PROPOSAL PENELITIAN EFEK PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN PANDAN WANGI W ANGI ( Pandanus Pandanus amaryllifolius Roxb) TERHADAP PROFIL LIPID DARAH TIKUS WISTAR JANTAN DENGAN DISLIPIDEMIA
Oleh : Kelompok 6
Dosen Pembimbing : dr. Merlita Herbani, M.Biomed.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia. Setiap orang tentu menginginkan untuk dapat hidup sehat, panjang umur, serta tetap produktif. (Wirya, 2012). Jumlah penduduk usia lanjut di dunia termasuk Indonesia dari hari ke hari mengalami peningkatan. Namun sangat disayangkan peningkatan jumlah ini tidak diikuti dengan peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup, sehingga sangat diperlukan kesadaran dan pengertian
masyarakat
mengenai
penyebab
proses
penuaan,
upaya
pencegahan,
memperlambat maupun menghambat proses penuaan ini. Selanjutnya akan diikuti oleh kematian yang merupakan suatu peristiwa sebagai kenyataan yang tak terhindarkan (Bagiada, 2001).
Banyak faktor yang menyebabkan orang mengalami proses penuaan lebih cepat dari yang seharusnya. Dengan bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup, sangat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang. Perubahan pola makan yaitu asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas fisik makin berkurang. Kondisi ini akan menyebabkan penimbunan lemak di jaringan tubuh. Juga menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia (Wirya, 2012). Dislipidemia
merupakan
kelainan
metabolisme
lipid
yang
ditandai
dengan
peningkatan kadar total kolesterol, kadar trigliser ida, kadar LDL serta penurunan kadar HDL. Berdasarkan berbagai penelitian, dinyatakan bahwa kelainan kadar lipid dalam darah (dislipidemia) adalah faktor risiko utama timbulnya aterosklerosis (Suryaatmadja dan Silman, 2006). Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian MONICA ( Multinational Multination al Monitoring of Trends Determinants Determina nts in Cardiovascular Cardiovas cular Diseases Diseases)) I di Jakarta tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl. Pada tahun 1993 terjadi peningkatan dimana rata-rata kolesterol total wanita menjadi 213 mg/dl dan pria 204 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl
sebagai
batasan
hiperkolesterolemia
maka
pada
MONICA
I
didapatkan
hiperkolesterolomia sebesar 13,45% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada MONICA II meningkat menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria (Anwar, 2004).
"
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia. Setiap orang tentu menginginkan untuk dapat hidup sehat, panjang umur, serta tetap produktif. (Wirya, 2012). Jumlah penduduk usia lanjut di dunia termasuk Indonesia dari hari ke hari mengalami peningkatan. Namun sangat disayangkan peningkatan jumlah ini tidak diikuti dengan peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup, sehingga sangat diperlukan kesadaran dan pengertian
masyarakat
mengenai
penyebab
proses
penuaan,
upaya
pencegahan,
memperlambat maupun menghambat proses penuaan ini. Selanjutnya akan diikuti oleh kematian yang merupakan suatu peristiwa sebagai kenyataan yang tak terhindarkan (Bagiada, 2001).
Banyak faktor yang menyebabkan orang mengalami proses penuaan lebih cepat dari yang seharusnya. Dengan bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup, sangat mempengaruhi pola hidup sehat seseorang. Perubahan pola makan yaitu asupan lemak jenuh meningkat, sedangkan aktivitas fisik makin berkurang. Kondisi ini akan menyebabkan penimbunan lemak di jaringan tubuh. Juga menimbulkan kelainan metabolisme lemak darah yang dikenal sebagai dislipidemia (Wirya, 2012). Dislipidemia
merupakan
kelainan
metabolisme
lipid
yang
ditandai
dengan
peningkatan kadar total kolesterol, kadar trigliser ida, kadar LDL serta penurunan kadar HDL. Berdasarkan berbagai penelitian, dinyatakan bahwa kelainan kadar lipid dalam darah (dislipidemia) adalah faktor risiko utama timbulnya aterosklerosis (Suryaatmadja dan Silman, 2006). Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian MONICA ( Multinational Multination al Monitoring of Trends Determinants Determina nts in Cardiovascular Cardiovas cular Diseases Diseases)) I di Jakarta tahun 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl. Pada tahun 1993 terjadi peningkatan dimana rata-rata kolesterol total wanita menjadi 213 mg/dl dan pria 204 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl
sebagai
batasan
hiperkolesterolemia
maka
pada
MONICA
I
didapatkan
hiperkolesterolomia sebesar 13,45% untuk wanita dan 11,4% untuk pria. Pada MONICA II meningkat menjadi 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria (Anwar, 2004).
"
Obat yang diproduksi industri farmasi banyak macamnya, namun penggunaannya dalam jangka panjang dilaporkan mempunyai efek samping sehingga masyarakat memanfaatkan herbal untuk mengobati penyakit gangguan metabolik (Kas per et al., al., 2005). Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari pandan wangi diduga karena adanya senyawa turunan asam amino fenil alanin yaitu 2acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). Selain kegunaan tersebut, pandan wangi juga dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetik pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan metanol, antikanker pada ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol dan etil asetat (Prameswari dan Widjanarko, 2014; Ghasemzadeh and Jaafar, 2013; Chong et al ., ., 2012; Muhardi dkk., 2007). Mengingat potensi senyawa polifenol dan tingginya kandungan polifenol di dalam pandan wangi, maka penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan ekstrak daun pandan wangi menjadi herbal terstandar yang dapat memperbaiki profil lipid darah, dikaji berdasarkan efek antioksidan dan antikolesterol serta penghambatan MCP-1 dan disfungsi endotel. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak air pandan wangi. Sedangkan variabel tergantungnya adalah kadar kolesterol total darah, kadar trigliserida darah, kadar LDL darah, dan kadar HDL darah. Penelitian ini bersifat eksperimen murni laboratorik yang memakai Pre
Test-Post Test Control Group Design (Pocock, 2008). Tikus yang sudah dislipidemia setelah diberikan diet tinggi kolesterol dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok perlakuan (Wirya, 2012).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini in i sebagai berikut : 1.2.1
Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus dislipidemia? dislipidemia?
1.2.2
Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat menurunkan kadar kolesterol LDL (low (low density lipoprotein) lipoprotein) pada tikus dislipidemia?
#
1.2.3
Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus dislipidemia?
1.2.4
Apakah pemberian ekstrak air daun pandan wangi dapat meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) pada tikus dislipidemia?
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini antara lain adalah :
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap profil lipid darah tikus yang menderita dislipidemia.
1.3.2
Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap kadar kolestrol total pada tikus dislipidemia. 1.3.2.2 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) pada tikus dislipidemia. 1.3.2.3 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap kadar trigliserida pada tikus dislipidemia. 1.3.2.4 Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak air daun pandan wangi terhadap kadar HDL (high density lipoprotein) pada tikus dislipidemia.
1.4 Manfaat
Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain : 1.4.1
Manfaat Ilmiah Dari hasil penelitian diharapkan adanya tambahan wawasan pengetahuan tentang
potensi ekstrak air daun pandan wangi dalam memperbaiki profil lipid dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2
Manfaat Klinis Pemanfaatan pandan wangi dalam dunia kesehatan secara klinis ekstrak daun pandan
wangi dapat memperbaiki profil lipid dan sebagai obat alternatif dalam menangani dislipidemia.
$
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid
2.1.1 Trigliserida Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Dari sudut ilmu kimia trigliserida merupakan substansi yang terdiri dari gliserol yang mengikat gugus asam lemak. Trigliserida dalam tubuh digunakan untuk menyediakan energi berbagai proses metabolisme. Fungsi lipid ini mempunyai peranan yang hampir sama dengan karbohidrat yaitu memberi energi untuk tubuh (Guyton dan Hall, 2007). Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling banyak di dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah (hipertrigliseridemia) juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung coroner. Tingginya trigliserida sering disertai dengan keadaan kadar HDL rendah. Kadar trigliserida dalam darah banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan (Gandha, 2009). Trigliserida yang dibentuk dari kilomikron atau liporotein akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim LPL. LPL ini dibentuk oleh adiposit dan disekresi ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya. Aktivasi LPL dilakukan oleh apoprotein C-II yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (very low density lipoprotein/VLDL) (Sugondo, 2009).
Gambar 1. Struktur kimia trigliserida (Berg dkk., 2012) 2.1.2 Fospolipid 2.1.2.1 Definisi Fosfolipid merupakan unsur utama pembentuk membran lipid, selain mengandung asam lemak dan alkohol, juga mengandung residu asam fosfat, sejumlah
%
kecil fosfolipid terdapat dalam makanan dan dihidrolisa sebelum absorbsi pada proses sintesa dan degradasi fosfolipid yang terdapat dalam sel (Peter A. Mayes. 2003). Fosfolipid merupakan molekul yang bersifat amfilik, yaiut mempunyai gugus alkil yang bersifat hidrofob (biasa disebut ekor) dan gugus fosfat yang bersifat hidrofil (biasa disebut kepala). Dengan kata lain, fosfolipid mempunyai ekor bersifat hidrofob (nonpolar) dan kepala yang bersifat hidrofil (polar). Hal tersebut berbeda dengan lemak yang bersifat lidrofob (Parning, et al., 2000). 2.1.2.2 Macam-macam dan Struktur Fosfolipid `Secara umum berdasarkan rantai utamanya, senyawa fosfolipid dibedakan menjadi dua, yaitu gliserofosfolipid dan spingofosfolipid (Wehrmuller. 2007). Struktur fosfolipid dibangun dari satu buah kerangka gliserol, dua buah asam lemak (R’ dan R’’) yang teresterfikasi pada posisi sn-1 dan sn-2, serta gugus fosfat yang mengikat rantai karbon R (Fahy, et al., 2005). Asam lemak yang terikat pada gugus sn-1 dan sn-2 tergantung dari sumber fosfolipidnya. Panjang rantai asam lemak dan derajad saturasinya (jumlah rantai ganda) akan menentukan sifat fisikokimia dan fungsional dari fosfolipid (Vikbjerg, 2006). Penamaan gliserofosfolipid tergantung pada gugus X yang terikata pada gugus fosfat pada posisi sn-3 dari kerangka gliserol. Gugus yang diikat oleh asam fosfatidat ini antara lain kolin, etanolamina, serin dan inositol. Dengan demikian senyawa yang termasuk
senyawa
yang
termasuk
fosfolipid
ini
adalah
fosfatidilkolin,
fosfatidiletonalomina, fosfatidilserin dan fosfatidinositol. Pada umumnya fosfolipid terdapat pada sel tanaman, hewan, dan manusia. Pada tanaman fosfolipid terdapat pada kedelai, manusia dan hewan terdapat dalam telur , otak, hati, pankreas, paru-paru dan jantung (Vikbjerg, 2006).
&
Radikal asam lemak rantai panjang membentuk bagian lipofilik dan menunjukkan afinitas kuat terhadap lemak, sedangkan radikal fosfat menunjukkan afinitas kuat terhadap air. Sehingga dalam campuran minyak dan air, lesitin mampu membentuk emulsi dengan menurunkan tegangan permukaan interstisial antara fase minyak dengan fase air. Nilai HLB lesitin berkisar antara 3-4. Menurut Kakuda (2003),
fosfatidilkolin
merupakan
komponen
penting
yang
mempengaruhi
pembentukan struktur gel campuran fosfatida-stearin-minyak cair. Fosfatidilkolin tergabung dalam jaringan kristal lemak dan bertanggung jawab meningkatkan kapasitas ikatan hidrofobik campuran fosfatida-stearin-minyak cair. Pembetukan struktur gel merupakan cara baru untuk mempertahankan stabilitas minyak cair dengan kandungan dalam jumlah besar.
Gambar 2. Struktur Fosfolipid 2.1.3 Kolesterol Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berbentuk kolesterol bebas atau '
gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai kolesterol ester. Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol juga mempunyai makna penting karena menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray dkk., 2009). Terdapat dua jenis kolesterol. Kolesterol eksogen adalah kolesterol yang terdapat dalam diet dan diabsorbsi secara lambat dari saluran pencernaan ke dalam saluran limfe usus. Selain itu, terdapat juga kolesterol yang disintesis di dalam sel tubuh dan disebut dengan kolesterol endogen (Adam, 2009). Bahan utama untuk sintesis kolesterol adalah asetat. Terdapat tiga tahap utama dalam proses sintesis kolesterol (Berg dkk., 2012). Tahapan tersebut adalah: a. Sintesis isopentenil pirofosfat (IPP) Pada proses ini terjadi perubahan Asetoasetil-CoA atau Asetil-CoA menjadi 3Hidroksi-3-Metilglutaril-CoA (HMG-CoA). Selanjutnya, enzim HMG-CoA reduktase merubah HMG-CoA menjadi mevalonat (isoprenoid C6). Lalu mevalonat akan diubah menjadi 5-pirofosfomevalonat dan kemudian diubah menjadi isopentenil pirofosfat (IPP). b. Kondensasi Pada
6 proses
molekul ini,
6
isopentenil pirofosfat membentuk skualen molekul
isopentenil
pirofosfat
mengalami
kondensasi dan membentuk skualen. c. Siklisasi Skualen Pada proses ini skualen mengalami siklisasi menjadi lanosterol. Kemudian lanosterol diubah menjadi kolesterol.
Gambar 3. Struktur kimia kolesterol (Berg dkk., 2012)
(
2.1.4 Pencernaan Lipid Lemak dalam makanan sehari-hari dominan dengan bentuk trigliserida yang banyak terdapat makanan hewani daripada dari tanaman. Dalam makanan biasanya terdapat sedikit bentuk lemak lain seperti fosfolipid,kolesterol, dan ester kolesterol. Proses pencernaan lemak dimulai dalam mulut didahului dengan proses mekanik yaitu penghancuran oleh gigi menjadikan potongan-potongan yang lebih kecil dan dicampur dengan enzim lipase lingual yang terdapat di dalam kelenjar air liur. Setelah itu lemak masuk ke dalam esofagus dan didalam esofagus lemak tidak mengalami proses pencernaan. Kemudian ke lambung, di dalam lambung dengan bantuan enzim lipase lingual dalam jumlah terbatas memulai proses hidrolisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak, dan proses ini terbatas sebab lipase lambung hanya dapat melakukan hidrolisis dalam jumlah terbatas ( Guyton & Hall 2007, hal. 852). Selanjutnya dalam duodenum terdapat proses emulsifikasi lemak, dalam proses ini lemak di hancurkan menjadi potongan yang lebih kecil lagi sehingga enzim yang larut air juga bisa bekerja pada permukaan lemak. Dalam duodenum juga akan disekresikan garam empedu dan fosfolipid lesitin dari empedu. Senyawa ini sangat berpengaruh besar dalam pencernaan lemak karena diperuntukkan pemecahan lemak menjadi lebih kecil sehingga enzim lipase yang hanya bisa larut air dalam air bisa bekerja pada permukaan lemak.Lemak teremulsi dari hasil pemecahan diatas akan dicerna oleh lipase pancreas ditambah dengan sedikit lipase usus menjadikan asam lemak bebas dan 2-monogliserida ( Guyton & Hall 2007, hal. 853). 2.1.5 Absorbsi Lipid Setelah semuanya selesai, dan saat konsentrasi garam empedu dalam air tinggi, maka akan cenderung membentuk gumpalan misel yang sangat kecil. Berdiameter antara 3 samapai
)
6 nanometer. Misel ini akan menuju brush border sel epitel usus dan memungkinkan untuk diabsorbsi kedalam darah lalu garam empedunya sendiri akan dilepaskan kembali kedalam kimus untuk digunakan dalam pembentukan misel dan pengangkutan kembali ( Guyton & Hall 2007, hal. 857). Setelah masuk sel epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh reticulum endoplasma halus sel, disini asam lemak dan monogliserida tersebut terutama terutama digunakan untuk membentuk trigliserida yang baru yang selanjutnya dilepaskan dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal sel epitel, mengalir keatas melalui duktus limfe torasikus dan menuju aliran darah. ( Guyton & Hall 2007, hal. 858) 2.1.6 Transpor Lipid Dalam menjalankan perannya untuk meneruskan absrobsi lipid dari sumber makanan yang sudah dicerna di usus, tubuh memiliki regulasi untuk mengatur hal selanjutnya yaitu transpor lipid. Hal utama yang penting diketahui dalam transpor lipid adalah lipid tidak bisa di angkut begitu saja di dalam plasma, karena kita ketahui bahwa lipid tidak larut air. Sehingga, dalam proses pengangkutannya akan di bawah oleh kilomikron dan protein karier lipid yang terdiri dari Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediete Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) (Guyton & Hall 2007, hal 884). Kita ketahui bahwa lipid terbagi menjadi berbagai jenis. Pada hasil mekanisme pencernaan maka produk lipid yang dihasilkan adalah seperti trigliserida, kolesterol, asam lemak
bebas.
Sehingga
dalam
pengangkutannya
itupun
mengalami
perbedaan
pula.Kilomikron akan mengangkut sejumlah besar trigliserida dari usus ke hepar dan sedangkan protein karier dalam mengangkut lipid dari hasil pencernaan hanya dapat membawa trigliserida,kolesterol yang menjadi bagian dari protein karier ke jaringan lemak atau adiposa. Sedangkan asam lemak sendiri akan mengalami mekanisme ionisasi yang kuat lalu gugus ioniknya akan berikatan dengan molekul dari albumin protein plasma yang akan membawa asam lemak tersebut dan dinamakan menjadi asam lemak bebas (Guyton & Hall 2007, hal 883).
*+
Trigliserida dan kolesterol yang sudah di serap dari hasil mekanisme pencernaan akan diangkut oleh kilomikron menuju hepar dan sedangkan protein karier akan mengangkut trigliserida,kolesterol dan fosfolipid menuju jaringan lemak melalui plasma yaitu VLDL dan LDL dan sebaliknya dari jaringan lemak menuju hepar yang di angkut oleh HDL ( Allan & Colleen, 2000; Robert dkk, 2002). 2.1.7 Deposit Lipid Dalam mekanisme tubuh untuk medapatkan energi, peran lipid sebagai salah satu sumber pemecahan energi yang menjadi peranan aktif dalam membentuk energi. Setelah lipid di ambil dari menkanisme pencernaan melalui absorbsi. Lipid akan di bawa melalui mekanisme transport lalu mekanisme terakhir yang berperan adalah mekanisme deposit lipid yang berguna nantinya untuk dipecah menjadi energi dan memiliki fungsi penunjang yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai pembentuk panas tubuh. Sel dan organ yang berperan dalam mekanisme deposit lipid adalah sel adiposa dan organ hepar (Guyton & Hall, 2007). Sel adiposa memiliki lipase yang akan mengkatalis trigliserida dari kilomikron maupun dari lipoprotein. Lipase ini juga akan aktif bila ada stimulasi dari hormon untuk melepaskan asam lemak bebas. Dalam mekanismenya, deposit lipid di dalam sel adiposa memiliki dinamika tersendiri dengan penggantian trigliserida 1 kali dalam 2-3 minggu di karenakan tingginya kecepatan perubahan dari asam lemak pada sel adiposa (Guyton & Hall, 2007). Organ yang berperan selanjutnya dalam deposit lemak adalah hepar. Dimana hepar memiliki fungsi untuk memecah asam lemak menjadi senyawa yang lebih kecil untuk mempermudah penggunaannya dalam pembentukan energi serta mensintesis lipid lain dari asam lemak seperti kolesterol dan fosfolipid (Guyton & Hall, 2007).
2.1.8 Dislipidemia 2.1.8.1 Definisi Dislipidemia adalah suatu penyakit yang disebabkan apabila lipid, lipoprotein, maupun alipoprotein menyalami abnormalitas (Kwiterovich, 2010). Definisi lain dari dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditandai dengan peningkatan LDL serta penurunan HDL akibat resistensi insulin (Singh dkk., 2011). Selain itu, dislipidemia juga didefinisikan sebagai proses meningkatnya sirkulasi trigliserida dan kolesterol (Black, 2007). **
2.1.8.2 Penyebab Ada beberapa faktor yang menyebabkan dislipdemia, yaitu faktor gaya hidup yang memberikan
kontribusi paling besar. Sedangkan
faktor lainnya yaitu
disebabkan oleh faktor genetik (Rasional, 2012). Disamping itu menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan Lipid Clinic, dislipidemia disebabkan oleh kebiasaan konsumsi alkohol, Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dan albuminuria (Vodnala dkk., 2012). Penyebab primer dislipidemia adalah
adalah mutasi gen yang selanjutnya
menyebabkan produksi berlebih Triglyserida dan LDL cholesterol , dan kurangnya produksi HDL. Selain itu, terdapat juga penyebab sekunder terjadinya dislipidemia adalah gaya hidup dengan diet lemak berlebih, kolesterol, dan lemak trans. Penyebab umum lainnya adalah diabetes mellitus, konsumsi alkohol berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, dan obat-obatan seperti thiazides, !-blocker, retinoid, highly active retroviral, cylosporine, tacrolimus, esterogen dan progestin, dan glukokortkoid (Goldberg, 2013). 2.1.8.3 Diagnosis Klinis Dislipidemia merupakan salah satu kondisi penyerta dari obesitas disamping penyakit degeneratif persendian, inkontinensia, tumor, serta penyakit kardiovaskular. Kondisi ini diakibatkan oleh menumpuknya kalori yang berlebihan tanpa ada diimbangi aktifitas fisik (Singh dkk., 2011). Selain itu dislipidemia juga merupakan faktor utama penyakit cardiovaskular pada penderita diabetes melitus (Dixit dkk., 2014). Penyakit atherosklerosis merupakan penumpukan lapisan lemak pada arteri yang banyak terjadi pada penderita dislipidemia baik anak-anak maupun dewasa yang terjadi apabila kolesterol darah tidak normal (Ballantyne, 2015).
*"
,-./-0-123-4
56-7/78-
,2?-:-.-
92:;4<-6 =2><4-6
Penyakit degeneratif persendian
•
9>-32>
@A64.- 82:
B2
E ,-4F262.
•
Inkontinensia
•
Tumor
•
Diabetes Mellitus
•
@2//-6A. E C-076->7-1 =>-8/;.2>-14
E G/<7H7/ II
Penyakit cardiovaskuler seperti atherosklerosis
E J4;4 C-1A0 C,D
E 92:;4<-6 J-:K4/ L>7:-.
D,D
E MF46NMF464:
Gambar 4. Mapping Dislipidemia
2.2 Pandan Wangi
2.2.1 Karakteristik Umum
Gambar 5. Pandan Wangi ( Pandanus amaryllifolius)
*#
Pandan Wangi merupakan tanaman perdu tingginya sekitar 1-2 meter. Tanaman ini mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepi- tepi selokan yang teduh. Batangnya bercabang, menjalar, pada akar keluar akar tuntang. Daun pandan wangi berwarna hijau, diujung daun berduru kecil, kalau diremas daun ini berbau wangi. Daun tunggal dengan pangkal memeluk batang,tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40-80 cm, lebar 3-5 cm, dan berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya. Beberapa Varietas memiliki tepi daun yang bergerigi (Dalimarta, 2000). Pandan wangi ( Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang kerap digunakan sebagai bumbu dapur, parfum, dan pelengkap acara adata. Pada tiap-tiap daerah pandan wangi dikenal dengan nama yang berbeda (Kurniawati, 2010). Misalnya di Jawa disebut pandan rampe, pandan seungit, atau pandan room. Di Sumatra disebut seuke bangu, seuke musang, pandan jau, pandan bebau, pandan harum, pandan rempal, dan pandan musang. Di Maluku disebut kelamoni, hao moni, keker moni, ormon foni, pondak, pondaki, atau pudaka. Di Sulawesi disebut podang, pondan, ponda, atau pundago. Di Bali disebut pandan arum, sedangkan di Nusa Tenggara disebut bonak (Kurniawati, 2010).
2.2.2 Taksonomi Berikut ini merupakan klasifikasi dari pandan wangi (Pandanus amaryfolius) : Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Arecidae
Bangsa
: Pandalanes
Suku
: Pandanaceae
Marga
: Pandanus
Spesies
: Pandanus amaryfolius
(Rohmawati, 1995) 2.2.3 Kandungan Zat Aktif Pandan Wangi
*$
Pada pandan wangi terdapat bahan kimia alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, dan zat warna (Dalimarta, 2000; Hariana, 2013). Sedangkan aroma khas pandan wangi disebabkan oleh senyawa 2-asetil-1-pirolina (Kurniawati, 2010). Selain untuk bumbu dapur dan pelengkap acara adat, pandan wangi ( Pandanus amaryllifolius) juga memiliki manfaat farmakologi, antara lain ialah menguatkan saraf (tonikum), menambah nafsu makan (stomachica) dan penenang (sedative), lemah saraf (neurasthenia), sakit disertai gelisah, tekanan darah tinggi (hipertensi), rematik, pegal linu, menghitamkan rambut, rambut rontok, dan ketombe (Hariana, 2013; Kurniawati, 2010). 2.2.4 Pandan Wangi dan Dislipidemia 2.2.4.1 Bahan aktif pandan wangi yang berpotensi memperbaiki profil lemak darah Berbagai metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna terkandung dalam daun pandan wangi.(Sugati dan Jhonny, 1991). Selain kegunaannya sebagai bahan aromatik pembuatan kue, kandungan metabolit sekunder pandan wangi juga dapat menurunkan absorbsi kolesterol dalam sistem pencernaan tubuh (Rahmani.2013). Pada umumnya, kandungan fenol pada tanaman memberikan efek antioksidan pada tubuh. Sifat antioksidan ini selain berperan untuk DNA repair dan menghambat tumor, dapat juga berfungsi untuk memecah lipid, menurunkan kadar kolesterol, dan
hipertensi dalam tubuh. (Yokozawa et all.2002). Tidak hanya
penurunan kadar kolesterol, Zat antioksidan dalam
pandan wangi ini juga dapat
menurunkan LDL dan meningkatkan kadar HDL.(Anonim.2011). Adanya antioksidan dalam pandan wangi inilah yang nantinya sangat berpengaruh dalam mengontrol kadar kolesterol, LDL, dan HDL dalam lemak darah tubuh manusia. Jika kadar kolesterol dan LDL dapat diturunkan dan kadar HDl dapat ditingkatkan maka kadar lemak dalam tubuh dapat diseimbangkan sehingga dapat menurunkan potensi dislipidemia yang memicu terjadinya penyakit hipertensi dan aterosklerosis.
*%
Pandan wangi Kandungan metabolit sekunder : alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna CPolifenol ! fenol ! memiliki sifat antioksidan Fungsi antioksidan sebagai senyawa untuk menurunkan kolesterol, LDL, dan meningkatkan HDL dalam tubuh Berpotensi untuk memperbaiki lemak darah
Gambar 6. Mapping potensi pandan wangi memperbaiki profil lemak darah 2.2.4.2 Mekanisme kerja pandan wangi melawan dislipidemia Ada bukti penelitian bahwa beberapa saponin mempunyai kemampuan membentuk misel antara garam empedu dan kolesterol secara in vitro (Carlson, 2009). Kemampuan ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh pencernaan makanan yang mengandung saponin terhadap penurunan kolesterol plasma (Afrose et al., 2010). Ada beberapa laporan mengenai efek saponin pada kolesterol-total,kolesterolVLDL, kolest–LDL dan kolest-HDL secara in vivo. Perbedaan efeksaponin ini mungkin disebabkan oleh perbedaan struktur, jenis tumbuhan dan dosis dari saponin yang digunakan (Al-Matubsi et al., 2011). Beberapa efek yang menguntungkan dari saponin mungkin diakibatkan oleh sifat saponin yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan kolesterol atau membentuk misel campuran antara saponin, kolesterol dan asam empedu yang dipacu oleh enzim-enzim yang terikat pada membran dan saponin juga diduga dapat digunakan sebagai alternatif obat nonsistemik yang mampu menghambat HMG-CoA reduktase dan meningkatkan aktifitas enzim lesitin kolesterol asiltranferase (LCAT) (Lakshmi et al ., 2012). Saponin tidak terserap di usus, tetapi dimetabolisme dalam usus besar menjadi aglikon saponin dan gula oleh mikroflora (Hu et al., 2004). Soyasaponin atau soyasapogenol tidak ditemukan dalam darah tikus, mencit, dan ayam atau pada urine
*&
manusia (Hu et al., 2004). Hal ini mungkin disebabkan karena saponin dan asam empedu adalah senyawa amfifilik yaitu ada bagian hidrofobik yang larut dalam lemak dan bagian hidrofilik yang larut dalam air. Dalam larutan terbentuk misel, antara gugus hidrofobik dari triterpen atau steroid bergabung sehingga terbentuk seperti koin. Misel yang terbentuk terlalu besar untuk melewati dinding usus sehingga saponin tetap dalam saluran pencernaan, tetapi hanya kolat bebas dan non misel yang diserap. Pembentukan misel campuran dalam usus oleh saponin tertentu dengan asam empedu dapat mempengaruhi metabolisme asam empedu dan kolesterol. Molekul misel asam empedu tidak mampu diabsorpsi kembali dan kemudian dialihkan dari siklus enterohepatik dan digantikan oleh peningkatan sintesis kolesrterol di hati. Konsekuensinya makanan yang mengandung saponin dapat meningkatkan ekskresi asam empedu feses dan dapat menurunkan konsentrasi kolesterol plasma pada penderita hiperkolesterolemia. Oleh karena itu, sifat saponin dapat membentuk senyawa kompleks atau membentuk misel campuran antara saponin, kolesterol dan asam empedu (Gong et al., 2010; Son et al., 2007). Terdapatnya saponin sebagai hambatan penyerapan kolesterol dan asam empedu di usus, memicu peningkatan sintesis kolesterol di hati yang dikonversi menjadi asam empedu dan kemudian disekresikan ke usus. Hal ini menyebabkan ekskresi lewat feses lebih besar daripada penyerapan kolesterol di usus (Lakshmi et al., 2012). 2.3 Ekstrak air pandan wangi
2.3.1 Ekstraksi dan Jenisnya Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemisahan sebagian atau keseluruhan substansi dari campuranya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Tetapi ekstraksi ini belum didapatkan senyawa murni. Ekstraksi ada bermacam-macam tergantung cara dan jenis pelarutnya. 1. Infudasi Infudasi dalah penyarian simplisia menggunakan air yang dipanaskan pada suhu 90°C selama 15 menit. Diambil serbuk simplisia kemudian dicampur dengan air lalu dipanaskan selama 15 menit dengan suhu dipertahankan setinggi 90°C, kemudian disaring dan diambil ekstraksinya. Ekstraksi dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam, karena pelarut air gampang terkontaminasi oleh bakteri sehingga akan membuat ekstraksi tidak tahan lama. *'
2. Decoctasi Decoctasi hampir sama dengan infudasi yaitu menggunakan air kemudia dipanaskan pada suhu 90°C tapi dengan waktu lebih lama yaitu 30 menit. Metode ini biasanya digunakan untuk melarutkan simplisia atau bagian simpliasia yang agak keras, seperti akar dan batang. 3. Maserasi Metode ini dilakukan dengan cara perendaman simplisia dengan pelarut organik (biasanya etanol atau metanol), yang dilakukan selama beberapa jam dengan melakukan sesekali pengadukan. Cara ini dilakukan berulang-ulang sampai terlihat pelarut berwarna bening yang menandakan bahwa ekstraksi simplisia telah sempurna. 4. Maserasi Modifikasi Maserasi terdapat beberapa modifikasi cara penyarian. Diantaranya adalah remaserasi, maserasi bertingkat, maserasi dengan mesin pengaduk dan maserasi melingkar. Remaserasi adalah maserasi berulang dengan menggunakan pelarut yang sama. Maserasi bertingkat adalah maserasi yang menggunakan pelarut berbeda setiap kali diganti pelarut. Maserasi dengan mesin pengaduk adalah maserasi yang diaduk terusmenerus dengan mesin pengaduk. Dan maserasi melingkar itu sama dengan soxhletasi. 5. Perkolasi Metode penyarian ini dengan cara mengalirkan cairan penyari dari serbuk simplisia yang telah dibasahi menggunakan alat perkolator. Metode ini biasanya digunakan pada tanaman yang tahan atau tidak tahan panas. 6. Soxhletasi Penyarian ini menggunakan alat yang disebut soxhlet, simplisia dialiri terusmenerus menggunakan pelarut yang sama. Kemudian zat tersari didapatkan dari penguapan pelarut yang telah selesai diekstrak. Metode ini digunakan pada pelarut dengan titik didih rendah. (Prameswari dan Widjarnako, 2014) 2.3.2. Ekstrak Air Daun Pandan Wangi Daun pandan wangi dicacah kemudian dikeringkan dengan suhu ruangan selama 72 jam. Setelah kering daun pandan wangi dihaluskan. Kemudian diekstraksi dengan metode maserasi, yaitu direndam dengan aquades selama 3 hari dalam gelas tertutup dan dalam sehari diaduk sekitar 3-4 jam dengan menggunakan shaker dan penggantial pelarut menggunakan pelarut dengan ukuran yang sama seperti di awal. Setelah selesai dimaserasi
*(
kemudian dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40°C hingga didapatkan ekstrak kental (Prameswari dan Widjarnako, 2014).
2.4 Uji LD50
Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan coba setelah perlakuan (WHO, 1993). LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan untuk uji toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan yang masih setuju, dengan pertimbangan: a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50, tetapi juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian, gejala – gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan kemampuan pemulihan dari efek nonlethal. b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan design penelitian subakut. c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu. d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu senyawa terhadap konsumen atau pasien (Loomis,1987). Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah hewan yang mati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan dilakukan dalam 24 jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50 24 jam”. Namun seiring perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi, karena pada umumnya tes LD50 dilakukan dalam 24 jam
*)
pertama sehingga penulisan hasil tes “LD50” saja sudah cukup untuk mewakili tes LD50 yang diamati dalam 24 jam. Bila dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14 hari. Contohnya, pada senyawa tricresyl phosphat, akan memberikan pengaruh secara neurogik pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati pada 24 jam pertama tidak akan menemukan hasil yang berarti. Dan jika begitu tentu saja penulisan hasil harus deisertai dengan durasi pengamatan (Loomis,1987). Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain spesies, strain, jenis kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi perut hewan coba. Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu pemberian, suhu lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput kesalahan manusia juga dapat mempengaruhi hasil ini. Sehingga sebelum melakukan penelitian, ada baiknya kita memeperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil ini (Hodgson,2000). Secara umum, semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah toksisitasnya. Hasil yang diperoleh (dalam mg/kgBB) dapat digolongkan menurut potensi ketoksikan akut senyawa uji menjadi beberapa kelas, seperti yang terlihat pada tabel berikut : NO
KELAS
LD50 (mg/KgBB)
1
Luar biasa toksik
1 atau kurang
2
Sangat toksik
1 – 50
3
Cukup toksik
50 – 500
4
Sedikit toksik
500 – 5000
5
Praktis tidak toksik
5000 – 15000
6
Relatif kurang berbahaya
15000
Tabel 1. Potensi Toksisitas
"+
2.5 Tikus Coba Perkembangan dunia kedokteran dan pengobatan tidak jarang melibatkan penggunaan hewan coba dalam penelitiannya. Salah satu hewan coba yang menjadi pilihan adalah tikus. Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus norvegicus yang dibesarkan dan disimpan untuk penelitian ilmiah (Wirya, 2012). Jenis galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Saat ini tikus wistar ini menjadi salah satu strain tikus paling populer digunakan untuk penelitian laboratorium. Ciri tikus ini adalah mempunyai kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki ekor panjang yang tidak melebihi panjang tubuhnya (Anonim, 2011 dalam Wirya, 2012).
Gambar 7. Tikus Coba Galur Wistar (Anonim, 2011)
"*
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS 3.1 Kerangka Teori
Asetil-koenzim A
Asetoasetil-koenzim A Hidroksimetilglutaratkoenzim (HMG) HMG-KoA reduktase
Mevalonat
Mevalonat fosfat
Mevalonat pirofosfat
Ekstrak Air Daun Pandan Wangi Pandanus amar lli olius Roxb
POLIFENOL
SAPONIN
FLAVONOID
Pe enzim NADH / NAD(P)H oksidase
Berkaitan dengan kolesterol di intestinal
Berkaitan dengan empedu
Pe produksi anion su eroxide
Absorbsi kolesterol
Ekskresi kolesterol
Antioksidan
Menyumbang -kan atom H
Diemetilalil Pirofosfat
Isopentenil pirofosfat
Isopentenil transfer RNA
Protein teriso renol
Geranil pirofosfat
Famesil Pirofosfat
Skualin Lanosterol
Radikal bebas Oksidasi LDL
Perbaikan Profil Lipid Darah ""
KOLESTEROL
3.2 Kerangka Konsep
Ekstrak Air Daun Pandan Wangi ( Pandanus amaryllifolius Roxb) Faktor Internal
Faktor Eksternal
1. Genetik 2. Hormonal
1. Diet (tinggi lemak jenuh/kolesterol) 2. Kurangnya aktivitas fisik Tikus Dislipidemia
1. Kolesterol Total 2. Trigliserida 3. Kolesterol LDL 4. Kolesterol HDL
Bahan Aktif Pandan Wangi
Efek : Perbaikan Profil Lipid Darah
1. Kolesterol Total 2. Trigliserida 3. Kolesterol LDL 4. Kolesterol HDL
"#
3.3 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka, kerangka pikir, dan konsep penelitian yang telah diuraikan di atas ditetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut : -
Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus dislipidemia.
-
Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat menurunkan kadar kolesterol LDL tikus dislipidemia.
-
Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat menurunkan kadar trigliserida tikus dislipidemia.
-
Pemberian ekstrak air daun pandan wangi oral dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL tikus dislipidemia.
"$
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen murni laboratorik yang memakai Pre Test-Post Test Control Group Design (Pocock, 2008 dalam Wirya, 2012). Tikus coba dibagi menjadi dua kelompok dimana kelompok pertama adalah kelompok kontrol, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok perlakuan. Mula-mula kondisi tikus disamakan dengan memberi pakan standar (HN51) selama 7 hari sebagai adaptasi. Kemudian semua tikus diberikan pakan standar dan diet tinggi kolesterol selama 28 hari sehingga menjadi dislipidemia. Selanjutnya dilakukan pengambilan data pretest terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan HDL. Selanjutnya tikus perlakuan diberikan ekstrak air pandan wangi secara oral sesuai dosis, sedangkan tikus control hanya diberikan aquades sebagai plasebo. Langkah terakhir yaitu dengan menguji kadar total kolesterol, trigliserida, LDL dan HDL sebagai data post test (Wirya, 2012).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium yang berlangsung selama delapan minggu.
4.3 Penentuan Sumber Data 4.3.1 Populasi Penelitian •
Populasi target : seluruh tikus yang diberikan perlakuan dengan diet tinggi kolesterol ditambah plasebo (air suling) dan diet tinggi kolesterol ditambah ekstrak air pandan wangi (Wirya, 2012).
•
Populasi terjangkau : tikus putih (rattus norvegicus) jantan galur wistar berumur empat bulan dengan berat 180-200 gram yang dislipidemia (Wirya, 2012).
4.3.2 Kriteria Sampel •
Kriteria sampel inklusi:
"%
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang dislipidemia
(kadar
kolesterol >200 mg/dl) 2. Umur empat bulan 3. Berat 180-200 gram •
Kriteria sampel drop out : 1. Tikus yang sakit 2. Tikus yang tidak mau makan 3. Tikus yang mati selama penelitian (Wirya, 2012)
4.3.3 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008) :
n=
2 2
1 2 2
x f ( , )
sehingga jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 11 ekor dan total sampel dalam penelitian menjadi 22 ekor tikus (Wirya, 2012). 4.3.4 Teknik Penentuan Sampel
1. Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria inklusi diambil secara acak sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dengan yang didapat melalui perhitungan Rumus Pocock yaitu sembilan ekor untuk masing-masing kelompok (Wirya, 2012). 2. Pada penelitian ini jumlah sampel ditambah 20% sehingga menjadi sebelas ekor untuk masing-masing kelompok. Jadi total sampel untuk dua kelompok adalah 22 ekor tikus (Wirya, 2012).
4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas : ekstrak air pandan wangi.
"&
4.4.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung : •
Kadar kolesterol total darah
•
Kadar trigliserida darah
•
Kadar LDL darah
•
Kadar HDL darah
4.4.3 Variabel Kendali
Variabel kendali : jenis tikus, umur tikus, berat badan tikus, jenis kelamin tikus, makanan dan minuman, waktu pemberian makan, jenis dan ukuran kandang. 4.4.4 Definisi Operasional Variabel
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka definisi operasional sebagai berikut. 1. Ekstrak air pandan wangi adalah ekstrak yang dibuat dari bahan alami yang diambil dari daging atau gel daun pandan wangi segar dilarutkan dengan air (perbandinagan 1:1) diblender, lalu disaring dengan kain kasa lapis 3, kemudian disaring lagi dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 2. Hasil filtrat ini diberikan per oral menggunakan sonde lambung dengan dosis 1500 mg/200 g berat badan tikus (Umi, 2007). 2. Plasebo adalah air suling yang diberikan per oral menggunakan sonde lambung dengan volume 1,5 cc diberikan setiap hari pada pagi hari (antara pukul 08.00 Wita – pukul 09.00 Wita) 3. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, LDL dan HDL darah tikus yang diukur dengan metode CHOD-PAP (enzymatic photometric test) sedangkan kadar trigliserida darah tikus diukur dengan methode GPO-PAP. masing-masing diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pre test-post test) (Dachriyanus et al., 2007) 4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti sterol dan bermanfaat terutama untuk membentuk membran. Kadar normalnya pada tikus 106 mg/dl (Umi, 2007). 5. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang
"'
berfungsi terutama untuk menyediakan energi. Kadar normalnya pada tikus 68 mg/dl (Umi, 2007). 6. LDL adalah lipoprotein berdensitas rendah yang bersifat aterogenik yang dapat melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar normalnya pada tikus 19 mg/dl (Umi, 2007). 7. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang membawa kelebihan LDL di jaringan perifer ke hepar. Kadar normalnya pada tikus 77 mg/dl (Umi, 2007). 8. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan atau penurunan kadar HDL. Tikus dikatakan dislipidemia bila kadar kolesterol total serum lebih dari 200 mg/dl (Sunarsih dan Prasetyastuti, 2008). 9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus untuk meningkatkan kadar kolesterol yang terdiri dari: •
Kuning telur 5%
•
Lemak hewan 10%
•
Minyak goreng 1%
10. Makanan standar sampai 100% Ditambah air minum yang diberi propiltiourasil 0,01% (Suryawati dan Santoso, 1991). 11. Diet standar adalah makanan yang diberikan menggunakan HPS 511 (Wirya, 2012). 12. Tikus yang dipakai dalam penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar, berkelamin jantan, berumur empat bulan, berat 180-200 gram (Wirya, 2012). 13. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat oleh dokter hewan pada kandang binatang percobaan (Wirya, 2012). 14. Berat badan adalah berat tikus yang ditimbang dengan timbangan khusus merek Shunle yang tersedia di Laboratorium (Wirya, 2012). 4.5 Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Ekstrak air pandan wangi Pandan wangi yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari perkebunan pandan wangi. 2. Air suling (aquades) 3. Darah tikus yang diambil dari medial canthus sinus orbitalis menggunakan pipet
"(
hematokrit 4. Propiltiaurasil 0,01% 5. Reagen untuk pemeriksaan kolesterol dan trigliserida 6. Diet tinggi kolesterol 7. Diet standar (Wirya, 2012) 4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dibutuhkan antara lain: 1. Kandang tikus beserta tempat minumnya 2. Masker 3. Sepasang sarung tangan karet 4. Gelas ukur 5. Tabung penampung darah 6. Pipet kapiler hematokrit 7. Spuit 3 cc 8. Jarum sonde 9. Kit kolesterol 10. Mortir 11. Timbangan (Wirya, 2012) 4.7 Prosedur Penelitian
1. Tikus dikumpulkan sebanyak 22 ekor dan dimasukkan ke dalam lima kandang. Tikus dipelihara dalam kandang individual yang berukuran 30 x 20 x 20 cm. 2. Tikus diadaptasi selama tujuh hari dan diberikan makanan standar yang berupa HBS pellet secara ad libitum. 3. Pada hari kedelapan, tikus dibuat dislipidemia dengan diberi makanan tinggi kolesterol selama 28 hari (Penapisan Farmakologi, 1991). 4. Tikus dipuasakan selama 18 jam. 5. Dilakukan pengambilan darah pada medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan profil lipid (pre test). 6. Tikus dislipidemia dibagi menjadi dua kelompok secara random. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol yang diberikan diet tinggi kolesterol ditambah plasebo
")
(air suling) dengan volume 1,5 cc setiap pagi selama 14 hari. Kelompok kedua merupakan kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi kolesterol ditambah ekstrak air pandan wangi dengan dosis 1500 mg/200gr BB tikus yang sebanding dengan volume 1,5 cc, diberikan setiap pagi selama 14 hari. 7. Tikus dipuasakan selama 18 jam ( Penapisan Farmakologi, 1991). 8. Dilakukan pengambilan darah pada medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan profil lipid (post test). 9. Darah sampel dikirim ke Laboratorium. 10. Analisis data. (Wirya, 2012) 4.8 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Semua data dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data. 2. Uji Normalitas Digunakan Uji Shapiro-Wilk Karena sampel yang digunakan kurang dari 30 sampel dan uji Shapiro-Wilk lebih sensitif terhadap kenormalan suatu data. Hasil menunjukkan data berdistribusi normal (p> 0,05). 3. Uji Homogenitas Homogenitas dilakukan dengan Levene’s Test dan didapat data bersifat homogen (p>0,05). 4. Uji Komparasi Data berdistribusi normal dan homogen maka uji komparabilitas dapat digunakan uji statistik parametrik yaitu Uji T-Independent pada taraf kemaknaan
a
=
0,05, untuk membandingkan kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan kolesterol HDL antar kelompok. 5. Uji Paired t -Test Hasil menunjukkan rerata Tolesterol Total, Trigliserida, dan Kolesterol LDL mengalami penurunan secara bermakna. 6. Uji Efek Perlakuan Pada Masing- Masing Kelompok Data homogen antara sebelum dan sesudah perlakuan (pre test dan post test). 7. Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows.
#+
DAFTAR PUSTAKA
Afrose, S., Hossain, Md. S., Salma, U., Miah,A.G., and Tsujii, H. 2010. Dietary karaya Saponin and Rhodobacter capsulatus Exert Hypocholesterolemic Effects by suppression of Hepatic Cholesterol and Promotion of Bile Acid Synthesis in Laying Hens. Cholesterol :272731 PMCID: 3065839. P. 1-9. Al-Matubsi, H.Y., Nasrat, Oriquat, G.A., Abu-Samak M., Al-Mzain, K.A., Salim M. 2011. The hypocholesterolemic and antioxidative effect of dietary diosgenin and chromium chloride supplementation on high-cholesterol fed Japanese quails . Pak. J. Bio.l Sci. 14:7:425-32. Anonim, 2011. Kunyit. Online melalui http://iptek.net.id/ind/pd _tanobat/view.php?mnu =2&id= 129. (16 Oktober 2011). Ballantyne, CM 2015, Clinical Lipidology: A Companion to Braunwald’s Heart Disease, Available from: Elsevier books. [15 Juni 2015]. Black, Henry R 2007, Hipertension: A Companion to Braunwald’s Heart Disease, Available from: Elsevier books. [15 Juni 2015]. Bob 2012, Peningkatan Prevalensi dan Beban Kesehatan, Buletin Rasional (Vol.10, No. 1), Dislipidemia, Available from : http://piolk.ubaya.ac.id./img/layanan/37_20120611114500.pdf. Carlson, B.S.E.M. 2009. Saponin: Biactivity and potential impact on intestinal health . Thesis.The Ohio State University. Dawn, BM , Allan, DM ,Colleen, MS 2000. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC. Dixit, AK, Dey, R, Suresh, A, Chaudhuri, S, Panda, AK, Mitra, A, Hazra, J 2014, ‘ The Prevalence of Dyslipidemia in Patients with Diabetes Mellitus of Ayurveda Hospital, Jurnal of Diabetes and Metabolic Disorders, vol. 13, no. 58, pp. 2-6. Goldberg, AC 2013, Dyslipidemia (Hyperlipidemia), Available from: Merck Manual. [15 Juni 2015].
#*
Gong, G., Qin, Y., Huang, W., Zhou, S., Wu, X., Yang, X., Zhao, Y., Li, D. 2010. Protective effects of diosgenin in the hyperlipidemic rat model and in human vascular endothelial cells against hydrogen peroxide-induced apoptosis. Chem Biol Interact. 184 :3:366-75. Guyton, AC & Hall, JE 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC. Hal 883-884. Hariana, A. 2013. 262 TUMBUHAN OBAT DAN KHASIATNYA. Jakarta: PPenebar Swadaya. Hodgson, Ernest. A Textbook of Modern Toxicology. 2nd ed. Singapore: McGraw – hill Book Co; 2000. p. 292 – 295. Hu, J., Zheng, Y., Hyde, W., Hendrich, S., Murphy, P.A. 2004. Human fecal metabolism of soyasaponin. I. J. Agric. Food Chem.52:2689-96. Hu, J., Hendrich, S., Murphy, P.A. 2004. Soyasaponin I and sapogenol B have limited absorption by caco-2 intestinal cells and limited bioavailability in women. J. Nutr.134:1867-73. Kurniawati, N.2010. SEHAT DAN CANTIK ALAMI BERKAT KHASIAT BUMBU DAPUR . Bandung: Penerbit Qanita. Kwiterovich, PO (ed) 2010, The John Hopkins Textbook of Dyslipiemia, Lippincot Williams and Wilkins, Philadelphia. Lakshmi, V., Mahdi, A.A., agarwal, S. K . and Khanna, A. K. 2012. Steroidal saponin from Chlorophytum nimonii (Grah) with lipid-lowering and antioxidant activity . Original article, 3:227-32. Loomis TA. Essential of toxicology. 3rd ed. Philadelpia: Lea & Febiger; 1987. p. 198 – 202.
Prameswari, Okky M. dan Widjarnako, Simon B. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan Wangi – Prameswari, dkk Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.2 No.2 p.16-27. Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang.
Rahmani. 2013. Formulasi Flavour Agent Alami (Daun Pandan dan Kayu Manis) Pada Teh Instan Berbasis Cincau Hitam Untuk Meningkatkan Aktivitas Sistem Imun Mencit .
#"