Hiperbilirubin
Kelompok : 2 Dede Arie Vitara Dwi Mentari Emmi Valentina Pardede Fandy Arya Komang Rani Wati Maretta Fitrianti Metta Anggreny
37-2
Definisi Bilirubin Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan dikeluarkan pada cairan empedu. Hiperbilirubin Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal no rmal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998) Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1988).
37-3
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis. (Markum, 1991:314)
37-4
Klasifikasi Jenis Bilirubin (Klous dan Fanaraft, 1998) :
Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
37-5
Jenis Ikterus 1.
Ikterus Fisiologis
2.
Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
3.
Ikterus prehepatik (disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin ↑ )
4.
Ikterus hepatic (kerusakan sel parenkim hati)
5.
Ikterus kolestatik ( bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus)
37-6
Etiologi
Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek dari pada orang dewasa. Ini berarti lebih banyak bilirubin yang dilepaskan melalui organ hati bayi. Kadang-kadang hati bayi belum cukup matang untuk mengatasi jumlah birubin yang berlebih.
Hiperbilirubin terjadi ketika organ hati bayi tidak bisa menghilangkan bilirubin dari darah secara cepat. Bilirubin yang berlebih yang tidak dapat keluar dari tubuh kemudian berkumpul pada kulit bagian putih bola mata.
37-7
Kejadian ini umum terjadi pada bayi dengan keadaan berikut:
Tersering pada bayi yang memiliki golongan darah yang berbeda dengan ibunya,
Bayi yang lahir prematur, karena kurang matangnya fungsi hati
Bayi yang memiliki kelainan pada hati dan gangguan kesehatan lainnya.
Bayi yang mengalami infeksi juga dapat mengalami gangguan fungsi hati
Bayi yang kekurangan cairan.
Bayi mengalami kekurangan enzym G6PD (Glukosa 6 Phospate Dehidrogenase), yaitu enzim Yang bertugas memperkuat dinding sel darah merah
37-8
Patofisiologi
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis.
37-9
Manifestasi klinis
Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
Muntah, anoreksia, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
Perut membuncit dan pembesaran pada hati
Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
Dapat tuli, gangguan bicara
Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
37-10
Komplikasi
Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius ) : terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel.
Kernikterus
Retardasi mental - Kerusakan neurologis
Gangguan pendengaran dan penglihatan
Bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
37-11
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan bilirubin serum
Pemeriksaan radiology
Ultrasonografi
Biopsy hati
Peritoneoskopi
Laparatomi
37-12
Penatalaksanaan Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi
Fototherapi (Cahaya pada fototerapi : biru dan putih merupakan cahaya yang efektif untuk menurunkan level bilirubin)
Transfusi Pengganti (tindakan mengeluarkan darah pasien dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien)
Therapi Obat (Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya)
Asuhan Keperawatan
Hiperbilirubin
37-14
Pengkajian
Identitas klien
Anamnese orang tua/keluarga tentang keadaan bayi dan ibu
37-15
Riwayat kelahiran
a)
Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakn predisposisi terjadinya infeksi
b)
Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin.
c)
Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan terjadinya (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.
d)
Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).
37-16
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
Kepala leher - Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. - Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning) - Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
37-17
Dada - Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas. - Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi Perut - Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi. - Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. - Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik
37-18
Urogenital
- Urine kuning dan pekat. - Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
Ekstremitas : menunjukkan tonus otot yang lemah
Kulit
-
Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek.
-
Elastisitas menurun.
-
Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.
Pemeriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain menunjukkan adanya tanda – tanda kern – ikterus
37-19
Pemeriksaan Penunjang
Darah : DL, Bilirubin > 10 mg % Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll
37-20
Diagnosa 1.
Resiko Cidera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi berkenaan dengan fototerapi
2.
Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang tidak tampak kasat mata serta dehidrasi dan fototerapi
3.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek dari fototerapi.
4.
Gangguan interaksi orang tua dan bayi karena fototerapi
37-21
Dx.1 Tujuan : tidak terjadi cidera Kriteria hasil : kadar bilirubin normal 20 mg/dl (bayi cukup bulan), 15 mg/dl (bayi preterm) Intervensi
Rasional
Perhatikan adanya perkembangan bilirubin dan obstruksi usus.
Pada kondisi ini kontraindikasi karena foto isomer bilirubin yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan penajaman terapi sinar tidak siap diekskresikan
Ukur kuantitas foto energi bola lampu fluoresen dengan menggunakan fotometer
Intensitas sinar yang menembus kulit dari spektrum biru (sinar biru) menentukan seberapa dekat bayi ditempatkan.
Berikan penutup untuk menutup mata, inspeksi mata pada setiap 24 jam bila penutup mata dilepas untuk pemberian makanan, dan sering pantau potensi penutup mata.
Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar intensitas tinggi
Ubah posisi bayi dengan sering, sedikitnya setiap 2 jam
Memungkinkan pemajanan seimbang dari permukaan kulit terhadap sinar fluoresensi serta mencegah pemajanan berlebihan dari bagian tubuh tertentu dan membatasi area tekanan.
37-22
Dx. 2 Tujuan : tidak terjadi kekurang volume cairan Kriteria hasil : BB tetap atau bertambah Intervensi
Rasional
Timbang BB bayi setiap hari tanpa pakaian dan timbang juga sebelum memberi makanan
Dengan menimbang BB bayi setiap hari dapat diketahui apakah terjadi kekurangan cairan tubuh atau tidak
Pantau masukan dan pengeluaran cairan
Peningkatan kehilangan cairan melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi
Kolaborasi pemberian cairan dengan parenteral sesuai dengan indikasi
Pemberian cairan memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat
37-23
Dx.3 Tujuan : Klien tidak menunjukan gangguan integritas kulit
Intervensi
Rasional
Monitor adanya kerusakan integritas kulit
Deteksi dini kerusakan integritas kulit.
Bersihkan kulit bayi dari kotoran setelah BAB, BAK.
Feses dan urine yang bersifat asam dapat mengiritasi kulit.
Feses dan urine yang bersifat asam dapat mengiritasi kulit.
Suhu yang tinggi menyebabkan kulit kering sehingga kulit mudah pecah.
Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.
Perubahan posisi mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan mencegah penekanan yang berlebihan pada satu sisi.
Berikan istirahat setelah 24 jam fototerapi
Mencegah iritasi pada kulit.
37-24
Dx. 4 Tujuan : agar orang tua ikut berpartisipasi terhadap perkembangan kesehatan bayi
Intervensi
Rasional
Jelaskan perlunya memberi masukan cairan yang adekuat
Mencegah kekurangan cairan tubuh
Anjurkan orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi
Mempererat hubungan orang tua dan bayi
Tinjau ulang perawatan bayi dengan hiperbilirubinemia
Mengecek perkembangan kadar bilirubin.
37-25
D. Implementasi Implementasi dilakukan berdasarakan intervensi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Evaluasi Data perkembangan pasien dari hasil implementasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya implementasi yang diberikan.