Perhitungan Desain Bangunan Intake A. Kriteria Desain yang Digunakan
Data Hidrolik 3
Desain aliran = 0.6 m /s
Elevasi minimum sungai = 66 m
Elevasi maksimum sungai = 70.5 m
Elevasi normal sungai = 69 m
Elevasi terendah sungai = 62 m.
Lokasi Intake Bangunan intake akan ditempatkan di pinggir sungai.
Petunjuk Umum Desain
Bangunan intake yang akan digunakan adalah shore intake.
Terdapat beberapa gate pada shore intake.
Gate tersebut ditempatkan di antara elevasi maksimum dan elevasi minimum sungai.
Coarse screen akan diletakkan di belakang shore intake. Kecepatan yang melalui coarse screen harus kurang dari 0.08 m/s.
Fine screen akan diletakkan di belakang coarse screen. Kecepatan yang melalui fine screen harus kurang dari 0.4 m/s.
Terdapat sebuah sumur penangkap yang berada setelah fine screen. Sumur penangkap dilengkapi dengan pompa intake dan pengukur debit.
Aerasi tidak diperlukan.
Gambar 1. Susunan Bangunan Intake
B. Intake
Ukuran terlalu besar untuk membuat satu gate. Sehingga dibuat dua gate dengan ukuran
yang sama.
⁄ Sehingga ukuran panjang dan lebar dari gate adalah 2 × 2 m. Kecepatan air yang melalui masing-masing gate:
Gambar 2. Tampak Depan Bangunan Intake
C. Coarse Screen
Layout coarse screen Coarse screen berlokasi di lubang inlet intake / panstock yang terdapat pada bangunan penangkap air ( intake).
Memilih bar arrangement Jumlah spasi =
Menghitung kecepatan yang melewati bar rack Luas rack = Luas bars =
Area terbuka =
Luas 3 buah panstock Kecepatan =
D. Fine Screen
Perhitungan lebar Lebar =
⁄ ⁄
Berdasarkan katalog, lebar screen yang tersedia adalah 2 m. Kecepatan =
E. Sumur Penangkap
Sumur Penangkap atau bak pengumpul berfungsi untuk menampung air dari intake untuk diolah oleh unit pengolahan berikutnya. Kriteria desain dalam JWWA (1978) adalah: Kedalaman (H) : 3 – 5 m Waktu tinggal (θ) : 1.5 menit Perhitungan sumur penangkap yaitu:
⁄ () ⁄ √ √
Asumsi kedalaman sumur penangkap adalah 5 m, maka:
Asumsi panjang dan lebar dari sumur penangkap adalah sama, sehingga: Dengan demikian dimensi sumur penangkap adalah: Panjang = 3.3 m Lebar = 3.3 m Kedalaman =5m Waktu tinggal = 1.5 menit
SALURAN TRANSMISI
1. Pengertian Saluran Transmisi
Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam Kodoatie, 2003,Bab I hal 9). Secara lebih spesifik oleh American Public Works Association (Stone,1974 dalam Kodoatie, 2003, Bab VII hal. 187) infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan oleh agen-agen publik untuk fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan seimbang untuk memfasilitasi tujuan ekonomi dan sosial. Dari definisi tersebut infrastruktur dapat dibagi dalam 13 kategori ( Grigg,1974 dalam Kodoatie, 2003, Bab VII hal. 188) yang salah satunya merupakan sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,fasilitas pengelolaan air ( treatment plant ).
Berbicara mengenai transmisi, yang dimaksud dengan sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan pengambilan air baku, dalam kasus ini adalah dari bangunan sumur penangkap ke bangunan pengolahan air bersih..
Gambar 1. Skema Sistem Transmisi Air Bersih
Adapun, hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan menentukan sistem transmisi adalah: -
Tipe pengaliran jaringan transmisi yang meliputi sistem pemompaan, dan sistem gravitasi. Sistem pemompaan diperlukan/diterapkan pada kondisi di mana letak
bangunan intake lebih rendah dari bangunan pengolahan air, dan berlaku sebaliknya pada sistem gravitasi. -
Topografi wilayah.
-
Dalam kasus ini, karena jarak bangunan sumur penangkap ke bangunan pengolahan air hanyalah 50m, maka bak pelepas tekan tidak dibuat.
-
Panjang dan diameter pipa saluran transmisi akan ditentukan dari perhitungan selanjutnya., dan lain-lain.
2. Jenis-Jenis Pipa Transmisi
Ada beberapa jenis pipa yang sudah pernah dipakai untuk pipa transmisi atau pipa distribusi dalam sistem penyediaan air bersih. Beberapa jenis pipa tersebut adalah pipa asbes
semen,
pvc,
fiber,
galvanis,
ductile/cast
iron.
a. Pipa Asbes
Pipa Asbes (Asbes Semen) sudah dipakai untuk sistem penyediaan air bersih di kota-kota Australia, Selandia Baru dan Indonesia. Di Indonesia Pipa asbes diproduksi oleh PT. JHI, sebuah perusahaan joint venture antara Indonesia dengan Australia. Diameter pipa mulai dari 80 mm s/d 500 mm. b. Pipa uPVC (unplastized Polyvinyl Chloride)
Pipa uPVC kelebihannya dibanding material lain adalah tahan terhadap korosi, kuat, ringan, mudah dalam penyambungan dan pemeliharaan, dan lain-lain. Perpipaan Transmisi sebaiknya dipasang dibawah tanah. Kedalaman pipa transmisi tergantung dari kondisi lapangan, biasanya minimum 50 cm dihitung dari permukaan tanah sampai bagian atas pipa transmisi. Apabila pipa transmisi berada dibawah jalan raya, minimum sekitar 100 s/d 120 cm. Bila kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk memasang pipa transmisi dibawah tanah, pipa transmisi dapat dipasang di atas permukaan tanah. Untuk pipa transmisi yang dipasang di atas tanah digunakan pipa besi/Steel/GIP, sedangkan pipa trasmisi yang dipasang didalam tanah bisa menggunakan pipa PVC. Pada kasus perencanaan jaringan air bersih di Kota Kediri ini, jaringan sistem yang akan dibuat adalah dibawah tanah, dan dengan mempertimbangkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas maka dipilihlah pompa yang akan dipakai adalah pompa PVC.
3. Perhitungan Pipa Transmisi Diketahui :
Debit
= 600 l/detik
Panjang pipa = 50 meter Elevasi
hulu (elevasi sumur penangkap) = 69 mdpl
Elevasi hilir ( elevasi WTP) = 73 mdpl Slope
=
4 50
0.08
Koef. friksi Hazen – William, menggunakan pipa PVC (Plastik), C=150 Analisa Perhitungan :
Tipe Saluran transmisi : saluran tertutup ( bertekanan) Formula yang digunakan Hazen – Williams 1. Penentuan diameter pipa Q 0,278 .CD 2, 63 S 0,54 600 1000
0,278.150. D 2, 63 .0,08 0,54
D 2,63 0,056 D 0,33m 33cm 2. Perhitungan kecepatan aliran dalam pipa v 0,850 .CR 0, 63 S 0,54
1.
v 0,850 .150 .0,05 .0,08 0,54 1,63 m / s
2. 3. Total friction head loss (hf)
v hf 6,81 C
1,85
1,63 hf 6,81 150
L 1,167 D
1,85
50 0,245m 1,167 0,38
4.Perhitungan HF mayor dan HF minor Hf mayor
= HL (L/1000) = 0,245 (50/100)
= 0,01225 m 5. Head minor biasanya diasumsikan sebesar 10% (Bowo, 2001) sehingga Hfminor = 10% . 0,01225 m = 0,001225 m Hftotal = Hfmayor + Hfminor = 0,01225 m + 0,001225 m = 0,013475 m Head statis = (73 -69) m = 4 m Head total = 0,013475 m + 4 m = 4,013475 m
5. Sisa tekan (ΔH) yang ada dapat dihitung sebagai berikut : 2
Sisa tekan(ΔH)= Htotal – Hf- v /2g Hf = 4,013475 m 2
2
v /2g = (Q/A)2/2g = (Q/пr )/2g 2
= ((0,6/(3,14 x (0,19) ))/(2x9,81) = 0,27 m 2.
POMPA Perhitungan Pompa 1. Diameter Pipa Angkat
Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebutuhan air pada jam puncak/ Q h maks (lihat tabel perhitungan kebutuhan air 2039) yaitu 3
0,600m /detik. Kecepatan aliran pompa diasumsikan sama dengan kecepatan aliran pada pipa yaitu 1,63m/s sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus : A
Q V
Dimana : Q = Kapasitas pompa A = Luas penampang pipa V = Kecepatan aliran pompa Sehingga akan didapat diameter pipa angkat dan kecepatan aliran. Akan digunakan empat (4) pompa dengan satu (1) pompa berfungsi sebagai pompa cadangan. Maka debit yang masuk, dibagi menjadi tiga (3) untuk dua pompa:
A
Q V
Qh V
3
0,600 m / s : 3 1,63m / s
3
0.200 m / s 1,63m / s
0,123 m
2
A r 2 2 A 0,123m 2 r 0,039 m 2 3.14 r 0,1979 0,198m 198mm
D 396mm 400mm Pengecekan Kecepatan :
V
Q A
3
0,200m / s 2
( .0,400 ) : 4
1,59 1,6m / s
1,6m / s 1,63m / s
Dari perhitungan diatas kita dapatkan bahwa diameter pipa angkat adalah 400mm, dengan kecepatan aliran adalah 1,6 m/s. 2. Kerugian Head (Hl) Head kerugian gesek dalam pipa (h f )
Sebelum mencari head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi adalah aliran laminer atau aliran turbulen. Dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu : Re
v.d
dimana : Re : Bilangan Reynolds V : Kecepatan aliran (m/s) d : Diameter pipa
(m) 2
: Viskositas kinematik air (m /s)
Bila Re < 2300, aliran bersifat laminer Bila Re > 4000, aliran bersifat turbulen -6
2
o
= 0,801.10 m /s (pada suhu 30 C )
d = 400mm = 0,4m maka : Re
1,6m / s 0.4m 0,801 x10
6
m2
799001 ,2484 Karena Re>4000, maka aliran yang
s
terjadi bersifat turbulen. Maka untuk menghitung kerugian gesek yang terjadi dalam pipa menggunakan rumus : L.v 2 h f d .2 g dimana : hf
: Head kerugian dalam pipa
: Koefisien kerugian gesek
L
: Panjang pipa
(m)
d
: diameter pipa
(m)
g
: Percepatan Gravitasi (m/s )
v
: Kecepatan aliran
(m)
2
(m/s)
Untuk mencari kita menggunakan formula Darcy untuk aliran turbulen, dengan rumusnya adalah : 0,0005
0,020
0,400
0,021
Dengan L = 50 m (panjang pipa transfer ) Maka kerugian gesek dalam pipa : h f 0,021
50(1,6)
2
0,400(2 9,81)
0,342m
Kerugian head kerugian plumbing accessories
Dengan menggunakan rumus :
he
K
v2 2g
Dimana : he : Head kerugian plumbing accessories
(m)
K : Koefisien kerugian
Kerugian plumbing accessories (untuk melindungi pipa, maka dibuat rumah pipa). Instalasi pompa di rumah pompa untuk satu (1) buah pompa dengan dua (2) buah pipa adalah :
1. Flexible Joint : 1 x 10 = 10 2. Flow meter
: 1x2,5 = 2,5
3. Elbow 90
: 3x 1.1 = 3,3 +
Kerugian total ( K total ) = 15,8 Maka : he 15,8 x
1,62 2 x9,81
Setelah semua bagian H l
2,06m
= hf + he = 0,342 + 2,06 = 2,402 = 2,40 m
Besarnya koefisien kerugian (K) yang dipakai didapat dari refersensi buku Mekanika Fluida ( Bruce R. Munson, Donald F. Young, dan Theodore H. Okiishi, Erlangga, 2005). Maka besar Head Total Pompa (H), adalah : H Hstatis H l
H 4 2,40
v2 2g
1,62 2.9,81
6,53m
Jadi Head total pompa adalah 6,53 m. 3.Efisiensi pompa (
p)
diasumsikan sebesar 75%
4. Maka daya pompa angkat adalah :
P p
.g.Q. H p
dimana : Pp
: Daya pompa
:
(watt)
: Kerapatan air
:
(998,3 kg/m pada suhu 20 C)
g
: Percepatan gravitasi :
(9,81 m/s )
Q
: Kapasitas pompa
:
(m /s)
H
: Head total pompa
:
(m)
p
: Efisiensi pompa
:
(%)
P p
998 ,3 x9,81 x 0,200 x 6,53 0,75
3
2
3
17053 ,43978 watt
P p 17 ,053 kW 17 kW 18 kW
5.Daya Motor Pompa
Tentunya setelah menghitung daya poros (P p) dihitung juga daya motor yang digunakan untuk menggerakkan poros tersebut. Rumus yang digunakan adalah : Dimana: Pp
= Daya poros/ daya pompa
transmisi = ditentukan sebesar 0,9 Sehingga perhitungannya adalah :
Pm 1,15
18 0,9
23kW .
Jadi daya motor yang diperlukan adalah sebesar 23 kW. Perhitungan ini apabila diterapkan dengan kondisi pompa di lapangan/di pasaran,
didapatkan pompa dengan spesifikasi yang memenuhi kebutuhan, yaitu :
Flokulasi
Flokulasi merupakan bagian dari unit proses pengadukan lambat. Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan gerakan air secara perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk gabungan partikel berukuran besar. Pengadukan lambat digunakan pada proses flokulasi, untuk pembesaran inti gumpalan. Gradien kecepatan diturunkan secara perlahan-lahan agar gumpalan yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar. Penggabungan inti gumpalan sangat tergantung pada karakteristik flok dan nilai gradien kecepatan. Tingkat efisiensi terjadinya proses flokulasi sebagian besar ditentukan oleh banyaknya tabrakan yang terjadi antara patikel-partikel teragulasi dalam satuan unit waktu. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain unit flokulasi : Kualitas air baku dan karakteristik flokulasi. Kualitas tujuan dari proses pengolahan. Headloss tersedia dan variasi debit instalasi.
Secara umum, pengadukan lambat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan kurang dari 100 per detik selama 10 hingga 60 menit. Secara spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat. Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1. Pengadukan mekanis Pengadukan mekanis merupakan satu metoda yang umum digunakan untuk pengadukan lambat. Pengaduk (disebut juga flokulator) mekanis yang sering digunakan dalam pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi hingga membentuk roda ( paddle wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal. Contoh dari pengadukan mekanis antara lain adalah mekanik paddle dan mekanik propeller
Gambar 1.1 Flokulator pedal dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal shaft).
Besarnya energi/tenaga yang diterima oleh fluida akibat putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag dan kecepatan relatif fluida terhadap pedal. Tenaga yang diperlukan untuk pengadukan sistem pedal dapat dihitung dengan rumus : P C D . A
v3 2
………………………………………………………………………( 2.1)
Keterangan : P = tenagan, Nm/det CD = koefisien drag A = luas permukaan paddle wheel, m
2
3
ρ = rapat massa air, kg/m
v = kecepatan relative putaran paddle, m/det Nilai CD dapat dilihat pada tabel berikut ini, Tabel 1.1 Nilai Koefisien Drag
Keterangan : L = panjang paddle W = lebar paddle Bila paddle whell tersusun oleh lebih dari satu pasang paddle (dengan ukuran yang sama), maka persamaan (2.1) tersebut menjadi,
P
1 2
3 C D A vi ……………………………………………………………..(2.2)
i = 1, 2, 3,…n 2. Pengadukan Hidrolis Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat berbeda dengan pengadukan cepat. Pada pengadukan lambat, energi hidrolik yang diharapkan cukup kecil dengan tujuan menghasilkan gerakan air yang mendorong kontak antar partikel tanpa menyebabkan pecahnya gabungan partikel yang telah terbentuk. Prinsip kerja flokulator hidrolis
ini adalah dengan cara pengadukan ( mixing) contohnya
adalah horizontal- flow baffle channel, vertikal- flow baffle channel dan heksakoloidal flokulator . Namun, jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan lambat
adalah baffle channel. Pengaduk hidrolis dilakukan dengan mengandalkan energi hidrolis berupa terjunan air, energi gesekan ( head loss) pada perpipaan, kanal bersekat, Berikut ini disajikan gambar flokulator tipe baffle channel
Gambar 1.2. Flokulator tipe baffle channel
Flokulator umumnya dibuat secara seri seiring penurunan nilai G agar diperoleh pencampuran sempurna, yaitu partikel dapat saling berkontak, sehingga diperoleh hasil akhir yang memuaskan. Total waktu detensi yang diperlukan untuk flokulator secara seri maksimum 45 menit. Jumlah sekat dalam flokulator kanal bersekat ( baffle channel) dapat ditentukan dengan rumus berikut :
1. Jumlah sekat dalam flokulator aliran horizontal 2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
……………………………………………….(2.3)
2. Jumlah sekat dalam flokulator aliran vertikal 2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
……………………………………………….(2.4)
Keterangan : h = head loss (m) v = kecepatan fluida (m/det) g = konstata gravitasi ( 9,81 m/det 2) k = konstanta empiris ( 2,5 – 4) n = jumlah sekat H = kedalaman air dalam kanal (m) L = panjang bak flokulator (m) G = gradien kecepatan (1/det) Q = debit aliran (m3/det) t = waktu flokulasi (det) μ = Kekenatalan dinamis air (kg/m.det) ρ = Berat jenis air (kg/m3) f = koefisien gesek sekat W = lebar bak (m) 3. Pengadukan Pneumatis Flokulator ini dirancang dengan cara mensuplai udara ke dalam bak flokulasi, cara kerjanya sama seperti yang dilakukan pada aerasi, bedanya suplai udara yang diberikan ke bak flokulasi tidak sebesar pada bak aerasi. Jenis flokulator ini jarang sekali kita temukan saat ini. Kriteria Desain
Pada permasalahan perancangan bangunan air bersih dan air minum Kota Kediri ini, jenis pengadukan lambat yang digunakan adalah pengadukan dengan cara hidrolis
dengan menggunakan flokulator kanal-bersekat (baffled channel). Berikut ini diberikan kriteria desain yang disyaratkan untuk flokulator hidrolis, Tabel.2. Kriteria Flokulator Hidrolis (SNI-6774-2008)
Tabel 3. Kriteria desain yang umum digunakan dalam rancangan flokulator
Perhitungan Desain :
Oleh karena itu, ditentukan kriteria berdasarkan ASCE, AWWA, dan Kawamura, sebagai berikut : Akan dibuat tiga ( 6 ) ruang atau kompartment. Q (Kapasitas air total) = 600 liter/detik 3
= 51840 m /hari Diasumsikan :
G1 = 50 / detik G2 = 45 / detik
G3 = 40 /detik G4 = 35 / detik G5 = 30 / detik G6 = 25 /detik Waktu Tinggal (td total) = 42 menit Panjang Flokulator (L) = 20 m Kedalaman (h)
= 2m
Koefisien Kekasaran dinding kanal = 0,015 ( Concrete) o
Suhu air
= 20 C
Perhitungan detail :
a. Total volume flokulator : V 27menit . x.51840m 3 / hari. x
1hari 1440menit
972m 3
b. Total lebar flokulator : W
V LxH
972 m
3
20 mx 2m
24 m
c. Lebar tiap seksi w
24m 6
4m o
-3
3
d. Pada suhu 20 C nilai µ=1,0087 x 10 kg/m.det, dan ρ=1000 kg/m ( Reynolds, Richards, 1996). 1. Flokulator Pertama
Dihitung flokulator kedua dengan gradient kecepatan, G = 50/detik dan waktu tinggal hidrolik, td = 7 menit. Jumlah sekat dalam flokulator pertama :
1 / 3
2 2 .t H . L.G n 1,44 f Q
1 / 3
2 3 21,0087 x10 760 2,02050 n 1000 1 , 44 0 , 015 51840 / 86400
Jarak antar sekat
20 19
18,63 19
1,05m
Head Loss pada flokulator
h
.t .g
1,0087 x10 760 50 3
.G
2
2
10009,81
0,107 0,11m
2. Kompartmen kedua.
Dihitung flokulator kedua dengan gradient kecepatan, G = 45/detik dan waktu tinggal hidrolik, td = 7 menit. Jumlah sekat dalam flokulator kedua : 1 / 3
2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
2 3 21,0087 x10 760 2,02045 n 51840 / 86400 1000 1 , 44 0 , 015
Jarak antar sekat
20 17
17,37 17
1,2m
Head Loss pada flokulator
h
.t .g
1,0087 x10 760 45 3
.G
2
10009,81
2
0,087 0,09m
3. Kompartmen ketiga
Dihitung flokulator ketiga dengan gradient kecepatan, G = 40/detik
dan waktu tinggal hidrolik, td = 7 menit. Jumlah sekat dalam flokulator ketiga : 1 / 3
2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
2 3 21,0087 x10 760 2,02040 n 1000 1 , 44 0 , 015 51840 / 86400
Jarak antar sekat
20 16
16,06 16
1,25m
Head Loss pada flokulator
h
.t .g
1,0087 x10 760 40 3
.G
2
2
10009,81
0,069 0,07m
4. Kompartmen keempat
Dihitung flokulator keempat dengan gradient kecepatan, G = 35/detik dan waktu tinggal hidrolik, td = 7 menit. Jumlah sekat dalam flokulator keempat : 1 / 3
2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
2 21,0087 x10 3 760 2,02035 n 51840 / 86400 1000 1 , 44 0 , 015
Jarak antar sekat
20 15
14,69 15
1,33m
Head Loss pada flokulator
h
.t .g
1,0087 x10 760 35 3
.G
2
10009,81
5. Kompartmen kelima
2
0,053 0,05m
Dihitung flokulator kelima dengan gradient kecepatan, G = 30/detik dan waktu tinggal hidrolik, td = 7 menit. Jumlah sekat dalam flokulator kelima : 2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
1 / 3
2 3 21,0087 x10 760 2,02030 n 10001,44 0,015 51840 / 86400
Jarak antar sekat
20 13
13,26 13
1,54m
Head Loss pada flokulator
h
.t .g
1,0087 x10 760 30 3
.G
2
2
10009,81
0,039 0,04m
6. Kompartmen keenam
Dihitung flokulator keenam dengan gradient kecepatan, G = 25/detik dan waktu tinggal hidrolik, td = 7 menit. Jumlah sekat dalam flokulator keenam : 1 / 3
2 H . L.G 2 .t n 1,44 f Q
1 / 3
2 21,0087 x10 3 7 60 2,02025 n 1000 1 , 44 0 , 015 51840 / 86400
Jarak antar sekat
20 12
11,74 12
1,67m
Head Loss pada flokulator
h
.t .g
1,0087 x10 760 25 3
.G
2
10009,81
2
0,027 0,03m
7. Total Head Loss H L total 0,11 0,09 0,07 0,05 0,04 0,03 0,39m
8. Tenaga input/ Tenaga yang dibutuhkan P Q. .g.h
Dimana : P = tenaga, Nm/det 3
Q = debit aliran, m /det 3
Ρ = berat jenis, kg/m
2
g = percepatan gaya gravitasi, (9,81 m/det ) h = tinggi jatuhan (m) = kehilangan energi akibat gesekan (head loss) Sehingga didapat: P Q. .g.h 0,6m 3 / det .1000 kg / m 3 .9,81m / det 2 .0,39 m 2295 ,54 Nm / det P 2295,54 2300watt