BAB I PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan tim timbuln bulny ya
berb erbagai agai macam acam geja gejala la,,
sala salah h
satu satuny nyaa
adal adalah ah mata ata
merah erah..
Konjungtivitis disebabkan oleh berbagai hal diantaranya disebabkan oleh alergi (Ilyas, 2009. Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap nonin!eksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasanya dan reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. "i negara#negara maju, 20#$0% populasi mempunyai ri&ayat ri&a yat alergi, dan '0% individual tersebut mengidap mengidap konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi alergi bisa berlan berlangsu gsung ng dari dari perada peradanga ngan n ringan ringan seperti seperti konjun konjungti gtivit vitis is alergi alergi musim musiman an atau bentuk bentuk kronik kronik yang yang berat berat seperti seperti kerato keratokon konjun jungti gtivit vitis is alergi alergi (aughan, 20)0. Peradangan konjuntiva selain memberi keluhan yang khas pada anamnesis seperti seperti gatal, pedih, pedih, seperti seperti ada pasir pasir atau benda asing, dan rasa panas juga juga memberi gejala yang khas di konjuntiva. *ika meluas ke kornea timbul silau dan ada air mata (epi!ora. +ejala objekti! paling ringan adalah hiperemi dan berair sampai sampai berat berat dengan dengan pemben pembengka gkakan kan bahkan bahkan nekros nekrosis. is. angun angunan an yang yang sering sering tampak khas lainnya adalah !olikel, !likten dan sebagainya (-l#+hoie, 2002 Komplikasi sangat jarang ditemukan pada konjungtivitis alergi. Penyulit yang yang bisa bisa terjadi terjadi adalah adalah kerato keratokon konus us dan tukak tukak kornea kornea.. Konjun Konjungti gtivit vitis is alergi alergi jarang menyebabkan kehilangan penglihatan. Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan ( self-limited disease, disease, namun dapat pula prognosis penyakit ini menjadi buruk bila terjadi komplikasi yang diakibatkan oleh penanganan yang kurang baik (+reg et al , 20)).
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan fisiologi konjngti!a
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan dan dengan epitel kornea limbus (aughan, (aughan, 20)0. Konjun Konjungti gtiva va mengan mengandun dung g kelenj kelenjar ar musin musin yang yang dihasi dihasilka lkan n oleh oleh sel goblet. /usin bersi!at membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu •
Konjun Konjungti gtiva va tarsal tarsal yang yang menutu menutupi pi tarsus, tarsus, konjun konjungti gtiva va tarsal tarsal sukar sukar digerakkan dari tarsus.
•
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di ba&ahnya.
•
Konjungtiva !ornises atau !orniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva konjungtiva bulbi. Konjungti Konjungtiva va bulbi dan !orniks !orniks berhubung berhubungan an dengan dengan sangat longgar
dengan jaringan di ba&ahnya sehingga bola mata mudah bergerak. )
2
+ambar ). -natomi Konjungtiva 1ecara histologis, konjungtiva terdiri atas lapisan
apisan epitel konjungtiva, terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, super!icial dan basal. apisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karankula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel#sel epitel skuamosa.
1el#sel epitel supercial, mengandung sel#sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. /ukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. 1el#sel epitel basal ber&arna lebih pekat daripada sel#sel super!icial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen.
1troma konjungtiva, dibagi menjadi
apisan adenoid (super!icial apisan adenoid mengandung jaringan lim!oid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam !olikel tanpa sentrum germinativum. apisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau $ bulan. 3al ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersi!at papiler bukan !olikuler dan mengapa kemudian menjadi !olikuler.
3
apisan !ibrosa (pro!undus apisan !ibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. 3al ini menjelaskan gambaran reksi papiler pada radang konjungitiva. apisan !ibrosa tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan &ol!ring, yang struktur dan !ungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. 1ebagian besar kelenjar krause berada di !orniks atas, dan sedikit ada di !orniks ba&ah. Kelenjar &ol!ring terletak ditepi atas tarsus atas (aughan, 20)0.
2.2. D"finisi konjngti!itis al"#gi
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. 1alah satu bentuk konjungtivitis adalah konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau hipersensitivitas tipe humoral ataupun sellular. Konjungtiva sepuluh kali lebih sensiti! terhadap alergen dibandingkan dengan kulit (Khurana -K, 20)0.
2.$. E%id"miologi
Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman yang tinggi. Keratokonjungtivitis vernal paling sering di daerah tropis dan
panas
seperti
daerah
mediteranian,
4imur
4engah,
dan
-!rika.
Keratokonjungtivitis vernal lebih sering dijumpai pada laki#laki dibandingkan perempuan, terutamanya usia muda (5#20 tahun. iasanya onset pada dekade pertama dan menetap selama 2 dekade. +ejala paling jelas dijumpai sebelum 4
onset pubertas dan kemudian berkurang. Keratokonjungtivitis atopik umumnya lebih banyak pada de&asa muda (entocillia / 6 7oy 3, 20)2.
2.&. Etiologi
Konjungtivitis alergi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti ) a. reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang b. iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi udara 2.'. Patofisiologi konjngti!itis al"#gi s"(a#a mm
Konjungtivitis terjadi karena kerusakan jaringan akibat masuknya benda asing ke dalam konjunctiva akan memicu suatu kompleks kejadian yang dinamakan respon radang atau in!lamasi. 4anda#tanda terjadinya in!lamasi pada umumnya adalah kalor (panas, dolor (nyeri, rubor (merah, tumor (bengkak dan !ungsiolesa. /asuknya benda asing ke dalam konjungtiva tersebut pertama kali akan di respon oleh tubuh dengan mengeluarkan air mata. -ir mata diproduksi oleh -partus akrimalis, ber!ungsi melapisi permukaan konjungtiva dan kornea sebagai 8ilm air mata. 8ungsi air mata ).
/enghaluskan permukaan air kornea
2.
/emberi nutrisi pada kornea
$.
-nti bakteri
5.
Perlindungan mekanik terhadap benda asing
4erjadinya suatu peradangan pada konjungtiva juga akan menyebabkan vasokonstriksi segera pada area setempat, peningkatan aliran darah ke lokasi (vasodilatasi dalam hal ini adalah a. ciliaris anterior dan a. palpebralis sehingga mata terlihat menjadi lebih merah, terjadi penurunan velocity aliran darah ke lokasi radang (leukosit melambat dan menempel di endotel vaskuler, terjadi peningkatan adhesi endotel pembuluh darah (leukosit dapat terikat pada endotel pembuluh darah, terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler (cairan masuk ke jaringan,
!agosit
masuk
jaringan
(melalui
peningkatan
marginasi
dan
ekstravasasi, pembuluh darah memba&a darah membanjiri jaringan kapiler 5
jaringan memerah (rubor dan memanas (kalor, peningkatan permeabilitas kapiler, masuknya cairan dan sel dari kapiler ke jaringan terjadi akumulasi cairan (eksudat dan bengkak (edema, peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan velocity darah dan peningkatan adhesi, dan migrasi leukosit (terutama !agosit dari kapiler ke jaringan. In!lamasi dia&ali oleh kompleks interaksi mediator#mediator kimia&i yakni ).
3istamin "ilepaskan oleh sel merangsang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler.
2.
ekotrin "ihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos mendorong kemotaksis untuk netro!il.
$.
Prostaglandin "ihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas vaskuler mendorong kemotaksis untuk neutro!il.
5.
Platelet aggregating !actors /enyebabkan agregasi platelet mendorong kemotaksis untuk neutro!il.
'.
Kemokin "ihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi in!lamasi beberapa macam kemokin I# (interleukin#, 7-:4;1 (regulated upon activation normal 4 cell e
>.
1itokin "ihasilkan oleh sel#sel !agosit di lokasi in!lamasi pirogen endogen yang memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi protein !ase akut oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang
leukositosis beberapa macam sitokin yaitu I#) (interleukin#), I#> (interleukin#>, 4:8#a (tumor necrosis !actor alpha. ?.
/ediator lain (dihasilkan akibat proses !agositosis.
6
eberapa mediator lain nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal. @ksigen dan nitrogen merupakan intermediat yang sangat toksik untuk mikroorganisme.
iasanya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya ( self limiting disease, hal ini disebabkan oleh !aktor#!aktor ).
Konjungtiva selalu dilapisi oleh tears !ilm yang mengandung at# at anti mikrobial
2.
1troma konjungtiva pada lapisan adenoid mengandung banyak kelenjar lim!oid
$.
;pitel konjungtiva terus menerus diganti
5.
4emperatur yang relati! rendah karena penguapan air mata, sehingga perkembangbiakan mikroorganisme terhambat
'.
Penggelontoran mikroorganisme oleh aliran air mata
>.
/ikroorganisme tertangkap oleh mukous konjungtiva hasil sekresi sel#sel goblet kemudian akan digelontor oleh aliran air mata
Pada konjungtivitis alergi dapat berupa reaksi hipersensitivitas tipe ) (tipe cepat yang berlaku apabila individu yang sudah tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan antigen yang spesi!ik. 7espon alergi pada mata merupakan suatu rangkaian peristi&a yang dikoordinasi oleh sel mast. eta chemokins seperti eota
7
berikatan dengan reseptor 3) dan 32 pada pembuluh darah konjungtiva dan menyebabkan vasodlatasi. 1itokin yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin, interleukin I# terlibat dalam memicu netro!il.1itokin 432 seperti I#' akan memicu eosino!il
dan I#5, I#>,I#)$ yang akan memicu peningkatan
sensitivitas (Khurana -K, 20)0.
2.). *anif"stasi klinik dan %"m"#iksaan %"nnjang konjngti!itis al"#gi s"(a#a mm
+ejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan panas, gatal, silau berulang dan menahun. 4anda karakteristik lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, injeksi konjungtiva, datang bermusim, yang dapat mengganggu penglihatan. Aalaupun penyaki alergi konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan pengobatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosino!il, sel plasma, lim!osit, dan baso!il yang meningkat. "apat juga dilakukan pemeriksaan tes alergi untuk mengetahui penyebab dari alerginya itu sendiri (Ilyas, 2009B aughan, 20)0.
2.+. Klasifikasi konjngti!itis al"#gi
Konjungtivitis alergi merupakan reaksi antibody humoral yang dimediasi oleh Ig; terhadap alergen, biasanya terjadi pada individu dengan ri&ayat atopi. 1emua gejala pada konjungtiva akibat dari konjungtiva bersi!at rentan terhadap benda asing. 4erdapat beberapa jenis konjungtivitis yakni konjungtivitis demam jerami, keratokonjungivitis atopik, konjungtivitis musiman, vernal konjungtivitis, +iant papilary konjungtivitis dan konjungtivitis !likten. Konjungtivitis dapat diklasi!ikasikan berdasarkan &aktu terjadinya yakni konjungtivitis yang bersi!at akut yakni konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis parennial sedangkan konjungtivitis kronis yakni keratokonjungtivitis vernal dan keratokonjungtivitis atopik (Ilyas, 2009.
8
+ambar 2. -lgoritma diagnosis konjungtivitis alergi
a. Konjungtivitis hay !ever (konjungtivitis demam jeramiCkonjungtivitis simpleks Konjungtiva adalah permukaan mukosa yang sama dengan mukosa nasal. @leh karena itu, allergen yang bisa mencetuskan rhinitis allergi juga dapat menyebabkan konjuntivitis alergi. -lergen airborne seperti serbuk sari, rumput, bulu he&an dan lain#lain dapat memprovokasi terjadinya gejala pada serangan akut konjuntivitis alergi. Perbedaan konjungtivitis alergi sesonal dan perennial adalah &aktu timbulnya gejala. +ejala pada individu dengan konjungtivitis alergi seasonal timbul pada &aktu tertentu seperti pada musim bunga di mana serbuk sari merupakan allergen utama. Pada musim panas, allergen yang dominan adalah rumput dan pada musim dingin tidak ada gejala karena menurunnya tranmisi allergen airborne. 1edangkan individu dengan konjungtivitis alergi perennial akan menunjukkan gejala sepanjang tahun. -lergen utama yang berperan adalah debu rumah, asap rokok, dan bulu he&an. +ambaran patologi pada konjunktivitis hay !ever berupa 9
)
respon vascular di mana terjadi vasodilatasi dan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah
yang menyebabkan
terjadinya
2
eksudasi. respon seluler berupa in!iltrasi konjungtiva dan eksudasi eosino!il,
$
sel plasma dan mediator lain. respon konjungtiva berupa pembengkakan konjungtiva, diikuti dengan meningkatnya pembentukan jaringan ikat (Khurana -K, 20)0.
b. Konjungtivitis vernal Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang (recurrence yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini juga dikenal sebagai Dkonjungtivitis musimanE atau Dkonjungtivitis musim kemarauE. 1ering terdapat pada musim panas di negeri dengan empat musim, atau sepanjang tahun di negeri tropis (panas.
Etiologi dan Predisposisi
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan ri&ayat keluarga yang kuat alergi. /engenai pasien usia muda $#2' tahun dan kedua jenis kelamin sama. iasanya pada laki#laki mulai pada usia diba&ah )0 tahun. Penderita konjungtivitis vernal sering menunjukkan gejala#gejala alergi terhadap tepung sari rumput#rumputan. ) 7eaksi hipersentsitivitas memiliki 5 tipe reaksi seperti berikut 4ipe I 7eaksi -na!ilaksi "i sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam
hal ini Ig; yang terikat pada sel mast atau sel baso!il dengan
akibat terlepasnya histamin. Keadaan ini menimbulkan reaksi tipe cepat. 4ipe II reaksi sitotoksik
10
"i sini antigen terikat pada sel sasaran. -ntibodi dalam hal ini Ig; dan Ig/ dengan adanya komplemen akan diberikan dengan antigen, sehingga dapat mengakibatkan hancurnya sel tersebut. 7eaksi ini merupakan reaksi yang cepat menurut 1molin ()9>, reaksi allografi dan ulkus /ooren merupakan reaksi jenis ini. 4ipe III reaksi imun kompleks "i sini antibodi berikatan dengan antigen dan komplemen membentuk
kompleks
neurotrophichemotactic
imun.
Keadaan
ini
menimbulkan
factor yang dapat menyebabkan terjadinya
peradangan atau kerusakan lokal. Pada umumnya terjadi pada pembuluh darah kecil. Pengeja&antahannya di kornea dapat berupa keratitis herpes simpleks, keratitis karena bakteri.(sta!ilokok, pseudomonas dan jamur. 7eaksi demikian juga terjadi pada keratitis 3erpes simpleks. 4ipe I 7eaksi tipe lambat Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang berperan adalah antibodi (imunitas humoral, sedangkan pada tipe I yang berperan adalah lim!osit 4 atau dikenal sebagai imunitas seluler. im!osit 4 peka ( sensitized T lymphocyte bereaksi dengan antigen, dan menyebabkan terlepasnya mediator (lim!okin yang jumpai pada reaksi penolakan pasca keratoplasti, keraton# jungtivitis !likten, keratitis 3erpes simpleks dan keratitis diski!ormis. Manifestasi Klinis
+ejala yang mendasar adalah rasa gatal, mani!estasi lain yang menyertai meliputi mata berair, sensiti! pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal.
4erdapat dua bentuk klinik, yaitu
11
•
B"ntk %al%",#a,
terutama mengenai konjungtiva
tarsal
superior. 4erdapat pertumbuhan papil yang besar ( cobble stone yang diliputi
sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal ba&ah
hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. 1ecara klinik papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak (polygonal dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.
+ambar $. Konjungtivitis vernal bentuk palpebral
•
B"ntk lim,al, hipertro!i papil pada limbus superior yang dapat
membentuk jaringan hiperplastik gelatin (nodul mukoid, dengan Trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosino!il di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosino!il.
12
+ambar 5. Konjungtivitis vernal bentuk limbal
Patofisiologi
Pada bentuk palpebral, perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya
dengan
timbulnya
radang
insterstitial
yang
banyak
didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi di!us, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proli!erasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobbles tone. *aringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan &arna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proli!erasi yang spesi!ik pada konjungtiva tarsal, oleh von +rae!e disebut pavement like granulations. 3ipertro!i papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Pada bentuk limbal terdapat perubahan yang sama, yaitu perkembangbiakan jaringan ikat, peningkatan jumlah kolagen, dan in!iltrasi sel plasma, lim!osit, eosino!il dan baso!il ke dalam stroma. imbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi !okal. Penggunaan jaringan yang dilapisi plastik yang ditampilkan melalui mikroskopi cahaya dan elektron dapat memungkinkan beberapa observasi tambahan. aso!il sebagai ciri tetap dari penyakit ini, tampak dalam jaringan epitel sebagaimana juga pada substansi propria. Aalaupun sebagian besar sel merupakan komponen normal dari substansi propia, namun tidak terdapat jaringan epitel konjungtiva normal. Aalaupun karakteristik klinis dan patologi konjungtivitis vernal telah digambarkan secara luas, namun patogenesis spesi!ik masih belum dikenali.
13
Gambaran Histopatologik
4ahap a&al konjungtivitis vernalis ditandai oleh !ase prehipertro!i. " alam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi
mukoid
dalam
kripta
di
antara
serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil
papil
ini berhubungan
dengan in!iltrasi stroma oleh sel#sel P/:, eosino!il, baso!il, dan sel mast.3asil penelitian histopatologik terhadap >?' konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan oleh Aang dan Fang menunjukkan in!iltrasi lim!osit dan sel plasma pada konjungtiva. Proli!ertasi lim!osit akan membentuk beberapa nodul lim!oid. 1ementara itu, beberapa granula eosino!ilik dilepaskan dari sel eosino!il, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. "alam
penelitian
tersebut juga
ditemukan
adanya
reaksi
hipersensitivitas. 4idak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di !orni<, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. 8ase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok,
serta
reduksi
"eposisi kolagen dan terbentuknya
substansi dasar
deposit
pemeriksaanklinis.
sel
stone
3iperplasia
yang
radang
secara
keseluruhan.
maupun seluler mengakibatkan terlihat
jaringan
secara
ikat
nyata
meluas
ke
pada atas
membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen
maupun
pembuluh
darah
akan
mengalami
hialinisasi.
;piteliumnya berproli!erasi menjadi 'G)0 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. 1eiring dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atro!i di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi. ),2,' Pada limbus juga terjadi trans!ormasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk $0#50 lapis sel (acanthosis. Horner-Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian
14
besar terdiri atas eosino!il, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel P/: dan lim!osit.
+ambar '. 3istologi Konjungtivitis ernal 4erlihat anyak 1el 7adang 4erutama ;osino!il
Pemeriksaan Penunjang
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan +iemsa terdapat banyak eosino!il dan granula eosino!ilik bebas. Pada pemeriksaan darah ditemukan eosino!ilia dan peningkatan kadar serum Ig;. Pada konjungtivitis vernal, terdapat sebagian besar sel yang secara rutin tampak dalam jaringan epitel. Penga&etan yang lebih baik adalah menggunakan glutaraldehyde, lapisan plastik, dan ditampilkan pada media sehingga dapat memungkinkan untuk menghitung jumlah sel ukuran )µ berdasarkan jenis dan lokasinya. *umlah rata#rata sel per kubik milimeter tidak melampaui jumlah normal. "iperkirakan bah&a peradangan sel secara maksimum seringkali berada dalam kondisi konjungtiva normal. *adi, untuk mengakomodasi lebih banyak sel dalam proses peradangan konjungtivitis vernal, maka jaringan akan membesar dengan cara peningkatan jumlah kolagen dan pembuluh darah. *aringan tarsal atas yang abnormal ditemukan dari empat pasien konjungtivitis vernal yang terkontaminasi dengan at imun, yaitu dua 15
dari empat pasien mengandung spesimen Ig-#, Ig+#, dan Ig;# secara berlebih yang akhirnya membentuk sel plasma. 1el#sel tersebut tidak ditemukan pada konjungtiva normal dari dua pasien lainnya. Kandungan Ig; pada air mata yang diambil dari sampel serum )) pasien konjungtivitis vernal dan )0 subjek kontrol telah menemukan bah&a terdapat korelasi yang signi!ikan antara air mata dengan level kandungan serum pada kedua mata. Kandungan Ig; pada air mata diperkirakan muncul dari serum kedua mata, kandungan Ig; dalam serum ()0$)ngCml dan pada air mata ()$0ngCml dari pasien konjungtivitis vernal melebihi kandungan Ig; dalam serum (20)ngCml dan pada air mata (>)ngCml dari orang normal. utiran antibodi Ig; secara spesi!ik ditemukan pada air mata lebih banyak daripada butiran antibodi pada serum. 1elain itu, terdapat ) dari $0 pasien yang memiliki level antibodi Ig+ yang signi!ikan yang menjadi butiran pada air matanya. @rang normal tidak memiliki jenis antibodi ini pada air matanya maupun serumnya. 3asil pengamatan ini menyimpulkan bah&a baik Ig;# dan Ig+# akan menjadi perantara mekanisme imun yang terlibat dalam patogenesis konjungtivitis vernal, dimana sistesis lokal antibodi terjadi pada jaringan permukaan mata. Kondisi ini ditemukan negati! pada orang#orang yang memiliki alergi udara, tetapi pada penderita konjungtivitis vernal lebih banyak berhubungan dengan antibodi Ig+ dan mekanisme lainnya daripada antibodi Ig;. Kandungan histamin pada air mata dari sembilan pasien konjungtivitis vernal ($ngCml secara signi!ikan lebih tinggi daripada kandungan histamin air mata pada )$ orang normal ()0ngCml, PH0.0'. 3al ini sejalan dengan pengamatan menggunakan mikroskopi elektron yang diperkirakan menemukan tujuh kali lipat lebih banyak sel mastosit dalam
substantia
propia
daripada
dengan
pengamatan
yang
menggunakan mikroskopi cahaya. 1ejumlah besar sel mastosit ini terdapat pada air mata dengan level histamin yang lebih tinggi. Kikisan konjungtiva
pada daerah#daerah
yang terin!eksi
menunjukkan adanya banyak eosino!il dan butiran eosino!ilik.
16
"itemukan lebih dari dua eosino!il tiap pembesaran 2'< dengan si!at khas penyakit (pathognomonic konjungtivitis vernal. 4idak ditemukan adanya akumulasi eosino!il pada daerah permukaan lain pada level ini.
c. Konjungtivitis atopi Konjungtivitis atopi sering diderita oleh pasien dermatitis atopi. 4anda dan gejalanya berupa sensasi terbakar, kotoran mata berlendir, merah dan !oto!obia. 4erdapat papil halus tetapi papil raksasa tidak ditemukan seperti pada konjungtivitis vernal. Kerokan konjungtiva menampakan eosino!il meski tidak sebanyak terlihat pada keratokonjungtivitis vernal. )
d. Giant papilary konungtivitis +iant papilary konjungtivitis dengan tanda dan gejala mirip dengan konjungtivitis vernal dapat timbul pada pasien yang menggunakan mata buatan dari plastik atau lensa kontak terutama jika memakainya mele&ati &aktunya. Konjungtivitis Giant !apillarry diperantarai reaksi imun yang mengenai konjungtiva tarsalis superior. Konjungtivitis ini mungkin merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat kaya baso!il dan mungkin dimediasi oleh Ig;. Keluhan berupa mata gatal dan berair. Pada pemeriksaan !isik ditemukan hipertro!i papil. Pada a&al penyakit, papilnya kecil (sekitar 0,$ mm diameter. ila iritasi terus berlangsung, papil kecil akan menjadi besar ( giant yaitu sekitar ) mm diameter.)
e. Konjungtivitis !likten Konjungtivitis !likten
disebabkan oleh karena alergi (hipersensitivitas
tipe I terhadap bakteri atau antigen tertentu, seperti tuberkuloprotein pada penyakit tuberkolosis, in!eksi bakteri (sta!ilokok, pneumokok, streptokok, dan Koch Aeeks, virus (herpes simplek, toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra, jamur 17
(kandida albikan, cacing (askaris, tripanosomiasis, lim!ogranuloma venereal, leismaniasis, in!eksi parasit dan in!eksi di tempat lain dalam tubuh. Konjungtivitis !likten biassanya dimulai dengan munculnya lesi kecil berdiameter )#$ mm yang keras, merah, menimbul dan dikelilingi ona hiperemis. "i limbus sering berbentuk segitiga dengan apeks mengarah kornea.
Konjngti!itis Kojngti!itis Konjngti!itis Konjngti!itis Konjngti!itis Sim%l"ks
-"#nal
Ato%i
Pa%il"#
/likt"n
aksasa
-lergen -irborne allergenB debu
/usim e.g
1ering diderita /ata oleh
rumah,
pasien atau
dermatitis
asap rokok dan
atopi,
bulu he&an
genetik
buatan akteri
kontak
!aktor
atau
lensa antigen tertentuB e.g tuberkuloprotein, bakteri sta!ilokok, pneumokok, streptokok, virus,
in!eksi
sekunder Khas
4idak spesi!ik
4ipe
Papil halus
palpebralB
Giant
esi )#$mm,
papillary
keras,
"obble stone 4ipe
limbalB
timbul, hiperemis
Trantas dot
4abel). Perbedaan pada klasi!ikasi konjungtivitis alergi
2.0. P"natalaksanaan
18
merah,
Penanganan dari konjungtivitis alergi adalah berdasar pada identi!ikasi antigen spesi!ik dan eliminasi dari pathogen spesi!ik. Pengobatan suporti! seperti lubrikan dan kompres dingin dapat membantu meredakan gejala yang dirasakan oleh pasien. @bat#obatan yang menurunkan respon imun juga digunakan pada kasus konjungtivitis alergi untuk menurunkan respon imun tubuh dan meredakan gejala in!lamasi. @bat Gobat berikut ini berguna dalam mengobati konjungtivitis alergi St"#oid to%ikal.
Kortikosteroid menghambat proses in!lamasi (misalnya, edema, dilatasi kapiler, dan proli!erasi !ibroblast. @bat tersebut juga membatasi migrasi makro!ag dan neutro!il untuk daerah meradang serta memblokir aktivitas !os!olipase -2 dan selanjutnya induksi asam arakidonat cascade. @bat ini digunakan dalam pengobatan penyakit mata akut alergi, steroid e!ekti! dalam mengurangi gejala alergi akut, namun, penggunaannya harus dibatasi karena potensi e!ek samping dengan biala lama digunakan. Penggunaan kortikosteroid topikal jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi katarak subkapsular posterior dan peningkatan tekanan intraokular (4I@. -asokonst#ikto# to%ikal antiistamin .
-gen ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah, menurunkan permeabilitas pembuluh darah, dan mengurangi mata gatal#gatal dengan memblokir histamin 3) receptors -ntihistamin topikal. -nithistamines kompetiti! terikat dengan reseptor histamin dan dapat mengurangi gatal dan vasodilatasi. evocabastine hidroklorida 0,0'%, sebuah 3) selekti! topikal antagonis reseptor histamin, e!ekti! dalam mengurangi tanda#tanda dan gejala alergi lain conjunctivitis. 3) selekti! antagonis, aelastine hidroklorida 0,0'%, e!ekti! dalam mengurangi gejala yang terkait dengan alergi, di!umarate 0,0'%, suatu antagonis dibandingkan
levocabastine
dalam
3) selekti!, mengurangi
mungkin
chemosis,
lebih
e!ekti!
kelopak
mata
bengkak,dan tanda#tanda dan gejala yang berhubungan dengan konjungtivitis alergi musiman pada pasien de&asa dan anak. Non3st"#oid anti3inflamasi nonst"#oid 45AINS6 to%ikal .
19
@bat ini menghambat aktivitas siklooksigenase, salah satu yang bertanggung ja&ab untuk konversi asam arakidonat ke enim prostaglandins. Ketorolac trometamin 0,'% dan diklo!enak natrium 0,)% e!ekti! dalam mengurangi tanda# tanda dan gejala berhubungan dengan konjungtivitis alergi, meskipun /akanan dan "rug -dministration (8"- telah menyetujui hanya ketorolac untuk pengobatan konjungtivitis alergi. Sta,ilisato# s"l mast to%ikal .
-gen ini menghambat degranulasi sel mast, sehingga membatasi pelepasan in!lamasi mediator, termasuk histamin, neutro!il dan eosino!il !aktor chemotactic, dan platelet#activating !actor. Antiistamin sist"mik .
-gen ini berguna dalam kasus#kasus tertentu respon alergi dengan edema, dermatitis, rinitis, atau sinusitis. /ereka harus digunakan dengan hati#hati karena penenang yang dan e!ek antikolinergik dari beberapa antihistamin generasi pertama obat#obatan. Pasien harus memperingatkan e!ek samping potensial. -ntihistamin baru yang jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan sedasi, tetapi penggunaannya dapat mengakibatkan kekeringan okular meningkat permukaan (1cott IJ, 20)) Penanganan khusus untuk konjungtivitis vernal berupa a. 4erapi lokalis 1teroid topical G penggunaannya e!ekti! pada keratokonjungtivitis vernal, tetapi harus hati#hati kerana dapat menyebabkan glaucoma. Pemberian steroid dimulai dengan pemakaian sering (setiap 5 jam selama 2 hari dan dilanjutkan dengan terapi maintainance $#5 kali sehari selama 2 minggu. 1teroid
yang
sering
dipakai
adalah
!luorometholon,
medrysone,
betamethasone, dan de
adalah paling aman antara semua steroid tersebut. /ast cell stabilier seperti sodium cromoglycate 2% -ntihistamin topical -cetyl cysteine 0,'% 1iklosporin topical )%
b. 4erapi sistemikB -
-nti histamine oral untuk mengurangi gatal 1teroid oral untuk kasus berat dan non responsive
20
c. 4erapi lain dan pencegahan -
-pabila terdapat papil yang besar, dapat diberikan injeksi steroid supratarsal atau dieksisi. ;ksisi sering dianjurkan untuk papil yang sangat
-
besar. /enghindari tindakan menggosok#gosok mata
dengan tangan
atau jari
tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator #mediator sel mast. "i samping itu, juga untuk mencegah super in!eksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya -
glaukoma sekunder dan katarak. /enghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga memba&a
-
serbuk sari dan hindari penyebab dari alergi itu sendiri. Kaca mata gelap untuk !oto!obia dan untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari
-
karena lensa kontak akan membantu retensi allergen. Kompres dingin dapat meringankan gejala. Pengganti air mata (arti!isial. 1elain berman!aat untuk cuci mata juga ber!
-
ungsi protekti! karena membantu menghalau allergen. Pasien dianjurkan pindah ke daerah yang lebih dingin yang sering
-
juga disebut sebagai climato#therapy.
2.7. Kom%likasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan in!eksi sekunder. 1edangkan, komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan (aughan, 20)0. 2.18. P#ognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan ( self-limited disease, namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik (entocillia / 6 7oy 3, 20)2.
21
BAB III PENUTUP KESI*PULAN
Konjungtiva merupakan membran yang tipis dan transparan yang melapisi bagian anterior dari bola mata (konjungtiva bulbi, serta melapisi bagian posterior dari palpebra (konjungtiva palpebrae. @leh karena letaknya yang paling luar itulah sehingga konjungtiva sering terpapar terhadap banyak mikroorganisme dan !aktor lingkungan lain yang mengganggu. 1alah satu penyakit konjungtiva yang paling sering adalah konjungtivitis. Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. -dapun, salah satu penyebab dari konjungtivitis adalah alergi. Konjungtivitis alergi itu sendiri juga dibagi dalam klasi!ikasi dan salah satunya termasuk konjungtivitis vernal. Penanganan yang diberikan berupa steroid dan antihistamin topikal serta yang sistemik. iasanya konjungtivitis alergi dapat sembuh sendiri, namun bila terlalu berat perlu diberi pengobatan secara benar. *ika penanganan tidak baik, maka akan timbul suatu komplikasi. @leh karena itu, perlu pencegahan sebelum terjadi konjungtivitis alergi berupa hindari dari penyebab alergen tersebut.
22
DA/TA PUSTAKA
-l#+hoie, /., 3andbook o! @phthalmology - +uide to /edical ;#5>. Khurana -K. "iseases o! the conjunctiva. "alam Khurana -K, editor. =omprehensive @phtalmology. ;d. 5. :e& "elhi :e& -ge B 20)0. h. ')#. Konjungtivitis.
20)0.
"iunduh
dari
httpCCrepository.usu.ac.idCbitstreamC)2$5'>?9C$)5'C5C=hapter%20II.pd!. )@ktober 20)>. /edicastore. #onungtivitis $ernalis.
20)2.
"iunduh
dari
httpCC&&&.medicastore.comCpenyakitC>'CKeratokonjungtivitisernalis.ht ml.
)
@ktober 20)>. 1cott,
IJ.
-lergy
=onjunctivitis.
20)).
"iunduh
dari
httpCCemedicine.medscape.comCarticleC))9)$?0#overvie&Lsho&all. ) @ktober 20)>. aughan, "aniel +., -sbury 4aylor, 7iordan ;va#Paul. @!thalmologi Jmum. ;disi )5. *akarta Aidya /edika B 2000. h. '#>, ))' entocillia
/,
7oy
3.
-llergic
=onjunctivitis.
20)2.
"iunduh
dari
httpCCemedicine.medscape.comCarticleC))9)5>?#overvie&La0)05. ) @ktober 20)>. Aijana, :., Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit /ata, )99$, hal 5)#>9
23