PERTUSIS
PERTUSIS Batasan * * * *
infeksi akut serang saluran napas sangat menular batuk khas, sifat spasmodik / paroksismal * diakhiri tarikan napas panjang dan bunyi melengking (whoop)
PERTUSIS Batasan * * * *
infeksi akut serang saluran napas sangat menular batuk khas, sifat spasmodik / paroksismal * diakhiri tarikan napas panjang dan bunyi melengking (whoop)
PERTUSIS Dikenal - batuk 100 hari - batuk rejan - whooping cough - tussis quinta - violent cough Masa penularan 7 hari terinfeksi - 21 hari ada gejala (std kataralis – kataralis – awal std paroksismal) paroksismal)
ETIOLOGI Etiologi : Bordetella pertussis
Genus Bordetella punya 4 spesies : * Bordetella pertussis * Bordetella parapertussis * Bordetella bronkiseptika * Bordetella avium
ETIOLOGI Ciri-ciri Bordetella pertussis * Coccobacilus, Coccobacilus, bentuk ovoid * panjang 0,5 - 1 μm, diameter 0,2 - 0,2 μm * gram negatip * tidak berspora * tidak bergerak * berkapsul * pewarnaan toluidin blue → granula bipobipo ler metakromatik * media perbenihan : bordet gengou
EPIDEMIOLOGI Epidemiologi * penyebaran diseluruh dunia, berpenduduk padat terutama di negara berkembang * manusia merupakan satu-satunya host * ditularkan melalui udara secara kontak langsung (droplet infection) * menyerang semua umur ( 2 minggu → dewasa), terbanyak usia 1 – 5 thn.
EPIDEMIOLOGI Epidemiologi (2) * insidens di Amerika Serikat : - usia < 6 bln : 35% - usia < 1 thn : 45% - usia < 5 thn : 66% * Kematian dan jumlah kasus dirawat terbanyak pada usia 6 bln pertama kehidupan
EPIDEMIOLOGI Epidemiologi (3) * Makin muda usia, makin berbahaya penyakitnya * adanya program imunisasi, morbiditas mulai ↓ , tapi masih merupakan salah satu masalah kesehatan * tingkat ketularan pada anak non imunisasi → 70 -100%, sedang yang di imunisasi → 15 - 50% * gambaran klinis pada orang dewasa tidak khas, seringkali hanya subklinis
EPIDEMIOLOGI Cara penularan Droplet infection
Masa inkubasi 6 – 20 hari dengan rata-rata 7 – 10 hari
PATOGENESIS Patogenesis (1) Secara umum patogenesis infeksi Bordetella pertusis terjadi melalui 4 tingkatan : - perlekatan pada cilia dan multiplikasi - perlawanan terhadap mekanisme pejamu - kerusakan lokal - timbul penyakit sistemik
PATOGENESIS Patogenesis (2) * Bordetella pertussis yang terhirup melalui udara pernapasan → melekat pada cilia epithel saluran napas. * Setelah melekat terjadi multiplikasi dan menyebar keseluruh permukaan epithel saluran napas. * proses ini tidak invasif →bakteriemia (-)
PATOGENESIS Patogenesis (3) * selama bermultiplikasi, bakteri menghasilkan toksin yang menimbulkan gejala penyakit , yg terpenting : - pertusis toxin ▫ toxin sub unit A • aktivasi enzym membran sel ▫ toxin sub unit B • berikatan dgn reseptor sel target
PATOGENESIS Patogenesis (4) - LPF → hambat migrasi limfosit dan makrofag ke daerah infeksi - Toxin mediated adenosine diphosphate (ADP) → atur sintesis protein didalam sitoplasma yang berakibat : ▫ perubahan fungsi fisiologis sel target, termasuk limfosit (lemah dan mati)
PATOGENESIS Patogenesis (5) ▫ memblokir beta adrenergik ▫ meningkatkan aktivitas insulin → kadar gula darah ↓ - Dermonecrotic toxin → heat labile cytoplasmic toxin yang menyebabkan kontraksi otot polos pembuluh darah dinding trakhea → menyebabkan iskemia dan nekrosis trakhea
PATOGENESIS Patogenesis (6) - Sitotoksin bersifat menghambat sintesa DNA → sebabkan siliostasis dan kematian sel Pertusis lipopolysaccharid (endotoksin) → tidak terlalu penting pd proses patogenesis * Toksin → peradangan ringan dgn hiperplasia jaringan limfoid peribronkial * terbentuk mukus pada permukaan cilia →
PATOGENESIS Patogenesis (7) * mudah terjadi infeksi sekunder tersering oleh :
▫ Streptokokus pneumoniae ▫ Haemofilus influenzae ▫ Stafilokokus aureus * mukus tertumpuk
PATOGENESIS Patogenesis (8) * serangan batuk ▫ gangguan oksigenisasi - hipoksemia - sianosis ▫
PATOGENESIS Bordetella pertusis Melekat pd cilia epithel
Bronkus Bronkiolus
LPT -> lymphocytosis promoting factor
Mukosa : Fokal nekrosis + Sebukan sel radang
Limfositosis Eksudat mukopurulen Batuk Sumbatan jalan napas
7-10 hr
Atelektasis bronkiektasi
Peribronkialintertitialpenumonitis
Eksudat mukopurulen
Peribronkialintertitialpenumonitis Batuk spasmodik
Sumbatan jalan napas
Atelektasis bronkiektasi
Frenulum lidah robek Aspirasi pneumonia Hipoksia Ensefalopatia Dehidrasi Hernia Efek valsava
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik Secara umum gambaran klinik terdiri dari : * stadium kataralis * stadium paroksismal (spasmodik) * stadium konvalesen Manifestasi klinis bergantung : * etiologi * umur * status imunisasi
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik (2) Gejala pada anak < 2 tahun : - batuk paroksismal (100%) - whoop (60 - 70%) - emesis (66 - 80%) - dispnea (70 - 80%) - kejang (20 - 25%) Anak lebih besar : • manifestasi klinis lebih ringan • lama sakit lebih pendek • kejang lebih jarang
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik (3) Std. Kataralis (1 - 2 minggu) - menyerupai gejala infeksi saluran napas atas : • pilek (rhinorreha) • injeksi konjungtiva • lakrimasi - panas tidak terlalu tinggi - batuk ringan malam hari Sukar dibedakan dengan common cold
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik (4) Pada stadium kataralis : - mikoorganisme tersebar di dalam inti droplet - sangat infeksius - kuman paling mudah di isolasi
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik (5) Std. Spasmodik (2 - 4 minggu) - batuk memberat - khas : • batuk spasmodik / paroksismal • panjang batuk (5 -10 x) • diakhiri tarikan napas panjang dan • bunyi melengking (whooping) - muntah / lendir kental
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik (6) - efek valsava - hipersalivasi - lakrimasi - hiperhidrasi - apatis - berat badan menurun - batuk mudah dibangkitkan dengan stres emosional (menangis, sedih, gembira) dan aktivitas fisik
GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik (6) Std. Konvalesensi (1 - 2 minggu) - serangan batuk berkurang - batuk akan menghilang setelah 2 – 3 minggu - napsu makan timbul lagi
LABORATORIUM Laboratorium 3 - leukosit : 20.000 - 40.000 / mm - limfosit : 70 - 80% (limfositosis absolut) akhir std. kataralis atau std paroksismal - isolasi kuman Bordetella pertussis : • std kataralis → 95 – 100% • std paroksismal → 94% pada minggu ke-3 dan menurun sampai 20% untuk waktu berikutnya
LABORATORIUM Laboratorium - serologis : uji Ouchnulony → presipitasi antibodi pertusis - tes serologis berguna pada std lanjut penyakit - cara Elisa untuk tentukan serum Ig M,Ig G dan Ig A terhadap FHA (filamentous hemaglutinin) dan PT (pertusis toxin)
LABORATORIUM Laboratorium (2) - nilai serum IgM FHA dan PT menggambarkan respons imun primer baik disebabkan oleh penyakit atau imunisasi - IgG PT → tes paling sensitif dan spesifik → infeksi alami dan tidak tampak pasca imunisasi - tes serologis berguna pada std lanjut penyakit
LABORATORIUM Laboratorium (3 ) - cara Elisa untuk tentukan serum Ig M, Ig G dan Ig A terhadap FHA filamentous hemaglutinin) dan PT (pertusis toxin)
INDIKASI RAWAT Indikasi rawat - dehidrasi - sianosis - henti napas - kejang - kesadaran menurun - pneumonia - bayi < 3 bln
DIAGNOSIS Diagnosis - anamnesis - pemeriksaan fisik - laboratorium (isolasi kuman, darah tepi → lekositosis dengan limfositosi absolut) Anamnesis : * riwayat kontak * serangan khas batuk paroksismal dan bunyi whoop yang jelas * riwayat imunisasi
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding (1) 1. Infeksi dengan Bordetella parapertusis, B bronchoseptica → penyakit lebih ringan 2. Infeksi dengan Adenovirus serotipe 1,2, 3 dan 5. → disebut : “pertusis like syndrome”. Gejala sama dengan pertusis → lebih ringan, dibedakan dengan biakan dan tes serologis
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding (2) 3. Infeksi dengan klamidia, terjadi infeksi saluran napas 2 -12 minggu setelah lahir. Gejala: - tidak panas - napas cepat dan dangkal - batuk paroksismal - darah tepi → hipereosinofilia - foto paru hiperinflasi (konsolidasi dan banyak udara) Eosi- nophilic Pertusoid Pneumo- nitis
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding (3) 4. Trakeobronkitis → gejala berupa : - batuk - suara parau - tridor inspirasi (sumbatan jalan napas) 5. Bronkiolitis : - ekspirasi memanjang - wheezing - ronkhi kering 6. Aspirasi benda asing di saluran napas
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding (4) 7. Pada bayi perlu dipikirkan : - bronkiolitis - pneumonia bakterial - sistik fibrosis - tuberkulosis - penyakit yang menyebabkan limfadenopatia dengan penekanan di luar trakhea dan bronkhus
KOMPLIKASI Komplikasi (1) A. Saluran napas -
bronkopneumonia
bronkitis otitis media atelektasis emfisema pulmonum bronkiektasi aktivasi tuberkulosis pneumotoraks subkutan / interstitiel emfisema
KOMPLIKASI Komplikasi (2) Pneumonia merupakan penyulit paling sering → sebabkan kematian 90% pada anak < 3 tahun Pneumonia dapat disebabkan Bordetella pertussis sendiri, tapi lebih sering disebabkan bakteri sekunder Haemophylus influenzae, Streptokokus pnemumoniae, Stafilokokus aureus, Stafilokokus pyogenes
KOMPLIKASI Komplikasi (3) B. Sistim saraf pusat - hipoksia dan anoksia (batu berkepan jangan dan sumbatan lendir) - perdarahan subaraknoid masif (tekanan intrakranial ↑ akibat batuk) - ensefalopatia - gangguan elektrolit
KOMPLIKASI Komplikasi (4) C. Lain-lain - hemoptisis (batuk hebat) - epistaksis - hernia inguinalis - prolaps rekti - kelaparan
TATALAKSANA Tatalaksana (1) 1. Umum * isolasi * bersihkan / isap lendir * pantau secara berkala tanda vital * cairan dan kalori sesuai dgn kebutuhan harian * hindari makanan / minuman yg merangsang batuk * bila tidak dapat makan / minum → cairan parenteral * Bila perlu O2
TATALAKSANA Tatalaksana (2) 2. Khusus * Eritromisin : 50 mg / kg bb / hari / 3 - 4 dosis / 7 hari * Ampicillin : 100 mg / kg bb / hari / 3 - 4 dosis
* Spiramisin : 50 mg / kg bb / hari / 3 ds * Kloramfenikol : 50 – 100
TATALAKSANA Tatalaksana (3) * Co-trimoksazole (ds trimetoprim) 6 – 9 mg / kg bb / hari / 2 dosis Antibiotika tidak merubah perjalanan pe- nyakit, hanya mengurangi penyebaran pe- nyakit dan menyembuhkan komplikasi se- perti radang paru → pneumonia
TATALAKSANA Tatalaksana (4) Beberapa peneliti usul : - kortiko-steroid → terutama bayi pada std paroksismal • dexametason : 0,5 mg / kg bb/ hari / i.v / 3dosis • prednison : 1-2 mg / kg bb / hari / os / 3 dosis • hidrokortison : 30 mg / kg bb / hari / i.v / 3 dosis /
TATALAKSANA Tatalaksana (5) - Human hyperimummune globulin dipertimbangkan diberi pada : ▫ anak usia < 1 tahun ▫ berat badan < 10 kg, dosis : 1,25 - 2,5 cc / i.m.
TATALAKSANA Tatalaksana (6) Sebagian peneliti melaporkan bila diberi pd std kataralis → frekuensi episode batuk paroksismal ↓, sedangkan pada std parok - sismal sama sekali tidak bermanfaat . Sebagian peneliti katakan bahwa sama sekali tidak bermanfaat walaupun diberi pada std kataralis
PENCEGAHAN Pencegahan 1. Imunisasi aktif - vaksin pertusis dari Bordetella pertusis yang telah dimatikan - diberi bersama vaksin difteri dan tetanus - dosis imunisasi dasar 12 IU - diberi 3 kali dengan jarak 1 - 2 bulan, sejak usia 2 bulan - anak usia > 7 tahun tidak memerlukan imunisasi rutin lagi
PENCEGAHAN Pencegahan (2) - bila prevalensi tinggi → imunisasi dapat dimulai pada usia 2 minggu dengan jarak 4 minggu 2. Imunisasi pasif Antibodi dari ibu → menembus barrier plasenta dalam jumlah sedikit → daya lindung kurang
PENCEGAHAN Pencegahan (3) 3. Kontak dengan penderita pertusis * Imunsasi pasif : Human Hyperimune Globulin (HHG) kurang efektif → diper timbangkan pada anak usia < 2 tahun, belum di imunisasi dan dekat dengan penderita
PENCEGAHAN Pencegahan (4) * Khemoprofilaksis Eritromisin : 50 mg / kg bb / hari / 3 - 4 dosis / 7 hari → bila masa inkubasi berlalu, gejala klinik tidak ada →lakukan imunisasi dasar atau ulangan
PROGNOSIS Prognosis - Bergantung usia → anak yang lebih tua prognosis lebih baik. - Bayi mempunyai risiko kematian 0,5 –1% → ensefalopatia - Observasi jangka panjang → keadaan apnea atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual di kemudian hari