SARI PUSTAKA
PNEUMONIA PADA KEHAMILAN Disusun Oleh :
AKBAR HUSAINI ANGKAT, S.Ked
(090100050)
IMELA SARI, S.Ked
(090100008)
MAROLOP C. HUTAPEA, S.Ked
(090100061)
KARINA DWI SWASTIKA, S.Ked
(090100060)
ANDRI H. SIPAHUTAR, S.Ked
(090100209)
DEVI NONIKA, S.Ked
(090100021)
HALIMATUSAKDIAH, S.Ked
(090100337)
DANIEL RAJ KUMAR, S.Ked
(090100415)
SASHIKALA S. BALA, S. Ked
(090100443)
YEOH SHU TING, S. Ked
(090100444)
DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
i
Daftar Isi
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................
2
2.1. Pneumonia.......................................................................................
2
2.2. Pneumonia dalam Kehamilan.........................................................
4
BAB III Kesimpulan............................................................................
8
Referensi...............................................................................................
9
1
BAB I PENDAHULUAN
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepatbataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun broncho pneumonia disebut pneumonia(depkes,2012). Pneumonia asalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi di perkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, campak. Di Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (RIKESDAS) tahun 2007 menunjukkan angka kesakitan pneumonia pada bayi 2.2% , balita 3%, angka
kematian pneumonia pada bayi 29.8% dam balita 15.5%.
Pneumonia memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Di Indonesia, berdasarkan data studi mortalitas dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 mencatat kematian akibat pneumonia dan infeksi saluran nafas sebanyak 34/100.000 penduduk (pada pria) dan 28/100.000 penduduk(pada wanita). Hardiyanto, dkk melaporkan dari 235 pasien yang dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung, sebanyak 73.5 % menderita pneumonia komunitas (PK). Di negara maju seperti Amerika Serikat, PK menyebabkan angka rawatan 1.3 juta orang per tahun dan tercatat sebagai penyebab terbesar sepsis berat dan kematian terbanyak akinat infeksi. Tingginha angka kejadian dan dampak mortalitas diikuti oleh tingginya biaya kesehatan terutama pada penderitaPKberat. Makalah ini membahas tentang pneumonia dalam kehamilan. Makalah ini membahas dari mulai pneumonia hingga pengaruhnya terhadap kehamilan. Semoga bermanfaat.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pneumonia
2.1.1. Definisi Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis (yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveolus) serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Dahlan, 2001) Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh peradangan noninfeksi (oleh bahan kimia, radiasi, obat-obatan, dll) disebut sebagai pneumonitis. (Ilmu Penyakit Paru – UNAIR)
2.1.2. Klasifikasi Pneumonia 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis : - Pneumonia komuniti (community acquired pneumonia) - Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia) - Pneumonia aspirasi - Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab - Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. - Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia - Pneumonia virus - Pneumonia jamur. Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
3
(immunocompromised) 3. Berdasarkan predileksi infeksi a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan b. Bronkopneumonia Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus c. Pneumonia interstisial (Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia, 2003) 2.1.3. Patogenesis Proses pathogenesis pneumonia terkati dengan 3 faktor keadaan imunitas inang, MO yang menyerang dan lingkunang yang berinteraksi satu sama lain. Cara terjadinya penularan sering disesuaikan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan oleh strepcoccus pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan Escherichia. (Dahlan, 2001)
2.1.4 Gambaran Klinis Beberapa manifestasi klinis pneumonia yakni demam dengan suhu tubuh kadang-kadang melebihi 400C, sesak nafas, sakit tenggorokan, nyeri otot, batuk produktif dengan sputum purulen, mialgia, menggigil. Demam yang tinggi kadang dapat membuat bibir menjadi kebiruan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan berupa tanda-tanda konsolidasi paru seperti perkusi paru yang pekak, ronkhi nyaring, suara pernapasan bronchial. (Dahlan, 2001) Pneumonia oleh virus kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas-terutama pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat
4
dan kadang menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Pneumonia Mikoplasma berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal ( Atypical Penumonia ). Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir. Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.
2.1.5. Terapi Terapi pneumonia dilandaskan pada diagnosis empiric berupa AB untuk mengeradikasi MO yang diduga sebagai kausalnya. Dalam pemakaian AB harus dengan diagnosis tepat, pilihan AB te3pat, dan dosis yang tepat, dalam jangka waktu yang tepat dan pengertian patogenesis penderita secara tepat. AB yang bermanfaat untuk mengobati kuman intraseluler seperti halnya PA oleh kelompok M. pneumoniae adalah obat yang bias berakumulasi intraseluler di samping ekstra seluler, seperti halnya obat golongan makrolid.
2.2 Pneumonia dalam Kehamilan
Pneumonia Komunitas (PK)diyakini sebagai masalah umum yang membawa morbiditas dan mortalitas. Penyakit ini dialami terutama pada orang-orang usia lanjut, jarang terjadi pada dewasa muda. Namun demikian, pneumonia pada dewasa muda dapat sangat berat dan fatal. Pada pasien hamil, pneumonia merupakan penyebab tersering sering i nfeksi berat non-obstetri. Pneumonia pada kehamilan dikhawatirkan lebih sering terjadi terkait akan perubahan fisiologis dan imunologis yang dialami ibu saat kehamilan yang dapat membahayakan kemampuaan tubuh ibu dalam merespon infeksi. Selain itu, penyakit ini menjadi lebih sulit diobati dalam keadaan hamil dan dikhawatirkan berdampak pada kesehatan janin (Lim, Macfarlane and Colthrope 2001).
2.2.1. Perubahan pada Kehamilan Perubahan dalam imunitas seluler telah dilaporkan secara luas dan ditujukan terutama melindungi janin dari ibu. Perubahan ini termasuk penurunan
5
respon limfosit proliferatif, terutama pada trimester kedua dan ketiga, penurunan aktivitas sel Natural Killer , perubahan populasi sel T dengan penurunan jumlah peredaran sel T helper ,dan pengurangan aktivitas limfosit sitotoksik. Selain itu, hormon yang lazim selama kehamilan termasuk progesteron, Human chorionic gonadotropin, alpha-fetoprotein dan kortisol-dapat menghambat cell mediated immune function. Perubahan ini secara teoritis dapat meningkatkan risiko infeksi, khususnya Secara
oleh anatomis,
virus rahim
yang
dan membesar
jamur
patogen.
menyebabkan kenaikan
diafragma hingga 4 cm. Kenaikan 2,1 cm diameter transversal dada dan peningkatan cm 5-7 diameter rongga thoraks telah dilaporkan. Perubahan ini dapat mengurangi kemampuan ibu dalam membersihkan sekresi. Penurunan kapasitas residu fungsional, peningkatan konsumsi oksigen, dan peningkatan cairan paru-paru yang terjadi selama kehamilan menambah kerentanan paru-paru dalam mengalami infeksi. Intervensi kebidanan dan anestesi, termasuk intubasi endotrakeal, menimbulkan risiko yang terhadap pneumonia aspirasi. (Lim, Macfarlane and Colthrope 2001)
2.2.2 Fetal Outcome Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa 43% ibu hamil yang menderita pneumonia lebih cenderung melahirkan sebelum minggu ke-34 atau melahirkan janin prematur.
Hal ini diduga disebabkan oleh produksi prostaglandin atau
respon inflamasi penjamu terhadap infeksi. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu dengan pneumonia cenderung memiliki berat badan lahir yang lebih rendah. Satu penelitian menemukan selisih 150 g berat bayi yang lahir dari ibu dengan pneumonia dibandingkan dengan ibu hamil normal. Demikian pula, frekuensi berat badan lahir rendah bayi (2500 g atau kurang) lebih tinggi pada kasus dibandingkan pada kontrol (16% dan 8%). Tidak bukti kejadian adanya perbedaan dalam kematian perinatal berdasarkan studi yang dilakukan dalam dua dekade terakhir. (Niederman and S Khan 2009)
6
2.2.3. Faktor Risiko Beberapa faktor risiko seorang ibu mengalami pneumonia selama kehamilan antara lain : 1. Anemia 2. Riwayat Asma 3. Penggunaan kortikosteroid selama kehamilan 4. Penggunaan tokolitik agen untuk menginduksi persalinan (Lim, Macfarlane and Colthrope 2001) 2.2.4. Diagnosis Misdiagnosis atau keterlambatan diagnosis seing terjadi pada kehamilan. Hal ini disebabkan gejalan seperti batuk dan sesak nafas sering diabaikan dan ditunda untuk dikonsultasikan. Selain itu sesk nafas sering juga dianggap fisiologis selama kehamilan akibat dari pembesaran uterus yang menekan diafragma. Karena itu, pemeriksaan rontgen dada amat dibutuhkan untuk menunjang diagnosis. Radiasi yang terserap selama foto rontgen posteroanterior lebih sedikit dibandingkan selama posisi lateral.Sehingga, foto dengan posisi lateral sebaiknya tidak dilakukan selama kehamilan dan jarang dibutuhkan. Differensial diagnosis gambaran alveolar shadowing selama kehamilan termasuk non-cardiogenic pulmonary edema pada preeklamsia dan eklamsia, edema pulmonal karena agen tokolitik, aspirasi pneumonitis, dan, jarang, choriocarcinoma dengan metastase paru yang mengakibatkan sedikit atau banyak gejala dan gambaran yang mirip pneumonia. (Lim, Macfarlane and Colthrope 2001)
7
2.2.5. Pengobatan Pemilihan antimikroba sebagai pengobatan disesuaikan dengan antimikroba yang diizinkan selama kehamilan. Keterbatasan dalam pili han merupakan kesulitan dalam menangani kasus ini. Sehingga sering kali infeksi menjadi berat akibat pengobatan yang tidak adekuat. (Goodnight and Soper 2005)
2.2.6. Pencegahan Metode utama pencegahan pneumonia adalah vaksinasi. Vaksinasi tersedia untuk pencegahan pneumonia oleh mikroorganisme seperti influenza, pneumokokus, dan varicella. (Goodnight and Soper 2005) Rekomendasi Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) bahwa semua wanita yang akan hamil selama musim influenza harus menerima vaksin. Vaksinasi dapat dilakukan dengan aman pada setiap trimester kehamilan. Wanita yang sedang menyusui tidak kontraindikasi untuk vaksinasi. Ada dua vaksin yang berbeda tersedia. Salah satunya adalah vaksin hidup yang dilemahkan, sedangkan lainnya tidak aktif. Kedua vaksin kontraindikasi pada orang yang memiliki hipersensitivitas anafilaksis terhadap telur atau komponen lain dari vaksin, orang yang memiliki penyakit demam akut, dan orang-orang yang memiliki riwayat sindrom Guillain-Barre dalam waktu 6 minggu dari vaksinasi influenza sebelumnya. Strategi pencegahan sekunder juga harus dilaksanakan. ini termasuk mencuci tangan, pernafasan dan isolasi kontak, dan profilaksis kontak. (Laibl and Sheffield 2005)
8
BAB III
KESIMPULAN
Dalam bidang kesehatan baik di negara maju maupun yang negara berkembang di bidang kesehatan, pneumoni masih menjadi masalah utama respiratorik. Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat mencapai permukaan saluran nafas dengan berbagai cara. Dan apabila terjadi ketidakseimbangan antara sistem pertahanan tubuh, mikroorganisme dan
lingkungan
maka
organisme
akan
menimbulkan
penyakit.
Diagnosa peneumonis ditegakkan dengan anamnesa gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti radiologis, pemeriksaan lab, dan mikrobiolgi. Pengobatan pneumoni disesuaikan dengan mikroorganisme penyebabnya, dan karena berbagai alasan pneumonia dapat diterapi secara empirik. Pneumoni dapat memberikan
berbagai
komplikasi
termasuk
yang
mengancam
jiwa.
Pada pasien hamil, terjadi perubahan dalam sistem pertahanan selular tubuh yang mengikuti perubahan hormonal dalam kehamilan. Pneumonia adalah penyebab tersering dari infeksi non-obstetrik. Hal menjadi perhatian adalah kejadian yang lebih parah, sering, dan bersifat atipikal. Selain itu pengaruh terhadap fetus perlu diperhatikan. Pengobatan pada kehamilan dengan pneumonia juga menjadi masalah. Hal ini dikarenakan anti-mikroba mungkin berbahaya dan mempengaruhi kehamilan, maka perlu dipikirkan antara resiko infesi pneumoni dan resiko efek samping obat.
9
Referensi
1.
Dahlan, Zul. Pneumonia. Vol. II, chap. 239 dalam Ilmu Penyakit Dalam, by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K and Siti Setiati, 974. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2001.
2.
Goodnight, William H., and David E. Soper. "Pneumonia in Pregnancy."Crit Care Med. 33. 2005.
3.
Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru. "Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia ." Perhimpunan Dokter Paru Indonesia , 2003.
4.
Laibl, Vanessa R., and Jeanne S. Sheffield. "Influenza and Pneumonia in Pregnancy." Clinical Perinatology (Elsevier Saunders), 2005: 727 – 738.
5.
Lim, W. S., J. T. Macfarlane, and C. L Colthrope. "Pneumonia in Pregnancy." Thorax (British Medical Journal), 2001: 398-405.
6.
Niederman, and S Khan. "Pneumonia in Pregnant Patient." In Pulmonary Problems in Pregnancy, by Ghada and Rosene-Montella, Karen Bourjeily. New York: Humana Press, 2009.