RESUME MATERI 1 “Perkembangan dan Permasalahan Kurikulum K urikulum dari Waktu ke Waktu”
Nama
:
Widi Cahya Adi
NIM
:
150341805884
Mata Kuliah
:
Problematika Pendidikan Bidang Studi
Kelas
:
Waktu Pertemuan
:
A Senin, 25 Januari 2016
A. RESUME
Kurikulum merupakan suatu rencana yang berfungsi sebagai pedoman atau acuan dalam proses belajar mengajar. Kurikulum juga diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara
yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelanggaraan
kegiatan
pembelajaran. Kurikulum dalam dunia pendidikan dapat berubah sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kurikulum bersifat dinamis karena harus disesuaikan dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami perubahan kurikulumdari waktu ke waktu, namun semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila danUUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Berikut perubahan dan permasalahan kurikulum di Indonesia dari waktu ke waktu. 1) Kurikulum 1947
Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan, kurikulum pendidikan di Indonesia pada masa ini masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism
lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Rencana pelajaran 1947 memuat dua hal pokok yakni: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, garis-garis besar pengajaran (GBP) Rencana Pelajaran 1947 memiliki karakteristik yakni mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, dan mengutamakan pendidikan watak atau perilaku, meliputi: kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani Dengan demikian, kurikulum 1947 lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, namun permasalahannya
adalah
kurikulum
pendidikan
di
Indonesia
masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang. 2) Kurikulum 1952
Tahun 1952 terdapat penyempurnaan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 1947 “Rencana Pelajaran” diubah menjadi “Rencana Pelajaran terurai” (kurikulum 1952). Kurikulum ini menekankan bahwa setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana).
Mata
pelajaran
diklasifikasikan
dalam
lima
kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kurikulum 1952 merupakan kurikulum yang sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Permasalahan yang dihadapi pada implementasi kurikulum 1952 adalah kurangnya tenanga pengajar dan tidak didukung dengan fasilitas yang memadai. 3) Kurikulum 1964
Tahun 1964 Indonesia kembali menyempurnakan kurikulumnya yakni menjadi “Rencana Pendidikan 1964”, kurikulum tersebut memiliki konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri
pemecahan persoalan (problem solving). Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Matapelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. 4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1964, perubahan yang dilakukan adalah perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana yakni menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 ditandai dengan pendekatan pengorganisasian materi pelajaran dengan pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda, yang dilakukan secara korelasional (correlated subject curriculum) , yaitu mata pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain, pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 bersifat politis yakni mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Permasalahan pada kurikulum ini adalah hanya memuat mata pelajaran pokok saja, selain itu muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. 5) Kurikulum 1975
Pada Kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang
membangun, oleh sebab itu dikembangkan kurikulum baru yakni kurikulum 1975. Kurikulum 1975 pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki tujuan instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Ciri-ciri kurikulum 1975:
-
Berorientasi pada tujuan
-
Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuantujuan yang lebih integratif.
-
Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
-
Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
-
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
-
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill). Permasalahan yang dihadapi pada kurikulum ini adalah guru dibuat sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran sehingga kurikulum ini banyak sekali mendapatkan kritikan.
6) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 merupakan penyemkpurnaan dari kurikulum 1975, Asumsi yang mendasari penyempurnaan kurikulum 1975 adalah bahwa kurikulum
merupakan
wadah
atau
tempat
proses
belajar
mengajar
berlangsung yang secara dinamis, perlu senantiasa dinilai dan dikembangkan
secara terus menerus sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
-
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
-
Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
-
Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Dengan demikian maka Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar,
selain itu banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang terlihat guru tak lagi mengajaar model berceramah sehingga pembelajaran kurang memperhatian muatan (isi) pelajaran. 7) Kurikulum 1994
Pada kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena berkesesuaian suasan pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Adanya kurikulum 1994 sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 ini maka akan memicu penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan social, selain itu pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks. Kekurangan dari kurikulum 1994 ini adalah aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat, konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid, beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran, materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari, pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman. 8) Kurikulum 2004 (KBK)
Perkembangan kurikulum (1975-1994) berorientasi pada pencapaian tujuan dan berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik. Oleh sebab itu pada tahun 2004 dilakukan oenyempurnaan kurikulum yakni menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat
kompetensi
tertentu.
KBK
diarahkan
untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk keahlian, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang merupakan
wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dimaknai sebagai perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Kelebihan Kurikulum 2004 (KBK) ini adalah dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa sehingga pembelajaran dapat berpusat pada siswa, penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar yang bervariasi. Namun, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan pendidikan. 9) Kurikulum 2006 (KTSP)
Tahun 2006 terbentuklah sebuah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan peneyempurnaan kueikulum dari tahun-tahun sebelumnya yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan di Indonesia. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum t ingkat satuan pendidikan yang memuat: kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Secara umum, tujuan memberlakukan KTSP pada setiap jenjang pendidikan adalah
untuk
memandirikan dan
memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. KTSP merupakan kurikulum yang menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal, selain itu kurikulum ini berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman, penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsure edukatif, Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang menuntut kekereatifitasan. Permasalahan yang dihadapi pada KTSP ini adalah minimnya sosialisasi dan kesiapan sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan terutama sekali kesiapan guru dan sekolah untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri. 10) Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang merupakan
penyempurnaan
dari
kurikulum
KTSP
namun
dalam
pelaksanaanya masih terkendala hingga saat ini. Prinsip pengembangan Kurikulum 2013 adalah menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach ) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam kurikulumn 2013 meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan
pendahuluan
bertujuan
untuk
menciptakan
suasana
awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience ) siswa. Kegiatan penutup ditujukan untuk validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa dan pengayaan materi pelajaran oleh siswa Pada kurikulum KTSP pembelajaran mengacu pada dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), namun pada kurikulum 2013 dikembankan kembali menjadi Standar Nasional Pendidikan (SKL, SI, Standar Proses, Standar Penilaian), yakni:
- Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari ke butuhan. - Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran, Semua mata pelajaran harus berkontribusi
terhadap
pembentukan
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).
- Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar
Isi.
Proses
Pembelajaran
pada
satuan
pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kurikulum 2013 tataran proses pembelajaran adalah dengan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) akan mengupayakan
agar
para
guru
mampu
menerapkan
pembelajaran
berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning)
- Standar Penilaian kurikulum 2013 berdsarkan pada mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi, menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikran mendalam (bukan hanya sekedar hafalan), mengukur proses kerja siswa (bukan hanya hasil kerja siswa), menggunakan portofolio pembelajaran siswa. Kurikulum
2013
merupakan
penyempurnaan dari
kurikulum
kurikulum-kurikulum
terbaru tahun
yang
merupakan
sebelumnya,
namun
kurikulum ini memiliki banyak permasalahan yakni:
- Tidak ada kajian terhadap penerapan Kurikulum 2006 yang berujung pada kesimpulan urgensi perpindahan kepada Kurikulum 2013.
- Tidak ada evaluasi menyeluruh terhadap uji coba penerapan Kurikulum 2013 setelah setahun penerapan d i sekolah-sekolah yang ditunjuk.
- Penjelasan poin ini adalah, Pada Pasal 2 ayat 2 dalam Peraturan Menteri nomor 159 Tahun 2014 itu menyebutkan bahwa Evaluasi Kurikulum untuk mendapatkan informasi mengenai: Kesesuaian antara Ide Kurikulum dan Desain Kurikulum; Kesesuaian antara Desain Kurikulum dan Dokumen Kurikulum; Kesesuaian antara Dokumen Kurikulum dan Implementasi Kurikulum; dan Kesesuaian antara Ide Kurikulum, Hasil Kurikulum, dan Dampak Kurikulum.
- Kenyataannya, Kurikulum 2013 diterapkan di seluruh sekolah sebelum dievaluasi kesesuaian antara ide, desain, dokumen hingga dampak kurikulum.
- Penyeragaman tema di seluruh kelas, sampai metode, isi pembelajaran dan buku yang bersifat wajib sehingga terindikasi bertentangan dengan UU Sisdiknas.
- Penyusunan konten Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang tidak seksama sehingga menyebabkan ketidakselarasan.
- Kompetensi Spiritual dan Sikap terlalu dipaksakan sehingga menganggu substansi
keilmuan
dan
menimbulkan
kebingungan
dan
beban
administratif berlebihan bagi para guru.
- Metode penilaian sangat kompleks dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dan mengalihkan fokus dari memberi perhatian sepenuhnya pada siswa.
- Ketidaksiapan guru menerapkan metode pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menyebabkan beban juga tertumpuk pada siswa sehingga menghabiskan waktu siswa di sekolah dan di luar s ekolah.
- Ketergesa-gesaan penerapan menyebabkan ketidaksiapan penulisan, pencetakan
dan
peredaran
buku sehingga
menyebabkan
berbagai
permasalahan di ribuan sekolah akibat keterlambatan atau ketiadaan buku.
- Berganti-gantinya regulasi kementerian akibat revisi yang berulang. B. PERTANYAAN YANG MUNCUL
1) Aspek-aspek apasajakah yang diperhatikan dari perkembangan kurikulum di Indonesia? 2) Bagaimanakah cara untuk mengevaluasi sebuah kurikulum yang diterapkan di Indonesia? 3) Siapakah yang harus benar-benar dilibatkan dalam pembuatan kurikulum dalam
rangka
penyempurnaan
kurikulum
sehingga
terhindar
dari
permasalahan-permasalahan? 4) Fenomena yang terjadi saat ini adalah beberapa sekolah ada yang menerapkan KTSP dan ada pula yang menerapkan Kurikulum 2013? Bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan dari perbedaan kurikulum tersebut bagi dunia pendidikan di Indonesia? 5) Bagaimanakah kurikulum yang benar-benar cocok diterapkan di Indonesia?
C. REFLEKSI DIRI DAN PERNYATAAN SIKAP
Resume terkait perkembangan kurikulum di Indonesia dari waktu ke waktu ini membuat saya kembali lagi untuk membaca sejarah tentang
kurikulum yang pernah ada di Indonesia, saya menjadi tahu bagaimana perkembangannya yakni dari awal kemeredekaan (kurikulum 1947) hingga kurikulum yang telah dikembangkan saat ini (kurikulum 2013), kurikulumkurikulum yang telah dikembangkan memiliki karakteristik atau ciri masingmasing dan juga memiliki kelemahan dan kelebihan. Kurikulum selalu mengalami perubahan sehingga kurikulum bersifat dinamis karena harus disesuaikan dengan tuntutan jaman. Perkembangan kurikulum setiap waktunya memiliki permasalahan-permasalahan sehingga sampai saat ini terus dilakukan evaluasi dan penyempurnaan dari kurikulum yang diterapkan sehingga Indonesia memiliki kurikulum yang cocok untuk diterapkan di Indonesia itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut saya ingin mempelajari kembali tentang tujuan pemerintah untuk menerapkan kurikulum yang berlaku di Indonesia, sebagai seorang pendidik saya harus tahu tujuan dari penerapan kurikulum yang sebenarnya, sebagai seorang pendidik juga harus dapat menjalankan apa yang telah diatur dalam sebuah kurikulum sehingga tujuan dari kurikulum tersebut juga dapat tercapai, seorang pendidik tidak boleh hanya mengkritisi namun juga memberikan solusi jika kurikulum yang diterapkan dirasa memiliki kekurangan yang harus diperbaiki.
DAFTAR RUJUKAN
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2006. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. Online. http://kuliahdaring.dikti.go.id/materiterbuka/open/dikti/ Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/BAC_Pengkur_SD/UNIT4_PERKEMBANGA N_KURIKULUM.pdf Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Departemen Pendidikan Nasional Ilham, Waris. 2014. Standar Proses Pendidikan Nasional dan Penerapannya (online): http dalam Sistem Pendidikan di Sekolah http://www.kompasiana.com/arits.ilham/standar-proses-pendidikannasional-dan-penerapannya-dalam-sistem-pendidikan-disekolah_54f73fffa33311590f8b47ab (diakses tanggal 22 Januari 2016) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI: Implementasi Kurikulum 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013. Online. http://news.okezone.com/read/2014/ 12/11/65/1077829/10-masalah-utama-kurikulum-2013 (diakses tanggal 22 Januari 2016) Kesumawardani, Pipit. 2015. Perkembangan Kurikulum di Indonesia, Kelemahan Online. https://www.academia.edu/8105736/ dan Kelebihannya. Perkembangan_Kurikulum_di_Indonesia_kelemahan_dan_kelebihannya (diakses tanggal 22 Januari 2016) Marsudi. 2014. Hakekat Kurikulum dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum (Online). http:/www.p4tk-jogja.com/hakekat-kurikulum-dan prinsip-prinsip-pengembangan-kurikulum (diakses tanggal 22 Januari 2016) Sukmadinata, Nana S. 2008. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek . Bandung: Remaja Rosdakarya Wirianto, Dicky. 2014. Perspektif Historis Transformasi Kurikulum di Indonesia. Islamic Studies Journal Vol. 2 No.1
KRITERIA PENILAIAN RESUME MATAKULIAH PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN BIOLOGI SEMESTER GENAP 2015/2016 No.
Elemen
I. Identitas Resume 1 Judul resume 2 Nama penulis resume 3 Tempat dan waktu penulisan resume II. Isi Resume 4 Topik/subtopik bahasan relevan dengan materi yang akan dibahas 5 Pembahasan dilakukan secara singkat, padat, dan jelas 6 Pokok-pokok pikiran yang dipaparkan representatif untuk menggambarkan keseluruhan isi materi yang akan dibahas 7 Mengidentifikasi permasalahan/pertanyaan yang mengindi-kasikan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari (paling sedikit 5 buah) 8 Daftar rujukan dicantumkan dengan jelas dan benar 9 Ada pernyataan yang ingin dilakukan/mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap hasil resume 10 Resume terorganisasi dengan baik dan lengkap Jumla h Skor Maksimal
Skor Maks
Penilaian
Kawan 2 1 2
10 10 25
25
10 10
5
100
Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwat i, S.E. (2012)
Dosen