Persyaratan Teknis Keandalan Bangunan Gedung
Visi dan Misi UUBG
Visi Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional, berjati diri, dan berkepastian hukum, serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungan, dan diselenggarakan secara tertib untuk menjamin kemanfaatan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bagi masyarakat.
Visi dan Misi UUBG Misi Memberikan arahan perwujudan bangunan gedung yang fungsional, andal dan efisien serta sesuai dengan kondisi sosial budaya indonesia Memberikan kejelasan status kepemilikan bangunan gedung Memberikan kesempatan bagi daerah dan masyarakat untuk mengatur secara bertahap persyaratan bangunan gedung yang sesuai kondisi sosial budaya daerah dan masyarakat Mengendalikan penyelenggaraan bangunan gedung melalui mekanisme perizinan, pengawasan dan penertiban Menumbuhkembangkan kapasitas masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan bangunan gedung Melakukan pembinaan melalui pengaturan, pengawasan, sosialisasi dan pemberdayaan bersama-sama pemerintah daerah dan masyarakat Menerapkan sanksi administrasi dan pidana secara tegas dan konsisten bagi pelanggar ketentuan dalam undang-undang.
Dasar Hukum Bab IV
Persyaratan Bangunan Gedung
Pasal 7
(1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. (3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.
Persyaratan Teknis Keandalan BG
Keselamatan
Keselamatan Struktur
Kesehatan Pengamanan Kebakaran
Kenyamanan Kemudahan
Penangkal Petir Pengamanan Instalasi Tenaga Listrik Bahan Peledak
Pengertian
KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan.
Manfaat menjamin keselamatan pemiik dan pengguna bangunan, serta masyarakat lingkungan di sekitarnya, disamping persyaratan yang bersifat administratif.
Pokok-Pokok Pengaturan Persyaratan Keandalan Bangunan
Keselamatan – struktur
Setiap BG, Strukturnya harus direncanakan : Mampu memikul beban sesuai fungsinya dalam kurun waktu umur teknis yang ditentukan secara daktail, stabil, dan kukuh shg pada kondisi pembebanan diatas beban maksimum, apabila terjadi keruntuhan masih dapat memberi kemudahan untuk evakuasi pengguna mampu memikul semua beban dan/atau pengaruh luar yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur yang direncanakan
Setiap BG pada zona gempa atau zona angin harus direncana-kan sebagai BG tahan gempa/angin
Elemen struktur bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga pada kejadian kebakaran dalam bangunan, tdk terjadi 1 9 keruntuhan
Keselamatan – struktur
Struktur bangunan yang terdiri dari elemen struktur harus dapat bekerja sama secara keseluruhan menjadi satu kesatuan untuk mampu berfungsi menjamin kekuatan, stabilitas, kekakuan, keselamatan dan kenyamanan bangunan gedung terhadap segala macam beban dan terhadap segala bahaya (gempa, kebakaran, dll.)
Keselamatan – Pengamanan Kebakaran
Setiap BG, kecuali Rumah Tinggal Tunggal, harus dilindungi terhadap bahaya kebakaran dengan Sistem Proteksi Pasif dan Aktif thd Bahaya Kebakaran
Penerapan sistem proteksi pasif/aktif didasarkan pada fungsi/klasifikasi, luas, ketinggian, volume, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah penghuni BG.
Setiap BG dengan fungsi/klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah penghuni tertentu harus memiliki unit Manajemen Pengamanan Kebakaran
1
11
TUJUAN KESELAMATAN KEBAKARAN Keselamatan jiwa manusia (life-safety) Perlindungan harta benda (property-safety) Kelangsungan proses dan kerja (process-safety) Keselamatan lingkungan (environmental-safety)
Beberapa Peraturan yang berkaitan dengan keselamatan kebakaran • Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan persyaratan teknis pengamanan thd bahaya kebakaran pd bangunan gedung dan lingkungan • Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan persyaratan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan • Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Dep. Kimpraswil No. 58/KPTS/DM/2002, Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung • SNI-SNI tentang proteksi kebakaran
Sistem Proteksi Pasif Sistem proteksi pasif adalah suatu sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung yang berbasis pada disain struktur dan arsitektur sehingga bangunan gedung itu sendiri secara struktural stabil dalam waktu tertentu dan dapat menghambat penjalaran api serta panas bila terjadi kebakaran.
Sistem Proteksi Pasif Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistem proteksi pasif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya, konstruksi tahan api, kompartemenisasi dan pemisahan, serta proteksi pada bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan menjalarnya api dan asapkebakaran.
Sistem Proteksi Aktif • Setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal, harus dilengkapi dengan sistem proteksi aktif yang merupakan proteksi terhadap harta milik terhadap bahaya kebakaran berbasis pada penyediaan peralatan yang dapat bekerja baik secara otomatis maupun secara manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam dalam melaksanakan operasi pemadaman.
Manajemen Keselamatan Kebakaran Fire Safety Management (FSM) FSM lebih diupayakan untuk MENCEGAH terjadinya kebakaran, atau sebelum kebakaran (PRA).
Namun FSM selaku manajemen darurat kebakaran juga harus memiliki 3 komponen : PENCEGAHAN = preparedness dan mitigation (PRA), RESPONS (PADA SAAT), dan PEMULIHAN (PASCA).
Pengertian FSM FSM : pola pengelolaan dan atau pengendalian faktor manusia / personil, biaya, bahan, peralatan, informasi, data teknis, serta kelengkapan lainnya dengan tujuan menjamin dan meningkatkan keamanan total pada bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran.
Tugas MKK 1. memastikan persyaratan keselamatan kebakaran memenuhi FEP 2. penyeliaan pemeliharan seluruh kerja terkait keselamatan kebakaran, 3. memastikan beban hunian tidak over, 4. memeriksa harian bahaya kebakaran dan menghilangkannya, 5. menyiapkan FEP dan latihan kebakaran, 6. memastikan penghuni familiar dengan sarana jalan keluar, 7. menyiapkan panduan keselamatan kebakaran, 8. melatih penghuni untuk pemadaman awal dan evakuasi,
9. menyelia operasional Pusat Komando Kebakaran pada saat kebakaran, 10 melakukan kampanye kebakaran dan mengorganisasikan aktivitas lain terkait.
Keselamatan – Penangkal Petir
Setiap BG yang berdasarkan letak, sifat geografis, bentuk dan penggunaannya berisiko terkena sambaran petir harus dilengkapi instalasi penangkal petir
Sistem Penangkal/Proteksi Petir harus dapat mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya
1
20
Keselamatan – Instalasi Tenaga Listrik
Setiap BG yang Dilengkapi dengan Instalasi Tenaga Listrik termasuk Sumber daya Listriknya harus dijamin aman, andal, dan akrab lingkungan
1
21
Keselamatan – Bahan Peledak
Setiap BG untuk kepentingan umum, atau BG fungsi khusus, harus dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur dan/atau kebakaran akibat bencana bahan peledak dan sejenisnya
1
22
Keselamatan
Sistem penghawaan
Kesehatan Sistem pencahayaan
Kenyamanan Kemudahan
Sistem sanitasi
Penggunaan bahan
Sistem Penghawaan • Merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan / atau ventilasi alami dan / atau ventilasi buatan. • Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan bangunan pelayanan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasi alami. • Setiap bangunan gedung harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. • Bangunan gedung tempat tinggal harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. • Bangunan gedung pelayanan kesehatan, khususnya ruang perawatan, harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. • Bangunan gedung pendidikan, khususnya ruang kelas, harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada jendela dan pintu dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. 1
24
Sistem Penghawaan Ventilasi alami harus memenuhi ketentuan: • terdiri dari bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela, atau sarana lain yang dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan dan standar teknis yang berlaku; • setiap lantai gedung parkir kecuali pelataran parkir terbuka harus mempunyai sistem ventilasi alami permanen yang memadai; • ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari kisi-kisi pada pintu dan jendela, bukaan permanen, pintu ventilasi atau sarana lainnya dari ruangan yang bersebelahan; Ventilasi mekanik/buatan harus memenuhi ketentuan: • harus diberikan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat; • penempatan fan harus memungkinkan pelepasan udara keluar dan masuknya udara segar, atau sebaliknya; • harus bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni; • bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanik/buatan untuk pertukaran udara; • gas buang mobil pada setiap lantai ruang parkir bawah tanah (basemen) tidak boleh mencemari udara bersih pada lantai lainnya; • harus memperhitungkan besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruang dalam bangunan gedung. 1 penghematan energi. 25 • mempertimbangkan prinsip-prinsip • mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Sistem Pencahayaan • Kebutuhan pencahayaan disediakan melalui pencahayaan alami dan / atau pencahayaan buatan. • Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan dan bangunan pelayan umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami. • Setiap bangunan gedung harus mempunyai pencahayaan yang cukup sesuai dengan fungsinya, yang dapat dipenuhi baik melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan. Pencahayaan alami harus memenuhi ketentuan: • pemanfaatan pencahayaan alami harus diupayakan optimal; • kebutuhan pencahayaan alami disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung; • bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, dan pendidikan harus mempunyai dinding dan/atau atap tembus cahaya buntuk kepentingan pencahayaan alami. Bukaan tersebut dapat ditutup dengan bahan yang tembus cahaya; dan • silau sebagai akibat pencahayaan alami perlu dikendalikan agar tidak mengganggu tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan gedung. 1
26
Sistem Pencahayaan • Pencahayaan buatan harus dipilih secara fleksibel, efektif dan sesuai dengan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan gedung, dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan tidak menghasilkan ketidaknyamanan karena silau atau pantulan. • Semua sistem pencahayaan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai/dibaca oleh pengguna ruang. • Mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
1
27
Sistem Sanitasi • Sistem sanitasi harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan / atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. • Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak menggangu lingkungan sekitar. • Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem plambing, yang meliputi sistem air bersih, sistem air kotor, air kotoran dan/atau air limbah, alat plambing yang memadai, serta sistem pengolahan air limbah. • Sistem plambing harus direncanakan dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dalam operasional dan pemeliharaannya, tidak mencemari lingkungan, serta diperhitungkan sesuai dengan fungsi bangunan gedung. • Ketentuan tatacara perencanaan dan pemasangan sistem plambing pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
1
28
Sistem Sanitasi • Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem saluran air hujan. • Air hujan harus dialirkan ke sumur resapan dan dialirkan ke jaringan • drainase kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kecuali untuk daerah tertentu. • Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab-sebab lain yang dapat diterima, maka harus dilakukan cara-cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang. • Sistem saluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran. • Ketentuan tatacara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem saluran air hujan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku. • Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan fasilitas penampungan dan/atau pengolahan sampah yang memadai, sehingga tidak mengganggu keselamatan, kesehatan dan kenyamanan bagi penghuni, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. • Ketentuan tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengelolaan fasilitas persampahan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku. 1
29
Penggunaan Bahan Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan bahan bangunan dalam pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus: • menjamin kesehatan, keselamatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan; • menjamin keandalan bangunan gedung sesuai umur layanan teknis yang direncanakan; • menjamin ketahanan bahan bangunan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh cuaca, serangga perusak dan/atau jamur; dan • mewujudkan bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; Pemanfaatan dan penggunaan bahan bangunan lokal dianjurkan sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan kelestarian lingkungan. Penggunaan bahan bangunan untuk fungsi dan klasifikasi bangunan gedung tertentu termasuk bahan bangunan tahan api harus melalui pengujian. Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem sambungan yang baik dan andal, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat pemasangan. 1 30 Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Persyaratan Teknis Keandalan BG
Keselamatan
Kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang
Kesehatan Kondisi udara
Kenyamanan (Pasal 26)
Kenyamanan pandangan
Kemudahan Tingkat getaran
Tingkat kebisingan
Ayat (2) : Kenyamanan ruang gerak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
Ayat (3). Kenyamanan hubungan antar ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari tata letak ruang dan sirkulasi antar ruang dalam bangunan gedung untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.
Ayat (4): Kenyamanan kondisi udara dalam ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung.
Ayat (5): Kenyamanan pandangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kondisi dimana hak pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari bangunan gedung lain di sekitarnya.
Ayat (6) Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan / atau kebisingan yang timbul baik dari dalam bangunan gedung maupun lingkungannya.
PERSYARATAN – KEMUDAHAN
PERSYARATAN KEMUDAHAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD : KEMUDAHAN HUBUNGAN KE, DARI DAN DI DALAM BANGUNAN: FASILITAS & AKSESIBILITAS YG MUDAH, AMAN DAN NYAMAN TERMASUK BAGI PENYANDANG CACAT DAN LANJUT USIA KELENGKAPAN PRASARANA & SARANA: RUANG IBADAH, RUANG GANTI, RUANGAN BAYI, TOILET, TEMPAT PARKIR, TEMPAT SAMPAH, FASILITAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI 1
37
KETENTUAN MENGENAI HUBUNGAN KE, DARI, DI DALAM BANGUNAN
Kemudahan hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan gedung sebagaimana merupakan keharusan BANGUNAN GEDUNG UNTUK MENYEDIAKAN PINTU DAN / ATAU KORIDOR ANTAR RUANG
Penyediaan mengenai jumlah, ukuran dan konstruksi teknis pintu dan koridor DISESUAIAKAN DENGAN FUNGSI RUANG BANGUNAN GEDUNG
HARUS MENYEDIAKAN AKSES MASUK / KELUAR UTAMA YG MEMADAI SESUAI DENGAN FUNGSINYA
Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan BERDASARKAN FUNGSI RUANG DAN ASPEK KESELAMATAN 1
38
Kemudahan hubungan vertical dalam bangunan gedung termasuk, sarana TRANSFORMASI VERTIKAL berupa penyediaan tangga, ram, dan sejenisnya serta lift dan / atau tangga berjalandalam bangunan gedung denganmempertimbangkan kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatanpengguna.
BANGUNAN GEDUNG DENGAN JMLH LANTAI LEBIH DARI 5 HARUS DILENGKAPI DG SARANA TRANSPORTASI VERTIKAL (LIF) YG DIPASANG SESUAI KEBUTUHAN DAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG.
AKSES EVAKUASI DALAM KEADAAN DARURAT • •
• • •
PENYEDIAAN AKSES EVAKUASI HRS DAPAT DICAPAI DG MUDAH & DILENGKAPI DG PETUNJUK ARAH YG JELAS PENYEDIAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH & SISTEM PERINGATAN BAHAYA DISESUAIAKAN DG FUNGSI, KLASIFIKASI, JUMLAH DAN KONDISI PENGGUNA BANGUNAN GEDUNG SERTA JARAK PENCAPAIAN KETEMPAT YG AMAN SARANA JALAN KELUAR YG MELIPUTI PENCAPAIAN KE AKSES EKSIT, EKSIT & PELEPASAN EKSIT HARUS DILENGKAPI DG TANDA ARAH YG MUDAH DIBACA & JELAS PEMILIHAN JENIS, JUMLAH & LETAK SISTEM PERINGATAN BAHAYA DLM BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG & MENGACU PD STANDAR TEKNIS YG BERLAKU KETENTUAN LEBIH LANJUT TENTANG PERANCANGAN, PEMASANGAN & PEMELIHARAAN SARANA JALAN KELUAR, TANDA ARAH & SISTEM PERINGATAN BAHAYA MENGIKUTI PEDOMAN & STANDAR TEKNIS YG BERLAKU
PENYEDIAAN FASILITAS & AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT DAN LANJUT USIA
FASILITAS & AKSESIBILITAS SEBAGAIMANA DIMAKSUD MELIPUTI : TOILET, TEMPAT PARKIR, TELEPON UMUM, RAMP, JALUR PEMANDU & RAMBU PENANDA BAGI PENYANDANG CACAT
PENUTUP • SEMUA PRASARANA & SARANA DLM BANGUNAN GEDUNG HARUS SELALU DIPELIHARA & DIRAWAT AGAR SELALU LAIK FUNGSI • KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI JENIS, JUMLAH, UKURAN & PENEMPATAN PRASARANA & SARANA BANGUNAN GEDUNG MENGIKUTI KETENTUAN DLM PEDOMAN & STANDAR TEKNIS YG BERLAKU.
persyaratan keandalan teknis adalah untuk menjamin keselamatan pemilik dan pengguna bangunan, serta masyarakat lingkungan di sekitarnya
Terima Kasih