2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Erg) merupakan salah satu komoditi yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan negara asal tanaman itu sendiri yang berada disalah satu Daratan Amerika Selatan (Anonymous, 1999).
Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya karet hanya ditanam sebagai tanaman koleksi di kebun Raya Bogor lalu kemudian mulai dikembangkan kebeberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersial oleh pemerintah Belanda. Alasan pemerintah Belanda mengembangkkan tanaman karet karena kopi dan tembakau yang merupakan komoditi andalan mereka sedang mengalami kelesuan dipasar dunia. Pada waktu itu Brazil merupakan produsen utama kopi bahkan menurunkan produksinya sampai 50%. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba tanaman karet adalah daerah Pemanakan dan Ciasem, Jawa Barat (Andoko, 2008).
Luas total perkebunan karet di Indonesia mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal tersebut, 84,5% merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% milik negara (Setiawan dan Andoko, 2010). Dari segi luas lahan perkebunan karet rakyat memiliki persentase luasan terluas, namun produktifitasnya masih rendah yakni 926 kg/ha jika dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha (Direktorat Jendral Perkebunan, dalam Syukur Widyaiswara, 2013).
Oleh karena demikian, untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet rakyat, pemerintah telah menempuh berbagai upaya antara lain perluasan areal tanam, penyuluhan, intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan serta penyebaran klon – klon unggul benih karet. Dalam menunjang keberhasilan peningkatan produktivitas perkebunan karet, telah dilakukan usaha khususnya terhadap benih karet (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, dalam Elisarnis, 2008).
Tanaman karet mempunyai masa produksi selama 30 tahun. Setelah masa itu, tanaman harus diremajakan. Dalam pelaksanaan program peremajaan ataupun penanaman areal baru di anjurkan menggunakan bibit karet okulasi. Okulasi merupakan satu-satunya cara pengembangbiakan tanaman karet secara vegetatif pada tanaman karet (Anonymous, 1999).
Minat petani dalam menanam karet akhir-akhir ini mulai meningkat setelah membaiknya harga karet dipasaran sebagai bahan baku industri. Karena sebab itu, permintaan bibit karet juga mulai meningkat sehingga mendorong para penangkar bibit untuk mulai mengembangkan usaha pembibitan karet. Bibit berperan sangat penting dalam pertumbuhan karet agar tanaman karet dapat tumbuh sehat dan menghasilkan lateks (getah) yang melimpah. Karena demikian, pembibitan karet mesti dilakukan secara benar dan tepat agar menghasilkan bibit karet yang berkualitas bagus.
Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Aceh yang memiliki areal perkebunan karet yang luas. Pada tahun 2014 luas total perkebunan karet rakyat yaitu 22.019,50 Ha dengan 3.777 Ha TBM, 16.359 TM, dan 1.883,50 Ha TR (Aceh Timur dalam angka, 2015).
Tabel 1. Luas Perkebunan Karet Rakyat di Kabupaten Aceh timur tahun 2014
No
Kecamatan
Luas Tanaman (Ha)
Produksi (Ton)
TBM
TM
TR
Jumlah
1
Serbajadi
60.50
185.00
15.00
260.00
160.40
2
Simpang Jernih
17.00
92.00
8.00
117.00
81.60
3
Peunaron
218.00
402.00
45.00
665.00
337.88
4
Birem Bayeun
744.00
2,515.00
430.00
3,689.00
2,263.50
5
Rantau Selamat
175.00
1,266.00
135.00
1,576.00
1,076.10
6
Sungai Raya
320.00
2,210.00
260.00
2,790.00
1,878.50
7
Peureulak
40.50
122.00
10.00
172.50
107.73
8
Peureulak Timur
80.00
200.00
38.00
318.00
178.40
9
Peureulak Barat
13.00
30.00
6.00
49.00
24.81
10
Rantau Peureulak
403.00
2,108.00
220.00
2,731.00
2,082.70
11
Idi Rayeuk
5.50
20.00
0.50
26.00
15.90
12
Peudawa
29.00
710.00
30.00
769.00
587.88
13
Banda Alam
89.00
505.00
60.00
654.00
429.25
14
Idi Tunong
102.00
1,160.00
91.00
1,353.00
997.60
15
Darul Ihsan
5.00
82.00
8.00
95.00
67.98
16
Idi Timur
4.00
10.00
2.00
16.00
8.48
17
Darul Aman
55.00
510.00
59.00
624.00
447.78
18
Nurussalam
182.00
848.00
113.00
1,143.00
744.54
19
Darul Falah
251.00
942.00
112.00
1,305.00
824.25
20
Julok
86.00
382.00
115.00
583.00
496.60
21
Indra Makmur
741.00
1,490.00
92.00
2,323.00
1,467.65
22
Pante Bidari
157.00
570.00
34.00
761.00
654.36
23
Simpang Ulim
-
-
-
-
-
24
Madat
-
-
-
-
-
Jumlah Total
3,777.50
16,359.00
1,883.50
22,019.50
14,933.89
Sumber data : Aceh Timur dalam angka 2015
Karena mulai banyak permintaan akan bibit karet okulasi di wilayah Aceh Timur, saat ini sudah mulai tumbuh usaha-usaha penangkar bibit karet okulasi baik yang skala kecil maupun berbentuk perusahaan yang memiliki izin terpadu dan sudah diakui legalitas nya oleh Dinas Perkebunan Provinsi. Salah satu penangkar bibit karet okulasi yang bersertifikat unggul ada di kecamatan peudawa tepat nya di Desa Alue Batee Peudawa Kabupaten Aceh timur. Usaha ini mulai dirilis atau didirikan pada awal tahun 2011 hingga sekarang.
CV. Bijeh Rambong merupakan nama perusahaan penangkar bibit karet yang ada di wilayah Desa Alue Batee Peudawa Kabupaten Aceh Timur. Awal berdiri, CV. Bijeh Rambong berproduksi di atas lahan pinjaman dengan luas 0.2 Ha yang lahan tersebut diperuntukkan hanya untuk penyemaian batang bawah. Setelah berjalan sekitar 1 tahun, pemilik perusahaan mulai membeli lahan seluas 0.5 Ha untuk tempat penyemaian stum mata tidur. Sampai saat ini CV. Bijeh Rambong hanya memiliki lahan seluas 0.5 Ha yang resmi asset perusahaan, sedangkan sampai saat ini status lahan batang bawah masih pinjam pakai tempat. Bibit yang disediakan oleh CV. Bijeh Rambong adalah bibit yang bersertifikat unggul. Klon/varietas yang digunakan adalah PB-260
Pemasaran merupakan kegiatan akhir yang dilakukan oleh CV. Bijeh Rambong setelah mengokulasi bibit karet. Dalam melakukan pemasaran CV. Bijeh Rambong mengikuti tender atau pelelangan untuk penyediaan bibit karet okulasi yang diadakan oleh Disbun dan Perusahaan Swasta lainnya. Walaupun demikian, CV. Bijeh Rambong juga melakukan penjualan langsung kapada petani hanya saja dalam skala yang kecil.
Tujuan Praktek Kerja Lapang
Adapun tujuan Prektek Kerja Lapang ini adalah:
Mengetahui proses pembibitan karet di desa Alue Batee Peudawa Kecamatan Peudawa Kabupaten Aceh Timur.
Mengatahui proses pemasaran bibit karet okulasi di desa Alue Batee Peudawa Kecamatan Peudawa Kabupaten Aceh Timur.
Manfaat Praktek Kerja Lapang
Melalui Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapang ini antara lain adalah sebagai berikut :
Bagi petani, diharapkan bisa menjadi acuan dalam upaya meningkatkan produksi karet melalui penggunaan bibit-bibit unggul.
Bagi pemilik usaha, diharapkan dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan pemasaran dan pengembangan usaha nya.
Bagi praktikan, diharapkan dapat menambah wawasan baru dan ilmu pengetahuan baru tentang karet dan juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa lain.
1