JURNAL PRAKTIKUM TEKHNOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT
Dosen Pengampu: Anna L. Yusuf, M.Farm.,Apt Nia Kurniasih, M.SC.,Apt
Kelompok II Muhamad Jafar Sodiq (1604277064) Nelly Juliansari (1604277065) Ninik Sri Wahyuni (1604277066) Nita Asiah (1604277067) Nunik Supiatiningsih (1604277068)
Program Studi D III Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis Jln. KH. Ahmad Dahlan No.20 Tlp/Fax (0265)773052 Ciamis 46216
Tahun Ajaran 2017/2018
PERCOBAAN 1 DERAJAT FLOKULASI
I.
TUJUAN
: Menghitung derajat flokulasi
II.
LANDASAN TEORI Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak coleh cepat mengendap. Jika dikocok pelahan-lahan harus segera terdispersi kembali. Sediaan obat dibuat dalam bentuk suspensi karena: 1. Bahan obat tidak larut tapi masih dikehendaki dalam bentuk cair, misalnya: untuk pasien yang tidak bisa menelan tanlet atau kapsul. 2. Untuk obat tertentu, dalam suspensi lebih stabil daripada larutan, misalnya: Tetracyclyn Hcl yang dibuat dalam bentuk larutan akan mudah rusak, sedangkan dalam bentuk suspensi jadi lebih stabil. 3. Untuk obat tertentu, rasa dalam bentuk suspensi lebih enak daripada dalam larutan, misal: Chloramphenicol dalam bentu larutan rasanya pahit, dalam bentuk suspensi rasanya lebih enak. 4. Untuk tujuan, misal depo therapi, contoh: injeksi chloramphenikol Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi, antara lain: 1. Ukuran partikel 2. Sedikit banyaknya pergerakan partikel 3. Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel 4. Konsentrasi suspensoid Sediaan suspensi dalam farmasi digunakan sebagai: 1. Injeksi Intramuscular 2. Tetes mata 3. Sediaan Peroral 4. Sediaan rectum Pembuatan suspensi pada umumnya ada 2 cara: 1. Dengan pengendapan ( presipitasi) 2. Secara langsung ( dispersi) Dalam pembuatan suspensi pun ada 2 sitem pembuatan yakni: 1. Sistem flokulasi Partikel yang terflokulasi adalh terikat lemah, cepat mengendap, dan pada penyimpanan tidak terjadi cake serta mudah tersuspensi kembali Sifat-sifatnya: a. Partikelnya merupakan agregat yang bebas
b. Sedimentasi terjadi cepat, partikel yang mengendap sebagai flok ( kumpulan partikel) c. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake yang keras dan padat, mudah terdispersi kembali d. Ujud suspensi kurang bagus karena sedimentasi cepat terbentuk dan diatasnya terdapat cairan yang jernih dan nyata. Dalam sistem ini biasanya mencegah pemisahan tergantung pada partikel padat dan derajat flokulasinya. 2. Sistem deflokulasi Partikel terdeflokulasi mengendap perlahan sampai membentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Sifat-sifatnya: a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain b. Sedimentasi lambat terjadi, masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikelnya miminal c. Sedimen akan membentuk cake dan sukar terdispersi kembali d. Ujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama, terlihat ada endapan dan cairan diatas kabut. Tekhnologi pembuatan obat suspensi dibedakan menjadi 4 fase, yakni: 1. Pendistribusian atau penghalusan fase terdispersi 2. Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi dalam bahan pendispersi 3. Stabilitas untuk mencegas dan mengurangi pemisahan fase 4. Homogenisasi, yakni pemerataan fase terdispersi dalam bahan pendisperersi Pengujian terhadap suspensi 1. Uji ukuran partikel Melalui pengukuran mikroskopik dengan menggunakan mikroskop proyeksi ( Lanameter ) 2. Dispersitas Dengan cara microskopik atau menggunakan pipet andreas atau menggunakan perhitungan elektrolit ( coulter atau granuloter ) 3. Pengujian lain Penentuan orientasi partikel dengan menggunakan greendometer, hasil pengukuran rheologis Sifat-sifat suspensi yang diinginkan dalam suatu suspensi farmasi Yang menjadi pertimbangan dari pengembangan dan pembuatan suspensi farmasi adalah 1. khasiat terapeutik 2. stabilitas kimia 3. komponen-komponen formulasi 4. kelenggangan sediaan 5. bentuk sediaan 6. sifat-sifat sediaan yang diinginkan Adapun yang diharapkan dari sediaan suspensi farmasi adalah: 1. Suspensi farmasi dibuat dengan tepat, mengendap secara lambat dan harus rata bila dikocok kembali
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel suspensi tetap konstan untuk wakyu yang lama dalam penyimpanan 3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan tetap homogen Dalam pelaksanaan pembuatan suspensi ada beberapa cara, tergantung pada partikel yang diinginkan, terflokulasi atau terdeflokulasi. Cara itu adalaha: 1. Menggunakan structured vehicle yang berfungsi menjaga agar partikel tetap terdeflokulasi dalam suspensi 2. Menngunakan sistem flokulasi untuk embuatan terbentuknya cake 3. Kombinasi kedua cara diatas yang menghasilkan suatu suspensi dengan stabilitas yang bagus. Dalam suatu suspensi yang terflokulasi, fase yang terdispersi akan mengendap secara cepat dan menghasilkan endapan dan cairan yang jernih. Untuk menilai suatu suspensi dapat mempergunakan perbandingan volume endapan suatu saat dengan volume endapan mula-mula yang merupakan harga volume pengendapan ππ’
F=ππ
Dimana F : Volume pengendapan Vu: Volume endapan setelah proses pengendapan Vo: Volume suspensi sebelum pengendapan Robinson dkk menggunakan perbandingan yang sama tetapi dengan tinggi endapan π»π’
F= π»π
Dimana F : Volume endapan Hu : Tinggi endapan setelah proses pengendapan Ho : Tinggi suspensin mula-mula sebelum pengendapan Suatu parameter yang baik dalam menilai suspensi adalah menggunakan derajat flokulasi (B) yang menerangkan hubungan antara volume pengendapan suspensi terflokulasi dengan volume pengendapan suspensi yang sama jika suspensi tersebut dalam keadaan terdeflokuasi. Suspensi terdeflokulasi sempura akan mempunyai endapan yang relatif kecil dengan ditandai V~. π~
F> ππ
Perbandingan antara F dengan F~adalah derajat flokulasi.
B=
πΉ πΉ~
atau
B=
ππ’ βππ’ ππ
π~ππβπ~
atau
B=
ππππ’ππ πππππππ ππβππ π π’π ππππ π π‘πππππππ’πππ π π£πππ’ππ πππππππ ππβππ π π’π ππππ π π‘πππππππππ’πππ π
Apabila harga B =1 maka tidak terjadi flukulasi dalam suspensi tersebut
III.
ALAT DAN BAHAN Alat : Tabung erlemeyer 50ml Batang pengaduk Spatula / spatel Tabung reaksi Rak tabung reaksi Timbangan digital Botol semprot Gelas ukur
3 buah 1 buah 1 buah 5 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
Bahan : SulfadiazIna DSS ALClΘ Aquadest IV.
PROSEDUR KERJA Formula Sulfadiazina DSS ALClΘ Aquadest
A 1 5 10
B 1 5 1 10
C 1 5 2 10
D 1 5 3 10
E 1 5 5 10
Satuan Gram Mg Mg Ml
CARA PEMBUATAN 1. Larutkan DSS dalam sebagian air 2. Sulfadiazina didispersikan dalam larutan DSS, aduk sampai semua serbuk terbasahi. Jika perlu ditambah aquadest 3. Tambahkan larutan ALClΘ sesuai formulasinya, aduk sampai homogen dan terjadi suatu dispersi flokulasi 4. Suspensi kemudian dituang kedalam tabung reaksi berskala, tambahkan aquadest sampai 20ml, kocok sampai homogen 5. Catat tinggi pengendapan pada waktu tertentu, yakni 0 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20 ; 25 ; 30 ; 60 menit. Amati pula supernatan-nya
V.
HASIL ANALISA MENIT 0 5 10 15 20 25 30 60
A 6 3 2,8 2,8 2,5 2,5 2,5 2,5
B 6 2,7 2,5 2,6 2,5 2,5 2,5 2,5
FORMULA C 6 2,4 2,2 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
SATUAN D 6 2 1,9 1,9 1,7 1,7 1,7 1,7
E 6 1,2 1 1 1 1 1 1
Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm Cm
VI.
EVALUASI 1. Tentukan suspensi yang deflokulasi dan flokulasi, gambarkan dengan grafik waktu vs F FORMULA A MENIT Ho (cm) Hu (cm) F 0 6 6 1 5 6 3 0,5 10 6 2,8 0,47 15 6 2,8 0,47 20 6 2,5 0,42 25 6 2,5 0,42 30 6 2,5 0,42 60 6 2,5 0,42 FORMULA B MENIT Ho (cm) 0 6 5 6 10 6 15 6 20 6 25 6 30 6 60 6
Hu (cm) 6 2,7 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
F 1 0,45 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42
FORMULA C MENIT Ho (cm) 0 6 5 6 10 6 15 6 20 6 25 6 30 6 60 6
Hu (cm) 6 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7 2,7
F 1 0,45 0.45 0,45 0,45 0,45 0,45 0,45
FORMULA D MENIT Ho (cm) 0 6 5 6 10 6 15 6 20 6 25 6 30 6 60 6
Hu (cm) 6 2 1,9 1,9 1,7 1,7 1,7 1,7
F 1 0.33 0.32 0,32 0,28 0,28 0,28 0,28
FORMULA E MENIT 0 5 10 15 20 25 30 60
Ho (cm) 6 6 6 6 6 6 6 6
Hu (cm) 6 1,2 1 1 1 1 1 1
F 1 0,2 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17 0.17
GRAFIK 6 5
Formula E
4
Formula D
3
Formula C
2
Formula B
1
Formula A
0 0
5
10
15
20
25
2. HITUNG DERAJAT FLOKULASI SUSPENSI (B) FORMULA F0 F60 A 6 2,5 B 6 2,5 C 6 2,7 D 6 1,7 E 6 1 VII.
30
60
B 2,4 2,4 2,2 3,5 6
PEMBAHASAN Pada praktikum 1, perhitungan derajat flokulasi dari sediaan suspensi yang kami lakukan, dengan menggunakan 5 formula, yakni A, B, C, D, dan E yang terdiri dari Sulfadiazine, DSS, ALClΘ dan aquadest. ALClΘ yang ditambahkan pada formula B, C, D, dan E dengan jumlah bertingkat, sedangkan untuk formula A tanpa penambahan ALClΘ. ALClΘ sendiri berfungsi sebagai bahan pembentuk flokulasi, Sulfadiazine sebagai zat aktif, DSS sebagai pembentuk suspensi sedangkan aquadest sebagai medium suspensinya. Formula A, merupakan suspensi terdeflokulasi karenal tanpa penambahan ALClΘ, sehingga akan mengendap pelahan-lahan dan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi kembali. Sedangkan formula B, C, D, dan E merupakan suspensi yang terflokulasi sehingga cepat mengendap, tidak menimbulkan cake dan mudah terdispersi kembali. Perhitungan derajat flokulasi untuk menilai kestabilan suspensi selama proses penyimpanan. Bila derajat flokulasi (B) = 1 berarti tidak terjadi flokulasi. Dari hasil praktikum 1 formula A, B, C, D,
dan E diperoleh derajat flokulasi (B) > 1 Sehingga semua formula diatas tidak sesuai dengan teori suspensi yang diinginkan sebagai sediaan farmasi VIII.
KESIMPULAN Semakin banyak ALClΘ yang digunakan akan semakin banyak endapan yang terbentuk. Formula A merupakan suspensi terdeflokulasi karena tanpa penggunaan flucolating agen (pembentuk flukolasi) sedangkan formula formula B, C, D, dan E termasuk suspensi terflokulasi. Hasil perhitungan derajat flokulasi dari 5 formula tersebut B > 1
IX.
DAFTAR PUSTAKA 1. Buku panduan praktikum tekhnologi sediaan cair dan semi padat, Anna L Yusuf, M.Farm.,Apt, Nia Kurniasih, M.Sc.,Apt, STIKes Muhammadiyah Ciamis 2. Ansel Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 3.
Moh.Anief, 1993, Farmasetika,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
4.
Voight.R, 1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.