BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya di kecama kecamatan tan Tegal Tegal delimo delimo Kabupa Kabupaten ten Daerah Daerah Tingka Tingkatt II Banyu Banyuwan wangi. gi. Alas Alas Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas 430.420 Ha. Taman Taman Nasion Nasional al Alas Alas Purwo Purwo merupa merupakan kan suatu suatu ekosist ekosistem em hutan hutan tropis tropis dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove, hutan hutan tropis tropis dataran dataran rendah rendah (hutan (hutan hetero heterogen gen), ), dan sebagia sebagian n hutan hutan tanama tanaman, n, padang rumput, dan hutan bambu. Adapun cuplikan yang diambil berada pada area hutan heterogen Alas Purwo yang mana di dalam tanahnya didiami oleh berbagai fauna tanah. Seca Secara ra umum umum Tama Taman n Nasi Nasion onal al Alas Alas Purw Purwo o kond kondis isii geog geogra rafi fisn sny ya bervariasi, dengan puncak tertinggi pada gunung Linggamanis (322 m dpl). Pada dataran rendah terdapat rawa-rawa terletak di sebelah barat. Di sebelah timur terdap terdapat at bukit bukit Gampan Gampang g yang yang terjal. terjal. Kawasan Kawasan Taman Nasiona Nasionall Alas Alas Purwo Purwo didominasi didominasi oleh hutan tropik dataran rendah. rendah. Salah satu bagian dari hutan tropik dataran rendah yaitu hutan pantai. Menurut Odum, 1993 hutan pantai terdiri dari dua daerah yang berbeda, yaitu hutan mangrove dan hutan campuran. Hutan mangrove terdapat di s epanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan campuran pohonnya selalu hijau dan tinggi dengan keanekaragaman yang tinggi, karena curah hujan tinggi, kandungan humus tinggi, dan penyinaran matahari lebih lama. Pada Pada ekos ekosis istem tem dara darata tan, n, orga organi nism smee tana tanah h meru merupa pakan kan peng pengur urai ai yang yang berfungsi untuk mengubah bahan organik menjadi senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Fauna tanah seperti keong, bekicot, dan rayap sangat penting peranannya dalam proses dekomposisi, sebelum proses dekomposisi lebih lanjut oleh mikroorganisme tanah (Hakim, 1986 dalam Andayani, 2001). Hewan
tanah tanah biasa biasa ditemu ditemukan kan di tempat tempat teduh, teduh, tanah tanah yang yang lembab lembab,, sampah sampah padang padang rumput, di bawah kayu lapuk, dan tempat t empat lembab yang lainnya. Berdas Berdasark arkan an uraian uraian diatas, diatas, yaitu yaitu habita habitatt yang yang bermac bermacam-m am-macam acam pada pada hutan pantai, dimungkinkan mempunyai keanakaragaman jenis fauna tanah yang berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan observasi dengan judul “Studi Keanekaragaman Dan Kemerataan Hewan Tanah Di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur”. B. Tujuan
1.
Mengetahui jen jenis-jenis he hewan ta tanah ya yang te terdapat di hu hutan pa pantai
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 2.
Mengetahui keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis
hewan tanah di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 3.
Mengetahui pola distribusi jenis hewan tanah di hutan pantai
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 4.
Mengetahui spe spesies he hewan ta tanah ya yang pa paling do dominan di di hut hutan
pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. C. Manfa Manfaat at Penel Peneliti itian an
1.
Dengan menerapkan metode Pitfall Trap Pitfall Trap,, mahasiswa dapat
mengetahui keanekaragaman, kemerataan, serta kekayaan jenis hewan tanah di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 2.
Mahasiswa mengetahui jenis-jenis hewan tanah yang ada di
hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 3.
Mahasiswa me mengetahui ke kehidupan or organisme da dalam ta tanah
dan peranannya bagi ekosistem yang ditempatinya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tanah Sebagai Habitat Hewan Tanah Komponen biotik dan abiotik sangat erat berhubungan di dalam tanah, yang yang berdas berdasark arkan an batasan batasanny nyaa terdiri terdiri dari dari lapisan lapisan kulit kulit bumi bumi yang yang dilapu dilapukka kkan n dengan organisme hidup dan hasil pembusukannya bercampur aduk (Odum,1993 dalam Junaidah, 2001). Dalam definisi ilmiahnya tanah adalah sekumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun ters usun dari horison-horison, terdiri dari campuran c ampuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno dalam Junaidah, 2001). Tanah merupakan kumpulan di tubuh alam, di atas permukaan bumi yang meng mengan andu dung ng bend bendaa hidu hidup p dan dan mamp mampu u mend menduk ukun ung g pertu pertumb mbuh uhan an tanam tanaman an.. Sebagai benda alami yang heterogen, tanah terdiri dari fase padat, cair, dan gas yang yang bersifa bersifatt dinami dinamik. k. Sebaga Sebagaii suatu suatu sistem sistem,, tanah tanah merupa merupakan kan sistem sistem yang yang terbuka (Suim, 1997 dalam Fatawi, 2002). Menu Menuru rutt Hardj Hardjow owig igen eno o dalam dalam Juna Junaid idah ah (200 (2001) 1) fakto faktor-f r-fak akto torr yang yang mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
Iklim
Organisme
Bahan induk
Topografi (relief)
Waktu
B. Deskri Deskripsi psi Fauna Fauna Tanah Tanah
Fauna Fauna tanah tanah adalah adalah hewan hewan yang yang menemp menempati ati tanah tanah sebaga sebagaii habita habitatny tnya. a. Menu Menuru rutt Adia Adiant nto o (198 (1980) 0) dala dalam m Fata Fatawi wi (200 (2002) 2) keha kehadi dira ran n faun faunaa tana tanah h pada pada habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap. Menurut Adianto (1980) dalam Fatawi (2002) fauna tanah secara umum dapat dikelompo dikelompokkan kkan berdasarkan berdasarkan ukuran ukuran tubuh, tubuh, ketergantun ketergantungan gan terhadap terhadap air, kehadirannya di tanah dan menurut tempat hidupnya.
Berdas Berdasark arkan an ukuran ukuranny nya, a, Van Der Driff Driff (1951) (1951) dalam dalam Ardian Ardianto to (1980) (1980) dalam dalam Fatawi Fatawi (2002) (2002) membag membagii fauna fauna tanah tanah menjadi menjadi empat empat katego kategori ri sebagai sebagai berikut: •
Mikrofauna : 20-200 20-200 mikron
•
Mesofauna : 200 mikron-2 mm
•
Makrofauna : 2-20 mm
•
Megafauna : 20-200 mm
Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi menjadi: •
Fauna tanah yang temporer , yaitu golongan golongan hewan tanah yang memasuki memasuki
tanah tanah dengan dengan tujuan tujuan bertelu bertelur, r, setelah setelah menetas menetas dan berkem berkemban bang g menjad menjadii dewasa, hewan akan keluar dari tanah. Misalnya: Diptera. Diptera. •
Fauna Fauna tanah tanah yang yang transien, transien, yaitu yaitu hewan hewan yang yang seluruh seluruh daur daur hidupn hidupnya ya
berlangsung di atas tanah. Misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae. •
Fauna tanah yang periodik yang periodik , yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di
dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah. Misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina. •
Fauna tanah yang permanen yang permanen,, yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada
di dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah. Misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera. Menu Menuru rutt Adia Adiant nto o (198 (1980) 0) dala dalam m Fata Fatawi wi (200 (2002) 2) berd berdas asar arka kan n sifa sifatt ketergantungan terhadap air, fauna tanah terbagi menjadi:
Hidrobiontes, Hidrobiontes, yaitu yaitu fauna fauna tanah tanah yang yang membu membutuh tuhkan kan air relati relatiff banyak banyak
untuk aktifitas hidupnya. Misalnya: Cilliata dan Flagelata. Flagelata.
Higrofil , yaitu fauna tanah yang tidak menyukai air terlalu banyak untuk
syarat hidup optimalnya. Misalnya: Collembola.
Xerofil , yaitu fauna tanah yang lebih menyukai habitat kering.
Misalnya: jenis laba-laba.
Fauna tanah menurut tempat hidupnya, dibagi menjadi:
Treefauna, Treefauna, yaitu hewan yang hidup di pohon.
Epifauna, Epifauna, yaitu hewan yang hidup di permukaan tanah.
Infauna, Infauna, yaitu hewan yang hidup di dalam tanah.
C. Klasif Klasifika ikasi si Fauna Fauna Tana Tanah h
Dala Dalam m
pem pembaha bahasa san n
beri beriku kutt
akan akan diur diurai aika kan n
ciri ciri-c -cir irii
faun faunaa
tana tanah h
berdasarkan klasifikasi dari Borror dalam Maulidiyah (2000): a) Ord Ordo Ty Tysan sanura ura
Ukurannya sedang sampai kecil,
Bentuk memanjang dan agak gepeng,
Mata majemuk kecil dan sangat lebar terspisah, mata tunggal tidak
ada,
Tarsi 3-5,
Terbag Terbagii atas 3 famili famili yaitu: yaitu: Lepido Lepidotric trichid hidae, ae, Lepism Lepismatid atidae, ae, dan
Nicotidae. b) Ordo Diplura
Mempunyai 2 filamen ekor,
Tarsi 1 ruas,
Terdapat stili pada ruas abdomen 1-7 atau 2-7,
Terba erbagi gi
atas atas
3
fam famili, ili,
yaitu aitu::
Japy Japyg gidae idae,,
Cam Campodei odeida dae, e,
Procampodeidae, dan Anajapygidae. c) Ordo Protura
Tubuh kecil berwarna keputih-putihan,
Panjng 0,6 - 1,5 mm,
Tidak memiliki mata ataupun sungut,
Terbagi atas beberapa famili yaitu: Eosentormidae, Protentomidae,
Acerentomidae, dan lain-lain. d) Ordo Collembola
Abdomen mempunyai 6 segmen,
Tubuh kecil tidak bersayap,
Antena beruas 4 dan kaki dengan tarsus beruas tunggal,
Terb Terbag agii atas atas bebe beberap rapaa famil familii yaitu: aitu: Onyc Onychi hiur urid idae, ae, Podi Podiri rida dae, e,
Hypogastruridae, Entomobrydae, Sminthuridae, dan Nelidae. e) Ordo Isoptera
Golongan Golongan serdadu mempunya mempunyaii kepala yang sangat berskleretisasi, berskleretisasi,
memanjang, hitam, dan besar,
Golongan Golongan pekerja mempuny mempunyai ai warna pucat dengan dengan tubuh tubuh lunak, lunak,
mulut tipe pengunyah. f) Ordo Orthoptera
Ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap,
Tubuh memanjang sersi bagus terbentuk,
Bagian mulut adalah tipe pengunyah,
Terbagi atas beberapa famili yaitu: Grillotalpidae, Tridactylidae,
Tetrididae, Eugamastracidae, Acrididae dan lain-lain. g) Ordo Pleoptera
Ukuran medium (kecil agak gepeng),
Sayap depan memanjang , agak sempit,
Sungut panjang, tarsi beruas 3,
Terbag Terbagii atas atas beberap beberapaa famili famili yaitu: yaitu: Pteron Pteronarcy arcyidae idae,, Capnid Capnidae, ae,
Peridae, dan lain-lain. h) Ordo Dermaptera
Tubuh memanjang ramping dan agak gepeng,
Sayap depan memendek seperti kulit, tidak mempunyai rangka sayap,
Aktif pada malam hari,
Terbagi Terbagi atas beberapa beberapa famili yaitu: Forficulida Forficulidae, e, Chelisochid Chelisochidae, ae, Labidae, Labidae, Labiduridae dan lain-lain.
i) Ordo Tysanoptera
Bentuk langsing, panjang 0,5-5 mm,
Terdapat atau tidak ada sayap,
Sungut pendek, tarsi 1-2 ruas,
Terb Terbag agii
atas atas
fami famili li::
Phae Phaelo loth thri ripi pida dae, e,
Aelo Aeloth thri ripi pida dae, e,
Thri Thripi pida dae, e,
Mesothripidae, Heterothripidae. j) Ordo Hemiptera
Sayap depan menebal seperti kulit,
Bagian mulut adalah tipe menusuk, menghisap, dalam bentuk paruh,
Makanannya cairan tumbuhan atau cairan tubuh hewan,
Terbagi Terbagi atas famili: famili: Polyctenid Polyctenidae, ae, Belastocorida Belastocoridae, e, Ochteridae, Ochteridae, Corixidae, Corixidae, dan Nepidae.
k) Ordo Homoptera
Termasuk penghisap dengan 4 penusuk,
Mempunyai 4 sayap,
Sungut sangat pendek,
Terbagi Terbagi atas beberapa beberapa famili yaitu: Corydalidae Corydalidae,, Sialidae, Sialidae, Mantispidae, Mantispidae, Raphididae, Inocullidae dan lain-lain.
l) Ordo Neuroptera
Bertubuh lunak dengan 4 sayap,
Mempunyai banyak rangka sayap menyilang dan berc abang,
Terbagi Terbagi atas beberapa beberapa famili yaitu: Corydalidae Corydalidae,, Sialidae, Sialidae, Mantispidae, Mantispidae, Raphididae, Inocullidae dan lain-lain.
m) Ordo Coeleptera
Mempunyai 4 pasang sayap dengan sepasang sayap depan menebal,
Terbag Terbagii atas atas beberap beberapaa famili famili yaitu yaitu Bittaci Bittacidae dae,, Boerid Boeridae, ae, merope meropeida idae, e, Panorpidae, dan Panorpodidae.
n) Ordo Diptera
Mempunyai sepasang sayap di depan,
Larva tanpa kaki, kepala kecil,
Terb Terbag agii atas atas bebe bebera rapa pa fami famili li yaitu yaitu:: Nymp Nympho homy mylid lidae, ae, Tric Tricoc ocir irida idae, e, Tanyderidae, Xylophagidae, Tripulidae dan lain-lain.
p) Ordo Hymenoptera
Ukuran tubuh bervariasi,
Antena 10 ruas atau lebih,
Mulut bertipe penggigit dan penghisap,
Terbag Terbagii famili famili yaitu yaitu:: Orussi Orussidae dae,, Sirici Siricidae dae,, Xphyd Xphydrid ridae, ae, Chephi Chephidae dae,, Argidae, Cimbicidae, dan lain-lain.
D. Keanekar Keanekaragama agaman n Fauna Fauna Tanah Tanah
Keanekaragam jenis adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara angg anggot ota-a a-ang nggo gota ta
suat suatu u
kelo kelomp mpok ok
spesi spesies. es.
Suatu Suatu
komu komuni nita tass
memp mempun unya yaii
keragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis) deng dengan an keli kelimp mpah ahan an spesi spesies es yang yang sama sama atau atau hamp hampir ir sama. sama. Seba Sebali likn knya ya jika jika komu komuni nita tass itu itu disu disusu sun n oleh oleh sang sangat at sedi sediki kitt spes spesie iess yang ang dom dominan inan maka maka keanekaragaman jenisnya rendah (Soegianto, 1994 dalam Junaidah, 2001). Menuru Menurutt Odum Odum (1971) (1971) dalam dalam Wuland Wulandari ari (1999) (1999) dalam dalam Fatawi Fatawi (2002) (2002) menyatakan bahwa ada beberapa parameter yang dapat diukur untuk mengetahui keadaan suatu ekosistem, misalnya dengan melihat nilai keanekaragaman. Ada dua faktor faktor pentin penting g yang yang mempen mempengar garuhi uhi keanek keanekara aragam gaman an hewan hewan tanah, yaitu kekayaan jenis ( Indeks Richness) Richness) dan kemerataan spesies ( Indeks Indeks Evennes). Evennes). Pada komunitas yang stabil Indeks stabil Indeks Richness dan Indeks dan Indeks Evennes tinggi. Sedang Sedangkan kan pada komunit komunitas as yang yang terganggu terganggu
karena karena adanya adanya campur campur tangan tangan
manusia kemungkinan Indeks kemungkinan Indeks Richness dan Indeks dan Indeks Evennes randah. Menurut Junaidah (2001) komponen utama dari keanekaragaman adalah kesama-rataan atau equitibilitas dalam pembagian individu yang merata di antara jenis, fungsi Shanon atau indeks H, menggabungkan komponen keanekaragaman (variety) variety) dan komponen kemerataan (evennes ( evennes)) sebagai indeks keanekaragaman keseluruhan. Ekosistem Ekosistem yang yang mempunyai mempunyai nilai diversitas diversitas tinggi tinggi umumnya umumnya memiliki memiliki rantai rantai makana makanan n yang yang lebih lebih panjan panjang g dan komple kompleks, ks, sehing sehingga ga berpel berpeluan uang g lebih lebih besar untuk terjadinya interaksi seperti pemangsaan, parasitisme, kompetisi, komensialisme, ataupun mutualisme.
E. Pola Pola Distrib Distribusi usi Hewa Hewan n Tanah Tanah
Secara umum populasi menyebar dalam tiga pola yaitu acak (random ( random), ), mengelompok/agresi (clumped (clumped ), ), dan seragam (uniform (uniform). ). Pada umumnya populasi hewan cenderung untuk berkelompok, oleh karenanya dari ketiga pola tersebut sering sering kali kali dijump dijumpai ai gabung gabungan an dua pola pola yaitu yaitu acak mengel mengelomp ompok, ok, kelomp kelompok ok bergerombol, dan seragam kelompok.
. .
. .
. . .
. . . .
.
A B C Gambar 2.1 Pola sebaran populasi A. acak, B. mengelompok, C. seragam Menurut Eden (1990) berdasarkan asumsi penyebaran individu-individu adalah acak, maka dapat didefinisikan bahwa varians (S 2) adalah sama dengan harga rata-rata ( x ). Jadi, apabila varians lebih besar dari harga rata-rata maka penyebaran individu adalah berkelompok, dan sebaliknya apabila varians lebih kecil dari pada harga rata-rata maka penyebarannya merata. Menurut Dharmawan, dkk (2004) pola sebaran acak menunjukkan terdapat keseragaman (homogenitas) kondisi lingkungannya. Pola sebaran random dapat diseba disebabka bkan n oleh oleh pengar pengaruh uh negati negatiff persai persainga ngan n sumber sumber daya daya dianta diantara ra indivi individu du anggota populasi itu. Sedangkan pola sebaran mengelompok dapat disebabkan oleh oleh sifat sifat agrega agregariu rius, s, adany adanyaa keraga keragaman man (hetero (heterogen genita itas) s) kondis kondisii lingku lingkunga ngan, n, keterse ketersedia diaan an makana makanan, n, perkaw perkawina inan, n, pertah pertahana anan, n, perila perilaku ku sosial, sosial, serta serta faktor faktor persaingan. Pola sebaran merata umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan persaingan untuk untuk mendapatka mendapatkan n nutrisi nutrisi dan ruang.
F. Fakto Faktor-F r-Fakt aktor or yang yang Mempe Mempenga ngaruh ruhii Ken Keneka ekarag ragama aman n dan Distr Distribu ibusi si Fauna Tanah
Faktor Faktor lingkunga lingkungan n berperan berperan sangat penting dalam menyusun menyusun berbagai berbagai pola penyebaran fauna tanah. Faktor biotik dan abiotik bekerja secara bersamasama dalam suatu ekosistem, menentukan kehadiran, kelimpahan, dan penampilan organisme. Menu enurut rut
Andayani
(20 (2001)
faktor-f r-faktor
yang
memp empengaruh ruhi
keanekaragaman fauna tanah antara lain: 1. Faktor biotik a)
Pertumbuhan populasi
b)
Interaksi antar spesies, berupa: 1. kompetisi 2. predator
2. Faktor abiotik a) Kele Kelemb mbab aban an tana tanah h b) Suhu tanah c) pH tanah
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jeni Jeniss Penel Penelit itia ian n
Pene Peneli liti tian an
ini ini
meru merupa paka kan n
pene peneli liti tian an
desk deskri ript ptif if
obse observ rvat atif if
untu untuk k
memperoleh informasi tingkat keanekaragaman dan kemerataan hewan tanah di Taman Nasional Alas Purwo Bayuwangi. B. Ob Obye yek k Pen Penel elit itia ian n
Popula Populasi si dalam dalam peneli penelitia tian n ini adalah adalah semua semua jenis jenis hewan hewan tanah tanah yang yang berada di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo Bayuwangi. Sedangkan sampel sampel dalam dalam penelit penelitian ian ini adalah adalah jenis jenis hewan hewan tanah tanah yang yang tertan tertangka gkap p dalam dalam sumur jebakan ( Pitfall Trap). Trap). C. Waktu Waktu dan dan Tempat Tempat Penel Penelitia itian n
Peneli Penelitian tian ini dilaks dilaksana anakan kan pada pada tangga tanggall 17 Nopem Nopember ber 2005 2005 sampai sampai minggu minggu I bulan bulan Januari Januari 2006 2006 di Taman Taman Nasion Nasional al Alas Purwo Bayuwan Bayuwangi gi dan Laboratorium Ekologi ruang 109 di gedung Biologi Universitas Negeri Malang. D. Alat Alat dan dan Bah Bahan an
1.
Alat
• Soil tester
• Gelas air mineral
• Termometer tanah
• Botol film
• Kantong plastik
• Alat penggali tanah
• Timba plastik
• Kompas bidik
• Bendera
• Mikroskop stereo
• Cawan arloji
• Kuas kecil
• Jarum
• Pinset
• Kertas label
2.
Bahan
• Larutan alkohol 15 %
• Larutan formalin 70%
• Larutan gliserin 15%
• Larutan aquades
E. Pros Prosed edur ur Ke Kerj rja a
1.
Melakukan observasi untuk mengetahui lokasi
penelitian di hutan pantai Triangulasi Alas Purwo Banyuwangi. Banyuwangi. 2.
Menentukan lo lokasi pe pengambilan cu cuplikan ya yang
dimulai dari bagian tepi pantai menuju hutan pantai sebanyak 25 plot untuk masing-masing kelompok. 3.
Memasang jebakan Pitfall Trap pada pada masing masing--
masing plot (gambar 3.1): a) Menggali tanah sedalam + 10 cm dengan alat penggali penggali tanah, b) Memasukkan gelas air mineral yang telah berisi campuran aquades, alkohol 15%, dan gliserin 15% (perbandingan 3 : 1 : 1) ke dalam tanah yang telah digali, c) Meratakan permukaan tanah dengan bagian mulut gelas air mineral, d) Menutupi gelas air mineral dengan serasah daun. daun. 4.
Mengambil jebakan Pitfall Trap Pitfall Trap setelah + 24 jam.
5.
Memasukkan spesimen ke dalam botol film yang
telah ditetesi formalin 70% sebanyak 3 tetes. 6.
Mengidentifikasi
spesimen
hewan
tanah
di
lanjutan
di
lapangan. 7.
Melakukan
kegiatan
identifikasi
Labora Laborator torium ium Ekolog Ekologii ruang ruang 109 109 di gedung gedung Biolog Biologii Univer Universit sitas as Negeri Negeri Malang. d
e Tanah
Tanah
a b c
Gambar 3.1 Cara pemasangan Pitfall pemasangan Pitfall Trap
Keterangan : a = gelas air mineral b = aquades + alkohol 15% + gliserin 15% (3 : 1 : 1) c = lubang tempat gelas air mineral diletakkan d = serasah dedaun e = permukaan tanah
F.
Teknik Tabulasi Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies hewan tana tanah h yang ang dite ditem mukan ukan pada pada seti setiap ap plot plot.. Kemu Kemudi dian an data data yang ang dipe dipero role leh h dikompilasikan sebanyak 20 kelompok yang digunakan sebagai ulangan. Dari 25 plot yang dipasang oleh 1 kelompok digunakan sebagai stasiun pada data kompilasi. Jadi, terdapat 25 stasiun dan pada 1 stasiun terdapat 20 ulangan. Tabel keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan jenis hewan tanah di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi No. Taksa
Stasiun … 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20
Total H’ E R
∑
X
G.
Teknik Analisis Data
Data Data yang yang dipero diperoleh leh kemudi kemudian an dianal dianalisis isis indeks indeks keragam keragaman, an, indeks indeks kemerataan, dan indeks kekayaan jenis pada masing-masing stasiun. 1)
Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
H’ = - ∑ Pi ln Pi
Keterangan: Pi = n/N H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever n
: Juml Jumlah ah masin masing-m g-mas asin ing g spesi spesies es
N : Jumlah total spesies dalam sampel (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001) 2)
Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener,
selanjutnya menghitung nilai indeks kemerataan ( Evennes) Evennes) dengan rumus: E =
H ' ln .S
Keter Keteran anga gan: n: E
: Inde Indeks ks keme kemerat rataa aan n evennes
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever S
: Ju Jumlah sp spesies (n1, n2, n3, …..)
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001) 3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks Richness: Richness: R =
S − 1 ln . N
Keterangan: R : Indeks Richness Indeks Richness S
: Ju Jumlah sp spesies (n1, n2, n3, …..)
N : Total individu dalam pengambilan sampel (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Junaidah, 2001) 4)
Untuk mengetahui dominansi suatu spesies dilakukan
perhitungan nilai dominansi sebagai berikut:
D
=
n 100 % × 100 N
Keterangan: D n
: Dominansi spesies : Jumlah individu masing-masing spesies
N : Total individu dalam pengambilan sampel (Odum, 1993 dalam Maulidiyah, 2003)
Tabe Tabell 4.2. 4.2. Tabe Tabell Ring Ringka kasa san n Inde Indeks ks Ke Kean anek ekar arag agam aman an,, Ke Kemer merat ataa aan n dan dan Kekayaan Hewan Tanah di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Stasiun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
H 2,37608 2,54213 2,02403 2,24535 2,19032 1,34439 2,26472 2,18037 1,67524 2,58123 1,83484 2,72507 2,26851 2,32229 2,37216 2,55908 2,56798 2,32448 2,66368 2,76567 1,85935 2,41049 2,34738 2,2152 2,08875
E 0,78045 0,78976 0,6288 0,70652 0,65047 0,44158 0,73267 0,69538 0,52044 0,8019 0,55064 0,80121 0,68078 0,73073 0,70447 0,85424 0,83078 0,77593 0,81756 0,90841 0,72491 0,8694 0,86682 0,83939 0,79148
R 4,19227 4,7466 4,16975 4,641 5,18695 3,46534 3,91015 4,25026 4,17205 4,71736 4,41473 6,05745 5,31349 4,72518 5,91191 4,69942 4,56009 3,73912 5,96708 4,82726 2,98111 3,83433 3,82142 3,37649 3,21539
3 2.5
' 2 H s k 1.5 e d n I 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 13 14 15 16 17 18 18 19 20 20 21 22 23 23 24 25
Stasiun
Grafik 4.1. Grafik Nilai Indeks Keanekaragaman Hewan Tanah di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
1 0.8
E0.6 s k e d n0.4 I 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 11 12 12 13 13 14 15 15 16 16 17 17 18 19 19 20 20 21 21 22 23 23 24 24 25 25
Stasiun
Grafik ik Nila Nilaii Inde Indeks ks Keme Kemera rataa taan n Hewa Hewan n Tana Tanah h di Huta Hutan n Pant Pantai ai Grafik 4.2. Graf Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
7 6 5
R s 4 k e d3 n I 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14 15 16 16 17 18 19 20 21 21 22 23 24 25
Stasiun
Grafik 4.3. Grafik Nilai Indeks Kekayaan Hewan Tanah di Hutan Pantai Pantai Taman Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
80 70 60
) 50 %40 ( D 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0 11 11 12 12 13 13 1 4 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19 2 0 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25
Stasiun
Predominasi Tulorchesia Tulorchesia carpensis carpensis di Hutan Pantai Grafik 4.4. Grafik Nilai Predominasi Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
BAB V PEMBAHASAN
A.
Jenis Hewan Tanah yang Ditemukan di Hutan Pantai
Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
Dalam penelitian penelitian ini ditemukan ditemukan sebanyak sebanyak 170 spesies hewan tanah. tanah. Hal ini menunjukkan bahwa spesies hewan tanah di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Alas Purwo Purwo Banyu Banyuwan wangi gi masih masih melimp melimpah ah jumlah jumlahny nya. a. Spesies Spesies Tulorchesia capensis dan Monomorium sp. ditemukan pada hampir semua plot sampel. Hal ini menunjukk menunjukkan an bahwa kondisi dan sumberday sumberdayaa yang yang dibutuhk dibutuhkan an spesies-spesie spesies-spesiess tersebut masih dalam kisaran toleransinya. Sebagian besar spesies-spesies hewan tanah ditemukan di lokasi semak, rumput dan tanah terbuka. Selain itu hewan tanah juga sering ditemukan pada daerah yang kelembabannya tinggi seperti di bawah serasah daun atau di bawah reruntuhan pohon. Spesies Tulorchesia capensis dan Monomorium dan Monomorium sp. mulai ditemukan pada stasiun stasiun 1 sampai sampai stasiun stasiun 25. Kedua Kedua spesie spesiess ini dapat ditemu ditemukan kan pada pada semua semua stasiun karena keduanya menyukai semua habitat yang ada di hutan pantai. Selain itu, kondisi dan sumberdaya pada 25 stasiun telah mencukupi kebutuhan kedua spesies ini.
B.
Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Jenis
Hewan Tanah di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi 1) Ke Kean anek ekar arag agam aman an
Berdasarkan analisis tentang indeks keanekaragaman jenis hewan tanah yang terdapat di lokasi penelitian penelitian berkisar antara 1,34439 1,34439 - 2,76567 2,76567 (tabel pada analisis data). Ini menunjukkan bahwa dari 25 stasiun yang tercuplik, habitat pada stasiun 20 merupakan habitat yang paling sesuai bagi kehidupan hewan tanah. Dari grafik terlihat bahwa keanekaragaman tertinggi pada stasiun 20 dan terendah pada stasiun 6. Tingginya nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 20 disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya, misalnya jenis vegetasi
tumbuhan. Apabila jenis vegetasi tumbuhan penyusunnya penyusunnya semakin se makin beragam, maka jenis hewan tanah juga semakin beragam. Menurut Eusie (1990) dalam Maul Maulid idiy iyah ah (200 (2003) 3) suatu suatu daera daerah h yang yang memi memilik likii kean keanek ekara araga gama man n spesi spesies es tumbuhan yang tinggi terdapat jumlah spesies hewan yang tinggi pula. Selain itu pada stasiun tersebut mempunyai kondisi lingkungan yang lebih heterogen heterogen dan lebih kompleks, kompleks, artinya artinya kondisi kondisi faktor biotik biotik dan abiotiknya abiotiknya lebih bervariasi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Menurut Krebs (1978) dalam Fatawi Fatawi (2002) (2002) semaki semakin n hetero heterogen gen dan komple komplek k suatu suatu lingku lingkunga ngan n secara secara fisik fisik maka semakin tinggi tinggi tingkat tingkat keanekaragam keanekaragaman an spesies. spesies. Tingginy Tingginyaa nilai indeks keanekaragaman pada stasiun 20 juga dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut Heddy (1994) dalam Maulidiyah (2003) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme baik flora maupun fauna tanah. tanah. Kondis Kondisii pH yang yang terlalu terlalu asam atau basa basa akan akan menjad menjadika ikan n organi organisme sme mengalami mengalami kehidupan yang tidak sempurna sempurna atau bahkan mati. Menurut Menurut Wulangi Wulangi (1992) dalam Maulidiyah (2003) khusus pada hewan tanah, pH tanah berpengaruh secara langsung mengenai organ-organ organ-organ tubuhnya, tubuhnya, sehingga sehingga suatu daerah tertentu tertentu yang mempunyai mempunyai pH terlalu asam atau terlalu basa jarang sekali terdapat terdapat hewanhewanhewan tanah.
2) Kemer merataa ataan n
Berdasarkan Berdasarkan analisis tentang tentang nilai indeks kemerataan, kemerataan, diperoleh diperoleh indeks indeks kemerataan kemerataan yang berkisar antara 0 – 0,90841. 0,90841. Indeks kemerataan kemerataan ini digunakan digunakan untuk melihat kemerataan pembagian individu di antara spesies yang ada (Odum, 1993 dalam Fatawi, 2002). Indeks kemerataan yang berkisar antara 0 – 0,90841 yang yang mend mendeka ekati ti 1 menu menunj njuk ukka kan n bahw bahwaa kond kondisi isi habi habita tatt pada pada semua semua loka lokasi si penelitian adalah heterogen, artinya kondisi faktor biotik dan abiotiknya lebih bervariasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mabdoan (1996) dalam Wulandari (1999) dalam Fatawi (2002) bahwa keberadaan individu masing-masing spesies pada suatu lokasi cukup c ukup berimbang jika nilai indeks kemerataan ( Evennes) Evennes) relatif relatif mendekati 1. Nilai
indeks
kemerataan
tertinggi
terdapat
pada
stasiun
20
ini
menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut hewan tanah yang ditemukan memiliki
batas toleransi yang hampir sama terhadap kondisi abiotik dan ketersediaan sumber daya yang ada.
3) Kekayaan
Dari hasil penelitian diperoleh nilai indeks kekayaan jenis yang berkisar antara 2,98111 2,98111 – 6,05745. 6,05745. Nilai indeks kekayaan kekayaan tertinggi tertinggi terdapat pada stasiun 12. Menurut Odum (1993) dalam Fatawi (2002) indeks kekayaan jenis cukup tinggi artinya jenis fauna tanah yang menghuni lokasi tersebut cukup beragam, sehingga sehingga memiliki memiliki kondisi kondisi lingkungan lingkungan yang optimum. optimum. Karena banyak macam jenis yang mendiami habitat tersebut, maka kemungkinan dapat terjadi rantai makanan yang panjang dan peluang yang lebih besar untuk terjadinya interaksi antar anggota penyusunnya, sehingga kondisi lingkungannya mantap. Seba Sebaga gaim iman anaa
haln halny ya
deng dengan an inde indeks ks
kean keanek ekar arag agam aman an
dan dan
inde indeks ks
kemerataan, kemerataan, tingginya tingginya indeks indeks kekayaan kekayaan juga dipengaruhi dipengaruhi oleh berbagai faktor faktor lingku lingkunga ngan, n, seperti seperti jenis jenis vegetas vegetasii tumbu tumbuhan han,, kondi kondisi si lingku lingkunga ngan n yang yang lebih lebih heterogen dan kompleks, serta pH tanah.
C.
Pola Distribusi Hewan Tanah di Hutan Pantai Taman
Nasional Alas Purwo Banyuwangi
Secara umum populasi hewan tanah di hutan pantai taman Nasional Alas Purwo
Banyuwangi
menye nyebar dalam tiga
pola,
yaitu aitu acak
( random), random),
mengelompok (clumped (clumped ), ), dan merata (uniform (uniform). ). Namun pola penyebaran populasi hewan tanah pada setiap stasiun menunjukkan perbedaan. Stasiun yang sebagian besar terdiri atas populasi hewan tanah yang pola distr istrib ibu usiny sinyaa
acak acak
menun enunju juk kkan
bahw bahwaa
pad pada
stas stasiu iun n
ters terseb ebut ut
fak faktor tor
lingkungannya hampir sama. Menurut Dharmawan, dkk (2004) pola sebaran acak menunjukkan terdapat keseragaman (homogenitas) kondisi lingkungannya. Pola sebaran random disebabkan oleh pengaruh negatif sumber daya di antara individu anggota populasi itu. Stasiun yang sebagian besar terdiri atas populasi hewan tanah yang pola distri distribus businy inyaa merata merata hal ini menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa pada pada stasiun stasiun tersebu tersebutt terjadi terjadi persaingan yang kuat di antara individu penyusun populasi. Menurut Syafei
(1990) (1990) penyeb penyebaran aran secara secara merata merata umumn umumnya ya terdapa terdapatt pada pada tumbuh tumbuhan. an. Terjadi Terjadi apabil apabilaa ada persain persaingan gan yang yang kuat kuat di antara antara indivi individudu-ind indivi ividu du dalam dalam popula populasi si terse tersebu but, t, misal misalny nyaa pers persain ainga gan n untu untuk k mend mendap apatk atkan an nutr nutrisi isi dan dan ruan ruang g pada pada tumbuhan. Stasiun yang sebagian besar terdiri atas populasi hewan tanah yang pola distribusiny distribusinyaa mengelompo mengelompok k menunjukk menunjukkan an bahwa pada stasiun tersebut individu individu penyusun populasi memberikan respon terhadap perbedaan secara lokal (berkelomp (berkelompok). ok). Menurut Menurut Dharmawan, Dharmawan, dkk (2004) pola sebaran mengelompok mengelompok dapat disebabkan oleh sifat agregarius, adanya keragaman (heterogenitas) kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, perkawinan, pertahanan, perilaku sosial, serta faktor persaingan.
D.
Spesies Hewan Tanah yang Paling Dominan di Hutan
Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
Berdasarkan Berdasarkan hasil analisis analisis tentang tentang dominansi dominansi dapat diketahui diketahui spesies spesies yang yang paling paling domina dominan n pada pada masing masing-mas -masing ing stasiun stasiun.. Stasiu Stasiun n 1 didom didomina inasi si oleh oleh Apate monacha. monacha. Stasiu Stasiun n 2 didom didomina inasi si oleh oleh Thulorchesia Thulorchesia capensis capensis,, stasiun 3: Tulorchesia capensis dan Neanura muscasum, muscasum, stasiun 4: Tulorchesia capensis, capensis, stasiun stasiun 5: Tulorchesia stasiu iun n 6: Tulorchesia stasiu iun n 7: Tulorchesia capensis capensis,, stas Tulorchesia capensis capensis,, stas Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis,, stasi stasiun un 8: Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis dan Monomorium sp., sp., stasiun 9: Tulorchesia capensis, capensis, stasiun 10: Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis,, stasiun 11: Talaur Talaur chastia chastia, stasi stasiun un 12: 12: Hymenoptera, Hymenoptera, stasi stasiun un 13: 13: Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis,, stasiun 14: Tulorchesia capensis, capensis, stasiun 15: Tulorchesia capensis, capensis, stasiun 16: Hypogastrura, Hypogastrura, stasiun 17: Monomorium sp. dan Rafalia insularis, insularis, stasiun 18: Monomorium sp. dan Tulorchesia capensis, capensis, stasiun 19: Metilosoma grandiceps, grandiceps, stasiun stasiun 20: Ptomophagus concobrinus dan Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis,, stasi stasiun un 21: 21: Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis,, stasi stasiun un 22: 22: Monomorium sp. dan Diptera, Diptera, stasi stasiun un 23: 23: Orthoptera, Orthoptera, stasiun 24: Monomorium 24: Monomorium sp., sp., dan stasiun 25: Tulorchesia capensis. capensis. Dari Dari urai uraian an di atas atas dapa dapatt dike diketa tahu huii bahw bahwaa masi masing ng-m -masi asing ng spes spesie iess mendominasi lokasi tertentu, artinya lokasi tersebut memiliki kondisi lingkungan yang yang paling paling sesuai sesuai untuk untuk hewan hewan dapat dapat hidup. hidup. Kramad Kramadibr ibrata ata (1990) (1990) dalam dalam Andayani (2001) menyatakan bahwa suatu spesies bisa berada di suatu tempat dan
tidak ada di tempat lain disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (1) tempattempat yang dapat dihuni spesies hewan hanya cocok dihuni dalam jangka waktu singka singkat, t, (2) tempattempat-tem tempat pat yang yang secara secara potens potensial ial dapat dapat dihuni dihuni menjad menjadii tidak tidak ditemp ditempati ati akibat akibat kehadi kehadiran ran spesies spesies lain, lain, (3) dalam dalam tempat tempat yang yang dapat dapat dihuni dihuni,, ketersediaan sumber daya pentingnya rendah. Secara Secara keselu keseluruh ruhan an diketah diketahui ui bahwa bahwa Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis merupakan hewan hewan yang yang mempun mempunya yaii kelimp kelimpaha ahan n spesies spesies yang yang relatif relatif lebih lebih tinggi tinggi dari dari 25 stasiun stasiun pencup pencuplik likan an (tabel (tabel pada pada analisi analisiss data). data). Hal ini menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa merupakan hewan tanah yang predomina predominasi si untuk semua Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis merupakan lokasi penelitian. Soetjipta (1993) dalam Andayani (2001) mengemukakan bahwa suatu spesies yang secara permanen lebih melimpah dari pada spesies lainnya, akan akan mengko mengkonsu nsumsi msi makana makanan n lebih lebih banya banyak, k, menemp menempati ati lebih lebih banyak banyak tempat tempat untuk reproduksi, dan memerlukan lebih banyak ruang, sehingga pengaruhnya lebih besar.
BAB VI PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Dalam ob o bservasi ini ditemukan
jenis-jenis
hewa hewan n tana tanah h sejum sejumlah lah 170 170 spesi spesies. es. Spes Spesies ies Tulorchesia Tulorchesia capensis capensis dan Monomorium sp. ditemukan pada hampir semua plot sampel. 2.
Nilai in indeks keanekaragaman berkisar antara
1,34439 - 2,76567, keanekaragaman tertinggi pada stasiun 20 dan terendah pada stasiun 6. Untuk Indeks kemerataan berkisar antara 0,44158 - 0,90841. Nilai indeks kemerataan tertinggi pada stasiun 20, sedangkan yang terendah pada stasiun 6. Sedangkan nilai indeks kekayaan jenis berkisar antara 2,9811 – 6,05745. 6,05745. Nilai indeks indeks kekayaan kekayaan tertinggi tertinggi terdapat terdapat pada stasiun 12 sedangkan yang terendah pada stasiun 21. 3.
Pola distribusi hewan tanah pada 25 stasiun
umumnya umumnya mengelomp mengelompok, ok, merata, merata, dan acak. Sebaran besar penyebarannya penyebarannya secara mengelompok, hanya sedikit saja yang merata. 4.
Spesies hewan tanah di hutan pantai Taman
Nasional Alas Purwo yang paling dominan dominan adalah Tulorchesia capensis.
B.
1.
Saran
Sebaiknya dilakukan pengukuran faktor biotik dan faktor
abiotik dari lingkungan sehingga didapatkan data yang dapat menunjukkan hubungan konkret antara keberadaan hewan dengan kondisi lingkungannya. 2.
Sebaiknya kompilasi data dilakukan lebih awal supaya
memperlancar pembuatan laporan. 3.
Kerja sa sama an antar ke kelompok pe perlu di ditingkatkan gu guna
kelancaran pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Lilis. 2001. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah Pascaerupsi Gunung Kelud Kecamatan Ngancar Kediri. Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Dharmawan, Agus, dkk. 2004 Ekologi 2004 Ekologi Hewan. Hewan. Malang: FMIPA UM Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan Tumbuhan.. Bandung: ITB Junaidah. 2001. Keanekaragaman 2001. Keanekaragaman Serangga Tanah (Infauna) di Gunung Gunung Kelud Kabupaten Kediri. Kediri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Fatawi, Zaim. 2002. Studi Keanekaragaman Serangga Tanah (Epifauna) pada Berbagai Ketinggian di Lereng Gunung Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi Banyuwangi . Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM Maulidiyah, Ary. 2003. Studi Keanekaragaman Fauna Tanah (Infauna) di Puncak Gunung Ijen Kabupaten Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi . Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung timur pulau Jawa. Tepatnya di kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Daerah Tingkat II Banyuwangi. Alas Purwo merupakan suaka marga satwa sekaligus Taman Nasional dengan luas 430.420 Ha. Berdasarkan Berdasarkan keputusan keputusan menteri menteri kehutanan kehutanan No.283/kp No.283/kpts-II/1 ts-II/1992 992 tanggal tanggal 26 Febr Februa uari ri 1992 1992 secara secara resmi resmi taman taman nasio nasiona nall ini ini dite ditetap tapka kan n seba sebaga gaii Tama Taman n Nasional. Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan konservasi flora dan fauna yang didominasi oleh hutan tropik dataran rendah. Menurut Syafei (1990) hutan pantai adalah salah satu dari hutan tropik dataran rendah. Pada hutan ini hutan hutan jatuh jatuh sepanj sepanjang ang tahun, tahun, umumn umumnya ya dengan dengan satu satu bulan bulan atau atau lebih lebih dengan dengan periode relatif kering. Suhu dan laju penyinaran adalah tinggi dan sangat kecil adanya variasi musim. Hutan pantai terbagi atas dua daerah yang berbeda yaitu hutan mangrove dan hutan campuran (Odum, 1993). Pertumbuhan yang secara terus-menerus pada daerah beriklim tropis ini mampu menunjang jumlah biomasa hewan yang hidup di kawasan hutan sehingga rantai makanan panjang dan sangat kompleks. Taman Taman Nasion Nasional al Alas Alas Purwo Purwo merupa merupakan kan suatu suatu ekosist ekosistem em hutan hutan tropis tropis dataran rendah yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, hutan mangrove, hutan hutan tropis tropis dataran dataran rendah rendah (hutan (hutan hetero heterogen gen), ), dan sebaga sebagaian ian hutan hutan tanama tanaman, n, padang rumput, dan hutan bambu. Adapun cuplikan yang diambil berada pada area hutan heterogen Alas Purwo yang mana di dalam tanahnya didiami oleh berbagai fauna tanah. Seca Secara ra umum umum Tama Taman n Nasi Nasion onal al Alas Alas Purw Purwo o kond kondis isii geog geogra rafi fisn sny ya bervariasi, dengan puncak tertinggi pada gunung Linggamanis (322 m). Pada dataran rendah terdapat rawa-rawa terletak di sebelah barat. Di sebelah timur terdap terdapat at bukit bukit Gampan Gampang g yang yang terjal. terjal. Kawasan Kawasan Taman Nasiona Nasionall Alas Alas Purwo Purwo
didominasi didominasi oleh hutan tropik dataran rendah. rendah. Salah satu bagian dari hutan tropik dataran rendah yaitu hutan pantai (Irawan, 1999). Berdasarkan sebaran vegetasi tumbuhan yang ada di kawasan hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo ini dari tepi pantai ke arah daratan, vegetasi berubah dari vegetasi mangrove menjadi vegetasi hutan heterogen. Fisiognomi vegetasinya memilik memilikii kanopi kanopi yang yang lebat lebat sehing sehingga ga cahay cahayaa mataha matahari ri tidak tidak sampai sampai ke dasar dasar hutan. hutan. Kondisi Kondisi ini berpengaruh berpengaruh terhadap terhadap hewan di dalamnya. dalamnya. Menurut Syafei Syafei (1990) hewan yang hidup di suatu daerah (habitat) tertentu memiliki cara khas ynag bergantung pada spesies tumbuhannya. tumbuhannya. Serang Serangga ga merupa merupakan kan golong golongan an hewan hewan yang yang domina dominant nt di muka muka bumi bumi sekarang sekarang ini. Dalam jumlah, jumlah, mereka melebihi melebihi semua hewan melata darat lainnya lainnya dan praktis mereka terdapat dimana-mana. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun, dibanding dengan manusia yang kurang dari 2 juta tahun (Borror, 1992). Menurut Ferb (1989) dalam Irawan (1999), hutan mampu menampung kepa kepada data tan n popu popula lasi si seran serangg ggaa lebih lebih besar besar diba diband ndin ingk gkan an deng dengan an hewa hewan n lain lain sehingga apabila dibandingkan antara massa keseluruhan hewan lain maka massa serangga lebih besar. Menurut Widagdo (2002) serangga malam merupakan hewan nokturnal yaitu hewan yang beraktivitas pada malam hari dengan menggunakan sebagian besar hidupnya tanpa cahaya matahari. Untuk itu sudah tentu serangga malam memiliki mekanisme tertentu untuk bisa bertahan hidup dan berkembang biak. Berdasarkan uraian di atas, fenomena stratifikasi vegetasi hutan pantai yang berhubungan dengan keberadaan komunitas serangga menarik untuk dikaji. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka pelaksanaan KKL Ekologi Hewan maka diadakan observasi dengan judul “Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Serangga Malam di Kawasan Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo”.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka observasi ini bertujuan untuk: 1. Untu Untuk k meng menget etah ahui ui jeni jeniss-je jeni niss sera serang ngga ga mala malam m di kawa kawasa san n huta hutan n pant pantai ai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.
2. Untuk mengetah mengetahui ui keanekaragam keanekaragaman, an, kemerataan, kemerataan, dan dan kekayaan kekayaan jenis serangga serangga malam malam di kawasan kawasan hutan hutan pantai pantai Triang Triangula ulasi si Taman Taman Nasion Nasional al Alas Purwo, Purwo, Banyuwangi 3. Untu Untuk k meng mengeta etahu huii pola pola dist distrib ribus usii jenis jenis seran serangg ggaa malam malam di kawa kawasan san huta hutan n pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi 4. Untu Untuk k meng mengeta etahu huii wakt waktu u akti aktiff seran serangg ggaa malam malam di kawa kawasan san hutan hutan pantai pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi 5. Untuk Untuk mengetah mengetahui ui spesies spesies apakah apakah yang yang paling paling domina dominan n pada pada tiap-ti tiap-tiap ap waktu pengambilan sampel serangga malam di kawasan hutan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.
C. Manfa Manfaat at Observ Observasi asi
Manfaat dari observasi ini, adalah: Bagi mahasiswa 1. Dapat menginv menginventarisa entarisasi si jenis-jenis jenis-jenis serangga serangga malam malam di kawasan kawasan hutan hutan pantai pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. 2. Dapat Dapat mengeta mengetahui hui pengar pengaruh uh waktu waktu terhad terhadap ap keanek keanekarag aragama aman, n, kemerat kemerataan aan,, dan kekayaan serangga malam di kawasan hutan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. 3. Dapat Dapat mengetah mengetahui ui pola distribu distribusi si serangga serangga malam di kawasan kawasan hutan pantai pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. •
Bagi dunia pendidikan
1. Dapat Dapat menambah menambah informa informasi si untuk untuk kemajuan kemajuan ilmu ilmu penget pengetahu ahuan an khususny khususnyaa di bidang entomologi. 2. Dapa Dapatt menj menjad adii info inform rmasi asi bagi bagi duni duniaa pend pendid idik ikan an dala dalam m kegi kegiat atan an bela belajar jar meng mengaja ajarr khus khusus usny nyaa kegi kegiata atan n prak prakti tiku kum m lapa lapang ngan an untu untuk k mend mendap apat atkan kan pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi avertebrata kelas insecta. 3. Bisa digunakan digunakan sebagai sebagai tambahan tambahan informa informasi si bagi penelitian penelitian selanjutn selanjutnya ya yang yang berhubungan dengan serangga malam yang ada di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.
D. Bata Batasa san n Masa Masala lah h
Penelitian ini hanya terbatas pada serangga malam di hutan pantai Taman Nasional Alas Purwo nilai dari hutan mangrove yang berbatasan dengan pantai sampai kehutan peralihan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Biol Biolog ogii Seran Serangg gga a 1.
Stuktur Luar Tubuh Serangga
Serangga terrgolong filum Arthropoda, subfilum Mandibulata, dan kelas Insekta. Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (torak), dan perut (abdomen). Pada kepala terdapat alat-alat untuk memasukkan makanan atau mulut, mata majemuk (mata faset) dan sepasang antena. Thoraks terdiri dari tiga tiga ruas ruas yang yang bertur berturut-t ut-turu urutt dari dari depan depan yaitu yaitu protho prothorak raks, s, mesoth mesothorak orakss dan metathoraks. Ketiga ruas thoraks tersebut pada hampir semua serangga dewasa dan sebagian serangga muda memiliki tungkai. Sayap terdapat pada mesothoraks jika satu pasang, dan terdapat pada metathoraks jika dua pasang. Abdomen meru merupa paka kan n bagi bagian an tubu tubuh h yang hany hanyaa sedik sedikit it meng mengal alam amii peru peruba baha han, n, beri berisi si antar antaran anya ya adal adalah ah alat alat penc pencern ernaa aan. n. Tida Tidak k sepert sepertii vert verteb ebrat rataa seran serangg ggaa tida tidak k memiliki memiliki kerangka kerangka dalam. Tubuh serangga serangga ditopang ditopang oleh pengerasan dinding tubu tubuh h mela melalu luii pros proses es skle sklero roti tisa sasi si yang ang berf berfun ungs gsii seba sebaga gaii kera kerang ngka ka luar luar (eksosk (eksoskele eleton ton). ). Dindin Dinding g tubuh tubuh (integ (integume umen) n) serangg seranggaa terdiri terdiri atas satu lapis lapis epidermis dan selaput dasar dan kutikula (Widagdo, (Widagdo, 2002). 2. Jenis-jenis Serangga yang Banyak Ditemukan di Indonesia Menuru Menurutt Jumar Jumar (2000) (2000) dalam dalam Widagd Widagdo o (2002) (2002),, kelas kelas Insekt Insektaa terbagi terbagi menjadi menjadi dua sub kelas kelas yaitu yaitu Aptery Apterygot gotaa dan sub kelas kelas Ptery Pterygot gota. a. Sub kelas Apterygota memiliki ciri-ciri sebagi berikut: •
Serangga primitif yang berukuran kecil.
•
Tidak memiliki sayap sejak sej ak nenek moyangnya.
•
Mempunyai struktur thoraks yang sederhana.
•
Pada abdomen terdapat satu pasang embelan atau lebih selain embelan alat kelamin.
•
Tidak mengalami metamorfosis.
Sedangkan ciri-ciri sub kelas Pterygota adalah sebagi berikut: •
Pada Pada serang serangga ga dewasa dewasa protho prothorak rakss membesa membesarr atau atau termodi termodifika fikasi si untuk untuk menunjang sayap.
•
Sayap serangga serangga dewasa memiliki satu atau dua pasang sayap, kehilangan kehilangan sayap pada proses evolusinya.
•
Abdomen tanpa embelan kecuali embelan alat kelamin.
•
Mengalami metamorfosis. Menurut Siwi (1991) dalam Widagdo (2002), ordo-ordo serangga yang
sering dijumpai di Indonesia adalah sebagai berikut: •
Ordo Odonata Ukur Ukuran an tubu tubuh h seda sedang ng sampai sampai besa besar, r, ante antena na pend pendek ek dan dan kaku kaku,, abdo abdome men n panjang dan ramping. Tipe alat penggigit pengunyah, sayap seperti selaput yang mempunyai banyak vena.
•
Ordo Orthoptera Ukuran Ukuran tubuh tubuh sedang sedang sampai besar, besar, ada yang yang bersay bersayap ap dan tidak. tidak. Yang Yang bersayap mempunyai dua pasang sayap. Sayap depan panjang dan menyempit, banyak vena, menebal seperti kertas parkamen. Alat mulut penggigit pengunyah.
•
Ordo Plecoptera Warna Warna tubuh tubuh pudar, pudar, tidak tidak mengki mengkilap lap ukuran ukuran tubuh tubuh sangat sangat kecil, kecil, antena antena panjang. Ada yang bersayap ada yang tidak, ada yang bersayap panjang dan ada pula yang pendek, sayap seperti selaput. Tipe lalat mulut penggigit.
•
Ordo Dermaptera Jantan Jantan mempun mempunya yaii forcep forcep yang yang kokoh kokoh dan kasar kasar (berge (bergerig rigi), i), betina betina lebih lebih langsing dan ramping. Tubuh pipih, berukuran kecil sampai sedang.
•
Ordo Isoptera Sayap Sayap dua pasang pasang,, membra membraneu neus, s, sayap sayap depan depan dan belaka belakang ng mempun mempunyai yai bentuk dan ukuran yang sama, ada yang tidak bersayap. bersa yap. Alat mulut penggigit dan pengunyah.
•
Ordo Hemiptera Tubuh pipih, ukuran sangat kecil sampai besar. Yang bersayap, pada bagian pangkal sayap menebal sedangkan ujungnya ujungnya membraneus.
•
Ordo Mecoptera
Tubuh Tubuh rampin ramping g dengan dengan ukuran ukuran kecil kecil sampai sampai sedang sedang,, kepala kepala dengan dengan muka muka panjang, alat mulut penggigit dan memanjang kearah bawah berbentuk seperti parut. •
Ordo Trichoptera Ukuran tubuh kecil sampai sedang, sayap seperti selaput, agak berambut dan bersisik. Warna suram, antena panjang dan ramping, alat mulut penggigit.
•
Ordo Lepidoptera Sayap dua pasang tertutup buku dan sisik. Antena agak panjang, mulut pada larva bertipe pengigit pengunyah dan pada dewasa penghisap.
•
Ordo Coleoptera Sayap Sayap depan depan keras, keras, tebal, tebal, menand menanduk uk yang yang berfun berfungsi gsi sebagai sebagai pelind pelindung ung.. Ukuran tubuhnya 0,5-125 mm. Sayap belakang membraneus dan melipat di bawah sayap depan. Alat mulut menggigit dan habitatnya di berbagai ekosistem. Contohnya: Hydrophilus Contohnya: Hydrophilus triangularis. triangularis.
•
Ordo Hymenoptera Tubuh berukuran 5-40 mm, sayap dua pasang yang seperti selaput. Sayap depan lebih besar, antena 10 ruas, mulut penghisap. penghisap. Habitatnya Habitatnya yang dewasa disegala habitat. Contohnya, Formica Contohnya, Formica sp. sp. Kedua belas ordo tersebut sering ditemukan di Indonesia dan aktif pada
malam hari. 3. Sera Serang ngga ga Mala Malam m
Menurut Odum (1993) serangga malam merupakan golongan hewan yang mengha menghabis biskan kan sebagi sebagian an besar besar hidupn hidupnya ya untuk untuk berakt beraktifit ifitas as pada pada malam malam hari. hari. Sebagai Sebagai hewan berdarah dingin dingin (poikiloterm (poikilotermik) ik) serangga serangga memiliki memiliki mekanisme mekanisme pertahanan diri terhadap suhu yang rendah. Borror, dkk (1992) menjelaskan bahwa beberapa serangga tahan hidup pada suhu-suhu yang rendah ini menyimpan etilen glikol di dalam jaringan tubuh mereka untuk melindungi dari pembekuan. Akti Aktifi fitas tas seran serangg ggaa malam malam dalam dalam menc mencari ari maka makan n pada pada malam malam hari hari sekaligus sekaligus merupakan merupakan mekanisme mekanisme yang membantu dalam mempertahank mempertahankan an diri terh terhad adap ap suhu suhu rend rendah ah.. Sepe Seperti rti penj penjel elasa asan n Borr Borror or,, dkk dkk (199 (1992) 2) bahw bahwaa pada pada
kebany kebanyakan akan serangg serangga, a, aksi aksi urat-u urat-urat rat daging daging thorak thorakss dalam dalam penerb penerbang angann annya ya biasanya meningkatkan suhu tubuh serangga serangga di atas suhu lingkungan tersebut.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Keanekaragaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman ada enam yang mana satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Faktor wa waktu Dalam Irawan (1999) disebutkan bahwa waktu mempengaruhi kematangan suatu komunitas. Selama perubahan waktu suatu organisme akan berkembang dan mengalami proses keanekaragaman menjadi lebih baik. Ditambahkan lagi bahwa keanek keanekarag aragaman aman ini merup merupaka akan n produk produk evolus evolusi. i. Di daerah daerah tropis tropis organi organisme sme berkembang dan memiliki keanekaragaman lebih tinggi dibandingkan dengan organi organisme sme di daerah daerah kutub. kutub. Dan komuni komunitas tas memilik memilikii proses proses keanek keanekarag aragama aman n sepanjang sepanjang waktu sehingga sehingga komunitas yang lebih tua memiliki memiliki banyak banyak spesies spesies daripada komunitas yang muda. 2. Faktor Faktor hetero heterogen genita itass spasia spasiall (ruang (ruang)) Menurut Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) relief atau topografi atau heterogenitas makrospasial memiliki efek yang besar terhadap keanekaragaman spesies. Wilayah tropis mempunyai kompleksitas lingkungan yang tinggi. Dalam hal ini faktor fisik, komunitas komunitas tumbuhan tumbuhan dan hewan sangat heterogen heterogen dan sangat cepat mengalami proses keanekaragaman spesies. Di area yang memiliki relief topografi yang tinggi mengandung banyak habitat yang berbeda sehingga berisi banyak spesies. 3. Fakt Faktor or komp kompet etis isii Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) menjelaskan bahwa peran kompetisi mempengaru mempengaruhi hi kekayaan kekayaan spesies yang digambarkan digambarkan melalui hubungan hubungan relung antar antar spes spesies ies.. Fakt Faktor or ini ini sanga sangatt pent pentin ing g dalam dalam evol evolus usii kare karena na meru merupak pakan an persyaratan habitat untuk hewan dan tumbuhan menjadi lebih terbatas dan makanan untuk hewan juga menjadi sedikit. Komunitas di daerah tropis memiliki lebih banyak spesies karena memiliki relung yang kecil dan overlap relung yang tinggi.
4. Fakt Fakto or pre pred dasi asi Predasi dan kompetisi sama-sama mempengaruhi keanekaragaman spesies. Dalam komunitas yang kompleks dan mendukung banyak spesies, interaksi yang dominan adalah predasi, sedangkan dalam komunitas sederhana yang dominan adalah adalah kompe kompetis tisi. i. Kebera Keberadaa daan n predat predator or dan parasit parasit dapat dapat meneka menekan n popula populasi si mangsa sampai pada tingkat yang sangat rendah. Adanya pengurangan kompetisi mem memungk ungkin inka kan n
bert bertam amba bahn hny ya
suat suatu u
spes spesie iess
sehi sehing ngga ga
akan akan
mendu enduku kung ng
munculnya predator baru. 5. Faktor Faktor stabili stabilitas tas lingku lingkunga ngan n Faktor ini menunjukkan bahwa semakin stabil parameter lingkungan maka spesies yang ada semakin banyak. Adanya kombinasi faktor stabilitas dengan waktu dapat mempengaruhi keanekaragaman. 6. Fakt Faktor or prod produk ukti tivi vita tass Menuru Menurutt Krebs Krebs (1985) (1985) dalam dalam Widagd Widagdo o (2002) (2002) stabilit stabilitas as dari dari produk produksi si primer mempunyai pengaruh utama terhadap keanekaragaman spesies dalam komun komunitas itas.. Semaki Semakin n besar besar produk produktiv tivita itasny snyaa maka maka keanek keanekarag aragaman amanny nyaa juga juga semakin besar. Namun tidak selalu benar kalau semakin rendah produktivitasnya maka keanekaragamanny keanekaragamannyaa juga semakin rendah. rendah. Ada kemungkinan kemungkinan besar bahwa overlap bisa terjadi antar keenam faktor di atas.
C. Hu Huta tan n Pant Pantai ai
Taman Nasional Alas Purwo terletak di kecamatan Tegaldlimo kabupaten Banyuwangi yang merupakan tempat konservasi flora dan fauna. Taman Nasional Alas Purwo mempunyai luas 43.420 ha. Kawasan ini didominasi oleh hutan tropik dataran rendah. Menurut Syafei (1990) hutan pantai adalah salah satu dari hutan tropik dataran rendah. Pada hutan ini hujan jatuh sepanjang tahun, umumnya dengan satu bulan atau lebih dengan periode relatif kering. Suhu dan laju penyinaran adalah tinggi dan sangat kecil adanya variasi musim.
1.
Hutan Mangrove
Menurut Nontji (1987) dalam Widagdo (2002) mangrove adalah tipe hutan yang khas, terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Istilah mangrove digunakan sebagai pengganti istilah bakau. Huta Hutan n mang mangro rove ve di Tama Taman n Nasio Nasiona nall Alas Alas Purw Purwo o dido didomi mina nasi si oleh oleh genu genuss Rhizopora dan Aricennia dan Aricennia.. 2. Hutan campuran Hutan campuran di Taman Nasional Alas Purwo didominasi oleh pohon yang selalu hijau dan sangat tinggi. Hutan campuran campuran daunnya daunnya berkecenderungan berkecenderungan hijau tua dan rimbun. Teksturnya yang berkulit kayu mampu melindungi dari suhu yang tinggi dan juga penyinaran yang berlebihan (Syafei, 1990). Keanekaragam Keanekaragaman an pohon pohon di hutan campuran sangat tinggi. tinggi. Menurut Menurut Anwar (1984) (1984) dalam Irawan (1999) (1999) keanekaraga keanekaragaman man yang tinggi tersebut disebabkan disebabkan oleh adanya kandungan humus pada tanah hutan campuran lebih rendah dari pada hutan hutan yang yang berikl beriklim im sedang sedang,, curah curah hujan hujan yang yang lebih lebih besar, besar, cahay cahayaa mataha matahari ri bersinar lebih lama.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jeni Jeniss Penel Penelit itia ian n
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei yang diatur secara sistematik yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keanekaragaman serangga malam.
B. Waktu Waktu dan dan Tempat Tempat Penel Peneliti itian an
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-19 November 2005 di hutan pantai Trian Triangu gula lasi si Tama Taman n Nasio Nasiona nall Alas Alas Purw Purwo. o. Kemu Kemudi dian an meng mengid iden entif tifik ikasi asikan kan serangga yang ditemukan di Gedung Biologi, O 5 Universitas Negeri Malang.
C. Obj Objek ek dan Sampe Sampell Penelit Penelitian ian
Semu Semuaa jenis jenis seran serangg ggaa malam malam yang yang bera berada da di kawa kawasan san huta hutan n pant pantai ai Triangulasi Triangulasi Taman Nasional Nasional Alas Purwo, Purwo, Banyuwangi Banyuwangi.. Sedangkan Sedangkan sampelnya adalah adalah jenis jenis serangg seranggaa malam malam yang yang tertang tertangkap kap dengan dengan metode metode light trap pada setiap waktu pengambilan.
D. Alat Alat dan dan Bah Bahan an 1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: •
Perangkat light trap yang terdiri dari -
Lampu badai
-
Nampan plastik
•
Plakon/botol film untuk menyimpan spesimen
•
Kuas untuk mengambil serangga malam dari nampan plastik
•
Senter sebagai alat penerang
•
Roll meter untuk mengukur jarak antar plot
•
Lux meter untuk mengukur intensitas cahaya lampu badai
•
Termohigrometer untuk mengukur temperatur dan kelembaban udara
•
Mikroskop stereo untuk pengamatan serangga
•
Buku Buku kunc kuncii dete determ rmin inas asii seran serangg gga, a, karan karanga gan n Borr Borror or,, D.J. D.J. dkk. dkk.,, buku buku terjemahan terjemahan Soetiyono Soetiyono terbitan terbitan Gadjah Mada University University Press Yogyakarta, Yogyakarta, tahun 1992.
•
Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain: •
Alkohol 15% untuk mengawetkan serangga supaya tidak cepat rusak
•
Glise Gliseri rin n 15% 15% untu untuk k mema memanc ncin ing g seran serangg ggaa malam malam supa supaya ya datan datang g karen karenaa aromanya aromanya dan sebagai sebagai tempat melekatnya melekatnya serangga serangga malam karena sifatnya yang lengket
•
Aquades sebagai pengencer dari gliserin
E. Pros Prosed edur ur Ke Kerj rja a
1. Observasi Observasi Observasi dilakukan dilakukan sebelum pengambilan pengambilan data bertujuan bertujuan menentukan menentukan metode penelitian yang tepat dan lokasi yang memungkinkan untuk pengambilan data, sesuai dengan kriteria yang diharapkan yaitu pada Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. 2. Persi Persiap apan an Alat Alat dan dan Bah Bahan an Pada Pada peneli penelitian tian ini untuk untuk menan menangka gkap p serangg seranggaa diperl diperluka ukan n perang perangkap kap cahaya (light (light trap) trap) cara pembuatanya adalah sebagai berikut: •
Memasang lampu badai di atas nampan yang sudah diisi dengan alkohol 15 %, gliserin 15 % dan aquades.
•
Menempatkan alat light trap pada masing-masing masing-masing plot atau lokasi yang telah ditentukan.
3. Taha Tahap p Pel Pelak aksa sana naan an Penent Penentuan uan lokasi lokasi pengam pengambil bilan an sampel sampel dilaku dilakukan kan pada pada Hutan Hutan Pantai Pantai meliputi hutan mangrove, daerah peralihan dan hutan heterogen yang kemudian
diukur dengan menggunakan roll meter untuk menentukan jarak antara plot yang satu dengan plot yang lain. Dalam penelitian ini ada 19 plot lokasi. 4. Peng Pengam ambi bila lan n Data Data Untuk pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: • Light trap dipasang dikesembilan belas plot lokasi yang telah ditentukan. • Light trap mulai dinyalakan pada pukul 19.00-03.00 WIB. •
Data diambil setiap dua jam sekali pada pukul 21.00, 23.00, 23.00, 01.00 dan 03.00 03.00 WIB.
•
Kesembilan belas plot atau lokasi tadi dianggap sebagai ulangan.
•
Tiap Tiap seran serangg ggaa yang ang dida didapa patt dima dimasu sukk kkan an ke dalam dalam plak plakon on yang ang beri berisi si campuran bahan pengawet yang terdiri dari alkohol 15%, gliserin 15% dan aquades dengan perbandingan 3:1:1, dan masing-masing diberi kode dengan menggunakan kuas.
•
Serangga hasil tangkapan kemudian diidentifikasi di Laboratorium Ekologi jurusan Biologi FMIPA UM.
F.
Tekhnik Tabulasi Data
Data yang diperoleh ditabulasikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 : Model tabel untuk data light trap No
Waktu Ulangan
Taksa 1
2
sampai
1 9
∑
X
P%
Pi
PilnPi
S2
S2/X
Distribusi
∑ Ln H’ E
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui analisis kepadatan digunakan paremeter densitas relatif dan untuk untuk mengukur mengukur analisis analisis kelimpahan kelimpahan digunakan dominansi dominansi relatif. relatif. Untuk mencari parameter kepadatan relatif dan dimonansi relatif tersebut dengan cara pendekatan sebagai berikut:
Jumlahindividusuatujenis
•
Densitas ab absolut
:
•
Densitas relatif
:
•
Dominansi Dominansi absolut absolut : Jumlah Jumlah individu individu suatu jenis
•
Densitas relatif
:
Jumlaharea yangberisi jenisitu Densitasab solutsuatu jenis Totaldensitasabsolut seluruhnya
Jumlahindividuduatujenis Jumlahtotalindividu
X 100%
X 100%
Untuk mengetahui adanya perbedaan keanekaragaman pada tiap-tiap plot dilaku akukan
analisis sis
sec secara ara
deskriptif
dengan
menggunakan
indeks
keanekaragaman. Parameter keanekaragaman yang diukur meliputi: 3)
Indeks keanekaragaman Shanon – Wiener
H’ = - ∑ Pi ln Pi
Keterangan: Pi = n/N H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever n
: Juml Jumlah ah masin masing-m g-mas asin ing g spesi spesies es
N : Jumlah total spesies dalam sampel (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Irawan, 1999)
4)
Setelah memperoleh indeks keanekaragaman Shanon–Wiener,
selanjutnya menghitung nilai indeks kemerataan ( Evennes) Evennes) dengan rumus: E =
H ' ln .S
Keter Keteran anga gan: n: E
: Inde Indeks ks keme kemerat rataa aan n evennes
H’ : Indeks keanekaragaman Shanon – Wiever S
: Ju Jumlah sp spesies (n1, n2, n3, …..)
(Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Irawan, 1999)
3) Selanjutnya dihitung nilai kekayaan dengan menggunakan rumus indeks Richness: Richness: R =
S − 1 ln . N
Keterangan: R : Indeks Richness Indeks Richness S
: Ju Jumlah sp spesies (n1, n2, n3, …..)
N : Total individu dalam pengambilan sampel (Ludwig dan Reynolda, 1998 dalam Irawan, 1999) 5)
Untuk mengetahui dominansi suatu spesies dilakukan
perhitungan nilai dominansi sebagai berikut:
n 100 % × 100 N Keterangan: D : Dominansi spesies D
=
n
: Jumlah individu masing-masing spesies
N : Total individu dalam pengambilan sampel (Odum, 1993 dalam Irawan, 1999)
Tabe Tabell 4.2. 4.2. Tabe Tabell Inde Indeks ks Ke Kean anek ekar arag agam aman an,, Ke Keme mera rata taan an dan dan Kekaya Kek ayaan an Ser Serang angga ga Malam Malam di Hut Hutan an Pantai Pantai Taman Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Waktu Pengambilan
H
E
R
19.00-21.00
7,795
7,795
0,519
21.00-23.00
6,954
6,954
0,629
23.00-01.00
5,741
5,741
0,665
01.00-03.00
5,613
5,613
0,325
9.0 8.0
7.795
7.0
6.954
6.0
5.741
' H5.0 s k e d4.0 n I
5.613
3.0 2.0 1.0 0.0 19.00- 21.00
21.00- 23.00
23.00- 01.00
01.00- 03.00
Waktu Pengamatan
Grafik 4.1. Grafik Indeks Keanekaragaman Serangga Malam Di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
0.7
0.629
0.6
0.5
0.655
0.519
E0.4 s k e d0.3 n I
0.325
0.2
0.1
0.0
19.00- 21.00
21.00- 23.00
23.00- 01.00
01.00- 03.00
Waktu Pengamatan
Grafik 4.2. Grafik Indeks Kemerataan Kemerataan Serangga Serangga Malam Di Hutan Pantai Pantai Taman Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
8.0
7.795
7.0
6.954
6.0
5.741
5.613
5.0 R s k 4.0 e d n I 3.0 2.0 1.0 0.0 19.00-21.00
21.00-23.00
23.00-01.00
01.00-03.00
Waktu Pengamatan
Grafik 4.3. Grafik Indeks Kekayaan Serangga Malam Di Hutan Pantai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
50 45 40 35 ) 30 %25 ( D20 15 10 5 0 19.00 .00-21 -21.00
21.00-23 -23.00
23.0 3.00-01 -01.00
01.00-03 -03.00
Waktu Pengamatan
Grafik Grafik 4.4. 4.4. Grafik Grafik Nilai Nilai Predom Predomina inasi si Monomorium sp. sp. Pada Pada Tiap Tiap Wa Wakt ktu u Peng Pengam ambi bila lan n Di Huta Hutan n Pant Pantai ai Tama Taman n Nasi Nasion onal al Alas Alas Purw Purwo o Banyuwangi
BAB V PEMBAHASAN
1. Jeni Jeniss-Je Jeni niss Sera Serang nga a Mala Malam m Di Kawa Kawasa san n Hu Huta tan n Pant Pantai ai Tr Tria iang ngul ulas asii Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi
Serangg Seranggaa malam malam yang yang ditemu ditemukan kan di hutan hutan pantai pantai Triang Triangula ulasi si Taman Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi terdiri dari banyak spesies yang berasal dari genu genuss yang ang berv bervar aria iasi si anta antara ra lain lain dari dari genu genuss Monomorium, Magicicada, Hippodania, Hydropilidae, Amitermes, Pompilidae, Fornica, Episuron, Helops, Gall Galler eria ia,,
Isop Isopei eia, a,
Tipu Tipula la,,
Bomb Bombyl ylus us,,
Dipt Dipter era, a,
Vesp Vespul ula, a,
Hyme Hymell llop opte tera ra,,
Campon Camponatu atus, s, Oniscus Oniscus,, Harmol Harmolita ita,, Grilli Grillidae dae,, Xeroph Xerophloe loea, a, hypoga hypogastru struide idea, a, Pedilus,
Poecilogoenalus,
Attagenus,
Didea,
Epiphagma,
Simulium,
Paraphlesius, Periplaneta, Heterotermes, Sternectus, Megarthrus, Aphidius, Ludius, Tulorchestia, Prionoxystus, Byturus, Rhizipogus, Dicerca, Asenmum, Parcoblata, Tribolum, Ostrinia, Chrysops, Pteromalidae, Aedes, Synantedon, Atheas, Ipelatus, Reticulifermes,
Symphoromyra, Zootermopsis, Nympula,
Pseudolatea, Phoridae, Formicidae, Sceliphron, Componatus, Componatus, Scarites, Ithycerus, Phsylla, Vesichepalus, Phytodietus, Damagea, Drosophila, Itopectis, Eleodes, Gasta, Formica, Eurytomidae, Anopheles, Clindrosella, Nemobius, Lathrotoum, Phoridae, Neanura, Compositus, Galleria, Phidippus, Phytodietus, Lactrobium, Pseudolabia, Zoraptera, Byturus, Tularchestia, Nemobius, Pharaphalesium, Periplanata, Dicercia,
Megarthrus, Aphidius, Cylindrosella, Seelipron, Ophion, Oldes, Symporomye,
Eleodes,
Veschipalus,
Sclaria,
Phlebotomus,
Bhostophagus, Asillus, Psaphila, Neodiprion, Zarophalus. Kebanyakan serangga malam yang ada di kawasan
hutan pantai Triangulasi Triangulasi Taman Nasional Alas
Purwo Purwo termas termasuk uk dalam dalam ordo ordo Orthoptera, Orthoptera, Dermaptera, Dermaptera, Plecoptera, Plecoptera, Isoptera, Isoptera, Odonata, Odonata, Hemiptera, Hemiptera, Mecoptera, Mecoptera, Trichoptera Trichoptera,, Lepidoptera, Lepidoptera,
Coleoptera, Coleoptera, dan
Hymenoptera. Bany Banyak akny nyaa jenis jenis seran serangg ggaa mala malam m yang dite ditemu muka kan n di huta hutan n pant pantai ai Triangulasi taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi tersebut tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang ada, baik itu berupa faktor abiotik maupun faktor biotik. Faktor Faktor abioti abiotik, k, melipu meliputi ti suhu, suhu, kelemb kelembaban aban,, pH, dan juga juga cahay cahaya. a. Sedang Sedangkan kan
faktor biotik bisa berupa sumber makanan baik itu tumbuhan maupun serangga yang lain. Menurut penjelasan Ewusie (1990) dalam Widagdo (2002) daerah yang keanekaragaman spesies tumbuhannya besar maka spesies hewannya hewannya juga besar. Jadi Jadi jela jelasl slah ah bila bila jeni jeniss sera serang ngga ga mala malam m yang ang dite ditemu muka kan n di huta hutan n pant pantai ai Trian Triangu gula lasi si tama taman n Nasio Nasiona nall Alas Alas Purw Purwo o begi begitu tu bany banyak ak.. Karen Karenaa dika dikawa wasan san tersebu tersebutt memang memang merupa merupakan kan hutan hutan tropik tropik yang yang menamp menampung ung banya banyak k spesies spesies tumbuhan.
2. Keanek Keanekara aragam gaman, an, Kemera Kemerataa taan, n, dan Kek Kekaya ayaan an Ser Serang angga ga Malam Malam di Kawa Kawasa san n Hu Huta tan n Pant Pantai ai Tr Tria iang ngul ulas asii Tama Taman n Nasi Nasion onal al Alas Alas Purw Purwo, o, Banyuwangi
Berdasarkan hasil analisis data tentang keanekaragaman serangga malam, dipero diperoleh leh kecend kecenderu erunga ngan n rata-ra rata-rata ta nilai nilai indeks indeks keanek keanekarag aragama aman n yang yang hampir hampir sama pada keempat waktu pengambilan sampel, yaitu pada pukul 21.00 WIB, 23.00 WIB, 01.00 WIB dan 03.00 WIB. Pengambilan sampel pukul 21.00 WIB diperoleh indeks keanekaragaman sebesar 2.1, pengambilan pukul 23.00 WIB 2.4, pengambilan pukul 01.00 WIB 2.3. Sedangkan pengambilan pukul 03.00 WIB diperoleh indeks keanekaragaman yang lebih rendah yaitu sebesar 1.2. Hal Hal ini ini berar berarti ti inde indeks ks kean keanek ekar arag agam am yang ang terti terting nggi gi dipe dipero role leh h pada pada pengambilan sampel pukul 19.00-01.00 WIB, dan indeks keanekaragaman terendah terendah diperoleh diperoleh pada pukul 03.00 WIB. Sedikitny Sedikitnyaa indeks indeks keanekaragam keanekaragaman an pada pengambilan sampel pada pukul 03.00 WIB ini dimungkinkan karena pada waktu waktu ini sudah sudah mendek mendekati ati pagi pagi sehing sehingga ga kondis kondisii lingku lingkunga ngan n seperti seperti suhu, suhu, kelembaban, oksigen, dan pH sudah berbeda dengan kondisi lingkungan antara pukul 19.00-10.00 WIB. Sehingga hanya jenis-jenis serangga tertentu saja yang muncul dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan tersebut. Fakta yang terjadi di lapangan tersebut sesuai dengan pernyataan Krebs (1985) dalam Widagdo (2002) bahwa waktu menekankan pentingnya peran semua parameter lingku lingkunga ngan n seperti seperti suhu, suhu, kelemb kelembapa apan, n, salinit salinitas, as, oksige oksigen, n, dan pH. Kemudi Kemudian an pernyataan tersebut ters ebut diperkuat oleh Haddy (1984) dalam Irawan (1999) dijelaskan bahwa keanekaragaman komunitas ditandai oleh banyaknya spesies organisme
yang yang memben membentuk tuk komuni komunitas tas tersebu tersebut, t, semaki semakin n banya banyak k spesies spesies makin makin tinggi tinggi keanekaragaman. Kemerataan Kemerataan serangga serangga malam di hutan pantai Triangulasi Triangulasi kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa untuk keempat waktu pengambilan yaitu pengambilan pukul 21.00 WIB, 23.00 WIB, dan 01.00 WIB diperoleh indeks kemerataan yang hampir sama besarnya. Pada Pada peng pengam ambi biln ln puku pukull 21.0 21.00 0 WI WIB B dipe dipero role leh h inde indeks ks keme kemerat rataan aan sebesa sebesar r 0,518 0,518558 558772 772,, pengam pengambila bilan n pukul pukul 23.00 23.00 WIB dipero diperoleh leh kemerat kemerataan aan sebesa sebesar r 0,627 0,627073 07324, 24, pengam pengambil bilan an pukul pukul 01.00 01.00 WIB indeks indeks kemerat kemerataan aanny nyaa sebesar sebesar 0,655359174, sedangkan untuk pengambilan pada pukul 03.00 WIB diperoleh indeks kemerataan yang lebih kecil yaitu sebesar 0,34743811. Rendahnya indeks keme kemerat rataan aan pada pada peng pengam ambi bilan lan sampe sampell puku pukull 03.0 03.00 0 WI WIB B ini ini kemu kemung ngki kina nan n disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban oksigen, pH, dan cahaya sudah berbeda dengan kondisi lingkungan antara pukul 19.00-01.00 WIB. Sehi Sehing ngga ga hany hanyaa jenisjenis-jen jenis is seran serangg ggaa terte tertent ntu u saja saja yang yang munc muncul ul dan dan dapa dapatt menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan di pagi hari. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapk diungkapkan an oleh Krebs (1985) (1985) dalam Widagdo (2002) bahwa waktu mene meneka kank nkan an pent pentin ingn gny ya peran peran semua semua param paramet eter er ling lingku kung ngan an sepe sepert rtii suhu suhu,, kelembaban, salinitas, oksigen, dan pH. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh indeks kekayaan (R) tertinggi pada pengambilan sampel pukul 21.00 WIB yaitu sebesar 15,14829793, pada pengambilan pukul 23.00 WIB indeks kekayaannya sebesar 13,03673315, pengambilan pukul 01.00 WIB indeks kekayaan sebesar 10,72139553, dan pada pengambilan pukul 03.00 WIB indeks kekayaannya sebesar 10,99630311. Indeks kekay kekayaan aan berkai berkaitan tan dengan dengan waktu waktu aktif aktif serangg seranggaa malam, malam, dimana dimana pada pada pukul pukul 19.00-21.00 WIB merupakan waktu aktif bagi serangga malam, sehingga jumlah serangg seranggaa yang yang tertan tertangka gkap p lebih lebih banyak banyak daripa daripada da waktuwaktu-wak waktu tu pengam pengambil bilan an sampel yang lain. Kemungkinan yang lain bisa juga disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Andayani (2001) dalam Widagdo (2002) bahwa hewan secara aktif aktif akan akan berpin berpindah dah dari dari lingku lingkunga ngan n satu satu ke lingku lingkunga ngan n lain lain apabil apabilaa terjadi terjadi perubahan lingkungan sementara. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembaban dan
suhu dapat mengontrol berbagai aktifitas hewan, seperti aktifitas bergerak dan makan. 3. Pola Pola Distr Distribu ibusi si Serangg Serangga a Malam Malam di Kawas Kawasan an Hutan Hutan Pantai Pantai Triangu Triangulas lasii Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi
Untuk Untuk mengeta mengetahui hui pola pola distrib distribusi usi atau penye penyebara baran n serangg seranggaa malam malam di hutan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi digunakan perbandingan antara nilai rata-rata (m) dengan nilai varian (V). Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa pola penyebaran serangga malam malam ada yang yang mengelo mengelompo mpok, k, dan ada yang yang merata. merata. Pola Pola penye penyebar baran an yang yang berbeda-beda ini kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan serangga malam dalam mencari sumber makanan. Menurut Soetjipto (1993) dalam Irawan (1999), jika makanan pada suatu daerah jumlahnya banyak maka penyebarannya cenderung sempit dan apabila makanan sedikit maka penyebarannya cenderung luas. Pola Pola peny penyeba ebaran ran seran serangg ggaa malam malam meli melipu puti ti dua dua daera daerah h yaitu yaitu,, huta hutan n mangrove, dan hutan peralihan. Pada pengambilan sampel yang pertama pukul 21.00 WIB, serangga malam yang ditemukan rata-rata memiliki pola penyebaran yang mengelompok. Begitu juga pada pengambilan sampel pukul 23.00 WIB, 01.00 WIB, dan 03.00 WIB. Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pola penyebaran serangga malam di hutan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo adalah mengelompok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993:257) bahwa sifat umum penyebaran secara mengelompok adalah apabila varian lebih besar daripada rata-rata. Menurut Widagdo (2002) pola penyebaran mengelompok merupakan pola penyebaran yang paling umum di alam, ala m, terutama oleh hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Respon dari organi organisme sme terhadap terhadap perbeda perbedaan an habitat habitat secara secara lokal. lokal. 2. Respon dari organisme organisme terhada terhadap p perubaha perubahan n cuaca cuaca musiman musiman.. 3. Akibat Akibat dari cara atau atau proses proses reproduksi reproduksi atau regener regenerasi. asi. 4. Sifat Sifat-si -sifat fat orga organi nism smee deng dengan an orga organ n vege vegetat tatif ifny nyaa yang ang menu menunj njan ang g untu untuk k terbentuknya kelompok atau koloni.
4. Waktu Waktu Aktif Aktif Serangga Serangga Malam di Kawasan Kawasan Hutan Hutan Pantai Pantai Triangula Triangulasi si Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
Dari Dari hasil hasil data data di lapang lapangan an diketa diketahui hui bahwa bahwa masing masing-mas -masing ing serangg seranggaa malam malam memilik memilikii period periodee kemunc kemuncula ulan n yang yang tidak tidak sama sama dari dari empat empat rentan rentangan gan waktu pengambilan sampel. Menurut Irawan (1999) serangga malan merupakan golongan hewan yang menghabiskan sebagaian besar hidupnya untuk beraktifitas pada malam hari. Menurut Odum (1993) bahwa kelompok-kelompok organisme memperlihatkan pola kegiatan yang sinkron dalam satu daur siang sampai malam. Beberapa misalnya hanya aktif pada periode gelap (nocturnal) yang lainnya lagi hanya aktif selama periode senja. Berdas Berdasark arkan an hasil hasil analis analisis is data, data, didapa didapatka tkan n hasil hasil bahwa bahwa pengam pengambil bilan an sampel sampel pada pada puku pukull 21.0 21.00 0 WI WIB B juml jumlah ahny nyaa sebesa sebesarr 3236 3236,, kemu kemudi dian an pada pada pengambilan pukul 23.00 WIB berjumlah 1148, pengambilan pukul 01.00 WIB jumlahnya sebesar 629, dan pengambilan sampel pada pukul 03.00 WIB jumlahnya sebesar 729. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa waktu aktif aktif seran serangg ggaa malam malam yaitu aitu pada pada puku pukull 19.0 19.000-21 21.0 .00 0 WI WIB B deng dengan an juml jumlah ah perolehan sampel paling tinggi jika dibandingkan dengan waktu pengambilan sampel yang lain. Pada waktu aktif ini berarti serangga aktif melakukan aktifitas hidupnya, seperti mencari makan, dimana aktifitas mencari makan juga sekaligus sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri dari suhu yang rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irawan (1999) bahwa sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermik) dimana dimana suhu suhu tubuh tubuh mening meningkat kat dan menur menurun un berdas berdasark arkan an suhu suhu sekita sekitar, r, serang serangga ga memili memiliki ki mekani mekanisme sme pertah pertahana anan n diri diri terhada terhadap p suhu suhu rendah rendah.. Kemudian menurut Boror, dkk (1992) bahwa beberapa serangga tahan hidup pada suhu-suhu yang rendah ini, menyimpan etilen glikol di dalam jaringan mereka untuk melindungi diri dari pembekuan. Selain itu pencahayaan juga berpengaruh terhad terhadap ap aktifit aktifitas as dan tingkah tingkah laku laku hewan. hewan. Hal ini sesuai sesuai dengan dengan teori yang yang diungkapkan oleh Sunjaya (1970) dalam Widagdo (2002) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hidup serangga, diantaranya adalah faktor fisis yaitu iklim dan topografi. Faktor fisis lainnya yang mempengaruhi aktifitas serangga
adalah cahaya. Ada beberapa serangga yang terbang pada malam hari dan mereka hanya tertarik pada cahaya lampu. Selain itu ada beberapa genus tertentu yang bisa ditemukan pada keempat waktu pengambila pengambilan n seperti Monomorium, Oniscus, Harmolita, hal ini berarti berarti bahwa hewan tersebut mempunyai waktu beraktifitas pada malam hari yang panjang sehingga kisaran untuk memperoleh peluang mencari makan juga besar dan juga berarti bahwa hewan tersebut bisa mempunyai kisaran toleransi untuk hidup juga besar.
5. Dominansi Dominansi Spesies Spesies Serangga Serangga Malam yang Ditemukan Ditemukan pada Tiap-Tiap Jam di Kawasan Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
Dari Dari hasil hasil anal analis isis is domi domina nans nsii tiap tiap jeni jeniss dapa dapatt dike diketa tahu huii bahw bahwaa pada pada pengambilan sampel pukul 21.00 WIB serangga malam yang mendominasi adalah dari spesies Monomoriun sp. sp. sebanyak 1512 ekor. untuk pengambilan sampel pukul 23.00 WIB serangga malam yang mendominasi adalah dari spesies Monomorium sp. sebanyak 510 ekor. Pada pengambilan sampel pukul 01.00 WIB didominasi oleh Monomorium oleh Monomorium sp. sebanyak 218 ekor, sedangkan Oniscus osellus mendominasi waktu penganbilan sampel pukul 03.00 WIB, kemudian baru diikuti oleh Monomorium oleh Monomorium sp. sebanyak 116 ekor. Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa serangga malam yang paling mendominasi kawasan hutan pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Purwo, Banyuwangi Banyuwangi pada tiap-tiap tiap-tiap waktu pengambilan pengambilan sampel adalah spesies Monomorium sp. spesies ini termasuk dalam ardo Isoptera. ardo Isoptera. Menurut Jumar (2000) dalam dalam Widagd Widagdo o (2002) (2002) ordo ordo Isoptera memilik memilikii ciri-cir ciri-ciri, i, sayap sayap dua pasang, pasang, membraneus, membraneus, sayap depan dan belakang belakang mempunyai mempunyai bentuk dan ukuran ukuran yang sama, sama, ada ada yang yang tida tidak k bersa bersay yap. Alat Alat mulu mulutt peng penggi gigi gitt dan dan peng pengun unya yah, h, dan dan mempunyai cerci dua ruas. Merupakan serangga dengan beberapa kasta.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Jenis-jenis ser serangga mal malam yang dapat dit ditemukan di Ka Kawasan
Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi terdiri dari banyak spesies dan berasal dari genus yang bervariasi. bervariasi. Hal ini berkaitan dengan dengan kondis kondisii lingku lingkunga ngan, n, baik baik itu berupa berupa fakor fakor abioti abiotik k maupun maupun biotik biotik.. Faktor abiotik diantaranya adalah suhu, kelembaban, pH, dan juga cahaya. Sedang Sedangkan kan faktor faktor biotik biotik adalah adalah sumber sumber makana makanan n yang yang berupa berupa tumbuh tumbuhan an maupun serangga yang lain. 2.
Keanekaragaman, ke kemerataan, da dan ke kekayaan se serangga ma malam di di
kawasan Hutan Pantai Triangulasi Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi Banyuwangi diperoleh kecenderungan rata-rata nilai indeks keanekaragaman yang hampir sama sama pada pada ketiga ketiga waktu waktu pengam pengambila bilan, n, indeks indeks keanek keanekara aragam gaman an terenda terendah h diperoleh pada pukul 01.00-03.00 WIB yaitu sebesar 1,3. Sedangkan indeks keanekargaman tertinggi diperoleh pada pukul 19.00-01.00 WIB. Kemerataan serangga malam di Kawasan Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi ketiga waktu pengambilan pukul 19.0021.0 21.00 0 WI WIB, B, 21.0 21.000-23 23.0 .00 0 WI WIB, B, dan dan 23.0 23.000-01 01.0 .00 0 WI WIB B dipe dipero role leh h inde indeks ks kemerataan yang hampir sama besarnya, sedangkan pengambilan pada pukul 01.00-03.00 WIB diperoleh indeks kemerataan yang lebih kecil yaitu sebesar 0,34743811. Hal ini bisa disebabkan pada pukul 03.00 WIB ini waktu sudah mendek mendekati ati pagi, pagi, sehing sehingga ga kondis kondisii lingku lingkunga ngan n seperti seperti suhu, suhu, kelemb kelembaba aban, n, oksige oksigen, n, pH, dan cahaya cahaya sudah sudah berbed berbeda. a. Sehing Sehingga ga hanya hanya jenis jenis serangg seranggaa tertentu saja yang muncul dan dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di pagi hari. Kekayaan serangga malam didapatkan dari nilai indeks kekayaan (R) tertinggi dida didapa patk tkan an pada pada peng pengam ambi bila lan n puku pukull 19.0 19.000-21 21.0 .00 0 WI WIB B yaitu yaitu sebesa sebesar r 15,14829 15,14829793. 793. Hal ini berkaitan dengan waktu aktif serangga malam, dimana dimana
pada pukul 19.00-21.00 WIB merupakan waktu aktif bagi serangga malam, sehing sehingga ga jumlah jumlah serangg seranggaa yang yang tertang tertangkap kap lebih lebih banya banyak k daripa daripada da waktuwaktuwaktu waktu pengam pengambila bilan n sampel sampel yang yang lain, lain, selain selain itu bisa bisa juga juga dimung dimungkin kinkan kan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban. 3.
Pola distribusi serangga malam di Kawasan Hutan Pantai
Tria Triang ngul ulas asii
Tama Taman n
Nasi Nasion onal al Alas Alas Purw Purwo, o, Bany Banyuw uwan angi gi dida didapa patt
dari dari
perbandingan antara nilai rata-rata (x) dengan nilai varian (V). Pola penyebaran serangga malam ada yang mengelompok, dan ada yang merata. Pola Pola peny penyeba ebaran ran yang berb berbed edaa ini ini bisa bisa dimu dimung ngki kink nkan an diseb disebab abka kan n oleh oleh kebutuhan serangga malam dalam dalam mencari sumber makanan. Pola penyebaran serangga malam meliputi dua daerah yaitu, hutan mangrove dan hutan peralihan. 4.
Waktu aktif se serangga malam alam di Kawasan san Hutan Pantai Triang angulasi
Taman Taman Nasion Nasional al Alas Alas Purwo, Purwo, Banyu Banyuwan wangi gi memilik memilikii period periodee kemunc kemuncula ulan n yang ang tida tidak k sama sama dari dari empa empatt rent rentan anga gan n wakt waktu u peng pengam ambi bila lan n samp sampel el.. Berdasarkan Berdasarkan hasil tersebut tersebut dapat diketahui diketahui waktu aktif serangga malam yaitu pada pukul 19.00-21.00 WIB dengan jumlah perolehan sampel paling tinggi jika dibandingkan dengan waktu-waktu pengambilan sampel yang lain. Pada waktu ini berarti serangga aktif melakukan aktifitas hidupnya, seperti mencari makan, makan, sekaligus sekaligus merupakan merupakan mekanisme untuk mempertahan mempertahankan kan diri dari suhu yang ekstrim. Ada beberap beberapaa genus genus tertent tertentu u yang yang bisa bisa diketem diketemuka ukan n pada pada keempat keempat waktu waktu pengambilan seperti s eperti Monomorium, Monomorium, Oniscus, Harmolita, hal ini berarti bahwa hewan tersebut mempunyai waktu beraktifitas pada malam hari yang panjang sehingga kisaran untuk memperoleh peluang mencari makan juga besar dan berarti pula bahwa hewan tersebut bisa mempunyai kisaran toleransi untuk hidup juga besar. 5.
Dominansi spe spesie sies ser seraangga malam yang ang di ditemu emukan pa pada ti tiap-ti -tiap
jam di Kawasan Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Bany anyuwan uwang gi
dapat apat
diket iketah ahu ui
bahwa ahwa
sera seran ngga gga
malam alam
yang ang
palin aling g
mendominasi adalah spesies Monomorium spesies Monomorium sp. spesies ini termasuk dalam ordo Isoptera.
B. Saran
1.
Sebaiknya
pengambilan
data
untuk
faktor
abiotik
(suhu,
kelembaban, dan intensitas cahaya) bisa lebih teliti dan lebih diperhatikan. 2.
Untuk ko kompilasi da data ke kelas seb sebaiknya dil dilakukan le lebih aw awal ag agar
bisa memperlancar penyelesaian laporan. 3.
Diperluk lukan kerja sam sama da dari para asi asissten su supaya pe pembuat uatan la laporan
dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi kerancuan.
DAFTAR PUSTAKA
Borror, T., J. 1992. Pengenalan 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Serangga Edisi Keenam. Keenam . Terjemahan oleh Soetiyono P. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Irawan, K.F. 1999. Kemelimpahan 1999. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Keanekaragaman Serangga Malam Malam di Hutan Pantai Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Purwo Banyuwangi . Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: IKIP Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Ekologi. Terjemahan oleh Tjahyono. Yogyakarta: UGM Syafei, E. S. 1990. Pengantar 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan Tumbuhan.. Bandung: ITB Widagdo, K. 2002. Keanekaragaman 2002. Keanekaragaman Serangga Serangga Malam pada Berbagai Berbagai Ketinggian di Gunung Arjuna Arjuna.. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: UM
BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan yang digunakan sebagai kawasan kawasan pengem pengemban bangan gan ilmu ilmu penget pengetahu ahuan, an, pelesta pelestaria rian n sumber sumber daya daya alam, alam, menunj menunjang ang budiday budidaya, a, pariwi pariwisata sata,, dan rekreas rekreasi. i. Taman Taman Nasion Nasional al Alas Alas Purwo Purwo Banyuwang Banyuwangii merupakan merupakan salah satu aset Nasional Nasional yang secara resmi terpisah terpisah dari kawasan Taman Nasional Baluran sejak tahun 1990. Tempat ini merupakan cagar alam alam dan dan suak suakaa marg margasa asatw twaa yang yang dapa dapatt digu diguna naka kan n sebag sebagai ai medi mediaa dala dalam m pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian SDA. Secara geografis kawasan Taman Nasional Alas Purwo terletak di ujung Timur pulau Jawa, tepatnya berada di Kecamatan Tegal Dlimo, Kabupaten Banyuwangi, dengan luas 433.420 Ha. Taman Taman Nasion Nasional al Alas Alas Purwo Purwo merupa merupakan kan suatu suatu ekosist ekosistem em hutan hutan tropis tropis dataran dataran rendah rendah yang di dalamnya dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, pantai, padang padang rumput, rumput, dan dan huta hutan n bamb bamboo oo yang ang mendo endomi mina nasi si 40% 40% dari dari luas luas kawa kawasa san. n. Menu Menuru rutt Dharmawan (2004) ekosistem lahan basah di Alas Purwo yang terdiri dari hutan mangrove dan hutan perairan laguna, yang secara fungsional kedua ekosistem ini saling berinteraksi. Hutan Hutan Mangro Mangrove ve pada pada dasarny dasarnyaa adalah adalah suatu suatu kawasan kawasan yang yang terletak terletak menyeb menyebar ar di sepanj sepanjang ang garis garis pantai pantai atau muara muara sungai sungai yang yang dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh pasang surut s urut air. Komponen abiotik dan biotik di hutan mangrove tersebut saling berinteraksi membentuk suatu mangrove. Ekosistem mangrove yang identik dengan ekosistem perairan akan sangat mempengaruhi keanekaragaman jenis-jenis hewan lautnya. Hutan mangrove pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat asuhan (nusery ground ) bagi berbagai jenis hewan akuatik yang beranekaragam, seperti ikan, udang, dan berbagai jenis hewan
mollusca. Hutan mangrove di Indonesia terdapat 88 jenis Crustaceae dan 65 jenis Mollusca (Nontji, 1987). Daerah pasang surut tidak luput dari pengaruh komponen-komponen yang ada dalam hutan mangrove. Di daerah pasang surut ini secara langsung ataupun tidak langsung akan saling berinteraksi dengan komponen-komponen yang ada dalam dalam hutan hutan mangro mangrove ve baik baik berbag berbagai ai kompon komponen en biotik biotik maupun maupun abioti abiotikny knya. a. Berbagai Berbagai komponen komponen biotik tersebut tersebut akan saling berinteraksi berinteraksi membentuk suatu populasi. Berbagai komponen biotik dan abiotik di daerah pasang surut akan membentuk suatu rangkaian proses dekomposisi melalui suatu rantai makanan yang hasilnya merupakan makanan bagi komponen biotik laguna, yaitu berbagai jenis Mollusca, decapoda, dan berbagai mikroba. Rangkaian proses tersebut dapat dike diketa tahu huii dari dari kepa kepada data tan n orga organi nisme sme yang terd terdap apat at di temp tempat at terse tersebu but, t, dan dan merupakan indikator dalam memprediksi adanya unsur hara yang terkandung di dalamnya (Odum, 1993). Pantai Pantai Pancur Pancur merupa merupakan kan salah salah satu kawasan kawasan yang dikelo dikelola la di bawah bawah Resort Pancur. Pantai Pancur terletak 77 km dari Banyuwangi. Di perairan Pantai Panc Pancur ur Tama Taman n Nasi Nasion onal al Alas Alas Purw Purwo o bany banyak ak terda terdapa patt makr makro o inve invert rteb ebra rata ta diantaranya Mollusca. Ada sebagian Mollusca yang hidup di lingkungan perairan sebaga sebagaii bentos bentos baik baik air tawar, tawar, payau payau maupun maupun laut. laut. Lebih Lebih lanjut lanjut diungk diungkapk apkan an dalam dalam habita habitatny tnyaa menemp menempati ati dasar dasar perair perairan an yang yang memben membenamk amkan an diri diri pada pada substra substratt lumpur lumpur dan pasir, pasir, sehingg sehinggaa terlind terlindung ung dari dari peruba perubahan han faktor faktor-fak -faktor tor lingku lingkunga ngan n yang yang mengha menghamba mbatt kelang kelangsun sungan gan hidupn hidupnya ya.. Untuk Untuk mempel mempelajar ajarii Ekologi Ekologi Hewan khususnya khususnya tentang tentang keanekaraga keanekaragaman man Mollusca, Mollusca, mahasiswa mahasiswa harus terju terjun n lang langsu sung ng ke lapa lapang ngan an agar agar muda mudah h dala dalam m meng mengka kajin jiny ya, kegi kegiat atan an ini ini ditunjang dengan kuliah kerja lapangan yang dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Dengan mengamati Mollusca yang terdapat di Pantai Panc Pancur ur,,
maka maka
maha mahasi sisw swaa
dapa dapatt
meng mengka kaji jiny nyaa
mela melalu luii
kean keanek ekar arag agam aman an,,
kemerat kemerataan aan,, kekay kekayaan, aan, pola pola distri distribus busi, i, dan nilai nilai pentin penting g spesies spesies-sp -spesie esiess yang yang dite ditemu muka kan n
dan dan
juga juga
dapa dapatt
meng mengid iden enti tifi fika kasi si
Moll Mollus usca ca
mela melalu luii
bent bentuk uk
morfologinya. Mollusca adalah salah satu organisme yang mampu bertahan hidup pada kondisi ekosistem yang sangat bervariasi. Mollusca mampu hidup pada daerah
yang ekstrim, seperti daerah kutub, padang pasir, di dalam goa-goa, sumber air yang salinitasnya tinggi, sumber air yang kaya mineral dan sebagainya. Untuk daer daerah ah yang ang sesu sesuai ai sepe sepert rtii daer daerah ah trop tropis is atu atu subt subtro ropi pis. s. Moll Mollus usca ca dapa dapatt berkembang dengan cepat dalam jumlah individu dan variasi ornamentasi (Zuraidah, 2001). Ciri-ciri Mollusca secara umum adalah tubuh lunak dan tidak berbuku buku biasanya tubuh bercangkok (berubah) dari zat kapur, hewan ini ada yang hidup di darat, di air tawar dan ada pula yang hidup di laut, tubuh simetri bilater al, jenis kelamin umumnya terpisah, tetapi dapat juga hermaprodit, cangkang dibentuk oleh mantel, badan terdiri dari kepala, kaki dan massa jerohan, kaki termodi termodifik fikasi asi untuk untuk meraya merayap, p, berena berenang ng bahkan bahkan untuk untuk menang menangkap kap makana makanan n (Kastawi, 1986).
2. Tujuan
Dari latar belakang diatas maka observasi ini bertujuan: 1. Untu Untuk k meng mengeta etahu huii jenisjenis-jen jenis is Moll Mollus usca ca yang ada ada di Pant Pantai ai Panc Pancur ur Tama Taman n Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 2. Untuk mengetahui mengetahui keanekar keanekaragaman agaman,, kemerataan, kemerataan, dan kekayaan kekayaan jenis Mollusca Mollusca di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 3. Untuk Untuk mengeta mengetahui hui pola distrib distribusi usi jenis jenis Mollus Mollusca ca di kawasan kawasan Pantai Pantai Pancur Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 4. Untuk mengeta mengetahui hui jenis jenis Mollusca Mollusca apa sajakah sajakah yang yang dominan dominan pada tiap tiap zona zona di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
D. Manfa Manfaat at Observ Observasi asi
Hasil dari observasi ini diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai jenis Mollusca, keanekaragaman, kemerataan, kekayaan, pola distribusi, dan mengeta mengetahui hui spesies spesies Mollus Mollusca ca yang yang paling paling domina dominan n di Pantai Pantai Pancur Pancur Taman Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi yang dapat dijadikan pijakan untuk informasi obye obyek k dan dan pene penent ntua uan n kebi kebijak jakan an konse konserv rvas asii sumb sumber er alam alam,, selai selain n itu itu dapa dapatt digunakan untuk menambah wawasan mengenai Mollusca bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
E. Defi Defini nisi si Isti Istila lah h
Istilah-istilah penting yang perlu dijelaskan dalam observasi ini adalah: 1. Keanekaragam Keanekaragaman an yang dimaksu dimaksud d dalam penelit penelitian ian ini adalah adalah cacah dan jumlah jumlah individu dalam suatu komunitas (Soejipta, 1993). 2. Kemelimpahan Kemelimpahan adalah adalah jumlah jumlah individ individu u dalam satu satu spesies spesies yang ada ada pada suatu suatu area atau tempat tertentu dan dibandingkan dengan spesies yang ada pada suatu atau tempat lain (Soejipta, 1993). 3. Kekayaan Kekayaan adalah adalah banyaknya banyaknya suatu suatu jenis jenis spesies spesies yang ada pada pada suatu area atau tempat tertentu (Soejipta, 1993). 4. Jenis yang dimaksud dimaksud adalah adalah individu individu (spesies) (spesies) tertentu. tertentu. 5. Pola Pola peny penyeb ebara aran n meru merupa paka kan n pola pola meru meruan ang g yang yang dike dikena nall dalam dalam komu komuni nita tass yaitu pola acak, mengelompok dan merata (Dharmawan, 2004).
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penge Pengerti rtian an Ekolog Ekologii
Ekolo Ekologi gi merupa merupakan kan suatu suatu ilmu ilmu tentan tentang g interak interaksi si antara antara organi organisme sme dan lingkungannya. Interaksi tersebut dalam bentuk memberi dan menerima, antara stimulus stimulus serta tanggapan, tanggapan, antara stimulasi stimulasi dan umpan balik. balik. Sehubungan Sehubungan dengan pengertian di atas Susanto (2000) mengungkapkan bahwa Ekologi hewan dapat diart diartik ikan an sebag sebagai ai ilmu ilmu yang yang memp mempela elajar jarii hubu hubung ngan an anta antara ra hewa hewan n deng dengan an lingkungannya. Ekologi hewan menyangkut tiga aspek pokok, yaitu (1) deskriptif menyangkut pengetahuan tentang cara hidup hewan yang meliputi: tingkah laku, habi habita tat, t, asal asal mula mula dan dan suks suksesi esi pemb pemben entu tuka kan n komu komunit nitasn asnya ya.. (2) (2) kuantitatif memberi memberikan kan inform informasi asi yang yang menya menyangk ngkut ut tentan tentang g batas-b batas-batas atas toleran toleransi si hewan hewan terh terhad adap ap flukt fluktua uasi si fakt faktor or ling lingku kung ngan an.. (3) (3) analitik-sintetik berusah berusahaa untuk untuk menganalisis lingkungan beserta pengaruhnya dengan cara memvariasikan kondisi faktor tertentu di bawah kondisi faktor lain yang terkontrol. Komponen dalam ekosistem ada dua macam yaitu: komponen biotik dan abioti abiotik. k. Pada Pada kompon komponen en biotik biotik ada beberap beberapaa kompon komponen en lagi lagi yaitu yaitu produs produsen, en, konsumen konsumen dan pengurai. pengurai. Ketiga komponen komponen biotik bersama bersama dengan dengan komponen komponen abiotik akan membantu suatu ruang ekologi yang nantinya akan terbentuk suatu populasi, komunitas, dan ekosistem. Populasi merupakan kelompok individu yang sama spesiesnya, komunitas merupakan suatu satuan yang terdiri dari semua populasi yang menempati area terten tertentu, tu, dan ekosist ekosistem em adalah adalah hubung hubungan an antara antara kompon komponen en biotik biotik dan abioti abiotik k (Dharmawan, 2004). Suat Suatu u bent bentuk uk popu popula lasi si akan akan sanga sangatt berg bergan antu tung ng pada pada tempat tempat dima dimana na populasi tersebut tinggal dan akan memiliki ciri karakteristik tertentu sesuai
dengan dengan daerah daerah tempat tempat tingga tinggall dan jenis jenis yang yang memben membentuk tuk popul populasi asi tersebu tersebut. t. Karakteristik dasar suatu populasi adalah ukuran besar populasi atau kerapatan (Soetjipto, 1993). Menurut (Nybakken, 1998) berdasarkan hal di atas diketahui adanya perbedaan jenis populasi dan berbagai karakteristik yang ada salah satunya adalah jenis populasi yang ada pada daerah pasang surut (intertidal ( intertidal zone). zone). Daerah pasang surut merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudra, dan merupakan kawasan pinggiran laut yang sangat sempit luasnya, terletak di antara air tinggi dan air rendah. Adanya Adanya pasang surut air laut akan sangat mempengaruh mempengaruhii bentuk bentuk populasi dan komunitasnya, kerapatan populasi pada daerah ini pun berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dikarenakan adanya adanya perbedaan perbedaan frekuensi dan besarnya besarnya pasang surut air laut serta kondisi geologis pada daerah pasang surut tersebut.
B. Ciri Ciri Mol Mollu lusc sca a
Menurut Menurut (Kastawi, (Kastawi, 2001) 2001) ciri-ciri umum yang dimiliki dimiliki anggota anggota Mollusca Mollusca adalah : 1. Tubuh Tubuh bersimetri bersimetri bilateral, bilateral, tidak tidak bersegmen, bersegmen, kecuali kecuali pada pada Monoplacop Monoplacophora. hora. 2. Mem Memilik ilikii kepa kepala la yang ang jela jelass deng dengan an orga organ n rese resept ptor or kepa kepala la yang ang bers bersif ifat at khusus. 3. Coelom mereduksi, mereduksi, dindin dinding g tubuh tubuh tebal dan berotot. berotot. 4. Pada permuk permukaan aan ventral ventral dinding dinding tubuh tubuh terdapat terdapat kaki kaki berotot berotot dan secara secara umum umum digunakan untuk bergerak. 5. Dinding Dinding tubuh tubuh sebelah sebelah dorsal dorsal meluas meluas menjadi menjadi satu atau sepasang sepasang lipatan lipatan yaitu mant mantel el atau atau pall palliu ium. m. Fung Fungsi si mant mantel el adal adalah ah mense mensekr kres esii cangk cangkan ang g dan dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang. 6. Lubang Lubang anus dan dan ekskretori ekskretori umum umumnya nya membuka membuka ke dalam rongga rongga mantel. mantel. 7. Salura Saluran n pencern pencernaan aan berkemba berkembang ng baik. Sebuah Sebuah rongga rongga bukal bukal yang yang umumn umumnya ya mengan mengandun dung g radula radula berben berbentuk tuk seperti seperti probo proboscis scis.. Esopha Esophagus gus merupa merupakan kan perkembangan dari stomodium yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus atau lambung dan sepasang kelenjar
pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang berakhir dengan anus. 8. Memiliki Memiliki sistem peredaran peredaran darah dan jantung. jantung. Jantung Jantung dibedakan dibedakan atas atas aurikel aurikel dan ventrikel. ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun namun darah biasanya biasanya mengalami sirkulasi melalui ruang terbuka. Darah mengandung hemosianin, merupakan pigmen respirasi. 9. Organ Organ sekresi sekresi berupa berupa ginjal ginjal yang berjum berjumlah lah sepasang sepasang atau atau terkad terkadang ang hanya hanya berjumlah satu s atu buah. Ginjal berhubungan dengan rongga r ongga perikardium, tempat jantung berada. 10. Memiliki Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubung berhubungan an dengan dua pasang tali saraf. Satu pasang tali saraf menuju ke kaki dan sepasang lainnya menuju ke organ viseral viseral dan mantel. mantel. Memilik Memilikii gangli ganglion on saraf saraf yang yang biasany biasanyaa berhub berhubung ungan an dengan cincin saraf dan tali saraf. 11. Ovum berukuran kecil dan dan mengandung sedikit kuning telur.
Filum Mollusca dibagi menjadi tujuh atau delapan kelas, berdasarkan atas kaki dan cangkang. Menurut Harris (1992) dalam Kastawi (2001) filum Mollusca dibedakan menjadi tujuh kelas yaitu : 1. Ke Kela lass Aplac Aplacop opho hora ra
Tidak Tidak memilik memilikii cangka cangkang, ng, tubuh tubuh memilik memilikii sisik sisik kalkar kalkareus eus dan spikul spikulaa sebagai pengganti cangkang. Sebagian besar hewan ini berjalan perlahan di dasar laut dan juga ditemukan ditemukan melilit melilit pada hydroid hydroid atau karang lunak (filum Cnidaria) Cnidaria) yang merupakan makanannya. Anggota kelas ini ada yang memiliki radula ada juga yang tidak. Umumnya Aplacophora (neomeniomorf) adalah hermafrodit dan saluran saluran gonad gonad meluas meluas ke rongga rongga mantel, mantel, bahkan bahkan salah salah satuny satunyaa langsu langsung ng dari dari gonad lainnya biasanya dari rongga perikardial.
Gambar 2.1 Salah satu anggota kelas Aplacophora, Neomenia carinat (Engeman & Hegner,1981)
2. Ke Kela lass Mon Monop opla laco coph phor ora a
Memi Memili liki ki sebua sebuah h cangk cangkan ang g dan dan bersi bersifa fatt bila bilater teral al simetr simetri. i. Cang Cangka kang ng Monoplacop Monoplacophora hora memiliki 3 sampai 8 pasang. pasang. Cangkang Cangkang berbentuk perisai, kaki pipih berguna untuk bergerak perlahan, sedikitnya sefalisasi, insang dan otot retraktor yang jumlahnya berlipat, memiliki radula dan perut berbentuk kerucut menyebabkan para ahli Mollusca berpendapat bahwa Monoplacophora merupakan ancesto ancestorr untuk untuk gastro gastropod poda, a, bivalv bivalvia ia dan cephal cephalopo opoda. da. Sistem Sistem pencern pencernaan aanny nyaa termasu termasuk k juga juga sebuah sebuah radula radula dan sebuah sebuah organ organ subrad subradula ularr terdapa terdapatt di dalam dalam rongga bukal. Perut mengandung sebuah style sac dan crystalline crystalline style. style. Usus berkelok-kelok bermuara pada anus. Sistem saraf Monoplacophora terdiri atas sepasang sepasang ganglia serebra serebra dan cincin saraf sirkum oral yang berhubung berhubungan an dengan sepasang tali saraf menuju organ viseral.
Gambar 2.2 Salah satu anggota kelas Monoplacophora, Neopilina (Engeman dan Hegner, 1981)
3. Ke Kela lass Pol Polyp ypla laco coph phor ora a
Tubu Tubuhn hny ya dili dilind ndun ungi gi oleh oleh dela delapa pan n kepi keping ng cangk cangkan ang g yang yang tersu tersusu sun n tumpang tindih seperti genting. Tepi setiap keping cangkang ditutup oleh jaringan
mantel dan luas sempitnya penutupan tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. lainnya. Cangkangny Cangkangnyaa hanya hanya terdiri terdiri atas dua lapisan. lapisan. Kakinya terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak. Biasanya Biasanya bersifat bersifat fototaksis fototaksis negatif, negatif, sehingga sehingga memiliki memiliki kecenderung kecenderungan an untuk hidup di bawah batu karang. Alat respirasinya adalah insang bipectinate (ktenidia) yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu ruang yang terletak antara kaki dan ruang mantel. Sistem pencernaannya pencernaannya tersusun atas: mulut mulut yang terletak di daerah pusat kepala, kemudian berlanjut pada faring yang mengandung jajaran jaj aran gigi keras (radula (radula). ). Sistem Sistem sirkula sirkulasiny sinyaa terdir terdirii atas atas jantung jantung dan pembul pembuluh uh darah. darah. Alat Alat ekskresinya terdiri atas nefridium yang berjumlah sepasang, bermuara pada lekuk mantel. mantel. Sistem sarafnya sarafnya terdiri terdiri atas cincin sirkum-esofan sirkum-esofangeal geal dan dua pasang tali saraf longitudinal. longitudinal. Sistem reproduksi reproduksinya nya terdiri terdiri atas sebuah gonad yang terdapat terdapat di anterior rongga perikardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan.
Gambar 2.3 A. Bagian ventral tubuh Chiton (Engeman dan Hegner, 1981)
4. Ke Kela lass Scap Scapho hopo poda da
Dikenal sebagai siput gading atau Mollusca bercangkang gigi, kepala dan kaki terdapat pada daerah terbesar dari cangkang yaitu daerah interior. Cangkang sedik sedikit it mele meleng ngku kung ng,, daer daerah ah konk konkaf af cang cangka kang ng meru merupa paka kan n daer daerah ah dorsa dorsal. l. Umumny Umumnyaa Scapho Scaphopod podaa memilik memilikii kebiasa kebiasaan an memben membenamk amkan an diri diri di pasir pasir pada pada kedalam kedalaman an air lebih lebih dari dari 6 meter. meter. Ujung Ujung poster posterior ior tubuh tubuh merup merupaka akan n tempat tempat penghisapan dan pengeluaran air. Sistem sirkulasi mereduksi dan kemungkinan tidak tidak memilik memilikii jantung jantung namun namun hanya hanya sebuah sebuah sistem sistem sinus sinus darah. darah. Scapho Scaphopod podaa bersifat diosius.
Gambar 2.4 Struktur tubuh anggota kelas Scaphopoda, Dentalium (Engeman dan Hegner, 1981)
5. Ke Kela lass Gast Gastro ropo poda da
Memiliki ciri-ciri Mollusca yaitu adanya cangkang, mantel, kaki, organ viseral, radula, dan biasanya memiliki sebuah atau beberapa insang. Cangkang berbentuk spiral melindungi masa jerohan yang terdiri atas bagian-bagian dari salur saluran an penc pencer erna naan an,, alat alat pere pereda dara ran, n, alat alat respi respira rasi si dan dan alat alat repro reprodu duks ksi. i. Alat Alat sirkulasi dan respirasi: Darah bekicot terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah yang tidak berwarna. Alat ekskresi, terdiri atas ginjal yang terletak dekat jantung. Sistem saraf, sebagian besar jaringan saraf berpusat di belakang masa bukal dan memben membentuk tuk cincin cincin di sekita sekitarr esofagu esofagus. s. Indera Inderany nyaa terdapa terdapatt di daerah daerah kaki kaki dan tentakel. Reproduksi beberapa Gastropoda bersifat dioecius, sedangkan yang lain bersifat monocioeus.
Gambar 2.5 Helix. Susunan organ dalam dilihat dari sisi lateral (Engeman dan Hegner, 1981)
6. Ke Kela lass Pel Pelec ecyp ypod oda a
Disebu Disebutt juga juga dengan dengan Bivalv Bivalvia ia dan Lamelli Lamellibra brankh nkhiata iata.. Kaki Kaki berben berbentuk tuk kapak, cangkang berfungsi atau melindungi tubuh. Pada Bivalvia insang biasanya berukuran sangat besar dan pada sebagian besar spesies dianggap memiliki fungsi tambah tambahan an yaitu yaitu pengum pengumpul pul makanan makanan,, disamp disamping ing berfun berfungsi gsi sebaga sebagaii tempat tempat pertukaran gas. Kepala Ke pala tidak berkembang namun sepasang palpus labial mengapit
mulutnya. Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali liang pada pasir dan lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan menggunakan kakinya. Biasanya bersifat diosius.
Gambar 2.6 Organ internal kerang (Engeman dan Hegner, 1981)
7. Ke Kela lass Cepha Cephalo lopo poda da
Kepala digunakan untuk alat gerak. Organ respirasi terdiri atas sepasang insan insang g berb berben entu tuk k bulu bulu yang yang terd terdap apat at di rong rongga ga mant mantel el.. Siste Sistem m sirku sirkula lasi si berkembang baik dan sirkulasi darah melalui sistem pembuluh darah tertutup. Biasanya Biasanya memiliki memiliki dua ginjal atau nefridia nefridia berbentuk berbentuk segitiga berwarna putih yang yang berfun berfungsi gsi menapi menapiss cairan cairan dari dari ruang ruang perika perikardi rdium um dan membua membuangn ngnya ya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus. Organ pencernaan dimulai dari mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Sistem saraf terdiri atas ganglion dan saraf saraf dan biasan biasanya ya bersifa bersifatt diosiu diosius. s. Cephal Cephalopo opoda da memilik memilikii ukuran ukuran tubuh tubuh terbesar dibandingkan hewan Avertebrata lainnya.
Gambar 2.7 Struktur internal cumi-cumi, Loligo (Engemann dan Hegner, 1981)
C. Seba Sebara ran n Mollu Mollusc sca a
Peny Penyeb ebar aran an hewa hewan n Moll Mollus usca ca sang sangat at luas luas dan dan umum umumny nyaa memi memili liki ki kesamaan pola dasar tubuh. Mollusca adalah salah satu jenis organisme yang memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari dasar laut sampai garis pasang surut tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air tawar bahkan terkadang ditemukan di habitat terestrial, khususnya yang memiliki kelembaban tinggi. Sifat hidup Mollusca bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa spesies lainnya bersifat parasit pada organisme lain. Mollusca memiliki kapasitas adaptasi yang tinggi sehingga penyebarannya sangat luas, baik di darat maupun di perairan, mulai dari perairan yang dangkal termasuk pantai, estuaria adalah perairan tawar sampai kedalaman laut yang tidak dapat ditembus cahaya matahari. Keberadaan hewan Mollusca ini tergantung pada variasi faktor lingkungan habitatnya (Suin dalam Asiyah, 1999). Lingku Lingkunga ngan n pantai pantai selalu selalu beruba berubah–u h–ubah bah karena karena pasang pasang surut surut sehingg sehinggaa banyak ditemukan variasi kehidupan dalam jumlah spesies maupun organismenya (Nontji, 1987).
D. Kajian Kajian Ekol Ekologi ogi Moll Mollusc usca a
Bivalv Bivalvia ia dan Gastrop Gastropoda oda termasu termasuk k salah salah satu dari dari golong golongan an Mollus Mollusca. ca. Secara ekologi anggota Mollusca sangat penting baik dalam ekosistem akuatik maupun maupun ekosist ekosistem em darat, darat, juga juga merupa merupakan kan sumber sumber makana makanan n seperti seperti kerang kerang,, kepiting (Jordan, 1976). Mollusca ini banyak terdapat di lumpur, pasir, dan di danau. Dimana pada lumpur, pasir, dan danau ini banyak mengakumulasi bahan organi organik k yang yang dapat dapat dijadi dijadikan kan sebaga sebagaii bahan bahan makana makanan. n. Mollus Mollusca ca ini biasany biasanyaa menguburkan diri dan pada saat tertentu mereka pindah dari satu tempat ke tempat lain lain,, hal hal ini ini berk berkait aitan an deng dengan an adap adapta tasi si untu untuk k mend mendap apatk atkan an maka makana nan n guna guna melangsungkan hidupnya dan juga untuk menghindari diri dari predator (Yasin,
1992). Mollusca ini dapat hidup pada suhu yang berkisar antara 0-40 karena pada suhu suhu itu itu hewa hewan n mamp mampu u hidu hidup p akti aktif, f, sedan sedangk gkan an untu untuk k pH 4.54.5-5, 5, dan dan untu untuk k kelemb kelembaba aban n serta serta salinit salinitas as hewan hewan ini dapat dapat hidup hidup pada pada kondis kondisii yang yang normal normal (Asiyah, 1999).
E. Kajian Kajian Keanek Keanekara aragam gaman an
Keanek Keanekarag aragaman aman jenis jenis adalah adalah suatu suatu karakt karakteri eristik stik tingka tingkatan tan komuni komunitas tas berdasarkan organisasinya biologisnya yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sed sedikit ikit
spesi pesies es,,
dan
jik jika
hany anya
sed sedikit ikit
spes spesie iess
yang ang
domin ominan an
maka aka
keanekaragaman jenisnya rendah (Soejipta, 1993). Di dalam keanekaragaman ini didukung oleh adanya kemeratan dan kekayaan. Suprap Suprapto to (1987) (1987) dalam dalam Leiwak Leiwakabe abessy ssy (1999) (1999) dalam dalam Zuraid Zuraidah ah (2001) (2001),, menyatakan bahwa keanekaragaman yang mendekati nilai 0–4 maka komunitas akan dikatakan beranekaragam.
F. Kaji Kajian an Kemel Kemelim impa paha han n
Kemelimpahan jenis adalah jumlah individu dalam suatu areal atau tempat tertentu (Soejipta, 1993). Spesies pada indeks kemelimpahan dikatakan melimpah jika dalam suatu komunitas dapat ditemukan jumlah spesies yang banyak. banyak. Suatu spesies dikatakan mempunyai kemelimpahan (Di), jika ( Di )>5% dan dikata dikatakan kan subdom subdomina inan n jika jika 2%
G. Kaji Kajian an Keka Kekaya yaan an
Kekayaan jenis adalah banyaknya jenis individu dalam suatu areal atau tempat tertentu (Soejipta, 1993). Kekayaan ini merupakan pendukung dari adanya keanekaragaman suatu jenis.
Peng Penghi hitu tung ngan an dari dari keka kekay yaan aan ini ini dipe dipero role leh h dari dari pemb pembag agia ian n anta antara ra banyaknya spesies yang ditemukan pada tiap zona dikurangi satu dengan Ln jumlah total seluruh spesies (Asiyah, 1999).
H. Pola Penyebar Penyebaran an Internal Internal
Pola distribusi internal dari hewan-hewan adalah merupakan langkah awal memandang komunitas dan merupakan salah satu ciri dari kelompok organisme hidup. Ada tiga pola meruang yang dikenal dalam komunitas yaitu pola acak, mengelompok dan merata. Pola acak menyatakan keberadaan individu-individu dalam suatu lokasi tida tidak k berg bergan antu tung ng pada pada indi indivi vidu du yang ang lain lain.. Pola Pola acak acak meng mengim impl plik ikasi asikan kan homog homogenit enitas as lingk lingkung ungan an dan pola-p pola-pola ola tingka tingkah h laku laku yang yang non selekt selektif. if. Pola Pola mengelo mengelompo mpok k menya menyataka takan n indivi individudu-ind indivi ividu du cender cenderung ung untuk untuk berkel berkelom ompok pok dengan dengan yang lain dan mengimplikasikan mengimplikasikan keheterogenan keheterogenan lingkungan lingkungan.. Pola teratur menyat menyataka akan n bahwa bahwa indivi individu du berada berada secara secara teratu teraturr dalam dalam ruang ruang dan pola ini menunjukkan bahwa lingkungan tersebut heterogen (Odum, 1993).
I. Faktor Faktor Abioti Abiotik k Yang Yang Mempe Mempenga ngaruh ruhii Keb Keber eraga agaman man Organis Organisme me Di Zona Zona Intertidal
1. Suhu Setiap organisme mempunyai rentangan suhu yang berbeda–beda sehingga menyebabkan keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas pada suhu yang berbeda. Suhu merupakan suatu faktor yang cukup berpengaruh terhadap penyebaran organisme laut karena pada dasarnya tiap organisme hanya dapat hidup pada suatu kisaran temperatur tertentu yang bisa ditoleransi (Nazlim, 1999). Suhu juga merupakan suatu faktor lingkungan yang seringkali beroperasi sebagai faktor faktor pembat pembatas as dan paling paling mudah mudah diukur diukur (Dharm (Dharmawan awan,, 2004). 2004). Secara Secara tidak tidak langsung pengaruh suhu adalah mempercepat kehilangan lalu lintas air yang dapat meny menyeb ebabk abkan an orga organi nism smee laut laut mati, mati, suhu suhu juga juga memp mempun unya yaii peng pengaru aruh h tida tidak k langsung, organisme laut dapat mati karena kehabisan air, kehabisan air dapat dipercepat dengan menaikkan suhu (Nybakken, 1988 dalam Nurhadi, 1999). 2. Substrat
Jenis substrat mempunyai arti penting untuk berlangsungnya kehidupan organisme organisme (Nazlim, (Nazlim, 1999). 1999). Perbedaan Perbedaan substrat substrat dapat menyebabkan menyebabkan organisme organisme yang yang menem menempat patiny inyaa berb berbed edaa pula pula.. Hal Hal ini ini berk berkai aita tan n deng dengan an kema kemamp mpua uan n beradaptasi masing-masing jenis organisme di habitat tersebut: •
Substrat pasir: bersifat labil, miskin nutrisi, cenderung memudahkan makhluk hidup bergerak ke tempat lain. Contoh hewannya adalah tiram, cacing siput, dan kepiting.
•
Lumpur: banyak mengandung bahan-bahan organik, dapat tumbuh alga laut dan rumput laut, tiram, kerang dan siput.
•
Koloni/peca Koloni/pecahan han karang: karang: banyak banyak ditemukan ditemukan celah-celah celah-celah atau ceruk, ceruk, hewan yang ditemukan misalnya Echinodermata.
•
Berbatu: ditutupi oleh tumbuhan laut seperti fucus dan laminoria. Hewan yang hidup misalnya siput laut, kerang yang menempel kuat pada bebatuan.
3. Salinitas Salinitas Salinitas adalah kondisi lingkungan lingkungan yang menyangkut menyangkut konsentrasi garam di lingkungan lingkungan perairan perairan dan air yang terkandung terkandung di dalam tanah (Nurhadi, 1999). 1999). Pengaruh garam yang terdapat di lingkungan tempat hidup terhadap hewan, pada umumnya bersifat fisiologis melalui berbagai fungsinya sebagai zat hara yang terk terkan andu dung ng dalam dalam maka makana nan n yang yang dima dimaka kan n hewa hewan n itu itu (Dha (Dharm rmawa awan, n, 2004 2004). ). Menurut Nazlim (1999) kadar garam suatu medium cair akan menentukan variasi sel-sel organisme tersebut. Jika tekanan osmosis di dalam sel-sel tubuh maka memb membran ran sel akan akan meng mengala alami mi lisis lisis dan dan akhi akhirn rnya ya mati mati.. Sehi Sehing ngga ga salin salinit itas as mempengaruhi keberadaan hewan tersebut. 4. pH pH dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan suatu organisme baik secara langsung maupun tidak langsung. Toleransi hewan yang yang hidup hidup di lingku lingkung ngan an air terhada terhadap p pH pada pada umumn umumnya ya bervar bervariasi iasi.. Namun Namun diantarany diantaranyaa hanya hanya sedikit sedikit yang dapat bertahan bertahan hidup dan berkembang berkembang biak pada pH 4,5 (Nurhadi, 1999). Menurut Nazlim (1999) keasaman lingkungan juga mengendalikan kemampuan substansi untuk larut dalam air. Karena itu keasaman mempengaruhi tersedianya nutrisi yang diserap oleh hewan dari tanah atau air. 5. Kelemb embaban
Kelembaban penting peranannya dalam mengubah efek dari suhu. Pada lingkungan daratan terjadi interaksi suhu-kelembaban yang sangat erat kaitannya hingga dianggap sebagai bagian yang sangat penting dari kondisi cuaca dan iklim. Temperatur memberikan efek yang membatasi pertumbuhan organisme apabila keadaan kelembaban ekstrim tinggi atau ekstrim rendah, akan tetapi kelembaban memberikan efek kritis terhadap organisme pada suhu yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah ( Dharmawan, 2004). 6. Aksi Aksi omba ombak k dan dan arus arus Bagian dasar laut yang dalam sekali tekanan hidrolistik dapat mencapai ratusan atm. Jenis-jenis hewan dalam lingkungan demikian mempunyai adaptasiadaptasi khusus untuk itu (Dharmawan, 2004). Adanya gerak pasang surut air dan deburan gelombang menentukan pada adaptasi hewan yang hidup bergerak bebas untuk untuk melawa melawan n arus arus gelom gelomban bang g dengan dengan cara memben membenamk amkan an diri diri gunduk gundukan an pasir/celah-celah batu karang.
J. Faktor Faktor Biotik Biotik Yang Yang Mempe Mempenga ngaruh ruhii Ke Keber berag agama aman n Organi Organisme sme Di Zona Zona Intertidal
Selain Selain kondis kondisii fisik, fisik, stabili stabilitas tas ekosist ekosistem em juga juga dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh faktor faktor biotik yang lebih kompleks dan kadang-kadang sukar dipahami serta berkaitan dengan faktor-faktor biotik yang utamanya menyangkut interaksi dengan berbagai jenis hewan maupun hubungan lain yang hidup bersama pada suatu habitat, baik berupa kebutuhan makanan, oksigen, ruang gerak hidup atau dengan predator sehingga muncul adanya pemangsa dan persaingan. 1. Potensial Potensial biotik biotik pada pada fase-fase tertent tertentu u selalu akan akan mengalam mengalamii hambatan hambatan oleh berbagai macam persaingan yang antara lain berupa persaingan (kompetisi), predasi, penyakit, sumber daya makanan (Heddy, (Heddy, 1989 dalam Asiyah, 1999). 2. Adany Adanyaa interak interaksi si yang yang bersifat bersifat persain persaingan gan sering sering meliba melibatka tkan n ruanga ruangan, n, unsur hara, bahan-bahan buangan atau sisa penyakit dan sebagainya dan banyak tipe interaksi timbal balik bersama (Odum, 1993). 3. Domi Domina nans nsii hewa hewan n pant pantai ai yang meng mengua uasai sai ruan ruang g tert terten entu tu,, suat suatu u saat saat akan akan diambil alih oleh spesies yang lain karena adanya predator hewan, dominan yang ang pert pertam ama. a. Sehi Sehing ngga ga seca secara ra efek efekti tiff pred predat ator or akan akan menc menceg egah ah dan dan
mengurangi, mendominasikan pertama yang menempati sel uruh ruang (Odum, 1993).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jeni Jeniss Penel Penelit itia ian n
Peneli Penelitian tian ini merupa merupakan kan penelit penelitian ian deskri deskripti ptiff yang yang dilaku dilakukan kan secara secara eksploratif, sebab dilakukan dengan cara mengamati secara langsung Mollusca di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Wa Wakt ktu u pene peneli liti tian an dila dilaku kuka kan n pada pada tang tangga gall 19 Nope Nopemb mber er 2005 2005,, pada pada puku pukull 15.00-17.00 WIB. 2. Temp Tempat at pene peneli litia tian n adal adalah ah di Pant Pantai ai Panc Pancur ur Taman Taman Nasio Nasiona nall Alas Alas Purw Purwo o Bany Banyuw uwan angi gi dan dan Labo Laborat rator oriu ium m Ekol Ekolog ogii Ruan Ruang g 109 109 Univ Univers ersit itas as Nege Negeri ri Malang.
C. Obyek Obyek Dan Dan Sampel Sampel Penel Peneliti itian an
1. Obyek Obyek yang diteliti diteliti adalah semua jenis jenis Mollusca Mollusca beserta substratn substratnya ya yang yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. 2. Sampel Sampel yang diamati diamati adalah adalah jenis jenis Mollusca Mollusca yang yang ada dalam dalam 20 transek transek daerah daerah transek yang diamati.
D. Alat dan Bahan 1. Alat
Plast Plastik ik samp sampel el
: mema memasu sukk kkan an samp sampel el yang yang dip diper erol oleh eh dal dalam am uku ukuran ran besar besar
Plakon
: memasukkan sampel yang diperoleh dalam ukuran kecil
Tali rafia
: untuk membatasi plot
pH meter
: untuk mengukur pH air laut
Pinset
: untuk mengambil sampel yang diperoleh
Roll me meter
: un untuk mengukur lu luas su substrat
Spidol transparansi: untuk menulis nama sampel
SCT meter eter
: un untuk men meng gukur su suhu ke kelemb embapa apan da dan sal salinitas
Seko Sekop p kec kecil il
: unt untu uk men mengg ggal alii sub subst stra ratt dal dalam am peng engambi ambila lan n sam samp pel
Timba
: untuk tempat semua peralatan yang dibawa
2. Bahan
Forma rmalin 4%
: untuk sampel yang ang dibawa
Aquades
: untuk membersihkan peralatan ukur
E. Lang Langka kah h Kerj Kerja a #
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
1. Menentukan Menentukan tempat tempat pengamb pengambilan ilan sampel. sampel. Dalam Dalam hal ini ditentu ditentukan kan 20 transek transek dengan jarak antar transek 10 m. 2. Setelah Setelah menentu menentukan kan transek transek untuk setiap setiap kelomp kelompok ok kemudian kemudian menarik menarik garis garis lurus (dijadikan sebagai batas transek); 3. Dari transek transek tersebut tersebut dibuat dibuat 10 plot plot yang beruku berukuran ran 1 x 1 m yang yang diatur diatur dalam metode belt transek dengan jarak antar plot 1 m; #
Pengambilan Sampel
1. Mengam Mengambil bil sampel sampel pada pada tiap plot dengan dengan mencata mencatatt tiap tiap jenis Mollusc Molluscaa yang ditemukan dan dihitung jumlahnya; j umlahnya; 2. Untuk Untuk keperlu keperluan an identifik identifikasi asi diambil diambil satu spesies spesies dan dimasuk dimasukkan kan ke dalam dalam kantung plastik dan kemudian diberi nama; #
Pengukuran Abiotik
1. Menguk Mengukur ur faktor faktor abioti abiotikny knya, a, yaitu yaitu salinita salinitass air dengan dengan menggun menggunaka akan n SCT meter dan pH meter untuk mengukur keasaman air laut. #
Pembuatan Hasil Laporan
1. Mengidentifi Mengidentifikasi kasi spesies yang sudah ditemukan ditemukan.. 2. Mengadakan Mengadakan komp kompilasi ilasi data data dan membuat membuat laporan laporan hasil hasil peneliti penelitian. an.
F. Te Tekn knik ik Tab Tabul ulas asii Data Data
Teknik tabulasi data dengan menghitung dan mencatat jenis serta jumlah Mollusca yang ditemukan pada tiap transek pada tabel berikut:
No
Taksa 1
K 1 2
3
Ulangan K 2 1 2 3
Χ 1
K 3 2
P (%)
Pi
Pi ln Pi
S2
S2/ Χ
3
Keterangan: Kolom 1
= Nomor
Kolom 2
= Jenis spesies yang ditemukan
Kolo Kolom m3
= Ula Ulang ngan an,, yan yang g terd terdir irii dar darii kel kelom ompo pok k dan dan juml jumlah ah plot plot pada pada tiap tiap kelompok yang terdapat spesies dengan habitat yang sama
Kolom 4
= Jumlah spesies
Kolom 5
= Χ rata-rata spesies, dengan rumus
Kolom 6
= P (%) pr predominasi, de dengan ru rumus
Kolo Kolom m7
= Pi keli kelim mpahan ahan prop roporsi orsion onal al,, den deng gan rum rumus
Kolo Kolom m8
n
= ∑ spesies 1
N
= ∑ total spesies
∑ spesies
Banyaknyap Banyaknyap lot ∑ spesies ∑ totalspesi es
x100 100%
n N
= Pi Pi ln ln Pi, Pi, untu untuk k men menge geta tahu huii kean keanek ekar arag agam aman an (H`) (H`) dena denagn gn rumu rumuss -∑ Pi ln Pi
Kolom 9
= S2, varians
Kolom 10
= S2/ Χ , varians dari masing-masing spesies
Pola Penyebaran
Kolo Kolom m 11 11 S X S X S X
= Pol Polaa pen peny yebar ebaran an dari dari masi masing ng-m -mas asin ing g spe spesi sies es = 1 berarti penyebaran acak > 1 berarti penyebaran mengelompok < 1 berarti penyebaran merata
G. Tek Tekhni hnik k Analis Analisis is Data Data
Dari hasil praktikum dianalisis secara statistik untuk mendapatkan: a. Indek Indek keanek keanekara aragam gaman an Shann Shannon on dan dan Wiever Wiever (H’) (H’) H` = -
∑ ( pi ln pi ) ÷ pl =
ni N
Keterangan: H’
= Indeks keanekaragaman Shannon – Wiever
N
= Total semua jenis individu dalam komunitas
ni
= Jumlah individu jenis ke- i
pi
= Kelimpahan proporsional
(Shannon dan Wiever, 1949 dalam Kendoigh, 1980 dalam Soetjipto, 1993)
b. Nilai Evennes atau kemerataan (E) E=
H ` ln s
Keterangan: E
= Evenness/kemerataan
H’
= Indeks keananekaragaman
S
= Jumlah spesies
(Soetjipto, 1993)
c. Nila Nilaii Richn Richness ess ata atau u kekay kekayaan aan (R) (R) R=
S − 1 ln n
Keterangan: R
= Richness/kekayaan
S
= Banyaknya spesies
N
= Total semua jenis individu dalam komunitas
(Soetjipto, 1993)
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
Data dan analisis data dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk tabel dan yang terdiri dari 10 tabel dan grafik. Tiap-tiap tabel merupakan suatu zona atau habitat yang berbeda-beda di kawasan Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo. Berbagai zona atau habitat tersebut adalah: 1. Zona Zona batu batu besa besar r 2. Zona Zona batu batu keci kecill 3. Zona Zona lemp lempen eng g berb berbatu atu 4. Zona Ca Cadas Sedang Sedangkan kan grafik grafik terdiri terdiri dari dari 3 grafik grafik,, yaitu yaitu grafik grafik 1 mengga menggamba mbarka rkan n hubungan hubungan antara H` (keanekaraga (keanekaragaman man jenis Mollusca) Mollusca) pada tiap habitat, grafik 2 menggambarkan E (kemerataan jenis Mollusca) pada tiap habitat dan R (kekayaan jenis Mollusca pada tiap habitat.
Keanekaragaman, an, Kemerataan, Kemerataan, Kekayaan Kekayaan dan Tabel 4.5 Daftar Ringkasan Nilai Keanekaragam Jumlah Jenis Mollusca di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi No 1 2 3 4
Zona/Habitat Batu Besar Lempeng Batu Cadas Batu kecil
H’ 1.8416 2.07051 1.54604 1.67872
E 0.6642 0.7163 0.7945 0.6198
R 1.5935 2.3312 0.8067 1.6815
2.5
2.0 ' 1.5 H s k e d n I1.0
0.5
0.0 Batu Besar
Lempeng Batu
Cadas
Batu kecil
Zona
Grafik Grafik 4.1 Grafik Grafik Indeks Indeks Keanekar Keanekaragama agaman n Serangga Serangga Malam Pada Tiap Habi Habittat di Pant Pantai ai Pancur ncur Tama Taman n Nas Nasiona ionall Ala Alas Purwo urwo Banyuwangi
0.9 0.8 0.7 0.6 E s 0.5 k e d0.4 n I 0.3 0.2 0.1 0 Batu Bes ar
Lemp en g Batu
Cadas
Batu kecil
Zona Grafik 4.2 4.2 Grafik Indeks Indeks Kemerataan Kemerataan Mollusca Pada Tiap Tiap Habitat Habitat di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
2.5 2.0 R 1.5 s k e d n 1.0 I
0.5 0.0 Batu B es ar
Lempeng Batu
Cadas
Batu k ec il
Zona Grafik 4.3 Grafik Indeks Indeks Kekayaan Kekayaan Mollusca Mollusca Pada Tiap Habitat Habitat di Pantai Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
50 45 40 35 ) 30 %25 ( D 20 15 10 5 0 Bat u b es ar ar
Bat u cad as
Batu ke cil
Lemp en g b atu
Zona
Grafik Nilai PredominasiNerita
sp.
Grafik Grafik 4.4 Grafik Grafik Nilai Nilai Predom Predomina inasi si Nerita sp. di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
BAB V PEMBAHASAN
A. Jenis Mollusc Mollusca a yang Ditemukan Ditemukan di Pantai Pantai Pancur Taman Taman Nasional Nasional Alas Purwo
Tabel 5.1 Jenis Mollusca yang Ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi Zona Batu besar
•
Zona Lempeng batu
Bivalvia
Litoraria sp
Conus sp Colisella sp Ceratozona vu vugosa Crassostea sp Cypraea anuulus Monodenta australis Tridagna
Nerita sp Nucella sp Nodilittorina sp sp Cypraea sp Conus sp
Zona Cadas
Burnupena cattaracta
Chiton Policenes Potella sp Morula granulata
Conus Colisela sp Litoria sp sp Nerita sp Nucella sp Thais capensis
Zona Batu Kecil
Burnupena cattaracta Burnupena agenaria Collisela sp Conus sp Crassostrea Litoraria sp Morula granulata Nerita sp Nucella sp Nassarius sp Nodilitt Polinices sp Thais capensis Trochus sp Cypraea moneta
Identifikasi Beberapa Jenis Mollusca yang Ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi
1. Thais sp
1. Littorina sp
Famili : Taididae
Famili : Littorinidae
Genus : Thais
Ciri can cangkan gkang g, bervariasi
: Kumparanny Kumparannyaa tebal, bibir olom lomela ela
halus alus,,
warn warnaa
2. Patella sp
2. Nerita sp
Famili : Mollusca
Kelas
Kelas : Gastropoda Sub kelas : Prosobranchia
: Gastropoda
Sub kelas : Streptoneura Ordo
: Diotocardia
Ordo : Archaeogastropoda
Super famili : Neritacea
Famili : Patellidae
Famili
Genus : Patella 3. Conus sp
Genus : Nerita 3. Nassarius sp
Filum : Mollusca
Kelas
Kelas : Gastropoda Ordo : Monotocardia Sub ordo : Sreroglossa
: Neritidae
: Gastropoda
Sub kelas : Steptoneura Ordo
: Monotocardia
Super famili : Bacciracae
Famili : Conidae
Famili
Genus : Conus 4. Morulla sp
Genus : Nassarius 4. Littoraria
Sub ordo
: Stenoglossa
Sub kelas
: Streptoneiura
Famili
: Thaididae
Ordo
: Monotoneura
Super famili : Muricaeae
: Nassariidae
Super famili : Littonacea Famili
: Littorinidae
Genus
: Littoraria
B. Ke Kean anek ekar arag agam aman an
Hasil Hasil peneli penelitian tian menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa keanek keanekarag aragaman aman jenis jenis Mollus Mollusca ca yang terdapat di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi berbeda antar antaraa satu satu deng dengan an yang lain. lain. Kean Keanek ekar arag agam aman an dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh adan adanya ya kemerataan dan kekayaan. Indek keanekaragaman atau diversitas pada masingmasing zona yang tertinggi terdapat pada zona lempeng batu dengan nilai sebesar 2.07051, keanekaragaman yang terendah terdapat pada zona cadas. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai keanekaragamannya (H’) semakin besar diversitas spesies dalam komunitas dan kemungkinan ada cacah spesies yang besar. Tinggi Tingginya nya keanek keanekara aragam gaman an jenis jenis Mollus Mollusca ca pada pada zona zona lempen lempeng g batu batu didukung oleh adanya kondisi lingkungan abiotik terukur seperti salinitas, pH, suhu, suhu, dan kedalaman kedalaman substrat substrat yang yang relatif relatif normal normal pada pada zona zona ini. ini. Kondis Kondisii ini
tentun tentunya ya akan akan lebih lebih cocok cocok atau atau sesuai sesuai bagi bagi kehidu kehidupan pan Mollusca Mollusca yang yang ada di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarok (1978) dalam Odum (1993) bahwa kondisi lingkungan yang cocok atau tidak bagi kehidupan Gastropoda dan Biva Bivalv lvia ia akan akan terli terliha hatt dalam dalam bent bentuk uk akhi akhirr yaitu yaitu meng mengen enai ai komp komposi osisi si dan dan kelimpahan organisme ini dalam hal keanekaragaman pada lokasi tersebut. Menurut Margalef (1968) dalam Odum (1993) komunitas lingkungan yang mantap mantap mempunyai mempunyai keanekaragam keanekaragaman an yang lebih tinggi tinggi daripada daripada komunitas komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa zona lempeng batu memiliki komunitas Mollusca yang lebih stabil dibanding zona yang lain.
C. Ke Keme mera rata taan an
Berdasarkan pada hasil analisis data tentang kemerataan Mollusca, nilai kemerataan tertinggi adalah 0.7945 pada zona cadas. Tingginya nilai kemerataan pada zona tersebut ters ebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan dikatakan heterogen. Berdasarkan pendapat Suprapto (1987) dalam Zuraidah (2001) bahwa apabila nilai kemerataan suatu komunitas berada pada rentangan 0.6-0.8 maka komunitas tersebu tersebutt dikatak dikatakan an memilik memilikii kemerat kemerataan aan seimban seimbang, g, dengan dengan kata kata lain jumlah jumlah indivi individu du setiap setiap jenis jenis di dalam dalam komuni komunitas tas tersebu tersebutt menye menyebar bar secara secara merata. merata. Substrat batu cadas merupakan zona dengan nilai kemerataan yang paling tinggi, karena karena besarn besarnya ya kemamp kemampuan uan Mollus Mollusca ca untuk untuk bertah bertahan an hidup hidup pada pada substra substratt tersebut sama, sehingga menyebabkan kehidupan Mollusca menjadi merata. Adany Adanyaa perbed perbedaan aan kemerat kemerataan aan antar antar semua semua zona zona berarti berarti setiap setiap jenis jenis Mollusca yang ditemukan memiliki kesesuaian yang berbeda terhadap kondisi lingku lingkunga ngan n yang yang ditemp ditempatin atinya ya.. Sepert Sepertii yang yang dijela dijelaskan skan oleh oleh Mubaro Mubarok k (1987) (1987) dalam dalam Sniri Sniri (1991 (1991)) dalam dalam Nurhad Nurhadii (1999) (1999) bahwa bahwa perbed perbedaan aan kepada kepadatan tan jenis jenis Mollusc Molluscaa antar antar lokasi lokasi mengga menggamba mbarka rkan n kesesu kesesuaian aian jenis jenis Mollusc Molluscaa terhada terhadap p kondisi fisik, kimia pada masing-masing lokasi. Zona dengan kemerataan jenis tertinggi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di setiap zona-zona tersebut merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan jenis Mollusca yang bersangkutan.
D. Ke Keka kaya yaa an
Hasil Hasil peneli penelitian tian menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa kekay kekayaan aan jenis jenis Mollus Mollusca ca yang yang terdap terdapat at di Pantai Pantai Pancur Pancur Taman Taman Nasion Nasional al Alas Alas Purwo Purwo Banyu Banyuwan wangi gi berbed berbedaa anta antara ra satu satu deng dengan an yang ang lain lain.. Keka Kekay yaan aan meru merupa paka kan n bagi bagian an dari dari adan adany ya keanek keanekarag aragaman aman.. Indek Indek kekay kekayaan aan pada pada masing masing-mas -masing ing zona zona yang yang tertin tertinggi ggi terdapat pada zona lempeng batu dengan nilai sebesar 2.3312, kekayaan yang terendah terdapat pada zona cadas. Data ini menunjukkan hasil yang sama dengan indeks keragaman. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai kekayaannya (R) semakin semakin besar pula diversitas diversitas spesies spesies dalam komunitas komunitas dan kemungkinan kemungkinan ada cacah spesies yang besar. Tingginya kekayaan jenis Mollusca pada zona lempeng batu didukung oleh adanya kondisi lingkungan abiotik terukur seperti salinitas, pH, suhu, dan kedalaman substrat yang relatif normal pada zona ini. Kondisi ini tentunya akan lebih cocok atau sesuai bagi kehidupan Mollusca yang ada di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarok (1978) dalam Nazlim (1999) bahwa kondisi lingkungan yang cocok atau tidak bagi kehidupan Mollusca akan terlihat dalam bentuk akhir yaitu mengenai kelimpahan organisme ini dalam hal kekayaan pada loka lokasi si terse tersebu but. t. Hal Hal ini ini menu menunj njuk ukka kan n bahw bahwaa zona zona lemp lempen eng g batu batu memi memilik likii komunitas Mollusca yang lebih stabil dibanding zona yang lain.
E. Pola Pola Peny Penyeb ebar aran an
Pada zona batu besar spesies yang ditemukan ialah Bivalvia, Conus sp, Colisella sp, Crassostea sp, Cypraea annulus, Monodonta australis, Nerita sp, Nucella sp, Polineces sp, Litoria sp, Kerang Kerang parut, parut, Kerang Kerang kuku, kuku, Oxystae veriega veriegata, ta, Potell Potella a sp, dan Tridag Tridagna na.. Dari Dari 16 spesi spesies es yang ang dite ditemu mukan kan,, pola pola penyebarannya seluruhnya mengelompok ini menyatakan bahwa individuindi indivi vidu du ters terseb ebut ut cend cender erun ung g untu untuk k berk berkel elom ompo pok k deng dengan an yang ang lain lain dan dan mengimplik mengimplikasikan asikannya nya keheterogena keheterogenan n lingkungan lingkungan.. Sedangkan Sedangkan pola acak hanya hanya ditemukan pada satu spesies saja yakni Ceratozona vugosa. vugosa . Ini mengimplikasikan homogenitasnya lingkungan dan adanya pola-pola tingkah laku yang non selektif (Odum, 1993).
Pada zona lempeng batu pola penyebaran mengelompok ditemukan pada 15 spesies yaitu Litoraria sp, Nerita sp, Nodilittorina sp, Cypraea sp, Chiton, Colisella sp, Cerithium litteratum, Burnupena sp, Thais sp, Tridagna, Plamaxis sulcatus, Policenes, Potella sp, dan Morula Morula granulata granulata.. Pola Pola peny penyeba ebaran ran ini ini menyatakan menyatakan bahwa individu-in individu-individ dividu u tersebut tersebut cenderung cenderung untuk untuk berkelompo berkelompok k deng dengan an
yang yang
lain lain
dan dan
meng mengim impl plik ikasi asika kann nnya ya
kehe kehete tero roge gena nan n
ling lingku kung ngan an..
Sedangkan pola acak ditemukan pada dua spesies yakni Trochus Trochus sp dan Tricolla capensi. capensi. Ini mengimplikasikan homogenitasnya lingkungan dan adanya pola-pola tingkah laku yang non selektif. Dan pada pola merata ditemukan juga sebanyak satu spesies spesies saja yakni pada pada Conus sp, sp, hal ini menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa indivi individu du berada secara teratur dalam ruang dan menunjukkan bahwa lingkungan tersebut heterogen (Odum, 1993). Seda Sedang ngka kan n pada pada zona zona cada cadass hany hanyaa ditem ditemuk ukan an tuju tujuh h spesi spesies, es, yakni akni Burnupena cattaracta, Conus sp, Colisella sp, Litoria sp, Nerita sp, Nucella sp, dan Thais capensis. capensis . Pada Pada ketuju ketujuh h spesies spesies ini kesemu kesemuany anyaa menunj menunjukk ukkan an pola pola penyebaran yang mengelompok, hal ini disebabkan karena individu-individu tersebut
cenderung
untuk
berkelompok
dengan
yang
lain
dan
mengimplikasikannya keheterogenan lingkungan (Odum, 1993). Dan yang terakhir pada zona batu kecil, dari 15 spesies yang ditemukan yakni Burnupena cattaracata, Burnupena agenaria, Collisela sp, Conus sp, Crassostrea, Litoraria sp, Morula granulata, Nerita p, Nucella sp, Nassarius sp, Nodilitt, Polinices sp, Thais capensis, Trochus sp, dan Cypraea moneta keseluruhannya menunjukkan pola penyebaran yang sama seperti pada zona cadas yaitu pola penyebaran mengelompok ini juga disebabkan karena individu-individu tersebut
cenderung
untuk
berkelompok
dengan
yang
lain
dan
mengimplikasikannya keheterogenan lingkungan (Odum, 1993). Adanya Adanya pola pengelompokka pengelompokkan n ini secara keseluruhan keseluruhan disebabkan disebabkan oleh faktor faktor abioti abiotik. k. Misaln Misalnya ya:: faktor faktor vektor vektorial ial (angin (angin,, arus arus air, air, intens intensitas itas cahaya cahaya), ), faktor sosial (tingkah laku), dan faktor reproduksi (Odum, 1993).
F. Jenis Spesies yang Dominan Pada zona batu besar spesies yang paling dominan adalah Kerang parut. Sedangkan pada zona lempeng batu, zona cadas dan zona batu kecil spesies yang paling mendominasi ialah Nerita ialah Nerita sp. sp. Menuru Menurutt Margale Margaleff (1968) (1968) dalam dalam Odum Odum (1993) (1993) dalam dalam Nazlim Nazlim (1999) (1999) komun komunitas itas lingku lingkunga ngan n yang yang mantap mantap mempun mempunya yaii keanek keanekarag aragama aman n yang yang lebih lebih tinggi daripada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia dan alam. Hal ini menunjukkan bahwa pada spesies yang ternyata memiliki jumlah yang tinggi memiliki komunitas Mollusca yang lebih stabil dibanding spesies yang lain.
G. Pengaruh Pengaruh Faktor Faktor Lingkunga Lingkungan n Abiotik Terukur Terukur
Kondisi lingkungan (faktor abiotik) memegang peranan penting dalam laju pertumbuhan populasi yang nantinya akan mempengaruhi kemelimpahan, kemerataan dan kekayaan spesies dalam suatu komunitas tertentu. Pada daerah pasang surut ini, pasang pas ang surut air laut akan sangat berpengaruh terhadap populasi spesies itu. Dalam keadaan ekstrim saat surut, suatu organisme organisme pada daerah garis pasang naik pasti sanggup s anggup menahan kekeringan dan perubahan temperatur, karena hanya sebentar saja tersiram atau tertutup air, sebaliknya pada kawasan bawah pasang surut (subtidal) organisme selalu s elalu tertutup te rtutup air (Odum, 1993) dalam Asiyah As iyah (1999) (1999).. Keadaan Keadaan ini akan akan sangat sangat berpen berpengar garuh uh pada pada kondis kondisii lingk lingkung ungan an yang yang dialami oleh organisme tersebut, seperti perbedaan konsentrasi zat hara, suhu dan salinitas.
BAB VI PENUTUP
A. Ke Kesi simp mpul ula an
1. Jenis-je Jenis-jenis nis Mollusc Molluscaa yang yang ditemuka ditemukan n di Pantai Pantai Pancur Pancur Taman Taman Nasional Nasional Alas Purwo, Banyuwangi ialah Bivalvia, Conus sp, Colisella sp, Crassostea sp, Cypraea annulus, Monodonta australis, Nerita sp, Nucella sp, Polineces sp, Litoria sp, Kerang Kerang parut, parut, Kerang Kerang kuku, kuku, Oxystae Oxystae veriega veriegata, ta, Potell Potella a sp, Tridagna, Tridagna, dan Ceratozona vugosa yang ditemukan pada zona batu besar. Pada zona zona lempen lempeng g batu batu ditemu ditemukan kan Litoraria sp, Nerita sp, Nodilittorina sp, Cypraea Cypraea sp, Chiton, Colisella sp, Cerithium Cerithium litteratum, Burnupena Burnupena sp, Thais sp, Tridagna, Plamaxis sulcatus, Policenes, Potella sp, Morula granulata, granulata , Trochus sp, Tricolla capensi, capensi , dan
Conus sp. sp. Sedangkan pada zona cadas
hanya hanya ditemu ditemukan kan tujuh tujuh spesies spesies,, yakni yakni Burnupena cattaracta, Conus sp, Colisella Colisella sp, Litoria Litoria sp, Nerita sp, Nucella sp, dan Thais capensis. capensis. Dan yang terakhi terakhirr pada pada zona zona batu batu kecil, kecil, spesie spesiess yang yang ditemu ditemukan kan yakni yakni Burnupena cattar cattaraca acata, ta, Burnup Burnupena ena agenar agenaria, ia, Collis Collisela ela sp, Conus Conus sp, Crasso Crassostre strea, a, Litoraria sp, Morula granulata, Nerita p, Nucella sp, Nassarius sp, Nodilitt, Polinices sp, Thais capensis, Trochus sp, dan Cypraea Cypraea moneta 2. Inde Indek k kean keanek ekar arag agam aman an atau atau dive diversi rsita tass yang yang terti terting nggi gi terd terdap apat at pada pada zona zona lempeng batu dengan nilai sebesar 2.07051, keanekaragaman yang terendah terdapat pada zona cadas dengan nilai 1.54604. Nilai kemerataan tertinggi adalah 0.7945 pada zona cadas dan yang terendah pada zona batu kecil dengan nilai nilai 0.6198 0.6198.. Kekay Kekayaan aan yang yang tertin tertinggi ggi terdapa terdapatt pada pada zona zona lempen lempeng g batu batu dengan nilai sebesar 2.3312, kekayaan yang terendah terdapat pada zona cadas dengan nilai 0.8067. 3. Pada Pada zona batu besar besar spesies spesies pola pola penyebar penyebaran an mengelom mengelompok pok diwakil diwakilii oleh Bivalvia, Conus sp, Colisella sp, Crassostea sp, Cypraea annulus, Monodonta austra australis, lis, Nerita sp, Nucell Nucella a sp, Polin Polineces eces sp, Litori Litoria a sp, Kerang parut, Kerang kuku, Oxystae veriegata, Potella sp, dan Tridagna. Tridagna . Sedangkan pola acak ditemukan pada satu spesies saja yakni Ceratozona vugosa. vugosa. Pada zona lempeng batu pola penyebaran mengelompok ditemukan pada Litoraria sp,
Nerita sp, Nodilittorina sp, Cypraea sp, Chiton, Colisella sp, Cerithium litteratum, litteratum, Burnupena Burnupena sp, Thais sp, Tridagna, Tridagna, Plamaxis sulcatus, sulcatus, Policenes, Policenes, Potella sp, dan Morula granulata. granulata . Sedangkan pola acak ditemukan pada dua spesies yakni Trochus sp dan Tricolla capensi. capensi. Pada Pada zona zona cadas cadas Burnupena cattaracta, Conus sp, Colisella sp, Litoria sp, Nerita sp, Nucella sp, dan Thais capensis keseluruhannya menunjukkan pola penyebaran yang mengelompok. Dan yang terakhir pada zona batu kecil, dari 15 spesies yang ditemukan yakni Burnupena cattaracata, Burnupena agenaria, Collisela sp, Conus sp, Crassostrea, Litoraria sp, Morula granulata, Nerita p, Nucella sp, Nassarius sp, Nodilitt, Polinices sp, Thais capensis, Trochus sp, dan Cypraea moneta keseluruhannya menunjukkan pola penyebaran mengelompok. 4. Pada Pada zona zona batu besar besar spesi spesies es yang yang pali paling ng domi domina nan n adal adalah ah Keran Kerang g paru parut. t. Sedangkan pada zona lempeng batu, zona cadas dan zona batu kecil spesies yang paling mendominasi ialah Nerita ialah Nerita sp. sp.
B. Saran
1. Dalam Dalam melaku melakukan kan suatu identifi identifikasi kasi data, hendakn hendaknya ya dilakukan dilakukan dengan dengan lebih cermat agar diperoleh data yang benar-benar valid. 2. Apabila Apabila akan melaksan melaksanakan akan pengamb pengambilan ilan data di di lapangan, lapangan, hendakn hendaknya ya semua semua peralatan yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu. 3. Jika data yang yang akan diproses diproses merupak merupakan an data kompila kompilasi, si, secepatnya secepatnya kompila kompilasi si dilakukan agar tidak terjadi keterlambatan penyusunan laporan. 4. Sebelu Sebelum m pengam pengambila bilan n data data perlen perlengka gkapan pan serta alat yang yang diperguna dipergunakan kan harus harus disiapkan serta diperiksa fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asiyah. 1999. Keanekaragaman 1999. Keanekaragaman Mollusca Di Laguna Laguna Segara Anak Taman Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Banyuwangi.. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang Dharmawan, Agus, dkk. 2004. Ekologi Hewan. Hewan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang Engemann, J.G. dan Hegener, R. W. 1981. Invertebrata 1981. Invertebrata Zoology. Zoology. New York: MacmillanPublishing Co., Inc Jordan, E.L. dan Verma, P.S. 1983. Invertebrata Zoology. Zoology. 2nd ed. New Delhi: S. Chand & Company, Ltd. Kastawi, Yusuf. 2001. Zoologi 2001. Zoologi Avertebrata. Avertebrata. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UM Malang Maskoeri J. 1984. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Vertebrata) . Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya Nazlim, Furaidana Dewi. 1999. Keanekaragaman 1999. Keanekaragaman Dan Distribusi Mollusca (Gastropoda dan Bivalvia) Di Perairan Pasang Surut Pantai Sawah Mulya Kecamatan Sangkapura Bawean Gresik Jatim. Jatim . Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang Nontji, Anugerah. 1987. Laut 1987. Laut Nusantara. Nusantara. Jakarta : University Press Nurhadi. 1999. Keanekargaman 1999. Keanekargaman Jenis Mollusca Di Pantai Wilayah Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Pasuruan Jawa Timur . Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang Nybakken, J. W. 1998. 1998. Biologi Laut Sebagai Pendekatan Ekologis. Ekologis . Jakarta: Gramedia Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Soejipta. 1993. Dasar-Dasar 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Hewan. Yogyakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi Susanto, P. 2000. Pengantar 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Zuraidah, Nining Ufik. 2001. Keanekaragaman 2001. Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Kemelimpahan Mollusca Di Gosong Laguna Segara Anak Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi . Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM Malang