I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tanaman alpukat (Persea americana mill) merupakan tanaman yang berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak varietas yang tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi atas tiga tipe: tipe West Indian, tipe Guatemalan, dan tipe Mexican. Daging buah berwarna hijau di bagian bawah kulit dan menguning kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau karena kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin (Andi, 2013). Menurut Sunarjono (1998), alpukat termasuk tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 meter. Bentuk pohonnya seperti kubah sehingga dari jauh tampak menarik. Daunnya panjang (lonjong) dan tersusun seperti pilin. Pohonnya berkayu, umumnya percabangan jarang dan arahnya horizontal. Bunga alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Warna bunga putih dan setiap bunga akan mekar sebanyak dua kali. Tanaman alpukat (Persea Americana Mill) banyak tumbuh di Indonesia terutama di dataran tinggi yang berhawa sejuk (curah hujannya tinggi). Alpukat juga dapat tumbuh di tanah berpasir granit, dekomposit, serta dapat hidup pada tanah dengan tingkat keasaman dan kebasaan yang berbeda (Kalie, 1997). Alpukat bisa ditemukan di seluruh daerah di Indonesia. Salah satu daerah
penghasil
alpukat terbanyak yaitu Sumatera Barat (Redaksi Agromedia, 2009) dan kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Barat sebagai penghasil alpukat terbanyak.
1
2
Tanaman alpukat memiliki lebih kurang 17 varietas. Varietas alpukat yang cukup populer di pasaran adalah alpukat mentega, alpukat hijau panjang, dan alpukat hijau bundar. Varietas alpukat unggul yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI yaitu alpukat hijau panjang dan hijau bundar. Varietas alpukat unggul di Indonesia memiliki ciri-ciri di antaranya produksi buahnya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji, serta kulit buah licin (Redaksi Agromedia, 2009). Alpukat merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Aceh Tengah dari sektor tanaman buah-buahan. Sentra penjualan buah alpukat tergolong sangat besar sehingga Pemerintah Aceh Tengah menyarankan kepada petani untuk membudidayakan tanaman alpukat di samping tanaman sayuran dan perkebunan lainnya. Melihat minat masyarakat atau pasar tinggi akan kebutuhan buah alpukat, Pemerintah Aceh Tengah mulai memperhatikan pola tanam dan pembagian bibit unggul kepada petani (Radio Republik Indonesia). Alpukat daerah ini terkenal memiliki rasa yang manis, lebih gurih dan ukuran yang lebih besar dibanding alpukat yang berasal dari daerahdaerah lain. Tingginya produktivitas tanaman alpukat disini membuat Kabupaten ini sebagai sentra penghasil alpukat untuk wilayah Aceh hingga ke beberapa kawasan di Pulau Sumatera. Tanaman ini tumbuh baik di daerah ini karena Kabupaten Aceh Tengah memiliki faktor iklim dan ketinggian yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman alpukat. Alpukat pada kawasan ini juga lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat yang memiliki tanaman tersebut.
3
Peneliti sebelumnya telah melakukan inventarisasi dengan melihat penyebaran jenis tanaman alpukat pada berbagai ketinggian di salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh dengan menggunakan metode deskriptif. Parameter yang diamati adalah banyaknya jumlah tanaman alpukat, jenis alpukat, serangan hama dan penyakit, serta produktivitas tanaman alpukat yang ditemukan berdasarkan ketinggian. Namun penelitian tentang alpukat yang ada di Provinsi Aceh masih sangat kurang, khususnya Kabupaten Aceh Tengah. Sangat banyak keragaman genetic yang dimiliki oleh tanaman alpukat di wilayah tersebut yang belum terekomendasi dan belum diketahui. Sehingga perlu dilakukannya eksplorasi dan karakterisasi untuk mempertahankan keragaman genetic tanaman alpukat yang telah ada serta mempublikasikan dan merekomendasikannya melalui badan pemerintahan terkait. Keunggulan yang dimiliki tanaman alpukat di daerah ini perlu dikaji keberadaannya sebagai perbandingan untuk tanaman alpukat yang terdapat di daerah lain yang tidak memiliki keunggulan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian di Kabupaten Aceh Tengah agar informasi tersebut bermanfaat untuk pengembangan alpukat pada daerah-daerah lain, baik daerah pengembangan yang baru maupun yang sudah mengembangkannya. Penelitian ini akan membahas mengenai eksplorasi dan karakterisasi morfologi bagian vegetatif tanaman alpukat. Pelestarian plasma nutfah tanaman buah alpukat unggulan Aceh Tengah perlu dilakukan sebagai dasar untuk perlindungan tanaman buah unggulan Aceh dari kepunahan ataupun pencurian sumber daya genetik oleh pihak lain.
4
1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan data morfologi tanaman alpukat sebagai sumber informasi plasma nutfah tanaman alpukat. Manfaat menginventarasasi dan mengkarakterisasi plasma nutfah tanaman alpukat ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat luas untuk dapat mengetahui dengan jelas jenis-jenis alpukat yang ada di Kabupaten Aceh Tengah untuk pengembangan pembudidayaan alpukat lebih luas.
1.3. Identifikasi Masalah a. Bagaimana karakter morfologi tanaman alpukat unggul di Kabupaten Aceh Tengah? b. Bagaimana tingkat kekerabatan tanaman alpukat unggul di Kabupaten Aceh Tengah?
1.4. Hipotesis a. Kabupaten Aceh Tengah memiliki beberapa macam jenis tanaman alpukat dengan karakter yang berbeda-beda. b. Tanaman alpukat di Kabupaten Aceh Tengah memiliki tingkat kekerabatan yang beragam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Alpukat Menurut Maryani (2003), Sistematika tanaman alpukat adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Devisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotylendonae
Ordo
: Ranunculales
Family
: Lauraceac
Genus
: Persea
Spesies
: Persea gratissima Gaertn.
Tanaman alpukat (Persea americana Mill atau Persea gratisima Gaertin) wujud atau bentuk pohonnya bermacam-macam, mulai dari pohon lurus dengan batang yang kokoh kuat sampai pohon-pohon yang lebih kecil merimbun seperti semak. Tanaman alpukat asal biji dapat mencapai ketinggian 15 m - 20 m, sedangkan tanaman alpukat hasil mengenten dan mengokulasi lebih rendah. Batangnya alpukat bercabang rendah dengan tajuk pohon berdaun rapat. Daunnya alpukat berwarna hijau tua, berbentuk runcing sampai agak melebar, sepanjang 10 cm - 20 cm, daun-daun muda berwarna agak kemerah-merahan atau merah anggur. Bunga alpukat berjenis kelamin dua, tumbuh tersusun dalam malai pada tunas pucuk dan tunas terminal. Bunga alpukat memiliki sifat unik: meskipun berjenis kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi. Tanaman
5
6
alpukat tergolong tanaman yang berbunga banyak. Bunga alpukat memiliki sifat yang disebut dikogami (dichogami), yaitu putik dan benang pada bunga masak secara tidak bersamaan. Bila putik dan benang sari masak secara bersamaan disebut bunga homogami. Bunga dikogami seperti bunga alpukat ini tidak mungkin melakukan penyerbukan sendiri. Putik bunganya berfungsi bila mengalami penyerbukan silang dari bungan pohon lain.
2.2. Morfologi Tanaman Alpukat Tanaman alpukat termasuk jenis pohon kecil dengan tinggi 3 sampai 10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banya bercabang, dan ranting berambut halus. Daun pada tanaman alpukat ini berbentuk tunggal dengan tangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor, letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm. Daun muda pada tanaman alpukat mempunyai warna kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua warnanya hijau dan gundul (Angelina, 2007). Bunga pada tanaman alpukat merupakan bunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buah pada tanaman alpukat ini termasuk golongan buah buni, berbentuk bola atau bulat telur, mempunyai panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sarna sekali berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau, kekuningan. Biji pada tanaman alpukat berbentuk bulat seperti bola, mempunyai diameter 2,5-5 cm dengan keping biji putih kemerahan. Buah alpukat yang masak daging buahnya lunak,
7
berlemak, biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat juice. Minyak pada buah alpukat ini dapat digunakan antara lain untuk keperluan kosmetik. Perbanyakan dengan biji, cara okulasi dan cara enten (Angelina, 2007). Alpukat adalah tanaman diploid (2n=12), berbiji tunggal yang besar sekali. Kulit luar agak tebal, kulit tengah tebal berdaging lunak, dengan lapisan kulit dalam tipis berbatasan dengan kulit biji. Berat buah rata- rata antara 200- 400 gram, tetapi kadang- kadang ada yang mencapai 600- 700 gram, tergantung pada varietasnya. Jumlah buah tiap tahunnya ± 200 buah/ pohon (AAK, 1987). Buah alpukat termasuk buah buni, berbentuk bola atau buah peer, panjang 5 – 20 cm, berbiji 1, tanpa sisa bunga yang tinggal, berwarna hijau atau hijau kuning, keungu- unguan atau berbintik- bintik, gundul (Gambar 1). Biji pada buah alpukat ini berbentuk bola dengan garis tengah 2,5 – 5 cm (Steenis, 2003). Tandatanda kematangan optimal pada alpukat, yaitu: bila buah digoyang-goyang dapat berbunyi, karena bijinya terlepas dari daging buah dan rongga buah melebar. Buah yang sudah masak dan dipetik perlu disimpan selama beberapa hari lagi agar dapat dimakan dagingnya. Waktu berbuah secara lebat adalah pada bulan Desember sampai Pebruari, dan berbuah biasa antara bulan Mei- Juni (Rismunandar, 1983). Pohon alpukat yang berukuran besar mampu menghasilkan jutaan bunga dalam semusim. Bunga tersebut muncul diujung tunas. Bunga betinanya tunggal, dengan tangkai sari panjang dan diakhiri dengan kepala sari yang membesar. Benang sarinya sebanyak 9, yang tumbuh dari 2 lingkaran tempat kedudukan. Lingkaran tempat kedudukan sebelah dalam (inner stamen) mempunyai 3 benang sari sedangkan yang luar (outer stamen) mempunyai 6 (Ashari, 2004).
8
Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat pembungaan nya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup antara 2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang berfungsi sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi. Berdasarkan sifat pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe A: bunga betina mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari pada hari berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore harridan bunga jantan mekar pada pagi hari berikutnya (Ashari, 2004). Pertumbuhan individu bunga alpukat mempunyai dua tahap. Tahap I adalah membukanya bunga betina dengan kepala putik yang reseptif (siang diserbuki oleh bunga jantan). Pada tahap tersebut, penyerbukan dan pembuahan dapat berlangsung. Selanjutnya bunga tersebut menutup kembali sesudah tahap I dan membuka pada tahap II, yaitu penyebaran tepung sari (Ashari, 2004).
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Alpukat 2.3.1. Iklim Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m. Kebutuhan cahaya
9
matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat. Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C (BPPT, 2005).
2.3.2. Media Tanam Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, sistem drainase (pembuangan air) yang baik, subur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (alluvial loam). Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara Ph sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang (BPPT, 2005).
2.3.3. Ketinggian Tempat Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur
10
dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m dpl, sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl (BPPT, 2005).
2.4. Tipe Tanaman Alpukat 2.4.1. Ras Meksiko Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2.4.2. Ras Guatemala Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 ˚C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.
11
2.4.3. Ras Hindia Barat Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah (Kalie, 1997).
2.5. Manfaat Buah Alpukat Penelitian terbaru di AS telah dilakukan terhadap orang-orang dewasa yang mengkonsumsi buah alpukat dalam satu periode tertentu dibandingkan dengan yang tidak memakannya. Hasilnya, orang yang mengkonsumsi alpukat memiliki asupan serat, potasium, vitamin K, dan vitamin E yang lebih baik. Penelitian juga pernah dilakukan dampak konsumsi buah alpukat terhadap resiko penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular seperti jantung. Orang yang mengkonsumsi alpukat setiap hari memiliki resiko lebih rendah dari serangan
jantung.
Diperkirakan
kandungan
lemak
tak
jenuh
tunggal
(monounsaturated fat) yang terdapat dalam alpukat berperan penting menekan resiko penyakit kardiovaskular. Berikut ini beberapa rangkuman manfaat buah alpukat untuk kesehatan manusia. Disarikan dari situs Medical News Today:
Kesehatan jantung. Alpukat mengandung beta sitosterol yang baik untuk jantung.
12
Konsumsi beta sitosterol dan jenis sterol lainnya diketahui bisa menjaga level kolesterol dalam darah.
Kesehatan mata. Alpukat mengandung lutein dan zeaxanthin, dua zat yang berfungsi menjaga kesehatan jaringan mata. Zat-zat tersebut memiliki efek antioksidan dan menjaga mata dari kerusakan akibat sinar ultra violet. Selain itu, asalm lemak tak jenuh tunggal dalam alpukat bisa melarutkan zat seperti beta karoten yang bisa mencegah menurunan penglihatan akibat usia.
Keropos tulang. Alpukat kaya dengan vitamin K. Vitamin K melengkapi kalsium dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang. Kandungan vitamin K membantu tubuh menyerap kalsium lebih banyak.
Pertumbuhan bayi. Buah alpukat kaya dengan asam folat. Bila dikonsumsi oleh ibu hamil, asam folat berguna menekan resiko keguguran dan cacat pada bayi.
Anti depresi. Asam folat yang terdapat dalam buah alpukat juga bermanfaat sebagai asupan nutrisi bagi otak. Zat ini mencegah penumpukan penumpukan homosistein.
Kelebihan homosistein akan menganggu produksi serotonin, dopamine, dan norepinephrine yang berperan dalam menentukan suasana hati dan susah tidur (insomnia).
Kesehatan pencernaan. Tekstur buah alpukat yang creamy, kaya dengan serat.
Kandungan serat membantu mencegah sembelit dan kanker usus.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Kegiatan penelitian juga dilakukan di laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Unimal, dan Penelitian direncanakan dimulai sejak bulan
Maret 2017 sampai bulan April 2017.
3.2. Bahan dan Alat Tanaman alpukat yang digunakan untuk pengamatan pada percobaan eksplorasi adalah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu tanaman yang sudah sering berbuah dan diminati masyarakat berdasarkan survei. Pencarian jenis-jenis tanaman alpukat unggul dilakukan di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, sehingga akan menghasilkan berbagai aksesi dari berbagai tempat di Kabupaten Aceh Tengah. Alat yang digunakan ialah pisau, meteran, jangka sorong dan haga altimeter, kamera digital.
3.3. Metode Eksplorasi dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara sengaja purposive sampling, tanaman yang diamati sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu tanaman yang sudah beberapa kali berbuah dan diminati masyarakat berdasarkan survei. Pengambilan data yang dilakukan berupa pengukuran dan pengamatan langsung terhadap tanaman alpukat di lapangan sebagai data primer, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dengan mengisi kuisioner dan melakukan wawancara dengan pemilik tanaman alpukat.
13
14
3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Eksplorasi Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan nara sumber dan sumber informasi, baik langsung dari pemberi informasi utama (key informan) maupun data kepustakaan. Kegiatan eksplorasi diawali dengan inventarisasi tanaman buah-buahan yang belum dikoleksi di Propinsi Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Tengah. Langkah pertama praeksplorasi adalah mencari informasi ke dinas, BPS, dan instansi terkait, serta masyarakat sekitar untuk memperoleh informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya mencakup daerah asal dan penyebaran jenis tanaman. Eksplorasi didukung oleh keterangan petani tentang preferensi mereka terhadap kualitas buah alpukat di Aceh Tengah. Keterangan dari petani berupa tempat tumbuh tanaman yang akan dijadikan pertimbangan dalam karakterisasi dan deskripsi. Kriteria buah alpukat unggulan yang ditanyakan adalah rasa, aroma, ketebalan dan warna daging buah. Tanaman alpukat unggulan dari hasil wawancara kemudian dijadikan sebagai sampel untuk dilakukan pengamatan sifat morfologi bagian vegetatif tanamannya.
3.4.2. Karakterisasi Morfologi Bagian Vegetatif Tanaman Alpukat Berbagai jenis buah alpukat yang dihasilkan di Indonesia memiliki keanekaragaman morfologi yang berbeda-beda terhadap organ-organ vegetatif maupun kualitas buahnya. Perbedaan ini memberikan keunikan tersendiri dan memperkaya koleksi buah alpukat Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada
15
alpukat di Provinsi Aceh. Karakterisasi yang diamati berupa karakter morfologi vegetatif (batang, daun dan cabang).
3.4.3. Data Karakterisasi Data karakterisasi diperoleh dari hasil kegiatan penelitian berupa sifat-sifat dari karakter morfologis. Dalam hal ini, dikenal dua macam data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang merupakan hasil observasi terhadap karakter kualitatif. Oleh karena itu pada kelompok data kualitatif dikenal adanya kategori-kategori terhadap variable deskriptor. Sementara data kuantitatif adalah data yang merupakan hasil pengukuran (measurement) secara kuantitatif. 3.4.4. Pengumpulan Data a.
Observasi, dilakukan untuk mengatahui hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian untuk melihat dan mencatat segala hal tentang jenis tanaman alpukat terdapat di beberapa Desa di Kecamatan Bebesen.
b.
Wawancara, dilakukan dengan mengunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Aceh. Wawancara dilakukan untuk melengkapi dan mencocokkan hasil observasi. Wawancara dilakukan dengan masyarakat yang mengetahui tentang jenis-jenis tanaman alpukat.
3.4.5. Pengamatan Karakterisasi pada morfologi tanaman yang diamati yaitu : a. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dengan cara menggunakan Klinometer sederhana dan di hitung dengan menggunakan trigonometri.
16
Rumus Trigonometri :
a = tan (θ) . L + t
Keterangan : A
=Tinggi tanaman
tan (θ) = Nilai sudut
b.
L
= Jarak antara tanaman
t
= Tinggi alat klinometer
Lebar tajuk Lebar tajuk diukur dengan menggunakan meteran.
c.
Lingkaran batang Lingkaran batang diukur dengan cara melilitkan pita meteran pada batang tanaman alpukat dan batang yang diukur 1,30 m diatas permukaan tanah.
d.
Jumlah cabang Jumlah cabang dihitung dengan cara melihat langsung ke tempat penelitian.
e.
Umur tanaman Umur tanaman dihitung munurut perkiraan oleh pemilik tanaman alpukat di tempat.
f.
Bentuk batang Untuk mengetahui bentuk batang cara melihat langsung ke tempat penelitian.
17
g.
Permukaan batang Untuk mengetahui permukaan batang cara melihat langsung ke tempat penelitian.
h.
Warna kulit batang Untuk mengetahui karakterisasi bentuk batang, permukaan batang dan warna kulit batang dideskripsikan dengan cara melihat langsung di lapangan.
i.
Bentuk percabangan Untuk mengetahui bentuk percabangan dilihat pada tabel deskripsi pertumbuhan
j.
Kedudukan cabang Untuk mengetahui bentuk percabangan dilihat pada tabel deskripsi pertumbuhan.
k.
Panjang daun Panjang daun diukur dengan menggunakan penggaris ukur.
l.
Lebar daun Lebar daun diukur dengan menggunakan penggaris ukur.
m. Warna permukaan atas daun Untuk mengetahui warna atas daun alpukat dengan cara melihat. n.
Warna permukaan bawah daun Untuk mengetahui warna bawah daun alpukat dengan cara melihat.
o.
Bentuk daun Untuk mengetahui bentuk daun dilihat pada tabel deskripsi pertumbuhan Luas daun : Luas daun diukur dengan menggunakan Leaf Area Meter.
18
3.5. Analisis Data Data yang didapatkan di lapangan di analisis dengan dua cara yaitu secara deskriptif dan analisis keragaman.
3.5.1. Analisis Deskriptif Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu mencatat hal-hal berhubugan dengan karekter morfologi vegetatif tanaman alpukat yang di tampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Untuk format deskripsi tanaman alpukat hasil survei tersebut telah disusun dalam bentuk blanko isian baku.
3.5.2. Analisis Keragaman Bedasarkan Data Karakterisasi Morfologi Analisis kemiripan data morfologi dilakukan melalui fungsi SIMQUAL (Similarity for Qualitative Data), sedangkan pengelompokan data matrik (cluster analysis) dan pembuatan dendogram dilakukan dengan fungsi SAHN (Sequential Angglomerative Hierarchical and Nasted Clustering), metode UPGMA (Unweiggted
pair-Group
Method
Arithmetic),
dan
tingkat
kepercayaan
dendogram ditentukan dengan fungsin MxComp menggunakan pogram Numerical Toxonomy and Multivariate system (NTSYSpc) versi 2,02 (Rohlf 1998). Keselaraan pengelompokan ditentukan bedasarkan nilai goodness of fit, yaitu tingkat kesamaan nilai matriks similaritybcoefficient, dengan interpretasi kesesuaian matriks kolerasi dua data sangat sesuain (nilai r (kolerasi kofenetik dari MxComp) ≥0,9), sesuai (0,8≤ r≤0,9), tidak sesuai (0,7≤r≤0,8), dan sangat tidak sesuai (r≤0,7).
DAFTAR PUSTAKA AAK. 1987. Bertanam Pohon Buah- buahan 2. Yogyakarta: Kanisius. Angelina, Giovanni. 2007. Tanaman Obat Indonesia. Yogyakarta, 2007. Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit Alumni Bandung. Bandung. Ashari, Sumeru. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah- Buahan Komersial. Bayumedia Publishing. Malang. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta. Ashari, S. 2006. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta. BPPT. 2005. Alpukat (Persea Americana, Mill). http://www.ristek.go.id. Diakses pada tanggal 25 Januari 2017. Chotimah, Ana Qusnul. 2008. Perlakuan Uap Panas dan Pelilinan untuk Mempertahankan Mutu Buah Alpukat. Bandung : IPB Indrayani, Hetty Y. Sumiarsih, Emi. Alpukat. Jakarta : Penebar Swadaya, 1992. Indriani, Y.H dan E. Sumiarsih, 1992. Alpukat; Penanaman Jenis Komersial, Aspek Pemasaran. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Kanisius. Budidaya Dan Pemanfaatan Alpukat. Yogyakarta, 1997. Kalie, Moehd. Baga (1997). "Alpukat: budidaya dan pemanfaatannya". Yogyakarta: Kanisius. Nazaruddin dan F. Muchlisah, 1994. Buah Komersial. Penerbit Penebar Swadaya.Jakarta. Putra, N. 2010. Inventarisasi Alpukat (Persea Americana Mill.) pada Berbagai Ketinggian di Kabupaten Bener Meriah. Skripsi.Fakultas Pertanian USU. Medan. Redaksi
AgroMedia.
2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman
Buah
Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sunarjono, Hendro. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya, 2008. Sunarjono, H. H. 1998. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta Sunarjono, H. 1997. Prospek Berkebun Buah. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
19