Nama NIM Kelas
:Stefanus Hermawan W. :125150042 :NY
Standar Audit SA 200
Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit
Pendahuluan Ruang Lingkup Ruang lingkup dari SA 200 ini meliput tanggung jawab auditor, tujuan audit, serta sifat audit yang dirancang untuk mencapai Tujuan audit itu sendiri. Jika diperlukan, SA dapat diadaptasi dalam penerapannya.
Audit atas Laporan Keuangan Tujuan audit adalah meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan akan validitas laporan keuangan tersebut, dengan jalan memberi opini tentang wajar / tidaknya suatu penyajian laporan keuangan dalam semua hal yang material. Sebagai basis dalam pemberian opini, Auditor waj ib memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalah penyajian material. Keyakinan ini dapat diperoleh dengan mendapatkan bukti audit yang cukup dan Tepat. Keyakinan memadai bukan berart absolut
Tujuan Keseluruhan Auditor Tujuan Audit itu sendiri adalah: 1 . Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan 2 . Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana ditentukan ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.
Definisi a) Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku: Kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, dalam penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima dari sudut pandang sifat entitas dan tujuan laporan keuangan, atau yang diharuskan oleh per aturan pe rundang-undangan atau regulasi. b) Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang mendasari opini auditor. Bukti audit mencakup informasi yang terdapat dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya. c) Risiko audit: Risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material. d) Auditor: Terminologi “auditor” digunakan untuk menyebut orang atau orang-orang yang melaksanakan audit atau, jika relevan, KAP. e) Risiko deteksi: Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah f) Laporan keuangan: Suatu representasi terstruktur atas informasi keuangan historis, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait, g) Informasi keuangan historis: Informasi yang dinyatakan da lam terminologi keuangan suatu entitas tertentu. h) Manajemen: Orang atau orang-orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk melaksanakan kegiatan entitas. i) Kesalahan penyajian: Suatu selisih atas angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan suatu pos laporan keuangan, antara yang dilaporkan dalam laporan keuangan. j) Premis, berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak ya ng bert anggung jawab ata s tata kelola, ya ng mel andasi pelaks anaan suatu a udit k) Pertimbangan profesional: Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman ya ng rel evan, dal am konteks st andar audit, akunt ansi , dan etika. l) Skeptisisme profesional: Suatu sikap yang mencakup suatu pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian. m) Keyakinan memadai: Dalam konteks suatu audit atas laporan keuangan, suatu tingkat keyakinan tinggi, tetapi bukan tingkat keyakinan absolut. n) Risiko kesalahan penyajian material: Risiko bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material sebelum dilakukan audit.
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain Audit atas Laporan Keuangan
Opini auditor atas laporan keuangan menyatakan apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pel aporan keuangan ya ng berl aku. Opi ni tersebut merupakan hal ya ng umum dalam semua audit atas laporan keuangan. Penyusunan Laporan Keuangan 1. Auditor memiliki tanggung jawab: (a) Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. (b) Menetapkan dan menjalankan dipandang perlu oleh manajemen.
pengendalian
internal
yang
(c) Menyediakan hal-hal di bawah ini bagi auditor: (i) Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen. (ii) Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen. (iii) Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh auditor untuk memperoleh bukti audit. 2. Laporan keuangan dapat disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang dirancang unt uk memenuhi: • Kebutuhan berbagai pengguna laporan keuangan atas informasi keuangan umum. • Kebutuhan pengguna laporan keuangan tertentu atas informasi keuangan.
Bentuk Opini Auditor
Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pel aporan keuangan yang berlaku. Jika kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka penyajian wajar, sebagaimana halnya dalam laporan keuangan bertujuan umum, opini menurut SA adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material.
Skeptisisme Profesional
Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap antara lain hal-hal sebagai berikut: • Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh. • Informasi yang menimbulkan pertanyaan tenta ng keandalan dokumen • Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan. • Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain prosedur ya ng dis ya ratkan ol eh SA. Mempertahankan skeptisisme profesional selama audit diperlukan jika auditor berusaha untuk, mengurangi risiko, seperti misalnya: • Kegagalan dalam melihat kondisi -kondisi tidak lazim. • Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan tersebut dari observasi a udit. • Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam me netapkan sifat, saat, dan luas prosedur audit serta penilaian atas hasilnya Risiko Audit
Risiko audit merupakan fungsi dari risiko kesalahan penyajian material dan risiko deteksi. Untuk tujuan SA, risiko audit tidak termasuk risiko bahwa auditor mungkin menyatakan opini bahwa laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material padahal laporan keuangan tersebut tidak mengandung kesalahan penyajian material.
Risiko Kesalahan Penyajian Material
Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua tingkat: • Tingkat laporan keuangan s ecara keseluruhan • Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan Risiko kesalahan penyajian material dapat berdampak luas (pervasif) terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan berpot ensi memengaruhi banya k asersi.
Pelaksanaan suatu Audit Berdasarkan SA Sifat SA
a) Secara kolektif, SA menyediakan standar bagi pekerjaan auditor dalam memenuhi tujuan keseluruhan auditor. SA mengatur tanggung jawab umum auditor. b) Ruang lingkup, tanggal berlaku efektif, dan keterbatasan tertentu penerapan SA t ertent u dijel askan dalam SA. c) Dalam melaksanakan suatu audit, selain ketentuan dalam SA, auditor dapat disyaratkan untuk mematuhi ketentuan hukum atau regulasi. d) Auditor juga dapat melaksanakan audit berdasarkan SA dan standar audit suatu yurisdiksi atau negara tertentu secara bers amaan. Kepatuhan Terhadap Ketentuan yang Relevan
Ketentuan yang Relevan Dalam beberapa kasus, suatu SA (dan oleh karena itu, seluruh ketentuan dalam SA tersebut) belum tentu relevan dengan kondisi perikatan. Sebagai contoh, jika suatu entitas tidak memiliki fungsi audit internal, maka ketentuan dalam SA 61026 menjadi tidak relevan. Suatu SA yang relevan, berisi ketentuan bersyarat. Ketentuan tersebut relevan ketika kondisi yang digambarkan dalam ketentuan tersebut be rlaku dan terjadi. Secara umum, kebers ya r atan suatu ket entuan da pat be rsi fat eks plisit atau impli sit, s eba gai contoh: • Ketentuan untuk memodifikasi opini auditor jika terdapat suatu pembat as an terhadap ruang l ingk up27 merupakan s uat u ketentuan be rs ya rat eksplisit . • Ketentuan untuk mengomunikasikan defisiensi signifikan dalam pengendalian int ernal ya ng teridentifikasi s elama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang bergantung pada eksistensi defisiensi signifikan yang teridentifikasi tersebut; dan ketentuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat atas penya j ian dan pengungkapan informasi s egmen s esuai dengan kerangka pelaporan keua ngan yang berlaku, ya ng berga ntung pada kerangka ya ng mengharuskan atau memperbolehkan pengungkapan t ersebut, merupakan ketentuan bersyarat implisit.
Tujuan yang Dinyatakan dalam setiap SA
Tujuan setiap SA adalah untuk mengarahkan auditor pada hasil yang dikehendaki oleh SA tersebut, sementara cukup spesifik untuk membantu auditor dalam: • Memahami apa yang akan dicapai, dan jika diperlukan, cara yang tepat untuk mencapainya; dan • Memutuskan apakah diperlukan prosedur tambahan untuk mencapai tujuan SA tersebut sesuai dengan kondisi yang ada dalam pe rikatan audit. Kegagalan untuk Mencapai Tujuan
Apakah suatu tujuan telah tercapai adalah suatu hal yang merupakan pertimbangan profes ional auditor. Perti mbangan tersebut memperhitungkan hasil pelaksanaan prosedur audit dalam mematuhi ketentuan SA. Oleh kar ena itu, kondisi yang dapat menyebabkan kegagalan untuk mencapai suatu tujuan mencakup hal-hal di bawah ini: • Menghalangi auditor dalam mematuhi ketentuan suatu SA yang relevan. •Menyebabkan auditor tidak dapat atau tidak mungkin melaksan akan prosedur audit t ambahan atau memper oleh bukt i audit le bih lanjut ya ng diperlukan dari penggunaan tujuan sebagaimana dinyatakan dalam paragraf 21, sebagai contoh, karena adanya suatu keterbatasan dalam bukti audit yang tersedia.