Tugas Modul 4, KB 2 1. Apakah kita sudah percaya diri atas kekuatan komparatif dan kompetitif bangsa untuk menghadapi menghadapi masa depan negara? Teori Comparative Advantage menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar (J.S Mill dalam Nopirin 1993). Komparatif adalah suatu prinsip umum yang menerangkan keadaan di mana perniagaan yang menguntungkan, dapat timbul antara dua daerah ekonomi. Keuntungan komparatif timbul oleh karena “endownments” “endownments” yang berbeda yang meliputi sumber daya alamiah, modal, penduduk dan sebagainya. Sedangkan rasio-rasio antara biaya produksi untuk menghasilkan sejumlah barang pada negara yang satu, berbeda dengan rasio sama, pada negara lain (Winardi,1992). Menurut (Sloan and Zurcher dalam Winardi, 1992) comparative advantage adalah keadaan yang terdapat bilamana suatu negara atau daerah dapat menghasilkan dua barang dengan biaya produksi lebih rendah daripada negara atau daerah lain dan penghematan relatif dalam biaya produksi salah satu barang lebih besar dari pada barang kedua. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Badudu-Zain (1994), komparatif diartikan bersifat perbandingan atau menyatakan perbandingan. Jadi keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk dapat membandingkan dengan yang lainnya. Dengan mengacu arti tersebut, keunggulan komparatif adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh organisasi yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perpaduan keunggulan beberapa organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu, dalam kamus Bahasa Indonesia, Badudu-Zain (1994), dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif bersifat kompetisi dan bersifat persaingan. Bertitik tolak dari sumber diatas, keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi, dimana keunggulannya dipergunakan untuk berkompetisi dan bersaing dengan organisasi lainnya, untuk mendapatkan sesuatu. Michael Porter dalam bukunya “the competitive advantage of nations” . Konsep keunggulan kompetitif negara menyatakan bahwa ada empat atribut yang menentukan dalam persaingan internasional. Keempat atribut itu adalah (Porter, 1990 dalam Budiarto dan Ciptono, 1997) : 1. Kondisi faktoral, yaitu posisi suatu negara dalam faktor-faktor produksi (misalnya : tenaga kerja terampil, infrastruktur, teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industri tertentu. 2. Kondisi permintaan, yakni sifat permintaan domestik atas produk atau jasa industri tertentu. 3. Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif secara internasional. 4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisir, dan dikelola, serta sifat persaingan domestik. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan komparatif yang dimiliki Indonesia berupa sumber daya alam yang melimpah yang terkandung di bumi, laut dan udaranya, kekayaan tanah yang subur, penduduk serta kekayaan suku, ras, agama dan budaya bangsa. Sedangkan kekuatan kompetitif berkaitan dengan daya saing bangsa seperti sumber daya manusia, ketersediaan tenaga terampil, infrastruktur dan teknologi. Terkait apakah kita sudah percaya diri atas kekuatan komparatif dan kompetitif bangsa untuk menghadapi masa depan negara? Secara umum bangsa kita belum memaksimalkan kekuatan kompetitif yang dimiliki dalam percaturan dunia, sehingga kekuatan komparatif yang melimpah
belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata. Padahal kita sebagai bangsa memiliki kekuatan kompetitif yang tidak kalah dibanding bangsa lain di dunia. Karena itu, agar bangsa Indonesia diperhitungkan dalam percaturan global dan tampil sebagai salah satu negara maju di dunia, kita harus percaya diri menghadapi berbagai tantangan dan hambatan yang semakin berat kedepannya. Kita harus meningkatkan kekuatan kompetitif, terutama berkaitan dengan produktifitas dan daya saing bangsa. Apalagi pada tahun 2030 mendatang, Indonesia akan memperoleh bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari pada penduduk non produktif, sehingga bonus demografi ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pemerintah untuk memakmurkan dan memajukan bangsa. 2. Bagaimanakah usaha yang seharusnya dilakukan untuk membangun bangsa atas kekuatan kita sendiri? carilah data dan infomasi dari buku media cetak sebagai referensi (sumber)
Usaha yang harus dilakukan untuk membangun bangsa atas kekuatan sendiri harus diawali dengan pembangunan nation and character building, yaitu membangun karakter warga yang cinta terhadap bangsa dan tanah air Indonesia dengan menanamkan sikap bangga terhadap identitas nasional sebagai jati diri bangsa. Sebab kekuatan terbesar dari sebuah bangsa tidak terletak pada kekuatan lahiriah, luas wilayah, jumlah penduduk dan sumber daya alam yang dimilikinya. Sesungguhnya, kekuatan terdahsyat dari sebuah bangsa terletak pada kekuatan jiwanya yang membentuk karakter atau kepribadiannya. Seperti yang diungkapkan Bung Karno dalam pidatonya berjudul Nawaksara di depan Sidang Istimewa MPRS tahun 1967. "...membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan adalah yang pertama-tama dan pada tahap utamanya adalah membangun jiwa bangsa, bukankah demikian? Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar tidak akan dapat mungkin akan mencapai tujuannya, inilah perlunya, sekali lagi mutlak perlunya, nation character building…” Dalam revolusi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia secara fisik sangat lemah jika dibandingkan dengan kekuatan penjajah asing, tidak terorganisasi dalam seluruh tingkatan, dipisahkan oleh lautan serta menghadapi hambatan infrastruktur dan telekomunikasi. Namun rakyat dan para pemimpin bangsa Indonesia saat itu mempunyai perasaan senasib dan sepenanggungan, mempunyai jiwa yang kuat dan berkarakter. Sehingga atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa, berhasil melawan dan mengusir penjajahan asing yang keji dan biadab. Berbeda dengan keadaan Indonesia saat ini, yang secara fisik dan lahiriah terlihat bersatu, dipermudah oleh infrastruktur dan disatukan oleh revolusi digital. Namun, tidak adanya kekuatan dan kesatuan jiwa yang membentuk karakter dan melandasi persatuan bangsa. Jiwa bangsa kita telah menjadi kerdil dan tak berdaya. Akibatnya, bangsa kita saat ini sangat mudah diombang ambingkan oleh gelombang sejarah yang sangat dinamis dan nonlinier. Ketika kapasitas jiwa dan batin kita telah dilumpuhkan, moral dan karakter juga dihancurkan. Maka, bangsa kita tak akan sanggup lagi berdiri tegak menahan serangan dari rantai predator kapitalisme global. Dipastikan eksistensi bangsa kita akan tetap menjadi koloni asing, para pemimpinnya menjadi kacung dan rakyat nya tetap bernasib menjadi budak di atas tanah sendiri. Kita dapat saja memindahkan seluruh teori dan ideologi yang tumbuh di barat untuk menjadi acuan kehidupan bangsa kita. Namun, kita tak akan mampu memindahkan sejarah yang menggembleng, menempa dan membentuk kepribadian bangsa-bangsa di barat. Karena itu sebagaimana yang dikatakan oleh Bung Karno, yang sangat dibutuhkan bangsa kita saat ini adalah revolusi karakter bangsa untuk menempa kembali jiwa bangsa yang sedang berkarat dan kerdil. Jiwa bangsa harus digembleng agar menemukan kembali jati diri, kekuatan dan ketajamannya dalam menghadapi tantangan dan ancaman dari predator global.
3. Pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 merupakan dasar falsafah bangsa silakan sdr berdioalog kritis bersama teman-temanmu.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat empat pokok pikiran diantaranya : 1. Bahwa Negara Indonesia adalah negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta mencakupi segala paham golongan dan paham perseorangan. Dalam pokok pikiran pertama ini, negara menghendaki adanya persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia serta mengatasi segala paham golongan dan paham perorangan. Namun kenyataannya, saat ini persatuan dan kesatuan bangsa mulai rapuh seiring makin banyaknya pertentangan-pertentangan antar kelompok atau golongan yang mengatasnamakan suku, agama, ras yang pada akhirnya mengancam integrasi bangsa Indonesia. Disisi lain, masing-masing individu, baik itu kelompok masyarakat hingga kalangan pejabat pemerintahan mengapresiasikan pemikiran-pemikirannya dari ideologi-ideologi yang mereka pahami dalam realitas kehidupan. Masing-masing membentuk golongan dan kelompokkelompok sendiri demi untuk mengkampanyekan ideologi-ideologi yang mereka yakini dan berusaha untuk mewabahi pikiran dan keyakinan masyarakat atas ideologi tersebut. 2. Bahwa Negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh warganya. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan oleh negara bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan. Namun realitanya, kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia semakin melebar. Orang kaya di Indonesia semakin kaya, dan orang miskin semakin miskin. Penguasaan terhadap berbagai sumber-sumber ekonomi negara hanya dikuasai oleh segelintir orang Indonesia. Sementara di satu sisi, penegakan hukum masih sangat lemah, terutama terhadap orangorang kelas atas yang punya modal dan memiliki akses terhadap penguasa. Hukum tajam ke bawah dan tumpul keatas. Contohnya, penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan atau tindak pidana umum dengan pelaku tindak pidana korupsi. Tidak hanya ketimpangan dari sisi hukuman yang diberikan, namun perlakuan saat menjalani hukuman. Terbaru adalah terbongkarnya jual beli fasilitas di Lapas Sukamiskin, Jawa Barat. Kondisi ini membuat rasa keadilan masyarakat terusik dan bertentangan dengan cita-cita bangsa seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. 3. Bahwa Negara Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat. Negara dibentuk dan diselenggarakan berdasarkan kedaulatan rakyat yang juga disebut sistem demokrasi. Dalam pokok pikiran ketiga ini, negara adalah yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalam UUD harus berdasarkan kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan. Secara umum proses demokratisasi di Indonesia sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan, meskipun masih ada beberapa persoalan terkait sikap elit politik yang cenderung menghalalkan berbagai macam cara untuk meraih kekuasaan. Semangat musyawarah untuk mufakat yang tertuang dalam sila keempat tergerus oleh sistem electoral yang selalu di ambil dalam setiap keputusan politik. Akibatnya keputusan-keputusan politik lebih banyak dilandasi oleh kepentingan dan keuntungan kelompok tertentu tanpa memikirkan kepentingan masyarakat banyak.
4. Bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berkeTuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam pokok pikiran ini, negara harus berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu UUD harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat I ndonesia yang luhur. Namun kondisi kekinian bangsa Indonesia dalam konteks kehidupan beragama semakin memprihatinkan. Banyak terjadi kasus penyerangan terhadap tempat ibadah dan pembubaran kegiatan keagamaan oleh kelompok-kelompok tertentu hanya karena perbedaan pandangan. Muncul faham mayoritas dan minoritas, padahal konteks bernegara, semua warga negara sama meskipun berbeda agama. Yang paling memprihatinkan, isu agama dijadikan komoditas politik untuk meraih kekuasaan hingga menciptakan pertentangan di tengah masyarakat.