DEPARTEMEN OBGYN DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT JANUARI 2018
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KONTRASEPSI IUD
Disusun Oleh:
NUR ATIKAH BINTI MUHAMAD MUHAMAD C 111 12 834 Residen Pembimbing:
Dr. Umianti Supervisor Pembimbing Dr.Rudy B. Leonardy, Sp. OG( K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBGYN DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
1
HALAMAN PENGESAHAN
Yang tersebut dibawah ini :
Nama
: Nur’ Atikah Binti Muhamad
Sambuk
: C 111 12 834
Adalah benar telah menyelesaikan studi kasus dengan judul Kontrasepsi IUD pada Bagian “
”
Obgyn dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Januari 2018 Mengetahui,
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
Dr. Umianti
Dr.Rudy B. Leonardy, Sp. OG( K)
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika dilihat dari jumlah penduduknya, Indonesia terletak pada posisi keempat di dunia dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Tugas dari program Keluarga Berencana (KB) dalam hal inipun telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.1 Sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah (Kabinet Kerja) 2015-2019, seluruh Kementerian/Lembaga diarahkan untuk turut serta mensukseskan Visi dan Misi Pembangunan 2015-2019, dimana Visi Pemerintah untuk 5 (lima) tahun kedepan adalah untuk
mewujudkan
“Indonesia
yang
Berdaulat,
Mandiri
dan
Berkepribadian
berlandaskan Gotong Royong” dengan misi: 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan, 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan Negara Hukum, 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim, 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, 5) Mewujudkan Indonesia yang berdaya saing, 6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dan 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.1 Salah satu prioritas pembangunan nasional di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2010-2025 adalah mewujudkan penduduk tumbuh seimbang. Sehingga BKKBN berkomitmen akan turut mensukseskan Agenda Prioritas No.5 (didalam Nawa Cita), untuk mendukung peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menjadi “Lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas”, pertumbuhan penduduk yang 3
seimbang dan keluarga berkualitas ditandai dengan menurunnya Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,1 dan Net Reproductive Rate (NRR) = 1 pada tahun 2025, serta keluarga berkualitas ditandai dengan keluarga yang terbentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri dan memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.1 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa pada wanita 1549 tahun dengan status kawin sebesar 59,3%, menggunakan metode KB modern (implant, metode operatif wanita – MOW, metode operatif pria-MOP, IUD, kondom, suntikan, pil), 0,4% menggunakan metode tradisional, 24,7% pernah melakukan KB dan 15,5% tidak pernah menggunakan KB. 1 Mengingat IUD sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif, sedangkan angka pemakaiannya masih rendah, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan angka cakupan pemakaiannya. Program BKKBN memberikan penekanan pada kontasepsi AKDR terutama adalah CuT380 A yang menjadi primadona BKKBN. Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses pemasangan , dilarang oleh suami, dan kurang mengetahui tentang KB AKDR. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang KB dengan metode IUD.
4
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Keluarga Berencana dan IUD
Menurut
WHO
Organisation)
Expert
(World Committee
Health 1970
definisi keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk:
1. Mendapatkan objektif tertentu. 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. 4. Mengatur interval diantara kehamilan. 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri. 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2,4
Salah satu metode Keluarga Berencana yaitu dengan menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) / Intra Uterine Device (IUD). IUD adalah
kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (Lippes Loop) atau berbentuk lain (Copper T Cu 200, Copper T 220 atau ML Cu 250) yang dipasang di dalam Rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan paramedik lain yang sudah dilatih.
4
Menurut sumber yang lain pula,IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. Alat ini kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma
2,3,4
Defini IUD menurut Imbawati, 2009 adalah merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim ini terbuat dari plastik elastik, dililit 5
tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual 4,5. B. Profil dan Jenis IUD
1. Profil IUD a. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT380A). b. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak. c. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan. d. dipakai oleh semua peremuan usia reproduktif. e. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular Seksual (IMS).
6
2. Jenis-jenis IUD Berikut adalah beberapa IUD non hormonal, yaitu: a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 : 1) Bentuk terbuka (oven device) Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T. 2) Bentuk tertutup (closed device) Misalnya : Ota-Ring, Atigon dan Graten Berg Ring. b. Menurut Tambahan Obat atau Metal 1) Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adaklah 200m². Copper-T, AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. Copper-7,AKDR
ini
berbentuk
angka
7
dengan
maksud
untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T. Multi Load, AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini. Cara insersi : withdrawal
7
2) Un Medicated IUD Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi lippes loop : Push Out Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya. Berikut adalah IUD hormonal, yaitu: a. Progestasert-T = Alza T 1)
Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
2)
Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
3)
Tabung insersinya berbentuk lengkung
4)
Daya kerja : 18 bulan
5)
Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)
b. LNG-20 1.
Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
2.
Sedang ditelit di Firlandia.
3.
Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun.
4.
Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau pendarahan haid yang sangat sedikit.
Berikut adalah beberapa jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara la in: a. Copper-T IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik b. Copper-7 IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T. c. Multi load IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 8
375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. d. Lippes loop IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat.
9
C. Waktu Pemasangan IUD
Menurut BKKBN, 1981 saat pemasangan IUD adalah: 1. Waktu haid mulai hari ketiga 2. Sesudah melahirkan 3. Pemasangan dini, 2-4 hari setelah persalinan 4. Pemasangan biasa, 40 hari sesudah persalinan 5. Sesudah mengalami keguguran lengkap atau selesai dikuret dan tidak ada tandatanda infeksi. 6. Sesudah haid, sampai dengan hari ke-10 dihitung dari hari haid pertama. Sedangkan menurut pendapat lain, saat yang baik untuk pemasangan AKDR atau IUD adalah: 1. Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat dengan syarat tidak ada kontraindikasi. Ada keuntungan kalau pemasangan dilakukan pada waktu haid, bisa juga saat akhir haid atau pada hari sebelum berakhirnya haid, Pertama karna ketika haid awal-awal, mulut rahim terbuka, jadi lebih mudah untuk memasukkannya. Kedua, darah haid juga berfungsi sebagai pelicin, jadi mempermudah. Yang ketiga, karena pada awal haid masih terasa sakit perut datang bulan, jadi sakit atau kontraksi rahim akibat pemasangan IUD jadi tersamarkan. 2. Pemasangan AKDR dapat juga dilakukan sewaktu-waktu pada saat a. Segera setelah induksi haid atau abortus spontan, asalkan tidak ada tanda-tanda infeksi, misalnya: tidak panas, rahim tidak lembut, tidak ada keputihan yang seperti nanah atau yang banyak sekali. b. Setelah melahirkan (post partum) yaitu: 1)
Segera setelah melahirkan
2)
2-4 hari setelah melahirkan
3)
40 hari setelah melahirkan
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka pemasangan IUD bisa dilakukan kapan saja, terutama selama wanita tersebut tidak hamil. Karena itu apabila ingin beralih alat kontrasepsi misalnya pil atau suntik maka biasanya dilakukan test kehamilan terlebih dahulu dan akan lebih baik jika pemasangan dilakukan pada saat menstruasi karena pemasangan lebih mudah, hal itu disebabkan saat menstruasi leher rahim lebih lunak.
10
D. Mekanisme Kerja IUD
Menurut Rustam Mochtar, 2008 dalam buku Sinopsis Obstetri : hal 109-111, mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah dianjurkan : 1.
Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2.
Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat implantasi.
3.
Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel-sel makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat bernidasi.
4.
Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron) yang menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat menghambat nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak sperma.
5.
IUD
menimbulkan
perubahan
pengeluaran
cairan,
prostaglandin
yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke kavum uteri. 6.
Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi. Kedua jenis spiral mencegah pembuahan sel telur dengan merusak atau
membunuh sperma. Spiral juga mempengaruhi lapisan rahim (di mana sel telur yang dibuahi akan melekat dan tumbuh). Spiral hormon: mencegah pembuahan dengan merusak atau membunuh sperma dan membuat lendir di leher rahim lebih kental dan lengket, sehingga sperma tidak bisa melaluinya ke rahim. Spiral ini juga membuat dinding rahim (endometrium) tumbuh sangat tebal sehingga tidak mendukung perlekatan dan pertumbuhan telur yang telah dibuahi. Hormon-hormon dalam spiral ini juga mengurangi perdarahan dan kram menstruasi. Spiral tembaga: tembaga merupakan racun bagi sperma. Spiral jenis ini membuat rahim dan saluran telur menghasilkan cairan yang membunuh sperma. Cairan ini mengandung sel darah putih, ion tembaga, enzim, dan prostaglandin. Selain itu lilitan tembaga yang terdapat pada IUD berfungsi untuk menghambat laju sperma supaya tidak bisa mencapai sel telur yang berada di saluran telur (tuba falopii) dengan sempurna. Keberadaan lilitan tembaga ini bisa diibaratkan sebagai jalan berkelok yang akan dilalui sel sperma sehingga lajunya menjadi lebih lambat. 11
E. Indikasi dan Kontraindikasi IUD
1. Indikasi pemakaian IUD Yang dapat menggunakan: a.
Usia reproduktif
b.
Keadaan nulipara
c.
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e.
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f.
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g.
Resiko rendah dari IMS
h.
Tidak menghendaki metode hormonal
i.
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
j.
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari sanggama. Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.
AKDR dapat digunakan pad ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya: a.
Perokok
b.
Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
c.
Sedang memakai antibiotika atau antikejang
d.
Gemuk ataupun yang kurus
e.
Sedang menyusui Begitupun juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan
AKDR: a.
Penderita tumor jinak payudara
b.
Penderita kanker payudara
c.
Pusing-pusing, sakit kepala
d.
Tekanan darah tinggi
e.
Varises di tungkai atau vulva
f.
Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
g.
Pernah menderita stroke
h.
Penderita diabetes
i.
Penderita panyakit hati atau empedu
j.
Malaria
k.
Skistosomiasis (tanpa anemia) 12
l.
Penyakit tiroid
m. Epilepsy n. Nonpelvik TBC o.
Setelah kehamilan ektopik
p.
Setelah pembedahan pelvik
2. Kontraindikasi pemakaian IUD Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR a.
Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b.
Perdaraha vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)
c.
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
d.
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik.
e.
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
F.
f.
Penyakit trofoblas yang ganas
g.
Diketahui menderita TBC pelvik
h.
Kanker alat genital
i.
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan dan Kerugian IUD
1. Keuntungan pemakaian IUD a. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. b. Sangat efektif – 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). c. AKDR dapat efektif segera stelah pemasangan. d. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). e. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat. f. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. g. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. h. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A). i.
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
j.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
k. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih stelah haid terakhir). 13
l.
Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
m. Membantu mencegah kehamilan ektopik 2. Kerugian pemakaian IUD a. Efek samping yang umum terjadi: 1)
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
2)
Haid lebih lama dan banyak.
3)
Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
4)
Saat haid lebih sakit.Komplikasi lain:
b. Komplikasi lain: 1)
Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan.
2)
Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia.
3)
Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. d. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. e. Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas. f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan. g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari. h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR. i.
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).
j.
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini. Selain itu kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah : 14
a.
1 bulan pasca pemasangan
b. 3 bulan kemudian c.
setiap 6 bulan berikutnya
d. bila terlambat haid 1 minggu e. perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya. G. Cara Pemasangan dan Pelepasan IUD
1.
Cara pemasangan Alat dan bahan yang harus disiapkan:
Bivalve speculum (kecil, sedang atau besar)
Tenakulum
Sonde uterus
Forsep/korentang
Gunting
Mangkuk untuk larutan antiseptic
Sarung tangan (yang telah diDTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru)
Cairan antiseptic (mis : Povidon iodin) untuk membersihkan serviks.
Kain kasa atau kapas
Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu s enter sudah cukup)
Copper T 380A IUD yang belum rusak dan terbuka
Berikut adalah langkah-langkah pemasangan (AKDR copper T 380A): a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan klien mengajukan pertanyaan. b. Periksa genetalia eksterna. Setelah itu lakukan pemeriksaan speculum, dan lakukan pemeriksaan panggul. c. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia da ada indikasi. d. Masukkan lengan AKDR Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya. e. Masukkan speculum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks. f. Masukkan sonde uterus. g. Pasang AKDR Copper T 380A.
15
h. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi. i. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai. j. Ajarkan kepada klien bagaimana memeriksa AKDR (dengan menggunakan model bila tersedia). k. Minta klien menunggu hingga 15-30 menit setelah pemasangan AKDR. 2.
Cara pencabutan Berikut adalah langkah-langkah pencabutan (AKDR Copper T 380A), yaitu: a. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya. b. Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR. c. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptic 2 – 3 kali. d. Memberitahu kepada klien bahwa kemungkinan timbul rasa sakit tapi itu normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesenfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan – pelan, tidak boleh menarik dengan kuat, AKDR biasanya dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar. e. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Intrauterine device (IUD)/ Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Di Indonesia terdapat dua tipe IUD. Tipe pertama yaitu IUD pelepas progestin (levonorgestrel), memiliki masa efektif selama 5 tahun. Selama periode 5 tahun tersebut, hanya sekitar 0,5 % wanita yang mengalami kehamilan. Tipe yang kedua adalah IUD yang melepaskan tembaga yang pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga, memiliki efektivitas sekitar 10 tahun. Selama waktu tersebut, kurang dari 2% wanita hamil. Satu tahun setelah IUD dilepas, 80 sampai 90% yang ingin hamil, bisa hamil. Benang plastik tetap menempel pada IUD sehingga wanita dapat memastikan alat IUD masih pada tempatnya. IUD/ AKDR memiliki keuntungan yaitu hanya perlu dipasang setiap 5-10 tahun sekali, tergantung dari tipe alat yang digunakan. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual. Jenis-jenis IUD yaitu : Copper-T, Copper-7, Multi load, lippes loap. Sama seperti alat kontrasepsi lainnya IUD juga memiliki beberapa efek samping namun yang paling sering muncul adalah perdarahan sedangkan perforasi rahim juga ditemukan namun (jarang sekali) dan yang menjadi pertimbangan dalam hal pemakaian IUD adalah Kadangkala IUD / AKDR dapat terlepas.
17
B. Saran
Ada baiknya untuk pasien maka apabila ingin menghentikan pemakaian IUD, segera kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya atau yang terlatih dan jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah. Sedangkan untuk petugas kesehatan diharapkan agar memberikan Pelayanan IUD lebih Kompoten agar tidak terjadi komplikasi-komplikasiyang merugikan bagi pasien.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.1981. Pedoman Cara Pelayanan Kontrasepsi AKDR.Jakarta:BKKBN. 2. Hartanto, Hanafi.1943. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 3. Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada
Peserta
KB
Non
IUD Di
Kecamatan
Pedurungan Kota
Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf (Diakses tanggal 29 Desember 2017). 4. Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengarui Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. Diperoleh tanggal 29 desember 2017. http://jurnalkesehatan.com/radita_kusuma_ningrum/2008/. 5. Rustam Mochtar, 2008.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Hal -243-245. 6. Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 7. Prawirohardjo
Sarwono.
2010.
Buku
Acuan
Pelayanan
Kesehatan
Maternal. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.hal 24-25 8. BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN. 9. ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana 10. Maryani, Heti. 2004. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Bagi Wanita, diakses tanggal 29 desember 2017.Vol1. no.1
19
...
20