PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI DESIDUI KANINUS KIRI RAHANG ATAS
PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Oleh: Ichda Nabiela Amiria Asykarie J530145007
PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
HALAMAN PERSETUJUAN
PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI DESIDUI KANINUS KIRI RAHANG ATAS
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
Ichda Nabiela Amiria Asykarie J530145007
Telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen Pembimbing
drg. Septriyani Kaswindiarti, MDSc
PERAWATAN PULPEKTOMI PADA GIGI DESIDUI KANINUS KIRI RAHANG ATAS (Laporan Kasus) Ichda Nabiela Amiria Asykarie, Septriyani Kaswindiarti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] ,
[email protected]
ABSTRAK Pulpektomi adalah salah satu perawatan pulpa yang dilakukan untuk mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkung gigi agar dapat berfungsi untuk menjaga ruang yang diperlukan untuk gigi permanen tumbuh. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk menjaga fungsi estetik, pengunyahan, maupun kebiasaan lidah yang menyimpang, fungsi berbicara, dan mencegah efek psikologis yang terkait dengan kehilangan gigi. Perawatan ini terdiri dari pembersihan jaringan pulpa dan mikroorganisme dari saluran akar dan mengisinya dengan bahan pengisi yang dapat teresorpsi. Studi ini membahas tentang penatalaksanaan perawatan pulpektomi pada seorang pasien anak berumur 6 tahun yang mengalami karies yang sudah melibatkan pulpa pada gigi kaninus kiri rahang atasnya. Preparasi saluran akar dilakukan menggunakan K-File no. 15-35, lalu dilakukan sterilisasi saluran akar mengguanakan bahan pasta kalisum hidroksid dan iod gliserin. Pengisian saluran akar gigi 63 dilakukan dengan menggunakan bahan yang dapat teresorpsi yaitu semen zink okside eugenol (ZOE). Kemudian gigi di restorasi dengan menggunakan resin modified glass ionomer cement . Hasil evaluasi seminggu paska obturasi saluran akar, pasien tidak memiliki keluhan apapun dan tidak ditemukan terbentuknya lesi periapikal baik secara klinis maupun radiografis. Perawatan pulpektomi gigi kaninus desidui pada pasien ini berhasil dilakukan dengan baik. ABSTRACT
Pulpectomy is one of the pulp treatment to maintain arch length and function by preserving primary teeth that are essential to proper guidance of the permanent dentition. Other objectives of preserving primary teethare to enhance esthetics and mastication, prevent aberrant tongue habits, aid in speech, and prevent the psychological effectsassociated with tooth loss. The treatment consists of removing the pulp tissue associated with microorganisms and debris from the canal and obturating with resorbable filling material. This study discusses the management of pulpectomy treatment for 6 year old child with caries which already involves the pulp on the left canine tooth in the upper jaw. Root canal preparation was done using K-File no. 15-35, then a root canal was dressing with calcium hydroxide paste material and iodine glycerin. the root canal was obturated using resorbable filling material namely zinc oxide eugenol. Then, left primary canine teeth was restorated using resin modified glass ionomer cement. The evaluation results a week after root canal obturation, patients had no complaint. Pulpectomy in primary canine teeth in these patients was successfully carried out. Keywords: pul pektomi, decidu ous, zi nc oxi de eugenol
PENDAHULUAN
Pulpektomi adalah salah satu perawatan pulpa yang dilakukan untuk mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkung gigi agar dapat berfungsi untuk berbicara, mengunyah, dan menjaga ruang yang diperlukan untuk gigi permanen tumbuh serta mencegah munculnya dampak psikologis yang merugikan untuk anak akibat kehilangan gigi. 1 Tujuan dari perawatan saluran akar pada gigi desidui adalah untuk meringankan rasa sakit serta mengontrol infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya. Selain itu perawatan ini juga bertujuan untuk mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya dan mempertahankan pulpa di periapikal sehingga dapat berfungsi selama mungkin berada dimulut sampai gigi permanen erupsi.2 Pulpektomi pada gigi permanen mau pun gigi desidui memiliki tahapan prosedur yang kurang lebih sama, hanya teknik yang digunakan untuk mencapai keberhasilannya berbeda. Perawatan pulpektomi pada gigi desidui terdiri dari pembersihan jaringan pulpa dari saluran akar dan mengisinya dengan bahan pengisi yang dapat teresorpsi. 3 Saluran akar gigi harus diisi dengan bahan pengisi yang dapat diserap dan bahan tersebut memiliki kemampuan kecepatan resorpsi yang sama dengan akar gigi, karena kemampuan kapasitas resorpsi pada bahan pengisi saluran akar desidui menjadi salah satu peran penting yang dapat menentukan keberhasilan perawatan pulpektomi.4 Selain itu keberhasilan perawatan pulpektomi tergantung dari reduksi atau eliminasi bakteri pada saluran akar dan dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan pengisi saluran akar yang bersifat antimikroba. 5 Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar.6 Pada umumnya bahan pengisi saluran akar digolongkan dalam golongan padat, pasta, dan semen. Salah satu bahan pengisi saluran akar yang termasuk golongan padat adalah gutaperca. Sedangkan bahan pengisi golongan pasta tidak mengeras dalam saluran akar misalnya iodoform pasta. Sedangkan bahan pengisi golongan semen akan mengeras setelah beberapa waktu dalam saluran akar.7 Tidak ada bahan pengisi saluran akar yang mempunyai sifat yang benar-benar ideal, tetapi ada beberapa kriteria yang setidaknya harus dipenuhi sebagai bahan pengisi saluran akar terutama untuk gigi desidui, yaitu mudah dimasukkan kedalam saluran akar, dapat teresorpsi, memiliki daya antiseptik, tidak mengiritasi jaringan maupun gigi permanen penggantinya, radiopak agar dapat terlihat pada radiografi, mudah dikeluarkan, serta bersifat bakteriostatik dan harus dapat menutup saluran lateral apikal maupun lateral.8 Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk melaporkan hasil perawatan pulpektomi pada gigi desidui kaninus kiri rahang atas pada anak usia 6 tahun yang dilaksanakan di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki berumur 6 tahun datang ke klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta bersama ibunya untuk memeriksakan dan melakukan perawatan pada giginya yang banyak berlubang. Menurut keterangan ibu pasien, pasien pernah merasakan sakit pada gigi atas kirinya dan pernah diberi obat yang diberi oleh bidan setempat ketika giginya sakit. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik maupun alergi terhadap obat apapun. Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan atau abnormalitas. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan gigi kaninus kiri atas terdapat karies
pada bagian mesial incisal gigi kedalaman pulpa dengan tes sondasi negatif (-), perkusi negatif (-), palpasi negatif (-) dan tes vitalitas / CE negatif (-). Pada pemeriksaan penunjang radiografi panoramik terlihat adanya radiolusen pada daerah mesial dan incisal yang sudah meluas sampai ke kamar pulpa. Dari hasil pemeriksaan klinis dan radiografis didapatkan diagnosis dari gigi 63 adalah nekrosis pulpa, sehingga rencana perawatan yang dilakukan adalah pulpektomi dan dilanjutkan dengan perawatan restorasi dengan semen ionomer kaca.
Gambar 1. A. Terdapat karies pada bagian mesial dan incisal gigi 63; B. Hasil pemeriksaan penunjang radiografi periapikal
Perawatan pulpektomi gigi sulung dilakukan dengan persetujuan ibu pasien, kemudian mempersiapkan pasien dan alat serta bahan. Pada kunjungan pertama, dilakukan pembersihan jaringan karies dengan mengisolasi daerah kerja menggunakan cotton roll. Kemudian dilakukan pembukaan akses saluran akar menggunakan diamond round bur , dan karena pasien mengeluh sakit ketika dilakukan pembukaan akses, maka dilakukan anastesi infiltrasi menggunakan citoject . Ekstirpasi pulpa menggunakan barber broaches dengan panjang kerja 1/3 saluran akar kurang lebih sekitar 5 mm. Lalu dilakukan pengukuran panjang kerja menggunakan rontgen periapikal dan didapatkan panjang akar kurang l ebih 15 mm.
Gambar 2. A. Gambar gigi 63 sebelum dilakukan perawatan; B. Gambar hasil ekstirpasi pulpa gigi 63
Preparasi saluran akar dilakukan menggunakan K-file no. 15 dan diakhiri file ukuran no. 35. Pada gigi desidui, preparasi dilakukan hanya untuk membersihkan saluran akar, bukan untuk memperluas saluran akar. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCl 2,5% dengan menggunakan spuit irigasi, kemudian dilakukan sterilisasi saluran akar dengan menggunakan pasta kalsium hidroksid dan iod gliserin. Kavitas ditumpat sementara dengan menggunakan kavit. Pada kunjungan kedua dilakukan evaluasi paska sterilisasi saluran akar. Dari pemeriksaan klinis didapatkan tumpatan sementaranya sudah terlepas, palpasi dan perkusi (-) dan tes
bakteri positif. Dari hasil evaluasi tersebut, diputuskan untuk kembali melakukan sterilisasi saluran akar dengan menggunakan bahan yang sama dengan sebelumnya, yaitu pasta kalsium hidroksid dan iod gliserin, lalu kavitas ditumpat dengan smeen ionomer kaca agar tidak mudah terlepas. Tahapan sterilisasi saluran akar ini terus diulang sampai pada kunjungan ke-empat karena tumpatan sementara selalu terlepas. Pada kunjungan ke-lima dan ke-enam tahapan sterilisasi saluran akar kembali diulang menggunakan bahan yang sama dikarenakan terdapat fistula pada gingiva regio gigi tersebut.
Gambar 3. A. Alat dan bahan yang digunakan; B. Gambar kondisi gigi 63 pada kunjungan ke-lima; C. Gambar kondisi gigi 63 pada kunjungan ke-enam
Pada kunjungan ke-tujuh kembali dilakukan evaluasi paska sterilisasi saluran akar pada gigi 63, dari hasil pemeriksaan klinis tumpatan sementara tidak terlepas, palpasi negatif (-), perkusi (-) dan tes bakteri negatif (-). Dari hasil evaluasi tersebut, diputuskan untuk dilakukan obturasi saluran akar menggunakan bahan semen zink okside eugenol dengan tehnik incremental filling. Lalu dilakukan rontgen periapikal untuk mengevaluasi hasil obturasi saluran akar. Dari hasil evaluasi didapatkan hasil yang cukup hermetis. Kavitass di tumpat menggunakan semen ionomer kaca agar tidak mudah terlepas.
Gambar 4. A. Gambar kondisi gigi 63 sebelum dilakukan obturasi; B. Hasil evaluasi radiografi paska obturasi saluran akar
Pada kunjungan berikutnya dilakukan evaluasi paska obturasi saluran akar, dari pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan dan dari pemeriksaan objektif palpasi negatif (-) ser ta perkusi negatif (-). Perawatan dilanjutkan dengan merestorasi dengan me-rewalling gigi 63 menggunakan bahan restorasi resin modified glass ionomer cement . Satu minggu kemudian pasien diminta datang kembali untuk melakukan kontrol paska gigi 63 ditumpat permanen. Pada kunjungan kontrol paska restorasi permanen, pemeriksaan subjektif pasien tidak memiliki keluhan apapun. Dari pemeriksaan objektif kondisi restorasi masih baik, hasil perkusi negatif (-) dan palpasi (-).
Gambar 5. A. Gambar kondisi gigi 63 setelah dilakukan restorasi permanen; B. Gambar kondisi gigi 63 saat kontrol paska restorasi permanen PEMBAHASAN Perawatan pulpektomi pada gigi desidui kaninus kiri rahang atas (gigi 63) telah dilakukan pada tanggal 2 Maret 2016 sampai dengan 2 Mei 2016 dalam sembilan kali kunjungan. Dari hasil pemeriksaan klinis pada gigi kaninus pasien kerusakan gigi karena karies pada gigi 63 ini sudah meliputi hampir seluruh permukaan mesial dan labial, selain itu pemeriksaan vitalitas gigi menggunakan tes thermal / CE didapatkan hasil yang negatif, artinya gigi pasien sudah nekrosis dan harus dilakukan perawatan lanjutan untuk tetap mempertahankan gigi tersebut sampai periode gigi permanennya erupsi. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan adalah perawatan pulpektomi. Pulpektomi dapat didefinisikan sebagai perawatan atau tindakan yang bertujuan dari perawatan gigi anak ini adalah untuk mempertahankan kondisi anatomi dan fungsi gigi desidui sampai pada waktu eksfoliasi normal gigi tersebut. 9 Perawatan pulpektomi pada gigi desidui memiliki beberapa kesulitan tersendiri, yaitu bentuk saluran akar, ukuran saluran akar yang kecil dan resorpsi fisiologis. 10 Selain kesulitan ini, tingkat infeksi saluran akar yang disebabkan oleh mikroorganisme cukup tinggi. Berdasarkan alasan tersebut, tahap preparasi mekanis saluran akar gigi desidui menjadi lebih kompleks dan penting untuk memastikan bahwa saluran akar benar-benar maksimal dilakukan.11 Pada kasus ini dilakukan tahapan preparasi menggunakan K-File nomor 15 sampai dengan nomor 35, preparasi saluran akar dengan tiga tingkat nomor file tersebut telah berhasil membersihkan saluran akar hingga mencapai white dentin. Karena pada prinsipnya tahap preparasi saluran akar gigi desidui adalah untuk membersihkan saluran akar. Tahapan dressing atau sterilisasi saluran akar pada kasus ini diulang sampai dengan enam kali, dikarenakan tumpatan sementara selalu terlepas dan hal ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke dalam saluran akar, hingga akhirnya menyebabkan adanya fistula pada kunjungan ke-lima. Kondisi ini ditangani dengan cara mmbuka kembali saluran akar dan mengirigasi saluran akar menggunakan bahan irigasi yang memiliki daya antimikroba yaitu NaOCl, kemudian saluran akar dikeringkan menggunakan paper point sampai benar-benar kering. Lalu saluran akar kembali di sterilisasi menggunakan bahan sterilisasi yang juga memiliki daya antimikroba yang cukup adekuat yaitu kalsium hidroksid, karena bahan ini memiliki biokompatibilitas terhadap aktivitas antibakterial.12 Kalsium hidroksid (Ca(OH)2) telah digunakan sejak 1920 sebagai bahan medikamen saluran akar. Kalsium hidroksida saat ini merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan. Kalsium hidroksida terbukti sebagai bahan biokompatibel, pH bahan kalsium hidroksida berkisar antara 12,5-12,8. Kalsium hidroksida memiliki kelarutan yang rendah terhadap air, serta tidak dapat larut dalam alkohol. Karena sifat yang dimilikinya, kalsium hidroksida dinilai efektif dalam melawan mikroba anaerob yang berada pada pulpa
gigi yang nekrosis. Keuntungan lain adalah bahan kalsium hidroksida memiliki keefektifan dalam waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan bahan medikamen lainnya, dan pada beberapa kasus perawatan saluran akar bahan ini dapat bertahan selama beberapa bulan dalam saluran akar.17 Selain preparasi secara mekanis, penggunaan irigasi, dan bahan pengisi yang memiliki daya antimikroba yang dapat mengeleminasi bakteri spektrum luas, daya difusi yang baik, dan kemampuan untuk teresorpsi.11 Salah satu faktor yang dapat menjadi penentu keberhasilan dari perawatan pulpektomi gigi desidui adalah pemilihan bahan pengisi saluran akar yang adekuat, memiliki daya antimikroba yang baik dan memiliki kemampuan resorpsi. 12 Bahan pengisi saluran akar yang paling umum digunakan dalam perawatan pulpektomi gigi desidui adalah pasta zink okside eugenol, pasta iodoform, dan kalsium hidroksid. 13 Bahan pengisi saluran akar yang digunakan dalam kasus ini adalah zink okside eugenol (ZOE). Pasta ZOE paling sering digunakan sebagai bahan pengisian saluran akar pada gigi desidui. Studi klinis menggunakan bahan ini menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar 6595%. Beberapa peneliti telah melaporkan tingkat keberhasilan menengah hingga tinggi menggunakan bahan ini dalam penggunaan perawatan infeksi gigi kronis. Meskipun demikian, selama bertahun-tahun, ZOE telah menjadi bahan pilihan. Studi in vitro menunjukkan bahwa ZOE memiliki tingkat aktivitas antibakteri yang cukup baik dalam melawan seluruh tes mikroorganisme.14 Zink oksid eugenol (ZOE) telah lama digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar pada gigi desidui. Dalam survey yang dilakukan pada tahun 1997, bahan ini menjadi pilihan bahan pengisi saluran akar oleh 94% ketua predoctoral pediatric dental programs di Amerika Serikat. Meskipun begitu, ZOE tidak menjadi satu-satunya bahan pengisi saluran akar yang ideal karena masih memiliki daya antimkroba yang terbatas dan daya resorpsinya masih cenderung lebih lambat dari resorpsi gigi desidui. Hal ini menyebabkan peneliti mencari alternatif untuk bahan pengisi saluran akar pada gigi desidui (seperti pasta iodoform, kalsium hidroksid, atau kombinasi dari keduanya. 18 Tahapan obturasi atau pengisian saluran akar pada kasus ini menggunakan teknik obturasi incremental filling. Teknik ini pertama kali digunakan oleh gould pada tahun 1972 dengan menggunakan plugger endodontik yang disesuaikan ukurannya dengan besar saluran akar dan ditandai dengan rubber stop untuk memasukkan pasta zink okside eugenol ke dalam saluran akar. Saluran akar diisi dengan bahan pengisi dari batas 2 mm dari apeks sampai dengan ke area servikal. Teknik ini juga dideskripsikan memas ukkan bahan pengisi dengan cara bulk dan menekannya ke dalam saluran akar menggunakan plugger endodontik. 15 Pada kasus ini proses obturasi saluran akar dilakukan sampai dua kali karena pengisian pertama masih kurang hermetis pada bagian sekitar apeks gigi 63. Penempatan bahan berbentuk pasta pada saluran akar yang cukup sempit dan kecil akan lebih sulit dilakukan, karena fleksibilitas plugger endodontik juga terbatas, maka kemungkinan bahan pasta tidak terisi penuh ke dalam saluran akar juga cukup tinggi. Selain itu gerakan plugger selama proses pengaplikasian pasta juga memperbesar resiko adanya ruang kosong dalam saluran akar.16 Oleh karena itu selain dengan bantuan plugger, pengisian saluran akar juga dibantu dengan menggunakan paper point untuk memasukkan pasta ZOE ke dalam saluran akar. Kualitas hasil pengisian obturasi saluran akar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu yang pertama adalah under filling (saluran akar terisi dengan jarak lebih dari 2 mm dari apek gigi), yang kedua adalah optimal filling (pengisian saluran akar tepat diujung apek atau sampai dengan jarak 2 mm dari apek gigi, yang ketiga adalah over filling (pengisian saluran akar berlebihan sehingga bahan pengisi sampai keluar dari ujung apek gigi). 12 Setelah dilakukan obturasi ulang pada saluran akar gigi 63, hasil obturasi dievaluasi menggunakan pemeriksaan radiografi periapikal dan didapatkan hasil yang hermetis serta dapat diklasifikasikan sebagai optimal filling .
Evaluasi hasil perawatan dilakukan satu minggu setelah obturasi saluran akar. Dari pemeriksaan subjektif pasien tidak terdapat keluhan dan dari pemeriksaan klinis gigi didapatkan hasil perkusi negatif (-) dan palpasi negatif (-). Selain itu, dari pemeriksaan radiografi didapatkan hasil pengisian yang hermetis dan tidak terdapat lesi periapikal pada gigi 63. Hasil kontrol restorasi permanen menggunakan resin modified glass ionomer cement paska perawatan pulpektomi juga tidak ditemukan adanya keluhan dan kondisi tumpatan masih baik. KESIMPULAN
Perawatan pulpektomi pada gigi desidui bertujuan untuk mempertahankan gigi desidui yang pulpanya telah terbuka sampai periode eksfoliasi normal. Keberhasilan perawatan pulpektomi pada anak tergantung dari reduksi atau eliminasi bakteri pada saluran akar. Dari hasil evaluasi pemeriksaan klinis maupun radiografis paska perawatan pulpektomi pada gigi desidui kaninus kiri rahang atas didapatkan hasil yang baik serta tidak terdapat tanda terbentuknya lesi periapikal pada gigi tersebut. Perawatan pulpektomi gigi desidui pada gigi kaninus anak usia 6 tahun ini dapat dikatakan berhasil dengan baik. DAFTAR PUSTAKA
1. Dummett, C. O. dan Kopel, H. M., Pediatric Endodontics, In : Ingle JI Bakland LK, Editors, Endodontics 5 th, Hamilton : BC Decker Inc, 2002, Hal : 861-902. 2. Koshy, S. dan Love, R. M., Endodontic treatment in the primary dentition, Aust Endod J 2004, Vol. 30 : 59-68. 3. Ramar, K., dan Murgara, J., Clinical and radiographic evaluation of Pulpectomies using three root canal filling materials : An in-vivo study, J Indian Soc Pedod Prevent Dent , 2010, Vol. 28 (1) : 25 – 9. 4. Chawla, H. S., Setia, S., Gupta, N., Gauba, K. dan Goyal, A., Evaluation of a mixture of zinc oxide, calcium hydroxide, and sodium fluoride as a new root canal filling material for primary teeth, J Indian Soc Pedod Prev Dent , 2008, Vol. 26 : 53 – 8. 5. Ruviére, D. B., Leonardo, M. R., Silva, L. A. B., Ito, I. Y. dan Nelson-Filho, P., Assessment of the microbiota in root canals of human primary teeth by checkerboard DNA-DNA hybridization, J Dent Child (Chic), 2007, Vol. 74 (2) : 118-23. 6. Chunlasikaiwan, S. Dan Trairatvirakul, C., Success of Pulpectomy With Zinc OxideEugenol Vs Calcium Hydroxide/Iodoform Paste in Primary Molars: A Clinical Study, Pediatric Dentistry, 2008, Vol. 30 (4) : 303-308. 7. Naik, R. R. dan Deshpande, P. M., Comprehensive review on recent root canal filling materials and techniques – An update, International Journal of Applied Dental Sciences , 2015, Vol. 1 (5) : 30-34. 8. Silva, R. A. dan Queiroz, A. M., Histopathological evaluation of root canal filling materials for primary teeth, Braz Dent J , 2010, vol. 21 (1) : 38 – 45. 9. Ahmed, H., Pulpectomy Procedures in Primary Molar Teeth, European Journal of General Dentistry, 2014, Vol. 3 (1) : 3-10. 10. Cleghorn, B. M., Boorberg, N. B., Christie, W. H., Primary human teeth and their root canal systems, Endod Topics, 2010, Vol. 23 (1) : 63-33. 11. Antoniazzi, B. F., Pires, C. W., Bresolin, C. R., Weiss, R. N. dan Praetzel, J. R., Antimicrobial activity of different filling pastes for deciduous tooth treatment, Braz Oral Res, 2015, Vol. 29 (1) :1-6. 12. Dandotikar, D. R., Ravigna, Kethineni, B., Puppala, R., Kiran, K. dan Sunitha, B., Resorption of Extruded Obturating Material in Primary Teeth, Indian Journal of Mednodent and Allied Sciences, 2014, Vol. 2 (1) : 64-67.
13. Ramar, K. dan Murgara, J., Clinical and radiographic evaluation of Pulpectomies using three root canal fi lling materials : An in-vivo study, J Indian Soc Pedod Prevent Dent , 2010, Vol. 28 (1) : 25 – 9. 14. Barcelos, R, Santos, M. P., Primo, L. G., Luiz, R. R. dan Maia, L. C., ZOE paste pulpectomies outcome in primary teeth: a systematic review, J Clin Pediatr Dent , 2011, Vol. 35 (3) : 241-8. 15. Bansal, A. dan Mahajan, N., Various Obturation methods used in deciduous teeth, IJMDS , 2014, Vol. 4 (1) : 708-713. 16. Jha, M., Patil, S. D., Sevekar, S., Jogani, V. dan Shingare, P., Pediatric Obturating Materials And Techniques, Journal of Contemporary Dentistry, 2011, Vol. 1 (2) : 2732. 17. Silva, L., Leonardo, M., dan Herrera H., Large apical periodontitis healing following root canal dressing with calcium hydroxide: a case report, Rev Odonto Cienc, 2011, Vol 26 (2) :172-175. 18. Guidelines on pulp therapy for primary teeth andimmature permanent teeth, AAPD, 2009, Vol. 36 (6) : 10 – 1.