diagnosis antara lain1 •
• • • •
*pakah dijumpai luka tusuk, luka ke%elakaan6patah tulang terbuka, luka dengan nanah atau gigitan binatang *pakah pernah keluar nanah dari telinga *pakah menderita gigi berlubang *pakah sudah pernah mendapat imunisasi !" atau "", kapan imunisasi yang terakhir Selang 'aktu antara timbulnya gejala klinis pertama trismus atau spasme lokal# dengan kejang yang pertama period of onset #
2.*.2 Pe!eriksaan +isik
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher. !alam 'aktu @J jam penyakit ini menjadi nyata dengan1 •
"rismus *dalah kekakuan otot maseter sehingga sukar membuka mulut. Pada neonates kekakuan ini menyebabkan mulut men%u%u seperti mulut ikan sehingga bayi tidak dapat menetek. Se%ara klinis untuk menilai kemajuan kesembuhan, lebar bukaan mulut diukur setiap
•
hari. %isus sardonikus *kibat spasme otot muka, sehingga tampak dahi mengkerut, alis tertarik ke atas, mata
•
agak tertutup, sudut mulut tertarik ke luar dan ke ba'ah, bibir tertekan kuat pada gigi. #pistotonus *dalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti otot punggung, otot leher kaku kuduk#, otot badan, dan trunk mus%les. ekakuan yang sangat berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur. Spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi. emudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. adang-kadang terjadi perdarahan intramus%ulus
•
karena kontraksi yang kuat. etegangan otot dinding perut sehingga dinding perut seperti papan. 10
•
ejang umum Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang a'alnya hanya terjadi setelah dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior#, misalnya di%ubit, digerakkan dengan kasar, atau terkena sinar yang kuat.
•
kejang semakin pendek sehingga anak jatuh dalam status konulsius. *s(iksia dan sianosis "erjadi akibat kejang yang terus menerus atau serangan pada otot pernapasan dan laring spasme laring#. >etensi urin dapat terjadi karena spasme otot s(ingter uretra.8raktur tulang panjang dan kolumna ertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang
•
sangat kuat. +angguan sara( autonom Pengaruh toksin terhadap sara( autonom menyebabkan gangguan irama jantung atau kelainan pembuluh darah, suhu tubuh yang tinggi (ebris# atau keringat banyak.
a!"ar 2. ,$istotonus&
2.*.# Pe!eriksaan Penunjang
"idak ada pemeriksaan laboratorium yang khas untuk tetanus.1 •
Pemeriksaan biakan pada luka perlu dilakukan pada kasus tersangka tetanus. )amun demikian, kuman C. tetani dapat ditemukan di luka orang yang tidak mengalami tetanus, dan seringkali tidak dapat dikultur pada pasien tetanus. Biakan kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik. Selain mahal, hasil biakan yang positi( tanpa gejala klinis tidak mempunyai arti. &anya sekitar /0E kasus C. tetani yang ditemukan
•
pada luka dan dapat diisolasi dari pasien yang tidak mengalami tetanus. )ilai hitung leukosit dapat normal atau tinggi. Pemeriksaan %airan serebrospinal dapat menunjukkan hasil yang normal. adar antitoksin di dalam darah 0,01 76m< atau lebih, dianggap sebagai imunisasi dan
•
bukan tetanus. adar enim otot kreatin kinase, aldolase# di dala m darah dapat meningkat.
• •
11
2.- Diagnosis Ban%ing
!iagnosis banding tergantung dari mani(estasi klinis utama dari penyakit. !iagnosis bandingnya adalah sebagai berikut lihat "abel /#. Ta"el #. !iagnosis Banding
PENA(IT $)8AS$ 3eningoen%ephalitis Polio >abies
AMBA/AN DI++E/ENTIAL !emam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal S8 "rismus tidak ada, paralisa tipe (lasid, abnormal S8 +igitan binatang, trismus tidak ada, hanya oropharingeal spasm &anya lokal, rigiditas seluruh tubuh atau spasme tidak ada "rismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
A<*$)*) 3A"*B<$ "etani era%unan strihnin >elaksasi phenothiaine
&anya carpopedal dan laryngeal spasm, hipokalsemia >elaksasi komplit diantara spasme !istonia, respons dengan diphenhydramine
PA)*$" )S Stastus epilepti%us &emorrhage atau tumor
Sensorium depressi "rismus tidak ada, sensorium depressi
A<*$)*) PS$$*">$ &ysteria
"rismus inkonstan, relaksasi komplet diantara spasme
A<*$)*) 37S7<S
"rauma hanya lokal
2.0 (o!$likasi
omplikasi dapat terjadi pada -
Sistem saluran perna(asan leh karena spasme otot-otot pernapasan dan spasme otot laring dan seringnya kejang menyebabkan terjadinya as(iksia. arena akumulasi sekresi salia serta sukar menelan air liur, makanan, dan minuman sehingga sering terjadi pneumonia aspirasi dan atelektasis akibat obstruksi oleh sekret. Pneumotoraks dan em(isema mediastinal biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi. 12
-
-
Sistem kardioaskular omplikasi berupa aktiitas simpatis meningkat antara lain berupa takikardia, hipertensi, asokonstriksi peri(er dan rangsangan miokardium. Sistem muskuloskeletal Pada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam otot. Pada tulang dapat terjadi (raktur %olumna ertebralis akibat kejang yang terus menerus terutama pada anak dan orang de'asa, beberapa peneliti melaporkan dapat terjadi miositis osi(ikans
-
sirkumskripta. omplikasi yang lain
mengganggu pusat pengatur suhu. Penyebab kematian pada tetanus ialah akibat komplikasi berupa bronkopneumonia, cardiac arrest , septi%emia, dan pneumotoraks.5,=
2. Penatalaksanaan
Pengobatan pada tetanus terdiri dari penatalaksanaan umum yang terdiri dari kebutuhan %airan dan nutrisi, menjaga kelan%aran jalan na(as, oksigenasi, mengatasi kejang, pera'atan luka atau port’d entre lain. Sedangkan penatalaksanaan khusus terdiri dari pemberian antibiotik dan serum anti tetanus.1
Penatalaksanaan u!u!
-
Penderita perlu dira'at dirumah sakit, diletakkan pada ruang yang tenang pada unit
-
pera'atan intensi( dengan stimulasi yang minimal. 3enjaga saluran na(as tetap bebas, kalau berat perlu trakeostomi 3emberikan tambahan oksigen dengan sungkup 3engurangi spasme dan mengatasi kejang !iaepam merupakan golongan benodiaepin yang sering digunakan. bat ini mempunyai aktiitas sebagai penenang, anti kejang, dan pelemas otot yang kuat tanpa menekan pusat kortikal. !osis diaepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,/ mg6kgBB dengan interal 2-@ jam sesuai gejala klinis atau dosis yang direkomendasikan untuk usia I 2 tahun adalah J mg6kgBB6hari diberikan oral dalam dosis 2-/ mg6/ jam. ejang harus segera dihentikan dengan pemberian diaepam 5 mg per rektal untuk BB I 10 kg dan 10 mg untuk BB G 10 13
kg, atau dosis diaepam intraena untuk anak 0,/ mg6kgBB6kali. Setelah kejang berhenti, pemberian diaepam dilanjutkan dengan dosis rumatan sesuai dengan klinis pasien. *lternati( lain untuk bayi diberikan dosis inisial 0,1-0,2 mg6kgBB6hari untuk menghilangkan spasme akut, diikuti in(use kontinu 15-@0 mg6kgBB6hari. Setelah 5-C hari dosis diaepam diturunkan bertahap 5-10 mg6hari dan dapat diberikan melalui +". "anda klinis membaik bila tidak dijumpai kejang spontan, badan masih kaku, kesadaran membaik, tidak dijumpai gangguan na(as. Bila dosis diaepam maksimal telah ter%apai namun anak masih kejang atau mengalami spasme laringm sebaiknya dipertimbangkan untuk dira'at di ruang pera'atan intensi( sehingga otot dapat dilumpuhkan dan mendapat bantuan perna(asan mekanik. *pabila dengan terapi antikonulsan dengan dosis rumatan telah memberikan respon klinis yang diharapkan, dosis dipertahankan /-5 hari. Selanjutnya pengurangan dosis se%ara bertahap sekitar 20 E dari dosis setiap 2 hari#.9 Penatalaksanaan kusus - *ntibiotik *ntibiotik ini hanya bertujuan membunuh bentuk egetati( dari C.tetani, bukan untuk toksin
yang dihasilkannya. *ntibiotik lini pertama yang diberikan adalah metronidaole $6oral dengan dosis a'al se%ara loading dose 15 mg6kgBB dalam 1 jam dilanjutkan /0 mg6kgBB6hari selama 1 jam perin(us setiap = jam selama C-10 hari.
usiaG J tahun#. Penyulit yang ada diberikan antibiotik yang sesuai.1 *nti serum !osis *"S yang dianjurkan adalah 100.000 $7 dengan 50.000 $7 $3 dan 50.000 $7 $. Pemberian *"S harus berhati-hati akan terjadinya reaksi ana(ilaksis. Pada tetanus anak pemberian anti serum dapat disertai imunisasi akti( !" setelah anak pulang dari rumah sakit. Bila (asilitas tersedia dapat diberikan &"$+ &uman "etanus 'mmune Globulin# /.000-=000 $7 $3.1,9
Tatalaksana Tetanus Neonatoru! - Berikan %airan intraena dengan larutan glukosa 5E dan )a%l (isiologis @1# selama @J-C2
jam selanjutnya $8! hanya untuk memasukkan obat. Qika pasien telah dira'at lebih dari 2@ jam atau pasien sering kejang atau apnea, diberikan larutan glukosa 10E dan natrium bikarbonat 1.5E dalam perbandingan @1 periksa analisa gas darah terlebih dahulu#.1,9 14
!iaepam a'al dosis 2,5 mg $ perlahan-lahan selama 2-/ menit, kemudian diberikan dosis rumat J-10 mg6kg BB6hari melalui $8! diaepam dimasukkan ke dalam %airan in(us dan diganti setiap = jam#. Bila kejang masih sering timbul, boleh ditambah diaepam lagi 2,5 mg se%ara $ perlahan-lahan dan dalam 2@ jam berikutnya boleh diberikan tambahan diaepam 5 mg6kg BB6hari sehingga dosis diaepam keseluruhannya menjadi 15 mg6kg BB6hari. Setelah keadaan klinis membaik, diaepam diberikan peroral dan diturunkan se%ara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila makin berat, diaepam -
diberikan per oral dan setelah bilirubin turun boleh diberikan se%ara $.1 *"S 10.000 76hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan $3. Perin(us diberikan
-
20.000 7 sekaligus.1 *mpisilin 100 mg6kg BB6hari dibagi dalam @ dosis $ selama 10 hari. Bila pasien menjadi sepsis, pengobatan seperti pasien sepsis linnya. Bila pungsi lumbal tidak dapat dilakukan
-
pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis bakterialis.1 "ali pusat dibersihkan6dikompres dengan alkohol C0E atau betadin 10E.1 Perhatikan jalan na(as dan tanda-tanda ital lainnya, bila perlu berikan oksigen.1
2.13 Prognosis
Prognosis tetanus pada anak dipengaruhi oleh beberapa (aktor. Qika masa inkubasi pendek kurang dari C hari#, usia yang sangat muda neonatus#, period of onset yang pendek jarak antara trismus dan timbulnya kejang kurang dari @J jam#, (rekuensi kejang yang tinggi, pengobatan terlambat, adanya komplikasi terutama spasme otot pernapasan dan obstruksi jalan napas, semua ini prognosisnya buruk.1,9,10 3ortalitas tetanus masih tinggi, di bagian $lmu esehatan *nak >S3 Qakarta didapatkan angka J0 E untuk tetanus neonatorum dan /0 E untuk tetanus anak.1
2.11 Pen4egaan
3engingat pera'atan kasus tetanus sulit dan mahal maka untuk pen%egahan, perlu dilakukan1,2,@
15
•
Pera'atan luka Pera'atan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk, luka kotor atau luka yang diduga ter%emar dengan spora tetanus.
•
Pemberian *"S dan "oksoid "etanus pada luka Pro(ilaksis dengan pemberian *"S hanya e(ekti( pada luka baru kurang dari = jam# dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi akti(.
•
$munisasi akti( $munisasi akti( yang diberikan yaitu !P", d", atau "oksoid "etanus. Qenis imunisasi tergantung dari jumlah golongan umur dan jenis kelamin. aksin !P" diberikan sebagai imunisasi dasar sebanyak / kali, !P" $ pada usia 1J bulan dan !P" pada usia 5 tahun, dan saat usia 12 tahun diberikan d". "oksoid tetanus diberikan pada 'anita usia subur, perempuan usia 12 tahun, dan ibu hamil. !P"6d" diberikan setelah pasien sembuh dilanjutkan imunisasi ulangan diberikan sesuai jad'al, oleh karena tetanus tidak menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
I!unisasi DPT 5Di$teri Pertussis Tetanus6
aksin !P" adalah aksin /-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari C tahun. Biasanya aksin !P" terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. $munisasi !P" diberikan sebanyak / kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan !P" $#, / bulan !P" $$# dan @ bulan !P" $$$#? selang 'aktu tidak kurang dari @ minggu. $munisasi !P" ulang diberikan 1 tahun setelah !P" $$$ dan pada usia prasekolah 5-= tahun#. !P" merupakan salah satu jenis aksin %ombo. "erdapat 2 jenis aksin !P", yaitu !"'P dan !"aP. !"'P adalah aksin yang mengandung seluruh sel kuman pertusis, sedangkan !"ap
16
mengandung komponen spesi(ik toksin dari kuman pertusis. euntungan !"aP adalah angka kejadian komplikasi yang ke%il dibandingkan !"'P. erugiannya !"aP lebih mahal. !P" sering menyebakan e(ek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan @2,9 E kasus# selama beberapa hari. A(ek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam aksin. Pada kurang dari 1E penyuntikan, !P" menyebabkan komplikasi berikut •
!emam tinggi lebih dari @0,54 elsius# pada 2,2 E kasus
•
ejang demam terjadi sebanyak 0,0= E. >isiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat ri'ayat kejang dalam keluarganya.
•
>eaksi alergi dan ense(alopati sangat jarang.11
BAB III PENUTUP
#.1 (esi!$ulan
17
a. "etanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. b. Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang, jika dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. %. Se%ara klinis tetanus ada / ma%am tetanus umum, tetanus lokal dan tetanus se(alik. d. Strategi terapi tetanus melibatkan tiga prinsip penatalaksanaan organisme yang terdapat dalam tubuh hendaknya dieliminasi untuk men%egah pelepasan toksin lebih lanjut, toksin yang terdapat dalam tubuh, diluar sistem sara( pusat hendaknya dinetralisasi dan e(ek dari toksin yang telah terikat pada sistem sara( pusat dieliminasi. e. Prognosis dipengaruhi oleh beberapa (aktor masa inkubasi, umur, period of onset , pengobatan, ada tidaknya komplikasi, (rekuensi kejang.
DA+TA/ PUSTA(A
1
Soedarmo SSP, +arna &, &ardinegoro S>S, Satari &$. "etanus. Buku *jar $n(eksi R Pediatri "ropis. Adisi e-2.Qakarta Badan Penerbit $!*$. 2010? ha l./22-9.
2
Behrman >A, liegman >3, Qenson &B. "etanus. )elson "eHtbook o( Pediatri%s. 1Cth ed. Qenson Publisher Saunders. 200C? p. 951-/.
18
/
ommons:ikimedia. http66'''.google.%o.id6upload.'ikimedia.lostridium;tetani.jpg. !iunduh tanggal 9 September 201@.
@
eni
onu.
https66'''.google.%o.id6sear%hTUgambaranKopistotonus.jpg.
!iunduh
tanggal 9 September 201@. 5
"odar . Pathogeni% lostridia, in%luding Botulism and "etanus. Vited 201/ 8ebruary 2/W. *ailable (rom http66teHtbooko(ba%teriology.net6%lostridia.html.
=
&in(ey
PB.
"etanus.
Vited
201@
September
9W.
*ailable
(rom
9W.
*ailable
(rom
http66emedi%ine.meds%ape.%om6arti%le622959@-oerie'. C
*lare
).
"etanus.
Vited
201@
September
http66'''.emedi%inehealth.%om6tetanus6arti%le;em.htm. J
"olan Qr. >:. Pediatri% "etanus.
Vited 201@ September 9W. *ailable (rom
http66emedi%ine.meds%ape.%om6arti%le69C2901-oerie'. (
+runau BA, lson Q. An 'nteresting Presentation of Pediatric "etanus. QA3 2010?121#=9-C2.
)* Pai P). "etanus in children+ "reatment and prognostic factors.British &omoeopathi% Qournal. 2005. ol.5@, $ssue /190-9. )) "im $!*$. Pedoman $munisasi di $ndonesia. Adisi ke-@. Qakarta Badan Penerbit $!*$. 2010? hal. JC-9.
19