PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN GASTRITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT
WISMARINI PRINGSEWU PADA TAHUN 2009
Oleh :
OKTAVIA PURWANINGSIH
NIM. 07083
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI
STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PRODI D.III KEPERAWATAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karuia-NYA. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul " Hubungan Antara Pola Makan Dengan Frekuensi Kekambuhan Gastritis pada Pasien di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Wismarini pada tahun 2009."
Adapun pembuatan karya tulis ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mata kuliah Riset Keperawatan. Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
Ibu Ns. Arena Lestari, S. Kep, selaku ketua STIKes Muhammadiyah
Ibu Ns. Asri Rahmawati, S. Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dalam pembuatan proposal karya tulis ilmiah
Ibu Elmi Nuryati, Skm, selaku koordinator mata kuliah Riset Keperawatan
Direktur RS Wismarini Pringsewu dan seluruh staf yang telah membantu dalam proses penelitian
Ayah, Ibunda, Kakak dan Adikku tercinta yang telah memberi dukungan dan doanya untuk mencapai cita-cita penulis
Seluruh teman-teman STIKes Muhammadiyah Pringsewu khusususya angkatan XII yang telah memberi motivasi dan dorongan
Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal karya tulis ini
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk penyusunan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Demikianlah, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar banyak orang mengeluh rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, misalnya pada perut selalu penuh, mual, perasaan panas, rasa pedih sebelum dan sesudah makan. Salah satu penelitin yang mempelajari kemungkinan kelainan dalam jalan makan yang dihubungkan dengan keluhan seperti tersebut diatas. Broussais, menyelidiki perubahan-perubahan anatomis dari lambung dan usus halus. Pada otopsi ditemukan gastritis yang lanjut sebagai dasar kelainan patogenik. (Hadi, 2000)
Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet. Misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, refluk empedu atau therapy radiasi. (Brunner & Suddarth, 2000)
Pola makan yang baik terdiri dari frekuensi makanan, jenis makanan, pola makan yang teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. (Uripi, 2002)
Pada bulan Agustus 2009 penyakit gastritis di Rumah Sakit Wismarini merupakan penyakit tertinggi diantara 15 rumah sakit di kota Lampung. Di Rumah Sakit Wismarini kabupaten Pringsewu sendiri penyakit gastritis menempati rangking ke-4 dari 10 penyakit terbanyak yang terdapat di rumah sakit, Oleh karena frekuensi kekambuhan gastritis banyak terjadi pada pasien yang pola makan tidak teratur, maka petugas kesehatan hendaknya menjelaskan tentang bagaimana frekuensi makan, jumlah makan, dan jenis makanan yang baik, sehingga dapat merubah perilaku pola makan yang lebih baik dan frekuensi kekambuhan gastritis menurun
Dari bulan juli hingga september 2009 terjadi peningkatan jumlah pasien penderita gastritis dan kasus gastritis selalu menduduki 5 besar dari penyakit terbanyak di rumah sakit wismarini pringsewu, oleh karena itu femomena tersebut sangat tertarik untuk dibuat penelitian dengan judul hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis pada pasien diruang penyakit dalam rumah sakit wismarini pringsewu pada tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastitis pada pasien di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Wismarini Pringsewu pada tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastitis pada pasien di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Wismarini Pringsewu pada tahun 2009.
Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pola makan pada pasien gastritis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Wismarini Pringsewu pada tahun 2009.
Untuk megidentifikasi frekuensi kekambuhan gastritis pada pasien di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Wismarini Pringsewu pada tahun 2009.
Mengidentifikasi hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastiritis pada pasien di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Wismarini Pringsewu pada tahun 2009.
D. Ruang Lingkup
Jenis Penelitian : Korelasi
Variable Penelitian : Variable independent dan dependen
Obyek Penelitian : Hubungan antara pola makan dengan
frekuensi kekambuhan gastiritis
Subyek Penelitian : Pasien dengan gastritis
Pembatasan Lokasi : Rumah Sakit Wismarini Pringsewu
Waktu Penelitian : 20-30 Desember 2009
E. Manfaat Penelitian
Sebagai pengembangan pengetahuan tentang pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis.
Memberi informasi pada penderita tentang pentingnya pola makan.
Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam menetapkan diet pada penderita gastritis dan penyuluhan diet serta memotivasi klien untuk menjalankan diet dengan benar.
Sebagai masukan data dalam rangka mendukung program-program Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
Pola Makan
Definisi pola makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari. (Persagi, 1999)
Pola makan dengan menu seimbang perlu dikmulai dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan-makanan seimbang dikemudian hari.
Jenis-jenis hidangan yang dianjurkan
1) Sumber zat tenaga, misalnya : roti, jagung, ubi, singkong, tepung-tepungan, gula dan minyak.
2) Sumber zat pembangun, misalnya : ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe dan oncom.
3) Sumber zat pengatur, misalnya : sayur-sayuran, buah-buahan, terutama sayuran berwarna hijau dan kuning. (Hartono, 2000)
Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif . (Persagi, 1999). Alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan.
Tabel 1.1 Jadwal makan
Waktu
Makan
07.00-08.00
10.00
13.00-14.00
17.00
19.00
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
malam
(Persagi, Penuntun Diet, Jakarta, Gramedia, 1999)
Porsi makan pagi tidak perlu sebanyak porsi makan siang dan makan malam secukupnya saja, untuk memenuhi energi dan sebagai zat gizi sebelum tiba makan siang. Lebih baik lagi jika memakan makanan ringan sekitar jam 10.00 WIB.
Menu sarapan lebih baik harus mengandung karbohidrat, protein dan lemak serta cukup air untuk memudahkan pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi.
Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang. (Persagi, 1999)
Menyusun hidangan sehat memerlukan keterampilan dan pengetahuan gizi berorientasi pada 4 sehat 5 sempurna terdiri dari bahan pokok(nasi, ikan, sayuran, buah dan susu).
Menu yang tersusun memberikan hidangan sehat baik secara kualitas maupun kuantitas, guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi.
Tujuan Makan
Secara umum tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh energi baik yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Uripi, 2002)
Fungsi Makanan
Manfaat makanan bagi makhluk hidup termasuk manusia antara lain :
1) Memberikan bahan untuk membangun dan memelihara tubuh yang rusak
2) Memberikan energi (tenaga) yang dibutuhkan untuk kebutuhan bergerak dan bekerja.
3) Memberikan rasa kenyang yang berpengaruh terhadap ketentraman hati dan mempunyai dampak positif terhadap kesehatan.
Cara Pengelolaan Makanan
Dalam menu Indonesia pada umumnya dapat diolah dengan cara sbb :
1) Merebus (boiling)
Merebus adalah mematangkan makanan dengan cara merebus suatu cairan bias berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai mencapai titik didih 100 derajat celcius.
2) Memasak (braising)
Memasak adalah cara memasak makanan dengan menggunakan sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah dengan teknik ini adalah daging.
3) Mengukus (steaming)
Mengukus adalah proses mematangkan makanan dalam bentuk uap air.
4) Bumbu-bumbuan (simmering)
Hampir sama dengan mengukus tapi setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.
Membentuk Pola Makan yang Baik
Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian proses upaya untuk membentuk pola makan yang baik hendaknya dilakukan secara dini. Lingkungan sangat besar perannya dalam membentuk pola makan seseorang. Beberapa upaya untuk membentuk pola makan yang baik antara lain :
1) Menyediakan makanan yang bervariasi
2) Memberikan pengetahuan gizi
3) Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan
4) Menanamkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan
5) Menanamkan adab sopan santun saat makan
Pada kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung yang memicu terjadinya nyeri epigastrium.
Gastritis
Definisi Gastritis
Menurut Brunner & Suddarth (2000), gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, alcohol, aspirin, refluks empedu atau therapy radiasi. Gastritis dapat menjadi tanda pertama inflamasi dan infeksi system akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam alkali yang dapat menyebabkan mukosa memnjadi gangrene dan berforasi.
Manifestasi Klinis
Membrane mukosa lambung menjadi edema dan hipoforemik dan mengalami erosi superfersial, bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikitasam dan tetapi banyak mucus.
Gastritis akut mugkin asimtomatis, dapat terjadi keluhan berupa nyeri epigastrium, mual, muntah, atau mungkin terjadi hematemelis yang hebatdan melena. Gastritis akut karena enterotoksin stophylococus biasanya timbul mendadak berupa keluhan epigastrium, muntah. (Brunner & Suddarth, 2002)
Klasifikasi Gastritis
Menurut Mansyur (2000), gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan dan dapat disembuhkan atau sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan local. Endotoksin, bakteri , alcohol, kafein dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering, obat-obatan lain seperti NSAID juga terlibat. Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau mustard dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada gastritis.
2) Gastritis Kronik
Gastritis kronik ditandai oleh atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan sel pametel dan cref cell. Gastritis kronis diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak lambung akut karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya tinggi pada anemia pernisiosa. Gejala gastritis kronis umumnya bervariasi dan tidak jelas antara lain perasaan perut penuh, anoreksia, dan distress epigastrik yang tidak nyata.
Factor Pemicu Timbulnya Gastritis
1) Factor makanan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari. (Persagi, 1999).
Pada kasus gastritis ini diawali pola makan yang tidak teratur sehingga asam lambung meningkat, produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul nyeri epigastrium. Pada akhirnya menimbulkan perdarahan. Pola makan dan konsumsi makan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis, misalnya frekuensi makan yang kurang, dan jenis makanan yang dapat meningkatkan produksi HCl. (Uripi, 2002)
2) Faktor obat-obatan
Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya oleh Dreser (1893), dilaporkan timbulnya perdarahan karena aspirin. Lintott (1963), melakukan pemeriksaan gastrokopi secara berturut-turut pada 16 penderita yang minum tabel aspirin, asam salisilat atau kalsium asetil salisilat yang dihancurkan. 13 dari 16 penderita yang minum 15 gram aspirin, terlihat mukosa yang sudah hiperemik sampai perdarahan submukosa. Pada salah seorang dari 5 penderita yang diberi kalsium asetil salisilat, terlihat reaksi lokal pada daerah mukosa yang terdapat serbuk salisilat. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung (Hadi, 2000).
Pada tahun 1985 Henning, melakukan observasi pasien decompensasi cordis yang mendapat terapi digitalis, ternyata timbul gastritis akut. Tahun 1954 Palmer, melaporkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan gastroskopi pada pasien yang minum aureomisin, terlihat gastritis akut yang ringan dengan erosi (Hadi, 2000).
Obat-obatan yang mengandung salisilat misalnya aspirin (sering digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis (Uripi, 2002). Efek salisilat terhadap saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis besar. Aspirin merupakan agen-agen yang sering (Prince, 2001). Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut adalah pemakaian aspirin.
3) Faktor psikologis
Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat (Coleman,1995). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan
4) Infeksi bakteri
gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit/infeksi bakteri gastritis umumnya berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah diderita sebelumnya (Uripi, 2002)
5) Patofisiologi
Proses terjadinya gastritis akut bermula dari pemakaian aspirin, alcohol, garam empedu dan zat –zat yang lain yang terlalu berlebihan sehingga merusak mukosa lambung dan mengubahpermabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam HCl dengan akibat kerusakan jaringan khususnya pembuluh darah. Histamine dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap mukosa. Mukosa menjadi edema dan sebagian besar protein plasma dapat hilang. Mukosa dapat hilang mengakibatkan haemoragik interstitial dan perdarahan sehigga menjadi tukak.
Membran mukosa lambung mejadi edema dan hiperemik dan mengalami erosi superfesial, bagian ini mengekskresi sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mucus.Ulserasi superfesial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemorogi, pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, mual, muntah dan anoreksia. Beberapa pasien asitomatik.(Brunner & Suddarth, 2002: 1062).
6) Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematomesis dan melena, dapat berakhir dengan schok haemoragik, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis. (Arief Mansjoer, 2000; 493)
7) Diet Pada Gastritis
Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Menurut Uripi (2002), pemberian diet untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk :
a) Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung
b) Menghilangkan gejala penyakit
c) Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung
d) Mempertimbangkan dan mempertahankan keseimbangan cairan
e) Mengurangi gerakan peristaltic lambung
f) Memperbaiki kebiasaan makan pasien
Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain:
a) Syarat diet penyakit gastritis
Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus sesuai dengan kebutuhan pasien. (Hembing, 2004)
Porsi yang diberika kecil tapi sering, hindari makanan yang berlebihan. Biasanya pasien diberikan vitamin dan mineral dalam bentuk obat. (Uripi, 2002)
b) Kebutuhan zat gizi
Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat badan, umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit. Kebutuhan energi bagi pasien gangguan saluran pencernaan berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada table dibawah ini:
Table 1.2 Kebutuhan Zat Gizi
No
Golongan umur (Thn)
Kebutuhan Energi
1
2
Anak
< 1
1-3
4-6
7-9
Remaja dan dewasa
Pria
10-12
13-15
16-19
20-39
40-49
50-59
60-69
70
Wanita
10-12
13-15
16-19
20-39
40-49
50-59
60-69
70
1,090 kal
1,360 kal
1,830 kal
2,190 kal
2,600 kal
0,97 M X A
1,02 M X A
1,00 M X A
0,95 M X A
0,90 M X A
0,80 M X A
0,70 M X A
2,350 kal
1,13 F X A
1,10 F X A
1,00 F X A
0.95 F X A
0,90 F X A
0,80 F X A
0,70 F X A
Sumber : persagi, penuntun diet ( Jakarta, gramedia, 1999 ).
Keterangan :
M : Berat badan X 46 kal = kebutuhan energi pria dewasa pada
berat badan tertentu.
F : Berat badan X 40 kal = kebutuhan energi wanita dewasa pada
berat badan tertentu.
A : Indeks aktivitas, ringan : 0,09, sedang : 1,00, aktif : 1,17.
c) Jenis dan bentuk makanan
Jenis makan yang diperbolehkan dan dilarang untuk konsumsi pada penderita gastritis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.3 jenis dan bentuk makanan
Golongan bahan makanan
Makanan yang boleh diberikan
Makanan yang tidak boleh diberikan
Sumber hidrat arang
Sumber protein hewani
Sumber protein nabati
lemak
Sayuran
Buah-buahan
Minuman
bumbu
Beras dibubur ,atau ditim , kentang, roti panggang, biscuit, tepung-tepungaan dibubur, atau untuk pudding.
Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam digiling atau dicincang,telur direbus, susu.
Tahu, tempe direbus, kacang hijau direbus.
Margarine dan mentega
Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, bayam, labu siam, wortel, tomat direbus, dan ditumis.
Papaya, pisang, jeruk, sari buah, pir, dan peach dalam kaleng.
Sirup dan teh
Garam, gula, vestin, bawang dalam jumlah terbatas, kencur, jahe, kunyit, trasi, laos dan salam.
Beras ketan, mie, bihun, jagung, ubi- ubian, cake, dodol,kue-kue yang terlalu manis.
Daging, ikan, dan ayam yang diawetkan, digoreng,telur digoreng.
Tempe, tahu digoreng, kacang tanah, kacang merah.
Macam-macam lemak hewan dan lemak santan.
Sayuran mentah
Buah yang banyak serat dan menimbulkan gas, misalnya: nanas, kendndong,durian , nangka.
Minuman yang mengandung alkohol, kopi atau kafein dan soda.
Cabe, merica, cuka dan bumbu yang merangsang.
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
8) Penatalaksanaan Diet
Meurut persagi (1999), dikenal empat jenis diet untuk penderita gastritis. Diet ini disesuaikan dengan berat ringan penyakit.
a) Diet Lambung 1
diberikan pada penderita gastritis berat disertai perdarahan, jenis makanan yang diberikan meliputi susu dan bubur susu yang dierikan tiga jam sekali
Tabel 1.4 makanan yang diberikan sehari.
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Susu
Maizena
Gula pasir
1800
60
90
9 gelas
12 sdm
9 sdm
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.5 Nilai gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
vitamin A
thiamin
vitamin C
1630 kal
59 gram
63 gram
213 gram
2,6 gram
2,0 gram
2340 SI
0,5 mg
18 mg
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.6 pemberian makan sehari.
Jam pemberian
Jenis makanan
Jumlah
Pukul 07.00
Pukul 10.00
Pukul 13.00
Pukul 15.00
Pukul 18.00
Pukul 20.00
Bubur susu
Susu
Susu
Bubur susu
Susu
Susu
Bubur susu
Susu
Susu
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999)
b. Diet Lambung 2.
Untuk penderita gastritis yang sudah dalam perawatan, makanan yang diberikan berup makanan saring atau cincang, pemberian tiap tiga jam.
Tabel 1.7 bahan makanan yang diberikan sehari.
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Beras
Maizena
Biskuit
Daging
Telur
Susu segar
Papaya
Sayuran
Margarine
Gula pasir
60
60
90
100
150
900
200
100
20
70
9 gelas bubur saring
10 sdm
2 buah
1/3 gelas saring
3 butir
4,5 gelas
1 gelas saring
1 gelas
2 sdm
7 sdm
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.8 nilai gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
vitamin A
thiamin
vitamin C
1990 kal
73 gram
84 gram
236 gram
I,2 gram
128 mg
10103 SI
0,9 mg
174 mg
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.9 pemberian makan sehari.
Jam pemberian
Jenis makanan
Jumlah
Pagi
Pukul 10.00
Siang dan sore
Pukul 16.00
Pukul 20.00
Maezena
Susu
Telur
Gula pasir
Maezena
Susu
Gula pasir
Beras
Daging
Telur
Sayuran
Papaya
Margarine
Maezena
Susu
Gula pasir
Susu
biskuit
15 gram = 3 sdm
300 gram = 1,5 gelas
50 gram = 1 butir
20 gram = 2 sdm
15 gram = 3 sdm
300 gram = 1,5 gelas
20 gram = 2 sdm
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram = 1 gelas bubur saring
50 gram = 1 butir
50 gram = 0,5 gelas bubur saring
100 gram = ½ gelas buur saring
10 gram = 1 sdm
15 gram = 3 sdm
100 ml = 0,5 gelas
10 gram = 1 sdm
200 ml = 1 gelas
20 gram = 2 buah
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
c. Diet Lambung 3
menu untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat atau ringan, bentuk makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.
Tabel 1.10 bahan makanan yang diberikan sehari.
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Beras
Roti
Maezena
Daging
Telur
Susu
Sayuran
Buah (pepaya)
Margarine
Gula pasir
90
40
30
100
100
600
200
200
35
70
2 ¾ gelas bubur
2 potong
6 sdm
2 potong sedang
2 butir
3 gelas
2 gelas
2 potong sedang
3 ½ sdm
7 sdm
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.11 nilai gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
vitamin A
thiamin
vitamin C
1921 kal
61 gram
74 gram
257 gram
0,8 gram
17,8 mg
10469 SI
0,9 mg
134 mg
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.12 pemberian makan sehari
Jam pemberian
Jenis makanan
jumlah
Pagi
Pukul 10.00
Siang
Sore
Pukul 16.00
Pukul 20.00
Beras
Telur
Sayuran
Margarine
Gula pasir
Maezena
Susu
Gula pasir
Beras
Daging
Sayuran
Papaya
Margine
Beras
Daging
Sayuran
Papaya
margarine
Maezena
Susu
Gula pasir
Roti
Margarine
Telur
Gula pasir
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram = 1 butir
50 gram = ½ gelas
50 gram = ½ sdm
10 gram = 1 sdm
15 gram = 3 sdm
300 gram = 1 ½ gelas
25 gram = 2 ½ sdm
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram = 1 potong sedang
75 gram =3/4 gelas
100 gram = 1 potong
10 gram = 1 sdm
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram = 1 potong sedang
75 gram = ¾ gelas
100 gram = 1 potong
1o gram = 1 sdm
15 gram = 3 sdm
300 ml = 1 ½ gelas
25 gram = 2 ½ sm
400 gram = 2 potong
10 gram = 1 sdm
50 gram = 1 buah
10 gram = 1sdm
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
d. Diet lambung 4
Menu diet ini diberikan pada penderita gastritis ringan, makanan dapat berbentuk makanan lunak atau biasa ( tergantung toleransi penderita ).
Tabel 1. 13 bahan makanan yang diberikan sehari
Bahan makanan
Berat( gram )
URT
Beras
Maezena
Biscuit
Daging
Telur
Susu
Tempe
Sayuran
Buah ( papaya )
Minyak
Gula pasir
200
15
20
100
50
400
100
200
200
25
40
4 gelas tim
3 sdm
2 buah
2 potong sedang
1 butir
2 gelas
4 potong sedang
2 gelas
2 potong sedang
2 ½ sdm
4 sdm
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1. 14 nilai gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
vitamin A
thiamin
vitamin C
2080 kal
74 gram
65 gram
303 gram
0,8 gram
21,3 mg
9055 SI
0,9 mg
132 mg
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Tabel 1.15 pemberian makanan sehari.
Jam pemberian
Jenis makanan
Jumlah
Pagi
Pukul 10.00
Siang dan sore
Pukul 16.00
Beras
Telur
Sayuran
Gula pasir
Minyak
Maezena
Susu
Gula pasir
Beras
Daging
Tempe
Sayuran
Papaya
Minyak
Biscuit
Susu
Gula pasir
50 gram = 1 gelas tim
50 gram = 1 butir
50 gram = ½ gelas
10 gram = 1 sdm
5 gram =1/2 sdm
15 gram = 3 sdm
200 gram = 1 gelas
20 gram = 2 sdm
75 gram = 1 ½ gelas
50 gram = 1 potong sedang
50 gram = 1 potong sedang
75 gram = ¾ gelas
100 gram = 1 potong sedang
10 gram = 1 sdm
20 gram = 2 biji
200 gram = 1 gelas
10 gram = 1 sdm
Sumber : persagi, penuntun diet (Jakarta, gramedia, 1999).
Hubungan antara pola makan dengan peningkatan kekambuhan gastritis.
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitive bila asam lambung meningkat. Pola makan yang teratur dan baik merupakan salah satu penatalaksanaan gastritis dan merupakan tindakan preventive untuk mencegah kekambuhan gastritis. ( uripi, 2002 )
B.
Pola Makanan
Kerangka Teori
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional adalah penelitian analitik yang menyangkut bagaimana variabel sebab atau faktor resiko dan variabel akibat atau kasus yang terjadi dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), yaitu penelitian mencari hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis (Notoadmojo, 1993).
B. Kerangka Konsep
Gastritis
Keterangan :
Gambar 3.1. Kerangka konsep hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis
C. Hipotesa
Ha : Ada hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis
Ho : Tidak Ada hubungan antara pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis
D. Variabel Penelitian
1.Variabel independen : pola makan
2.Variabel dependen : frekuensi kekambuhan gastritis
E. Definisi operasional
Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat Ukur
skore
skala
Variabel independent
Pola makan
Variabel dependen
Frekuensi kekambuhan gastritis
pola makan yaitu cara klien makan berkaitan dengan frekuensi jumlah danjenis makanan yang dikonsumsi yang relatif tetap
Terjadinya kembali serangan gastritis dalam 1 bulan terakhir
frekuensi makan
jenis makanan
jumlah makanan
Kekambuhan lebih dari 2 kali sama dengan jumlah diagnosa pasti gastritis dari kunjungan pertama sampai dengan kunjungan berikutnya
Kuisioner
Kuisioner
dengan skore :
17-24 : pola makan baik
9-16 : pola makan kurang baik
0-8 : pola makan buruk
Jawaban :
a = 1
b = 0
dengan skor
0-2 : frekuensi kekambuhan ringan
3-4 : frekuensi kekambuhan sedang
5-6 : frekuensi kekambuhan berat
Ordinal
Ordinal
F. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Explanatory Survy (Penelitian penjelas) yaitu penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel yang telah ditetapkan dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan . Peneliti ini menggunakan pendekatan cross sectional diman subyek yang diteliti satu kali pada satu saat.
G. Polulasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti (Arikunto, 2002). Pada penelitian ini populasinya adalah semua penderita gastritis yang berkunjung ke rumah sakit wismarini pringsewu dalam 1 bulan terakhir. Besarnya populasi adalah 450 orang.
Sampel
Besar Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah Synestetik random sampling. Besarnya sampel yang diambil dengan rumus yang di formulasikan oleh Vincent Gaspersz
Keterangan
n : Sampel
N : Jumlah populasi
P : Proporsi
Z : Tingkat kepercayaan
G : Galat penduga
Teknik pengambilan sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien gastritis yang terpilih untuk diteliti berdasarkan hasil pengambilan sampel secara Synesmatik sampling. Pengambilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara kebetulan, sedangkan unsur-unsur lainya dipilih secara sisitimatis menurut suatu pola tertentu. Hal ini bertujuan agar diperoleh sampel yang merata semua penderita gastritis di Ruma Sakit. Rumus untuk mengambil sampel adalah sebagai berikut :
Keterangan :
K : Interval
N : Jumlah Populasi
n : Jumlah Sampel
H. Pengumpulan Data
Berdasarkan sumber data, maka pada penelitian ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan dalam kuisioner , meliputi data : pola makan terhadap frekuensi kekeambuhan gastritis
Data sekunder
Yaitu data yang mendukung kelengkapan data primer yang di kumpulkan secara tidak langsung dari sumber-sumber yang telah ada meliputi data dari Rumah sakit Wisma Rini
I. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik hasilnya, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002).
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner untuk variabel independen yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2002). Dan untuk variabel dependen juga menggunakan kuisoner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang akan menjadi dasar penjelasan tentang keadaan klien.
J. Pengolahan Data
Dari data yang telah dikumpulakan perlu dipilah-pilah dalam beberapa kelompok, diadakan kategorisasi sehingga data tersebut punya makna untuk menjawab permasalahan dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.
Editing
Setelah data dikumpulkan maka dilakukan edit untuk meneliti setiap kuisioner yang sudah dikembalikan, apakah sudah lengkap terisi atau belum.
Koding
Data yang diklarisifikasikan dari responden kemudian pengkodean dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan dalam mengelola data.
Entri Data
Memasukkan data yang diperoleh kedalam program komputer.
Tabulasi
Menyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang antara dua variabel
K. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hasil dari editing, koding, entri data, tabulasi. Kemudian data tersebut dianalisis dengan program SPSS Versi 10 for Window.
Analisis data dibuat dalam bentuk Analisis yang terbagi menjadi dua bagian :
Analisis Univariat
Untuk menggambarkan distribusi frekuensi mengenai prosentase adanya pola makan dengan gastritis.
Analisis Bivariat
Bivariat Deskriptiv
Yaitu untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas (pola makan ) dengan variabel terikat (gastritis)
Bivariat analitik
Untuk menganalisis ada tidaknya hubungan variabel bebas (pola makan) dengan variabel terikat (gastritis) dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X2)
1) Tujuan uji Statistik
Untuk menganalisis hubungan pola makan dengan frekuensi kekambuhan gastritis.
2) Rumus
Adapun rumus yang digunakan
X2 = ( O-E)2