Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow, Dan Investment Opportunity Opportunity Set Terhadap Dividend Payout Ratio Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI)
SALVATORE WIKA LINGGA PRADANA I PUTU SUGIARTHA SUGIARTHA SANJAYA SANJAYA Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Abstract The objective of this study is to investigate the factors affecting the Dividend Payout Ratio (DPR)on the banking companies listed in Indonesia Indonesia Stock Exchange (IDX). Multiple regression is a model of analysis used by researchers to examine several variables affectingDPR such as profitability, free cash flow, and investment opportunity opportunity set as independent variables, as well as firm size as a control variable. The sample in this study is 29 conventional banks listed in IDX during the period 2009-2012. The result shows that the independent variable profitability (ROA) has a significant and positive effect on DPR. While the free cash flow and the investment opportunity set donot affect on DPR. Keywords: Profitability, Free Cash Flow, Investment Opportunity Set, Dividend Payout Payout Ratio
Abstrak Tujuan studi ini adalah untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Regresi berganda adalah model analisis yang digunakan oleh studi ini untuk menguji beberapa variabel yang mempengaruhi DPR seperti profitabilitas, aliran kas bebas, dan set kesempatan investasi sebagai variabel independen. Ukuran perusahaan adalah variabel variabel kontrol. Sampel Sampel dalam studi studi ini adalah 29 bank konfensional yang terdaftar di BEI selama periode 2009-2012. Hasil analisis data menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh secara positif dan signifikan signifikan terhadap DPR. Sementara Sementara aliran kas bebas dan set kesempatan investasi tidak mempengaruhi DPR. Kata Kunci: Kunci: Profitabilitas, Aliran Kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, Dividend Payout Payout Ratio
1. Pendahuluan
Perbankan merupakan organ vital yang penting dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Perbankan menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian ( prudential banking).Karakteristik bank yang prudence menuntut bank bank di Indonesia untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan aktivitasnyaagar tidak membahayakan nasabah atau perekonomian negara.Jika sewaktu-waktu terjadi krisis moneter, maka perbankan tetap dapat bertahan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ketahanan perbankan Indonesia sudah terlihat pada bulan Januari 2010. Saat itu, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, menaikkan peringkat delapan bank di Indonesia (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank OCBC NISP, dan Bank UOB Buana) dari BB menjadi BB+. Kenaikan peringkat ini sesuai dengan ekspektasi Fitch Ratings bahwa perbaikan perbankan di Indonesia akan berlanjut karena prospek
ekonomi makro yang lebih kuat tercipta pada tahun 2010. Kondisi tersebut berimbas padapeningkatan kualitas kredit dan profitabilitas di masa depan. Bukti itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata profitabilitas bankdi Indonesia dari tahun 2009 sampai 2012. Kantor akuntan publik The Big Four , Ernst & Young, merespon hal ini dengan mengadakan survey mengenai South East Asia Capital Confidence Barometer pada tahun 2011.Salah satu hasil survey menyatakan bahwa 71% pelaku bisnis sektor perbankan di Indonesia berencana menggunakan kelebihan uang tunai mereka untuk membayar dividen kas. Fenomena atau realita yang terjadi sepanjang tahun 2009 sampai 2012 justru menunjukkan hasil yang berkebalikan yaitu terjadi penurunan dividend payout ratio pada bank yang membagikan dividen tunai berturut-turut. Selain itu, sebanyak 20
dari 29 bank konvensional/non-syariah yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 2009 sampai 2012 mayoritas tidak membagikan dividen kas atau hanya satu sampai dua kali sepanjang 4 tahun. Padahal jika ditinjau dari segi profitabilitas perusahaan, mayoritas bank tersebut menunjukkan hasil yang positif. Timbulnya fenomena tersebut diduga akibat dari peningkatan rating perbankan sendiri yang membuat Indonesia masuk ke tingkat perekonomian baru yang disebut investment grade status .Keadaan tersebut membuat industri perbankan Indonesia
mempunyai kesempatan ekspansi yang tinggi agar lebih mudah dalam memperoleh
akses pendanaan dari investor. Kondisi semacam ini dapat menentukan kesempatan investasi atau investmentopportunity set (IOS) suatu perusahaan (Scott, 2003). IOS yang tinggi di masa depan membuat perusahaan dikatakanmempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi.Rozeff (1982) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan yang tinggi sering dikaitkan dengan penurunan dividen. Dividen kas merupakan masalah yang sering menjadi topik pembicaraan di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten.Terkadang hal tersebut justru menimbulkan kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten (Hanafi, 2004).Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor dalam menentukan kebijakan dividen tunai yang optimal. Kebijakan dividen yang optimal perlu diperhatikan karena dapat menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa depan yang memaksimumkan harga saham (Weston dan Brigham, 2005). Berdasarkan uraian fenomena dan kontroversi di atas, peneliti termotivasi untuk membuktikan secara empiris apakah profitabilitas (ROA), free cash flow, dan investment opportunity set berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio (DPR)
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Penelitian empiris ini dikhususkan pada sektor jasa perbankan.Hal ini dipertimbangkan oleh peneliti karena perbankan memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan lain seperti manufaktur. Peneliti menganggap bahwa perusahaan dengan kelompok industri yang berbeda kemungkinan besar akan memiliki kebijakan dividen yangberbeda pula. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat danrelevan bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam jual beli saham sehubungan dengan ekspektasinya terhadap dividen tunai yang dibayarkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau tambahan wawasan serta bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas, free cash flow , dan investment opportunity set terhadap dividend payout ratio pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akanakan datang.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling (1976), dalam kerangka hubungan keagenan (agency theory ),timbulnya masalah keagenan disebabkan karena konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta adanya asimetri informasi. Masalah keagenan yang terjadi antara investor (sebagai principal) dan manajemen (sebagai agent ) tentu dapat menyebabkan timbulnya biaya keagenan (agency cost ). Di dalam penelitiannya, Mulyono (2009) mengungkapkan bahwa tingkat asimetri informasi akan cenderung relatif tinggi pada perusahaan dengan tingkat kesempatan investasi yang baik. Dalam kondisi ini, manajer memiliki informasi tentang nilai proyek di masa depan dan tindakan mereka tidak dapat diawasi secara detail oleh pemegang
saham.
Untuk
menghalangi
perilaku
manajer
yang
buruk
(opportunisticbehaviour ) maka pemegang saham harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring cost ) yang disebut agency cost atau biaya keagenan (Dewi, 2008). Agency cost yang muncul tersebut dapat diminimalkan dengan membagi dividen
kas yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai dana berlebih sehingga tidak bisa disalahgunakan oleh manajer. Dengan kata lain, kebijakan pembagian dividen kas dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen. Rosdini (2009) mengungkapkan kebijakan dividensebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings yangdihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untukkegiatan reinvestasi dalam perusahaan. Sutrisno (2001) mengungkapkan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akandibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Faktor-faktoritu adalah sebagai berikut: (1) posisi solvabilitas perusahaan, (2) posisi likuiditas, (3) kebutuhan untuk melunasi hutang, (4) rencana perluasan, (5) kesempatan investasi, (6) stabilitas pendapatan, dan (7) pengawasan terhadap perusahaan.Dari berbagai macam faktor tersebut, peneliti mengambil 3 faktor yang akan dijadikan variabel independen dalam penelitian yaitu profitabilitas (ROA), free cash flow, dan investment opportunity set (IOS).
2. 2. Profitabilitas dan Dividend Payout Ratio
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Suharli, 2007) sedangkan dividen merupakan sebagian dari laba perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham (Horne dan Wachowicz,1998).Dengan demikian, peneliti dapat mengasumsikan bahwa profitabilitas memiliki keterkaitan dengan dividend payout ratio .
Peneliti berargumen bahwa perusahaan yang mampu mengelola asetnya secara efektif dan efisien cenderung menghasilkan kinerja keuangan yang baik.Hal ini direalisasikan
dengan
adanya
laba
yang
tinggi
(mengacu
pada
ROA
yang
tinggi).Dengan demikian, perusahaan tersebut dianggap mampu untuk membayar sebagian porsi labanya dalam bentuk dividen tunai.Semakin tinggi laba yang mampu dihasilkan, semakin besar pula probabilitas perusahaan untuk membagikan dividen. Ketika dalam kondisi laba yang rendah atau rugi, perusahaan tidak memiliki porsi laba yang cukup untuk dibagikan dalam bentuk dividen.Perusahaan perbankan cenderung untuk menahan laba yang ada untuk mencukupi terlebih dahulu jumlah permodalan (capital adequacy ) yang diharuskan oleh Bank Indonesia.Dari uraian tersebut, hipotesis yang hendak dikembangkan adalah sebagai berikut. H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio
2. 3. Free Cash Flow dan Dividend Payout Ratio Free cash flow merupakan kas yang berlebih di perusahaan yang dapat
dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen (Brigham dan Daves, 2003). Pembagian tersebut bisa dilakukan setelah perusahaan melakukan pembelanjaan modal (capital expenditure ) seperti pembelian aset tetap secara tunai.Jensen (1986) menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payoutratio . Semakin tinggi free cash flow makasemakin tinggi dividend payout ratio atau sebaliknya. Jensen (1986) menghubungkan free cash flow tersebut dengan teori keagenan (agency theory ). Hal ini selaras dengan pemikiran peneliti bahwa pemilik/pemegang saham berencana untuk membagikan dividen tunai dalam jumlah yang tinggi untuk menghindari terjadinya overinvestment ( free cash flowproblem) yang dilakukan oleh manajerial. Tindakan tersebut dilakukan untukmengurangi agency cost pada perusahaan atau hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham
terhadap manajerial. Berdasarkan uraian ini, hipotesis yang hendak dikembangkan adalah sebagai berikut. H2: Free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio
2. 4. Investment Opportunity Set (IOS) dan Dividend Payout Ratio
Peneliti memiliki dugaan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan biasanya diikuti dengan adanya penurunan dividen tunai. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi sering dikatakan juga memiliki kesempatan investasi (IOS) tinggi (Subekti dan Kusuma,2001).Hal ini memotivasi pihak manajerial untuk melakukan reinvestasi dalam jumlah besar. Untuk semakin meningkatkan pertumbuhan tersebut, perusahaan cenderung menggunakan dana yang berasal dari sumber internal dibandingkan dengan sumber eksternal (penerbitan saham atau obligasi). Sumber dana internal lebih disukai untuk membiayai kegiatan reinvestasi karena dana tersebut memiliki risiko dan biaya yang lebih rendah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham (Myers dan Majluf, 1984). Berdasarkan uraian ini, hipotesis yang hendak dikembangkan adalah sebagai berikut.
H3: Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio
3. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian empiris. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk menemukan bukti empiris pengaruh profitabilitas, free cash flow, dan investment opportunity set terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2012.
3.1. Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan di Indonesia.Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode purposive sampling yaitu dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai sehinggamendapatkan
sampel yang representatif. Kriteria yang digunakan utuk memilihsampel adalah bank konvensional/non-syariah yang terdaftar di BEI sepanjang tahun pengamatan dan mempublikasikan laporan keuangan auditan pada tahun 2009-2012.Dari hasil seleksi,
peneliti memperoleh sampel sejumlah 29 bank konvensional yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 2009 sampai 2012. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data sekunderyang diperoleh dari berbagai sumber. Peneliti memperoleh data mengenai harga saham penutupan dan jumlah dividen kas yang dibagikan dari ICMD 2012 dan 2013. Data mengenai laba bersih setelah pajak, total aset, arus kas operasi, pembelian aset tetap secara tunai, total ekuitas, dan jumlah lembar saham beredar diperoleh dari laporan keuangan auditan tahun 2009-2012 yang dipublikasikan oleh bankpada website BEI(www.idx.co.id ) atau website masing-masing bank .
3.2. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel dependen, variabel independen, dan variabel kontrol.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pembayaran dividen tunai pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI atau dividend payout ratio (DPR).Dividen sendiri merupakan pendistribusian laba perusahaan kepada
pemegang saham.DPR dalam penelitian ini diukur berdasarkan dividen yang dibagikan per lembar saham dibandingkan dengan laba perusahaan per lembar saham. Variabel-variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan ROA, free cash flow yang dibagi dengan total aset, dan IOS yang diukur dengan MVE/BVE. Rasio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimiliki (Ang, 1997). Rasio ini diukur dengan membagi net income after tax dengan total assets. Free
cash
flow dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
nilai
bersih
kenaikan/penurunan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan ( Cash Flow from Operations ) yang dikurangi dengan pembelian/investasi aset tetap secara tunai (Capital Expenditure). Peneliti kemudian membagi free cash flow dengan total assets pada
periode yang sama dengan tujuan agar dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Investment opportunity set akan diproksikan sebagai market tobook value of equity (MVE/BVE). Rasio ini dihitung dengan cara membagi kapitalisasi pasar (harga
saham dikalikan dengan jumlah lembar saham beredar) dengan total ekuitas (Hartono,1997). Peneliti kemudian mengubah variabel IOS dengan proksi MVE/BVE menjadi variabel dummy.Hal ini dilakukan peneliti untuk menghindari efek lanjutan
(domino effect ) dari profitabilitas yang dikhawatirkan membuat IOS memiliki arah positif dan signifikan terhadap DPR.Jika rasio MVE/BVE > 1, maka diberi nilai 1 yang berarti perusahaan bertumbuh.Jika rasio MVE/BVE < 1, maka diberi nilai 0 yang berarti perusahaan tidak bertumbuh. Dalam penelitian ini, terdapat sebuah variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan mengukur seberapa besar suatu perusahaan berdasarkan jumlah aset yang dimiliki. Ukuran perusahaan tidak menggunakan nilai aset secara langsung karena nilai tersebut terlalu besar dan sangat berbeda jauh dengan variabel lainnya. Oleh karena itu, ukuran perusahaan menggunakan nilai logaritma natural dari total aset.
3.3. Model Empiris
Model empiris yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai berikut. DPR it = β 0 + β 1 ROA it-1 + β 2 FCF it-1 + β 3 IOS it-1 + β 4 SIZE it-1 + e Keterangan: DPR it adalah dividend payout ratio perusahaan i pada periode t. ROA it-1 adalah return on assets perusahaan i pada periode t-1. FCF it-1 adalah free cash flow perusahaan i pada periode t-1. IOS it-1 adalah investment opportunity set perusahaan i pada periode t-1. SIZE it-1 adalah ukuran perusahaan i pada periode t-1. e adalah error term.
Tahapan penelitian ini meliputi uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari 4 pengujian yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.Uji normalitas menggunakan uji KolmogorovSmirnov. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai variance-inflating factor (VIF). Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson.Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser.
4. Analisis Data dan Pembahasan
Tabel 1 di bawah ini menunjukkan hasil statistik deskriptif untuk variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA), free cash flow yang diukur dengan FCF dibagi total aset, IOS yang diproksikan dengan MVE/BVE ( dummy variable ),SIZE yang diukur dengan LnTotalAset, dan dividend payout ratio (DPR) pada
82 sampel pengamatan.
Tabel 1. Statistik Deskriptif
ROA FCF IOS DIVIDEND SIZE Valid N (listwise)
N 82 82 82 82 82
Minimum -0,0131 -0,1762 0,0000 0,0000 28,0611
Maximum 0,0339 0,1537 1,0000 0,6956 33,9444
Mean 0,013939 0,005879 0,780488 0,156606 31,129174
Std. Deviation 0,0084276 0,0671554 0,4164634 0,1707737 1,7356643
82
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa pengujian asumsi klasik seperti uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.Hasil pengujian normalitas menggunakan uji KolmogorovSmirnov pada sampel pengamatan sejumlah 116 menghasilkan nilai Asymp. Sig. (2tailed) sebesar 0.000, yang berarti data tidak terdistribusi normal karena lebih kecil dari
0.05. Peneliti kemudian melakukan trimming untuk menghilangkan outlier .Setelah dilakukan trimming terhadap data outlier ,jumlah sampel menjadi 82 dan dilakukan uji normalitas kembali. Pada uji Kolmogorov-Smirnov terhadap 82 sampel pengamatan menghasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.133 yang menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal karena memiliki nilailebih besar dari 0.05. Dengan demikian, penelitiandapat dilanjutkan dengan pengujian asumsi klasik berikutnya. Hasil pengujian multikolinearitas ditunjukkan pada Tabel2 berikut ini. Tabel 2. Uji Multikolinearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 ROA 0,734 1,362 FCF 0,982 1,018 IOS 0,863 1,159 SIZE 0,718 1,393 a Dependent Variable: DIVIDEND Pada Tabel 2 di atas, perhitungan nilai tolerance semua variabel independen dan variabel kontrol di atas 0.5 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen dengan variabel kontrol. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama
bahwa semua variabel independen dan kontrol kurang dari 5. Dengan demikian, model regresi yang digunakan untuk hipotesis tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian autokorelasi menggunakan metode Durbin-Watson yang menghasilkan nilai sebesar 1.353. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai pada tabel DW-Test pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel (n) = 82,dan jumlah variabel bebas sebanyak 4. Jika dU = Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-0,04216 41 41 82 36 -1,333 0,182
Hasil Runs Test menunjukkan bahwa Asymp.Sig. (2-tailed) 0.182 lebih besar dari 0.05.Nilai yang lebih besar tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada model regresi. Berikut merupakan hasil uji heteroskedastisitas dengan metode Glejser. Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas Model
Unstandardized Coefficients
B 1 (Constant) 0,212 ROA 0,176 FCF 0,033 IOS -0,024 SIZE -0,002 a Dependent Variable: AbsRes
Std. Error 0,208 1,437 0,156 0,027 0,007
Standardized Coefficients
T
Sig.
Beta 0,016 0,024 -0,107 -0,046
1,020 0,122 0,210 -0,882 -0,346
0,311 0,903 0,834 0,380 0,731
Hasil Sig. pada Tabel 4 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai di atas 0.05.Hasil ini menunjukkan bahwa model empiris yang digunakan untuk menguji hipotesis tidak terjadi heteroskedastisitas. Hipotesis penelitian ini diuji dengan melakukan analisis regresi linier berganda.Analisis regresi linier berganda digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen atas perubahan beberapa variabel independen.Berikut ini merupakan hasil pengujian regresi berganda. Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis (H 1 ), (H2 ) dan (H 3 ) Variabel Constant ROA FCF IOS SIZE
Koefisien 0,861 9,914 0,297 0,000 -0,027
t-statistik 2,484 4,138 1,141 0,011 -2,307
Nilai-p 0,015** 0,000*** 0,257 0,991 0,024**
2
0,168 Adjusted R F-statistik 5,098 Probabilitas F-statistik 0,001 N 82 Keterangan: ***, **, *= secara statistis signifikan masing-masing pada tingkat signifikansi 0,01; 0,05; dan 0,1 berdasarkan pengujian satu sisi.
Berdasarkan hasil Tabel 5, persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut. DPR t = 0.861 + 9.914 ROA t-1 + 0.297 FCF t-1 + 0.000 IOS t-1 – 0.027 SIZE t-1 + e Variabel independen profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio . Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.000. Secara statistik, kenaikan ROA satu satuan menyebabkan angka DPR naik 9.914 satuan. Variabel independen free cash flow yang diukur dengan FCF/Total aset tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio . Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.257.Variabel independen IOS yang diproksikan dengan MVE/BVE tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio . Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.991. Variabel kontrol SIZE yang diukur dengan LnTotalAset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio . Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas signifikansi sebesar
0.024. Secara statistika, kenaikan SIZE satu satuan menyebabkan angka DPR turun 0.027 satuan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR pada perusahaan perbankan. Dengan kata lain, faktor profitabilitas digunakan oleh perusahaan untuk menjadi dasar pertimbangan dalam pembagian dividen tunai.Seperti yang dijelaskan dalam hipotesis pertama, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sedangkan dividen merupakan sebagian dari laba perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham. Dengan demikian, hasil penelitian ini menegaskan bahwa profitabilitasberpengaruh positif terhadapdividend payout ratio . Peneliti berargumen bahwa perusahaan yang mampu mengelola asetnya secara efektif dan efisien cenderung menghasilkan kinerja keuangan yang baik.Hal ini direalisasikan dengan adanya laba yang tinggi.Dengan demikian, perusahaan tersebut dianggap mampu untuk membayar sebagian porsi labanya dalam bentuk dividen tunai.Semakin tinggi laba yang mampu dihasilkan, semakin besar pula probabilitas perusahaan untuk membagikan dividen. Ketika dalam kondisi laba yang rendah atau rugi, perusahaan tidak memiliki porsi laba yang cukup untuk dibagikan dalam bentuk dividen.Perusahaan perbankan cenderung untuk menahan laba yang ada untuk mencukupi terlebih dahulu jumlah permodalan (capital adequacy ) yang diharuskan oleh Bank Indonesia. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel free cash flow tidak berpengaruh terhadap DPR. Dalam kondisi FCF yang tinggi, perusahaan bisa saja menahan pembagian dividen. Kemungkinan yang terjadi yaitu perusahaanperbankan memanfaatkan freecash flowyang tinggi untukmenjaga kecukupan modal ( capital adequacy) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Hal ini mengacu kepada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.Undang-undang tersebut menetapkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian ( prudential banking). Selain itu, Peraturan Bank Indonesia No. 14/18/PBI/2012 yang menggantikan Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum juga menegaskan bahwa bank lebih
berhati-hati untuk
menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut peraturan BI tersebut, penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah sebagai berikut: (a) 8% dari Aset Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) untuk bank dengan profil risiko peringkat 1, (b) 9% sampai dengan kurang dari 10% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 2, (c) 10% sampai dengan kurang dari 11% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 3, (d) 11% sampai dengan 14% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 4 atau peringkat 5. Dalam menghadapi permasalahan permodalan, bank dapat menggunakan aliran kas bebas untuk menambah modal inti.Dengan demikian, variabel free cash flow menjadi tidak signifikan dalam keputusan pembagian dividen tunai pada perbankan di Indonesia. Variabel investment opportunity set juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Peneliti menduga bahwa terdapat faktor lain yang dapat menimbulkan dampak seperti ini. Kemungkinan faktor tersebut adalah adanya wewenang yang hampir mutlak pada RUPS.Wewenang RUPS tersebut membuat pemegang saham mayoritas atau pengendali memiliki posisi kuat dalam menentukan berbagai keputusan.Ketika pemegang saham mayoritas menyatakan suara atas kebijakan dividen (dividen dibagi atau ditahan), pemegang saham minoritas atau non-pengendali pada RUPS hampir dipastikanmengikuti
keputusan
tersebut.Wewenang
RUPS
semacam
ini
dapat
mengakibatkan variabel IOS kurang mendapat perhatian dan menjadi tidak signifikan dalam penentuan kebijakan dividen tunai. Di samping itu, peneliti juga menduga bahwa terjadi ekspropriasi oleh pemegang saham pengendali (controlling shareholder ) sehingga dividen tunai tidak dibagi.Perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi memiliki pemegang saham pengendali (controlling shareholder ) yang dapat mengendalikan manajemen atau bahkan menjadi bagiandari manajemen itu sendiri. Kondisi seperti ini dapat terjadikarena pemegang saham pengendalimemiliki kontrol terhadap perusahaan melebihi hak aliran kasnya melalui mekanisme kepemilikan piramida atau lintas kepemilikan yang sering ditemui di Indonesia (La Porta et al., 1999; Claessens et al., 2000).Hal ini berpotensi menimbulkan masalah keagenan (agency conflict ) yangumumnya berupa ekspropriasi melalui dividen tunai yang tidak dibagikan selama beberapa periode. Dengan demikian, variabel free cash flow dan IOS menjadi tidak signifikan dalam keputusan pembagian dividen karena
adanya kemungkinan ekspropriasi yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio .
Hal ini bisa jadi dipengaruhi adanya agency conflict yang terjadi di dalam perusahaan seperti pada kedua variabel independen sebelumnya ( free cash flow dan IOS). Peneliti berargumen bahwa pemegang saham pengendali termotivasi untuk menguasai harta/kekayaan perusahaan berskala besar agar memperoleh manfaat privat yang semakin besar.Pemegang saham pengendali mencoba untuk menguasai harta tersebut dengan menggunakan kontrol yang dimiliki. Hak kontrol pemegang saham pengendali yang tinggi dapat memicu timbulnya ekspropriasi dengan caramembagikan dividen dalam jumlah yang rendah atau bahkan tidak membagi dividen tunai sama sekali. Hal ini mengakibatkan pemegang saham non-pengendali tidak memperoleh manfaat secara penuh dari perusahaan berupa dividen tunai. Argumen peneliti juga didukung oleh penelitian Siregar (2008) yang menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar cenderung memiliki konflik keagenan yang tinggi antara
pemegang
saham
pengendali
(controlling
shareholder )
dan
non-
pengendali.Konflik keagenan tersebut dapat memicu timbulnya ekspropriasi melalui dividen yang ditahan selama beberapa periode.
5. Penutup
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
dividend
payout
ratio .Peneliti
menyimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan variabel utama yang masuk dalam pertimbangan RUPS untuk menentukan keputusan pembagian dividen tunai. Semakin tinggi profitabilitas (ROA), semakin besar pula probabilitas perbankan akan membagikan dividen tunai. Sedangkan variabel free cash flow dan IOS tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Peneliti menduga bahwa terdapat faktor lain yang dapat menimbulkan
dampak seperti ini. Kemungkinan faktor tersebut adalah adanya wewenang yang hampir mutlak pada RUPS.Di samping itu, peneliti juga menduga bahwa terjadi ekspropriasi oleh pemegang saham pengendali ( controlling shareholder ) sehingga dividen tunai tidak dibagi selama beberapa periode. Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu penelitian ini hanya menganalisis pengaruh 3 variabel independen, yaitu profitabilitas, free cash flow, dan IOS terhadap dividend payout ratio . Peneliti sadar bahwa masih terdapat variabel lain yang kemungkinan besar juga ikut berperan dalam mempengaruhi dividend payout ratio pada industri perbankan di Indonesia, misalnya variabel struktur kepemilikan ultimat, risiko, kebijakan hutang, pajak, kecukupan modal bank (CAR), ata u tingkat suku bunga.
Selain itu, perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan perbankan saja.Sampel pada perbankan relatif sedikit sehingga temuan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan.Waktu yang digunakan dalam penelitian ini relatif singkat yaitu hanya 4 tahun sehingga kemungkinan kurang menunjukkan kondisi/pola yang sesungguhnya. Berdasarkan simpulan dan keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini, adapun saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu menggunakan beberapa variabel independen lain. Pengembangan variabel independen ini perlu dilakukan mengingat banyak variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi dividend payout ratio. Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya mencoba untuk menggunakan
variabel struktur kepemilikan ultimat karena terdapat dugaan yang mengarah pada terjadinya ekspropriasi melalui dividen yang tidak dibagi. Saran selanjutnya yaitu peneliti lain diharapkan memperluas pemilihan sampel, seperti misalnya menjadi perusahaan di sektor jasa keuangan (bank, asuransi, dan sekuritas).
Daftar Pustaka
Ang, R. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia. Brigham, E. F., dan Daves, P. R. 2003. Intermediate Financial Management. 8th Edition. South Western . Claessens, S., Djankov, S., Fan, J., dan Lang, L. 2000. Expropriation of Minority Shareholders: Evidence from East Asia. Policy Research Working Paper 2008 , The World Bank. Dewi, S. C. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 10 (1): 47-58. Hartono, J. 1997. The Agency Cost Explanation for Dividend Payments: Empirical Evidence. Working Paper , Universitas Gadjah Mada. Horne, J. C. van, dan Wachowicz, Jr. 1998. Fundamental of Financial Management. 10th edition. Prentice Hall, Inc . Jensen, M., dan Meckling, W. 1976. Theory of The firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics . Vol 3: 305-306. Jensen, M. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. Journal American Economic Review, 76 (2): 323-329. La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., dan Shleifer, A. 1999. Corporate Ownership Around the World. Journal of Finance , 54 (2): 471-517. Mulyono, B. 2009. Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Size, dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen: Studi pada Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2007. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. (Tidak Dipublikasikan). Myers, S. C., dan Majluf, N. S. 1984. Corporate Financing and Investment Decision When Firms Have Information That Investors Do Not Have. Journal of Financial Economics, pp. 187-221. Rosdini, D. 2009. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio. Working Paper In Accounting and Finance , Departement of Accounting Padjajaran University. Rozeff, M. S. 1982. Growth, Beta, and Agency Cost as Determinant of Dividend Payout ratios. Journal Financial Research , Vol 8: 249-259. th Scott, W. R. 2003. Financial Accounting Theory 6 Edition. Toronto, Ontario: Pearson Education. Siregar, B. 2008. Ekspropriasi Pemegang Saham Minoritas dalam StrukturKepemilikan Ultimat. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 11 (3): 237-263. Subekti, I., dan Kusuma, I. W. 2001. Asosiasi antara Set Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan, serta Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4 (1): 44-63. Suharli, M. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 9 (1): 9-17. Sutrisno. 2001. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio. TEMA, Volume II (1). Weston, F. J., dan Brigham, E. F. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Jilid 2 9th ed. Jakarta: Erlangga. Sumber Internet:
http://www.ibpa.co.id/News/ArsipBerita/tabid/126/EntryId/850/Fitch-MenaikkanPeringkat-8-Bank-di-Indonesia.aspx http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/28/07512054/Delapan.Bank.Naik.Peri ngkat http://swa.co.id/listed-articles/fitch-nilai-perbankan-indonesia-menjanjikan-di-tahun-ini http://swa.co.id/listed-articles/survei-ey-pelaku-bisnis-asia-tenggara-dan-indonesiatetap-optimis (Semua website tersebut diakses pada tanggal 12 maret 2014 pukul 11.30 WIB)