PROSES ERUPSI GIGI Drg Rehulina Ginting., MSi
PENDAHULUAN
Anak mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang, baik secara fisik,kognitif, maupun sosial. Gigi geligi marupakan salah satu bagian fisik anak yang juga mengalami proses tumbuh kembang. Anak akan melalui beberapa periode tumbuh kembang gigi, yaitu periode gigi sulung, geligi bercampur, dan gigi tetap. Periode gigi sulung ditandai dengan munculnya gigi sulung dalam rongga mulut, yang akan digantikan oleh gigi tetap secara bertahap saat periode gigi bercampur, sehingga munculnya semua gigi tetap pada periode geligi tetap. Proses munculnya gigi dalam rongga mulut mulut atau erupsi gigi gigi secara normal merupakan suatu proses proses yang terencana dan terlokalisir sehingga gigi dapat erupsi pada waktunya. Proses erupsi gigi merupakan suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi didalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gusi sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal. Banyak pendapat mengenai pengertian erupsi gigi. Menurut Lew (1992), gigi dinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm diatas gingiva level yang dihitung dari tepi insisal gigi. Erupsi gigi didefenisikan sebagai pergerakan suatu gigi, terutama dalam arah sumbu panjang gigi,dari tempat terbentuknya dalam tulang rahang ke posisi fungsionalnya dalam rongga mulut. Pada masa awal odontogenesis, letak benih gigi susu dan benih gigi permanen berada sejajar terhadap dataran oklusal, tetapi seiring dengan pertumbuhan rahang maka benih gigi permanen semakin tertinggal pada tulang alveolar dibandingkan dari benih gigi susu yang mengalami pergerakan erupsi, akhirnya benih gigi permanen menempati bagian lingual dari akar gigi susu. Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi digalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gusi sampai akhirnya gigi mencapai dataran oklusal. Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah kearah vertikal tetapi selama proses erupsi gigi berlangsung , gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi dan pergerakan kearah mesial. Proses erupsi gigi dimulai sebelum tanda pertama mineralisasi dimana proses erupsi gigi terus menerus berlangsung tidak hanya sampai terjadi kontak dengan gigi antagonisnya, tetapi juga sesudahnya meskipun gigi telah difungsikan, proses erupsi gigi berakhir bila gigi telah tanggal. Adanya pergerakan pada proses erupsi gigi akan menstimulasi pertumbuhan tulang dalam arah panjang dan lebar. Hal ini terbukti bila gigi tanggal pada masa pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang maka tulang rahang disekitar gigi yang tanggal tersebut mengalami men galami ketertinggalan dalam pertumbuhannya dibandingkan dengan tulang rahang disekitar gigi yang tidak tanggal. Proses erupsi gigi dapat dibagi atas 3 tahap yaitu: a. Tahap Praerupsi b. Tahap Prafungsional c. Tahap Fungsional Pergerakan gigi pada proses erupsi gigi baik pada gigi susu maupun permanen ada hubungannya pada perubahan atau pertumbuhan yang terjadi pada jaringan gigi dan jaringan sekitarnya diantaranya adalah pertumbuhan tulang alveolar, pertumbuhan pulpa, pertumbuhan jaringan ligamen periodontal dan perubahan jaringan vaskular.
1
a. Tahap Praerupsi .
Pergerakan yang berhubung dengan erupsi gigi bermula sewaktu pembentukan mahkota gigi dan penyesuaian dengan bentuk tulang alveolar. Ini merupakan fase praerupsi. Tahap ini dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk. Pada tahap ini tulang rahang mengalami pertumbuhan pesat dibagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka benih gigi bergerak kearah oklusal. o klusal. Pergerakan gigi kearah oklusal o klusal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal dan jaringan ikat disekiatar kantung gigi.Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal pada tahap ini berlangsung lebih cepat daripada sisi lain dari tulang rahang yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada sisi apikal tulang rahang sehingga benih gigi terdorong kearah oklusal. Selain proliferasi aktif tulang rahang, bergeraknya benih gigi kearah oklusal pada tahap ini juga dipicu oleh pertumbuhan dari jaringan ikat sekitar kantong gigi. Proliferasi jaringan ikat ini bejalan dengan cepat sehingga menghasilkan kekuatan untuk mendorong gigi kearah oklusal. Fase praerupsi meliputi semua pergerakan mahkota gigi desidui dan permanen , yaitu dari awal permulaan dan pembentukan mahkota sehingga mahkota terbentuk sempurna: intraosseus,ketika akar mulai terbentuk dan gigi mulai bergerak didalam tulang rahang ke arah rongga mulut,penetrasi mukosa,pada saat akargigi sudah terbentuk sampai tiga perempat dari panjang akar. Fase pra erupsi yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam tulang r Fase ini berakhir dengan bermulanya pembentukan akar gigi. Selama fase praerupsi, yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya posisinya dalam tulang rahang rahang cukup stabil. Pergerakan Pergerakan gigi ini merespon perubahan posisi mahkota gigi tetangga dan akan berubah pada mandibula dan maxilla menurut perkembangan wajah sama ada ke arah luar ,ke arah depan atau ke arah bawah . Semasa rahang berkembang (menjadi lebih panjang) , gigi desidui dan permanen melakukan gerakan mesial dan distal Pada akhirnya mahkota gigi parmanen bergerak di dalam rahang , membetulkan posisinya ke arah resorpsi akar gigi desidui dan pembentukan ulang processus alveolaris , khususnya sewaktu percampuran tahapan gigi desidui dan permanen dari usia 8 hingga 12 tahun. Awal dari fasa praerupsi, gigi permanen anterior mulai berkembang dari daerah lingual ke arah insisal gigi desidui. Walau bagaimanapun, oleh karena gigi desidui telah erupsi,gigi permanen menggantikan posisinya dari lingual ke 1/3 pada ujung akar gigi desidui.
b.Tahap Prafungsional .
Proses erupsi gigi turut melibatkan awal mula pembentukan akar sehingga gigi muncul dalam rongga mulut,dimana merupakan fase prafungsional. Tahap ini dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai dataran oklusal. Pada tahap ini gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak kearah vertikal, pada tahap ini gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi ini bertujuan untuk memperbaiki memperbaiki posisi gigi gigi berjejal didalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan. Pergerakan ke arah oklusal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan pertumbuhan jaringan ikat disekitar kantung gigi. Proliferasi aktif ligamen periodontal ini menghasilkan tekanan disekitar kantung gigi yang akan mendorong gigi kearah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular disekitar ligamen periodontal,meningkatnya permeabilitas vaskular ini memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukan cairan disekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Keadaan ini sama dengan kondisi inflamasi dimana jaringan ligamen periodontal yang membengkak akan mendorong gigi keluar dari soketnya, tetapi proses ini tidaklah sama sepenuhnya dengan proses erupsi fisiologis. Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi kerarah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan dari pulpa, dimana pulpa yang sedang berkembang pesat kearah ke arah apikal juga dapat d apat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota kearah oklusal. Peran pertumbuhan akar dalam proses erupsi gigi pada tahap ini masih belum diketahui karena gigi yang sudah dirusak akarnya masih bisa bererupsi, bahkan ada gigi yang masih bisa mengadakan erupsi tanpa terbentuknya akar sama sekali. Proliferasi jaringan ikat, peningkatan pemeabilitas vaskular 2
di sekitar ligamen periodontal dan pertumbuhan pulpa merupakan 3 faktor yang menyebabkan bergeraknya gigi kearah oklusal pada tahap prafungsional ini. Erupsi sebenarnya suatu proses yang berkelanjutna yang hanya berakhir apabila terjadinya kehilangan gigi.
Gambar 1. Relasi posisi gigi desidui dan permanen. A. Periode Preerupsi B. Periode Prefungsional erupsi
Gigi premolar permanen berpindah dari posisinya yang berdekatan dengan permukaan oklusal gigi premolar desidui ke posisi yang berdekatan dengan gigi premolar desidui.(gambar 6.2)
Gambar 2. Relasi posisi gigi desidui dan permanen A. Periode Preerupsi B. Periode Prefungsional erupsi Perubahan pada posisi gigi permanen ini adalah hasil dari erupsi gigi desidui dan pertambahan tinggi struktur pendukung. Disisi lain, gigi molar parmanen yang tidak memiliki pengganti gigi desidui, tumbuh tanpa hubungan kait seperti yang lainnya. 4
tahapan utama yang berlangsung selama fase prafungsional ialah : 1. Pembentukan akar memerlukan ruang untuk pemanjangan akar gigi. Proses pertama dalam pembentukan akar ini ialah proliferasi kantung epitheal akar gigi , yang mana akan menyebabkan permulaan pembentukan akar dentin dan pertumbuhan tisu pulpa pada pembentukan akar gigi. Pembentukan akar gigi turut menyebabkan peningkatan jaringan fibrosa di sekitar folikel gigi (gambar 3).
3
Gambar 3. Histologi pada phase prefungsional erupsi. Perkembangan akar, dan reduced epithelium diatas permukaan korona gigi mendekati mukosa oral.Proliferasi reduced enamel epitelium,antisipasi fusi. 2. Pergerakan terjadi secara insisal maupun oklusal menerusi tulang alveolar pada rahang untuk mencapai permukaan mukosa mulut. Pergerakan ini adalah hasil dari kebutuhan ruang untuk akar yang makin memanjang. Enamel epithelium yang menyusut kemudiannya berkontak dan menyatu dengan dan menyatu dengan oral epithelium. (gambar 4)
Gambar 4. Histologi erupsi kuspid gigi. Puncak korona berkontak dengan epitelium oral. Kedua lapisan epithelium ini berproliferasi antara satu sama lain, sel keduanya bersatu dan dan terjadi penyatuan antara kedua epitel ini. Penyusutan lapisan epitel diatas mahkota gigi yang erupsi timbul dari enamel epithelium yang menyusut. (gambar 5)
4
Gambar 5. Penyatuan (fusi) reduced enamel epithelium dengan epitelium oral melapisi enamel korona.(Rongga enamel terjadi sebagai enamel yang larut, pada waktu preparasi slide). 3. Penetrasi ujung mahkota gigi menerusi lapisan epitel yang telah menyatu membolehkan mahkota enamel keluar ke rongga mulut. 4. Pergerakan oklusal intraoral atau pergerakan insisal bagi gigi yang erupsi akan berterusan sehingga terjadi kontak dengan mahkota antagonis. Pada tahap ini gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal,pada tahap ini gigi juga bergerak miring dan rotasi betujuan untuk memperbaiki posisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan. Pergerakan ke daerah oklusal pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat disekitar kantung gigi. Proliferasi aktif ligamen periodontal ini menghasilkan tekanan disekitar kantung gigi yang akan mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal ,meningkatnya permeabelitas vaskular ini memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukan cairan disekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Keadaan ini sama dengan kondisi inflamasi dimana jaringan ligamen periodontal yang membengkak akan mendorong gigi keluar dari soketnya, tetapi proses ini tidak lah sama sepenuhnya dengan proses erupsi fisiologis. Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi kearah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan pulpa ,dimana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah apikal juga dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal. Peran pertumbuhan akar dalam proses erupsi gigi pada tahap ini masih belum diketahui karena gigi yang sudah rusak akarnya masih bisa bererupsi, bahkan ada gigi yang masih bisa mengadakan erupsi tanpa terbentuknya akar sama sekali. Proliferasi jaringan ikat, peningkatan permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal dan pertumbuhan pulpa merupakan 3 faktor yang menyebabkan bergeraknya gigi ke arah oklusal pada tahap ini.
5
Tahapan Erupsi gigi
Gambar 6. Tahapan erupsi gigi: A. Mahkota gigi mendekati epitel mulut pada fase praerupsi B. Kontak pada epitel enamel yang menyusut bersama kutikel development,menyatu dengan epitel mulut. C. Penyatuan antara epitel enamel yang menyusut dengan kutikel development dan epitel mulut. D. Penipisan epitel yang menyatu E. Epitel mulut terbelah , berlaku gerakan pada gingiva yang melekat,mahkota muncul F. Mahkota gigi muncul ke dalam rongga mulut (fase prefungsional) G. Gigi erupsi ke arah oklusi fungsional Pada daerah sekeliling gigi Jaringan pada sekeliling akar gigi mengubah stuktur nya kepada jaringan fibers yang mengikatkan gigi kepada periodontium. Proses ini bermula dari daerah servikal gigi. Semakin akar gigi bertumbuh panjang, jaringan fibers yang terbentuk makin banyak. Saat perkembangan akar gigi yang pesat, crypt tulang aveolar juga bertumbuh tinggi sejajar dengan panjang akar gigi. Fibroblast yang khusus terjumpa dalam periodontium gigi saat erupsi gigi. Fibroblast ini bersifat kontraktile. Sepanjang proses erupsi gigi, pembentukan dan pemutaran jaringan fibers terjadi pada kadar yang tinggi, dalam 24 jam. Makanisme ini dapat diperhati dalam proses pembentukan, lepas, lalu membentuk semula dalam masa yang singkat. Pada daerah inferior gigi Saat makohta gigi mulai erupsi, gigi bergerak ke arah oklusi perlahan-lahan. Hal ini memberikan ruangan untuk pembentukan gigi secara memanjang. Saat pembentukan dan pemanjangan gigi, dentin pada akar gigi makin runcing makin ke apex. Tulang padat terbentuk pada sekeliling apex akar gigi. Jaringan fibers yang berukuran besar b erkembang kemudian melekat dari cementum apikal ke tulang aveolar untuk memberikan gaya tahan yang lebih kuat kepada gigi. c. Tahap Fungsional .
Gigi akan terus mengalami erupsi sehingga sampai ke insisal atau kontak oklusal. Kemudian , gigi akan mengalami pergerakan fungsional yang berhubungan dengan perkembangan rahang dan pemakaian oklusal enamel. Tahapan ini adalah fase fungsional. Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal. Selama tahap ini gigi bergerak kearah oklusal, mesial dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama b erfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal gigi dapat dipertahankan. Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama pada bagian soket gigi sebelah distal demikian halnya dengan sementum pada akar gigi.Terjadinya pertumbuhan pada sementum dan tulang disekitar soket gigi sebelah distal pada tahap ini 6
menimbulkan interpretasi bahwa bergeraknya gigi kearah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungandengan pertumbuhan tulang alveolar dan pertumbuhan sementum. Interpretasi ini tidaklah benar. Pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah penyebab bergeraknya gigi pada tahap ini tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan pertambahan sementum yang terjadi pada tahap ini merupakan hasil dari pergerakan gigi. Adapun pergerakan gigi selama tahap fungsional sama dengan tahap prafungsional yaitu proliferasi ligamen periodontal, tetapi berjalan lebih lambat. Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi menembus gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda ras dan menurut penelitian Hume(1992) pada berbagai etnik di amerika dan eropah barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu erupsi yang sama. Djaharuddin (1980) di Surabaya , terdapat pebedaan waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki dimana gigi anak perempuan lebih cepat erupsi dari pada gigi anak laki-laki. Untuk gigi susu ,menurut Mundiyah tidak terdapat perbedaan waktu erupsi antara anak perempuan dan anak laki-laki. Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui. Untuk beberapa lama gigi susu akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan aktifitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut. Waktu yang panjang diperlukan untuk pematangan akar gigi, biasanya akar gigi belum terbentuk sempurna walaupun gigi sudah berupsi ke permukaan oklusi. Pembentuk akar gigi secara sempurna memerlukan waktu sekitar 1-1,5 tahun untuk gigi desidui, dan 2-3 tahun untuk gigi permenen. Pada fasa ini, stuktur dan ukuran jaringan fibers berubah dengan dimensi yang besar. Jaringan fibers akan berorentasi dan berkembang dalam kelompok masing-masing diantara akar dengan tulang aveolar. Pada waktu yang sama, pembuluh darah juga berorganisasi dengan baik dan berkembang dengan pesat di daerah tersebut. Proses erupsi gigi tetap selain gigi molar tetap ,melibatkan gigi sulung ,yaitu gigi sulung tanggal yang digantikan oleh gigi tetap. Waktu tanggal gigi sulung dan erupsi gigi yaitu gigi sulung tanggal yang digantikan oleh gigi tetap. Waktu tanggal gigi sulung dan erupsi gigi sulung yang konsisten dan simetris antara rongga mulut sebelah kanan dan kiri merupakan hal yang mengesankan ,dan menandakan bahwa pergantian gigi sulung dan erupsi gigi tetap sebagai proses yang saling melengkapi dan sudah terencana . Resorbsi tulang dan akar gigi sulung mengawali pergantian gigi sulung oleh gigi tetapnya.Resorbsi akar gigi sulung di mulai di bagian akar gigi sulung yang paling dekat dengan benih gigi tetap. Contohnya,mahkota benih gigi tetap terbentuk lengkap di bagian lingual dari sepertiga apikal akar gigi sulungnya,seiring dengan gerakan erupsi gigi tetap ke arah labial dan insisal , maka proses resorpsi akar gigi insisif sulung terjadi di sepertiga apikal bagian lingual. WAKTU ERUPSI GIGI
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai vaktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi l menembus gingiva. ` Berdasarkan penelitian terdahulu terdapai perbedaan waktu erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda ras bahkan berdasarkan penelitian Hume (1992) pada berbagai etnik di Amerika dlan eropah Barat didapat data bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai. waktu erupsi yang sama. Berdasarkan penelitian Djaharuddin tahun (1980) di Surabaya, terdapat perbedaan waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki imana gigi pada anak perempuan lebih cepat erupsi daripada gigi anak laki-laki.Untuk gigi susu, menurut Mundiyah tidak terdapat . perbedaan waktu erupsi antara anak perempuan dan anak laki-laki.Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau gigi desidui. Untuk -berapa lama gigi susu akan berada dalam rongga mulut untuk melaksanakan aktivitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut. Waktu erupsi gigi dapat dibedakan pada : a. Gigi Susu b. Gigi Permanen a. Gigi Susu Gigi susu atau yang juga dikenal dengan gigi primer atau gigi desidui jumlahnya ada 20 di rongga mulut, yaitu 10 pada maksila dan 10 pada mandibula. Gigi susu terdiri dari 7
insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, molar pertama dan molar kedua dimana terdapat sepasang pada rahang untuk tiap jenisnya. Kalsifikasi gigi insisivus susu dimulai pada bulan ke-4 kehamilan dan mahkota insisivus lengkap terbentuk pada umur 2 bulan setelah kelahiran. Satu sampai dua bulan setelah mahkota insisivus lengkap terbentuk, gigi kaninus dan molar mulai mengalami kalsifikasi. Mahkota gigi kaninus clan molar susu lengkap terbentuk sekitar umur 9-12 bulan setelah kelahiran kecuali molar pertama yang telah lengkap terbentuk pada umur 6 bulan setelah kelahiran. Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, gigi insisivus sentral mandibula yang merupakan gigi yang pertama, muncul di rongga mulut. Pada masa ini semua akar gigi insisivus sudah mengalami perkembangan. Gigi insisivus susu sentralis rahang atas mulai muncul pada saat bayi berumur 7,5-8 bulan atau bisa bersamaan dengan gigi insisivus primer lateral bawah. Pada saat bayi berumur 8-9 bulan semua gigi insisivus susu sudah bereru psi di rongga mulut (Gam bar 7). Gigi molar pertama susu mulai erupsi pada saat bayi berumur 12 bulan balk pada rahang atas maupun rahang bawah. Tiga sampai empat bulan sesudah erupsinya gigi molar pertama susu , gigi kaninus susu mulai muncul di rongga mulut. Pada umur 2 tahun, molar kedua susu juga telah bererupsi di rongga mulut untuk melengkapi oklusi gigi susu (Gambar 8). Setelah semua gigi susu erupsi di rongga mulut, pada saat ini semua akar gigi insisivus susu sudah lengkap terbentuk sedangkan akar gigi kaninus dan molar masih melanjutkan perkembangan. Akar gigi susu lengkap terbentuk sekitar 1-2 tahun setelah gigi erupsi. Pada umur 3-3,5 tahun semua gigi susu sudah berfungsi dengan baik atau sudah berkontak dengan gigi antagonisnya (Gambar 9). Pada umur 4-5 tahun rahang mengalami perkembangan dengan pesat. Perkembangan yang, cepat dari tulang rahang ini menyebabkan tulang rahang bertambah lebar sehingga terjadi diastema di antara beberapa gigi susu. Munculnya diastema di antara beberapa gigi susu bertuiuan untuk menyediakan ruangan yang cukup bagi gigi permanen yang ukurannya lebih besar daripada gigi susu. Sebelum gigi permanen erupsi, gigi susu harus lepas yang dikenal dengan phenomena "resorpsi gigi susu". Terjadinya resorpsi pada giigi susu ini disebabkan oleh tekanan folikel gigi permanen yang bergerak untuk mencapai posisinya di rongga mulut. Jenis gigi
Pembentukan Mahkota awal jaringan lengkap keras di (bulan) dalam uterus ( minggu) Rahang Insisivus 1 14 1¼ atas Insisivus 2 16 2½ Kaninus 17 9 Molar1 15 1/2 6 Molar 2 19 11 Rahang Insisivus 1 14 2½ bawah Insisivus 2 16 3 Kaninus 17 6 Molar1 15 1/2 5½ Molar 2 18 10 Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan gigi susu
Erupsi (bulan)
Pembentukan akar lengkap (tahun)
7,5 – 8 9 – 10 16 – 19 12 – 14 24 – 29 6 – 8 8 – 9 15 – 18 12 – 14 23 – 28
1½ 2 3¼ 2¼ 3 1½ 1½ 3¼ 2¼ 3
8
Gambar 7. Pertumbuhan dan perkembangan gigi pada usia 6 dan 9 bulan
Gambar 8. Pertumbuhan dan perkembangan gigi umur 1-2 tahun.
Gambar 9. Pertumbuhan dan perkembangan gigi umur 3 tahun.Jalur jalannya erupsi gigi desidui:
9
Folikel gigi yang membentuk jalan erupsi gigi decidui,daerah konektif tissue mengalami degenerasi dan gigi muncul ke permukaan (fig 6-8,fig 6-9)
Selama proses tersebut,jumlah pembuluh mengalami penurunan dan sel-sel syaraf hancur menjadi kepingan-kepingan dan degenerasi.Perubahan jaringan disekitar puncak mahkota seperti segitiga terbalik yang dikenal dengan eruption pathway. Pada daerah ini,seret-serat folikular dianggap sebagai Gubernaculum dentis atau Gubernacular cord(fig 6-10) dideteksi sebagai mukosa. Ilmuwan percaya bahwasanya serat-serat tersebut memandu gigi bergerak untuk erupsi. Makrofag ada dijumpai pada saat terbentuknya jalur erupsi gign enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel-sel makrophage akan membantu penghancuran sel-sel dan serat-serat pada daerah yang kehilangan pembuluh darah & syaraf.Osteoklas ditemukan disepanjang daerah pinggir tulang yang mengalami resorpsi.Tulang kehilangan ikatan ke gigi sebagai jalan erupsi gigi .Osteoklas dan osteoblas secara konstan remodeling tulang alveolar.Resorpsi dari akar gigi susu sama pada saat resorbsi tulang saat munculnya gigi susu Proses tanggalnya gigi susu melibatkan gigi permanen. Waktu tanggal gigi susu dan erupsi gigi permanen yang konsisten dan simetris antara rongga mulut sebelah kanan dan kiri merupakan hal yang mengesankan dan menandakan bahwa pergantian gigi sulung dan erupsi gigi tetap sebagai proses yang saling melengkapi dan sudah terencana.resorpsi tulang dan akar gigi sulung mengawali pergantian gigi sulung oleh gigi tetapnya. Resorpsi akar gigi sulung dimulai dibagian akar gigi sulung yang paling dekat dengan benih gigi tetap. Contohnya ,mahkota benih gigi tetap terbentuk lengkap dibagian lingual dari sepertiga apikal akar gigi sulungnya,seiring dengan 10
gerakan erupsi gigi tetap ke arah labialdan insisal, maka proses resorpsi akar gigiinsisiv sulung terjadi di sepertiga apikal bagian lingual.
Awalnya, tekanan erupsi gigi tetap dikatakan sebagai penyebab terjadinya resorpsi akar gigi sulung. Namun, folikel gigi dan retikulun stelata,diantara komponen erupsi gigi tetap lainnya, terbukti memiliki peranan penting dalam penelitian yang melekukan penggantian mahkota gigi dengan bahan yang inert ,seperti silikon dan logam ,yang diletakkan dalam folikel gigi . Bahan pengganti tersebut berhasil erupsi dalam rongga mulut yang menandakan bahwa folikel gigi mengatur serta mengkoordinasikan resorpsi tulang alveolar dan mungkin akar gigi sulung pendahulunya.Pembentukan jalur erupsi melibatkan resorpsi tulang dan resorpsi akar gigi sulung tampak sebagai proses yang diatur secara gennetik dan tidak tergantung pada tekanan gigi yang hendak erupsi.
Gambar 2 KPPI Erupsi gigi tetap tidak terlepas dari proses selular dan molekuler (gambar 1). Sel-sel retikulum stelata dari gigi tetap yang sedang terbentuk mensekresi parathyroid hormon (PTH)_related protein (PTHrP),yaitu suatu molekul pengatur pembentukan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi.PTHrP yang disekresi kemudian terikat dalam suatu fungsi parakrin pada reseptor PTHrP diekspresikan oleh slel-sel dalam folikel gigi. Interleukin 1 a juga disekresi oleh 11
epitel stelata dan dengan cara yang sama terikat pada reseptor IL-1° yang ditemukan pada folikel gigi.Akibatnya sel-sel folikel gigi yang terstimulasi ini akan mensekresi faktor-faktor perekrut monosit ,seperti colony stimulating factor-1,monocyte chemotactic protein -1 atau vascular endothelial growth factor .Selanjutnya dibawah pengaruh faktor-faktor tersebut ,monosit dibawa dari daerah di dekat folikel gigi yang kaya pembuluh darah dan diletakkan di daerah koronal . Bila lingkungan folikel gigi mendukung ,maka monosit-monosit itu akan berfusi ,lalu berdifferensiasi menjadi sel-sel tersebut berkontak dengan sel-sel yang mengekspresikan RANKL (receptor activator of nuclear factor kappa B li gand).
Gambar 3 KPPIKG
RANKL adalah suatu protein yang terikat pada membran yang termasuk dalam kelompok TNF ligand yang diekspresikan oleh osteoblast,pulpa ,ligamen periodontal,fibroblas.dan sementoblas yang berfungsi dalam menginduksi dan mengaktifasi osteoklas dari prekursor. Reseptor RANKL adalah RANK (receptor activator of nuclear kappa B ) yang diekspresikan oleh osteoklas dan odontoklas (gambar 2) .OPG (osteoprotegerin) merupakan glikoprotein yang termasuk golongan reseptor TNF.OPG ini dihasilkan oleh berbagai macam sel dan menghambat differensiasi osteoklas dari sel prekursornya.OPG juga bertindak sebagai reseptor RANKL dan bila RANKL bertemu dengan OPG maka tidak terjadi pembentukan osteoklas (gambar 3). Selsel yang mengekspresikan OPG antara lain odontoblast,ameloblast dan sel-sel pulpa.
12
b. Gigi Permanen Sebelum gigi permanen erupsi di rongga mulut, tulang rahang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Pertumbuhan dan perkembangan dari tulang rahang ini bertujuan untuk menyediakan tempat untuk gigi permanen yang ukurannya lebih besar dari gigi yang akan digantikannya. Benih gigi permanen yang pertama kali mengalami kalsifikasi adalah molar pertama yaitu saat bayi dilahirkan. Mahkota gigi molar pertama ini lengkap terbentuk pada umur 3-4 tahun. Kalsifikasi gigi insisivus clan gigi kaninus permanen dimulai pada umur 3-4 bulan setelah kelahiran kecuali gigi insisivus kedua atas yang nengalami kalsifikasi pada bulan ke 10-12 setelah kelahiran. Mahkota gigi insisivus lengkap terbentuk pada umur 4-5 tahun. Satu sampai dua tahun setelah mahkota gigi insisivus lengkap terbentuk mahkota gigi kaninus juga sudah lengkap terbentuk. Gigi premolar pertama dan gigi premolar kedua mulai mengalami kalsifikasi pada umur 1'/2-2'/2 tahun dan lengkap terbentuk pada umur 6-7 tahun. Pada umur 2'/2-3 tahun setelah kelahiran gigi molar kedua mendapat giliran mengalami kalsifikasi dan terbentuk sempurna pada umur 6-8 tahun. Gigi molar ketiga sebagai gigi terakhir mengalami kalsifikasi pada umur 7-9 tahun. Pada umur 12-16 tahun mahkota gigi bungsu ini juga telah lengkap terbentuk. Gigi permanen yang pertama kali erupsi di rongga, mulut adalah gigi molar pertama yaitu pada umur 6 tahun (Gambar 9). Gigi molar pertama ini hanya sekali erupsi dan tidak menggantikan gigi susu. Hal yang sama terjadi pula pada gigi molar kedua dan gigi molar ketiga baik pada mandibula maupun maksila. Pada masa ini gigi insisivus sentralis mandibula juga sudah mulai bererupsi di rongga mulut. Gigi insisivus sentralis mandibula bererupsi di sebelah lingual dari gigi yang akan digantinya, tetapi dorongan lidah menyebabkan gigi insisivus sentralis ini bergerak ke depan sehingga menempati posisi yang sebenarnya.
13
Gambar 9. Pertumbuhan dan perkembangan gigi umur 6 tahun. Gigi insisivus sentralis maksila mulai erupsi di rongga mulut pada umur 7-8 tahun. Pada umur 8-9 tahun gigi insisivus lateralis mendapat giliran untuk bererupsi (Gambar 10). Seperti pada gigi insisivus sentralis mandibula, gigi insisivus lateralis mandibula juga bererupsi di sebe lah lingual dan dibawa ketempatnya oleh kekuatan fungsional. Sebaliknya gigi insisivus lateralis maksila hanya akan bererupsi di sebelah lingual apabila gigi tersebut kekurangan tempat
Gambar 10. Pertumbuhan dan perkembangan gigi pada umur 7 dan 9 tahun. Pada umur 10-12 tahun, periode gigi bercampur akan mendekati penyempurnaan ke periode gigi permanen (Gambar 11). Pada saat ini gigi kaninus rnandibula juga mulai muncul di rongga mulut. Pada umumnya gigi kaninus mandibula erupsi lebih dahulu daripada gigi premolar pertama dan gigi premolar kedua mandibula. Pada maksila, gigi premolar pertama bererupsi lebih dahulu dari gigi kaninus dan gigi premolar kedua bererupsi hampir bersamaan dengan gigi kaninus. Pada pergantian gigi molar pertama, molar kedua dan gigi kaninus susu oleh premolar pertama, premolar kedua dan kaninus permanen terjadi kelebihan ruang yang disebut leeway ,space, tetapi kelebihan ruang ini hanyalah bersifat sementara dan hilang seiring dengan majunya molar pertama permanen.
14
Gambar 11. Pertumbuhan dan perkembangan gigi umur 10 dan 12 tahun. Erupsi dari gigi molar kedua terjadi berdekatan de ngan erupsi gigi premolar kedua, tetapi ada kemungkinan gigi molar kedua bererupsi lebih dahulu daripada gigi premolar kedua. Jika gigi molar kedua erupsi lebih dahulu dari gigi premolar kedua maka gigi molar pertama terdesak miring ke arah mesial. Pada saat gigi molar ketiga erupsi di rongga mulut, semua akar gigi permanen yang telah erupsi lebih dahulu sud ah lengkap terbentu k. Akar gigi m olar ketiga lengkap terbentuk sekitar umur l 8-25 tahun. Data waktu erupsi gigi baik gigi susu maupun. gigi permanen dalam tulisan ini adalah berdasa rka n data waktu erupsi gigi pop ulasi asing (Tabel 1), sed angkan data waktu erupsi gigi di Indonesia belum diketahui secara jelas.
Tabel 1 Pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen. Gigi permanen dibagi atas 2 yaitu : 1. Succesional teeth , gigi permanen yang menggantikan gigi susu 2. Accessional teeth,gigi permanen yang erupsi dibagian posterior,tumbuh tanpa menggantikan gigi susu. 15
Pada tahap awal ,pada tahap bud gigi sudah bisa membentuk mahkota pada mahkota.Ini merupakan hasil dari ekspresi gen.Setelah gigi utama terbentuk dari bud ,menuntun pinggir lamina terus berkembang ke gigi permanen.Bagian dari lapisan disebut dengan successional teeth (fig 5-3). Lapisan ini memanjang kebelakang seiring dengan bertambahnya rahang dan dari lapisan ini muncul gigi posterior yang didahului oleh gigi susu.Gigi yang tumbuh terakhir adalah gigi molar 3 ,yang erupsi setelah 15 tahun setelah kelahiran.Karena gigi molar tidak didahului tumbuhnya gigi susu,maka gigi molar tidak terbentuk dari successional lamina tetapi terbentuk dari general lamina.Initiating dental lamina membentuk successional dan general lamina yang memulai fungsinya 6 minggu sebelum kelahiran sampai usia 15 tahun ,yang menghasilkan 52 gigi.Pada umumnya gigi yang tumbuh anteroposterior berhubungan dengan pertumbuhan rahang.Pertumbuhan gigi permanen yang menggantikan gigi susu tidak akan berkembang sebelum gigi susu terbentuk dan berfungsi.Secara berangsur-angsur gigi permaah mahkota gigi permanen dibawah gigi susu,
Pada umumnya proses erupsi gigi permanen sama dengan gigi desidui. Gigi permanen anterior erupsi pada bagian lingual dari gigi susu,gigi premolar permanen dibawah gigi molar susu.Gigi molar erupsi dari tulang alveolar pada daerah yang kosong pada bagian posterior rahang. Lubang-lubang kecil pada bagian belakang gigi susu merupakan bukti jalur erupsi gigi permanen bagian anterior (fig 6-11)
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Erupsi Gigi Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk (1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut : 16
1. Faktor Keturunan (Genetik) Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch, dkk.,1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetic terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001). 2. Faktor Ras Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian (Moyers, 2001). Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Stewart,dkk.,1982). 3. Jenis Kelamin Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan (Clark, 1994). 4. Faktor Lingkungan Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain: Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers, 2001). Nutrisi Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruh i erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Mo yers, 2001). Faktor Penyakit Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982). Faktor Lokal Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975
17
18
GANGGUAN ERUPSI
Di luar kondisi normal elemen gigi geligi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat dari walau rata-rata erupsi gigi yang normal. Selain itu pada saat pemunculan gigi di rongga mulut adakalanya gigi hanya muncul sebahagian atau tidak muncul sama sekali. Pemunculan gigi yang terlambat atau lebih cepat dari rata-rata waktu erupsi gigi yang normal baik pada gigi susu maupun gigi permanen berhubungan dengan gangguan-gangguan yang terjadi pada faktor-faktor yang terlibat selama proses erupsi gigi, dimana gangguan ini dapat berasal dari lokal maupun sistemik. Selain faktor lokal dan faktor sistemik, waktu erupsi gigi yang lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Untuk gigi permanen, urutan tanggalnya gigi susu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap waktu erupsi. Perubahan waktu tanggalnya gigi susu dapat menyebabkan perubahan waktu erupsi dan pola erupsi dari gigi permanen. Kehilangan gigi susu sebelum setengah dari akar gigi permanen terbentuk dapat menunda erupsi gigi pengganti, sebaliknya penanggalan gigi susu yang tidak terlalu lama sebelum masa pergantian gigi geligi akan mempercepat erupsi gigi permanen. Untuk memudahkan pembahasan mengenai kelainan erupsi gigi ini, maka bab ini dibagi atas: a. Erupsi prematur b. Erupsi terlambat c. Kegagalan erupsi. a. Erupsi Prematur Erupsi prematur atau erupsi dini ialah munculnya gigi di rongga mulut yang lebih cepat dari rata-rata waktu erupsi. Gigi dinyatakan bererupsi prematur (erupsi dini) bila gigi menembus mukosa mulut sebelum usia tiga bulan untuk gigi susu dan sebelum umur empat tahun untuk gigi permanen. Pada saat bayi lahir adakalanya satu atau dua gigi. insisivus mandibula sudah bererupsi di rongga mulut, gigi ini disebut dengan gigi. natal sedangkan gigi yang nenembus mukosa mulut dalam waktu 30 hari setelah kelahiran dikenal dengan gigi neonatal. Baik gigi natal maupun gigi neonatal merupakan contoh dari gigi yang bererupsi secara prematur. Secara umum erupsi prematur yang terjadi pada seluruh gigi baik pada gigi susu maupun gigi permanen ada hubungannya dengan hyperthyroidism, masa puber yang terlalu cepat dan sotos syndrome. Penyakit sistemik yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi prematur pada seluruh gigi baik pada gigi susu maupun gigi permanen diantaranya adalah hypophosphatasia, acute lymphocyt leukemia, cychc neutropenia,hystiocytosis, papiloms lifevis syndrome, cherubism dan periodontitis. Erupsi prematur lokal (pada satu atau beberapa gigi) bisa terjadi pada penderita lokalizeed angioma, sturge weber syndrome, hemifacial hypertrophy dan di sekitar tulang yang mengalami resorpsi akibat abses pada gigi. Erupsi gigi yang lebih cepat yang terjadi pada berbagai kondisi patologis ini disebabkan terjadinya peningkatan tekanan di atas tekanan erupsi normal di sekitar kantung dari gigi yang sedang bergerak akibat menumpuknya cairan di sekitar jaringan ligamen periodontal yang sedang mengalami inflamasi. Selanjutnya jaringan yang rnembengkak ini akan mendorong gigi lebih cepat ke arah oklusal. Erupsi prematur baik pada gigi susu maupun gigi permanen dapat menyebabkan gangguan terhadap perkembangan gigi dan jaringan di sekitarnva. Adapun gangguan yang mungkin muncul akibat erupsi prematur ini adalah impaksi pada gigi yang belakangan muncul, pergeseran gigi ke arah lingual dan gangguan pertumbuhan rahang sehingga rahang tidak berkembang secara normal b. Erupsi Terlambat Gigi dinyatakan mengalami erupsi terlambat jika gigi menembus mukosa mulut lebih lambat 1-3 tahun dari waktu rata-rata erupsi gigi. Kondisi ini dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen, tetapi lebih sering pada gigi permanen. Erupsi yang terlambat pada gigi susu
19
maupun gigi permanen dapat terjadi secara menyeluruh atau hanya mengenai satu atau beberapa gigi saja. Terlambatnya waktu erupsi gigi susu maupun gigi permanen dipengaruhi faktor sistemik atau faktor lokaI. Erupsi terlambat yang yang terjadi pada seluruh gigi pada umumnya disebabkan oleh gangguan sistemik sedangkan, erupsi terlambat pada satu atau beberapa gigi saja lebih berhubungan dengan gangguan faktor lokal seperti akar gigi yang bengkak, ankilosis gigi, tanggalnya gigi sulung secara prematur dan trauma pada gigi sulung. Erupsi terlambat yang terjadi pada satu atau beberapa gigi lebih sering terjadi pada gigi permanen. Faktor umum atau faktor sistemik yang menyebabkan terlambatnya pemunculan gigi pada gigi susu maupun gigi permanen pada umumnya sama. Faktor-faktor sistemik yang memperlambat proses erupsi gigi adalah : 1. Gangguan endokrin , Hormon yang mempengaruhi proses erupsi gigi adalah hormon tiroid, hormon pituitary growth hormon. Hormon tiroid, hormon paratiroid dan dan pituitay growth hormon adalah honnon pertumbuhan. Apabila jumlah ketiga hormone ini lebih sedikit dari jumlah yang normaldapat menyebabkan gangguan pertumbuhan jaringan gigi dan jaringan di sekitar gigi sehingga proses erupsi gigi juga mengalami gangguan. 2. Fibrosis kistik Pada kondisi patologis seperti fibrosis kistik, pemunculan gigi yang lebih lambat dari ratarata waktu erupsi disebabkan karena gangguan pembentukan benih gigi yang lebih lambat yang terjadi pada kondisi fibrosis kistik ini. 3. Hipovitaminosis D Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan sangat mempengaruhi proses erupsi gigi. Vitamin D adalah nutrisi yang sangat berpengaruh pada proses erupsi gigi. Kurangnya jumlah vitamin D dari jumlah normal yang dibutuhkan oleh tubuh dapat menyebabkan hipoplasia email dan gangguan pertumbuhan tulang sehingga gigi bererupsi lebih lambat. 4. Faktor keturunan Pengaruh faktor keturunan pada proses erupsi gigi terlihat pada gigi suku bantoe yang bererupsi lebih cepat daripada penduduk asli Australia. Faktor-faktor lokal yang memperlambat proses erupsi gigi adalah : 1 . Akar gigi yang bengkok Akar gigi yang bengkok sering timbul bersama-sama dengan keterlambatan pemunculan gigi namun masih perlu dipertanyakan apakah terjadinya pembengkokon akar bukan karena tertundanya pemunculan gigi. 2. Ankilosis gigi Ankilosis gigi adalah suatu keadaan dimana sementum dari gigi bersatu dengan tulang di sekitar gigi tersebut. Keadaan tulang yang bersatu dengan gigi menyebabkan gigi tidak dapat bergerak walaupun ada tekanan erupsi. 3. Kehilangan prematur gigi susu Hilangnya gigi sulung sebelum setengah dari akar gigi permanen terbentuk dapat menyebabkan terlambatnya pemunculan gigi pengganti. Terlambatnya pemunculan gigi permanen pada kondisi gigi sulung yang tanggal prematur ini ada hubungaannya dengan jaringan gingiva yang sudah tertutup kembali akibat gigi tang-al terlalu dini sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus gingiva yang sudah tertutup tersebut. 4. Trauma pada gigi susu
20
Trauma pada gigi susu dapat menyebabkan kerusakan pada kantung gigi permanen. Rusaknya kantung gigi permanen ini mengakibatkan gangguan selama proses erupsi gigi sehingga gigi bererupsi lebih lambat. Selain faktor umum dan faktor lokal, terlambatnya pemunculan gigi juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetis bahkan pada kasus yang dilaporkan, keterlambatan erupsi gigi dapat terjadi akibat faktor genetis. Meskipun data ini secara jelas mengindikasikan bahwa genetis adalah fak-tor etiologi dasar dalam kasus erupsi gigi yang terlambat tetapi penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa kondisi patologis juga sangat berpengaruh terhadap pemunculan yang lebih lambat dari gigi. c. Kegagalan Erupsi Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi Kegagalan erupsi dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi permanen. Pada umumnya faktor-faktor yang menyebabkan gigi gagal bererupsi hampir sama dengan faktor-faktor yang menyebabkan erupsi gigi yang terlambat. Faktor-faktor yang menyebabkan gigi gagal bererupsi dapat berasal dari jaringan sekitar gigi atau berasal dari gigi itu sendiri.
Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari gigi yaitu:
1. Kelainan dalam perkembangan benih gigi Benih gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan sempurna sehingga gigi gagal dalam bererupsi. 2. Kegagalan dalam pergerakan praerupsi dan prafungsional Pada kondisi ini, pembentukan gigi berlangsung dengan sempurna tetapi gigi yang sudah terbentuk tidak mengalami pergerakan selama tahap praerupsi dan pra fungsional sehingga gigi tetap pada tempatnya di dalam tulang alveolar. 3. Letak benih yang abnormal Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke arah lingual / bukal, dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami kesulitan dalam pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi. Faktor-faktor kegagalan erupsi yang berasal dari sekitar gigi yaitu :
1 . Tulang yang tebal dan padat Gagalnya gigi bererupsi pada kondisi ini disebabkan konsistensi tulang yang sangat keras dan padat sehingga tekanan erupsi normal tidak mencukupi untuk menembus tulang yang tebal dan padat tersebut. 2. Tempat untuk gigi tersebut kurang. Kurangnya tempat untuk gigi yang disebabkan oleh berbagai hal seperti ukuran gigi yang terlalu besar, tulang rahang yang tidak berkembang juga dapat menyebabkan gigi tidak muncul di rongga mulut. 3. Posisi gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut. Posisi gigi tetangga yang menghalangi jalannya erupsi dapat menyebabkan gigi tidak muncul ke permukaan.
4. Adanya gigi susu yang persistensi 21
Gigi susu yang tidak tanggal pada waktunya (persistensi) dapat menyebabkan kegagalan erupsi pada gigi permanen. Kegagalan erupsi gigi permanen pada kondisi gigi persistensi ini disebabkan oleh tidak tersedianya ruangan untuk gigi permanen yang akan erupsi menggantikan gigi susu yang persistensi tersebut. Gigi permanen yang mempunyai kemungkinan terbesar mengatami kegagalan erupsi secara berturut-turut adalah gigi molar ketiga, gigi kaninus dan gigi premolar. Terjadinya kegagalan erupsi pada gigi-gigi ini berhubungan dengan kekurangan ruang yang sudah terpakai oleh gigi yang telah erupsi lebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian Schuurs (1989) di Inggris, gigi impaksi lebih sering terjadi pada maksila dari pada mandibula dimana gejala ini juga lebih sering terjadi di sebelah kiri daripada kanan dan dijumpai lebih banyak pada wanita daripada pria. Kegagalan erupsi yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan gangguan atau keerusakan pada gigi dan jaringan di sekitar gigi. Adapun kelainan yang mungkin muncul akibat dari kegagalan erupsi gigi ini diantaranya adalah terbentuknya kista folikular, perikoronitis, odontoma, diastema antara gigi-gigi yang bersebelahan yang timbul akibat kecendrungan untuk muncul dari gigi yang mengalami impaksi, maloklusi dan rasa sakit.
22