PERHITUNGAN INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU) DI DAERAH JAKARTA, ACEH, DAN YOGYAKARTA TAHUN 2013 THE CALCULATION OF INDEX OF AIR POLLUTANT’S STANDARD IN REGIONAL JAKARTA, ACEH, AND YOGYAKARTA IN 2013 1)
2)
Mukhammad Arief Setiawan , Muhammad Syahdan S. , Yoga Armando
3)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB Dramaga Bogor, 16680 1
[email protected] 3
[email protected] ,
[email protected],
[email protected] Abstrak: Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh negara-negara didunia termasuk Indonesia. Tingkat pencemaran udara suatu kota ditentukan berdasarkan indeks standard pencemar udara yang dilihat berdasarkan kandungan mineral yang terdapat pada udara. Berdasarkan nilai yang terdapat dalam ISPU, maka suatu kota dapat dikategorikan memiliki kualitas udara yang baik atau tidak. Metode yang digunakan pada pengamatan ini adalah metode studi pustaka. Parameter yang digunakan untuk menghitung ISPU berdasarkan KEP-45/MENLH/10/1997 dan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang indeks standar pencemar udara adalah partikulat berukuran 10 µm (PM 10 ), sulfur dioksida (SO 2 ), karbon monoksida (CO), oksidan dalam bentuk ozon (O 3 ), dan nitrogen dioksida (NO2 ). Tingkat kualitas udara terburuk yaitu di daerah Jakarta berdasarkan nilai ISPU yang telah dihitung. Kualitas udara di Jakarta terkategori sedang berdasarkan parameter partikulat (PM 10 ) dan ozon (O3 ) dengan nilai ISPU 85 dan 87 yang artinya tingkat kualitas udara tidak berpengaruh terhadap kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika. Efek dari pencemar ozon dan PM 10 di Jakarta menyebabkan luka pada beberapa spesies tanaman dan terjadi penurunan jarak pandang. Konsentrasi pencemar tersebut dapat dikurangi dengan cara menjaga kualitas lingkungan dan menghemat energi yang yang digunakan serta membangun beberapa beberapa ruang terbuka hijau di kota-kota besar. Kata kunci : I SPU, SPU, parameter parameter I SP, SP, pence pencemaran maran u dara Abstract: Air pollution is one of the environmental problems faced by the countries of the world
including Indonesia. The air pollution level of a city is determined by the air pollutant standard index is seen by the contents of minerals contained in the air. Based on the values contained in ISPU, then a city can be considered to have air quality is good or not. The method used in this observation is the method of literature study. The parameters used to calculate ISPU based PEM-45 / MENLH / 10/1997 and KEP-107 / KABAPEDAL / 11/1997 on air pollutant standard index is a particulate size of 10 lm (PM 10 10 ), sulfur dioxide (SO2 ), carbon monoxide (CO), oxidants in the form of ozone (O3 ), and nitrogen dioxide (NO2 ). The level of the worst air quality in the area of the Jakarta based ISPU value that has been calculated. The air quality in Jakarta is categorized based on the parameters of particulate matter (PM 10 10 ) and ozone (O3 ) with ISPU 85 and 87, which means the air quality levels do not affect the health of humans or animals but the effect on sensitive plant and aesthetic value. Effects of ozone and pollutants in Jakarta PM¬10¬ cause injury to some species of plants and decreased visibility. The concentration of these pollutants can be reduced by maintaining the quality of the environment and conserve energy use as well as build some green open open space in big cities. Keywor ds : ISPU, ISPU’s parameters, air pollution.
PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan merupakan masalah penting yang sedang dihadapi dunia. Meningkatnya jumlah pabrik-pabrik industri, pembangunan yang terus berkembang, serta pertambahan populasi penduduk yang sangat besar terus memberikan perubahan-perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Pencemaran udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang dihadapi oleh negara-negara didunia termasuk Indonesia. Gas pembuangan dari pabrik, emisi kendaraan bermotor, transportasi, pembakaran sampah serta kegiatan rumah tangga merupakan sumber pencemaran udara (Kusnoputranto 2005) . Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia di dominasi oleh kendaraan roda dua, mobil penumpang, serta mobil barang (Abu bakar 2005). Udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan dan perlu untuk dipelihara kualitasnya agar dapat memenuhi daya dukung kehidupan sebelum kualitas udara tersebut menurun. Faktorfaktor yang dapat mencegah atau menghambat timbulnya polusi udara adalah adanya lahan hijau dan banyaknya pohon di taman-taman kota (Fahimi 2012). Kegiatan manusia hampir seluruhnya menghasilkan zat polutan, selain itu kegiatan alam juga menghasilkan zat pencemar kedalam udara. Tingkat pencemaran udara suatu kota ditentukan berdasarkan indeks standard pencemar udara (ISPU) yang dilihat berdasarkan kandungan-kandungan mineral yang terdapat pada udara tersebut. Berdasarkan nilai yang terdapat dalam ISPU, maka suatu kota dapat dikategorikan memiliki kualitas udara yang baik atau tidak. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung indeks standar pencemar udara (ISPU) pada kota-kota besar di Indonesia sehingga didapatkan perbandingan kualitas udara ambien pada periode tertentu yang memberikan input perbaikan untuk mereduksi polutan berbahaya yang ada di udara.
TINJAUAN PUSTAKA ISPU atau indeks standar pencemar udara merupakan nilai rata-rata dari gabungan nilai unsur ISPU yaitu CO, PM10, SO2, NO2, dan O3 yang masing-masing unsur tersebut dihitung menurut kadar tertimbang, kemudian dihitung nilai standarnya. Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di Indonesia adalah indeks standar pencemar udara (ISPU) yang sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45/MENLH/10/1997 dan KEP107/KABAPEDAL/11/1997tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Gas-gas yang digunakan sebagai parameter pengukuran ISPU yaitu karbon monoksida (CO), partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Gasgas tersebut dapat memberikan dampak yang buruk jika berada di udara apalagi dalam jumlah yang sangat banyak. Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang berasal dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna akibat kurangnya jumlah oksigen. Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi gas CO diberbagai perkotaan. Partikulat (PM10)
merupakan zat pencemar padat maupun cair yang terdispersi di udara. Zat ini sering disebut sebagai asap atau jelaga. Sulfur Dioksida (SO2) berasal dari hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur. Selain bahan bakar, sulfur juga terkandung didalam pelumnas. Gas sulfur dioksida sulit dideteksi karena merupakan gas tidak berwarna. Sulfur dioksida dapat menyebabkan gangguan pernafasan, pencemaran, sakit kepala, sakit dada, dan dapat menyerang saraf manusia. Pada kadar melebihi batas ambang dapat menyebabkan kematian. Zat nitrogen dioksida (NO2) sangat beracun sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan saluran pernafasan serta menimbulkan kerusakan paru-paru. Gas ini terbentuk dari hasil pembakaran yang tidak sempurna. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang sangat halus, sehingga dapat menembus bagian dalam paru-paru. Ozon merupakan senyawa kimia yang tersusun dari tiga atom oksigen. Ozon merupakan gas yang beracun dan berbau sangit. Ozon terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat dideteksi melalui bau yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik. Biasanya, ozon digunakan dalam proses permunia air, sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu. Ozon dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman serta berbahaya bagi kesehatan terutama penyakit pernafasan seperti bronchitis maupun asma.
METODE Metode yang digunakan pada pengamatan ini adalah metode studi pustaka atau studi literatur. Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data ISPU di tiga kota yang berbeda yang berupa data kadar ambien hasil pengukuran dan ISPU yang terhitung pada periode tertentu. Parameter yang digunakan untuk menghitung ISPU berdasarkan KEP45/MENLH/10/1997 dan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang indeks standar pencemar udara (ISPU) adalah partikulat berukuran 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), oksidan dalam bentuk ozon (O3), dan nitrogen dioksida (NO2). Nilai ISPU dapat dihitung dengan pendekatan rumus sebagai berikut:
( )) . . . . . . . . . .
(1)
Keterangan : 3
I = ISPU terhitung
Xa = kadar ambien batas atas (g/m )
Ia = ISPU batas atas
X b = kadar ambien batas bawah (g/m )
I b = ISPU batas bawah
3 Xx = kadar ambien nyata hasil pengukuran (g/m )
3
Setiap kota dipilih nilai ISPU yang tertinggi untuk setiap parameter, kemudian diantara ketiga data tersebut dipilih kota yang memiliki kualitas udara terburuk untuk dianalisis upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara dari kota tersebut agar kesetimbangan ekosistem di ko ta tersebut dapat terjaga.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pencemaran udara bukan hanya menjadi permasalahan negara maju dan negara berkembang saja tetapi sudah menjadi bagian dari masalah dunia. Polusi udara merupakan satu masalah nyata yang mengancam lingkungan bahkan mengancam kehidupan manusia. Hal ini ditandai oleh penurunan kualitas udara terutama di kotakota besar dalam beberapa tahun terakhir ini. Faktor-faktor yang menjadi sumber utama polusi udara di kota-kota besar adalah transpotasi kendaraan bermesin, industri dengan gas buangan industri, kepadatan penduduk, pusat pertokoan dan iklim yang meliputi kelembaban udara, suhu udara dan kecepatan angin. Faktor-faktor yang dapat mencegah atau menghambat timbulnya polusi udara adalah adanya lahan hijau dan banyaknya pohon di taman-taman kota (Atash 2007). Data parameter pencemar udara dari 3 kota besar diperoleh bedasarkan metode studi literatur. Data parameter tersebut mencakup data partikulat berukuran 10µm (PM10), sulfur dioksida (SO 2), karbon monoksida (CO), oksidan dalam bentuk ozon (O3), dan nitrogen dioksida (NO2) yang ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Data kadar ambien parameter ISPU tahun 2013 Daerah
PM10
SO2
CO
O3
NO2
Jakarta
121,03
14,53
234,7
206,43
40,69
Aceh
35,17
158,8
169,9
-
35,3
Yogyakarta
18,9
22,64
171
9,35
43,63
Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan nilai indeks standar pencemar udara menggunakan Persamaan 1 untuk setiap parameter sehingga diperoleh niali ISPU (ditampilkan pada Tabel 2). Tabel 2 Data hasil perhitungan nilai ISPU No
Daerah
Parameter Indeks Standar Pencemar Udara PM10
SO2
CO
O3
NO2
1
Jakarta
85
14
87
7
2
Aceh
35
64
-
6
3
Yogyakarta
19
23
9
1
Data yang diperoleh pada Tabel 2 kemudian dibandingka dengan KEP45/MENLH/10/1997 dan KEP-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang indeks standar pencemar udara (ISPU) sehingga diperoleh kategori ISPU di daerah Jakarta, Aceh, dan Yogyakarta (ditampilkan pada Tabel 3).
Tabel 3 Kategori ISPU No
Daerah
Parameter Indeks Standar Pencemar Udara PM10
SO2
CO
O3
NO2
1
Jakarta
Sedang
Baik
Sedang
Baik
2
Aceh
Baik
Sedang
-
Baik
3
Yogyakarta
Baik
Baik
Baik
Baik
Nilai pencemar terbesar untuk kota Jakarta yaitu pada pencemar partikulat (PM10) dan ozon (O3) dengan nilai ISPU 85 dan 87. Berdasarkan hal tersebut, kota Jakarta terkategori sedang artinya tingkat kualitas udara tidak berpengaruh terhadap kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika. Efek dari pencemar ozon dan PM10 di Jakarta menyebabkan luka pada beberapa spesies tanaman dan terjadi penurunan jarak pandang. Sedangkan berdasarkan parameter sulfur dioksida (SO2), kota Aceh termasuk kategori sedang dengan nilai ISPU sebesar 64. Efek dari pencemar SO2 di Aceh menyebabkan luka pada beberapa spesies tanaman. Berdasarkan Parameter NO2, ketiga kota tersebut yaitu Jakarta, Aceh, Yogyakarta dalam kategori baik. Kota Jakarta memiliki kualitas udara terburuk dari ketiga kota tersebut. Kualitas udaranya tercemar parameter partikulat dengan nilai 85 hampir mendekati 101 yang dalam kategori tidak sehat. Bahayanya partikulat akan berdampak lanjutan baik terhadap kesehatan manusia maupun mahluk hidup lainnya. Dampak terhadap manusia yang banyak terjadi adalah gejala pembengkakan pada paru-paru, iritasi mata dan gangguaan infeksi saluran pernapasan atas. Sedangkan dampak bagi tumbuhan yang hidup di daerah dengan kualitas udara buruk dapat mengalami berbagai jenis penyakit. Upaya penanganan dalam mengatasi pencemaran udara untuk memperbaiki kualitas udara yaitu dengan merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik, melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala, memasang filter pada knalpot, memasang scruber pada cerobong asap untuk daerah industri dan memodifikasi pada proses pembakaran. Sedangkan penanggulangan dalam ruangan yaitu dengan cara menggunakan exhaust-fan exhaust-fan yang berfungsi mengatur pertukaran udara di dalam ruangan.
SIMPULAN Tingkat kualitas udara terburuk yaitu di daerah Jakarta berdasarkan nilai ISPU yang telah dihitung. Kualitas udara di Jakarta terkategori sedang berdasarkan parameter partikulat (PM10) dan ozon (O3) dengan nilai ISPU 85 dan 87 yang artinya tingkat kualitas udara tidak berpengaruh terhadap kesehatan manusia atau hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika. Efek dari pencemar ozon dan PM10 di Jakarta menyebabkan luka pada beberapa spesies tanaman dan terjadi penurunan jarak pandang.
Saran Perlu dilakukan pemantauan secara berkala terhadap kualitas udara berdasarkan parameter ISPU di beberapa kota-kota besar sehingga dapat dilakukan pencegahan atau pengendalian untuk mengantisipasi meningkatnya konsentrasi pencemar bagi daerah yang masih terkategori baik atau sedang. Perlunya diperbanyak ruang terbuka hijau (RTH) selain keuntungan dari segi estetika juga dapat menekan tingkat pencemaran udara disekitarnya.
Daftar Pustaka Abubakar, I. 2005. Kerusakan Lingkungan yang Diakibatkan Oleh Sumber Transportasi. Transportasi. [Terhubung Berkala]www.infogigig.com. Berkala]www.infogigig.com. (9 (9 September 2014). Atash, F. 2007. The deterioration of urban environments in developing countries: Mitigating the the air pollution pollution crisis in Tehran, Iran. Iran. Elsevier , 399-409. Fahimi, M., Dharma B., Fetararayani, D., Baskoro. 2012. Asosiasi antara polusi udara dengan IgE total serum dan tes faal paru pada polisi lalu lintas. lintas . Jurnal Penyakit Dalam; Dalam; hal 1-9. Kusnoputranto, Haryoto.2005. Kesehatan Lingkungan. Lingkungan. Departemen Kesehatan : Jakarta.
Lampiran II Keputusan Kepala Badan Pengendalian Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997 BATAS INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA DALAM SATUAN SI Indeks Standar Pencemar Udara 50 100 200 300 400 500
24 Jam PM10 3 (g/m ) 50 150 350 420 500 600
24 Jam SO2 3 (g/m ) 80 365 800 1600 2100 2620
8 Jam CO 3 (g/m )
1 Jam O3 3 (g/m )
1 Jam NO2 3 (g/m )
5 10 17 34 46 57.5
120 235 400 800 1000 1200
*) *) 1130 2260 3000 3750
ANGKA DA KATEGORI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA (ISPU) Indeks 1 – 50 51 – 100 101 – 199 200 – 299 300 – lebih
Kategori Baik Sedang Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Ttd. Sarwono Kusumaatmadja
Lampiran IV Contoh Perhitungan ISPU untuk Daerah Aceh
Partikulat (PM10)
()
( )
Sulfur dioksida (SO2)
( ))
() ) ()
( )
Nitrogen dioksida dioksida (NO2)
( )) ()
( )