37
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GRUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMPN 2 MURUNG PUDAK PADA KONSEP EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEM
LATAR BELAKANG
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran pada Tingkat SMP/MTs yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Hal tersebut dimaksudkan agar penguasaan siswa tidak hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta konsep, atau prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan (Arrahim, 2010:1).
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkanya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaranya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembanagkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekiatar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006:149).
Berdasarkan SK : 4. menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem dan KD : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan diharapkan proses dan hasil belajar siswa tentang konsep ekosistem akan meningkat.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk itu perlu adanya inovasi berbagai strategi agar proses pembelajaran efektif dan menyenangkan sehingga tujuan utama mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru dapat memilih dan menggunakan beberapa metode dalam mengajar seperti halnya menggunakan sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan sekolah serta menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif sehingga proses pembelajaran dalam kelas menjadi interaktif antara siswa dan guru.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal dengan guru IPA di SMP Negeri 2 Murung Pudak pada tanggal 16 April 2015, diperoleh informasi bahwa guru merasakan proses belajar mengajar yang berlangsung dengan metode ceramah dan latihan belum dapat maksimal untuk memotivasi peserta didk dalam mengikuti pelajaran IPA dan masih banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah dengan angka 65, hal ini terbukti dari hasil pelaksanaan post test banyak siswa yang mendapatkan nilai 50-55. Hal ini disebakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi siswa selama proses pembelajaran berlangsung seperti siswa terlihat tidak memiliki minat dalam mengikuti pelajaran, dan siswa terlihat cenderung asik berbicara dan bercanda dengan teman di sekitarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mencoba mencari solusi guna memperbaiki sumber masalahnya, baik yang berasal dari siswa maupun metode pembelajaran yang diterapkan. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti berkeinginan untuk menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation.
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai sampai tahap akhir (Mudrika, 2007:15).
Berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, Nurkhayati (2013) dalam penelitiannya mengatakan proses dan hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 3 Jaro mengalami peningkatan dari siklus I, nilai rata-rata post test 73.91, pada siklus II nilai rata-rata post test 86. ini berarti pada siklus II nilai nilai rata-rata ketuntasan klasikal siswa menjadi meningkat dan sudah mencapai batas ketunatasan klasikal yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penelitian Ferawati (2012), dalam penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation, hasil belajar siswa aspek kognitif yang diiringi dengan aspek afektif dan aspek psikomotor. Nilai rata-rata hasil belajar aspek kognitif pada prasiklus sebesar 60,18 pada siklus 1 sebesar 72,97, dan pada siklus II sebesar 86. Persentase ketuntasan secara klasikal pada prasiklus sebesar 36,36%, pada siklus I sebesar 75,76%, dan pada siklus II sebesar 100%.
Berdasarkan latar belakang di atas, sejalan dengan upaya memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas maka dilakukan penelitian tindakan kelas tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Grup Investigation Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak Pada Konsep Ekosistem Dan Keanekaragaman Makhluk Hidup Dalam Pelestarian Ekosistem.
RUMUSAN MASALAH DAN BATASAN MASALAH
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
Bagaimana meningkatkan proses belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak pada konsep Ekosistem dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation?
Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak dalam mempelajari model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation?
Bagaimana meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation?
Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation?
Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation?
Batasan Masalah
Penelitian ini akan difokuskan pada permasalahan sebagai berikut.
Proses belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak pada konsep Ekosistem dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation.
Hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation didapatkan dari nilai pretest, postest, dan LKPD dengan membandingkan dari siklus I dan siklus II.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.
Aktivitas guru didapat dari pengamatan/observasi proses mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Respon siswa yang diukur menggunakan angket yang diberikan diakhir pembelajaran.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk:
Meningkatkan proses belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak pada konsep Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak pada konsep Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak pada konsep Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Mengetahui respon siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi perorangan ataupun institusi dibawah ini:
Bagi sekolah, sebagai salah satu upaya dalam pengembangan pembelajaran biologi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
Bagi guru, dengan secara bertahap guru mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki pengajaran.
Bagi siswa, sebagai salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.
Bagi peneliti, sebagai salah satu pengalaman yang berharga dalam pengembangan keilmuannya untuk selanjutnya digunakan dalam pembelajaran apabila terjun langsung kedunia pendidikan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:28) Belajar adalah Proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
Menurut Daryanto dan Tasrial (2012:54) Belajar dapat dipandang sebagai hasil, dimana guru terutama melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Yang diperhatikan adalah menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Dari situlah timbulnya klasifikasi hasil yang perlu dimiliki seorang murid, seperti hasil dalam bentuk keterampilan, dalam bentuk konsep-konsep, dan dalam bentuk sikap.
Menurut Takari (2008:101) Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan dalam kehidupan.
Menurut Sardiman (2011:26) Tujuan belajar adalah:
Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilanyang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/keterampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit karena, tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta aktivitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu maslah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal " pengulangan", tetapi mencari jawaban yang cepat dan tepat.
Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap mental dan prilaku anak didik , tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar "pengajar", tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik /siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikan sesuatu yang sudah di pelajarinya.
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar (Dimyati dan mudjiono,2006 : 3 ).
Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula (Hamalik , 2006:162 ).
Sebagaimana dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu: learning to know, learning to be, learning ti life together, dan learning to do. Blom (1956) menyebutnya dengan tiga ranah hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif. Blom menyebutkan enam tingkatan, yaitu: 1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Pengertian; 4) Aplikasi; 5) Analisis; 6) Sintesis; dan 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar di tandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. (Kurikulum dan Pembelajaran, 2012:140).
Masalah-Masalah Belajar
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara internal. Faktor internal yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut.
Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemustaan perhatian tersebut tertuju pada sisi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:239) kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun.
Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara belajar sesuatu, seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumus matematika.
Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan.
Menggali hasil belajar
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan.
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
Rasa percaya diri siswa
Proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian "perwujudan diri" yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Intelegensi dan keberhasilan belajar
Menurut Wechler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:245) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efesien.
Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan bergaya minta "belas kasihan" tanpa belajar.
Cita-cita siswa
Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikian dna pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
Motivasi
Dimyati dan Mudjiono (2009:80-81) mengatakan bahwa ada 3 komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku belajar.
Maslow (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:81) membagi kebutuhan
menjadi lima tingkat, yaitu: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan perasaan aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan diri, dan (5) kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Hall (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:82) mengungkapkan dari segi dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme. Di samping itu juga merupakan sistem yang memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dna dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis organisme. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:83) dari segi tujuan, maka tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Secara psikologis, tujuan merupakan titik akhir "sementara" pencapaian kebutuhan. Jika tujuan tercapai, maka kebutuhan terpenuhi untuk "sementara".
Lama kekuatan mental dalam diri individu adalah sepanjang tugas perkembangan manusia. Menurut Havighurst (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:83) tugas-tugas perkembangan tersebut meliputi masa bayi, anak sekolah, masa muda, masa dewasa muda, usia tengah baya, dan masa dewasa lanjut.
Motivasi belajar sangat penting bagi siswa, yaitu sebagai berikut.
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
Mengarahkan kegiatan belajar.
Membesarkan semangat belajar.
Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhadil.
Jenis motivasi terdiri dari motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar yang umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia, sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari (Dimyati dan Mudjiono, 2009:87-88). Motivasi seseorang dpaat bersumber dari dalam diri sendiri yang dikenal sebagai motivasi internal, dan dari luar seseorang atau yang dikenal sebagai motivasi eksternal.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa anatara lain: (1) cita-cita atau aspirasi siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kondisi siswa, (4) kondisi lingkungan siswa, (5) unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan (5) upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Upaya meningkatkan motivasi belajar antara lain sebagai berikut: (1) Optimalisai penerapan prinsip belajar, (2) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran, (3) Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, dan (4) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan (guru) dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran. (Amin. Moh, 2011:133).
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memerbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. (Wijaya. eds, 2010:9).
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara langsung, di tempat itu dan pada saat itu juga. Selain itu juga mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara bersiklus dan kolaboratif antara dosen dengan guru atau dosen dengan dosen lain dan dosen dengan mahasiswa. Setelah penetapan masalah penelitian langkah-langkah pokok yang ditempuh pada setiap siklus adalah:
Fase perencanaan (planning)
Pada siklus pertama, perencanaan tindakan (planning) dikembangkan berdasarkan hasil observasi awal. Dari masalah yang ada dan cara pemecahannya yang telah ditetapkan, dibuat perencanaan kegiatan.
Fase pelaksanan tindakan
Skenario tindakan dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan. Pada saat pelaksaan tindakan, kegiatan observasi dan interpretasi dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi, interpretasi, dan refleksi dilakukan dalam suatu proses pembelajaran yang utuh.
Fase observasi
Dalam fase observasi, dilakukan beberapa kegiatan seperti pengumpulan data-data yang diperlukan. Untuk mendapat data ini, diperlukan instrumen dan prosedur pengumpulan data (dibahas oleh pemakalah lain). Dalam fase ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dan pada akhir tindakan. Data yang diambil selama pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa. Pada akhir tindakan dilakukan tes maupun wawancara.
Fase Refleksi menurut Zuber-Skerrit
Fase ini terdiri atas refleksi kritis dan refleksi refleksi diri. Reflesksi kritis adalah pemahaman secara mendalam atas temuan siklus tersebut, dan refleksi diri adalah mengkaji kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama siklus berlangsung. Dengan demikian, fase ini berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis, pembahasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut. Hasil identifikasi tindak lanjut selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun fase perencanaan (planning) siklus berikutnya. (Muhadi, 2011: 69-70).
Karakteristik penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1) Masalah berasal dari guru, (2) Tujuannya memperbaiki pembelajaran, (3) Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, (4) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (5) Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan sebagai berikut.
Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Membantu guru dan tenaga kependidikan untuk mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas.
Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
Penelitian tindakan kelas memiliki manfaat sebagai berikut: (1) membantu guru memperbaiki kualitas pembelajarannya, (2) meningkatkan profesionalitas guru, (3) meningkatkan rasa percaya diri guru, dan (4) memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan (Asrori, 2007:7).
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2006:242), Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Menurut Isjoni (2001:14), Pada kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan atau diajarkan.
Menurut Sthal dalam Taniredja (2011:59) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Belajar bersama dengan teman.
Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman.
Saling mendengarkan pendapat diantara kelompok.
Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.
Belajar dalam kelompok kecil.
Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.
Keputtusan tergantung pada siswa sendiri.
Siswa aktif.
Sintaksis atau langkah pembelajarn Kooperatif yaitu:
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase
Prilaku guru
Fase 1:
Mengklarifikasikan tujuan dan establising set.
Fase 2:
Mempresentasikan informasi.
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa dalam tim- tim belajar
Fase 4:
Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5:
Mengujikan berbagai materi
Fase 6:
Memberikan pengakuan
Guru menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran dan estblising set.
Guru mempresntasikan informasi kepada siswa secara verbal atau dengan teks.
Guru menjelaskan kepada siswa tata cara membentuk tim-tim belajar dan membantu kelompok untuk melakukan transisi yang efesien.
Guru membantu tim-tim belajar selama mereka mengerjakan tugasnya.
Guru menguji pengetahuan siswa tentang berbagai materi belajar atau kelmpok-kelompok mempresntasikan hasil-hasil kerjanya.
Guru mencari cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Sumber: Arends (2008:21)
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut depdiknas tujan pertama pembelajaran kooperatif , yaitu meningkatakan hasil akademik, yang kedua memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, dan tujuan yang ketiga yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa (Rusman, 2010:210)
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Menurut Taniredja,dkk (2011:74), Strategi belajar kooperatif GI (Group Investigation) dikembangkan oleh sholmo sharan dan Yeal Sharan, Koopeartif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih sub topik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memaparkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.
Model Group Investigation memiliki enam langkah pembelajaran:
Tabel 2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe GI
No
Langkah-Langkah Model Group Investigation
1
Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan)
2
Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajari, siapa melakukan, apa tujuannya
3
Investigation ( saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, membuat kesimpulan)
4
Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan persentasi laporan, penentuan penyaji, moderator dan notulis)
5
Presenting ( salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaaan atau tanggapan
6
Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difukuskan
Sumber: (Rahyubi, 2012:257)
Menurut Setiawan (2006:9) beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
Secara Pribadi
- Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas.
- Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.
- Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.
- Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah.
Secara Sosial / Kelompok
Meningkatkan belajar bekerja sama.
Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru.
Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis.
Belajar menghargai pendapat orang lain.
Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
Menurut Arends (2008:14) Pendekatan Group Investigation melibatkan siswa dalam merencanakan topik-topik yang akan di pelajari dan bagaimana cara menjalankan investigasinya.
Langkah-langkah pembelajaran pada model Group Investigation sebagai berikut:
Tabel 3. Langkah-Langkah model pembelajaran Group Investigation
1
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen
2
Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan
3
Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4
Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya
5
Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya
6
Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7
Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
8
Evaluasi
Sumber: Supandi (2005: 6)
Tinjauan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator
Standar Kompetensi (SK)
7. Memahamai saling ketergantungan dalam ekosistem.
b. Kompetensi Dasar (KD)
Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.
Mengidentifikasikan pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem.
c. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ekosistem.
2. Mendeskripsikan komponen-komponen biotik.
3. Mendeskripsikan komponen-komponen abiotik.
4. Menguraikan satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem.
5. Mendiskusikan hubungan komponen biotik dan abiotik.
6. Mengemukakan hubungan antara komponen biotik dan biotik.
7. Mengemukakan rantai-rantai makanan.
8. Mengemukakan jaring-jaring makana.
9. Menjelaskan Keanekaragaman tumbuhan.
10. Menjelaskan Keanekaragaman hewan.
11. Mendeskripsikan upaya pelestarian tumbuhan.
12. Mendeskripsikan upaya pelestarian hewan
Hasil penilitian yang relavan
Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai penggunaan model pembelajaran koopeatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut:
Nurkhayati (2013) dalam penelitiannya mengatakan proses dan hasil belajar siswa kelas VIIA SMPN 3 Jaro mengalami peningkatan dari siklus I, nilai rata-rata post test 73.91, pada siklus II nilai rata-rata post test 86. ini berarti pada siklus II nilai nilai rata-rata ketuntasan klasikal siswa menjadi meningkat dan sudah mencapai batas ketunatasan klasikal yang telah ditetapkan. Respon siswa terhadap pembelajaran yang disajikan guru dengan model Group Investigation merespon positif, dengan kategori siswa merasa senang dengan model pembelajaran koopeartif tipe Group Investigation . nilai rata-rata pada kategori sangat menyukai 34.79, nilai rata-rata menyukai 47.75, nilai rata-rata kurang menyukai 16.47, dan nilai rata-rata tidak menyukai 1.29. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa SMPN 3 Jaro menyukai pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Berdasarkan penelitian Ferawati (2012), hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran Kooperatif Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari pada siswa SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar tahun 2012. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa aspek kognitif yang diiringi dengan aspek afektif dan aspek psikomotor. Nilai rata-rata hasil belajar aspek kognitif pada prasiklus sebesar 60,18, pada siklus I sebesar 72,97, dan pada siklus II sebesar 86. Persentase ketuntasan secara klasikal pada prasiklus sebesar 36,36%, pada siklus I sebesar 75,76%, dan pada siklus II sebesar 100%.
Berdasarkan penelitian Sarika Wahyu (2012), dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs Al Hidayah Bihara Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan Pada Konsep Saling Ketergantungan dalam Ekosistem Menggunakan Pembelajaraan Kooperatif Tipe Group Investigation, menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas VII MTs Bihara Kecamatan Awayan pada siklus 1 pertemuan ke 1 rata-rata hasil post tes 51,2 (42,3%), pertemuan ke 2 rata-rata hasil post tes 55,4 (61,5%), pertemuan ke 2 rata-rata hasil post test 63,1 (61,5%). Hasil belajar siswa pada siklus 2 terjadi peningkatan dibandingkan pada siklus 1. Rata-rata hasil post test pertemuan ke 1 menjadi 62,9 (76,9%), pertemuan ke 2 meningkat menjadi 77,1 (100%). Hasil tugas LKPD siklus 1 pertemuan ke 1 oleh 5 kelompok rata-rata 67. Pertemuan ke 2 rata-rata mencapai 68. Respon siswa memberikan tanggapan positif (menjawab ya 81,2%), terhadap model pembelajaran kooperatif tipe group minvestigation.
Berdasarkan Penelitian Nur Hidayah (2012), dalam penelitian yang berjudul Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIA MTsN Haruai Pada Konsep Ekosistem menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pendekatan lingkungan, Hasil penelitian menunjukan bahwa, Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 1 pertemuan ke 1 dengan ketuntasan klasikal 74,07%, nilai rata-rata 68,9% dan pertemuan ke 2 dengan ketuntasan klasikal 77,78%, nilai rata-rata 72,6. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat pada siklus 11 pertemuan pertama dengan ketuntasan klasikal 92,59%, nilai rata-rata siswa 72,6%, dan pertemuan kedua ketuntasan klasikal 96,30% dengan nilai rata-rata siswa 80. Dan respon siswa terhadap pembelajarn ekosistem menggunakan model kooperatif tipe group investigation dengan pendekatan lingkungan merespon positif.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suyadi (2012:19) Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa tahapan pada setiap siklus, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Dimana pada siklus 1 dengan materi Ekosistem dan Pada siklus 2 dengan materi Keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Diharapkan dalam 2 siklus pembelajaran, siswa mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yang dimulai pada tanggal 8 juni 2015 sampai dengan 8 juli 2015. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Murung Pudak yang beralamat di Jl. Jend. A. Yani Desa Maburai Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong 71571
Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIA SMPN 2 Murung Pudak Tahun Ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa 24 yang terdiri dari 13 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 11 siswa berjenis kelamin perempuan.
Prosedur penelitian
Persiapan penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini mengikuti langkah-langkah dasar penelitian tindakan umum dilakukan. Penelitian tindakan kelas ini terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelItian yang berupa laporan. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap problema secara sistematis. Hasil kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut.
Penilitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdapat beberapa siklus. Siklus ini berlanjut sampai dua putaran dengan materi ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem pada siklus I dan II. Siklus I terdiri atas 2 kali pertemuan dan siklus II juga 2 kali pertemuan. Melalui dua putaran siklus ini diharapkan dicapai ketuntasan 65% dari materi yang diajarkan. Penelitian ini melalui empat tahap PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Pelaksanaan siklus I
Siklus I Pertemuan I
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalm tahap perencanaan ini adalah:
Membuat rencana pembelajaran pada pokok bahasan ekosistem dan aliran energi.
Berkoordinasi dengan guru Biologi Ibu Fikriah.
Membuat alat bantu mengajar.
Menyusun LKPD untuk kegiatan siswa.
Menyiapkan media, alat bantu dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran.
Membuat instrument penelitian (lembar observasi, aktivitas siswa, lembar observasi guru, lembar respon siswa dan lembar soal tes).
Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 1 yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Tahap pelaksanaan tindakan secara spesifik adalah sebagai berikut :
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen.
Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk membagi satu LKS yang berbeda dari kelompok lain.
Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
Kelompok I dan II : komponen-komponen dalam ekosistem.
Kelompok III dan IV: satuan-satuan dalam ekosistem.
Ketua kelompok yang sudah menerima LKS kembali ke kelompok masing-masing, masing-masing kelompok mendiskusikan LKS yang sudah mereka terima.
Setelah selesai, secara bergantian masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya mempresentasikan hasil diskusinya.
Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya, baik itu berupa pertanyaan maupun berupa sanggahan.
Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
Evaluasi
Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama penelitian berlangsung dengan tujuan utama untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation. Pengamatan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas guru-lembar aktivitas siswa.
Repliksi
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan dianalisis sehingga dapat direfleksikan dengan melihat hasil dari data pengamatan yang sudah berlangsung. Refleksi ini akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Siklus I Pertemuan II
Pada pertemuan II pelaksanaan pembelajarannya sama, sedang materi yang dibahas oleh masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:
Kelompok I: hubungan antara komponen biotik dan abiotik.
Kelompok II: hubungan antara komponen biotik dan biotik.
Kelompok III: rantai-rantai makanan.
Kelompok IV: jaring-jaring makanan.
Pelaksanaan siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I. Langkah-langkah yang ditempuh kurang lebih sama dengan siklus I. Inti dari pelaksanaan siklus II adalah memperbaiki pelaksanaan siklus I. Materi yang di bahas pada siklus II pertemuan I adalah:
Kelompok I dan II : Keanekaragaman tumbuhan.
Kelompok III dan IV : Keanekaragaman hewan.
Sedang pada Siklus II pertemuan II materi yang dibahas oleh masing-masing kelompok adalah sebagai berikut:
Kelompok I dan II : Upaya pelestarian tumbuhan.
Kelompok II dan IV : Upaya pelestarian hewan.
Teknik pengumpulan data
Data kualitatif berupa data dari hasil proses belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tiep Group Investigation .
Teknik pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa yang didapat dari pre test post test, aktivitas siswa, aktivitas guru dan angket siswa.
Teknik analisis data
Sesuai dengan jenis data yang diperoleh, maka analisis data pada penelitian ini meliputi:
Analisis Kualitatif
Teknik ini digunakan untuk menganalisis data yang berasal dari hasil proses belajar siswa mengunakan model kooperatif tipe Group Investigation . Data yang diperoleh dari data observasi proses belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis secara deskriptif.
Analisis Kuantitatif ( nilai hasil belajar siswa)
Teknik analisis ini digunakan untuk menaganalisis data hasil belajar siswa, aktivitas siswa,aktivitas guru,dan angket respon siswa. Hasil belajar siswa yang berupa data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik presentasi ketuntasan hasil belajar secara individual dan klasikal untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menghitung hasil belajar individual dan klasikal digunakan rumus berikut:
Ketuntasan Individu
Ketuntasan Klasikal = Jumlah siswa yang tuntasJumlah siswa seluruhnyax100%
Sumber: Lilis Setiawati, (2000:97)
Keterangan:
Ketuntasan Individu: Jika siswa mencapai ketuntasan 65
Ketuntasan Klasikal: Jika 75% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
65
Tabel 4. Kriteria Penilaian Aktivitas Guru dan Siswa Selama Pembelajaran
Skor
Kategori
1
2
3
4
Tidak dilakukan sama sekali (tidakbaik)
Dilakukan sebagian kecil (kurang baik)
Dalakukan sebagian sesuai prosedur (Cukup baik)
Dilakukan sesuai prosedur (baik)
(Sumber: Aminuddin, 2011: 9)
Hasil penelitaian aktivitas guru dan aktivitas siswa dianalisis dengan teknik rentang nilai kemudian dikategorikan dalam klasifikasi kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat baik dengan ketentuan kategori seperti pada tabel berikut:
Tabel 5. Penilaian Aktifitas Siswa serta Kategorinya
Nilai
Kategori
Angka
Huruf
3,1 – 4
2,1 – 3
1,1 – 2
1
0
A
B
C
D
E
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
(Sumber: Syah, 2001: 153)
Tabel 6. Skor Penilaian Guru serta kategorinya
Skor%
Kualifikasi
40-54
Tidak Baik
55-69
Kurang Baik
70-84
Cukup Baik
85-100
Baik
Sumber : Safari (2004:72)
Tabel 7 Kriteria Penialain Respon Siswa
Persentase
Kriteria
75%-100%
Sangat tinggi
50%-74,99%
Tinggi
25%-49.99%
Sedang
0%-24,99%
rendah
(Sumber: Yonny, acep 2010:176)
INDIKATOR
Penelitian ini dikatakan berhasil dengan ketentuan sebagai berikut :
Siswa dikatakan tuntas secara individu apabila mencapai nilai 65. Hal ini sesuai dengan KKM dari SMPN 2 Murung Pudak.
Ketuntasan klasikal dikatakan tuntas jika ketuntasan siswa secara individu mencapai 75 % dari jumlah siswa seluruhnya.
Indikator aktivitas siswa diambil dari hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Guru dikatakan berhasil dalam melaksanakan KBM apabila mendapat kategori baik pada lembar observasi aktivitas guru
Indikator respon siswa, adanya respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
daftar pustaka
Nurkhayati. 2013. Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMPN 3 Jaro Pada Konsep Ekosistem dan Keanekaragaman Makhluk Hidup Dalam Pelestarian Ekosistem Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Group Investigation. Skripsi, STKIP-PGRI Banjaramasin Jurusan Pendidikan Biologi.
Ferawati. 2012. Penerapan Pembelajaran group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil belajar IPA Struktur Bumi dan Matahari Pada Siswa Kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun 2012. Dipublikasi melalui http://tiyapoenya.blogspot.com/2012/08/jurnal-group investigation.html diakses tgl 12 Juni 2015
Prayoga, Zumisa N. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Materi Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains. Skripsi, UNNES Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi
Hidayah Nur. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA MTsN Haruai Pada Konsep Ekosistem Menggunakan Model Kooperatif Tipe Group Investigation Dengan Pendekatan Lingkungan. Skripsi, STKIP-PGRI Banjaramasin Jurusan Pendidikan Biologi.
Wahyu, Sarika. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTsN AL- Hidayah Bihara Pada Konsep Saling Ketergantungan Dalam Ekosistem Menggunakan Model Kooperatif Tipe Group Investigation. Skripsi, STKIP-PGRI Banjarmasin Jurusan Pendidikan Biologi.
Husaeni, Rozaqiyah. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Kelas Xi Ipa Man 1 Tanah Bumbu Ta 2011/2012. Skripsi, STKIP-PGRI Banjarmasin Jurusan Pendidikan Biologi.
Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif Group. Di publikasi melalui http://alaskawruh.blogspot.com/2012/08/model-pembelajaran-kooperatif-group.html di akses tanggal 12 Juni 2015
Karwapi. 2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas VI SDN NO. 104 Abbanuange Tentang Ekosistem. Dipublikasi http://karwapi.wordpress.com/2012/09/13/proposal-ptk-9-penerapan-pembelajaran-kooperatif-model-group-investigation-untuk-meningkatkan-pemahaman-siswa-kelas-vi-sdn-no-104-abbanuange-tentang-ekosistem/TGL 12 Juni 2015