KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga makalah pendidikan yang berjudul “ Puasa dan Haji” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas AIK. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membuka pola fikir penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Makalah ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. persatu. Untuk itu saya ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya. Saya sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi, terlebih pada kutipan yang mungkin ada kesalahan dalam pengetikan. Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide yang dapat membantu pembelajaran. Malang,19 Juli 2018
Penulis
1
DAFTAR ISI
.................................................................. ...................................... ................ 1 KATA PENGANTAR ............................................ ............................................ ............................................. ............................................ ............................... ......... 2 DAFTAR ISI ..................... .......................................... ............................................ ................................... ............. 3 BAB I PENDAHULUAN .................... 1.1 Latar Belakang.................... Belakang .......................................... ............................................ ............................................ ........................ .. 3 1.2 Rumusan masalah ............................................. ................................................................... ...................................... ................ 3 1.3 Tujuan Penulisan .......................................... ................................................................ .......................................... .................... 3 ........................................... ............................................ ................................... ............. 4 BAB II PEMBAHASAN ..................... ............................................................... ............................................ ........................ .. 4 2.1 Puasa dan haji ......................................... 2.1.1 Hakikat puasa dan haji ..................... ........................................... ............................................. ......................... 4 2.1.2 Mencapai puasa dan haji yang berkualitas .................................... 7 ...................... 12 2.1.3 Hikmah puasa dan haji dalam berbagai aspek ....................... BAB III PENUTUP ...................... ............................................ ............................................ ........................................ .................. 28
3.1 Kesimpuan ............................................ ................................................................... ............................................. ......................... ... 28 DAFTAR PUSTAKA ...................... ............................................. ............................................. .................................... .............. 29
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puasa dan Haji adalah Rukun Islam yaitu sesuatu yang wajib ada dan diyakini oleh setiap orang islam. Namun dalam kenyataan, ibadah banyak dipraktekkan sebatas melaksanakan perintah, belum dipahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau symbol-simbol ibadah yang dilakukan itu. Di jaman yang modern ini banyak sekali orang melaksanakan puasa ramadhan sebagai ibadah formalistis dan rutinitas ritual, sehingga tidak ada perubahan atau evaluasi pasca kita melaksanakan puasa. Haji adalah perintah Allah SWT dalam Rukun Islam dimana orang yang mampu dalam segi materi dan jasmani maka diwajibkan untuk melaksanakn Haji. Kewajiban Ibadah Haji mengandung banyak hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi seluruh umat islam pada sisi agama dan dunianya.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan upaya yang menyatakan secara tersirat pertanyaan-pertanyaan, mengingat demikian pentingnya dalam penelitian, maka sesuai dengan judulnya dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut 1. Apakah hakikat puasa dan haji? 2. Bagaimana cara agar mencapai puasa dan haji yang berkualitas? 3. Bagaimanakah hikmah puasa dan haji dalam berbagai aspek? 1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai rumusan masalah tersebut, maka tujuan utama dari pelajaran yang kita pelajari yaitu : 1. Mengetahui hakikat puasa dan haji 2. Mengetahui cara agar mencapai puasa dan haji yang berkualitas 3. Hikmah puasa dan haji dalam berbagai aspek
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Puasa dan haji
2.1.1 Hakikat puasa dan haji A.
Hakikat Puasa Sebelum membahas tentang Hakikat puasa, kita harus tau apa arti dari Hakikat. Hakikat menurut bahasa adalah intisari atau dasar. Sedangkan puasa (shiyam) menurut bahasa berarti menahan diri dari sesuatu. Yang mana berarti Hakikat puasa adalah dasar wajibnya menahan diri dari sesuatu (makan, minum, hubungan seksual suami isteri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah). Puasa juga terdapat dalam rukun islam. Yaitu rukun islam yang keempat.
Allah Ta’aka berfirman, “Hai orang -orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al-Baqarah: 183). Karena itu, orang yang ingkar atas wajibnya puasa Ramadahan dihukum kafir. Seseorang jika benar-benar berpuasa dengan ikhlas sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, maka akan menghasilkan, 1. Puasa termasuk sebab terbesar diraihnya ketakwaan, karena itu melahirkan berbagai bentuk pelaksanaan perintah Allah dan berbagai bentuk menjauhi larangan-Nya. Kesucian jiwa dan kebersihannya. 2. Mensterilkan dari akhlak yang buruk dan hina. 3. Penendalian hawa nafsu dan penundukan syahwat.
4
4. Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT. Sosok insan yang berpuasa dengan puasa yang benar dan sempurna akan menghasilkan berbagai bentuk ketakwaan, namun sebaliknya, jika puasa seseorang tidak membuahkan berbagai bentuk ketakwaan maka curigailah puasa tersebut! Tidak mustahil yang didapatkannya adalah haus dan lapar saja. Secara lahiriyyah ia berpuasa, namun hakikatnya ia tidak berpuasa,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga” (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al-Albani mengatakan hasan sahih) Alangkah indahnya ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya Al-Ubudiyyah:
“(Ciri khas) orang yang berakal adalah melih at hakikat (sesuatu), tidak terjebak dengan lahiriyyahnya”. Demikianlah hakikat puasa yang akan membawa manusia beriman menuju taqwa yang merupakan puncak kemuliaan manusia di hadapan Alla h SWT. B. Hakikat haji Di saat sekarang ini kita berada pada waktu ibadah haji. Yang mana waktu itu sudah jelas ditentukan oleh Allah swt, sebagaimana disebutkan dalam kitab-Nya QS al-Baqarah [2]: 197,(
) Ihram Haji
dilaksanakan pada bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah swt yakni
Syawwal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Dua dari tiga bulan tersebut merupakan salah satu dari asyhur al-Hurum (empat bulan yang dimuliakan
5
Allah yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, lihat QS al Taubah [9]: 36). Hakikat haji adalah kembali menuju kepada Allah swt. Namun disimbolkan dengan menuju kepada Baitullah, sebagaimana dijadikan sebagai definisi haji secara bahasa. Sehingga orang yang menunaikan haji diharapkan kembali mendekat kepada Allah swt baik secara lahir maupun batin. Haji merupakan ibadah yang meliputi beberapa ritual atau lebih dikenal dengan sebutan manasik. Inti dari manasik haji ada pada wukuf di Arafah.
Sebagaimana
sabda
baginda
Nabi
Muhammad
saw
yang
diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, al- Nasa’i, Ibnu Majah dari Abdurrahman bin
Ya’mur:
Sehingga orang yang berhaji, mau tidak mau –meski
kondisi fisik tidak mendukung- harus berada di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hakikat wukuf di Arafah adalah mengenal diri sendiri dengan mengakui segala kesalahan dan dosa, sebagaimana akar kata Arafah yang
berarti ‘mengenal atau mengerti’. Ketika seseorang sudah mampu mengenal dirinya,
lambat
laun
dia
akan
mengenal
Tuhannya,
Allah
swt.
Ibadah haji merupakan sebuah bentuk peringatan terhadap sejarah perjalanan manusia. Bapak semua manusia, Nabi Adam as ketika ditetapkan untuk tinggal di bumi setelah berbuat kesalahan, ia terpisah dengan pasangannya Hawa. Keduanya terpisah saling mencari satu sama lain sampai ketemu setelah sebelumnya diajari oleh Allah swt ‘kalimat’ – lihat QS al-Baqarah [2]: 37- untuk mengenal dirinya dengan mengakui kesalahannya.
Oleh karena itu Para Ulama menilai “kalimat” itu sebagai bagian dari sarana menuju Alloh dan doa yang berisikan pengakuan kesalahan dan permohonan ampunan dan rahmat-Nya. Doa itu tersurat dalam firman-Nya QS al-Aʻraf [7]: 23,
(
)
Seyogyanya hakikat haji ini tidak hanya dilakukan bagi jamaah haji saja, namun dianjurkan juga bagi kaum Muslimin di berbagai pelosok bumi.
6
Kembali kepada Allah swt memohon ampun (memperbanyak istighfar). Terutama doa Nabi Adam di atas dianjurkan untuk sering-sering dipanjatkan
pada bulan Dzulqa’dah. Semoga kita semua bisa berh aji secara hakiki, Amin. (AFR)
2.1.2 Mencapai puasa dan haji yang berkualitas A.
Mencapai puasa yang berkualitas Puasa akan lebih berkualitas jika diisi oleh amalam-amalan. Amalan-
amalan tersebut banyak macamnya dan penuh dengan keberkahan, diantaranya: 1. Mendirikan sholat lima waktu Karena Shalat adalah rukun Islam kedua, siapa yang berpuasa tetapi tidak shalat maka puasanya tidak akan memberi manfaat sedikitpun kepadanya. -
-
«
Artinya: “Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jarak antara seseorang dengan k esyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”. (HR. Muslim) -
-«
Artinya: “Abdullah bin Buraidah meriwayatkan dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perjanjian yang ada antar kami dengan mereka (orang kafir) adalah perihal shalat, maka siapa yang meninggalkannya sungguh dia telah kafir”. (HR. Tirmidzi) Dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 4143. Dan khusus untuk lelaki muslim yang baligh dan berkal serta mampu maka diwajibkan untuk
7
mengerjakan shalat lima waktu berjama’ah di masjid, sebagaimana pendapat yang paling kuat dari para ulama.
2. Berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala. -
- «
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu". (HR. Bukhari dan Muslim)
3.Shalat Tarawih karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala,
sangat dianjurkan mengerjakannya secara berjama’ah dengan imam sampai selesai. -
-
«
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ber sabda: "Barangsiapa yang beribadah pada malam hari bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala maka diampuni dosadosa yang telah lalu". (HR. Bukhari dan Muslim) 4. Bersedekah Memberi makan dan membukakkan puasa.
-
-«
Artinya: “Zaid bin Khalid Al Juhani radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: "Barangsiapa yang membukakan seorang yang berpuasa, maka baginya pahala orang berpuasa tadi, tanpa mengurangi pahala
8
orang yang berpuasa itu sedikitpun". (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam
kitab Shahih Al Jami’, no. 6415) 5. Bersungguh-sungguh dalam membaca Al- Qur’an Yaitu dengan memperbanyak jumlah bacaan dan lebih memahaminya.
-
-
-
.
Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi ketika beliau berada di dalam bulan Ramadhan, ketika Jibril mendatangi beliau, Jibril menemui beliau setiap malam, mengajarkan kepada
beliau Al Quran, adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditemui oleh Jibril lebih pemurah daripada angin yang mengalir. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani) Tentunya amalan-amalan diatas ada diantaranya yang harus dikerjakan sepanjang tahun, bukan hanya di bulan Ramadhan saja. Tentunya juga, masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa dikerjakan di dalam bulan ramdhan bulan penuh berkah ini. B. Mencapai haji yang berkualitas (Mabrur)
Bagi umat islam yang Allah karuniai kecukupan rizki hendaklah mereka menundaikan iibadah haji, karena haji merupakan kewajiban dan bagian dari rukun islam. Apa itu haji yang berkualitas atau mabrur? Ulama berbeda pendapat dalam memaknai haji mabrur. Sebagian berpendapat bahwa ia adalah amal an haji yang diterima di sisi Allah, dan sebagiannya lagi berpendapat yaitu haji yang buahnya tampak pada pelakunya dengan indikasi keadaannya setelah berhaji jauh lebih baik sebelum ia berhaji. (lihat Fathul Allam oleh Shiddiq
Hasan Khan 1/594). Salah seorang Ulama Hadis Al Hafidh Ibn Hajar al’ Asqalani dalam kitab Fathul Baarii, syarah Bukhori Muslim menjelaskan:
9
“Haji mabrur adalah haji yang maqbul yakni haji yang diterima oleh Allah Subhanahu waTa’ala .” Pendapat lain yang saling menguatkan dijelaskan oleh Imam Nawawi
dalam syarah Muslim: “Haji mabrur itu ialah haji yang ti dak dikotori oleh dosa, atau haji yang diterima Allah Subhanahu waTa’ala, yang tidak ada
riyanya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq.” Selanjutnya oleh Abu Bakar Jabir al Jazaari dalam kitab, Minhajul
Muslimin mengungkapkan bahwa: “Haji mabrur i tu ialah haji yang bersih dari segala dosa, penuh dengan amal shaleh dan kebajikan- kebajikan.” Berdasarkan rumusan yang diberikan oleh para Ulama di atas tentang pengertian haji mabrur ini, maka dapat kita simpulkan bahwa haji mambur adalah haji yang dapat disempurnakan segala hukum-hukum berdasarkan perintah Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi waSallam. Sebuah predikat
haji yang tidak mendatangkan perasaan riya’ bersih dari dosa senantiasa dibarengi dengan peningkatan amal-amal shalih, tidak ingin disanjung dan tidak melakukan perbuatan keji dan merusak. Makna di atas saling berdekatan, dan untuk mencapai kemabruran haji tentu tidak dapat terlepas dari makna diatas. Dengan demikian Al-Allamah Al-Munâwi berkata ketika menjelaskan makna ‘haji mabrur’ : ‘ Maknanya adalah haji yang diterima, yaitu haji yang tidak tercampur dengan dosa apapun, dan diantara indikasi diterimanya adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah ia lakukan dan ia tidak kembali melakukan
kemaksiyatan.’ (Faidhul Qadîr oleh Al -Allamah Al-Munâwi 3/520) Untuk meraih predikan haji mabrur, maka harus terkumpul di dalamnya halhal sebagai berikut: 1. Hendaknya haji yang ia lakukan harus benar-benar ikhlas karena Allah, bahwa motivasinya dalam berhaji tidak lain hanya karena mencari ridha Allah dan bertaqarrub kepada-Nya. Ia berhaji bukan
karena riya’ dan sum’ah, dan bukan pula karena ingin di gelar dengan sebutan haji. Ia berhaji semata-mata mencari keridhaan Allah.
10
2. Haji yang ia lakukan mesti serupa dengan sifat haji Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam. Maksudnya dalam melakukan pro-ses ibadah haji, manusia dengan segenap kemampuannya mengikuti cara yang dicontohkan Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam. 3. Hendaknya ia menjauhi rafats (menge-luarkan perkataan yang menimbulkan birahi/bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah bantahan. Allah berfirman:
Artinya: ‘Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS. AlBaqarah 197). 4. Harta yang ia pakai untuk berhaji adalah harta yang mubah bukan yang haram. Bukan diperoleh dari hasil transaksi riba, ti puan, judi dan bentuk-bentuk lainnya yang diharamkan. Tapi, didapat dari usaha halal. Untuk menjadi haji yang berkualitas juga ada penekanan yaitu menjaga amal. Seperti yang dikatakan oleh Al-Munâwi, diantara indikasi diterimanya amal haji seseorang adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah dilakukan dan tidak kembali melakukan kemaksiatan. Itu bermakna tugas seorang hamba bukan hanya sekedar beramal shalih saja, tetapi yang lebih berat dari itu adalah menjaga amal itu dari apa saja yang merusak dan menggugurkan-nya, riya’, dapat merusak amal meskipun sangat tersembunyi, dan ini banyak sekali dan tak terhitungkan. Amal yang tidak sesuai sunnah dapat menggugurkan amal. Merasa berjasa kepada Allah juga dapat merusak amal. Mengganggu sesama makhluk dapat membatalkan amal, dan sengaja menentang dan meremehkan perintah Allah dapat membatalkannya dsb.
11
2.1.3 Hikmah puasa dan haji dalam berbagai aspek A. Hikmah Puasa
1.
Dari aspek psikologis
Manfaat puasa bagi perkembangan jiwa diantaranya yaitu: a) Puasa dapat menghilangkan sifat hewaniyah Dalam melakukan ibadah puasa tidak hanya diwajibkan menahan lapar dan haus semata akan tetapi wajib pula menahan dan menutup segala atau segenap panca indera dari semacam pengaruh dan perbuatan maksiat dan harus mampu mencegah gerakan tubuh maupun bisikan bathin yang dapat menimbulkan pengaruh pada perbuatan jelek dan tidak terpuji. b) Menciptakan dan meningkatkan daya nalar Biasanya
puasa
sebagai
penapis
dan
penyaring
yang
selanjutnya menentukan kadar ketakwaan seseorang (remaja). Mereka membentuk watak yang kukuh tegak dalam segala keadaan dan waktu. Tidak gampang terperdaya dari terpaan dan godaan, lantaran menghujam direlung hati iman yang mapan. Malah yang hebat lagi puasa dapat membersihkan rohani dan meningkatkan nalar pikiran dari segala muskil kesukaran, serta merta mampu mengentas derajat kemanusiaan. c) Nalar pikiran ke Alam Illahi
Sudah banyak tokoh Islam atau para ulama’ yang mash ur, cerdas lewat usahanya melalui puasa, acapkali membuahkan tulisantulisan yang berharga seperti Buya Hamka, beliau melakukan meditasinya lewat prosesi ibadah puasa, ada nalar yang mengarah kepada ruh yang ditiupkan, disini istilahnya alam ilahiyah d) Aku (Ego) lahir dan Aku bathin Puasa merupakan intuisi disiplin moral dan fisik yang menerawang ke alam ilahi, adalah tujuan mulua manusia (remaja) mencapai tingkatan spiritual manusia yang paling tinggi .
12
e) Egois menjadi Ikhlas Dalam perjalanan yang lebih nyat, penyakit egosentris acapkali
menggunakan
golongan
lain
sebagai
alat
untuk
mempengaruhi atau menguasai sesuatu menjadi objek.
f) Puasa dan penyakit psikosomatik Perlu adanya pembuktian adanya dari cabang ilmu kesehatan misalnya ilmu urai tubuh (anatomi), ilmu pengobatan (farmakologi), ilmu
sebab-sebab
penyakit(acteologi), ilmu
penyakit (patologi) dan
ilmu
asal
ketentuan
datangnya hilangnya
penyakit (prangnostik) Ada lagi fungsi yang bersifat rohani atau yang bersifat Psikis, diantaranya; Kemudian dengan memperhatikan dan mempelajari rahasiarahasia puasa, berkesimpulan bahwa Allah memfardlukan puasa atas manusia (remaja) adalah;
Untuk menanam rasa sayang dan ramah tamah kepada fakir miskin, kepada anak yatim dan kepada orang yang melarat hidupnya.
Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita mengetahui, bahwa puasa itu suatu amalan Allah yang berat dan sukar. Maka apabila kita dapat memelihara segala amanah dengan sempurna terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang dipertaruhkan kepada kita.
Untuk menyuburkan dalam jiwa kita kekuatan menderita apabila kita terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradat , atau kehendak kita dan untuk meneguhkan azimah atau keinginan dan kemauan. Landasan orang berpuasa dari segi psikis seperti hadits yang di ceritakan sahabat Sa’id Bin Musayyab; Artinya : “Dari Sa’id Bin Musayyab sesungguhnya dia telah mendengarkan dari Abi Hurairah r.a berkat, Rasulullah telah
13
bersabda: “Semua amalan manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, maka itu adalah untukku dan aku yang akan memberikan ganjaran”. (H.R. Muslim)76.
2. Dari aspek Pendidikan Puasa erat hubungannya dengan pedadogi atau ilmu pengetahuan, terutama pendidikan mental, budi pekerti atau akhlak; bahkan sebagai bentuk pendidikan kepribadian yang sangat luas pengertiannya itu. Puasa mendidik seseorang untuk merasakan lapar dan haus yang disengaja sehingga memiliki timbang rasa dan tepo saliro tentang betapa sengsaranya orang-orang fakir/miskin yang sering kelaparan. Dari timbang rasa dan tepo saliro itu diharapkan pula tumbuhnya rasa dan sikap social, jiwa altruistis dan kesetiakawanan social yang tinggi. Puasa mendidik kesabaran diakal kekurangan makanan/minuman dan bersyukur dikala berkecukupan (kenyang). Dalam hubungannya dengan pendidkan kepribadian bahwa kepribadian seseorang dibentuk melalui latihan kebiasaan. Kalau seseorang dikenalkan pada jenis makanan dari daun-daunan (sayur-sayuran) misalnya, tentu akan menjadi kebiasaannta sebagai vegetarian; demikian pula kalau selalu dikenalkan pada jenis makanan yang lezat-lezat, tentu akan menjadi kebiasaannya pula, sehingga pada saat tidak mendapatkan makanan yang demikian, dia akan kecewa, marah, menangis, berteriak-teriak dan sebagainya. Puasa akan mendidk seseorang tidak terpengaruh oleh nafsu bahimiyah (binatang ternak) yang hidupnya hanya makan, minum dan
berhubunga kelamin. Puasa kan mengikis kecenderungan “hidup hanya untuk makan”, sehingga tiada variasi kerja dan kegiatan lainnya, kecuali kegiatan mencari dan mengumpulkan makanan-makanan dan minumanminuman melulu sejak pagi buta hingga malam hari. Puasa bagi seseorang akan mendidik (membina) agar dapat hidup denga pola sederhana, menerima apa adanya, tak perlu mencari yang haram dan tercela. Dia tidak akan hidup bermanja-manja dengan segala 14
harus ada dan tersedia. Dia juga tidak akan hidup serakah, tamak atau rakus. Dengan puasa akan terdidik (terbina) kepribadian luruh, harga diri
sebagai manusia, bukan sebagai “kerbau-kerbau” yang mulutnya tak hendak berhenti mengunyah makanan. Kita tentu masih ingat tentang firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 bahwa puasa adalah agar kita bertakwa atau memiliki ketakwaan kepada Allah. Ketwakwaan merupakan tujuan utama pendidikan; setelah itu akhlak (budi pekerti) mulia, kepribadian luhur, disiplin (ketaatan), rasa tanggung
jawab,
kecintaan
kepada
Tanah
Air,
nasionalisme,
kesetiakawanan social, dan sebagainya. Rasulullah juga mengingatkan bahwa ilmu (pengetahuan) dan akal (kecerdasan) tak aka nada bersama perut yang selalu diisi dengan makanan/minuman. Perut yang kekenyangan menjadikan seseorang mudah dan suka mengantuk serta malas berpikir, belajar atau bekerja. Perut yang selalu dipenuhi makanan dapat melunturkan didikan patriotism, heroism, pengabdian dan rasa tanggung jawab. Lebih buruk lagi bila memiliki sifat tamak dan hendak meletakkan segala sesuatunya di atas kepentingan perut. Di sinilah pentingnya pendidikan kepribadian dan puasa merupakan salah satu saran pendidikan yang sangat efektif. Bahkan para pemangku dunia pendidikan, umumnya berada pada kesatuan pandangan bahwa pendidikan kepribadian mempunyai tempat yang paling utama, sebagai anti ilmu, system dan tjuan pendidikan, yang akan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, kecerdasan, keterampilan, budi luhur, semangat yang menggelora, dan kepribadian-kepribadian lainnya menuju terwujudnya manusia-manusia yang berkualitas, paripurna serta berguna bagi agamam masyarakat, bangsa dan beragama. Dalam kaitannya dengan puasa, bahwa dalam ilmu pendidikan kita kenal teori-teori seperti teori pengosongan, pemulihan tenaga, penurunan atavisme, keseimbangan, pembersihan dan lain-lainnya. Semua itu mendukung ajaran/praktik puasa dan berpantang, yang mempunyai arti terhadap perkembangan jiwa, watak, emosional dan sebagainnya.
15
Penyelidikan lain menunjukkan bahwa pelaparan, pengosongan atau pemiskinan yang teratur dari puasa atau berpantang, besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan dan kecakapan. Bahkan mudah menimbulkan inspirasi, mempertajam intusis dan mendatangkan ilham (inovasi). Hal itu mengingatkan kita bahwa tidak semua anak dan orang yang pandai/cerdas dan cakap harus selalu lahir dari tengah-tengah kehidupan keluarga dan masyarakat yang selalu hidup senang/mewah, tidak pernah kekurangan pangan, dan selalu cukup kalori dan gizi, sebab kita melihat juga mereka yang lahir dan dibesarkan di tengah-tengah kehidupan yang minus, miskin dan kurang. Mereka tidak harus lahir dari lingkungan perkotaan yang selallu mengenal daging, susu, mentega dan lain sebagainya, melainkan dapat juga lahir dari tengah-tengah alam perdesaan yang mengenal sayur-sayuran (vegetative). Pada anak-anak atau orang-orang yang banyak makan dan minum berlebih-lebihan dan tidak teratur/tidak terkontrol, banyak kita dapati mereka yang tumpul berpikir, malas berencana, enggan bekerja/berusaha, lebih sering mengantuk/tidur, bersikap masa bodoh, kurang kreatif dan inovatif, kurang dinamis dan kurang memiliki elen vital. Hubungannya puasa dengan ilmu pendidikan sebenarnya dibuktikan pula di kalangan masyarakat Indonesia, di mana para pemangku dunia pendidikan
Islam
memanfaatkan
bulan
Ramadhan
untuk
lebih
menanamkan didikan puasa, baik melalui program kulikuler di sekolah maupun didikan melalui program nonkulikuler di lingkungan keluarga dan masyarakat. Di situlah ajaran puasa diterangkan, dikupas dan diajarkan secara tertib dan sistematis, terutama kepada anak-anak pelajar, mahasiswa dan generasi muda umumnya. Bulan Ramadhan dijadikan bulan pendidikan dan latihan missal dan sebagai kesempatan yang sangat berharga yang hanya dating satu kali dalam satu tahun.
3. Puasa dari aspek Ilmu Kesehatan
16
a) Puasa dapat mengistirahatkan organ-organ tubuh Manusia dalam kesehariannya atau diluar puasa bulan puasa ketika sedang tidak berpuasa, alat-alat pencernaan di dalam tubuh akan bekerja ekstra keras, oleh karena itu. Sudah sepatutnya alat pencernaan tersebut diberi waktu untuk beristirahat, paling sedikitnya selama satu bulan dalam setahun. Makanan yang masuk kedalam tubuh manusia (remaja) memerlukan proses pencernaan kurang lebih dari delapan jam yang terdiri dari empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).
b) Membersihkan tubuh dari racun, kotoran dan ampas Dalam tubuh manusia terdapat sampah berbahaya semisal feaces atau tinja, urine, CO 2 dari keringat maka dari itu tubuh akan terancam bahaya juka mengalami sembelit yang disebabkan oleh menumpuknya sisa-sisa sari makanan (tinja) di usus yang dampaknya akan menyebabkan tinja/racun terserap kembali pada tubuh. c) Mempercepat regenerasi kulit Tubuh manusia(remaja) mengalami metabolisme energi yakni, peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh, sisanya akan disimpan dalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, pelupuk mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen. Cadangan gizi inilah yang akan membakar menjadi energi jika jika tubuh tidak mendapat suplai pangan dari luar, ketika berpuasa manusia (remaja) akan cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh akan dikeluarkan, yang akhirnya melegakan pernafasan organorgan tubuh dan sel penyimpanan. Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia (anak) terdapat parasitparasit yang menumpang hidup termasuk menumpang makan dan minum, dengan jalan menghentikan pemasukan makanan. Maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan selsel kanker tidak akan bisa bertahan hidup, mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.
d) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh 17
Adanya penambahan sel darah putih, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli kesehatan. Meningkatkan daya serap tubuh, Umumnya orang hanya menyerap 35 % dari gizi makanan yang dikonsumsinya dengan berpuasa penyerapan gizi dapat mencapai 85 %. Menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambun Keberadaan zat kimia yang bersifat alkali dan bersifat asam di dalam tubuh manusia (remaja) harus seimbang. e) Memperbaiki fungsi hormon Kelenjar endokrin akan menghasilkan zat-zat kimia yang mengeluarkan hormon, jika tugasnya sudah selesai, maka pengeluaran hormon akan dihentikan untuk sementara waktu sambil menunggu tugas yang sama berikutnya, hal ini karena pada saat-saat terttentu misalnya disaat sedih, gembira, cemas, bersikap sosial dan sebagainya.
f) Meningkatkan fungsi organ reproduksi Peningkatan fungsi organ reproduksi ini erat kaitannya dengan peremajaan sel yang mendatangkan perubahan pada sel-sel urogenitalis dan jaringan-jaringan organ reproduksi wanita, terjadi perubahan metabolik pada saat menjalankan puasa, terutama yang dilangsungkan lewat kelenjarkelenjar endokrin. g) Meremajakan atau mempercepat pegenasi sel-sel tubuh. Organ-organ tubuh ketika manusia menjalankan puasa organ ini akan dalam keadaan rileks, organ-organ tubuh disini terdiri dari jaringan-jaringan yang merupakan kumpulan dari sel-sel sejenis serta ada berbagai macam sel dalam tubuh manusia, antara lain sel darah, sel tulang, sel syaraf, sel otot dan sel lemak. h) Meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh Manusia (remaja) berpuasa berati memberikan kesempatan interval selam kurang lebih empat belas jam bgi organ-organ tubuh seperti lambung, ginjal dan lever, selama itu tubuh tidak menerima makanan maupun minuman.
18
Sehingga akan menimbulkan efek berupa rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan dan organ tubuh, efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan dan meningkatkan fungsi fisiologinya, misalkan panca indra menjadi semakin tajam dan peka. B. Hikmah Haji Sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah syari’ atkan bagi para hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan yang besar pula, yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara hikmah ibadah haji ini adalah. 1. Mengikhlaskan Seluruh Ibadah Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak ada tandingan-Nya.
Dan hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.
“Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan
sujud” [al-Hajj/22: 26] Mensucikan rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-mata kepada Allah di dekat rumah- Nya (Ka’bah) yang mulia,
mebersihkan sekitar Ka’bah dari berhala -berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan serta dari segala hal yang mengganggu orang-orang yang sedang menjalankan haji atau umrah atau halhal lain yang menyibukkan (melalaikan, -pent) dari tujuan mereka.
19
2. Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
: ,
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah yang lain ada lah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun Nanzhirin no. 1275]
“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia
kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari] Rafats : jima’ ; pendahuluannya dan ucapan kotor, Fusuuq : kemaksiatan
Sesungguhnya barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji atau umrah dengan baik, tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah
yang didambakan oleh setiap mu’min dan mu’minah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka. 3. Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam
20
“Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh”[al -Hajj/22: 27] Nabi Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk bisa) mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya. Hal itu berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang. 4. Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Agar supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al Hajj/22: 28]
Alah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat -manfaat dengan muthlaq (secara umum tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena banyaknya dan besarnya menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti akan terjadi baik duniawi maupun ukhrawi.
Dan diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka datang dengan niat mencari wajah- Nya yang mulia bukan karena riya’ (dilihat orang
lain) dan juga bukan karena sum’ah (dibicarakan orang lain). Bahkan mereka betauhid dan ikhlas kepada-Nya, serta mengikrarkan (tauhid) di antara hamba-hamba-Nya, dan saling menasehati di antara orang-orang yang datang (berhaji dan sebagainya,-pent) tentangnya (tauhid).
Mereka thawaf mengelilingi Ka’bah, mengagungkan -Nya, menjalankan shalat di rumah-Nya, memohon karunia- Nya, berdo’a supaya iba dah haji
21
mereka diterima, dosa-dosa mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat ke nergara masing-masing dan diberi anugerah kembali lagi untuk berdo’a dan merendah diri kepda-Nya.
Mereka mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang yang dekat ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar mengetahui maknanya, merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan amalan mereka. Dan bahwa maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah semata-mata untuk Allah dan beriman bahwa Dia adalah ‘ ilah mereka yang haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka, Yang diibadahi sewaktu haji dan lainnya.
5. Saling Mengenal Dan Saling Menasehati Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara Makkah,
berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain, membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah. Mereka bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi mereka yang di sana terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang lurus, jalan kebahagiaan menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya,
menuju ketaatan yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengetahui kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya mereka mengetahui batas-batas Allah dan mereka bisa saling menolong di dalam kebaikan dan taqwa.
6. Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala
22
Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari agama Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu. Dari Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian (berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh negeri-negeri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun semua asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah yang tua.
Maka wajib bagi para ulama dan da’i, dimana saja mereka berada, terlebih lagi di lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk mengajari manusia, orang-orang yang menunaikan haji dan umrah, orang-orang asli dan pendatang serta para penziarah, tentang agama dan manasik haji mereka.
Seorang muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia, dimana saja dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan ini (belajar agama) lebih penting dan mendesak.
Dan di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseor ang adalah belajar
tentang agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi bersabda :
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala memperoleh kebaikan, niscaya Dia menjadikan faqih terhadap agama” [HR Bukhari, Kitab Al-Ilmi 3 bab : 14]
23
Di sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika engkau
dapati seorang alim ahli syari’at Allah, maka pergunak anlah kesempatan. Janganlah engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak bisa diraih oleh orang-orang yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu. Ilmu itu membutuhkan kesigapan dan kemauan yang tinggi.
Mundur dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Dan Allah tidak malu dari kebenaran” [al -Ahzab/ : 53] Karenanya seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan malu dalam bab ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan kemusykilan yang ia miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.
7. Menyebarkan Ilmu Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudarasaudaranya yang melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di mobil, di pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan
di segala tempat. Ini adalah kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan. Engkau bisa menyebarkan ilmu-mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan tetapi haruslah dengan apa yang engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu dari keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
8. Memperbanyak Ketaatan Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
24
“Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka ; hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan
hendaklah mereka berthawaf sekeliling rumah yang tua itu (Ka’bah)” [Al Hajj/22 : 29]
Maka disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk memperbanyak thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah
haram. Oleh karena itu perbanyaklah shalat, qira’atul qur’an, tasbih, tahlil, dzikir. Juga perbanyaklah amar ma’ruf nahi mungkar dan da’wah kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana banyak orang berkumpul dari Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya.
9. Menunaikan Nadzar Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya seseorang telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya untuk memenuhinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Barangsiapa bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah dia mentaati Nya” [HR Bukhari] Maka apabila seseorang bernadzar di tanah haram ini berupa shalat, thawaf ataupun ibadah lainnya, maka wajib baginya untuk menunaikannya di tanah haram ini.
25
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Dan hendaklah mereka menunaikan nadzar” [al -Hajj/22: 29] 10. Menolong Dan Berbuat Baik Kepada Orang Mis kin Di antara manfaat haji adalah bisa menolong dan berbuat baik kepada orang miskin baik yang sedang menjalankan haji atau tidak di negeri yang aman ini.
Seseorang dapat mengobati orang sakit, menjenguknya, menunjukkan ke rumah sakit dan menolongnya dengan harta serta obat.
Ini semua termasuk manfaat-manfaat haji.
“….agar mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]
11. Memperbanyak Dzikir Kepada Allah Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa quwata illa billah).
Dari Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
26
“Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang tidak mengingat Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin no. 1434]
12. Berdo’a Kepada -Nya Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan
diri dan terus menerus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Dia menerima amal, membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong
untuk
mengingat-Nya,
bersyukur
kepada-Nya
dan
memperbagus ibadah kepada-Nya ; agar Dia menolong untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia ridhai serta agar Dia menolong untuk berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya.
13. Menunaikan Manasik Dengan Sebaik-Baiknya Di antara manfaat haji, hendaknya melaksanakannya dengan sesempurna mungkin, dengan sebaik-baiknya dan seikhlas mungkin baik sewaktu melakukan thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah,
melempar jumrah, maupun sewaktu shalat, qira’atul qur’an, berdzikir, berdo’a dan lainnya. Juga hendaknya mengupayakannya dengan kosentrasi dan ikhlas.
14. Menyembelih Kurban Di antara manfaat haji adalah menyembelih (binatang) kurban, baik yang wajib tatkala berihram tammatu dan qiran, maupun tidak wajib yaitu
untuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sewaktu haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berkurban 100 ekor binatang. Para sahabat juga menyembelih kurban. Kurban itu adalah suatu ibadah, karena daging kurban dibagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan di hari-hari Mina dan lainnya.
27
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpuan
1. Hakikat puasa adalah dasar wajibnya menahan diri dari sesuatu (makan, minum, hubungan seksual suami isteri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah). 2. Hakikat haji adalah kembali menuju kepada Allah SWT.. Sehingga orang yang menunaikan haji diharapkan kembali mendekat kepada Allah swt baik secara lahir maupun batin. 3. Puasa akan lebih berkualitas jika diisi oleh amalam-amalan. Amalanamalan tersebut banyak macamnya dan penuh dengan keberkahan, diantaranya:
Mendirikan sholat lima waktu
Berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala
Shalat Tarawih karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala,
4. Haji mabrur : ‘Maknanya adalah haji yang diterima, yaitu haji yang tidak tercampur dengan dosa apapun, dan diantara indikasi diterimanya adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah ia lakukan dan ia tidak kembali melakukan kemaksiyatan. 5. Banyaknya hikmah yang didapat dari puasa dan berhaji dari segi jasmani maupun rohani
28
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/25769-hakekat-puasa-1.html Materi Keislaman & Ibadah UMM. 2017. Tuntutan puasa. Disadur dari pengajian kitab al-Ghunyah karya al-Syeikh Abdul Qadir alJailani. Masjid al-Hikam Depok, 29 Juli 2017 – 5 Dzulqa’dah 1438. Tulisan dari Ahmad Zainuddin.2011. Ensiklopedi Islam Al-Kâmil, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri 865 Al-Zuhayly, W. 1998. Puasa dan Itikaf, Kajian berbagai Mahzab. Bandung: Remaja Rosda Karya BA,Sismona. 2000. Puasa pada umat-umat dahulu dan sekarang. Jakarta: Republika Ash-Shiddiqy, T.M. 2000. Pedoman Puasa. Semarang: Pustaka Rizki Pustaka Poerwardaminta, W. 1967. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustka Qardawi, Y. 2000. Fiqih Puasa. Surakarta: Era Intermedia Syarifuddin, A. 2003. Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Jakarta: Gema Insan Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun III/1419H/1999M, Disadur oleh Abu Shalihah dari Majalah Al-Furqon nomor 72 hal.18-21. Penebit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo
–
Solo
29
57183