Laporan
Hari, Tanggal : Selasa, 03 Mei 2016
Mikrobiologi Pangan
PJ Praktikum : Neny Mariyani, STP, Msi Asisten
: Revita Permata Hati,Amd Dina Crownia,Amd
PEWARNAAN MIKROBA
SJMP BP1/Kelompok 4: Elsa Agustiningsih
(J3E115004)
Elvira Nurmalasari
(J3E115056)
Esli Sihol Maribot
(J3E115107)
Aryandika Agung P
(J3E115024)
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
TUJUAN
Pratikum ini dilakukan untuk melatih mahasiswa melakukan pewarnaan gram, sederhana,spora,dan kapsul serta mampu mengidentifikasi bakteri gram positif, gram negative, dan baketri berspora. HASIL
Tabel 1 Rincian Bahan Yang Digunakan Pewarnaan
Pewarnaan
Pewarnaan
Pewarnaan
Slide Cultur
Kapsul
Sederhana
Spora
Gram
(Kering/Basah)
Xylinum
Khamir
Bacillus tua
Bacillus
Agar PDA cair
muda Kristal
Stapilococu
Malachyte
Staphylococ
Spora kapang
Violet
s aureus
Green
cus aureus
paprika
Larutan
Methylene
Safranin
Kristal
Gliserol 10%
CuSO45H2
Blue
violet
O 20% Aquades
Aquades
Iodium Etanol 95% Safranin Aquades
Tabel 2 Hasil Pengamatan Dengan Mikroskop
No
Metode
Jenis Bakteri
1.
Pewarnaan
Khamir
Sederhana
2.
Pewarnaan
Staphylo
Sederhana
coccus aureus
3.
4.
5.
Pewarnaan
Bacillus.
Spora
sp tua
Pewarnaan
Bacillus.
Gram
sp muda
Pewarnaan
Staphylo
Gram
coccus aureus
6.
Pewarnaa
Acetobac
Kapsul
ter xyllinum
7.
Pengamatan Kapang Slide Culture
paprika
Perbesaran
Hasil Pengamatan
Keterangan
8.
Pengamatan Kapang Slide
Tempe
Culture
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan dua jenis pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana dan pewarnaan differensial. Pewarnaan sederhana adalah Pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan yang paling umum digunakan. Berbagai macan tipe morfologi bakteri (coccus,
bacillus, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. (Supriadi, 2013). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuchsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. a. Pewarnaan Asam merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru. b. Pewarnaan Basa merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. (Anonim, 2011)
Pada praktikum ini dilakukan pewarnaan sederhana Pengamatan yang pertama adalah
pewarnaan
pewarnaan
sederhana untuk mengamati sel khamir.Dalam praktikum
sederhana
ini
pewarna
yang
digunakan
adalah
methylen
blue/safranin/kristal violet,akan
tetapi
kelompok
kami
menggunakan Kristal
violet,dengan pewarnaan tersebut dapat dibedakan sel mati dan sel hidup. Sel mati akan ungu, sedangkan yang hidup akan berwarna transparan. Hal ini disebabkan karena sifat membran sel yang selektif semipermeabel sehingga warna ungu tersebut dapat diserap sel hidup. Dan juga karena penyerapan zat warna krsital violet yang bersifat basa oleh sel bakteri yang bersifat asam,dan berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat sel khamir berbentuk bulat dan berwarna ungu. Hasil tersebut sesuai dengan literatur bahwa sel yang mati berwarna ungu dan sel hidup berwarna transparan. Sel khamir mati akibat dari perlakuan fiksasi pada prosedur. Khamir sering kali hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar khamir tampak jelas bila diamati dengan mikroskop.
Pengamatan kedua adalah pewarnaan sederhana untuk mengamati sel bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan hasil pengamatan sel bakteri tersebut berbentuk bulat (coccus) dan bentuknya menyerupai anggur. Sama seperti yang ada pada litelatur bahwa struktur bakteri Staphylococcus aereus yaitu berbentuk bulat (coccus) dan bentuknya menyerupai anggur. Hal tersebut menyatakan hasil pengamatan telah menunjukan kesesuaian dengan literatur. Selanjutnya pewarnaan yang dilakukan adalah Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Teknik pewarnaan ini menggunakan tidak hanya satu jenis larutan zat warna, berbeda dengan teknik pewarnaan sederhana (pewarnaan tunggal) yang hanya menggunakan satu jenis zat warna saja. Pewarnaan diferensial banyak jenisnya, antara lain ialah pewarnaan gram, pewarnaan spora, pewarnaan tahan asam, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagel. 1. Pewarnaan Kapsul
Praktikum perwarnaan differensial yang pertama adalah pewarnaan kapsul. Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas selama, lalu larutan tembaga sulfat digunakan sebagai pembilasan yang menghilangkan zat warna berlebihan,
karena jika pembilasan yang digunakan pembilasan dengan air maka dapat melarutkan kapsul. Dan juga tembaga sulfat tersebut dapat menghasilkan warna biru pucat pada kapsul Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang yang berwana biru gelap. Kapsul itu sendiri merupakan bahan-bahan yang amat berlendir dan lengket pada permukaan sel bakteri yang melengkungi dinding sel yang memberi bentuk pasti dan menempel dengan erat. Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas ) atau perlindungan terhadap dehidrasi. (Asriyah, 2014) Tanpa pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan mikroskop cahaya biasa karena tidak berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah. Kapsul dari berbagai spesies tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana atau pewarnaan Gram. Karena, kapsul dari berbagi spesies memiliki susunan zat-zat yang berberda, seperti omposisi kimiawi kapsul yang berupa glukosa (misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D -glutamat pada Bacillus antraksis), kompleks polisakarida protein (misalnya B disentri) atau bahkan kapsul yang tidak memiliki afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam pewarnaan yang sama. Selain itu juga kapsul bersifat non-ionik, maka pewarnaanya tidak dapat dilakukan menggunakan prosedur yang sederhana dan biasa. Masalah utama dalam pewarnaan kapsul ialah bila olesan bakteri yang telah disiapkan itu difiksasi dengan panas menurut metode yang biasa, maka kapsul tersebut akan rusak, namun apabila tidak difiksasi dengan panas, maka organisme tersebut akan meluncur pada waktu pencucian.
Sehingga
dalam
pewarnaannya
dilakukan
penggabungan
proses
pewarnaan negatif dengan pewarnaan sederhana.Keuntungan dari bakteri berlendir yaitu, dalam dunia kedokteran kapsul dapat dipakai sebagai indikasi untuk menentukan patogenitas bakteri. Contoh bakteri berkapsul antara lain: Bacillus
anthracis, Diplooccus pneumoniae, Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis, Betacrocus dextranicus.
2. Pewarnaan Spora
Beberapa spesies bakteri tertentu dapat membentuk spora. Spora dihasilkan di dalam tubuh vegetative bakteri tersebut, dapat berada ditengah(sentral), ujung (terminal), ataupun tepian sel (sub terminal). Spora bersifat tahan terhadap tekanan fisik maupun kimiawi. Ada dua genus mikroba yang menghasilkan endospora yaitu genus bacillus dan genus clostridium. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi ekstrim. Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Pewarnaan yang dimaksud adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan juga larutan safranin 0,5% yang berfungsi untuk memperjelas pengamatan sehingga sel vegetatifnya
akan berwarna merah. Dalam proses pewarnaannya melibatkan
proses pemanasan yang berfungsi agar zat warna tersebut mudah meresap ke dinding pelindung spora bakteri. Pada prinsipnya pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat masuk ke dalam spora sehingga berwarna hijau. Melalui pendinginan warna utama akan terperangkap di dalam spora, dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetative akan terlepas, sehingga pada pewarnaan kedua dengan menggunakan safranin, safranin akan menempel pada sel vegetative. Pada pengamatan di mikroskop ditemukan sampel bewarna merah dan hijau sehingga pengamatan menjadi mudah karena dapat dibedakan antara warna sel vegetative dan sporanya.Warna spora berwarna hijau karena pewarna malacite green yang dengan proses pemanasan meresap dan saat pencucian menjadi sangat sukar untuk dilepaskan. Sedangkan
pada sel vegetatif berwarna merah karena malacite green
terlarut saat pencucian, sehingga saat diberi
warna dari safranin akan berwarna
merah. Sehingga dapatlah dibedakan antara sel vegetatif dengan spora, juga bagaimana letak spora pada sel vegetatif tersebut.
3.Pewarnaan
Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gramnegatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka dan untuk identifikasi morfolgi dan tatanannya. Oleh karena itu, pewarnaan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel (Dwidjoseputro, 1989). Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna kristal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Sedangkan bakteri gram negatif mempuyai daya mengikat zat warna utama tidak kuat sehingga tidak dapat mempertahankan zat warna kristal violet dan dilunturkan oleh peluntur kemudian diwarnai oleh zat warna lawan (safranin) pada pengamatan mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna merah. Perbedaan warna antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur dan dinding selnya. Dinding bakteri gran positif banyak mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri gram negatif banyak mengandung lipopolisakarida (Pratiwi, 2008). Pada praktikum pewarnaan gram ini menggunakan suspense bakteri Staphylococcus aureus dan bacillus muda. Staphylococcus aureus pada pewarnaan gram menghasilkan warna ungu sehingga termasuk bakteri Gram positif. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada suhu berkisar 15 sampai 45 derajat dan lingkungan NaCl pada konsentrasi tinggi hingga 15 persen dan menghasilkan enzim coagulase. Bakteri ini berbentuk coccus. Koloninya tersusun berkelompok dan menggunung seperti buah anggur. Peranannya adalah dapat menghasilkan racun sebagai penyebab sindrom trauma yang diderita oleh pria, wanita dan anak-anak.
Sindrom racun trauma tersebut berupa kejang, pingsan, turunnnya tekanan darah. Dinding sel bakteri Gram positif terdiri dari lapisan peptidoglikan yang tebal dan ketika ditambahkan pewarnaan kristal violet maka dinding sel bakteri gram positif akan menyerap apabila diberi alkohol dan pada Gram positif akan tetap berwarna ungu walaupun diberi zat warna kedua, karena dinding selnya tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang tebal sehingga tidak dapat dicuci oleh alkohol. Sedangkan pada pewarnaan suspensi bacillus muda atau Bacillus sp yang merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif (sehingga dihasilkan bewarna ungu) yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporefomers. Kebanyakan anggota genus Bacillus sp. dapat membentuk endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurangmenguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus sp. memiliki toleransi yang
tinggi
terhadap
anggota Bacillus sp. dipermukaan
subunit
kondisi
memiliki protein
lingkungan S-layer
atau
yang
yang
berubah-ubah.
merupakan
glikoprotein.
Bagian
lapisan kapsul
Beberapa crystalline kebanyakan
anggota Bacillus sp. mengandung D atau L- glutamic acid, sedangkan beberapa lainnya memiliki kapsul yang mengandung karbohidrat. Variasi struktur dinding sel seperti
pada
kebanyakan
bakteri
gram
negatif
tidak
ditemukan
pada
genus Bacillus sp. Dinding sel vegetatif kebanyakan anggota Bacillus sp terbuat dari peptidoglikan yang mengandung Meso-Diaminopimelic Acid (DAP) dengan tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi diantara spesies. Kebanyakan anggota genus Bacillus sp. merupakan bakteri yang bersifat motil dan memiliki flagela tipe peritrik. Bacillus sp digolongkan ke dalam kelas bakteri heterotrofik, yaitu protista bersifat uniseluler, termasuk dalam golongan mikroorganisme redusen atau yang lazim disebut sebagai dekomposer.
Pada praktikum ini juga dilakukan pengamatan slide kultur, hal yang pertama harus dilakukan adalah pembuatan slide culture menggunakan cawan petri yang
didalamnya dimasukkan kertas saring selanjutnya di atas kertas saring diletakkan batang berbentuk V , batang bentuk V berfungsi agar gelas objek tidak berhubungan langsung dengan kertas saring pada saat kertas saring telah ditetesi gliserol ditetesi gliserol. Setelah itu di atasnya diletakkan gelas objek. Cawan petri yang telah disusun sedemikian rupa tersebut lalu disterilisasi terlebih dahulu. Setelah cawan petri steril agar PDA cair steril diratakan dengan ose dan dibiarkan membeku di atas gelas objek yang ada didalamnya. Kemudian ditambahkan spora kapang paprika dan ditutup dengan cover glass. Lalu pada kertas saringnya ditetesi dengan gliserol 10% sebanyak 5 tetes dan di inkubasi selama 3-5 hari. Gliserol bertujuan untuk memberikan kelembapan pada cawan petri tempat kapang paprika ditumbuhkan. Kertas saring sendiri untuk dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan dalam cawan petri tetap terjaga dan fungi dapat tumbuh dengan baik. Lalu diinkubasi, maka setelah diinkubasi beberapa hari fungi yang ditumbuhkan diamati dibawah mikroskop. Pada praktikum ini digunakan kapang paprika dan tempe.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011.
Laporan
Mikro
Biologi.
Tersedia
pada
:
http://mikrolaborat.blogspot.com/2011/10/laporan- pewarnaan bakteri.html. Diunduh pada tanggal 6 Mei 2016. SUPRIADI, KUSNADI. 2013. PEWARNAAN SEDERHANA. Tersedia pada : http://kusnadish.blogspot.com/2013/07/pewarnaan-sederhana.html. Diunduh pada tanggal 6 Mei 2016