BAB II PEMBAHASAN A. PERUBA PERUBAHAN HAN PADA SISTEM SISTEM SENSORI SENSORI PERSEPSI PERSEPSI KARENA KARENA PROSES PROSES PENUAAN
Banyak Banyak lansia lansia mempun mempunyai yai masalah masalah sensor sensoris is yang yang berhub berhubung ungan an dengan dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan ini tidak terjadi pada kecepatan yang sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas atau dram dramati atis. s. Peru Peruba baha han n senso sensori riss dan dan perm permasa asalah lahan an yang yang diha dihasil silka kan n mung mungki kin n merupakan factor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang yang berger bergerak ak ke arah arah keterg ketergant antung ungan an yang yang lebih lebih besar besar dan persep persepsi si negati negative ve tentang kehidupan.
Persep Persepsi si sensor sensoris is mempen mempengar garuhi uhi kemamp kemampuan uan seseora seseorang ng untuk untuk saling saling berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan yang baru, berespons berespons terhadap terhadap bahaya, bahaya, dan menginterpretasika menginterpretasikan n masukan masukan sensoris sensoris dalam dalam aktivi aktivitas tas kehidu kehidupan pan seharisehari-har harii (AKS). (AKS). Isolasi Isolasi dapat dapat diakib diakibatk atkan an oleh oleh perubahan penglihatan dan pendengaran. Lansia dengan masalah penglihatan atau pendengaran mungkin enggan untuk berspekulasi ke luar rumah karena ketida ketidakma kmampu mpuan an mereka mereka untuk untuk membed membedaka akan n tanda tanda yang yang mudah mudah dibaca dibaca secara secara sekilas sekilas atau atau mengen mengenali ali permuk permukaan aan yang yang keras/ keras/kasa kasar. r. Lansia Lansia dengan dengan kerusa kerusakan kan pendengaran mungkin memberikan respon yang tidak sesuai selama percakapan, menimb menimbulk ulkan an rasa malu malu dan menghi menghinda ndarr dari dari komuni komunikas kasii verbal verbal.. Peruba Perubahan han penglihatan dan pendengaran mungkin juga menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi stimulus sensasi di dalam lingkungan. Persep Persepsi si sensori sensori memun memungki gkinka nkan n seseora seseorang ng mengha mengharga rgaii dan beresp berespon on terhadap lingkungan, termasuk pemandangan yang menarik dan bergerak, music yang indah, diskusidan debat yang menarik, hiburan didalam dan diluar rumah, makanan yang rasanya enak, berbagai keharuman yang sangat menyenangkan, dan 2 5
sentuhan seseorang yang dicintai. Persepsi sensori juga memberikan pertahanan sebagai sebagai respons respons terhadap terhadap lingkungan lingkungan serta bertindak bertindak sebagai sebagai system keamanan seseorang terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan.
Indra Indra pengec pengecap ap dan penciu penciuman man merupa merupakan kan indra indra yang yang pentin penting, g, tetapi tetapi perubahan dalam indra-indra ini tidak mengakibatkan perbedaan yang jelas dalam respons lansia terhadap lingkungan. Namun, persepsi sensoris dalam penciuman dan pengec pengecapa apan n dapat dapat memfasi memfasilita litasi si respon responss seseora seseorang ng terhad terhadap ap situasi situasi yang yang menyenangkan juga terhadap biaya. Sebagai contoh, seorang lansia mungkin tidak mampu mampu untuk untuk mendeteksi mendeteksi makanan yang telah basi, sehingga sehingga dapat menyebabkan menyebabkan lansia tersebut memakan zat yang mengandung toksin.
Semu Semuaa indr indraa manu manusi siaa mema memain inka kan n peran peranan an dalam dalam resp respon onss perc percep eptu tual al seseorang seseorang terhadap terhadap lingkunga lingkungan. n. Indra-indra Indra-indra tersebut tersebut juga dapat memungkin memungkinkan kan seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi yang kompleks dan berubah dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
PENGLIHATAN
PERUBAHAN DALAM PENUAAN
Defisit sensori ( misalnya, perubahan penglihatan ) dapat merupakan bagian dari penyesuaian penyesuaian berkesinamb berkesinambungan ungan yang datang datang dalam kehidupan kehidupan usia lanjut. Perubahan Perubahan penglihatan penglihatan mempengaru mempengaruhi hi pemenuhan pemenuhan AKS. Perubahan Perubahan penglihatan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan kemampuan untuk untuk melakukan melakukan akomodasi, konstriksi konstriksi pipil akibat penuaan, penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata ( katarak ).
2 5
sentuhan seseorang yang dicintai. Persepsi sensori juga memberikan pertahanan sebagai sebagai respons respons terhadap terhadap lingkungan lingkungan serta bertindak bertindak sebagai sebagai system keamanan seseorang terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan.
Indra Indra pengec pengecap ap dan penciu penciuman man merupa merupakan kan indra indra yang yang pentin penting, g, tetapi tetapi perubahan dalam indra-indra ini tidak mengakibatkan perbedaan yang jelas dalam respons lansia terhadap lingkungan. Namun, persepsi sensoris dalam penciuman dan pengec pengecapa apan n dapat dapat memfasi memfasilita litasi si respon responss seseora seseorang ng terhad terhadap ap situasi situasi yang yang menyenangkan juga terhadap biaya. Sebagai contoh, seorang lansia mungkin tidak mampu mampu untuk untuk mendeteksi mendeteksi makanan yang telah basi, sehingga sehingga dapat menyebabkan menyebabkan lansia tersebut memakan zat yang mengandung toksin.
Semu Semuaa indr indraa manu manusi siaa mema memain inka kan n peran peranan an dalam dalam resp respon onss perc percep eptu tual al seseorang seseorang terhadap terhadap lingkunga lingkungan. n. Indra-indra Indra-indra tersebut tersebut juga dapat memungkin memungkinkan kan seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi yang kompleks dan berubah dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
PENGLIHATAN
PERUBAHAN DALAM PENUAAN
Defisit sensori ( misalnya, perubahan penglihatan ) dapat merupakan bagian dari penyesuaian penyesuaian berkesinamb berkesinambungan ungan yang datang datang dalam kehidupan kehidupan usia lanjut. Perubahan Perubahan penglihatan penglihatan mempengaru mempengaruhi hi pemenuhan pemenuhan AKS. Perubahan Perubahan penglihatan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan kemampuan untuk untuk melakukan melakukan akomodasi, konstriksi konstriksi pipil akibat penuaan, penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata ( katarak ).
2 5
Peruba Perubahan han pengli penglihat hatan an pada pada awalny awalnyaa dimula dimulaii dengan dengan terjadi terjadiny nyaa awitan awitan presbiopi kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan akomodatif ini pada pada umumn umumnya ya dimula dimulaii pada pada dekade dekade keemp keempat at kehidu kehidupan pan,, ketika ketika seseora seseorang ng memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil. Kerusakan kemampuan akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lama dan lebih kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan pada ( penglihatan jarak dekat ) kondisi ini dapat dikoreksi dengan lensa seperti kacamata jauh dekat. ( bifokal ).
Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil mengal mengalami ami sklero sklerosis. sis. Miosis Miosis pupil pupil ini dapat dapat memper mempersem sempit pit lapang lapang pandan pandang g seseora seseorang ng dan mempen mempengar garuhi uhi pengli penglihata hatan n perifer perifer pada pada tingka tingkatt tertent tertentu, u, tetapi tetapi tampaknya tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.
Peruba Perubahan han warna warna (misaln (misalnya: ya: mengun menguning ing)) dan mening meningkatn katnya ya kekeru kekeruhan han lensa kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput di atas mata mata adalah adalah suatu suatu gejala gejala umum, umum, yang yang mengak mengakibat ibatkan kan kesukar kesukaran an dalam dalam memfok memfokusk uskan an pengli penglihat hatan an dan membaca membaca.. Kesukar Kesukaran an ini dapat dapat dikore dikoreksi ksi untuk untuk sement sementara ara dengan dengan penggu penggunaa naan n lensa. lensa. Selain Selain itu, itu, lansia lansia harus harus didoro didororng rng untuk untuk menggunak menggunakan an lampu yang terang dan tidak menyilaukan. menyilaukan. Sensitivitas Sensitivitas terhadap terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering mengedipkan mata mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah. Sensitivitas cahaya dapat mengakibatkan kecenderungan lansia untuk tetap tinggal di dalam ruan ruanga gan n atau atau meng menggu guna naka kan n kaca kaca mata mata hitam hitam.. Sina Sinarr yang ang meny menyila ilauk ukan an atau atau ling lingka kara ran n cahay cahayaa (“halo (“halo”), ”), yang yang dise diseba babk bkan an oleh oleh oleh oleh peny penyeba ebaran ran caha cahaya ya,,
2 5
memengaruhi dalam mengemudi, terutama pada malam hari ketika menghadapi sinar yang sangat terang dari lampu besar mobil. Kedaan ini dapat berbahaya dan mungkin menyebabkan suatu kemunduran dalam aktivitas social pada sore hari jika lans lansia ia ters terseb ebut ut terl terlal alu u sega segan n untu untuk k memi memint ntaa bant bantua uan n dala dalam m meng mengem emud udi. i. Berkurangnya penglihatan pada malam hari dapat mengakibatkan kesukaran dalam mengemudi dan ambulasi. Lansia memerlukan penggunaan cahaya pada malam hari hari di dala dalam m ruma rumah h dan dan wakt waktu u tamb tambah ahan an untu untuk k mela melaku kuka kan n peny penyes esua uaia ian n penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika meninggalkan suatu ling lingku kung ngan an yang yang memi memili liki ki penc pencah ahay ayaan aan baik baik ke suat suatu u ling lingku kung ngan an deng dengan an penerangan yang redup. Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi kedalaman atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian. Lansia harus diajarkan untuk menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada pegangan tangga dan utnuk menggunakan cat berwarna terang pada bagian tepi anak tangga. Perubahan dalam persepsi warna terjadi seiring dengan pembentukan katarak dan mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas, terutama warna warna - warna warna terang terang seperti seperti kuning kuning,, orange orange,, merah merah direko direkomen mendas dasika ikan n untuk untuk memudahkan memudahkan dalam membedakan membedakan warna. Sakit mata atau rasa tidak nyaman pada mata mungkin dialami oleh beberapa lansia karena pada lansia karena pada saat katarak katarak terbent terbentuk uk akan akan dapat dapat mening meningkat katkan kan tekana tekanan n intrao intraocul cular ar (TIO) (TIO) untuk untuk sementara. Hal yang penting dilakukan adalah melakukan pemeriksaan penglihatan dan tekanan pada mata secara teratur dan untuk melakukan operasi pengangkatan katarak ketika telah siap.
Perubahan normal yang berhubungan
Implikasi klinis
dengan penuaan
2 5
PENGLIHATAN Penurunan konstriksi
kemampuan pupil
senilis
akomodasi
Kesukaran dalam membaca huruf – huruf
peningkatan yang kecil,penyempitan lapang pandang,
kekeruhan lensa dengan perubahan warna penglihatan menjadi menguning
yang
terhadap cahaya
kabur, penurunan
sensitivitas penglihatan
pada malam hari, kesukaran dengan persepsi kedalaman
PENDENGARAN Penurunan
fungsi
sensorineural
secara Kehilanagan pendengaran secara bertahap
lambat
PENDENGARAN PERUBAHAN PADA PENUAAN
Palumbo menyatakan bahwa “pendengaran adalah suatu kecacatan dan sering diabaikan yang dapat secara dramatis mempengaruhi kualitas hidup seseorang (hlm 36).penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang paling umum yang mempengaruhi lansia. Beberapa orang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek yang bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari penampilan manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan rekreasi di luar rumah. Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami gangguan pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantaara mereka yang berusia lebih dari 80 tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang berada dalam institusi mengalami masalah pendengaran. Kehilangan pendegnaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon, menggambarkan fenomena tersebut sebagai “suatu penyakit bilateral pada pendengaranyang berkembang
2 5
secaraprogresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan” penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti: nutrisi, faktor genetik, suara gaduh atau ribut, hipertensi, stres emosional, dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbikusis penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran, batang otak, atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitandengan perubahan pada tulang di telinga bagian tengah, dalam bagian koklear, atau di dalam tulang mastoid. Dalam presbikusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. Karena perubahan-perubahan terjadi secara lambat, klien mungkin tidak langsung meminta bantuan yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat di detifikasi dan alat bantu diberikan, semakin besar untuk kemungkinan berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umumnya berlangsung secara bertahap, seseorang mungkin tidak menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seseorang yang mengatakan bahwa ia menjadi “susah mendengar”. Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l ). Perubahan perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Berbagai alat yang tersedia saat ini digunakan untuk memeriksa adanya gangguan pendengaran seperti otoskop dengan pemeriksaan histologi, mikrobiologi, dan biokimia, secara pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan otologis dan audiologis yang seksama sangat penting dilakukan.
B. TEORI PENUAAN
1. Teori Biologis
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia
2 5
dan kematian (Christofalo dalam Stanley).Perubahan yang terjadi di dalam tubuh dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan kematian atau perubahan seluler. a. Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi organ. Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekula a.
Teori Wear And Tear (Dipakai dan Rusak)
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan
2 5
fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan. b. Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik. c.
Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi. d. Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.1 perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri. e. Teori Lipofusin dan Radikal Bebas
2 5
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul, akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas. f.
Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dam menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalam tubuh. Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga merespon tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang mendeteksi hormon individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi dan mengalami penurunan keefektivitasan.
2 5
Penerunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung jawab untuk stres. g.
Teori Medis ( Medical Theories)
Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis yang berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang bertujuan menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses penuaan. Metode penelitian yang lebih canggih telah digunakan dan banyak data telah dikumpulkan dari subjek sehat dalam studi longitudinal, beberapa kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda. 2. Teori Sosiologi
Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh. a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial. b. Teori Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa
2 5
c. Teori Disengagement (Penarikan Diri)
Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai. d. Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan. e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup. f. Teori Subkultur
Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan, keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur mereka sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang terintegrasi secara baik dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara lansia lainnya bila dibandingkan dengan orang dari kelompok usia berbeda. Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan "kesadaran kelompok umur"
2 5
yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi budaya negatif dari penuaan. 3. Teori Psikologis Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku atau regulasi diri. Teori Kebutuhan Manusia
Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil prioritas untuk mencapai ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN KATARAK
A.DEFINISI
-
Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. -
Katarak adalah : Perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dari tembus
cahaya menjadi keruh. Penyakit ini menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina (menurut dr.Setiyo Budi Riyanto, SpM) -
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang mengakibatkan lensa mata
berselaput dan rabun. (menurut, Prof Suharjo)
2 5
B.ETIOLOGI
Menurut Ilyas (2005)
1. 2.
Faktor genetik ( faktor keturunan) Umur (> 60 tahun) atau faktor imunologis (dengan bertambahnya
usiaakan bertambah cacat imunologik yangg mengakibatkan kerusakan sel) 3.
Penyakit mata lain (uveitis)
4.
Penyakit sistemik (DM)
5.
Catat bawaan sejak lahir
6.
A free radical (terkena radiasi terus menerus dalam waktu yang lama)
7.
Rokok dan alkohol
8.
Operasi mata sebelumnya
C. KLASIFIKASI
Stadium pada katarak senil : 1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. 2 5
Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,). 2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,). 3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif. ( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,) 4. Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan
2 5
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Kekeruhan Cairan Lensa
Insipien Ringan Normal
Imatur Sebagian Bertambah
Matur Seluruh Normal
Hipermatur Masif Berkurang
Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata
Normal Normal Normal
Terdorong Dangkal Sempit
Normal Normal Normal
Tremulans Dalam Terbuka
Shadow test Visus Penyulit
(-) (+) (-)
(+) < Glaukoma
(-) << (-)
+/<<< Uveitis+glaukoma
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1. Katarak Inti (Nuclear)
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2. Katarak Kortikal.
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu
2 5
yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
D. PATOFLOW TERLAMPIR
E. MANIFESTASI KLINIS
Katarak di diagnosis terutama dengan gejala subjektif. biasanya pasien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan seperti silau dan ganngguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan di pendarkan dan bukannya di intransmisikan dengan yang tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil,yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun- tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya,ada yang mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang menggunakan topi berkelopak lebar atau kacamata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Menurut GOI dan Medicastore (2009)
2 5
1. Penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi objek. 2. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata 3. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca 4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu 5. Pandangan menjadi kabur/ redup 6. Pupil tampak abu-abu/ putih
Sulit melihat dimalam hari
F. KOMPLIKASI
Meskipun terjadi perbaikan pengembalian kepandangan penuh yang sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi, ada juga yang komplikasinya. •
Kerusakan endotel kornea
•
sumbatan pupil
•
gloukoma
•
perdarahan
•
fistula luka operasi
•
edema makula sistoid
•
•
pelepasan koroid uveitis dan
2 5
•
endoftalmitis Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti
dengan pemberian posisi kepala dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL. Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25 %pasien dalam 3 sampai 36 bulan setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalah artikan dengan opafikasi kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini dibentuk sebagai akibat proliferasi sisa epitel lensa. Dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran ( kapsulotomi ) dengan jarum atau laser ( laser yag ) untuk mengembalikan penglihatan. ( Brunner & Suddarth,2002 )
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN DIRUJUK KE RUMAH SAKIT 1. EKG : memberikan data dasar’ mendeteksi ketidaknormalan 2. Sinar X dada : menunjukan ukuran jantung, ketidaknormalan paru/kondisi penyakit, perubahan pada pembuluh darah besar dan struktur tulang. 3. Tes Ketajaman Visual : mengidentifikasi katarak/ masalh penglihatan lainnya. 4.
Tes Tonometer : mengukur tekanan intraokular
5. JDL : menunjukan masalah seperti infeksi, anemia dan ketidaknormalan lainnya. 6. Profil kimiawi : mengevaluasi fungsi/ketidakseimbangan tubuh secara umum. 7. Denyut Oksimetri : menentukan oksigenasi, fungsi pernafasan
2 5
8. Tes Skrining Penyakit Menular : TB, HIV, RPR, hepatitis 9. Skrining
obat-obatan
:
sesuai
indikasi
pemakaian
untuk
mengidentifikasikadar terapeutik atau toksik. 10. Urinalisis : memberikan informasi mengenai fungsi ginjal, menentukan munculnya ISK atau DM.
H. PENATALAKSANAAN PASIEN DI RUJUK KE RUMAH SAKIT
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula (Pokalo, 1992). Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari; seperti berdandan, ambulasi, aktivitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemarapuan bekerja, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita. Pembedahan diinidikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kuaalitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaukoma. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien. Pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan finansial dan psiko-sosial dan konsekwensi pembedahan harus 2 5
dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pascaoperasi. Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesia lokal (retrobulbar atau peribulbar) yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrbfobia sehubungan dengan draping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anestesia lokal, yang tak mampu berkerja sama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tak berespons terhadap anestesia lokal. Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika.
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICGE, intracapsuler cataract extraction) adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. bedah beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.
Instrumen bedah beku bekerja prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang lembab Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsul lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara pengangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang lebih canggih
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EGGE, exstracapsular cataract extraction) sekarang merupakan teknis yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nukleus lends, dan mengisap sisa fragraen kortikallunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi mengurangi insidensi komplikasi yang serius.
2 5
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler.
Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultfason frekwensi tinggi untuk memecah nukleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus. Teknik ini memerlukan waktu penyenabuhan yang lebih pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pascapperasi. Kedua teknik irigasiaspirasi dan fakoemulsifikasi dapat mempertahankan Kapsula posterior, yang nantinya, digunakan untuk penyangga IOL. Ekstraksi katarak dan implantasi IOL dapat dilakukan bersama dengan transplantasi kornea atau pembedahan untuk glaukoma. Pengangkatan Lensa. Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata, maka, bila lensa diangkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga metode: kacamata apakia, lensa kontak, atau impian IOL. Kacamata apakia mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun
pembesaran 25 sampai 30%, menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda – benda nampak jauh lebih dekat dari yang sebenarnya. Kacamata ini juga menyebabkan aberasi sferis, mengubah garis lurus rnenjadi lengkung. Pandangan binokuler tak dapat dilakukan kecuali kedua lensa telah angkat dari mata. Memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien mampu mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pari dangan yang terbatas. Kaca mata ipakia sangat tebal dan merepotkan dan membuat mata kelihatan sangat besar. Lensa koritak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia. Tak terjadi pembesaran
yang bermakna , (5% sampai 10%), tak terdapat aberasi sferis, tak ada penurunan lapang pandangan dan tak ada kesalahan orientasi pasial; Lensa jenis ini memberikan rehabilitai visual yang hampir sempurna bagi mereka yang .mampu meguasai cara memasang, melepaskan dan merawat dan bagi mereka yang yang dapat mengenakannya dengan nyaman. Kebanyakan lansia mengalami kemunduran keterampilan tangan, sehingga perawatan higienetik lensa kontak harian menjadi sulit. Pada beberapa pasien, lensa jangka panjang dapat memberikan alternatif yang beralasan, namun, lensa jangka panjang memerlukan kunjungan berkala untuk pengelepasan dan pembersihan. Harganya juga
2 5
mahal dan sering harus diganti karena hilang atau sobek. Kerugian lainnya adalah meningkatnya fisiko keratitis infeksiosa. Implan lensa intraokuler (IOL) memberikan alternatif bagi lensa apakia yang tebal dan berat untuk mengoreksi penglihatan pascaoperasi. Implan IOL telah menjadi pilihan koreksi optikal karena semakin halusnya teknik bedah mikro dan kemajuan rancang bangun IOL. IOL adalah lensa permanen plastik yang secara bedah di implantasi ke dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal. Karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia yang menjengkelkan dan ketidak praktisan penggunaan lensa kontak, maka hampir 97% pembedahan katarak (lebih dari seribu tiap tahun) dilakukan bersamaan dengan pemasangan IOL. Kemajuan terkini lensa yang dapat dilipat saat pemasangan, memungkinkann pemasangan melalui insisi yang lebih kecil yang dibuat untuk fakoemulsifikasi sementara ukuran lensanya tetap seperti semula saat pemasangan selesai. Pemasangan lensa ini dapat dilakukan hanya dengan "satu jahitan atau tanpa jahitan sama sekali" Sekitar 95% OL dipasang di kamera posterior, dan yang 5 % sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior dipasarig pada pasien yang menjalani ekstraksi iritrakapsuler atau yang kapsul posteriornya ruptur tanpa sengaja selama prosedur ekstra kapsuler. Kombinasi ekstraksi ekstra kapsuler dan pemasangan lensa posterior lebih disukai karena lebih tidak menimbulkan komplikasi yang membahayakan penglihatan. Banyak pasien. yang masih memerlukan koreksi refraksi setelah pernasangan IOL untuk pandangan dekat. Dengan adanya IOL difraktif multifokal yang canggih dapat menurunkan kebutuhan koreksi optikal hampir pada separuh resipien, menurut laporan PDA terbaru (Roy & Tindall, 1993). Ada beberapa kontraindikasi pemasangan IOL, termasuk uveitis berulang, retinopati diabetika proliferatif, dan glaukoma neovaskuler. Komplikasi. Meskipun terjadi perbaikan pengembalian ke pandangan penuh yang sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi IOL, ada juga komplikasinya. Kerusakan endotel kornea, sumbatan pupil, glaukoma perdarahan, fistula luka operasi, edema makula sistoid, pelepasan koroid, uveitis, dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti pernberian posisi pada kepala, dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau rnengangkat IOL, komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25% pasien dalam 3 ampai 36 bulan 2 5
setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalahartikan dengan opasifikasi kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini terbentuk sebagai proliferasi sisa epitel lensa dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran (kapsulotomi) dengan jarum atau laser (laserYag) untuk mengembalikan penglihatan. Pembedahan katarak biasanya dilakukan dengan dasar pasien rawat jalan. Bila pasien menderita katarak bilateral yang memerlukan ECCE, hanya satu prosedur yang boleh dilakukan pada saat itu. Kemudian pasien dianjurkan menunggu 6 sampai 8 minggu untuk pembedahan kedua. Pendidikan pasien dan
pertimbangan perawatan
dirumah. Setelah
periode
penyembuhan pasca operasi yang singkat setelah ekstraksi katarak dan implantasi IOL, pasien dipulangkan dengan disertai instruksi mengenai obat mata, pembersihan dan perlindungan, tingkat dan pembatasan aktivitas, diet, pengontrolan nyeri, pemberian posisi, janji kontrol, proses pasca operatif yang diharapkan, dan gejala yang harus dilaporkan segera kepada ahli bedah. Sebaiknya pendidikan ini diperkuat pasca operasi dan pengaturan perawatan dirumah harus disusun dengan baik. Pasien dianjurkan telah menyusun cara transfortasi untuk pulang, perawatan pada sore harinya, dan transfortasi untuk kunjungan tindaklanjut ke ahli bedah hari berikunya. Menentukan perlunya alat bantu kesehatan dirumah sangat penting sebelum pembedahan. Pasien biasanya cepat kembali ke aktivitas harian normal. Namun, membungkuk dan mengangkat beban berat harus dibatasi sampai sekitar 1 minggu, bergantung jenis pembedahan yang dilakukan. Tameng mata dipakai pada malam hari dan kacamata (kacamata hitam ketika berada diluar rumah dengan cahaya terang) pada siang hari perlu untuk 2 minggu untuk melindungi mata dari cedera. Perlunya perlindungan ini harus ditekankan karena kebanyakan pasien yang menjalani pengangkatan katarak adalah manula dan beresiko jatuh, trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan ruptur bola mata, mengakibatkan kehilangan penglihatan. Pasien biasanya mendapatkan resep kacamata dalam 6 sampai 8 minggu setelah pembedahan. I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DATA FOKUS
-
DS DO Klien mengatakan tersinggung bila DATA TAMBAHAN diingatkan oleh menantunya tentang
-
Kemungkinan mata klien tampak
2 5
penglihatan dan pendengaran yang sudah mulai berkurang.
-
Klien menangis
-
mengatakan dan
adanya kabut
seringkali
mengadu
Kemungkinan pupil klien terdapat pengembunan seperi mutiara yang
pada
berwarna keabuan.
anaknya mengenai hal itu Tanda-Tanda Vital DATA TAMBAHAN
-
-
TD : 130/80 mmHg
-
RR : 20 x/menit
-
HR : 80x/menit
ada kabut menghalangi obyek
-
S : 36,5oC
Kemungkinan
-
Kemungkinan
Kemungkinan Pengelihatan
-
klien tidak
klien
mengatakan jelas
seperti
mengatakan
ketika melihat suatu objek terlihat bayangan pada objek tersebut.
-
Kemungkinan
klien
-
Kemungkinan
klien
mengatakan
Kemungkinan seperti
klien
melihat
-
mengatakan
di
-
area
Kemungkinan
Kemungkinan
oftalmoskopi
terdapat
pemeriksaan perdarahan
Kemungkinan lengkap
pada
pemeriksaan
terdapat
anemi
sistemik. klien
mengatakan
-
pandangannya kabur
-
pada
darah
matanya
-
Kemungkinan
pada retina.
mengatakan
kabut
Kemungkinan terlihat adanya noda putih disekeliling lensa.
sulit melihat dimalam hari
-
perubahan
warna pada lensa mata
-
silau pada saat melihat cahaya lampu
terjadi
klien
Kemungkinan klien bertanya-tanya kepada perawat tentang kondisinya.
mengatakan
-
Kemungkinan klien terlihat cemas
sulit berjalan di malam hari
-
Kemungkinan
klien
mengatakan
takut dengan keadaan matanya yang
2 5
sekarang.
-
Kemungkinan
klien
mengatakan
takut mengalami kebutaan
-
Kemungkinan
klien
mengatakan
takut mengalami cacat pada bagian mata
ANALISA DATA DATA FOKUS 1. DATA TAMBAHAN
perseptual penglihatan
DS :
-
MASALAH ETIOLOGI gangguan persepsi sensori perubahan resepsi, transmisi, dan
Kemungkinan
integrasi sensori
klien
mengatakan Pengelihatan tidak
jelas
ada kabut
seperti
menghalangi
obyek
-
Kemungkinan
klien
mengatakan
ketika
melihat
suatu
objek
terlihat
bayangan
pada
objek tersebut.
-
Kemungkinan
mengatakan
silau
klien pada
saat melihat cahaya lampu
-
Kemungkinan
klien
mengatakan sulit melihat dimalam hari 2 5
-
Kemungkinan
klien
mengatakan melihat
kabut
seperti di
area
matanya
-
Kemungkinan
klien
mengatakan pandangannya kabur
-
Kemungkinan
klien
mengatakan sulit berjalan di malam hari karena sulit melihat. DO :
-
Kemungkinan
mata
klien tampak adanya kabut
-
Kemungkinan
klien
pupil terdapat
pengembunan mutiara
yang
seperi berwarna
keabuan.
Tanda-Tanda Vital
-
TD : 130/80 mmHg
-
RR : 20 x/menit
-
HR : 80x/menit
-
S : 36,5oC
-
Kemungkinan terjadi
2 5
perubahan
warna
pada
lensa mata
-
Kemungkinan terlihat
adanya
noda
putih
disekeliling lensa.
2. DATA TAMBAHAN
takut
terhadap
perkembangan
penyakit
DS :
-
Ansietas
Kemungkinan
klien
mengatakan takut dengan keadaan
matanya
yang
Kemungkinan
klien
sekarang.
-
mengatakan
takut
mengalami kebutaan
-
Kemungkinan
mengatakan mengalami
klien takut
cacat
pada
Kemungkinan
klien
bagian mata.
DO :
-
bertanya-tanya
kepada
perawat
tentang
kondisinya.
-
Kemungkinan
klien
2 5
terlihat cemas
3. DATA TAMBAHAN
Resiko tinggi cedera
usia perkembangan fisiologis dan psikososial
DS :
-
Kemungkinan
klien
mengatakan Pengelihatan tidak
jelas
ada kabut
seperti
menghalangi
obyek.
-
Kemungkinan
klien
mengatakan sulit melihat dimalam hari
-
Kemungkinan
klien
mengatakan
ketika
melihat
suatu
objek
terlihat
bayangan
pada
objek tersebut.
-
Kemungkinan
mengatakan melihat
kabut
klien seperti
di
area
matanya
-
No. Diagnosa 1. gangguan persepsi sensori penglihatan
Tujuan setelah dilakukan
perseptual tindakan b.d keperawatan
-
Intervensi Pastikan akses
Rasional ke
penggunaan alat bantu sensori
seperti 2 5
perubahan
resepsi, selama 3x24 jam
transmisi, dan integrasi diharapkan sensori
kacamata
-
gangguan persepsi
Tingkatkan
jumlah
stimuli untuk mencapai
sensori penglihatan
input
dapat
sensori
sesuai
yang
(misalnya
peningkatan sosial,
interaksi
jam
dengan
dinding
angka-angka
yang besar).
-
Kurangi
jumlah
stimulus
untuk
mencapai input sensori yang
sesuai
(lampu
yang
cukup
terang,
batasi pengunjung, dan sediakan
waktu
istirahat).
-
Jangan
memindahkan
barang-barang didalam kamar
pasien
tanpa
memberitahu pasien.
kolaborasi
2.
ansietas
berhubungan setelah
dilakukan
dengan takut terhadap tindakan perkembangan
keperawatan
-
Adakan terapi okupasi
-
Pantau adanya dan
gejala
tanda
ansietas
(misalnya tanda vital, 2 5
penyakit
selama 3x24 jam
napsu
makan,
diharapkan ansietas
tidur,
dan
berkurang
sampai
-
Kriteria Hasil :
-
berdaya
menerima
-
Pantau ekspresi tidak ada harapan atau tidak
Klien
kondisinya
tingkat
konsentrasi)
dengan hilang dengan
pola
(misalnya
“
aku tidak dapat”)
-
Mengatakan
Tentukan
sumber
ansietas
tidak
(misalnya
nyeri, malfungsi tubuh)
mencemaskan
-
Berikan
informasi
tentang
tentang penyakit dan
keadaannya
prognosis klien
-
Berikan kejujuran dan jawaban
langsung
terhadap
pertanyaan
pasien tentang proses perkembangan penyakitnya. Kolaborasi :
-
Atur akses ke penasihat spiritual sesuai dengan yang diinginkan pasien
3.
Resiko tinggi cedera setelah berhubungan usia
dengan
dilakukan
- bantu pasien pada saat
tindakan
ambulasi.
perkembangan keperawatan
fisiologis psikososial
dan selama 3x24 jam diharapkan:
-
Sediakan
alat
bantu
berjalan seperti tongkat 2 5
1.Resiko
cedera
akan
menurun,
atau walker
-
Tempatkan
bel
atau
panggil
pada
sebagaimana
lampu
termuat
dalam
tempat tidur.
menjadi
orang
-
Jauhi
bahaya
tua : keamanan
lingkungan
sosial
berikan penccahayaan
dan
perilaku
yang adekuat)
kemanan
:
-
pencegahan jatuh
resiko
melakukan
diperlukan
akan
dilingkungan
ditunjukan, dibuktikan
Jangan
perubahan yang tidak
2. Pengendelaian
fisik
(misalnya, penempatan oleh
indikator berikut ini
(misalnya
(sebutkan
lebel).
-
Yakinkan pasien
bahwa menggunakan
nilai 1-5: tidak
alas kaki yang sesuai
pernah,
(misalnya,
jarang,
hak
yang
kadang-kadang,
tidak tinggi, dan ttali
sering
terikat dengan aman)
dan
konsisten)
- pantau risiko
faktor perilaku
pribadi
dan
lingkungan
- mengembangkan
2 5
dan
mengikuti
strategi pengendalian resiko
- mengubah hidup
gaya untuk
mengurangi resiko
J. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH 1. Hidup Sehat
Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya adalah berperilaku hidup sehat. Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah: 1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah s alah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan
seseorang. Dengan tambahnya
usia
seseorang,
kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut 2 5
usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991): Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. •
Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji – bijian).
•
Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.
•
Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
•
Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.
•
Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.
•
Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.
•
Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
•
Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan mudah dicerna.
•
Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.
•
Makan disesuaikan dengan kebutuhan.
2.
Minum air putih 1.5 – 2 liter
2 5
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal , dan muncullah sembelit. Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya. 3. Olah raga teratur dan sesuai Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga
harus
memilih
sesuai
dengan
umur
kelompoknya,
dengan
kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif. 4. Istirahat, tidur yang cukup
2 5
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan. 5. Menjaga kebersihan Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.
6. Minum suplemen gizi yang diperlukan Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian
2 5
suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.
7. Memeriksa kesehatan secara teratur Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat. 8. Mental dan batin tenang dan seimbang Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah: •
Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
•
Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk
2 5
melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.
9. Rekresi Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari. 10. Hubungan antar sesama yang sehat Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi. 11. Back to nature (kembali ke alam) Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit. Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, 2 5
makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.
2 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
2. NANDA International. Diagnosis Keperawatan.2011. Jakarta EGC
3. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
4. Somantri, Irman. 2007. Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
5. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
2 5