BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Arikunto (2006:2) menjelaskan PTK melalui mel alui paparan gabungan definisi dari tiga kata yaitu penelitian, tindakan, kelas sebagai berikut: a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9) menjelaskan bahwa: PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
1
Sementara
menurut
Susilo
(2007:16),
PTK
merupakan
suatu
penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau guru dimana dia mengajar, dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dari berbagai pengertian PTK di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman yang berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu kualitas pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga mencapai hasil yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 2. Prinsip Dasar PTK
Menurut Kusumah (2009:17), PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah, diantaranya: a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar. b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran. c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan. meyakinkan. d. Masalah yang diteliti adalah adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata karma organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
2
f.
Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru dan dosen)
3. Tahap Pelaksanaan PTK
Dalam praktiknya PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan (Kusumah, 2009:25) yaitu: a. Perencanaan (planning) Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah. b. Tindakan (acting) Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
c. Pengamatan (observing) Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya. d. Refleksi (reflecting) Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau reflecting dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi di
dalam kelasnya.
3
4. Tujuan PTK dilakukan
Menurut Susilo (2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas. c. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari-hari. e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung. 5. Manfaat yang dapat diperoleh dari PTK
Banyak manfaat yang diperoleh dari dilaksanakannya PTK yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain Susilo (2007:18): a. Inovasi pembelajaran b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru e. Karya tulis ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas. 4
6. Model Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2006:16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut. Gambar Tahap Penelitian Tindakan Kelas
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Keterangan gambar :
Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan ( planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk 5
membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan ( Acting) Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Tahap 3 : Pengamatan ( Observing) Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan pengamat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Tahap 4 : Refleksi ( Reflecting) Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan
dengan
peneliti
untuk
mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan
6
B. Model Pembelajaran Teams
Games Tournaments
(TGT)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif ( Slavin 2005 : 73 ) merupakan strategi pembelajaran yang mendoromg siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendoronng siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui kertampilan proses. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen. Pengelompokan heterogenitas (Lie 2004 : 41) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam model pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender dan kemampuan akademis. Pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompokkelompok kecil untuk saling bekerja sama dan saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin 2009 : 4). 7
2. Tipe Pembelajaran Kooperatif Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai aplikasi dari pembelajaran kooperatif di kelas baru dimulai pada tahun 1970an. Salah satu hasil penelitian tersebut yang sekarang ini sudah sering digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa (Slavin, 2008: 10). Konsep penting dalam pembelajaran tim siswa ini adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu dan kesempatan sukses yang sama. Dalam hal ini tim tidak bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang tidak mungkin, karena semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria pada minggu-minggu dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan tanggung jawab individu disini adalah kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota tim. Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan sukses yang sama adalah semua siswa yang memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya. Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu adalah (Slavin, 2008:11): a. Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam STAD siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual. 8
b. Teams Games Tournaments (TGT) Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 45 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompokkelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Aktivitas belajar dengan turnamen yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. c. Tim Ahli ( Jigsaw) Dalam belajar kooperatif tipe Jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam hal kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman materi sebelumnya. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian “ahli” kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dalam Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu. d. Group Investigation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan sulit untuk diterapkan. Siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Dalam implementasinya, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan 9
yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas. e. Learning Together
Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang didalam kegiatan pembelajarannya menggunakan kuis-kuis dan sistem kemajuan skor individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil dari tim dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi, tim, game, turnamen dan rekognis tim 1.
Presentasi Kelas Materi yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar diperkenalkan kepada siswa melalui presentasi kelas. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan melalui pengajaran secara langsung yang dipandu oleh guru. Pada saat guru menyampaikan materi, siswa diharapkan memperhatikan materi tersebut. Hal ini dikarenakan akan membantu mereka dalam turnamen akademik, dan skor yang akan didapat di turnamen akademik akan menentukan skor tim mereka. Dan selain itu memudahkan mereka 10
dalam memahami materi dan mengerjakan soal-soal pada kegitan belajar kelompok. 2.
Tim Tim terdiri 4-6 orang siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama dari tim adalah memastikan semua anggota tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bias mengerjakan tugas dalam turnamen dengan baik. Selama belajar dalam tim, tugas anggota tim adalah menguasai materi dan membantu teman sekelasnya untuk mengusai materi. Pada hari pertama kerja tim dalam TGT, guru harus menjelaskan kepada para siswa apa artinya bekerja dalam tim. Khususnya sebelum memulai kerja tim bahaslah aturan tim sebagai berikut : a. Para siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim mereka telah mempelajari materinya. b. Tak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman satu tim menguasai materi pelajaran. c. Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu temannya sebelum teman mereka itu bertanya kepada guru. d. Teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan suara pelan. 11
3.
Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang konteksnya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaam yang dituliskan pada lembar yang sama. Seseorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.
4.
Turnamen Turnamen
biasanya
dilakukan
pada
akhir
materi
pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar
dalam
kelompok.
Turnamen
ini
berfungsi
untuk
mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota kelompok yang berbeda. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari pretest sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara 12
bergantian menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor meja turnamen yaitu meja turnamen 1 akan menjawab soal kode A, meja turnamen 2 dan 3 akan menjawab soal kode B, dan meja turnamen 4 akan menjawab soal kode C. Apabila siswa pada meja turnamen 1 tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke meja turnamen 2, 3, dan 4. Siswa yang menjawab dengan benar akan di beri kartu nilai. Kartu yang telah didapat
nantinya
yang
akan
dijadikan
skor
nilai
untuk
penghargaan kelompok. 5.
Rekognis Kelompok Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing – masing tim akan mendapatkan sertifikat dan penghargaan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi siswa agar menjadi lebih baik. Pada tahap ini, implementasi model TGT dianggap telah selesai, maka guru melakukan post test dan membagi kuesioner motivasi setelah diterapkannya model pembelajaran TGT , untuk mengetahui adanya tingkat perubahan motivasi belajar siswa 13
sebelum dan sesudah diterapkannya metode
TGT dalam
pembelajaran akuntansi di dalam kelas.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 1986: 75). Oleh karena itu motivasi sangatlah penting dalam peningkatan hasil belajar. Menurut Sardiman (1986:82-83) motivasi pada diri seseorang harus memiliki ciri-ciri yaitu: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, senang mencari dan memecahkan masalah. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, motivasi belajar dapat dikatakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, 14
maka seseorang siswa akan dapat melahirkan prestasi belajar siswa yang baik pula. 2.
Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut
Imron
(1996:99-104)
ada
beberapa
unsur
yang
mempengaruhi motivasi belajar yaitu: a. Cita-cita atau apersepsi belajar Setiap manusia memiliki cita-cita atau apersepsi tertentu dalam hidupnya yang dikejar dan diperjuangkan. Oleh karena itu, cita-cita sangatlah penting dalam mempengaruhi motivasi belajar. b. Kemampuan belajar Kemampuan belajar setiap orang berbeda-beda, sehingga motivasi yang dimilikipun berbeda-beda juga. c. Kondisi pembelajar Kondisi ini dibedakan menjadi dua yaitu kondisi fisik dan psikologis. Kedua kondisi ini akan mempengaruhi satu sama lain. d.
Kondisi lingkungan belajar Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik atau sosial. Lingkungan fisik adalah tempat dimana pembelajaran dan lingkungan sosial adalah lingkungan seseorang dalam kaitannya dengan orang lain.
3. Karakteristik Siswa yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Brown dalam Imron (1996:88) mengemukakan bahwa karakteristik siswa yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut: 15
1. Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh. 2. Tertarik kepada mata pelajaran yang dikerjakan. 3. Mempunyai aktivitas yang tinggi serta mengendalikan perhatian terutama pada guru. 4. Ingin selalu bergabung dalam kelas. 5. Ingin identitas dirinya diakui orang lain. 6. Tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri. 7. Selalu mengingat pelajaran dan mengulangi pelajaran. 4. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan sekolah antara lain: a.
Hadiah Memberikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar. Di samping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi.
b.
Saingan/ Kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
c.
Pujian 16
Pemberian pujian pada murid mengenai hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian memberikan rasa puas dan senang. d.
Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut dapat berubah diri dan memacu motivasi belajarnya.
e.
Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar Anak didik sungguh memerlukan dorongan dari guru yang dapat menumbuhkan motivasi dalam diri mereka. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian pada siswa.
Menurut Winkel (1983:27-28) motivasi belajar terbagi atas dua bentuk yaitu: 1. Motivasi ekstrinsik, yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. 2. Motivasi intrinsik, yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. D. Keaktifan ( Partisipasi )
1. Pengertian Keaktifan
17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 :17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998 :13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Menurut Sriyono (1994 : 85), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilakukan baik secara rohani atau jasmani. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar, seperti bertanya, mengeluarkan pendapat, mengerjakan tugas-tugas dan menjawab bertanyaan dari guru dan bisa bekerja sama dengan siswa yang lain serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perlaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya.
18
Hal yang palng mendasar yang dituntut didalam proses belajar mengajar adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masng siswa dapat melibatkan kemampuan semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakbitkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian peranan pendidikan. Aktivitas merupakan asas penting dalam asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giataktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupu bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengar, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran (Rohani 2004 : 6) Dalam
konsep
belajar
aktif
pengetahuan
merupakan
pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang 19
dimiliki guru kepada siswa. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono 2001:2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu a) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, b) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, c) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna, d) siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena sekolah merupakan sebuah minoritas dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling bekerja sama dan interaksi antar berbagai
komponen
yang
terbaik.
Pendidikan
modern
lebih
menitiberatkan pada aktivitas sejati, diman siswa belajar dengan mengalami sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Hal ini bukan berarti guru pasif atau tidak aktif dalam pembelajaran langsung, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan 20
fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar. Herman Handoyo (Rias, 1988 : 121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa seperti pada uraian di bawah ini : 1.
Menguji Pada waktu guru memberi materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraki dan menemukan. Mengabstraki berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan mengunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.
2.
Mengungkapkan Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan, atau tabel menggunakan simbol sesuai dengan situasi
masalahnya.
Ini
merupakan
proses
belajar
untuk
mengkonstruksi model-model dari situasi masalah yang dihadapi. 3.
Membuktikan Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alas an yang terstruktur.
4.
Mengaplikasikan Masalah
21
Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan. 5.
Menyelesaikan Masalah Dari suatu masalah yang komplek yang dihadapi namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
6.
Mengkomunikasikan Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masingmasing dengan menggunakan symbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan menginterpretasikan gagasan-gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas ini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani
E. Hakekat Akuntansi
1. Pengertian akuntansi Akuntansi
merupakan
seni
pencatatan,
penggolongan,
dan
peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara 22
yang
berdaya
guna
dan
dalam
bentuk
satuan
uang
dan
penginterpretasian hasil proses tersebut (Suwardjono, 2002:5). Dalam akuntansi diperlukan buku-buku catatan seperti buku jurnal dan buku besar. Buku jurnal adalah buku yang digunakan untuk pencatatan dan penggolongan transaksi keuangan secara kronologis sedangkan buku besar adalah buku yang dipergunakan untuk peringkasan transaksi keuangan yang berupa kumpulan dari rekening-rekening.
F. Kerangka Berpikir
Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat memahami materi dan mengerjakan soalsoal dengan baik, mereka harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kepada kelompok terbaik diharapkan dapat memicu masing-masing anggota kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga prestasi belajar siswa di sekolah dapat meningkat.
23
Bertolak dari pemikiran di atas peneliti menduga bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi dan pretasi belajar di kelas.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks Lie, Anita.2002. Cooperative Learning : Mempraktikan Cooperative Learning di ruang-ruang Kelas.Jakarta: PT Grasindo.
Septilya, Irene. 2010. “Penerapan Mod el Pembelajaran Kooperarif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dalam Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Skripsi. FKIP: USD Slavin, R. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Boston: Alllyn and Bacon Slavin.E.Robert.2009. Cooperative Learning Praktik).Bandung : Nusa Media
(Teori,
Riset,
dan
Sri, Margaretha. 2011. “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Untuk Meningkatkan Minat Belajar Terhadap Materi Jurnal Penyesuaian”. Skripsi. FKIP: USD Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher Suwardjono, 2002. Akuntansi Pengantar . Yogyakarta. BPFE Tim Redaksi KBBI Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat . Jakarta: Gramedia
Http://keaktifan hemow.Wordpress.com/2007/06/27
25
26