PROPOSAL PENELITIAN PEMBUATAN WATERPROOFING WATERPROOFING DARI LILIN LEBAH
Disusun oleh : Muhammad Badrul Asyrof Gilang Cahyadi
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2017
A. JUDUL PENELITIAN
Pembuatan waterproofing dari lilin lebah.
B. LATAR BELAKANG 1. Permasalahan
Manusia hidup dengan teknologi dan teknologi mengubah gaya hidup manusia . Teknologi kini menjadi tulang punggung manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari membantu pekerjaan, bidang kesehatan, pendidikan, hingga untuk pengelolaan makanan dan minuman. Hari berganti hari, teknologi terus berkembang agar makin sempurna. Bahkan dalam perkembangannya, ukuran suatu benda menjadi lebih kecil, namun memiliki kapasitas besar dan memiliki manfaat jauh lebih besar. Perkembangan ini menyentuh ke hampir setiap aspek yang berhubungan dengan manusia. Terkait ukuran yang kecil, saat ini nano teknologi merupakan salah satu teknologi tercanggih yang dibuat oleh manusia. Nano teknologi pertama kali ditemukan oleh ilmuwan fisika Richard Feynman pada 1959. Namun pada tahun itu, Feynman baru memaparkan konsep saja, karena belum ada alat yang mampu melihat benda yang sangat kecil karena struktur nano belum bisa dilihat secara langsung. Nanoteknologi juga telah diterapkan untuk bahan waterproofing. Pada kenyataannya, bahan seperti tekstil, kulit, kayu, batu, bahkan beton memiliki rongga atau pori-pori untuk dapat menyerap air. Khusus pada solusi waterproofing pada bidang konstruksi bangunan, air yang merembes pada bangunan dapat menyebabkan kebocoran bangunan. Dengan adanya Nano Coating yang dikembangkan untuk waterproofing, pada teknisnya, partikel-partikel berukuran sangat kecil dari Nano Coating tersebut masuk kedalam pori-pori dan rongga dari media tertentu, mengisi rongga tersebut sehingga tidak dapat dimasuki air. Selain itu, Nano Coating juga melapisi media tersebut dan pada akhirnya media tersebut dapat menolak air. Ketika air menetes pada media tersebut, air tersebut akan menjadi bulir dan tidak meresap kedalam media tersebut, mirip seperti kinerja daun talas ketika terkena air. Pada daun talas, air yang jatuh ke permukaan daun talas tidak dapat menempel dan melekat pada daun talas tersebut. Penggunaan teknologi waterproofing di Indonesia khususnya sebagai bahan pelapis material seperti katun, kulit, kayu sangat lah minin, Dengan perkembangan 2
jaman teknologi ini akan sangat berkembang dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena sifatnya yang praktis. Pada pembuatan cairan waterproofing ini menggunaan bahan utama lilin yang itu sangat banyak terdapat di Indonesia. Dan juga bahan tambahan lain yang dapat diperoleh dengan sangat mudah. Banyak produk waterproofing spray yang dijual di Indonesia. Tetapi, produk tersebut di dapatkan dari luar negeri. Dengan penelitian ini diharapkan banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan menjai produk waterproofing. 2. Keaslian penelitian
Sejauh penelurusan pustaka yang telah dilakukan, penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. 3. Faedah yang diharapkan
Hasil penelitian ini berpotensi menghasilkan produk waterproofing. Bahkan dari penelitian ini dapat dimaanfaatkan sebagai dasar bagi penelitian-penelitian yang terkait untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga teknologi ini dapat diaplikasikan dalam skala yang lebih besar atau pabrik.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah reaksi antara asam sitrat dari kulit jeruk dengan gliserol dapat menghasilkan senyawa perekat dengan memvariasikan suhu reaksi dan jumlah katalis yang digunakan.
2
D. TINJAUAN PUSTAKA I.
Definisi Nanoteknologi
Nanoteknologi adalah sebuah teknologi yang memungkinkan pembuatan dan penguatan materi atau device pada ukuran yang sangat kecil. Dalam hal ukuran 1 nanometer = 0,000000001 m (1 / 1 milyar meter), yang artinya berukuran 50.000 kali lebih kecil dari ukuran rambut manusia. Dengan kata lain, Nanotechnology adalah manipulasi materi pada skala atomik dan molekular. Deskripsi awal Nanotechnology mengacu pada tujuan penggunaan teknologi untuk memanipulasi atom dan molekul untuk membuat produk berskala makro. Pada era saat ini, Nanotechnology sedang gencar untuk terus dikembangkan dan dipergunakan. Ukuran yang mungil ini dapat menghasilkan efek yang sangat besar. Beberapa terobosan penting telah muncul di bidang Nanotechnology. Pengembangan ini dapat ditemukan di berbagai produk yang digunakan di seluruh dunia. Sebagai contohnya adalah katalis pengubah pada kendaraan yang mereduksi polutan udara, device pada komputer yang membaca-dari dan menulis-ke hard disk, beberapa pelindung terik matahari dan kosmetik yang secara transparan dapat menghalangi radiasi berbahaya dari matahari, dan pelapis khusus pakaian dan perlengkapan olahraga yang dapat meningkatkan kinerja dan performa atlit. Hingga saat ini para ilmuwan yakin bahwa mereka baru menguak sedikit dari potensi Nanotechnology.Nanotechnology sekarang makin pesat perkembangannya. Di Indonesia sendiri, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) telah mengembangkan Nanotechnology sejak tahun 2000, namun belum mampu untuk mengkomersilkannya. Hingga tahun 2009, produk nasional yang menggunakan Nanotechnology jumlahnya masih terbilang kurang, yaitu hanya mencapai 30% dari keseluruhan produk. Padahal, penggunaan Nanotechnology dinilai dapat memberikan manfaat efektivitas dan efisiensi yang lebih baik dalam suatu produk. Nanotechnology sudah diterapkan diberbagai bidang, seperti : - Bidang Medis dan Pengobatan. - Produksi dan Konservasi Energi. - Tekstil. - Elektronik. - Komputer dan Teknologi Informasi. - Keamanan dan Pertahanan Dunia. - Otomotif. 2
- Home Appliance. - Konstruksi Bangunan. - Kebersihan dan Perlindungan Lingkungan. - Kosmetik. 2. Definisi Waterproofing Waterproofing adalah sebuah prosedur yang dilakukan untuk membuat sebuah objek menjadi tahan atau kedap terhadap air. Sebuah konstruksi bangunan biasanya menggunakan lapisan waterproof untuk melindungi dan menjaga ketahanan struktur bangunan tersebut. Ruangan yang umumnya diberi lapisan waterproof adalah ruangan basement, atap dan area basah lainnya. Air dapat masuk ke ruangan bawah tanah atau basement melalui engsel, dinding atau lantai. Jika tidak dilindungi dengan sempurna, bangunan Anda akan mengalami kerusakan karena air.
Jenis-Jenis Waterproofing
Ada beberapa jenis waterproofing yang beredar di pasaran, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, diantaranya:
1. Waterproofing Membran Membran merupakan tipe Waterproofing yang pertama kali dikembangkan. Produk ini dapat berfungsi Waterproof jika aplikasi produk tidak terdapat kelalaian. Perlindungan ini menggunakan membran atau lembaran yang terbuat dari karet terhadap permukaan struktur. Biasanya dipergunakan untuk struktur dak atau atap beton. Lembaran membran di susun sesuai dengan keperluan seluruh permukaan struktur yang dilindungi. Waterproofing dengan jenis membran terbuat dari bahan monomer kimia, etilena, propilena yang dicampur dengan bahan karet.
Di bawah ini beberapa keterangan mengenai produk Membran : a. Membran membutuhkan perawatan yang lebih rumit karena rentan terhadap kerusakan sewaktu aplikasi atau pun sesudah terpasang
b. Aplikasi / pemasangan membran membutuhkan waktu, sehingga mempengaruhi waktu selesainya proyek serta biaya operasional yang dikeluarkan. c. Umur membran hanya bertahan sekitar 10 sampai 15 tahun, setelah itu perlu penggantian secara berkala. Jika Membran diaplikasi di atap, podium atau 2
watertank mungkin masih bisa diganti setiap 10 atau 15 tahun, tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan jika membran digunakan di basement. d. Jika ada retak pada beton dan ada sedikit lubang atau kerusakan pada membran, perbaikan akan sangat sulit dilakukan. Jika membran di atap atau Watertank permukaan screed dapat dibongkar untuk melakukan repair, tetapi jika di basement hal ini tidak dapat dilkukan karena berada di bawah slab beton dan sumber bocor akan sangat sulit ditemukan, sehingga tidak dapat menyumbat langsung di sumber kebocoran.
2. Waterproofing Coating Waterproofing coating merupakan perlindungan rembesan dengan menggunakan bahan polimer berbentuk bahan cat untuk menutup permukaan struktur yang dilindungi. Umumnya digunakan untuk perlindungan dinding, bak, tanki dan juga dapat dipergunakan untuk perlindungan terhadap permukaan kayu. Untuk permukaan luas dan perlindungan yang lebih kuat dapat menggabungkan dengan bahan polyester pada permukaan yang dilindungi.
3. Waterproofing Flashband Self Addhisive Flashband Self Adhesive adalah perlindungan rembesan dengan menggunakan lembaran flashbandyang berbentuk lembaran direkatkan pada bagian permukaan struktur yang akan dilindungi. Lembaran ini terdiri dari beberapa lapisan yang terdiri dari lapisan lembaran karet, membran polyester, aluminium foil dan lapisan cat penutup. Biasanya digunakan untuk pelindung permukaan atap, beton, lantai, dan lainnya. 4. Waterproofing Integral Integral Waterproofing merupakan modifikasi dalam bidang waterproofer. Aplikasin ya yang langsung ditambahkan kedalam beton dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pelaksanaan proyek.
2
5. Cementitious Waterproofing Cembrasproof adalah bahan yang telah diformulasikan secara baku yang terdiri dari campuran "special cementation chemical" dan larutan "waterproofing agent". Cembrasproof mampu melindungi dari rembesan, uap air dan tekanan air yang terjadi. Cembrasproof juga mampu memperbaiki dinding dari rembesan air. Bahan Pembuat Waterproof II.
Bahan Baku
Lilin Lebah (besswax)
Lilin lebah adalah lilin atau malam yang diproduksi dari sarang lebah. Umumnya tersusun atas dari ester asam lemak dan berbagai senyawa alkohol rantai panjang. Lilin lebah memiliki berbagai aplikasi, diantaranya sebagai bahan tambahan makanan. Lilin lebah dapat dimakan, namun tidak memiliki nilai nutrisi yang berarti karena tidak dihidrolisis dengan sempurna di dalam saluran pencernaan manusia.Selain itu, lilin lebah dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, farmasi, bahan membuat model patung, semir sepatu, campuran zat pewarna untuk lukisan dan ornamen, pengisi lubang pada gigi,dan lilin. Berbagai alat musik perkusi dapat disesuaikan nada yang dihasilkannya dengan mengoleskan lilin lebah. Lilin lebah merupakan salah satu polimer yang paling tua penerapannya oleh manusia selain getah perca, tanduk, cangkang kura-kura, dan shellac. Lilin lebah telah ditemukan di makam firaun, kapal viking, dan reruntuhan romawi. Lilin lebah dihasilkan dari delapan kelenjar lilin lebah pekerja, di bagian dalam sternum dari setiap segmen tubuh ke 4 sampai 7 abdomen. Ukuran dari kelenjar ini tergantung pada usia dari lebah pekerja, dan akan menjadi tidak berfungsi (atrofi) ketika lebah sudah tua. Warna lilin lebah berwarna putih setelah dikeluarkan dari kelenjar, namun perlahan menjadi kuning, bahkan kecoklatan, karena campuran polen dan propolis lebah. Lilin lebah dihasilkan secara berlapis, dan dibutuhkan sekitar 1100 lapisan untuk menghasilkan satu gram lilin lebah. Struktur formula kasar dari lilin lebah yaitu C15H31COOC30H61. Komponen utamanya berupa palmitat, palmitoleat, dan ester dari asam oleat dengan panjang rantai antara 30 hingga 32 karbon yang terdiri dari senyawa alifatik alkohol. Rasio triacontanyl palmitate CH3(CH2)29O-CO-(CH2)14CH3 terhadap cerotic acid
2
CH3(CH2)24COOH, adalah 6:1. Nilai saponifikasi untuk lilin lebah Eropa adalah 3-5, sedangkan lilin lebah Asia 8-9.
Gambar 1. Komponen utama lilin lebah
Lilin lebah memiliki titik lebur yang rendah, antara 62-64 derajat Celcius. Jika dipanaskan hingga di atas 85 derajat Celcius, perubahan warna terjadi Lilin lebah mulai menyala pada temperatur 204.4 derajat Celcius.[14] Massa jenis lilin lebah pada temperatur 15 derajat Celcius 15 °C adalah 958 to 970 kg/m³. Tupentine
Terpen atau “turpentine” adalah bagian dari komponen resin. Zat tersebut berperan sebagai produk akhir pada organisme umumnya, jenis terpen merupakan balok bangunan biosintetik utama dan hampir dari ciptaan makhluk hidup. Contohnya Steroid yang merupakan turunan dari triterpen skulen Apabila terpen ini diubah secara kimiawi melalui oksidasi maka akan menghasilkan senyawa-senyawa umum atau sering disebut dengan terpenoid. Terpen atau terpenoid adalah konstituen utama dari minyak yang esensial dari banyak jenis dan tipe tanaman dan bunga. Minyak esensial ini dapat digunakan secara luas sebagai bahan aditif penyedap rasa yang alami pada makanan tertentu, atau sebagai pengharum ruangan bahkan aneka wangi-wangian. Pada obat tradisional terpen ini berfungsi sebagai bahan alternatif seperti aromateripi. Juga terpen sintetik yang merupakan terpen turunan dan terpenoid alami ini juga banyak digunakan sebagai parhum. Zat terpen bila dilepaskan oleh pepohonan yang lebih aktif kemudian proses tersebut dihangkatkan oleh cuaca, maka terpen tersebut sangat berfungsi sebagai pembentukan dan pembenihan awan alami, dan awan ini mencerminkan cahaya matahari yang dimungkinkan semua pohon-pohon di hutan dapat mengatur suhunya sendiri. Terpen pada minuman beralkohol sangat menentukan aroma dan citarasanya, dari terpen tersebut menciptakan mersen, beta-pinen, beta-kariofilen dan alfahumulfen.
2
Klasifikasi Terpenoid Berdasarkan klasifikasinya bahwa terpenoid atau terpen dikelompokan menjadi: 1. Monoterpenoid. Merupakan senyawa yang memiliki sifat pembauan yang spesifik yang dibangun oleh dua isoppren atau d engan jumlah atom karbon lebih kurang 10. Dan jika lebih dari 1000 jenis senyawa. Monoterpenoid terdapatpada serangga, binatang laut, vertebrata. 2. Seskuiterpenoid. Merupakan sebuah senyawa yang dibangun oleh tiga unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan mempunyai kerangka dasar naftalen. Senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang besar, senyawa ini terdapat pada feedant, antimikroba, hormone, antibiotic, dan toksin serta regulator pada tanamanan dan pemanis buatan. 3. Diterpenoid. Senyawa ini merupakan pembentukan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon yang dibangun oleh empat unit isopren senyawa, senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang luas yaitu sebagai pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, senyawa pemanis, senyawa jenis ini dapat ditemukan pada pohon pinus, alga coklat, golongan coelenterata 4. Triperpenoid, Senyawa yang dibentuk oleh 40 jenis kerangka dasar yang sudah dikenal pada proses siklisasi dari skualen. Zat ini biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati dan zat ini digunakan sebagai pencegahan patukan ular, gangguan kulit, gangguan menstruasi, kerusa kan hati dan malaria Linseed Oil ( Minyak Biji Rami) Biji rami adalah tanaman berbunga biru yang tumbuh di padang rumput di Kanada Barat, yang sangat kaya akan minyak. Minyak biji rami adalah minyak alami yang sangat direkomendasikan sumber gizi yang diperlukan oleh tubuh dan dianggap sebagai minyak yang paling kaya dengan omega 3. Minyak biji rami atau yang sering dikenal dengan flax seed oil atau linseed oil mengandung omega-6 dan omega 9, vitamin B, kalium, lesitin, magnesium, serat, protein, dan seng dan juga menyediakan sekitar 50% omega-3, lebih banyak dari kandungan omega 3 yang terdapat pada minyak ikan . 2
E. METODOLOGI PENELITIAN 1. Alat dan Bahan Alat
-Gelas beker 250 ml -Penangas Air -Kompor Listrik -Pengaduk -Termometer -Staktif Bahan Baku
a. Lilin Lebah b. Turpentine c. Linseed Oil 1. Cara Penelitian. a. Pencairan Lilin Lebah Timbang Lilin Lebah padat sebesar 150gr. Lalu letakan gelas beker diatas penangas air. Masukan lilin lebah padat dalam gelas beker. Panaskan sampai lilin lebah leleh. b. Pembuatan Waterproofing Timbang Larutan Turpentine Sebesar 75ml dan Larutan Linseed oil sebesar 75ml. Masukan Linseed oil sedikit demi sedikit kedalam lilin lebah yang di panaskan sambal diaduk. Setelah tercampur rata masukan larutan turpentine sedikit demi sediki ke dalam larutan lilin aduk hingga rata. Dinginkan larutan akan menjadi padat seperti balsam.
2. Variabel yang dipelajari Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini adalah komposisi bahan yang digunakan.
2
F. JADWAL PENELITIAN
Kegiatan
Minggu ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Persiapan bahan baku Perangkaian alat Percobaan pendahuluan Pelaksanaan penelitian di laboratorium Analisis data penelitian Penyusunan laporan penelitian Seminar
2
G. DAFTAR PUSTAKA http://waterproofing.biz.id/nano-technology https://id.wikipedia.org/wiki/Lilin_lebah Perry, R.H., and Green, P., 1904, “Perry’s Chemical Engineering’s Handbook”, 6ed., McGraw-Hill Book Company,Inc., New York. Petrie, E.M., 2006, “Handbook of Adhesives and Sealants”, 2nd edition, McGrawHill Professional, New York.
2