TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI KELAPA
DENGAN UANG PANJAR
(STUDI KASUS DESA LINGKOK DUDU LOMBOK TIMUR)
Latar Belakang
proses pemenuhan kebutuhan manusia tidak terlepas dari adanya sebuah interaksi. Maka tepatlah sebuah dogma yang mengatakan bahwa manusia adalah zoom politicon yang tidak bisa hidup seorang diri. Hampir sepanjang hidupnya manusia selalu menciptakan hubungan kepentingan antar sesama guna terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Interaksi semacam inilah yang dinamakan dengan Muamalah (Basyir, 2004: 11), dalam literatur yang lain disebutkan bahwa muamalah merupakan sebuah pergaulan hidup yang menimbulkan hak dan kewajiban, kemudian lebih jauh disebutkan hak dan kewajiban inilah yang memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi dan memunculkan hukum muamalat (Muhammad, 2003: 21).
Hukum muamalat sering disandingkan dengan fiqh. Dimana dalam Al quran dan Hadits berarti paham, seperti yang tercermin dalam suatu hadits berikut: barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya, niscaya akan diberikan kepadanya pemahaman dalam pengetahuan agama. istilah fiqh adalah hasil pemahaman dari para mujtahid terhadap pesan suci Alquran dan hadits. Rumusan yang terkandung didalamnya meupakan produk pemikiran dan hasil analisa Imam Mujtahid terhadap dalil dengan metode kerja tertentu yang pada akhirnya bermuatan hukum. Kemudian apabila kedua istilah tersebut disandingkan menjadi fiqh muamalah maka dalam pengertian sempit dapat berarti hukum atau aturan-aturan hak manusia dalam hubungannya dengan orang lain yang mana disebutkan oleh ulama kontemporer adalah hubungan kebendaan atau hukum privat. (Affandi, 2009: 5).
Dengan demikian memperlihatkan bahwa ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan sampai kapanpun akan selalu relevan dengan perubahan dan perkembangan zaman, termasuk persoalan muamalah tersebut. Salah satu muamalah yang disyariatkan oleh Allah adalah jual beli, perkara jual beli sudah sangat jelas diatur, maka seharusnya tidak ada lagi keragu-raguan padanya serta perbuatan aniaya dalam kegiatan tersebut, karena melakukan muamalah secara benar adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan.
Selain itu harus diperhatikan secara cermat dalam melakukan muamalah yang dalam jual beli adalah hak-hak orang lain, agar senantiasa terhindar dari perbuatan zalim. Dalam melakukan muamalah, hal yang utama adalah tolong menolong. Jual beli adalah kegiatan muamalah yang paling sering dilakukan sehari-hari dmana banyak sekali pihak-pihak yang saling terkait didalamnya. Apabila pihak-pihak tersebut tidak mengetahui secara jelas tentang hukum-hukum jual beli tersebut, dikhawatirkan akan kegiatan muamalah yang sebenarnya dibolehkan tersebut malah menjadi tempat mereka untuk berbuat batil. Belum lagi apabila terkait dengan masalah persaingan yang semakin hari semakin ketat antar pihak-pihak tersebut.
Orang yang terlibat dalam jual beli bukannya tidak mungkin mengalami perbedaan. Karena dalam jual beli yang berkembang terdapat keragaman dalam pola dagang yang berakibat pada perbedaan perilaku pihak-pihak yang melakukan jual beli. Perbedaan ini sering dialami oleh orang-orang yang ada dalan wilayah yang berbeda, karena tiap wilayah mempunyai pola tersendiri dalam melakukan jual beli.
Contohnya saja di desa Lingkok Dudu, kelurahan Suryawangi, kabupaten Lombok Timur dalam melakukan jual beli kelapa. Desa yang dihuni sebagian besar oleh suku Sasak tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda dalam melakukan jual beli tanaman tersebut yang menurut mereka lebih menguntungkan pihak terkait daripada jual beli biasa yang lebih beresiko.
Sistem panjar menurut mereka lebih mempermudah proses jual beli karena didahului oleh proses perikatan antara kedua belah pihak yang berakad akibat dari proses pinjam-meminjam uang, dan uang pinjaman inilah yang dikenal dengan nama uang panjar. Setelah diterimanya uang pinjaman oleh penjual maka disanalah langsung disepakati harga atas kelapa yang belum dipanen. Jadi implikasi dari uang panjar adalah jual beli dengan pengurangan harga yang sudah disepakati bersama, terlepas dari naik turunnya harga mendatang (harga setelah panen) karena penjual sudah memegang uang pinjaman dan sudah sama-sama rela. Ini diartikan, apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga maka tergantung kepada pembeli apakah tetap menggunakan harga yang lama (harga yang telah di sepakati bersama) atau harga baru dengan harga pembelian yang tidak di diskusikan lagi melainkan hak bagi pembeli untuk menentukan.
Dalam kebiasaan masyarakat, uang pinjaman atau uang panjar tersebut hanya sebagai pengikat untuk berlangsungnya akad jual beli dan bukan termasuk harga obyek akad. Ada yang menarik dari jual beli ini, dimana kedua belah pihak yang terkait tidak bersepakat di awal mengenai batasan waktu untuk melunasi uang panjar tersebut dan menjadikannya perikatan untuk melakukan jual beli obyek yang belum dimiliki oleh pihak penjual. Jadi secara langsung, akad pinjam meminjam menjadi pemicu jual beli. Selain itu, pembeli juga akan membeli seluruh kelapa hasil panen dari penjual yang mengindikasikan pembeli hanya mengetahui kuantitas dari kelapa saja dan tidak mengetahui secara jelas kualitas karena pada saat kelapa dibeli dalam jumlah banyak serta adanya kesepakatan harga dimuka terlepas dari harga yang akan terbentuk kemudian yang diputuskan secara sepihak oleh pembeli.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu, kabupaten Lombok Timur?
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu, Kabupaten Lombok Timur?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
Mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu, kabupaten Lombok Timur.
Menjelaskan mengenai pandangan Islam terhadap praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu, Kabupaten Lombok Timur.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut:
Kegunaan praktis
Bagi pedagang kelapa
Sebagai upaya untuk memberikan saran dan masukan kepada pedagang mengenai praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu yang sesuai dengan syariat,
Bagi masyarakat luas
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan baru sebagai pengguna atau bukan sebagai pengguna akad jual beli dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu sehingga masyarakat bisa memahami lebih mendalam mengenai akad dan hukumnya.
Kegunaan Teoritik
Memberikan kontribusi keilmuan dan dijadikan sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya khususnya dalam hal jual beli kelapa dangan uang panjar
Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai jual beli dan uang panjar pernah dilakukan sebelumnya, hasil penelitian tersebut yakni:
Skripsi yang ditulis oleh Ziaul Hakim tahun 2016 berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Uang Muka Dalam Sewa Menyewa Mobil di Himalaya Tour and Travel Surakarta" yang dikeluarkan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan dari penulisan skripsi tersebut adalah untuk menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap uang muka dala sewa menyewa mobil di Himalaya Tour and Travel. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, dengan metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Perbedaan skripsi terdahulu dengan skripsi yang akan ditulis adalah obyek penelitiannya, jika Ziaul Hakim menggunakan transaksi sewa menyewa mobil, penelitian ini dilakukan mengenai jual beli kelapa dengan sistem panjar.
Jurnal yang ditulis oleh Eko Setia Budi tahun 2013 yang berjudul "Transaksi penjar dan kepentingan pemodal di perdesaan (suatu penelitian pada petani kelapa di desa Bangkalan, Kecamatan Tinangkung, kabupaten Banggai Kepulauan)" tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan praktik uang panjar dalam jual beli kelapa serta kaitannya dengan kepentingan pemodal. Peneliti dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel dipilih secara purposive dengan mengedepankan dua kategori informan, yakni petani dan pemilik modal. Jurnal ini sama sekali tidak menghubungan dengan hukum Islam sebagaimana yang dibahas dalam peneliti ini.
Skripsi yang ditulis oleh Siti Maslikah tahun 2012 yang berjudul "jual beli hasil bumi dengan sistem panjar dalam perspektif hukum Islam (studi kasus di desa Jenarsari Gemih Kendal)" yang dikeluarkan oleh fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui mengenai mekanisme jual beli hasil bumi dengan menggunakan uang panjar serta hukum Islam terkait dengan hal tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan dengan menggunakan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data, sedangkan metode analisisnya menggunakan deskriptif normatif. Skripsi ini sangat berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh Siti Muslikah praktiknya berbeda yakni dengan memasukkan uang panjar menjadi bagian dari harga barang setelahnya.
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Kuzairi tahun 2009 berjudul "studi analisis hukum Islam terhadap penjualan betah kumbang dengan sistem panjar di dusun Duko desa Benangkah kecamatan Bumeh kabpaten Bengkalan" yang dikeluarkan oleh fakultas syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui praktik jual beli betoh kumbong, pengaruhnya bagi masyarakat desa setempat, serta hukum Islam terkait dengan transaksi tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara, serta dengan teknik analisis data deskriptif. Skripsi yang akan ditulis sangat berbeda dengan penelitian ini karena memasukkan uang panjar ke dalam harga barang, sedangkan praktik uang panjar dalam obyek penelitian ini tidak.
Skripsi yang ditulis oleh Endah Dwi Hastuti tahun 2007 berjudul "tinjauan hukum Islam tentang sistem panjar jual beli tanah (studi kasus di desa karanganyar kabupaten Sragen)" yang dikeluarkan oleh fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hukum Islam terkait dengan jual beli tanah dengan menggunakan uang panjar atau persekot. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan menggunakan metode analisis deskriptif evaluatif serta cara berpikir induktif dedukatif. Skripsi yang akan ditulis berbeda dengan penelitian ini karena uang panjar dalam penelitian ini berbeda dalam praktiknya. Penelitian terdahulu juga menggunakan metode deskriptif evaluatif sedangkan skripsi ini menggunakan metode deskriptif normatif.
Kerangka Teoritik
Jual Beli
Jual beli menurut etimologi
Secara bahasa al-ba' (menjual) berarti "mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu". Dan merupakan sebuah nama yang mencakup pengertian terhadap kebalikannya yakni al-syira' (membeli). Demikian al-ba' sering diterjemahkan dengan "jual-beli".
Jual beli menurut terminologi
telah banyak definisi dan istilah jual beli yang dikemukakan oleh para ulama, diantaranya adalah:
Menurut ulama Hanafiyah : "Pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)". (Alauddin al-Kasani, Bada'i ash-Shana'I fi Tartib asy-Syara'i, juz 5, hal. 133)
Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu' : "Pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan". (Muhammad asy-Syarbini, Mugni al-Muhtaj, juz 2, hal. 2)
Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni : " Pertukaran harta dengan harta untuk saling menjadikan milik". (Ibnu Qudamah, al-Mughni, juz 3, hal. 559)
Tukar menukar harta meskipun ada dalam tanggungan atau kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang semisal dengan keduanya, untuk memberikan secara tetap (Raudh al-Nadii Syarah Kafi al-Muhtadi, 203).
Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling ridha. (Idris Ahmad, Fiqh al-Syafi'iyah)
Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul dengan cara yang sesuai dengan syara. (Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar, hal. 329)
Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan dan memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan. (Fiqh al-Sunnah, hal. 126)
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara' dan disepakati.
Landasan syariah jual beli
Alquran
Allah Swt berfirman, "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu." (Q.S. Al-Baqarah 2 : 198)
Ibnu Katsir menerangkan ayat di atas bahwa Imam Bukhari rh berkata bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan kepadaku Ibnu Uyainah, dari Amr, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa di masa jahiliyah, Ukaz, Majinnah dan Zul-Majaz merupakan pasar-pasar tahunan. Mereka merasa berdosa bila melakukan perniagaan dalam musim haji. (Tafsir Ibnu Katsir)
Allah Swt berfirman, "mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". (Q.S. Al-Baqarah 2 : 275)
Mereka berkata, "sesungguhnya jual beli sama dengan riba". Hal ini jelas merupakan pembangkangan terhadap hukum syara' yakni menyamakan yang halal dan yang haram.
Kemudian firman Allah Swt, "Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". Ibnu Katsir rh berkata tentang ayat ini bahwa ayat ini untuk menyanggah protes yang mereka katakan, padahal mereka mengetahui bahwa Allah membedakan antara jual beli dan riba secara hukum. (Tafsir Ibnu Katsir)
As sunnah
Nabi Saw ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau Saw menjawab, "Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur". (HR. Bazzaar, dishahihkan oleh Hakim dari Rifa'ah ibn Rafi')
Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.
Rasulullah Saw bersabda, "Jual beli harus dipastikan saling meridhai". (HR Baihaqi dan Ibnu Majah).
Rasulullah Saw bersabda, "Jual beli harus dengan suka sama suka (saling ridha) dan khiyar adalah sesudah transaksi, dan tidak halal bagi seorang muslim menipu muslim lainnya". (HR Ibnu Jarir).
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, "Pasar Ukadz, Mujnah dan Dzul Majaz adalah pasar-pasar yang sudah ada sejak zaman jahiliyah. Ketika datang Islam, mereka membencinya lalu turunlah ayat : "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…". (Q.S. Al-Baqarah 2 : 198) dan Nabi Saw bersabda, "Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar selama mereka belum berpisah". (Muttafaq 'alaih)
Rasulullah Saw bersabda, "Pedagang yang jujur (terpercaya) bersama (di akhirat) dengan para nabi, Shiddiqin dan syuhada". (HR Tirmidzi)
Ijma'
Ijma jual beli memberikan hikmah bahwa segala yang diperlukan manusia terdapat dalam kepemilikan orang lain yang memang tidak bisa didapat begitu saja, namun dengan usaha-usaha kompensasi.
Rukun Jual Beli
Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat :
Akad (ijab qabul)
Ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab qabul menunjukkan kerelaan (keridhaan). Ijab qabul boleh dilakukan dengan lisan dan tulisan. Ijab qabul dalam bentuk perkataan dan/atau dalam bentuk perbuatan yaitu saling memberi (penyerahan barang dan penerimaan uang).
Menurut fatwa ulama Syafi'iyah, jual beli barang-barang yang kecilpun harus ada ijab qabul tetapi menurut Imam an-Nawawi dan ulama muta'akhirin syafi'iyah berpendirian bahwa boleh jual beli barang-barang yang kecil tidak dengan ijab qabul.
Jual beli yang menjadi kebiasaan seperti kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab qabul, ini adalah pendapat jumhur (al-Kahlani, Subul al-Salam, hal. 4).
Orang-orang yang berakad (subjek) – البيعان
Ada 2 pihak yaitu bai' (penjual) dan mustari (pembeli).
Ma'kud 'alaih (objek)
Ma'kud 'alaih adalah barang-barang yang bermanfaat menurut pandangan syara'.
Ada nilai tukar pengganti barang
Nilai tukar pengganti barang ini yaitu dengan sesuatu yang memenuhi 3 syarat yaitu bisa menyimpan nilai (store of value), bisa menilai atau menghargakan suatu barang (unit of account) dan bisa dijadikan alat tukar (medium of exchange).
Syarat Jual Beli
Selain harus memenuhi rukun, suatu akad jual beli juga harus memenuhi syarat-syarat agar akad tersebut sah, syarat jual beli yaitu:
Adanya keridhaan antara penjual dan pembeli
Orang yang mengadakan transaksi jual beli seseorang yang dibolehkan untuk menggunakan harta. Yaitu seorang yang baligh, berakal, merdeka dan rasyiid (cerdik bukan idiot).
Penjual adalah seorang yang memiliki barang yang akan dijual atau yang menduduki kedudukan kepemilikkan, seperti seorang yang diwakilkan untuk menjual barang.
Barang yang di jual adalah barang yang mubah (boleh) untuk diambil manfaatnya, seperti menjual makanan dan minuman yang halal dan bukan barang yang haram seperti menjual khamr (minuman yang memabukkan), alat musik, bangkai, anjing, babi dan yang lainnya.
Barang yang dijual/di jadikan transaksi barang yang bisa untuk diserahkan. Dikarenakan jika barang yang dijual tidak bisa diserahkan kepada pembeli maka tidak sah jual belinya. Seperti menjual barang yang tidak ada. Karena termasuk jual beli gharar (penipuan). Seperti menjual ikan yang ada air, menjual burung yang masih terbang di udara.
Barang yang dijual sesuatu yang diketahui penjual dan pembeli, dengan melihatnya atau memberi tahu sifat-sifat barang tersebut sehingga membedakan dengan yang lain. Dikarenakan ketidak tahuan barang yang ditransaksikan adalah bentuk dari gharar.
Harga barangnya diketahui, dengan bilangan nominal tertentu.
Khiyar dalam Jual Beli
Pengertian Khiyar menurut ualama fiqih adalah suatu keadaan yang menyebabkan aqid memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni menjadikan atau membatalkan jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat, 'aib atau ru'yah, atau hendaklah memilih di antara dua barang jika khiyar ta'yin.
Terdapat beberapa pendapat ulama mengenai macam-macam kkhiyar itu sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dalam mengklasifikasikan jenis-jenis khiyar,di antara pendapat tersebut sebagi berikut :
Ulama Malikiyah membagi khiyar kepada :
Khiyar al-taammul(melihat,meneliti) :Khiyar mutlak
Khiyar naqish (kurang) :apabila terjadi kekuranggan atau aib pada barang yang di jual.
Ulama syafi'iyah membagi khiyar kepada :
Khiyar at-tasyahi : khiyar yang menyebabkan pembeli memperlama transaksi sesuai seleranya terhapad barang, baik dalam majlis maupun syarat.
Khiyar naqisah : khiyar yang disebabkan adanya perbedaan dalam lafadz atau adanya kesalahan dalam perbuatan atau adanya pengantian.
Jual Beli yang dilarang
Jual beli asal hukumnya adalah boleh dan dapat haram apabila dilakukan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:
Jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun
Jual beli yang termasuk dalam kategori ini adalah jual beli yang zatnya haram, najis, dan tidak boleh diperjualbelikan. Jual beli menjadi tidak boleh dilakukan apabila menjual barang yang memang tidak boleh diperjualbelikan seperti air susu ibu dan mani binatang.
Jual beli dengan syarat
Jual beli dalam Islam akan menjadi jual beli yang diharamkan apabila syarat tersebut merupakanperikatan untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Meskipun jual beli diperbolehkan dan dalam pelaksanaannya syarat dan rukun telah dipenuhi namun dengan persyaratannya yang menyimpang dari syariat, jaul beli tersebut tidak diperbolehkan dalam syariat.
Jual beli dengan dua perjanjian
Islam melarang jual beli dengan dua akad perjanjian didalamnya, jual beli dengan dua perjanjian diartikan sebagai kegiatan yang didahului oleh akad pinjam meminjam dan di akhiri dengan jual beli.. misalnya saja orang yang meminjam tanah kemudian tanpa sepengatahuan pemilik tanah peminjam tersebut menjual tanah. Hal ini tidak diperbolehkan karena termasuk menjual barang yang bukan menjadi hak miliknya.
Menjual barang yang masih dalam proses transaksi dengan orang lain
Islam melarang jual beli yang masih dalam proses transaksi dengan orang lain. Misalnya saja ada dua pihak yang melakukan transaksi jual beli dan sudah bersepakat mengenai harga kemudian datang pihak lain yang menawarkan harga lebih rendah atas barang yang sama.
Jual Beli dengan uang panjar
Pengertian uang panjar
Panjar (DP) dalam bahasa Arab adalah 'Urbuun (العربون). Kata ini memiliki padanan kata (sinonim) dalam bahasa Arabnya yaitu, Urbaan (الأربان), 'Urbaan (العربان) dan Urbuun الأربون)]. Secara bahasa artinya yang kata jadi transaksi dalam jual beli.
Bentuk jual beli ini dapat diberi gambaran sebagai berikut: Sejumlah uang yang dibayarkan dimuka oleh seseorang pembeli barang kepada si penjual. Bila transaksi itu mereka lanjutkan, maka uang muka itu dimasukkan ke dalam harga pembayaran. Kalau tidak jadi, maka menjadi milik si penjual.
Atau seorang pembeli menyerahkan sejumlah uang dan menyatakan: Apabila saya ambil barang tersebut maka ini adalah bagian dari nilai harga dan bila tidak jadi saya ambil maka uang (DP) tersebut untukmu. Atau seorang membeli barang dan menyerahkan kepada penjualnya satu dirham atau lebih dengan ketentuan apabila sipembeli mengambil barang tersebut, maka uang panjar tersebut dihitung pembayaran dan bila gagal maka itu milik penjual.
Hukum Jual beli panjar
Dalam masalah ini para ulama terbagi menjadi dua pendapat yang bereda, yaitu:
Jual beli dengan uag panjar tidak sah
nilah pendapat mayoritas ulama dari kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah dan Syafi'iyyah.
Al Khothobi menyatakan: Para ulama berselisih pendapat tentang kebolehan jual beli ini, Malik, Syafi'I menyatakan ketidaksahannya, karena adanya hadits dan karena terdapat syarat fasad dan Al Ghoror. Juga hal ini masuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan bathil. Demikian juga Ash-habul Ra'I madzhab Abu Hanifah menilainya tidak sah.Ibnu Qudamah menyatakan: ini pendapat imam Maalik, Al Syafi'I dan Ash-hab Al Ra'yu dan diriwayatkan juga dari Ibnu ABas dan Al Hasan Al bashri.
Jual beli ini diperbolehkan
Inilah pendapat madzhab Hambaliyyah dan diriwayatkan kebolehan jual beli ini dari Umar, Ibnu Umar, Sa'id bin Al Musayyib dan Muhammad bin Sirin.
Al Khothobi menyatakan: Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau memperbolehkan jual beli ini dan juga diriwayatkan dari Umar. Ahmad cenderung mengambil pendapat yang membolehkannya dan menyatakan: Aku tidak akan mampu menyatakan sesuatu sedangkan ini adalah pendapat Umar n yaitu tentang kebolehannya. Ahmadpun melemahkan (mendhoifkan) hadits larangan jual beli ini, Karena terputus.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian langsung melakukan pengamatan terhadap obyek penelitian, misalnya saja masyarakat, lembaga keuangan, atau kelompok masyarakat tertentu, itulah mengapa penelitian ini juga dikategorikan dengan penelitian empirik. Dengan kata lain, untuk jenis penelitian ini peneliti harus terjun langsung ke tempat penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan, dalam hal ini adalah praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur.
Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-perspektif yaitu penelitian tantang fenomena sosial yang berhubungan dengan praktik jual beli. Fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat tersebut dikumpulkan, dikemas, lalu disusun secara sistematis untuk dinalisis guna mendapatkan kesimpulan mengenai fakta-fakta tersebut.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif, yaitu dalam membahas praktik jual beli kelapa dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur menggunakan hukum Islam guna mengetahui apakah praktik tersebut diperbolehkan atau tidak.
Populasi dan Sampel
dalam penelitian ini, untuk mengambil sampel dan populasi peneliti menggunakan masyarakat terkait jual beli dengan uang panjar di desa Lingkok Dudu Lombok Timur, adapun teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yakni pemilihan orang-orang sebagai sampel dengan ciri-ciri spesifik yang dimilikinya sehingga sampel tersebut benar relevan dengan penelitian (Nasution, 2001: 99)
Teknik pengumpulan data
untuk melengkapi data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Obserasi
Observasi adalah tenik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung ke lapangan mengenai masalah yang dibahas selama penelitian. Pengamatan dalam penelitian ini bersifat pasif, dimana peneliti tidak bersifat interaksi (Ismail, 2015: 92) hanya hadir di tempat kegiatan dan mengamati proses interaksi pihak terkait praktik jual beli uang panjar.
wawancara
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya kepada pelaku-pelaku yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti guna mendapatkan data dan keterangan yang menunjang analisis dalam penelitian. Dengan menggunakan wawancara peneliti akan mengetahui secara mendalam, dan dapat menginterpretasi situasi dan fenomena secara lebih baik daripada observasi. (Sugiyono, 2015: 72)
Daam penelitian ini, penulis akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden mengenai teori yang diteliti, dalam hal ini jual beli kelapa dengan uang panjar.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data dokumen-dokumen yang ada.
Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif normatif, dimana yang akan dipaparkan dan diuraikan adalah informasi sesuai pengamatan di lapangan. Adapun data yang diperoleh yakni data deskriptif yang kemudian di analisis dengan metode yang dipakai untuk membantu dalam menggambarkan keadaan atau sifat yang dijadikan obyek dalam penelitian dengan dikaitkan dengan norma, kaidah hukum yang berlaku dari sisi normatifnya untuk menemukan kebenaran berdasarkan perspektif hukum yaitu hukum Islam terhadap jual beli uang panjar.
Sistematika Penulisan
Penelitian ini dilakukan secara terperinci dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini adalah gambaran awal dari apa yang akan dilakukan oleh peneliti.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Bab tinjauan pustaka membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini dan menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini. Selain itu, bab ini juga menjelaskan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka pemikiran dan juga menjadi dasar dalam pembentukan hipotesis.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian dan definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan populasi dan penentuan sampel, jenis, dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya, menerangkan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hasil pengujian sampel.
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang deskriptif penelitian, analisis data dan pembahasannya.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang didapat dari pembahasan bab IV. Dengan diperolehnya kesimpulan dalam penelitian ini, maka bab ini juga menjelaskan mengenai implikasi penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku
Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Ismail, Nawari. 2015. Metodologi penelitian untuk studi Islam Panduan Praktis dan Diskusi Isu. Yogyakartaa: penerbit Ekonomisia.
Muhammad.2003. Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: penerbit Kencana.
Ghazali, Abdul Rahman. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta. Kencana.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: penerbit Alphabeta.
Tarmidzi, Erwandi. 2014. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: BMI Publishing
Sumber Jurnal dan skripsi
Ahmad, K. (2009). Studi Analisis Hukum Islam terhadap Penjualan Betoh Kumbong dengan sistem Panjar di dusun Duko desa Benangkah kecamatan Bumeh kabupaten Bangkalan. Surabaya: Skripsi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Endah, D.H. (2007). Tinjauan Hukum Islam Tentang Sistem Panjar Jual beli Tanah (studi kasus di desa Karanganyar kabupaten Sragen). Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muhammad, R. (2015). Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian uang muka persewaan mobil Marem jaya Transportation di desa Keboharan Sidoarjo). Surabaya: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Setiabusi, Eko, dkk. (2013). Transaksi panjar dan kepentingan pemodal di perdesaan (suatu penelitian pada petani kelapa di desa Bangkalan kecamatan Tinangkung kabupaten Banggai kepulauan). Paper pada program S1 Sosiologi Universitas Gorontalo
Ziaul, H. (2016). Tinjauan Hukum Islam terhadap uang muka dalam sewa menyewa mobil di Himalaya Tour and Travel Surakarta, Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.