PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SUKRIlicious (SUKUN BAKERY Delicious) : DIET SEHAT LOKAL BERNILAI EKONOMIS TINGGI BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan Oleh : M. Ridwan Ansari (07/257301/KU/12537) Diah Nurpratami (07/256728/KU/12509) Dewi Masyitoh Mubarok (07/256646/KU/12501) Gentur Adiprabawa (08/267926/KU/12770) Inna Rachmawati (09/282065/KU/13208)
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009 1
1. Judul kegiatan
: SUKRIlicious (Sukun Bakery Delicious) : Diet Sehat Lokal Bernilai Ekonomis Tinggi
2. Bidang kegiatan : ( ) PKM-P ( ) PKM-T
( x ) PKM-K ( ) PKM-M
3. Bidang ilmu
( ( (
: ( x ) Kesehatan ( ) MIPA ( ) Sosial Ekonomi ( ) Pendidikan
4. Ketua pelaksana kegiatan a. Nama lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas e. Alamat rumah dan No HP
f. Alamat email 5. Anggota pelaksana kegiatan/ penulis 6. Dosen pendamping a. Nama lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat rumah dan No HP 7. Biaya kegiatan total 8. Jangka waktu pelaksanaan
) Pertanian ) Teknologi dan Rekayasa ) Humaniora
: M. Ridwan Ansari : 07/257301/KU/12537 : Gizi Kesehatan : Gadjah Mada Yogyakarta : Jalan Menteri 4. Gg Swakarya II. No 70 A. Kel Sei Pering ; Kec Martapura ; Kab. Banjar Kalimantan Selatan. 085647734835 :
[email protected] : 4 Orang : Fatma Zuhrotun Nisa, STP, MP : 132 302 906 : Jl. KH Ali Maksum 378, Yogyakarta Telp. 0274-372084 : Rp 9.822.400,00 : 4 bulan
Yogyakarta, 24 September 2009 Menyetujui Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Usaha, dan Kesejahteraan FK UGM
( Prof. dr. Suhardjo, S.U, Sp.M(K) ) NIP. 19550305 197903 1 002 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UGM
( Drs. Haryanto, Msi ) NIP.19580502 198703 1 002
Ketua pelaksana kegiatan
( M. Ridwan Ansari) NIM. 07/257301/KU/12537 Dosen Pendamping
(Fatma Zuhrotun Nisa, STP, MP ) NIP. 132 302 906
2
Judul Program Kewirausahaan Dalam program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan kali ini kami mengajukan progam dengan judul “ SUKRIlicious (Sukun Bakery Delicious) : Diet Sehat Lokal Bernilai Ekonomis Tinggi”.
A. Latar belakang masalah Konsumsi utama penduduk Indonesia adalah pangan dengan sumber karbohidrat. Saat ini kebutuhan pangan karbohidrat Indonesia semakin meningkat, penduduk Indonesia dengan jumlah lebih dari 200 juta diperkirakan angka konsumsi berasnya sekitar 136 kg/tahun (BPS, 2000) merupakan tantangan yang tidak ringan. Walaupun Indonesia memiliki sumber daya alam dengan potensi ketersediaan pangan yang tinggi, namun upaya penganekaragaman pangan karbohidrat perlu dilakukan. Hal ini menjadi topik yang serius diwacanakan oleh Pemerintah mengenai ketahanan pangan karena belum banyak potensi pangan karbohidrat yang dikembangkan. Upaya diversifikasi pangan merupakan solusi yang saat ini dianggap bisa diaplikasikan untuk memecahkan masalah pemenuhan kebutuhan pangan dengan sumber karbohidrat sebagai sasarannya. Pemenuhan kebutuhan pangan khususnya sumber karbohidrat ini diikuti oleh masalah pangan yang tidak lepas dari beras dan tepung. Meskipun di beberapa wilayah penduduk masih mengkonsumsi gaplek, beras jagung, sagu ataupun ubi jalar sebagai pangan alternatif, fakta menunjukkan bahwa tepung lebih adaptif dan adoptif daripada pangan domestik tersebut. Gejala ini bukan saja bagi golongan menengah ke atas, tetapi kalangan bawah pun sudah terbiasa menyantap mie, jajanan, roti atau kue yang semua berbasis tepung (Sadjad, 2000). Dari berbagai fakta yang diungkapkan di atas, kita dapat menilai bahwa kebutuhan tepung sebagai salah satu bahan pangan alternatif merupakan aplikasi umum yang tengah berjalan di masyarakat. Sumber karbohidrat dari buah - buahan masih relatif tertinggal pemanfaatannya dibandingkan dengan bahan pangan karbohidrat asal serealia dan umbi- umbian. Salah satu jenis buah- buahan yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat ialah sukun (Artocarpus altilis) (Heyne, 1987). Sukun (Artocarpus altilis) mempunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi sehingga di Eropa dikenal dengan nama Bread Fruit Tree atau buah roti. Nama daerah tanaman ini antara lain sakon (Aceh), suku (Nias), sokon (Madura), 3
karata (Bima), sumba (Flores), kalara (Sawu), kundo (Alor), kuu (Sulawesi Utara), amu (Gorontalo), suu aek (Roti), maamu (Timor), sunne (Seram), dan sukun (Jawa, Sunda, Bali, Kai) (Dasi dan Winamo 1992). Dalam usaha penganekaragaman makanan, sebenarnya sukun merupakan salah satu sumber karbohidrat alternatif untuk menjadi pengganti bahan makanan dari beras, jagung, sayuran, dan umbi-umbian. Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (1996), buah sukun dinyatakan bahwa kandungan karbohidrat sukun hampir sama dengan ubi jalar atau talas, akan tetapi lebih banyak daripada kentang. Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Februari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan panen susulan pada bulan Juli - Agustus. Dengan demikian, tanaman sukun dapat digunakan sebagai komoditi alternatif bagi petani pada saat kekurangan bahan pangan. Di Indonesia, daerah penyebaran hampir merata di seluruh daerah, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mengingat penyebaran sukun terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia, serta jarang terserang hama dan penyakit yang membahayakan, maka hal ini memungkinkan sukun untuk dikembangkan. Pohon sukun mulai berbuah setelah berumur lima sampai tujuh tahun dan akan terus berbunga hingga umur 50 tahun. Produktivitasnya cukup tinggi. Dalam satu tahun akan diperoleh buah sukun sebanyak 400 buah pada umur 5 sampai 6 tahun, dan 700 – 800 buah per tahun pada umur 8 tahun. Dibandingkan dengan tepung terigu, tepung sukun mengandung mineral dan vitamin yang lebih lengkap tetapi nilai kalorinya rendah, sehingga dapat digunakan untuk makanan diit. Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi dan juga mengandung kadar air yang lebih rendah sehingga memiliki masa awet yang lebih lama. Dalam 100 gram bahan tepung sukun mengandung karbohidrat 78,9 gr, protein 3,6 gr, lemak 0,8 gr, vitamin B1 0,34 mg, vitamin B2 0,17 mg, vitamin C 47,6 mg, kalsium 58,8 mg, fosfor 165,2 mg, dan zat besi 1,1 mg, kadar air 9,90% (Widayati dan Damayanti, 2000). Sedangkan tepung terigu menurut DKBM (2005), dalam 100 gram memiliki kandungan karbohidrat 77, 3 gr, protein 8,9 gr, lemak 1,3 gr, vitamin B1 0,12 mg, vitamin C 0 gr, kalsium 16 mg, fosfor 106 mg, zat besi 1,2 mg dan kadar air 12%. Selain itu sukun juga termasuk sebagai bahan pangan yang 4
mempunyai indeks glikemik rendah yang berpotensi sebagai penurun gula darah (Marsono, et al, 2002). Sukun di Indonesia kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk olahan baik digoreng maupun direbus dari buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya dikonsumsi setelah digoreng seperti talas dan adakalanya direbus atau dibuat kripik. Di Maluku, buah sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan dipotong-potong untuk dijadikan kolak, demikian pula yang dilakukan oleh penduduk Tahiti. Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal buah sukun mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai salah satu makanan pokok pendamping beras. Keterbatasan pemanfaatan buah sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi tentang komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial sebagai usaha menganekaragamkan makanan pokok, terutama penduduk Indonesia yang makanan pokoknya beras. Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan menganekaragamkan jenis produk olahan sukun, untuk itu perlu dikembangkan cara pengolahan lain seperti pembuatan tepung sukun dan pati sukun sebagai bahan primer untuk kemudian dijadikan sebagai bahan dasar produk olahan lain yang bernilai tinggi. Tepung sukun sebagai bentuk olahan sukun perlu dikenalkan kemanfaatanya sebagai bahan produk olahan. Dari bahan tepung ini dapat dihasilkan variasi produk makanan yang menarik, seperti bakery sukun. B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka kami merumuskan beberapa rumusan masalah,antara lain: 1. Seberapa besarkah potensi penjualan produk olahan sukun di pangsa pasar? 2. Bagaimana cara mencari keuntungan yang maksimal dari pemasaran produk olahan sukun? 3. Bagaimana cara mengembangkan produk olahan sukun ini menjadi peluang bisnis berkelanjutan?
C. Tujuan
5
1. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa untuk mendorong terciptanya wirausahawan muda yang peduli terhadap potensi pangan lokal. 2. Untuk memanfaatkan hasil tanaman lokal menjadi produk olahan yang bernilai ekonomis tinggi. 3. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal berupa materi. 4. Menciptakan lapangan pekerjaan yang baru untuk masyarakat untuk di kemudian hari. 5. Ikut andil dalam usaha pemerintah untuk mensukseskan program diversifikasi dan ketahanan pangan lokal. 6. Memberikan pengenalan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang kemanfaatan lain dari sukun dari segi kesehatan. 7. Menambah kekayaan khazanah kuliner di kota Yogyakarta.
D. Luaran yang diharapkan 1. Terciptanya peluang usaha mandiri yang bergerak di bidang kreasi pangan dengan mengutamakan komoditi lokal. 2. Menghasilkan produk kreasi pangan lokal yang bernilai ekonomis tinggi. 3. Tumbuhnya jiwa kewirausahaan dan kreativitas mahasiswa yang mandiri. 4. Mendapatkan keuntungan yang maksimal. 5. Munculnya kesadaran pada masyarakat untuk memanfaatkan sukun sebagai bahan pangan alternative. 6. Terciptanya trend mode bakery sukun sebagai salah satu icon kuliner di kota Yogyakarta.
E. Kegunaan 1. Memaksimalkan potensi sukun sebagai produk olahan bakery sukun. 2. Meningkatkan nilai jual sukun sebagai bahan pangan lokal yang dapat dijadikan alternatif pangan di masa mendatang. 3. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kemanfaatan sukun yang bisa dikreasikan menjadi produk olahan bakery sukun.
F. Gambaran umum rencana usaha 1. Prospek pengembangan usaha 6
Prospek pengembangan usaha bakery sukun yang mengutamakan kemanfaatan tepung sukun ini dapat kita kaji dari uraian analisa SWOT (streght, weakness, opportunity, threat) sebagai berikut: Kekuatan (streght) a. Kondisi tepung sukun yang menguntungkan Sukun memiliki kandungan air yang cukup banyak sehingga mudah busuk. Namun jika diolah dalam bentuk tepung maka masa awet sukun akan lebih lama, menghemat biaya transportasi dan penyimpanan, nilai ekonomisnya lebih tinggi serta dapat dimanfaatkan dalam pembuatan aneka produk pangan. Selain itu tepung sukun juga dapat dicampur dengan tepung terigu (dibuat komposit), diperkaya
zat gizi
(difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis. b. Bahan baku tepung sukun murah Sukun sebagai bahan baku pembuatan tepung sukun dapat diperoleh dengan harga yang murah karena di masyarakat buah sukun belum dioptimalkan secara maksimal sebagai salah satu bahan pangan, bahkan tidak jarang ditemui buah sukun yang busuk tergeletak di bawah pohonnya karena tidak dimanfaatkan. c. Potensi geografis Indonesia mendukung ketersediaan sukun Usaha bakery sukun ini sangat tepat dilakukan di Indonesia melihat potensi geografis yang sangat mendukung pertumbuhan pohon sukun, budi dayanya mudah, dan dapat beradaptasi pada kondisi kering. Kondisi ini menunjukkan ketersedian sukun yang melimpah sebagai bahan baku pembuatan tepung sukun. d. Bakery dapat dinikmati semua kalangan Tepung sukun yang kemudian akan diolah lagi menjadi berbagai macam variasi bakery memiliki sasaran pasar yang luas karena sekarang ini bakery merupakan produk pangan yang tengah digemari. Bakery sukun dapat dinikmati semua kalangan yaitu domestik dan mancanegara. 7
e. Daya tarik dari variasi bentuk Kenikmatan makanan ternyata bukan lagi dari cita rasanya tetapi dari sajian yang ditawarkan. Bakery sukun merupakan produk pangan yang variasi bentuknya dapat dikreasikan dan dikembangkan dengan mudah. Hal ini merupakan salah satu daya tarik produk bakery yang kemudian akan menarik minat pasar. f. Nilai gizi tepung sukun Berdasarkan kadar karbohidrat yang cukup tinggi (27,12%), buah sukun berpeluang untuk diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung sukun menjadi makanan olahan dapat mensubtitusi penggunaan terigu sampai 50 hingga 100% tergantung jenis produknya. Tepung sukun mengandung 84,03% karbohidrat, 9,90% air, 2,83% abu, 3,64% protein dan 0,41% lemak. Menurut Widowati, et al (2001) dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kandungan protein tepung sukun lebih tinggi dibandingkan tepung ubi kayu, tepung ubi jalar, dan tepung pisang. Selain itu berdasarkan kandungan nutrisinya, buah sukun mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai salah satu makanan pokok pendamping beras. Kandungan vitamin dan mineral buah sukun lebih lengkap dibandingkan dengan beras, namun kalorinya lebih rendah. Hal ini mempunyai keuntungan tersendiri , yaitu dapat digunakan sebagai makanan diit.
Untuk golongan masyarakat tertentu yang
menginginkan diit makanan kalori rendah dapat memilih buah sukun dalam menu sehari-hari. Kelemahan (weakness) Belum ada studi lanjut tentang masa awet produk bakery sukun, sehingga tidak bisa mengetahui seberapa lama produk bakery sukun bisa bertahan. Namun diperkirakan tepung sukun mempunyai masa awet yang lebih lama dibandingkan tepung terigu karena mempunyai kadar air yang lebih rendah. Peluang (opportunity) a. Pemanfaatan sukun masih rendah
8
Pengolahan sukun menjadi tepung sukun kemudian dijadikan produk olahan bakery masih kurang disadari potensinya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pesaing pasar untuk produk bakery sukun masih sedikit, sehingga hal ini akan menjadi peluang besar pemasaran bakery sukun. b. Metode pengolahan sederhana Pengolahan sukun menjadi tepung sukun hanya menggunakan metode yang sederhana, begitu pula dalam pembuatan bakery sukun. Dengan metode yang sederhana tetapi dapat menghasilkan produk dengan nilai jual tinggi. c. Mendukung diversifikasi pangan Pengolahan sukun ini akan menjadi fokus perhatian dikarenakan pemerintah sedang menggalakan upaya diversifikasi pangan dimana sukun menjadi salah satu titik sasaran. Pengolahan sukun yang sedang dikembangkan ini akan meningkatkan prospek pengembangan usaha bakery sukun. d. Berkembangnya bisnis kuliner Saat ini bisnis kuliner merupakan bisnis yang tengah digeluti oleh masyarakat. Kesempatan besar terbuka lebar untuk produk- produk pangan baru. e. Menambah ikon kuliner Jogja Peminat bakery sukun tidak terbatas hanya dari kalangan domestik. Besar kemungkinan bakery sukun ini akan ikut digemari oleh wisatawan mancanegara. Jika wisatawan domestik dan mancanegara menggemari bakery sukun ini maka keberadaan produk ini dapat menjadi salah satu icon kuliner Yogyakarta. f. Metode promosi Dalam pemasaran produk bakery sukun kami memanfaatkan metode promosi yang masif sebagai sarana penawaran kepada konsumen. Ancaman (threat)
9
Pengetahuan konsumen terhadap tepung sukun ternyata masih rendah. Konsumen yang lebih mengenal tepung terigu dapat menjadi ancaman pemasaran bakery sukun sebagai salah satu produk olahan tepung sukun. Dari uraian kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) di atas, perlu di susun strategi untuk prospek pengembangan usaha bakery sukun sehingga lebih baik. Beberapa strategi tersebut adalah menggunakan kekuatan (streght) yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan dan ancaman. Ancaman berupa pengetahuan konsumen yang masih rendah tentang tepung sukun dapat kita atasi dengan menyisipkan upaya edukasi saat promosi produk, misalnya penyuluhan dengan ibu-ibu PKK, dll. Dengan adanya edukasi dan penyampaian informasi ini diharapkan masyarakat mulai mengetahui kemanfaatan sukun, keunggulan tepung sukun dibandingkan tepung terigu yang notabene merupakan barang impor, sehingga masyarkat akan tertarik dengan keberadaan bakery sukun. Sedangkan kelemahan produk bakery sukun yang masa awetnya masih belum diketahui lebih lanjut, ke depan akan dirancang untuk membuat penelitian tentang masa awet bakery sukun dibandingkan produk bakery dari tepung terigu. Namun hipotesa awal masa bakery sukun lebih lama dibandingkan produk olahan dari tepung terigu karena tepung sukun memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan kadar air tepung terigu. Dari uraian analisa SWOT usaha bakery sukun di atas maka dapat diramalkan bahwa pengembangan usaha ini memiliki prospek usaha yang baik. Usaha bakery sukun memiliki ketersediaan bahan baku yang banyak, layak diaplikasikan, tidak memerlukan keahlian profesional tinggi dalam pengolahannya, bernilai guna tinggi dalam meningkatkan nilai ekonomis produk olahan sukun, belum banyak disadari peluang usahanya, memiliki sasaran yang luas, meningkatkan kreatifitas di bidang pengolahan pangan, dan keberadaanya mendukung upaya diversifikasi pangan Pemerintah. Kondisi di atas adalah gambaran jelas tentang besarnya prospek pengembangan usaha bakery sukun.
2. Keunggulan sukun dan produk olahan sukun Sukun digunakan sebagai makanan pokok (sumber karbohidrat), terutama pada negara-negara kepulauan di kawasan Pasifik, Kepulauan Karibia, Afrika Barat, Amerika 10
Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, India dan SriLanka. Demikian pula di beberapa kepulauan Indonesia seperti Kepulauan Seribu, Bawean, Kangean, Sangir Talaud, dan kepulauan lainnya. Belajar dari masyarakat kepulauan tersebut, kita patut melakukan eksplorasi terhadap kemungkinan sukun ini menjadi makanan pokok selain beras, ubi kayu, terigu, ataupun jagung. Bahkan, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri beberapa kali mempertanyakan mengapa sukun tidak dimanfaatkan secara optimal sebagai makanan pokok oleh masyarakat kita. Potensi pengembangan tanaman sukun sangat besar karena dapat tumbuh hampir di semua tipe lahan dan jenis tanah di Indonesia. Tanaman itu dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 700 m dari permukaan laut, namun tumbuh optimal pada ketinggian antara 0 - 400 m dari permukaan laut pada tanah alluvial yang kaya humus. Curah hujan yang baik antara 1.500-2.500 mm per tahun dengan kelembaban 70-90 persen. Produksi buah sukun nasional adalah sekitar 41 ribu ton buah segar pada tahun 2001. Produsen sukun yang utama adalah Jawa Timur sekitar 9,7 ribu ton, Jawa Tengah (6,4 ribu ton), Jawa Barat (3,3 ribu ton), DI Yogyakarta (3,0 ribu ton), Sulawesi Selatan (2,9 ribu ton), dan Nusa Tenggara Timur (2,5 ribu ton). Konversi dari buah segar ke daging buah adalah sekitar 81 persen dan konversi ke tepung sukun 10 persen. Apabila produksi sukun yang 25 juta ton tersebut dikonversi menjadi tepung maka dapat mengkompensasi kebutuhan beras sekitar 2 juta ton/tahun. Mengingat potensinya yang besar dalam hal produksi buah segar, pengembangan produk olahan dan kandungan gizinya, sukun sangat berpotensi menjadi pangan pokok substitusi yang setara dengan pangan lain dalam menu masyarakat. Sukun pun pernah dijadikan salah satu tanaman penghijauan. Dengan asumsi produktivitas 10 ton/ha buah segar dan luas areal yang ditanami 2,5 juta hektare (10 persen dari potensinya), maka potensi produksi sukun bisa mencapai lebih dari 25 juta ton per tahun. Sukun dapat diolah menjadi produk setengah jadi yang mempunyai daya simpan yang lebih panjang yaitu irisan kering. Selain itu, bisa juga dijadikan pasta kering atau tepung yang lebih tahan lama, lebih mudah diangkut dan disimpan, serta lebih fleksibel penggunaannya. Tepung dapat diperkaya dengan vitamin dan mineral untuk meningkatkan nilai gizinya, dan dapat diolah menjadi berbagai produk yang lebih lezat, 11
bergizi dan daya tarik lebih tinggi, seperti bolu, donat, pukis, kue lapis, kue kering hingga makanan instan. Buah sukun berpotensi menjadi pangan fungsional, yaitu suatu bahan pangan yang apabila dikonsumsi akan menyehatkan badan karena mengandung zat gizi atau bioaktif, baik adanya secara alami maupun ditambahkan. Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan pangan yang mempunyai indeks glikemik (IG) rendah, yaitu 23-70 (Marsono, et al, 2002). Bahan pangan yang mempunyai IG rendah berpotensi sebagai penurun gula darah yang mengandung komponen bioaktif yang dapat digunakan untuk berbagai pencegahan dan pengobatan penyakit kronis, termasuk Diabetes Mellitus. Komponen bioaktif buah-buahan yang diduga mempunyai aktivitas hipoglikemik antara lain: alkaloid, glikosida, galaktomanan, polisakarida, peptidoglikan, glikopeptida, terpenoid, asam-asam amino, dan ion an-organik (Jachak, 2002; Grover et.al., 2002). Oleh karena itu diperlukan teknologi yang dapat mengangkat daya tarik sukun sehingga cita rasanya, citra atau tampilannya, kepraktisan dalam penyajiannya, nilai gizinya, dan yang sangat penting harganya, dapat bersaing dengan bahan pangan lainnya.
3. Tempat pemasaran Tempat pemasaran yang menjadi fokus penjualan bakery sukun di area Yogyakarta antara lain; a. Perumahan atau komplek yang memiliki komunitas ibu-ibu PKK atau karang taruna. b. Lingkungan Fakultas Kedokteran UGM. c. Bursa atau koperasi Fakultas Kedokteran UGM. d. Outlet di “Sunday Morning” UGM. e. Outlet di pusat wisata Yogyakarta (di sekitar Pasar Malioboro).
4. Sasaran usaha Pemasaran bakery sukun ini dapat di distribusikan ke masyarakat luas sebagai sasaran umum pemasaran. Sebagai permulaan, sasaran utama pasar adalah ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam PKK serta mahasiswa dengan alasan keterjangkauan 12
sasaran. Untuk selanjutnya, sasaran dapat diarahkan kepada masyarakat luas termasuk wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. 5. Media pemasaran a. Orasi langsung ke ibu- ibu PKK b. Leaflet c. Banner/ spanduk d. Media massa atau majalah kampus e. Poster f. Facebook/blog 6. Langkah pengembangan ke depan Langkah yang akan kami lakukan jika usaha ini mulai berkembang dan tingkat permintaannya tinggi adalah mempertahankan keunggulan produk, membuat tempat/ toko permanen, mencoba untuk mematenkan label bakery sukun, memperluas jaringan usaha, menjual franchise, mengembangkan produk lain. 7. Analisa keuangan a. Investasi awal Tabel 1. Rincian investasi awal Nama barang
Harga per satuan/ set
Jumlah
Total
Pisau
Rp 50.000, 00
2 set
Rp 100.000,00
Timbangan kecil
Rp 85.000,00
1 set
Rp 85.000,00
Telenan
Rp 15.000,00
4 buah
Rp 60.000,00
Nampan besar
Rp 35.000,00
3 buah
Rp 105.000,00
Ayakan
Rp 15.000,00
2 set
Rp 30.000,00
Plastik
Rp 5.000,00
1 bks
Rp 5.000,00
Sarung tangan
Rp 7.000,00
5 psg
Rp 35.000,00
Celemek
Rp 20.000,00
5 buah
Rp 100.000,00
Penutup kepala
Rp 12.000,00
5 buah
Rp 60.000,00
Baskom
Rp 34.000,00
4 buah
Rp 136.000,00
Masker
Rp 5.000,00
5 buah
Rp 25.000,00
Mixer
Rp 360.000,00
2 buah
Rp 720.000,00 13
Centong
Rp 2.500,00
2 buah
Rp 5.000,00
Loyang
Rp 15.000,00
2 buah
Rp 30.000,00
Oven
Rp 802.000,00
1 buah
Rp 802.000,00
Kompor gas
Rp 516.000,00
1 buah
Rp 516.000,00
Panci
Rp 30.000,00
1 buah
Rp 30.000,00
Saringan
Rp 10.000,00
1 buah
Rp 10.000,00
Sendok
Rp 35.000,00
1 set
Rp 35.000,00
Cetakan kue
Rp 35.000,00
1 buah
Rp35.000,00
Kuas
Rp 5.000,00
2 buah
Rp 10.000,00
Alat penggiling
Rp 8.000,00
1 buah
Rp 8000,00
Rp 25.000,00
1 set
Rp 25.000,00
Pengukus
Rp 125.000,00
1 buah
Rp 125.000,00
Kertas roti
Rp 5.000,00
5 helai
Rp 25.000,00
Wajan
Rp 60.000,00
1 buah
Rp 60.000,00
Spatula
Rp 20.000,00
1 buah
Rp 20.000,00
Kartun dan mika
Rp 4.000,00
4 gulung
Rp 16.000,00
Gelas plastik
Rp 1.500,00
3 buah
Rp 4.500,00
Tabung gas
Rp 90.000,00
1 buah
Rp 90.000,00
Rp 2.500.000,00
1 buah
Rp 2.500.000,00
Scraperz
Rp 7.500,00
1 buah
Rp 2.500,00
Jepit
Rp 5.000,00
1 buah
Rp 5.000,00
Tempat kue
Rp 16.500,00
2 buah
Rp 33.000,00
Toples besar
Rp 30.000,00
1 buah
Rp 30.000,00
Selang gas
Rp 30.000,00
1 buah
Rp 30.000,00
Alat pencetak
Outlet
Rp 5.823.000,00
Total
b. Biaya operasional Tabel 2. Rincian biaya bahan produksi Nama bahan
Jumlah
Harga per
Banyak
Total
14
satuan Bolu Sukun Tepung sukun
1 gram
Rp 1,00
100 gr
Rp 100,00
Telur
1 butir
Rp 1.000,00
4 btr
Rp 4.000,00
Gula
1 kg
Rp 9.000,00
150 gr
Rp 1.000,00
Vanili
1 bks
Rp 750,00
1 bks
Rp 1.000,00
Mentega cair
1 cup
Rp 8.500,00
150 gr
Rp 1.000,00
Modal awal : total Rp 7.100,00 + packaging : Rp 10.100,00
Bubur sumsum Tepung sukun
1 gram
Rp 1,00
200 gr
Rp 200,00
Tepung beras
1 kg
Rp 7.250,00
100 gr
Rp 1.000,00
Garam
1 bks
Rp 4.000,00
3 sdt
Rp 500,00
16 gls Santan
1 kelapa
Rp 5.000,00
belimbing
Rp 5.000,00
Daun pandan
1 lembar
-
6
-
Gula merah
1 kg
Rp 9.000,00
1 ½ kg
Rp 13.500,00
Air
-
-
5 gelas
-
Pewarna kue
1 bks
Rp 1.000,00
2 tetes
Rp 1.000,00
Modal awal ; total Rp 21.200,00+ packaging : Rp 24.200,00
Cake sukun Tepung sukun
1gr
Rp 1,00
50gr
Rp 50,00
Telur
1 butir
Rp 1.000,00
4 butir
Rp 4.000,00
Gula pasir
1 kg
Rp 9.000,00
150 gr
Rp 1.000,00
Mentega
1 cup
Rp 8.500,00
200 gr
Rp 1.000,00
Vanili
1 bks
Rp 750,00
2 bks
Rp 1.500,00
Ovalet
1 buah
Rp 2.000,00
1 sdt
Rp 2.000,00
Mentega putih
1 kg
Rp 11.000,00
100 gr
Rp 1.000,00
Modal awal ; Rp 10.550,00 + packaging : Rp. 13.550,00 15
Kukis sukun Tepung sukun
1gr
Rp 1,00
100gr
Rp 100,00
Telur
1 butir
Rp 1.000,00
3 butir
Rp 3.000,00
Mentega
1 cup
Rp 8.500,00
225 gr
Rp 8.500,00
Tepung terigu
1 kg
Rp 7.500,00
150 gr
Rp 1.000,00
Gula pasir
1 kg
Rp 9.000,00
150 gr
Rp 4.000,00
Kacang cincang
1 ons
Rp 1.500,00
200 gr
Rp 3.000,00
Vanili
1 bks
Rp 750,00
1 sdt
Rp 750,00
modal awal ; Rp 20.350,00 + packaging : Rp 23.350,00
Kue lapis kue sukun Tepung sukun
1gr
Rp 1,00
200gr
Rp 200,00
Telur
1 butir
Rp 1.000,00
5 butir
Rp 5.000,00
Gula pasir
1 kg
Rp 9.000,00
225 gr
Rp 4.000,00
Mentega
1 cup
Rp 8.500,00
125 gr
Rp 2.000,00
Esens mocca
1 bungkus
Rp 7.000,00
½ sdt
Rp 2.000,00
Esens panili
1 bungkus
Rp 7.000,00
½ sdt
Rp 2.000,00
Esens garam
1 bungkus
Rp 7.000,00
½ sdt
Rp 2.000,00
TBM
Hanya sedikit
1 sdm
-
(optional, VX
Hanya sedikit
Pewarna
1 bungkus
Rp 1.500,00
sdal)
-
1 bungkus
Rp 1.500,00
modal awal;Rp. 18.700,00+packaging= Rp. 21.700,00
Pastel
basah
tepung sukun Tepung sukun
1gr
Rp 1,00
Rp 100,00
Rp 100,00
Tepung kanji
1gr
Rp 5,00
20gr
Rp 100,00
16
Tepung terigu
1 kg
Rp 7.500,00
150 gr
Rp 1.000,00
Telur ayam
1 butir
Rp 1.000,00
2 butir
Rp 2.000,00
Mentega
1 cup
Rp 8.500
100 gr
Rp 1.000,00
modal awal; Rp. 4.200,00+packaging= Rp 4.500,00
Fresh roll cake Tepung sukun
1 gr
Rp 1,00
50 gr
Rp 50,00
Telur ayam
1 butir
Rp 1.000,00
6 butir
Rp 6.000,00
Gula pasir
1 kg
Rp 9.000,00
100 gr
Rp 1.000,00
Mentega
1 cup
Rp 8.500,00
100 gr
Rp 1.000,00
Vanili
1 bungkus
Rp 750,00
1 sdt
Rp 750,00
Ovalet
1 bungkus
Rp 2.000,00
1 sdt
Rp 2.000,00
Meizena
1 bungkus
Rp 7.000,00
1 sdt
Rp 2.000,00
Air modal awal; Rp 12.800,00+ packaging : Rp 15.800,00
Roti tart tepung sukun Telur
1 butir
Rp 1.000,00
8 butir
Rp 8.000,00
Gula pasir
1 kg
Rp 9.000,00
200 gr
Rp 1.000,00
Tepung sukun
1 gr
Rp 1,00
50gr
Rp 50,00
Ovalet
1 bungkus
Rp 2.000,00
1 sendok
Rp 2.000,00
Mentega
1 cup
Rp 9.000,00
200 gr
Rp 1.000,00
Vanili
1bungkus
Rp 750,00
1 sdt
Rp 750,00
modal awal ; Rp 12.800,00+packaging= Rp 15.800,00
17
Tabel 3. Rincian biaya operasional fasilitas Biaya operasional 4
Harga per
Jenis
satuan
bulan Administrasi
Jumlah
Total
CD/ CDRW
Rp 2.500,00
3 buah
Rp 7.500,00
penjilidan
Rp 5.000,00
5 buah
Rp 15.000,00
copy
Rp 150,00
5 x 30 hal
Rp 22.500,00
tinta
Rp 30.000,00
2 refill
Rp 60.000,00
kertas
Rp 50.000,00
1 rim
Rp 50.000,00
Rp 150.000,00
1 hari
Rp 150.000,00
sewa alat per Pengolahan
hari
Rp 305.000,00
Total Biaya operasional 1
Harga per
Jenis
satuan
bulan
Produksi Pemasaran
Jumlah
2 refill
Total
gas
Rp 30.000,00
Rp 60.000,00
listrik
Rp 100.000,00
standing banner
Rp 65.000,00
1 buah
Rp 65.000,00
poster warna A3
Rp 5.500,00
10 buah
Rp 55.000,00
leaflet
Rp 500,00
100 buah
Rp 50.000,00
Rp 100.000,00
Rp 330.000,00
Total
c. Analisa pendapatan Tabel 4. Rincian analisa pendapatan
No Jenis kue 1 Bolu
Modal produksi Rp 10.100,00
Ukuran porsi 1 loyang
Jumlah produksi/bulan 2 loyang
Harga jual Rp 30.000,00/ Loyang
Keuntungan/ bulan Rp 39.800,00
18
Bubur 2 sumsum Cake 3 sukun
Rp 24.200,00
15 mangkok
60 mangkuk
Rp 13.550,00
1 loyang
4 loyang
Kukis 4 sukun
Rp 23.350,00
1 toples
8 toples
5 Kue lapis
Rp 21.700,00
1 loyang
4 loyang
Rp 45.000,00/ toples Rp 40.000,00/ loyang
Rp 66.000,00
Pastel basah tepung 6 sukun Fresh role cake 7 sukun Roti tart 8 sukun
Rp 3000,00/ mangkuk Rp 50.000,00/ loyang
Rp 145.800,00 Rp 173.200,00 Rp 73.200,00
Rp 4.500,00
5 pastel
60 pastel
Rp 2000,00/ pastel
Rp 15.800,00
1 loyang
4 loyang
Rp 37.500,00/ loyang
Rp 86.800,00
2 loyang
Rp 50.000,00/ loyang
Rp 68.400,00
Rp 15.800,00
1 loyang
Modal produksi per bulan : Rp 593.600,00 Total Keuntungan/ Bulan
Total
Rp 83.200,00
Rp 736.400,00 Rp 736.400,00
Pendapatan per bulan: harga jual x jumlah produksi Bolu
: Rp 30.0000,00 x 2
= Rp 60.000,00
Bubur sumsum
: Rp 3.000,00 x 60
= Rp 180.000,00
Cake sukun
: Rp 50.000,00 x 4
= Rp 200.000,00
Kukis sukun
: Rp 45.000,00 x 8
= Rp 360.000,00
Kue lapis
: Rp 40.000,00 x 4
= Rp 160.000,00
Pastel
: Rp 2.000,00 x 60
= Rp 120.000,00
Fresh roll cake
: Rp 37.500,00 x 4
= Rp 150.000,00
Tart
: Rp 50.000,00 x 2
= Rp 100.000,00
Total
= Rp 1.330.000,00
G. Metode pelaksanaan 1. Metode usaha a. Analisis Peluang Pasar Pada langkah ini kami mencoba untuk memperkirakan seberapa tinggi tingkat penawaran dan permintaan terhadap produk kami, bakery sukun. 19
b. Analisis dan Penentuan Target Pasar Pada langkah ini kami berupaya untuk menentukan segmen atau target pasar, agar kegiatan pemasaran akan berjalan lebih terarah selain itu, sumber daya yang dimiliki dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien dalam rangka mencapai tingkat kepuasan konsumen. c. Merancang Srategi dan program Pemasaran Dalam langkah ini kami mencoba untuk menyusun strategi dan program pemasaran meliputi; 1. Strategi produk 2. Strategi harga 3. Strategi distribusi/ penyaluran 4. Strategi promosi d. Mengorganisir & Melaksanakan Pada tahap ini kami mulai menjalankan program meliputi proses produksi, pemasaran atau penjualan, distribusi, hingga tersalurkan kepada konsumen. e. Kegiatan (kebijakan) Pemasaran Adapun kegiatan atau kebijakan pemasaran yang akan kami lakukan adalah sebagai berikut ; 1. Kemasan dibuat semenarik mungkin sehingga memberikan kesan pertama yang memikat konsumen. Di samping itu, kemasan juga haruslah aman dan menjamin produk terhindar dari kerusakan baik kerusakan fisik, kimiawi, maupun biologis. 2. Harga penjualan terjangkau namun tetap mempertimbangkan keuntungan yang maksimal. 3. Memanfaatkan relasi atau mitra (Channel Of Distribution) untuk membantu publikasi serta distribusi produk kepada pelanggan. 4. Membuat media yang komunikatif antara produsen dan konsumen, seperti: CP (contact person, blog, facebook,website. Selain dapat dioptimalkan sebagai sarana promosi dan edukasi, media dapat dimanfaatkan untuk menerima saran dan kritik konsumen dan juga pemesanan online. 5. Mempromosikan produk pada saat perkumpulan komunitas. Contohnya : perkumpulan ibu-ibu PKK, kritisi atau pencinta kuliner, dan lain-lain 20
6. Meyisipkan nilai edukasi antara lain melalui penyantuman informasi nilai gizi pada kemasan dan media promosi, 7. Mengikutsertakan dalam pameran kuliner serta kompetisi kuliner sebagai perkenalan kepada para pemerhati kuliner lain sekaligus meningkatkan gengsi produk tersebut di antara produk-produk kreasi kuliner lainnya. 8. Menempatkan diri di pusat wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dengan mengunggulkan bakery sukun sebagai salah satu ikon kuliner Yogyakarta. f. Mengawasi dan mengevaluasi Kegiatan Pada tahap akhir ini kami akan mengawasi dan mengevaluasi semua kegiatan mulai dari produksi hingga pemasaran, harapannya hasil evaluasi bisa memberikan rekomendasi-rekomendasi positif untuk dikembangkan pada waktu yang akan datang. Sehingga proses penjualan atau pemasaran bisa berkelanjutan.
2. Metode pengolahan Pada program usaha pengembangan buah sukun menjadi beberapa kreasi produk olahan ini terdiri dari 3 tahap utama hingga nanti bisa diolah menjadi beberapa kreasi produk olahan, yaitu pembuatan gaplek sukun kemudian tahap kedua adalah hasil dari gaplek sukun yang telah dikeringkan kemudian dilanjutkan dengan membuat tepung sukun dan tahap yang terakhir adalah membuat beberapa produk olahan dari tepung sukun berupa berbagai produk bakery. Secara lebih rinci akan dijelaskan per tahap di bawah ini : I. Pembuatan gaplek dan tepung sukun 1. Pemilihan dan penyeleksian bahan baku Bahan baku buah sukun yang dipilih hendaknya buah sukun yang berumur tua karena tingkat ketuaan buah juga mempengaruhi warna tepung. Buah sukun muda akan menghasilkan tepung sukun yang berwarna putih kecoklatan. semakin tua buah, semakin putih warna tepung. Tepung sukun yang paling baik dihasilkan dari buah yang dipanen 10 hari sebelum tingkat ketuaan optimum. 2. Membersihkan 3. Pengupasan
21
Kendala dalam pembuatan tepung sukun adalah terbentuknya warna coklat pada buah saat diolah menjadi tepung. Hal ini disebabkan adanya enzim yang terkandung dalam buah sukun. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat, bahan harus diusahakan sedikit mungkin kontak dengan udara dengan cara merendam buah yang telah dikupas dalam air bersih. 4. Pencucian 5. Pemotongan Setelah dilakukan pemotongan, potongan buah sukun tersebut selanjutnya diiris tipistipis. 6. Penjemuran Irisan buah sukun kemudian dihamparkan di atas nampan untuk dijemur di bawah terik matahari. Agar proses penjemuran lebih maksimal dan tidak mudah terkontaminasi oleh jamur karena lembab, maka setiap 3 jam sekali perlu dibalik. Pada saat musim kemarau, saat terik matahari benar-benar optimal penjemuran dapat dilakukan selama 3 hari. 7. Penumbukkan Gablek sukun yang sudah kering ditumbuh sampai benar hancur dan halus. 8. Pengayakan 9. Penjemuran Lama penjemuran atau pengeringan pada cuaca cerah sekitar 2-3 hari 10. Tepung sukun
II.
Pembuatan kreasi produk olahan tepun sukun menjadi bakery 1. Bolu sukun a. Bahan 1 gelas tepung sukun , 4 butir telur, 1 ½ ons gula, 1 bungkus vanili, 1 ½ ons mentega cair b. Cara pembuatan -
Telur, gula, ovalet, vanili dicampur lalu dikocok sampai warnanya putih
22
-
Tepung sukun dimasukkan dalam kocokan yang pertama, lalu dikocok lagi dengan pelan-pelan dan diberi mentega dan diaduk sampai rata
-
Setelah itu, dimasukkan ke dalam loyang yang sudah diolesi mentega lalu dibakar sampai matang
-
Setelah matang dipotong-potong lalu dibakar sampai kering
2. Bubur sumsum a. Bahan 1 200 gr tepung sukun, 100 gr tepung beras, 3 sendok garam halus, + 16 gelas belimbing santan kental dari 3 butir kelapa, 3 lembar daun pandan. b. Bahan 2 1 ½ kg gula merah , 3 lembar daun pandan , 5 gelas air, Pewarna kue. c. Cara pembuatan -
Tepung sukun dan tepung beras dicairkan dengan 1/3 bagian santan.
-
Sisa santan, pandan, garam direbus sampai mendidih, lalu ditepung yang telah dicairkan tadi dimasukkan dan dimasak lagi sampai matang.
-
Dimakan dengan kinco (saus gula merah)
d. Cara pembuatan kinco Gula, air, dan daun pandan dimasak sampai mendidih lalu disaring.
3. Cake sukun a. Bahan cake 4 butir telur, 1 ½ ons gula pasir. 1 ½ ons pati sukun, ½ ons mentega, 1 bungkus vanili, 1 sendok teh ovalet. b. Bahan cream 1 ½ ons mentega, 1 ons mentega putih, 1 ½ ons gula halus, 1 bungkus panili. c. Cara pembuatan -
Gula, ovalet, dan telur dikocok hingga mengembang: tambahkan vanili dan kocok lagi.
-
Setelah itu tepung pati sukun dan mentega yang dicairkan dimasukkan.
-
Tuangkan dalam loyang yang sudah diolesi mentega dan ditaburi tepung, lalu dipanggang. 23
-
Cream: mentega dan mentega putih dikocok bersama gula halus dan panili hingga lembut.
-
Setelah cake dingin betul, cream baru dioleskan menurut selera.
4. Kukis sukun a. Bahan 3 butir telur, 225 gr mentega, 2 ½ ons tepung sukun, 1 ½ ons tepung terigu, 150 gr gula pasir, 2 ons kacang cincang dan gula, sedikit vanili. b. Cara pembuatan -
Telur, gula, mentega dikocok sebentar, masukkan tepung sukun dan tepung terigu berikut vanili dan aduk hingga rata, kemudian digiling dan dicetak.
-
Sisa putih telur diberi garam, setelah kue dicetak dicelupkan pada kocokan telur, kemudian dilengketkan pada kacang cincang.
-
Bakar pada loyang yang sebelumnya dipoles mentega
5. Kue lapis kue sukun a. Bahan 5 butir telur, 225 gr gula pasir, 175 gr tepung sukun sudah diayak, 125 gr mentega dicairkan, ½ sendok teh esens moka, ½ sendok teh esens vanili, ¼ sendok teh esens garam, 1 sendok teh TBM, ½ sendok teh VX, pewarna alami menurut selera (merah, hijau, moka pasta atau coklat bubuk). b. Cara pembuatan -
Telur, gula, garam, TBM + VX dikocok sampai putih, Tambahkan terigu dan vanili dan aduk sampai rata, masukkan mentega cair.
-
Adonan dibagi menjadi tiga bagian : 1) beri esens stroberi dan pewarna merah 2) beri pandan dan pewarna hijau (alami) 3) beri moka dan molla pasta atau coklat bubuk
-
Oleskan mentega pada loyang yang telah disediakan dan taburi tepung
-
Masukkan adonan merah dan kukus setengah masak
-
Adonan hijau kukus setengah masak, kemudian adonan coklat
6. Pastel basah tepung sukun 24
a. Bahan 3 ons tepung sukun, ½ ons tepung kanji, 1 ½ ons tepung terigu, 2 butir telur ayam, 1 ons mentega. b. Cara pembuatan: -
Semua bahan diaduk menjadi satu, setelah dapat dipulung dibentuk pastel dan diisi ragi, kemudian digoreng.
-
Dimakan dengan lombok rawit.
7. Fresh roll cake a. Bahan 6 butir telur ayam, 1 ons gula pasir, 50 gr tepung sukun, 1 ons mentega, 1 sendok the panili, 1 sendok makan ovalet, 1 sendok makan meizena, 1 sendok makan air, 3 putih telur (mentega dicairkan) b. Cara pembuatan -
Semua bahan dicampur menjadi satu lalu dikocok sampai mengembang
-
Tepung sukun dan meizena dimasukkan
-
Terakhir masukkan mentega cair
-
Masukkan dalam loyang ukuran 24 x 24 yang sudah dilapisi dengan kertas roti dan mentega, kemudian dioven dengan api sedang sampai masak
8. Roti tart tepung sukun a. Bahan 8 butir telur, 2 ons gula pasir, 2 ons tepung sukun diayak, 1 sendok makan ovalet, 2ons mentega dicairkan, 1 sendok makan baking powder dan vanili. b. Cara pembuatan -
Telur dan gula dikocok hingga mengembang, masukkan ovalet baking powder, tepung sukun dan mentega, kemudian dikocok hingga rata benar
-
Tuangkan ke dalam loyang yang telah diolesi dengan mentega
-
Bakar hingga kuning baru diangkat
-
Selanjutnya bisa dihias sesuai dengan selera atau seni dengan butter cream yang telah diberi warna sesuai dengan yang diinginkan (Deptan, 2003)
25
H. Jadwal kegiatan Tabel 5. Jadwal Kegiatan
No.
Bulan
Kegiatan
1
2
3
4
Peluang
PJ
1
Analisis Pasar
2
Analisis Penentuan Pasar
3
Merancang Srategi dan program Pemasaran
4
Mengorganisir Melaksanakan
5
Kegiatan (kebijakan) Pemasaran
6
Mengawasi dan mengevaluasi Kegiatan
TIM
7
Penyusunan laporan akhir
TIM
& Target
&
DIAH dan DEWI
PBW dan INNA
DIAH dan RIDWAN
TIM
RIDWAN dan PBW
I. Rancangan biaya Pengeluaran Investasi awal
: Rp 5.823.000,00
Operasional/bulan
: Rp 330.000,00 x 4bulan = Rp 1.320.000,00 26
(barang habis pakai) Operasional 4 bulan : Rp 305.000,00 (barang tidak habis pakai) Modal produksi
: Rp 593.600,00 x 4bulan = Rp 2.374.400,00
Total
: Rp 9.822.400,00
Pendapatan Pemasukan penjualan/bulan : Rp 1.330.000,00x4bulan= Rp 5.320.000,00 Total
Keuntungan
: Rp 5.320.000,00
: Rp 736.400,00 x 4 bulan = Rp 2.945.600
J. Lampiran a. Biodata ketua dan anggota kelompok Nama
: M. Ridwan Ansari
Tempat tanggal lahir : Rantau, 19 Oktober 1989 NIM
: 07/257301/KU/12537
Prodi
: Gizi Kesehatan FK UGM
Alamat
: Jalan Menteri 4 Gg. Swakarya 2 No 70A. Martapura. Kalimantan Selatan
No. Handphone
: 085647734835
Nama
: Gentur Adiprabawa
Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 7 Februari 1990 NIM
: 08/267926/KU/12770
Prodi
: Gizi Kesehatan FK UGM
Alamat
: Jalan Gedong Kuning Selatan Gang Gedongan Baru III/1 Banguntapan Bantul Yogyakarta
No Handphone
: 085643577532
27
Nama
: Diah Nurpratami
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 17 Mei 1990 NIM
: 07/256728/KU/12509
Prodi
: Pendidikan Dokter FK UGM
Alamat
: Perum. Sorosutan Indah Gg. Jambu No. 6, Yogyakarta
No. Handphone
: 085643759595
Nama
: Dewi Masyitoh Mubarok
Tempat tanggal lahir : Yogyakarta,13 Maret 1990 NIM
: 07/256646/KU/12501
Prodi
: Pendidikan Dokter
Alamat
: Wojo RT05/11 no. 159 A Bangunharjo Sewon Bantul
No. Handphone
: 085729406200
Nama
: Inna Rachmawati
Tempat tanggal lahir : Sleman, 21 Juni 1991 NIM
: 09/282065/KU/13208
Prodi
: Gizi Kesehatan FK UGM
Alamat
: Pugeran MJ 2 / 306 Yogyakarta 55141
No. Handphone
: 085729356050
b. Biodata dosen pendamping Nama Lengkap
: Fatma Zuhrotun Nisa’, STP.MP
Jenis kelamin
: Perempuan
NIP/ Golongan
: 132 302 906/ III b
Strata/Jab.Fungsional
: Lektor
Fakultas/Jurusan
: FK/ Gizi Kesehatan
Bidang Ilmu
: Gizi Pangan
Alamat kantor
: Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta Telp. 0274-547775
Email
:
[email protected]
Handphone
: 081578506479 28
Alamat rumah
: Jl. KH Ali Maksum 378, Yogyakarta Telp. 0274-372084 Dosen Pendamping
(Fatma Zuhrotun Nisa, STP, MP ) NIP. 132 302 906 c. Gambaran teknologi yang akan diterapkembangkan Grafik 1. Teknologi yang akan diterapkembangkan
Pengolahan sukun menjadi tepung
Pengolahan bakery sukun
Pemasaran produk
internet-facebook
leaflet / poster
person to person
media massa / majalah kampus
d. Kerjasama Kemitraan Lampiran
29