REFERAT INFEKSI IMUNOLOGI RONGGA MULUT
Oleh : Sekar Sedyaningtyas 12!2""2#KG$#12%
FAKULT FAKULTAS KE&OKTERAN KE& OKTERAN GIGI UNI'ERSITAS GA&(A) MA&A *OG*AKARTA 2$1+
,EN&A)ULUAN
Autoimun terjadi ketika sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk mengenali mana mana anti antige gen n diri diri sendi sendiri ri dan dan mana mana anti antige gen n asing asing,, hal hal ini ini meny menyeb ebab abka kan n sist sistem em imun imun menyerang antigen diri. Beberapa penyakit autoimun dapat dijumpai berbagai manifestasinya pada rongga mulut. Gambaran klinis lesi infeksi imunologi pada rongga mulut sangat bervariasi secara signifikan dan biasanya bersifat kambuhan. Lesi-lesi tersebut dapat bermanifestai pada mukosa oral sebagai ulkus, bulla, depapilasi lidah, lesi reticular, granuloma, dan lain-lain. Efek dan kausa terjadinya lesi dapat diperoleh dari pemeriksaan subjek subjektif tif berupa berupa anamne anamnesis, sis, serta serta pemerik pemeriksaan saan objekt objektif if berupa berupa gambar gambaran an klinis klinis diserta disertaii dengan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgent dan pemeriksaan laboratorium.
,EM-A)ASAN 1. ,EN*AKIT IMUNOLOGI A. Re/0rrent Ahth0s St3atitis ecurrent aphthous stomatitis merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan
munculnya ulkus yang bersifat kambuhan pada mukosa rongga mulut pasien tanpa adanya tanda penyakit lain. !idak lama ini para praktisi, menyatakan bah"a A# bukan merupakan suatu penyakit yang bersifat tunggal, tetapi berkaitan dengan beberapa kondisi seperti kelainan imunologi, defisiensi hematologi, dan alergi atau abnormalitas psikologi. Berdasarkan tampakan klinis, A# diklasifikasikan menjadi $, yaitu ulser minor, ulser mayor %#utton&s disease, periadenitis mucosa necrotica recurrens', dan ulser herpetiform. (lser minor ukuran diameternya kurang dari ) cm dan sembuh tanpa adanya jaringan parut. (lser mayor ukuran diameternya lebih dari ) cm, proses penyembuhannya lebih lama dan biasanya disertai adanya jaringan parut. (lser herpetiform memiliki gambaran klinis yang berbeda, manifestasinya berupa puluhan ulser yang berukuran kecil di sepanjang mukosa oral. A# ini sering ditemukan pada "anita dibanding pria dan dapat muncul pada semua umur meskipun yang terbanyak ditemukan selama dekade kedua. A# merupakan suatu sindrom klinis dengan kemungkinan beberapa penyebab, seperti faktor herediter, alergi, defisiensi hematologi %serum besi, folat atau vitmin b)*', abnormalitas imunologi %kelainan autoimun atau hipersensitif terhadap organisme rongga mulut seperti Streptococcus sanguis'. +aktor lain yang diduga sebagai etiologi A# yaitu trauma, stress psikologi, anietas, dan alergi makanan. A# biasanya terjadi pada pasien yang terkena trauma kecil, menstruasi, infeksi saluran napas atas, atau kontak dengan makanan tertentu. #ebelum lesi muncul, terdapat gejala prodromal berupa sensai terbakar selama *- jam sebelum ulserasi muncul, selama tahap tersebut muncul area eritematus lokal, kemudian menjadi papul kecil ber"arna putih, unserasi, dan secara bertahap ukuran lesi bertambah besar pada -/* jam berikutnya. (lkus tunggal berbentuk bulat, simetris, dan dangkal tanpa disertai tag jaringan., sedangkan pada lesi multiple jumlah, ukuran dan frekuensinya bervariasi. 0ukosa bukal dan labial seringkali terlibat, sedangkan pada mukosa yang berkeratin tebal seperti palatum dan gingiva jarang terjadi. #embuh total dalam "aktu )1-) hari. 0anajemen dari A# tergantung dari penyebabnya, jika penyebabnya karena defisiensi folat, vitamin b)*, dan ferritin maka pasien dirujuk ke ahli penyakit dalam. 2ika penyebabnya karena alergi makanan, maka pasien harus menghindari alergen.
3emberian obat didasarkan pada keparahan A#, pada kasus ringan dengan jumlah *-$ ulkus cukup diaplikasikan topikal emollient pelindung seperti 4rabase. 3ada kasus yang lebih parah dapat diberikan kortikosteroid topikal, seperti triamcinolone atau fluoconolone yang dioleskan sebanyak $- kali sehari setelah makan dan pada saat tidur malam. 3ada A# yang parah, penggunaan steroid topikal potensi tinggi seperti fluocinonide gel, clobetasol cream,atau beclomethasone spray disarankan. 5njeksi intralesional steroid juga bisa membantu pada aphthous mayor yang lebar dan lamban. 6hlortetracycline bisa juga dijadikan sebagai obatkumur atau diletakkan pada lesi beserta dengan kassa untuk mengurangi nyeri dan jumlah ulser. 3ada kasus A# mayor berat yang tidak berepon terhadap pemberian steroid atau tetrasiklin, disarankan untuk menggunakan dapsone, jika gagal gunakan thalidomide. Akan tetapi thalidomide memiliki efek teratogenik. !erapi lain yang memberikan keuntungan tapi masih membutuhkan investigasi lebih lanjut yaitu recombinant interferon alpha, tablet nikotin, dan colchicine. A# minor A#
mayor
A# herpetiform
-. ,e3hig0s '0lgaris 3emfigus 7ulgaris merupakan suatu kelainan muko-kutaneus yang berkaitan
dengan adanya antibodi terhadap substansi interseluler dari sel epitel. 3enyakit ini mengenai kulit, akan tetapi manifestasi mulutnya ditemukan pada banyak penderita. 7esikel dengan rasa sakit atau bulla mungkin timbul dan pecah hanya dalam "aktu beberapa jam, mengakibatkan tukak yang dangkal. 8eadaan tersebut menetap beberapa minggu atau beberapa bulan tetapi lesi baru dapat timbul kembali selama proses penyakit. Apabila penyakit ini tidak diobati dengan obat-obatan penekan imun, maka penderita akan meninggal. 3emeriksaan biopsy bersifat penting, karena pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya bulla epitel yang disebabkan oleh lepasnya perlekatan antara sel-sel epitel. #el-sel menjadi bulat dengan inti membesar dan disebut sebagai sel9sel akantolitik yang juga didiagnosis melalui pemeriksaan sitologik dari kerokan lesi.
3enyakit ini biasanya berkaitan dengan kelainan autoimun yang lain seperti myasthenia gravis, juga thymoma, lymphoma. 3enyakit ini bisa juga dipicu oleh obat-obatan seperti penicillamine. 0anifestasi klinis dari penyakit ini berupa bula yang menonjol dibanding kulit di sekitar dan mudah pecah, meluas kearah perifer dan meninggalkan area kulit yang mengalami denudasi, nikolsy sign positif. #edangkan untuk manifestasi oralnya, menurut penelitian :ashimoto dan Lever lesi a"al dari pemphigus vulgaris muncul di rongga mulut karena epitelnya memiliki substansi dan pertautan interseluler yang sedikit, sehingga mudah terjadi akantolisis. 4bat utama dari penyakit ini adalah kortikosteroid karena bersifat imunosupresif, yang sering digunakan ialah prednisone deksametason. 4bat-obat imunosupresi seperti a;atiopron, klorambusil, siklofosfamid, atau metotreksat dapat diberikan sebagai tambahan untuk mendampingi obat-obat steroid.
3emphigus vulgaris mukosa bukal
(lser ireguler pada lidah pasien pemphigus vulgaris
4. -enign M0/0s Me35rane ,e3higid Lesi mukosa mulut, alat kelamin, dan konjungtiva mata yang sering terjadi.
meluas.
Lesi
pada
mata
ditemukan
pada
palpebral
dan
konjungtiva,
penyembuhannya biasanya disertai dengan pembentukan jaringan parut, komplikasinya biasanya mengarah pada kebutaan. Lesi pada gingiva digambarkan sebagai suatu bentuk gingivitis deskuamatif. Lesi-lesi mulut biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut tidak seperti konjungtiva yang meninggalkan parut yang agak mengganggu. 3emeriksaan biopsy diperlukan, tujuannya untuk menegakkan diagnosis dan menunjukkan adanya bulla subepitel dan ikatan 5gG, 5gA, ataupun 5g0 %dengan atau tanpa komplemen' pada selaput basal. 3era"atan pada penyakit ini dapat diberikan steroid sistemik terdiri dari 1 mg dengan dosis yang terbagi dalam sehari dan dapat
digunakan hingga kontrol lesi tercapai.
topikal atau ointment tacrolimus dapat diaplikasikan -? kali sehari pada bulla dan lesi deskuamatif pada oral.
Bulla pada benign mucous membrane pemphigoid
&. Li/hen ,lan0s menunjukkan dasar lesi eritematus . 3enyakit dermatosis yang relatif umum, mengenai mulut dan kulit ataupun
dua-duanya. 3enyakit ini merupakan suatu penyakit inflamasi tipe autoimmune tetapi berbeda dengan gangguan autoimmune klasik. 3enyebabnya tidak diketahui. Gambaran klinisnya yaitu popular llichen planus berupa papul putih, reticular lichen planus membentuk jaringan yang terdiri dari garis putih, pla@ue like lichen planus menyebabkan terjadinya leukoplakia, dan erosive merupakan tipe yang jarang terjadi, atrofi menstimulasi terjadinya eritroplasia. 3ada kulit lichen planus seringkali berupa popular rash berbentuk polygonal ber"arna keunguan dan gatal biasanya terdapat pada permukaan fleksor dari pergelangan tangan dimana lesi biasanya disertai garisgaris putih yang disebut ickham striae. Lesi lichen planus pada oral dapat disertai lesi vulvovaginal yang disebut vulvovaginal sindroma. !erapi lichen planus tidak selalu diperlukan kecuali terdapat gejala. +aktor predisposisi harus diperbaiki.
Lesi reticular pada oral lichen planus
Erythematosus pada oral lichen planus %kiri', perkembangan lesi dengan orah hygiene yang optimum
(lseratif oral lichen planus
E. L00s Erite3ate0s 3enyakit ini dikenali secara klinik berupa atropik yang lokal ataupun lesi-lesi
erosif yang dikelilingi papula hiperkeratotik atau striata dan dapat melibatkan bibir, pipi, langit-langit, ataupun lidah. 3emeriksaan biopsy menunjukkan hyperkeratosis, atrofi epitel, degenerasi mencair dari lapisan sel basal dan infiltrasi sel mononuclear yang menonjol sekitar pembuluh-pembuluh darah, seperti juga pada lamina propria. penderita lupus mengeluhkan gejala pada rongga mulut seperti rasa kering, rasa sakit, dan rasa terbakar terutama saat makan panas dan pedas. Lesi spesifiknya dapat berupa aphtae yang berukuran kecil %kurang dari ) cm', terasa sakit, dapat ditemukan pada mukosa bukal. Lesinya cenderung lebih lama, lebih besar, dan terlihat pada palatum. Lesi oral pada penderita lupus discoid menyerupai plak ber"arna merah dikelilingi daerah putih, lesinya mirip dengan lichen planus. 3enatalaksanaan lesi spesifik dapat digunakan kombinasi terapi kortikosteroid sistemik dengan antimetabolite seperti a;athioprine atau mycophenolate mofetil dengan cyclophosphamide. 3enatalaksanaan untuk keluhan rasa sakit dan rasa terbakar pada penderita lupus yaitu dengan pemberian terapi untuk faktor organik yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti terapi untuk kandidiasis atau lichen planus baik secara sistemik atau topikal, kemudian dapat diberikan vitamin B) $11 mg dan vitamin B? =1 mg sebanyak $sehari selama minggu sebagai placebo.
F.
Lesi lupus pada mukosa palatum pasien s stemic lu us er thematosus
Syndr3e 8ekeringan mulut merupakan gejala menonjol dari penyakit ini. 8eluhan yang
mungkin dirasakan pasien dapat berupa rasa terbakar dari lidah, bibir, dan pipi, serta gangguan luar biasa saat makan dan berbicara. Lapisan mukosa mengalami atrofi dan kekeringan saliva yang mengakibatkan gerakan-gerakan antara permukaan mukosa menjadi agak sulit. 5nfeksi candida dari variasi atropik kronik biasanya mengenai mukosa mulut dan dapat meningkat menjadi angular cheilitis. #indrom ini terdiri dari mata yang kering dan penyakit jaringan ikat, selain mulut yang kering. 3aling sering dikaitkan dengan penyakit arthritis rheumatoid, tapi lupus eritematosus dan penyakit autoimun lain juga sering dihubungkan. (ntuk mendiagnosis penyakit ini, ditegakkan dengan adanya peningkatan E#, kadar immunoglobulin, uji faktor rheumatoid dan ose aaler yang positif, adanya faktor antinuclear, autoantibodi organ spesifik dan antibody saluran kelenjar saliva. Gambaran sialogram yang abnormal dan bukti histologik sialadenitis pada biopsy bibir mungkin lebih bermakna dalam menegakkan diagnosis penyakit ini.
G. -eh8et Syndr3e
0erupakan suatu penyakit multi-sistem yang jarang dengan gambaran paling konsisten berupa ulserasi mulut berulang, berhubungan dengan ulserasi genital, penyakit mata %kebanyakan berupa uveitis', juga terdapat manifestasi pada kulit, pembuluh darah, persendian, dan neurologik. Etiologi dari penyakit ini yaitu kompleks imun yang menyebabkan vasculitis pada pembuluh darah yang berukuran kecil hingga sedang serta inflamasi pada epitelium karena immunokompeten dari sel limfosit ! dan sel plasma. 0anifestasi klinisnya mirip dengan A# akan tetapi lesinya mungkin muncul pada mukosa oral dan pharyngeal, sedangkan area genital seperti scrotum dan penis pada laki-laki, serta labia pada "anita merupakan merupakan area kedua yang umumnya terlibat. Lesi yang muncul di mata berupa uveitis, infiltasi retinal, edema, dan oklusi vaskular, atropi optic, konjungtivitis, dan keratitis. #elain itu, penyakit ini juga memiliki manifestasi di kulit berupa lesi pustular yang luas, dan manifestasi di sendi %arthritis' yang berupa kemerahan dan bengkak. 3enyakit ini juga dapat melibatkan system syaraf pusat seperti brain stem syndrome, nervus cranialis, atau degenerasi neurologi yang menyerupasi sclerosis multiple yang dapat dilihat dengan 05. !anda lain dari penyakit ini yaitu thrombophlebitis, ulserasi intestinal, thrombosis vena, dan penyakit ginjal serta pulmoner. #eringkali hanya beberapa gambaran tersebut yang ditemukan, dan diagnosis umumnya dibuat apabila tiga atau lebih dari tanda tersebut yang terlibat. 3enegakan diagnosis kasus ini meliputi beberapa hal, seperti ulserasi oral kambuhan terjadi paling tidak $ kali dalam periode satu )* bulan ditambah * dari manifestasi berikut yaitu ulserasi genital kambuhan, lesi mata termasuk uveitis atau vasculitis retinal, lesi kulit termasuk erythema nodosum, pseudofolliculitis, lesi papulo pustular, atau acneform nodule pada pasien postadolescent yang tidak menerima obat kortikosteroid, serta tes pathergy positif. 0anajemen penyakit ini tergantung pada manifestasi kliniknya.
(lser aphthous dan lesi kulit pada pasien dengan BehCet #yndrome
).
Gra9t 'ers0s )st &isease G')&;
Graft 7ersus :ost
%donor'
ke
host
%recipient'
yang
tidak
hanya
mengakibatkan
imunodefisiensi tetapi juga menyebabkan reaksi dari transplantasi. eaksi ini /1> muncul pada pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang, yang biasanya terjadi pada pasien akut leukemia. 0enurut Billingham, terdapat $ kriteria yang harus dipenuhi untuk terjadinya G7:<, yaitu adanya imunokompeten yang bersifat fungsional dan layak dengan sel kekebalan tubuh, penerima memiliki sifat imunologis yang berbeda %histo incompatible', dan penerima bersifat immuno-compromised sehingga
tidak
dapat
menghancurkan
atau
menonaktifkan
sel-sel
yang
ditransplantasikan. Berdasarkan "aktu terjadinya penyakit ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu kondisi akut yang diamati dalam )11 hari pertama pasca transplantasi, sedangkan kondisi kronis biasanya terjadi setelah )11 hari dan pada kasus ini memunculkan lesi pada rongga oralnya. 0ulut merupakan indikator utama dari berbagai reaksi dan infeksi yang berhubungan dengan transplantation-related infection. Lesi G7:< pada oral biasanya terjadi pada bagian pipi, lidah, bibir, dan gingiva. !erkadang pasien merasakan suatu sensasi terbakar pada mukosa oralnya. !erkadang pasien juga mengalami erostomia yang berhubungan dengan kelenjar ludahnya. 3erkembangan pyogenic granuloma pada lidah terkadang terjadi sebagai akibat dari c-G7:<. 3era"atan penyakit ini
dapat
menggunakan obat steroid atau obat-obatan
imunosuspensi.
3yogenic granuloma pada lidah pasien dengan G7:<
2. ,EN*AKIT INFEKSI A. In9eksi -akteri 1. Gnrrhea Gonorrhea adalah infeksi yang biadsanya ditularkan melalui transmisi seksual
akibat adanya infeksi Disseria gonorrhoeae. Lesi ini biasanya terdapat pada area genital, di anus,dan di rongga mulut, umumnya di faring. +aktor resiko utama dari
gonococal pharyngitis adalah kegiatan orogenital seks %0yers dan 6urran, *1)'. 3enyakit ini muncul akibat perlekatan dari D. Gonorroeae ke jaringan mukosa dari ronga mulut atau alat genital yang kemudian berpenetrasi ke dalan jaringan diantara permukaan sel epithelial. #ecara 3ada laki-laki, penyakit ini mempunyai karakteristik berupa sensasi gatal dan terpakan diuretra yang disertai dengan rasa nyeri yang ringan sampai sedang %Greenberg, *11' 0anifestasi oral dari infeksigonococcal terbagi dua yaitu fenomena septic embolic dan reaksi hipersensitivitas. Gambaran klinis dari infeksi septic pada mukosaoral bermacam-macam, yaitu erythematous, purpuric, vesikopustular, hemorrhagic dan lesi ulseratif. #edangkanreaksi hipersensitivitas berupa lesi erythematous pada palatum,mukosa bukal dan gingival. %Greenberg,*11'. Lesi terlihat banyak pada semua bagian oral mukosa dan terlihat beagai macam tanda klinis yaitu edema, vesikel, ulserasi dan pseudomembran. 3seudomembran dapat ber"arna putih, kuning, atau abu-abu dan mudah dikerok dan meninggalkan permukaan yang berdarah. 3ada beberapa paasien, stomatitis yang sangat menyakitkan juga nampak, disertai dengan memerahnya mukosa oral dan edema.
0anifestasi oral infeksi Neisseria gonorrhea 2. Si9ilis #ifilis adalah penyakit kelami yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
!anda utama dari sifilis ronggamulut adalah chancre yang tidak sakit, yang me"akili reaksi granulomatosis terhadap sumbatan vaskular %Ghom dan 0haske, *11'. 6hancre dapat terjadi pada seluru jaringan lunak rongga mulut. Damun bibir adalah daerah yang paling sering terserang, diikuti dengan lidah, palatm, gingiva dan tonsil. #ifilis oral lebih sering terlihat pad pria muda yang aktif secara seksual %Langlais, dkk., *1)='.
0anifestasi oral sifilis %a' chancre, %b' mucous patch, %c' snail track ulcer, %d' gumma Chancre sifilis pada a"alnya tampak sebagai papula soliter kecil yang menonjol, membesar, menimbulkan erosi dan ulserasi. Lesi ini biasanya menonjol, ada indurasidan berdiameter *-$ cm, namun kurang mempunyai tepi merah yang meradang. 3ermukaannya ditutupi cairan serosa kekuningan yang sangat menular %Brunch dan !eister, *1)1'. Eritema palatal atau ulser kemerahan yang tidak bergejala
dapat
merupakan
lesi
a"al
bersama
dengan
nodus
limfatik
servikalbagian anterior yang membengkak, keras dan tidak nyeri. Chancre umumnya muncul selama *- minggu dan sembuh spontan, menyebabkan pasien menganggap bah"a hal tersebut dapat sembuh tanpa diobati. #etelah laten selama minggu 9 ? bulan, akan muncul tahap sifilis sekunder. 3ada tahap ini,pasien mengalami sakit kepala, sobeknya selaput mata, rembesa cairan hidung, nyeri tenggorok, sakit sendi menyeluruh, pembesaran nodus limfatik, kenaikan suhu badan dan penurunan berat badan. uam makulopapular yang simetris dan tidak sakit akan muncul pada telapak tangan dan segera diikuti dengan lesi pada bagian ba"ah kaki %Ghom dan 0haske, *11'. 8elompok lesi oral dari lesi sekunder akan tampak sebagai makula berbentuk oval, merah, faringitis atau bercak mukosa multipel atau terisolir %ulkus dangkal, tidak sakit, sangat menular, dikelilngi halo eritema' yang disebut mucous patch. Bagian tepi sering tidak teratur dan mirip jalur keong snail track ulcer %Langlais, dkk., *1)='. #ifilis tersier muncul pada orang yang terinfeksi, beberapa tahun setelah tahap sifilis sekunder yang tidak diobati. Lesi terutama ditandai dengan perforasi
palatu dan gejala neurologis, 3enisilin G secara parenteral masih tetap merupakan obat pilihan untuk mera"at sifilis pada semua tahapan %Langlais, dkk., *1)='. !. T05erk0lsis !uberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan
oleh Mycobacterium
tuberculosis
yang
ditandai
dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru dan berbagai organ tubuh lainnya. 3enyakit !B ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe %Langlais, dkk., *1)='. 5nfeksi a"al biasanya terjadi *-)1 minggu setelah terpajan. 5ndividu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. !ransmisi dari infeksi ini dapat melalui udara, biasanya kontak pertama terjadi karena tidak sengaja menghirup udara, debu atau dahak yang mengandung basil-basil Mycobacterium tuberculosis %Brunch dan !eister, *1)1'. 0anifestasi oral terjadi pada sekitar $> kasus yang melibatkan infeksi sistemik atau pulmonar berkepanjangan. Bakteri dapat menginfeksi jaringan mulut dan nodus limfa %scrofula'.
0anifestasi oral F lesi dengan indurasi -. In9eksi 'ir0s 1. )erangina :erpangina %lepuh mulut' merupakan infeksi mulut yang disebabkan oleh virus
cosackie. Biasanya, herpangina dihasilkan oleh satu strain tertentu virus cosackie tipe A, tetapi juga dapat disebabkan oleh virus cosackie tipe B atau echoviruses dan paling sering terjadi pada anak-anak %Brunch dan !eister, *1)1'. :erpangina merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri tanpa pengobatan, penyakit virus yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit tenggorokan disertai munculnya lesi pada faring. :erpangina adalah salah satu contoh yang jelas adanya lesi vesikuler yang sakit sekali pada palatum, uvula atau faryn, disertai panas tinggi, nyeri telan dan malaise. 3anas akan turun dalam "aktu sekitar $ hari namun lesi akan bertahan sampai seminggu %0yers dan 6urran, *1)'. Lesi pada faring berukuran ) 9 * mm berbentuk papulovesikuler ber"arna abuabu dengan dasar eritematus dan berkembang secara perlahan menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi ini yang biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari tonsil, palatum molle, uvula dan tonsilnya sendiri, muncul sekitar 9 ? hari sesudah mulai sakit. 3enyakit ini tidak fatal %Langlais, dkk., *1)='.
(lkus yang berkelompok di lateral lidah kiri. 3asien juga memiliki lesi pada palatum dan dinding faring bagian posterior
2. )and< Ft and M0th &isease 3enyakit :+0< disebabkan oleh virus yang dikenali sebagai enterovirus meliputi
6osackie 7irus A)? %6o A)?' dan Enterovirus /) %E7 /)'. 3enyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi akut yang ringan dan gejalanya akan menghilang sendiri dalam ) minggu, akan tetapi komplikasi seperti meningitis, ensefalitis dan edema pulmonum yang dapat berakhir dengan kematian %0yers dan 6urran, *1)'. Gambaran klinis :+0< terjadi hampir )11> pada anak-anak usia prasekolah yang terinfeksi namun hanya ))> individu de"asa yang terinfeksi memiliki kelainan kulit. #etelah fase inkubasi $ hingga ? hari, penderita dapat mengeluh panas badan yang biasanya tidak terlalu tinggi %$ o6 hingga $ o6', malaise, nyeri perut, dan gejala traktus respiratorius bagian atas seperti batuk dan nyeri tenggorok.
Lesi pada telapak kaki, sekitar mulut dan tangan anak dengan :+0< Lesi kulit terdapat pada dua pertiga penderita dan muncul beberapa saat setelah lesi oral. Lesi ini paling banyak didapatkan pada telapak tangan dan telapak kaki. #elain itu dapat juga pada bagian dorsal tangan, sisi tepi tangan dan kaki, bokong dan
terkadang pada genitalia eksternal serta "ajah dan tungkai Lesi kulit dimulai sebagai makula eritematus berukuran *9 mm yang menjadi vesikel berbentuk oval, elips atau segitiga berisi cairan jernih dengan dikelilingi halo eritematus. umlahnya bervariasi dari beberapa saja hingga banyak. #etelah menjadi krusta, lesi sembuh dalam "aktu / hingga )1 hari tanpa meninggalkan jaringan parut %0yers dan 6urran, *1)'. !ujuan pemberian farmakoterapi adalah mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. 3engobatan :+0< bersifat suportif dan ditujukan untuk meredakan gejala. #ampai saat ini belum ada pengobatan dengan antivirus yang efektif %Ghom dan 0haske, *11'. !. )eres 7irus kelompok ini, yang terdiri atas :erpes simpleks tipe 5, :erpes simpleks tipe 55, 7aricella Hooster, virus Epstein-Barr dan sitomegalovirus, bertanggung ja"ab atas sebagian besar lesi mukosa mulut yang disebabkan oleh virus. a. Gingivotomatitis :erpetik 3rimer 3enyakit ini merupakan infeksi :#7 primer yang simtomatik. 3enyebabnya dapat berupa :#7 tipe 5 dan 55. espon peradangan akut terhadap infeksi :#7 primer biasanya mengikuti periode inkubasi *-)1 hari %Langlais, dkk., *1)='. 3asien yang terinfeksi merasakan daemam, lemas dan gelisah.
(lkus pada lidah dan gingiva pada pasien dengan diagnosis 3:G# 8eluhan utama dari pasien dengan penyakit ini biasanya berupa rasa nyeri. 3engunyahn dan penelanan dapat tergangu, menimbulkan dehidrasi dan kenaikan temperatur. 3enegakkan diagnosis dapat dibantu melaui biakan virus, kadar antibodi serum dan uji serologi %Greenber, *11'. 3era"atan suportif berupa pemberian obat antijamur dapat diberikan beberapa hari setelah munculnya penyakit. 3asie dengan temperatur tinggi %I)1) +' harus dieri obat antipiretik nonaspirin dan antibiotik %2aya dan :arijanti, *11'.
a. 5nfeksi :erpes #impleks ekuren 3enyakit ini merupakan hasil reaktivasi :#7. eaktivasi dapat dipicu oleh sinar matahari, panas, stres, trauma %prosedur dental' atau imunosupresi. 5nfeksi ini menimbulkan vesikel yang kemudian pecah menjadi ulkus. 7esikel berkembang berulang kali di tempat yang sama, mengikuti distribusi saraf yang terinfeksi %Langlais, dkk., *1)='. 8ekambuhan pada tepi vermillion border %herpes labialis rekuren' secara klinis lebih tampak dibandingkan kekambuhan intraoral %stomatis herpetik rekuren'.
7esikel pada %a' vermillion border bibir ba"ah dan %b' mukosa labial atas Lesi dari herpes labialis rekuren tampak sebagai kelompok vesikel keci yang erupsi, bergabung, mengalami ulserasi, mengalami keropeng dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. 3ada orang yang relatif sehat, stomatitis herpetik rekuren menimbukan ukus kecil dengan halo eritematus oada mukosa periosteal dan berkeratin %misalnya, gingiva cekat dan palatum keras'. 8ekambuhan pada mukosa bukal dan lidah jarang terjadi %Brunch dan !eister, *1)1'. b. :erpes Hoster :erpes Hoster %:H' atau shingles merupakan hasil reaktivasi dari virus Varicella zooster yang memasuki akhiran nervus kutaneus yang dia"ali dengan terjadinya chicken pox mel"ati ganglion dorsalis dan bertahan dalam bentuk laten %Langlais, dkk., *1)='. #yaraf yang biasanya terlibat adalah 6$, !=, L), L* dan divisi pertama nervus trigeminus. !ransmisi pada infeksi :H terjadi karena penyebaran partikel
infeksius dari sekresi oral, lesi kulit maupun melalui kontak langsung dengan pasien %:iremutt dkk., *1)?'.
Lesi fasial dan intraoral %palatum' pada :erpes Hoster yang melibatkan cabang kedua dari nervus trigeminus Gambaran klinis :H dapat dikategorikan dalam $ fase, yaitu prodromal, akut dan kronis. 3ada fase prodromal, inflamasi ganglion terjadi karena replikasi virus yang menyebabkan nekrosis pada syaraf sensoris yang diserang sehingga menimbulkan nyeri berat dengan sensasi terbakar, kesemutan, gatal, geli dan seperti tertusuk pada kulit danatau mukosa oral yang diinervasi oleh syaraf tersebut. +ase prodromal diikuti dengan bercak eritema, kadang-kadang disertai indurasi yang muncul pada area dermatom yang terlibat. uam biasanya disertai dengan lesu, sakit kepala, mual, demam tingkat rendah, dan bisa berkembang menjadi lepuhan dengan dasar eritematus pada area kulit yang terinfeksi yang kemudian dapat menimbulkan ulkus. 8emudian lesi mengering dan terbentuk krusta di sepanjang jalur syaraf sensoris yang terkena dan berhenti di midline. 8rustasi berkurang setelah )-*) hari, meninggalkan lesi makular eritematus yang lebih jauh lagi dapat menyebabkan hipohiperpigmentasi pada area kulit yang terserang. Gejala jika dihubungkan dengan karakteristik lesi yang terbatas pada area yang diinervasi oleh syaraf yang terlibat akan membuat diagnosis lebih mudah ditegakkan. !erlebih lagi pada :H unilateral, lesi memiliki ciri berhenti pada midline. :al itu merupakan tanda patognomonik %:iremutt dkk., *1)?'. 5ntervensi terapetik untuk penatalaksanaan infeksi :H sebaiknya dilakukan untuk kontrol nyeri, pera"atan kulit dan lesi oral, terapi antivirus dan sebaiknya ditujukkan untuk pencegahan komplikasi. Lesi kulit dapat dira"at dengan aplikasi kompres kainhanduk yang direndam di air dingin, sedangkan penatalaksanaan nyeri dapat berupa peresepan analgesik ringan sampai menengah kuat dibarengi dengan agen inflamatori %Brunch dan !eister, *1)1'. !erapi obat antivirus mampu mengurangi
durasi dan keparahan pada fase akurt dari infeksi :H. Acyclovir adalah pilihan obat dengan dosis yang direkomendasikan sebesar 11 mg -= kali per hari selama = hari. Agen terbaru lainnya seperti +amciclovir =1 mg dan 7alacyclovir )g dapat diresepkan $ kali sehari selama / hari %:iremutt dkk., *1)?'. =. In9eksi Mnn0klesis 5nfeksi mononukleosis merupakan infeksi virus akut yang ditandai dengan lelah, demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan nodus limfatik, stomatitis dan kadangkadang hepatosplenomegali. Lesi paling sering disebabkan oleh virus Eipstein-Barr dan terjadi terutama pada remaja dan de"asa muda. 3enyakit ini tingkat penularannya rendah serta penyebarannya dapat melalui pertuakran saliva yang terkontaminasi virus selama ciuman dalam atau pemakaian sedotan bersama-sama %Brunch dan !eister, *1)1'. 0anifestasi oral yang muncul dapat berupa lesi yang sering kali merupakan manifestasi palng dini dari infeksi mononukleosis. Lesi berupa petekiae ber"arna merah yang terletak di pertemuan palatum keras dan lunak terjadi selama beberapa minggu pertama infeksi. Lesi ini akan berubah menjadi coklat dan menghilang setelah beberapa hari. #e"aktu kondisi ini berkembang, lelah, tonsilitis dan limfadenopati servikal posterior yang sakit dan bilateral merupakan temuan yang mencolok. 8adang-kadang pasien mengalami ruam, batuk, gingivitis ulseratif nekrotika %D(G' atau ulser faring %Langlais, dkk., *1)='.
Lesi intraoral pada infeksi mononucleosis 3emeriksaan darah akan menunjukkan adanya limfositosis sedang, limfositosis atipikal, antibodi heterofil serta adanya sedikiti peningkatan kadar transamin. 3enatalaksanaan dapt berupa terapi suportif dan mencakup bed rest diet lunak, pemberian analgesik dan antipiretik. 3emulihan biasnya terjadi dalam )-* bulan %0yers dan 6urran, *1)'. /. In9eksi (a30r
1. Oral 4andidiasis 8andidiasis oral merupakan salah satu infeksi oportunistik pada rongga mulut
berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis 6andida sp, dimana Candida albicans merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. 8andidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun "anita. 0eningkatnya prevalensi infeksi Candida albicans ini dihubungkan dengan kelompok penderita :57A5<#, penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna %Ghom dan 0haske, *11'. Gambaran klinis kandidiasis oral tergantung pada keterlibatan lingkungan dan interaksi
organisme
dengan
jaringan
pada
host.
Adapun
kandidiasis
oral
dikelompokkan atas tiga, yaitu F ). Akut a. Acute 3seudomembrane 6andidiasis %8andidiasis 3seudomembranosus Akut' 8andidiasis ini tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat diusap meninggalkan permukaan merah dan kasar. 3ada umumnya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan palatum lunak.3enderita kandidiasis ini dapat mengeluhkan rasa terbakar pada mulut.
Lesi putih pada gingiva dan mukosa labial bagian dalam yang hilang saat diusap b. Acute Athropic 6andidiasis %8andidiasis Atropik Akut' 8andidiasis jenis ini membuat daerah permukaan mukosa oral mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. 5nfeksi ini terjadi karena pemakaian antibiotik spektrum luas, terutama !etrasiklin, yang mana obat tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem oral antara !actobacillus acidophilus dan Candida albicans. Antibiotik yang dikonsumsi oleh pasien mengurangi populasi Lactobacillus dan memungkinkan 8andida
tumbuh subur. 3asien yang menderita 8andidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti terbakar %Brunch dan !eister, *1)1'.
Gambar )1. "cute athropic candidiasis pada lidah dan labial *. 8ronis a. 6hronic Athroic 6andidiasis 8andidiasis Atropik 8ronik diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada "anita tua yang sering memakai gigi tiruan selagi tidur%Brunch dan !eister, *1)1'.
Gambar )). Chronic "thropic Candidiasis pada palatum c. 6hronic :yperplastic 6andidiasis %8andidiasis :iperplastik 8ronis' 5nfeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintikbintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. 8ondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan, dan kadang disebut sebagai 8andida leukoplakia. Bintik-bintik putih tersebut tidak dapat dihapus, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. 8andidiasis ini paling sering diderita oleh perokok %Brunch dan !eister, *1)1'.
Gambar )*. Chronic hyperplastic candidiasis $. Angular cheilitis 8eilitis angularis merupakan infeksi Candida albicans pada sudut mulut, dapat bilateral maupun unilateral. #udut mulut yang terkena infeksi tampak merah dan pecah-pecah, dan terasa sakit ketika membuka mulut. 8eilitis angularis ini dapat terjadi pada penderita defisiensi vitamin B)* dan anemia defisiensi besi %Brunch dan !eister, *1)1'.
Gambar )$. Angular cheilitis. !erdapat ulkus dikomisura bibir disertai eritema dan cracking pada kulit dan vermillion 2. &ee F0ngal In9e/tins 5nfeksi fungi di rongga mulut sebenarnya jarang terjadi dan biasanya hanya
terjadi pada individu dengan imunosupresi. 5nfeksi dapat berupa aspergillosis cryptococcosis
blastomycosis
histoplasmosis
paracoccidiodomycosis
dan
mucormycosis. Lesi nampak sebagai ulkus nekroti dalam yang dapat menyebabkan destruksi lokal dan invasi jaringan serta penyebaran sistemik. Lesi oral kadang disertai dengan lesi pada saluran pernapasan seperti paru-paru dan sinus %Brunch dan !eister, *1)1'. 3enetapan diagnosis memerlukan pemeriksan biopsi. 3enatalaksanaan dapat berupa terapi antifungal agresif secara sistemik disertai debridement bedah. !anpa dilakukannya terapi agresif, infeksi ini menyebabkan tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas.
5nfeksi Aspergilus pada sinus maksilaris disertai ulkus dan area nekrosis di posterior maksila pada pasien dengan imunosupresan akibat transplantasi sel hematopoietik. 4bat anti jamur dapat diberikan secara topikal maupun sistemik, dengan syarat pemakaiannya harus sesuai dengan tipe kandidiasis yang akan dira"at. 4bat - obat anti jamur yang dapat diberikan secara topikal berupa F clotrima;ole lo;enge, nystatin pastiles, dan nystatin suspensi oral, sedangkan obat anti jamur yang dapat dibenkan secara sistemik yaitu F ketocona;ole tablet, itracona;ole tablet, flucona;ole tablet. :al yang sangat penting dilakukan oleh pasien adalah menjaga kebersihan rongga mulut dan menghindari faktor - faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kandidiasis
KESIM,ULAN
5nfeksi merupakan proses mikroorganisme patogen %bakteri, virus, parasit atau jamur' ke dalam host yang dapat menimbulkan penyakit yang disertai gejala klinis baik lokal maupn sistemik. 5munitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen dan melindungi tubuh dari infeksi. Akan tetapi jika kegagalan pertahanan muncul dan jatuh pada $ kategori yaitu defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas dapat memunculkan manifestasi pada rongga mulut dan dapat menimbulkan gejala nyeri pada penderitanya. Berbagai macam karakteristik lesi infeksi imunologi pada rongga mulut sehingga diperlukan pemeriksaan subjektif yang komprehensif, yang mencakup ri"ayat perjalanan penyakit hingga ri"ayat sosial pasien. 8eterampilan operator dalam mengidentifikasi lesi secara objektif serta dilakukannya pemeriksaan subjektif yang lengkap, sangat membantu dalam penegakan diagnosis yang tepat, yang nantinya akan berguna dalam menentukan rencana pera"atan yang sesuai.
&AFTAR ,USTAKA
Bruch, 2.0., !reister, D.#., *1)1, Clinical #ral Medicine and $athology #pringer, London. 6handra, #., 6handra, #., 6handra, G., 8amala, ., *11/, #ral Medicine, Ed. ), 2aypee Brothers 0edical 3ublishers %3' Ltd, De"
Ed"ards, 3.6., 8elsch, ., *11*, 4ral Lichen 3lanus F 6linical 3resentations and 0anagement, )ournal of the Canadian %ental "ssociation ?%' F -. Eversole, L.., *1)), Clinical #utline of #ral $athology * %iagnosis and Treatment , Ed. , 3eople&s 0edical 3ublishing :ouse, (#A Ghom, A., 0haske, #., *11, Textbook of #ral $athology 2aypee, De"