TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR
PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PPNS-ITS (SMK3) DI PPNS-ITS (Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996) (Berdasarkan PERMENAKER 05/MEN/1996) Gratcia N. Simanjuntak NRP. 6506.040.003
Gratcia N. Simanjuntak NRP (6506.040.003) TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
1
FINAL PROJECT
SAFETY AND HEALTH MANAGEMENT SYSTEM PLAN (SMK3) in PPNS-ITS (Based on PERMENAKER 05/MEN/1996)
Gratcia N. Simanjuntak NRP (6506.040.003)
DEPARTMENT OF HEALTH AND SAFETY ENGINEERING SURABAYA SHIPBUILDING STATE POLYTECHNIC SEPULUH NOPEMBER INSTITUT OF TECHNOLOGY SURABAYA 2010
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 29 Juni 2010 Periode Wisuda
: September 2010
Mengetahui/menyetujui,
Dosen Penguji
Tanda tangan
1.
Galih Anindita, ST
(............................................... )
2.
Mirna Apriani, ST
(................................................ )
3.
Priyo Agus Setiawan, ST
(………………………………)
4.
Wiediartini, SE, MT
(………………………………)
Dosen Pembimbing
Tanda tangan
1.
Mirna Apriani, ST
(………………………………)
2.
Indri Santiasih, S.KM
(………………………………)
Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Mengetahui/menyetujui Ketua Program Studi,
Projek Priyonggo S.L., ST., MT NIP. 131792970
ii
ABSTRAK
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah sebuah perguruan tinggi negeri dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang memiliki komitmen dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan kerja. Perguruan tinggi negeri ini adalah satu-satunya yang memiliki program studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan kerja di Indonesia. Manajemen puncak PPNS-ITS berencana mewujudkan kampus yang safety. Kondisi PPNS-ITS yang memiliki jumlah karyawan lebih dari 100 orang dan memiliki potensi bahaya yang cukup besar, mengharuskan PPNS-ITS untuk menerapkan SMK3 sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996. Tugas akhir ini adalah sebuah perencanaan SMK3 yang bersifat aplikatif, mampu diterapkan secara manajemen untuk mendukung komitmen K3 manajemen PPNS-ITS. Perencanaan ini berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja. Draft manual yang disusun akan dilengkapi dengan prosedur dan form yang berkaitan dengan prosedur tersebut. Dalam penerapannya, akan dilakukan oleh seluruh bagian dan divisi di PPNS-ITS. Manajemen puncak akan melakukan peninjauan ulang untuk memastikan bahwa seluruh klausul dilaksanakan untuk melakukan perbaikan berkelanjutan, demi menuju visi PPNS-ITS. Setelah seluruh prosedur dan manual selesai disusun, maka dilakukan penerapan sebagai bentuk komitmen pelaksanaan K3. Jika sistem manajemen ini diterapkan secara keseluruhan, maka hasil akhir dari penerapan sistem manajemen K3 ini adalah berupa pengakuan dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk sertifikat SMK3 dan bendera.
Kata kunci: SMK3.
iii
ABSTRACT
Shipbuilding State Polytechnic of Surabaya is a government university under the Sepuluh Nopember Institute of Technology which has commitment to implement occupational health and safety program. This government college is the only one which has a safety engineering study program in Indonesia. The top management has a plan to realize a PPNS-ITS campus of safety. The condition of PPNS-ITS which has more than 100 employees, and has a high potential of hazard, requires a safety and health management system according to the regulation of the minister of labor (Permenaker 05/MEN/1996). This final project is a plan of safety and health management system which can be applicated by the top management, to support the management’s commitment for occupational health and safety. This design based on the regulation of labor minister. The manual draft will be prepared including the procedures and forms related to the manual. In its implementation/apllication, will be performed by all sections and division in PPNS-ITS. The top management will perform a management review to ensure that all clauses implemented, for continuous improvement, in order to PPNS-ITS vision. After all of the procedures and manual were compiled, it is implemented as a form of commitment to the implementation of safety. If this management system is implemented, then the end of result of this safety and health management system is an acknowledgement form the goverment, given in the form of certificate and flag.
Key words: Safety and health management system.
iv
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, sumber dari segala sesuatu, hanya oleh anugerahNya penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu sebagai syarat kelulusan Diploma IV Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Keluarga tercinta, kedua orang tua dan adik-adik yang selalu mendoakan dan memberi dorongan semangat kepada penulis. 2. Bapak Ir. Muhammad Mahfud M. MT selaku Direktur PPNS-ITS 3. Bapak Projek Priyonggo, S.L.,S.T.,M.T sebagai ketua program studi teknik keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Ibu Mirna Apriani, S.T., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu yang berharga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Ibu Indri Santiasih, S.KM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis, meskipun dalam keadaan mengandung. Penulis berharap anak yang lahir nanti dapat menjadi teladan dan kebanggaan bagi orang tua dan negara. 6. PT. United Tractor yang menjadi acuan penulis dalam menyusun tugas akhir ini. 7. Wanita spesial dalam hidup penulis, Maria Carolina Lopulalan yang memberikan dukungan semangat dan doa sehingga penulis tetap mampu bertahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 8. Teman-teman K3 2006 yang telah memberikan bantuan berharga (Juwita, Afrizal) bagi penulis, dan teman yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 9. Seluruh staf dan karyawan PPNS-ITS, terutama kepala setiap laboratorium dan bengkel. 10. Seluruh dosen PPNS-ITS dan khususnya dosen K3 11. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya. v
Penulis berharap tugas akhir ini dapat diterapkan secara manajemen, karena itu adalah impian penulis dan tujuan khusus penulis. Penulis sadar bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik sangat dibutuhkan untuk menjadikan tugas akhir ini lebih sempurna.
Surabaya, Juli 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. ABSTRAK........................................................................................................ KATA PENGANTAR..................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................................ DAFTAR GAMBAR....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1.1 Latar belakang............................................................................................. 1.2 Perumusan masalah..................................................................................... 1.3 Tujuan.......................................................................................................... 1.4 Manfaat penelitian....................................................................................... 1.5 Batasan permasalahan................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2.1 Sistem manajemen....................................................................................... 2.2 Manajemen K3............................................................................................ 2.3 Sistem manajemen K3 2.3.1 Sejarah sistem manajemen K3.......................................................... 2.3.2 Sistem manajemen K3 di beberapa negara....................................... 2.3.3 Manfaat penerapan sistem manajemen K3........................................ 2.3.4 Penerapan sistem manajemen K3 berdasarkan Permenaker 05/MEN/1996................................................................................... 2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis)........................................................... BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 3.1 Lokasi penelitian......................................................................................... 3.2 Kerangka penelitian..................................................................................... 3.3 Tahap identifikasi awal............................................................................... 3.4 Tahap pengumpulan data............................................................................ 3.5 Tahap penyusunan draft SMK3................................................................... 3.6 Tahap analisa dan kesimpulan 3.6.1 Analisa............................................................................................... 3.6.2 Kesimpulan....................................................................................... BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA....................................... 4.1 Data untuk SMK3 4.1.1 Komitmen perusahaan tentang K3.................................................... 4.1.2 Kebijakan K3.................................................................................... 4.1.3 Profil perusahaan............................................................................... 4.1.4 Struktur organisasi perusahaan......................................................... 4.1.5 Visi dan misi perusahaan.................................................................. 4.2 Usulan pembentukan tim kerja.................................................................... 4.3 Usulan pembentukan divisi K3................................................................... 4.4 Usulan penunjukan Manajemen Representatif............................................ 4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek........................................................ 4.6 Penetapan indikator kinerja.........................................................................
i ii iii v vii ix xi xii 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 7 9 12 14 16 16 16 16 17 17 17 18 20 20 20 21 23 24 24 25 25 26 27 vii
4.7 Penyusunan draft manual SMK3................................................................ 4.8 Penyusunan prosedur bagi draft manual SMK3......................................... 4.9 Penerapan prosedur 4.9.1 Prosedur identifikasi bahaya............................................................. 4.9.2 Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan........................................ 4.10 Analisa penerapan prosedur 4.10.1 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi..................................................................................... 4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal.................................................................................... 4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan................................................................................... 4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal...................................................................................... 4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant.................................................. 4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel engine.......................................... 4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik......................................................... 4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK...................................................................... 4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan................................................................. 4.10.10 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika............................... 4.10.11 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia....................................................................... 4.10.12 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi................................................................. 4.10.13 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin......................................................... 4.11 Kesimpulan penerapan prosedur............................................................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 5.2 Saran............................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... LAMPIRAN
28 47 47 62
73 74 74 74 75 75 75 75 76 76 76 76 77 77 78 78 78 79
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sistem manajemen K3 di beberapa negara.......................................
8
Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan......................................................................
18
Tabel 4.1 Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1 tahun.................................................................................................
27
Tabel 4.2 Kategori bahaya................................................................................
48
Tabel 4.3 Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi.........................................
49
Tabel 4.4 Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal.......................................
50
Tabel 4.5 Identifikasi bahaya di bengkel permesinan.......................................
51
Tabel 4.6 Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan........................................
52
Tabel 4.7 Identifikasi bahaya di bengkel non metal..........................................
53
Tabel 4.8 Identifikasi bahaya di laboratorium steam power plant....................
54
Tabel 4.9 Identifikasi bahaya di laboratorium automatic diesel marine...........
55
Tabel 4.10 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik.........................
56
Tabel 4.11 Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK......................................
57
Tabel 4.12 Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika.................................................................................................
57
Tabel 4.13 Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin........................
59
Tabel 4.14 Identifikasi bahaya di laboratorium kimia......................................
60
Tabel 4.15 Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi................................
61
Tabel 4.16 Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan mikroprosessor..................................................................................
62
Tabel 4.17 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi..................
62
Tabel 4.18 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal................
65
Tabel 4.19 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan................
66
Tabel 4.20 Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal...................
67
Tabel 4.21 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant..................................................................................................
68
Tabel 4.22 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel marine...............................................................................................
68 ix
Tabel 4.23 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik....
69
Tabel 4.24 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK.................
70
Tabel 4.25 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan............
70
Tabel 4.26 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika................................................................................
71
Tabel 4.27 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia.................
72
Tabel 4.28 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi...........
72
Tabel 4.29 Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin...
73
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 5/MEN/1996......................................
14
Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir................................................................
19
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Denah PPNS-ITS
Lampiran II
Kumpulan Prosedur
Lampiran III Data
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya adalah perguruan tinggi yang berada dibawah naungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Perguruan tinggi ini memiliki beberapa jurusan dan program studi, antara lain Teknik Kelistrikan Kapal, Teknik Bangunan Kapal, Teknik Mesin, Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik Otomasi, Program Studi D4 Teknik Pengelasan. Salah satu program studi yang ada di PPNS-ITS adalah Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Program studi ini dibuka pada tahun 2003 dengan mahasiswa lintas jalur. Sebagai sebuah perguruan tinggi satu-satunya di Indonesia yang memiliki Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pihak manajemen merasa perlu untuk mewujudkan kampus PPNS-ITS sebagai sebuah kampus yang safety yang dapat menjadi contoh bagi kampus lainnya. Dalam rangka memenuhi tuntutan kemajuan jaman, serta untuk menunjukkan keseriusan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya untuk mewujudkan visi menjadi kampus yang safety, pihak manajemen telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebuah sistem yang mengutamakan keselamatan dalam bekerja, tidak melihat besar kecilnya pekerjaan dan tempat
kerja tersebut.
Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja ini sangat bermanfaat karena dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman, melindungi pekerja dan orang lain yang ada di tempat kerja, serta memperkecil biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki atau membeli barang baru, serta membayar santunan bagi pekerja yang mengalami kecelakaan. Sistem ini dapat diterapkan dalam struktur organisasi perusahaan dan dapat diaudit untuk menilai apakah sistem ini berjalan dengan baik dan sesuai prosedur, serta untuk memperoleh sertifikat SMK3 dari Depnakertrans. 1
Sebagai suatu sistem, PPNS-ITS memiliki tingkatan mulai dari tingkat manajemen hingga tingkat karyawan. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya berjumlah lebih dari 100 orang, yang bertugas di bengkel dan laboratorium di PPNS-ITS. Menurut Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Bab III pasal 3 menyatakan bahwa tempat kerja yang berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian wajib menerapkan SMK3. Pihak manajemen memiliki suatu komitmen untuk membentuk suatu sistem yang memiliki visi, misi, dan tujuan yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan kampus PPNS berstandar Internasional. Untuk mendukung program manajemen dalam menerapkan PPNS-ITS sebagai kampus yang safety maka penulis merencanakan sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat digunakan sebagai sebuah pedoman untuk menuju visi tersebut. Dengan Sistem Manajemen K3 ini diharapkan PPNS-ITS dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya untuk menerapkan K3 yang lebih baik.
1.2 Perumusan Masalah Pada penelitian ini yang menjadi rumusan permasalahan adalah bagaimana menyusun suatu draft Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun draft Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan menteri tenaga kerja RI No. Per-05/MEN/1996 bagi PPNS-ITS.
2
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaaat dari penelitian ini : 1. Bagi PPNS-ITS sebagai user Sebagai suatu rekomendasi yang sangat penting dan berguna serta dapat diterapkan secara manajemen. 2. Bagi penulis Sebagai suatu pembelajaran dan menambah pengetahuan tentang Sistem Manajemen K3.
1.5 Batasan Permasalahan Mengingat
keterbatasan
penulis,
luas
serta
kompleksnya
permasalahan, dan agar pembahasan lebih terarah, serta terstruktur maka penulis membatasi bahwa : 1. Dokumen (manual) yang akan disusun sampai pada tahap peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen 2. Tahap penerapan/implementasi prosedur membahas elemen tentang: -
Identifikasi kebutuhan pelatihan (bengkel dan laboratorium)
-
Identifikasi bahaya (bengkel dan laboratorium)
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Manajemen Dalam suatu organisasi, kita mengenal adanya suatu struktur. Setiap elemen dalam struktur tersebut memiliki peran masing-masing. Manajemen puncak sebagai pemegang kekuasaan memiliki tanggung jawab penuh atas organisasi yang dipimpinnya. Pihak manajemen berkewajiban menerapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang beberapa diantaranya adalah mencegah dan mengurangi kecelakaan, memberi pertolongan pada kecelakaan, dan syarat lain yang fungsinya adalah untuk melindungi tenaga kerja atau karyawan, serta orang lain yang ada di tempat kerja (Undang-undang No.1 tahun 1970, pasal 3). Biasanya manajemen puncak memiliki visi dan misi yang harus dicapai dalam rentang waktu jabatan organisasi tersebut. Tidak jarang dalam manajemen tersebut terdapat beberapa perbedaan, namun pada akhirnya menuju suatu tujuan dan sasaran yang sama. Setiap organisasi harus memiliki sistem manajemen yang menjamin agar kegiatan organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan alur yang tepat. Kebijakan dan komitmen manajemen selalu mencakup keseluruhan tujuan dan sasaran dari organisasi tersebut. Jika ada kebijakan yang menyimpang maka akan menghambat pencapaian. Oleh karena itu sebuah organisasi harus menerapkan sistem manajemen yang tepat dan saling mendukung agar keseluruhan visi dan misi perusahaan atau organisasi dapat tercapai tepat pada waktunya. Dalam penetapan kebijakan dan komitmen ini harus berlandaskan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Kebijakan dan komitmen ini akan dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam sistem manajemen tersebut, termasuk diantaranya adalah P2K3 yang dibentuk oleh perusahaan itu sendiri (Per 04/MEN/1987, pasal 2).
4
2.2 Manajemen K3 Dalam pasar bebas yang marak dengan berbagai persaingan, penerapan manajemen K3 sangat penting untuk dijalankan dengan baik dan terarah. Proses industrialisasi merupakan “syarat mutlak” untuk membangun negeri ini. Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa trend suatu pertumbuhan dari sistem K3 adalah melalui fase-fase, yaitu fase kesejahteraan, fase produktivitas kerja, dan fase toksikologi industri (Suardi, 2006). Sekarang ini, K3 sebagaimana halnya aspek-aspek tentang pengaturan tenaga kerja, sedang pada fase “kesejahteraan”, terutama pada umumnya para buruh. Mungkin setelah tercapainya kestabilan politik, hukum, dan ekonomi, kita bisa mulai menginjakkan kaki ke fase produktivitas kerja. Sedang fase toksikologi industri, cepat lambatnya dicapai tergantung pada kemampuan untuk mengembangkan perindustrian pada umumnya. Penerapan peraturan perundangan dan pengawasan serta perlindungan para buruh merupakan prinsip dasar dalam sistem manajemen ini. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disesuaikan dengan “sistem ergonomi” (penyesuaian beban kerja/alat kerja dengan kemampuan dan fisik pekerja), merupakan salah satu usaha untuk mencetak para buruh yang produktif dengan peningkatan SDM yang profesional dan andal.
2.3 Sistem Manajemen K3 2.3.1 Sejarah Sistem Manajemen K3 Dibandingkan dengan dua kerabat dekatnya, sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004, sistem manajemen K3 memang belum begitu terkenal. Standar yang sekarang dikenal seperti OHSAS 18001:1999 pun tidak diterbitkan oleh lembaga standardisasi dunia (ISO), tapi melalui kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada diberbagai negara (Suardi, 2006). Sistem manajemen K3 sebenarnya telah mulai diterapkan di Malaysia pada tahun 1994 dengan dikeluarkannya Undang-undang 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada 1996. Lembaga ISO juga telah mulai merancang sebuah sistem manajemen K3 dengan melakukan pendekatan terhadap sistem manajemen mutu ISO 9000 dan sistem manajemen lingkungan ISO 14000. Hasil workshop yang diadakan saat itu adalah didapatkan agar ISO menghentikan upayanya membangun sebuah sistem manajemen K3 sejenis ISO 9000 dan ISO 14000. Alasannya kala itu adalah K3 merupakan struktur yang bersifat tiga pihak (tripartite)
maka penyusunan ketentuan standard sistem
manajemen K3 diserahkan ke masing-masing negara. Pada tahun 1998, The Occupational Safety and Health Branch (sekarang: SafeWork) ILO bekerja sama dengan International Occupational Hygiene Association (IOHA) melakukan identifikasi elemen-elemen kunci dari sebuah sistem manajemen K3. Pada akhir tahun 1999, anggota lembaga ISO yaitu British Standards Institution (BSI) meluncurkan sebuah proposal resmi (Ballot document ISO/TMB/TSP 190) untuk membuat sebuah komite teknik ISO
yang
bertugas
membuat
sebuah
Standar
Internasional
Nonsertifikasi. Hal ini menimbulkan persaingan dengan ILO yang sedang mempopulerkan sistem manajemen K3. ILO sendiri didukung oleh International Organization of Employers (IOE) dan International Confederation of Free Trade Unions (ICFTU) dan afiliasi-afiliasinya. Akibatnya proposal yang diusulkan oleh BSI pun ditolak. Draft final yang disusun ILO dihasilkan awal tahun 2001. Hasil pertemuan pada April tahun 2001 The ILO Guidelines on OSH Management System (THE ILO/OSH 2001) pun disepakati. THE ILO/OSH 201 merupakan model yang unik. Selain dapat disesuaikan dengan sistem manajemen lainnya, tapi tidak ditujukan untuk menggantikan undang-undang di negara bersangkutan, tidak mengikat dan tidak mempersyaratkan sertifikasi. Akan tetapi pada tahun 1999 BSI dengan badan-badan sertifikasi dunia meluncurkan juga sebuah standard sistem manajemen K3 yang diberi nama Occupational Health and Safety Management System 6
(OHSAS 18001). Struktur yang dimiliki THE ILO/OSH 2001 pun memiliki kesamaan dengan OHSAS 18001.
2.3.2 Sistem Manajemen K3 di Beberapa Negara Sebuah
kabar
baik,
beberapa
negara
di
dunia
sudah
mengembangkan sendiri sebuah sistem manajemen K3. Berarti ini menunjukkan adanya perhatian yang kuat dari negara-negara tersebut. Kebanyakan sistem yang diterapkan di negara bersangkutan dibuat dalam bentuk undang-undang atau ketetapan menteri. Di India dan Malaysia, peraturan K3 yang dibuat dalam istilah umum hanya menyebutkan bahwa pengusaha bertanggung jawab dalam mengelola K3, dan tidak secara khusus menjelaskan suatu sistem manajemen K3. Di Australia penerapan sistem manajemen K3 diatur di tingkat Negara bagian untuk membuat suatu organisasi yang dikenal dengan the Joint Accreditation System of Australia and New Zealand (JAS-ANZ). China dan Thailand membuat sebuah standar sistem manajemen K3 yang dikenal dengan OHSMS Trial Standard dan TIS 18000 series. Jadi setiap negara melakukan pendekatan yang berbeda termasuk pihak yang bertanggung jawab dalam menetapkan ketentuan tersebut, walaupun pada intinya memiliki tujuan yang sama. Dalam tabel dibawah akan terlihat fungsi pemerintah dalam sistem manajemen K3 (Suardi, 2006).
7
Tabel 2.1 Sistem manajemen K3 di beberapa Negara
Negara AustraliaSelandia Baru
China
Hongkong
India
Indonesia
Jepang
Korea
Penanggung jawab Komisi nasional K3, gubernur negara bagian, agensi yang terkait pada JAS-ANZ Komisi nasional ekonomi dan perdagangan, biro nasional pengawas keamanan produksi Departemen perburuhan
Menteri perburuhan, direktorat jenderal industri dan inspektorat propinsi Menteri tenaga kerja dan transmigrasi
Aturan
Isi
(The National OHS improvement framework by NOHSC)
Pedoman bagi Negaranegara bagian, dukungan untuk AS/NZS 4301 Materi pedoman bagi biro dan komisi pedoman
OHSMS Trial Standard
Sistem sertifikasi Pengendali JAS-ANZ yang diakreditasi badan sertifikasi SMK3
Akreditasi organisasi sertifikasi dan komisi registrasi auditor komisi pedoman
Kerangka kerja parlemen untuk SMK3 (Standard K3)
Pedoman dewan K3
Rencana audit safety OSHC
NA
Bukan pada tingkat nasional
Ketetapan menteri tentang SMK3 dan ketetapan audit Peraturan tentang pedoman K3
Pedoman Tiga kategori SMK3 dan sertifikasi audit berdasarkan audit
Menteri kesehatan, perburuhan dan kesejahteraan Menteri Pedoman perburuhan, SMK3 Korea Occupational Safety and Health Agency (KOSHA)
Pedoman bagi kegiatan SMK3
Tidak ada sertifikasi resmi
Kode Sertifikasi KOSHA program pada SMK3 KOSHA 2000 dan program KOSHA 2000 8
Lanjutan tabel 2.1 Negara Malaysia
Penanggung Aturan jawab Menteri (Undangsumber daya undang K3) manusia
Singapura
Menteri tenaga kerja
Regulasi industri
Thailand
Menteri TIS 18000 perburuhan dan kesejahteraan sosial dan perindustrian
Isi
Sistem sertifikasi OHSAS Sertifikasi 18001 bagi OHSAS 18001 standard oleh SIRIM organisasi QAS Sdn Bhd Kode Tidak praktis mensyaratkan untuk sertifikasi SMK3 Pedoman Sertifikasi TIS SMK3 18000 oleh khususnya institusi bagi sertifikasi perusahaan sistem kecil dan manajemen menengah
Sumber: (SMK3 Rudi Suardi)
2.3.3 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen K3 Sistem manajemen K3 memiliki manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh karyawan maupun industri terkait. -
Perlindungan karyawan Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja.
Kita
tentu
menyadari
karyawan
yang
terjamin
keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal dibandingkan karyawan yang terancam keselamatan dan kesehatan kerjanya. Dengan adanya jaminan keselamatan, keamanan, dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
9
-
Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang Banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukkan eksistensinya dalam beberapa tahun. Kita bisa saksikan bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undangundang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya, semua itu tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan sistem manajemen K3, setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan perundangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan (Suardi, 2006).
-
Mengurangi biaya Tidak berbeda dengan falsafah dasar sistem manajemen pada umumnya, sistem manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidak sesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tesebut. Memang dalam jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam menerapkan sebuah sistem manajemen K3. Apalagi jika kita juga melakukan proses sertifikasi dimana setiap enam bulannya akan dilakukan audit yang tentunya juga merupakan biaya yang harus dibayar. Akan tetapi jika penerapan sistem manajemen K3 dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen, nilai uang yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan sistem manajemen K3 adalah biaya premi asuransi. Banyak perusahaan yang mengeluarkan biaya premi asuransi yang jauh 10
lebih
kecil
dibandingkan
sebelum
menerapkan
sistem
manajemen K3 (Suardi, 2006).
-
Membuat sistem manajemen yang efektif Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini akan dicapai dengan adanya sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variabel yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang efektif, disamping mutu, lingkungan, keuangan, teknologi informasi dan K3. Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari penerapan sistem manajemen K3 adalah adanya prosedur terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian dan identifikasi akar
masalah ketidak sesuaian.
Persyaratan
perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bentuk bagaimana sistem manajemen yang efektif. Pengendalian dan pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut memberi nilai tambah bagi organisasi. Penerapan sistem manajemen K3 yang efektif akan mengurangi rapat-rapat yang membahas ketidak sesuaian. Dengan adanya sistem maka hal itu akan dapat dicegah sebelumnya disamping kompetensi personel yang semakin meningkat dalam mengetahui potensi ketidak
sesuaian.
berkonsentrasi
Dengan
melakukan
demikian
organisasi
dapat
peningkatan
terhadap
sistem
manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi (Suardi, 2006).
-
Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada 11
produk yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dibandingkan sebelum dilakukan penerapan sistem manajemen K3, citra organisasi terhadap kinerjanya akan semakin meningkat, dan tentu ini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan (Suardi, 2006).
2.3.4 Penerapan
Sistem
Manajemen
K3
Berdasarkan
Permenaker
05/MEN/1996 Peraturan menteri tenaga kerja no 05/MEN/1996 merupakan sebuah pedoman yang data digunakan untuk menyusun sebuah sistem manajemen K3 dalam sebuah perusahaan. Dalam peraturan ini jelas dikatakan bahwa tempat kerja yang berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian wajib menerapkan SMK3 (Per 05/MEN/1996, pasal 3). Peraturan menteri ini menetapkan bahwa tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dalam penerapan sistem manajemen K3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut: a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3. b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung
yang
diperlukan
mencapai 12
kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. d. Mengukur,
memantau
dan
mengevaluasi
kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan perbaikan dan pencegahan. e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Didalam peraturan menteri ini, ditetapkan apa yang wajib diterapkan oleh perusahaan melalui pelaksanaan prosedur (wajib prosedur), dan apa yang tidak wajib diterapkan (tidak wajib prosedur). Seluruh prosedur yang disusun akan disimpan secara rapi melalui sistem pendokumentasian untuk memastikan bahwa seluruh prosedur telah diterapkan sebagaimana mestinya. Untuk pembuktian penerapan sistem manajemen K3 maka perusahaan dapat melaksanakan audit yang dilakukan oleh badan audit yang ditunjuk oleh menteri. Elemen yang akan diaudit adalah sebagai berikut: a) Pembangunan dan pemeliharaan komitmen b) Strategi pendokumentasian c) Peninjauan ulang desain dan kontrak d) Pengendalian dokumen e) Pembelian f) Keamanan bekerja berdasarkan sistem manajemen K3 g) Standar pemantauan h) Pelaporan dan perbaikan kekurangan i) Pengelolaan material dan pemindahannya j) Pengumpulan dan penggunaan data k) Pemeriksaan sistem manajemen l) Pengembangan keterampilan dan kemampuan
13
Pedoman ini cocok diterapkan di Indonesia karena telah diuji kesesuaiannya dengan kondisi di Indonesia. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa sistem manajemen K3 mengikuti sebuah pola yang terstruktur seperti dibawah ini.
Perbaikan berlanjut
Komitmen dan kebijakan
Peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen
Perencanaan
Penerapan Pengukuran dan evaluasi
Gambar 2.1 Bagan elemen Permenaker 05/MEN/1996 (sumber: SMK3 Rudi Suardi)
2.4 PHA (Preliminary Hazard Analysis) Preliminary
Hazard
Analysis
adalah
sebuah
teknik
yang
dikembangkan oleh angkatan bersenjata Amerika (U.S. Army). Dalam CPI (Chemical Process Industry), PHA dilaksanakan secara lazim selama konsep desain pabrik proses atau selama perkembangan terdahulu untuk menentukan potensi bahaya apa saja yang ada. PHA tidak mencegah/menghalangi keperluan penilaian potensi bahaya yang lebih jauh; faktanya PHA biasanya digunakan sebagai perintis evaluasi potensi bahaya selanjutnya. Ada dua keuntungan penggunaan PHA yaitu: 1) Dapat mengidentifikasi potensi bahaya dan pada saat bersamaan juga dapat dikoreksi dengan biaya dan gangguan sekecil mungkin. 2) Dapat
menolong
identifikasi
tim
pengembang
dan/atau
mengembangkan petunjuk operasi yang dapat digunakan diseluruh masa hidup proses operasi tersebut. 14
Didalam PHA, tim mendaftarkan elemen dasar dari sistem dan potensi-potensi bahaya
yang
menarik
perhatian,
yang
mana dapat
didefenisikan di tahap konsep desain. Daftar ini dapat termasuk: -
Sifat potensi bahaya dari bahan baku, pertengahan proses, katalis, limbah dan produk akhir.
-
Peralatan/perlengkapan pabrik
-
Lingkungan operasi
-
Prosedur operasi
-
Denah instalasi
-
Pelindung kebakaran dan perlengkapan keamanan
Tim identifikasi akhirnya mengklasifikasikan potensi bahaya yang ada pada beberapa kategori yaitu: -
Kategori I
: Negligible
-
Kategori II
: Marginal
-
Kategori III
: Critical
-
Kategori IV
: Catastrophic
Organisasi
yang
menggunakan
teknik
PHA
sebaiknya
mendefinisikan lebih lanjut setiap kategori diatas kepada tim sehingga mereka dapat menilai setiap potensi bahaya secara tepat. Kemudian tim akan mencatat masukan apa saja yang mereka identifikasi untuk memperbaiki atau meringankan potensi bahaya (Guidelines for hazard evaluation procedures).
15
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menjelaskan pengelolaan permasalahan yang akan diteliti. sesuai dengan alur yang terstruktur dengan penyelesaian permasalahan yang ada didalam metode penelitian. Metode penelitian ini menjelaskan tentang langkah – langkah penyelesaian tugas akhir ini. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PPNS-ITS. 3.2 Kerangka Penelitian Dalam memecahkan masalah diperlukan kerangka penelitian yang merupakan pegangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dari awal hingga akhir penyelesaian. Kerangka penelitian yang dilakukan ada pada gambar 3.1 diagram alir tugas akhir. 3.3 Tahapan Identifikasi Awal Adapun isi dari tahapan ini digambarkan sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah Pada tahap ini dilakukan identifikasi beberapa permasalahan yang didapatkan pada saat melakukan pengamatan sehingga bisa dilakukan sebuah penelitian. 2. Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan tentang apa yang ingin dicapai dan manfaatnya bagi pihak terkait serta bagi penelitian selanjutnya. Tahap ini merupakan dasar tentang apa yang dilakukan selama penelitian.
16
3. Studi Lapangan Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap kondisi lapangan yang sebenarnya, jenis pekerjaan apa yang ada, serta potensi bahaya apa saja yang terdapat di tempat kerja. 4. Studi Pustaka Setelah dilakukan identifikasi terhadap permasalahan maka perlu adanya studi pustaka dari literatur terkait yaitu Permenaker No. Per05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3.4 Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data ini, dimana pengumpulan semua bahan – bahan kajian yang berhubungan dengan penyelesaian permasalahan yang telah didapat. Tahap ini melakukan pengambilan data tentang struktur organisasi di PPNS-ITS, komitmen, kebijakan, profil PPNS-ITS, visi dan misi. 3.5 Tahap Penyusunan Draft Manual SMK3 Tahap penyusunan ini dengan menggunakan Pola Pendekatan secara manajemen. Dengan memahami hal ini, dapat diprediksi apakah penelitian tersebut layak digunakan. 3.6 Tahap Analisa dan Kesimpulan Tahap ini merupakan akhir dari penelitian, dimana peneliti melakukan tahap analisa tugas akhir, dan memberikan solusi, kesimpulan dan saran bagi pihak institusi PPNS-ITS. 3.6.1 Analisa Tahap ini Peneliti mengelola kajian sesuai dengan bahan tugas akhir yang dilakukan pada data – data yang telah didapat dan telah diolah.
17
3.6.2 Kesimpulan Tahap ini akhir dari pengerjaan yang dilakukan oleh peneliti, dimana kesimpulan ini dapat memberi masukan pada pihak yang telah dijadikan objek penelitian, hingga kedepannya dapat digunakan sebagai kebijakan pihak tersebut. Oleh sebab itu rekomendasi dari peneliti sangat bermanfaat bagi PPNS-ITS sebagai user. Tabel 3.1 Tabel rencana kegiatan BULAN KEGIATAN I
II
III
IV
Identifikasi dan perumusan masalah Pengumpulan data Pengolahan data Analisa dan kesimpulan Penyusunan tugas akhir
18
MULAI
IDENTIFIKASI MASALAH
PENENTUAN TUJUAN DAN RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
STUDI PUSTAKA: SMK3 PERMENAKER 05/ MEN/1996
STUDI LAPANGAN: PENGAMATAN PROSES KERJA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA
PENGUMPULAN DATA: KOMITMEN KEBIJAKAN VISI DAN MISI PROFIL PPNS-ITS STRUKTUR ORGANISASI
PENYUSUNAN DRAFT MANUAL SMK3
IMPLEMENTASI SESUAI BATASAN MASALAH
ANALISA DAN KESIMPULAN
SELESAI Gambar 3.1 Diagram alir tugas akhir
19
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.1 Data untuk SMK3 Dalam penyusunan draft manual SMK3, ada beberapa data yang dibutuhkan, antara lain: a. Komitmen perusahaan tentang K3 b. Kebijakan K3 c. Profil perusahaan d. Struktur organisasi perusahaan e. Visi dan misi perusahaan Seluruh data ini akan dimasukkan dalam draft manual sesuai dengan elemen yang terdapat dalam Per-05/MEN/1996. 4.1.1 Komitmen Perusahaan tentang K3 POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS) bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan menerapkan praktek K3 yang terbaik dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
4.1.2 Kebijakan K3 Dalam mendukung komitmen PPNS-ITS dalam menerapkan K3 di wilayah kampus, maka pihak manajemen PPNS-ITS telah menyusun suatu kebijakan K3 yang akan dijalankan di seluruh wilayah kampus dengan mendapat pengawasan dari seluruh pihak yang berkepentingan di PPNS-ITS
20
PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk: 1. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3. 2. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat) 3. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada lingkungan kampus. 4. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap hukum serta kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh Civitas Akademika dan pihak terkait lainnya. 5. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu dalam K3 dengan benar, tepat dan konsisten. Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan, mitra kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang tugas masing-masing.
4.1.3 Profil Perusahaan POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS) berdiri pada tahun 1987 dengan nama POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA. PPNS-ITS merupakan perguruan tinggi yang memiliki jurusan dan program studi antara lain: Teknik Bangunan Kapal, Teknik Kelistrikan Kapal, Teknik Permesinan Kapal, Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi D4 Teknik Perpipaan, Program Studi D4 Teknik Pengelasan, Program Studi D4 Teknik Otomasi. PPNS-ITS juga bergerak dibidang pembuatan kapal dengan teknologi canggih, mutakhir dan ramah lingkungan. PPNS-ITS ini didukung oleh manajemen profesional yang sudah berpengalaman dalam dunia perkapalan, pelayaran dan kelautan. Bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam bisnis ini, kami selalu berpijak pada nilai-nilai Profesionalisme, Pengembangan Teknologi dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya sebagai landasan dasar dalam memberikan layanan terbaik demi kepuasan pelanggan dan 21
peminat. Maka tidak mengherankan jika pelanggan dan peminat kami terus meningkat dari segi kuantitas dari waktu ke waktu. Demi menjaga kualitas, perusahaan kami telah menerapkan sistem manajemen mutu (ISO 9001:2008) yang didukung oleh para tenaga ahli yang berkompeten dan mampu bekerja secara tim demi tercapainya tujuan dan sasaran mutu PPNS-ITS.
22
4.1.4 Struktur organisasi perusahaan STRUKTUR ORGANISASI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SENAT POLITEKNIK
DIREKTUR
IAB
PEMBANTU DIREKTUR BIDANG AKADEMIK
PEMBANTU DIREKTUR BIDANG ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN
BAUK
BAAK
PEMBANTU DIREKTUR BIDANG KEMAHASISWAAN KOORDINATOR JASA DAN PRODUKSI UNIT PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN UNIT PENGEMBANGAN DAN INSTITUSI
KAJUR TEKNIK BANGUNAN KAPAL
UPT GUDANG DAN PERLENGKAPAN
KAJUR TEKNIK MESIN KAPAL
UPT PERPUSTAKAAN
KAJUR PRODI K3
UPT BAHASA DAN KOORDINATOR MKDU
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UPT PERAWATAN DAN PERBAIKAN
UNIT PENELITIAN DAN HKI
UNIT LAYANAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
KABID PELATIHAN DAN SERTIFIKASI
KABID KARYA PENGABDIAN MASYARAKAT
UPT E-LEARNING CENTRE
UPT FASILITAS INTERNET
23
4.1.5 Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan: -
Menjadi Politeknik bereputasi global dalam melaksanakan dan mengembangkan teknologi kemaritiman dan teknologi penunjang
kemaritiman
serta
berperan
aktif
mengimplementasikannya.
Misi perusahaan: -
Melaksanakan program pendidikan vokasi dan penelitian terapan dibidang teknologi kemaritiman (professionalismsustainability).
-
Berperan dalam kegiatan kemasyarakatan secara aktif dan produktif, untuk mengembangkan teknologi kemaritiman (good governance-professionalism).
-
Membangun masyarakat akademis berkualitas yang mampu berkompetisi secara global (sustainability-professionalism).
-
Membentuk jejaring kerja dengan sektor industri kemaritiman serta berbagai institusi terkait untuk merealisasikan sistem pendidikan
yang
komprehensif
(good
governance-
sustainability).
4.2 Usulan pembentukan Tim Kerja Dalam melaksanakan SMK3 sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka diusulkan untuk membentuk Tim kerja yang akan melaksanakan seluruh prosedur dalam Manual SMK3 yang disusun. Dalam hal ini, tim kerja yang diusulkan bernama TIM SMK3. Didalam TIM SMK3 terdapat struktur organisasi yang bersifat fungsional dan 24
memiliki kompetensi dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan SMK3. Kompetensi yang dibutuhkan tersebut adalah sebagai berikut: a) Kompetensi dalam hal kepemimpinan b) Kompetensi dalam hal identifikasi bahaya c) Kompetensi dalam peraturan perundang-undangan d) Kompetensi dalam pengetahuan akan mesin dan peralatan yang ada di PPNS-ITS e) Kompetensi dalam penanganan dokumen Apabila seluruh kompetensi tersebut telah dimiliki oleh tim P2K3 yang dibentuk di PPNS-ITS, maka dengan ini peneliti mengusulkan agar TIM SMK3 dijalankan oleh P2K3 secara fungsional.
4.3 Usulan Pembentukan Divisi K3 Divisi K3 adalah divisi penting dalam pelaksanaan SMK3, karena divisi ini berisi sejumlah orang yang memiliki komitmen dalam menerapkan K3, dilengkapi dengan kompetensi pendukung yang dianggap penting dalam menerapkan kebijakan K3 dan SMK3. Melihat struktur organisasi PPNS-ITS yang belum memiliki divisi/bagian K3, maka dengan ini peneliti mengusulkan dibentuknya divisi K3 yang memiliki posisi langsung berada dibawah direktur.
4.4 Usulan Penunjukan Manajemen Representatif Didalam SMK3 dikenal istilah Manajemen Representatif (MR) yang diadopsi dari OHSAS 18001. Manajemen Representatif (MR) adalah sebuah jabatan yang bersifat fungsional, yang bertugas dalam TIM SMK3. Manajemen Representatif memiliki tanggung jawab dalam memimpin 25
TIM SMK3, serta memberikan laporan kepada manajemen puncak PPNSITS tentang kemajuan TIM SMK3 dan program SMK3, dalam arti lain bahwa Manajemen Representatif (MR) adalah wakil manajemen dalam TIM SMK3.
4.5 Perhitungan jumlah jam kerja praktek Dalam Manual SMK3 yang disusun, ditemukan adanya indikator kinerja. Indikator kinerja ini ditetapkan dengan syarat terukur dan disetujui oleh pihak manajemen. Dengan ini peneliti melakukan perhitungan jam kerja praktek di PPNS-ITS sebagai indikator kinerja keberhasilan program SMK3 yang diusulkan. Data yang diambil adalah mulai dari bulan September tahun 2009 hingga bulan Agustus 2010. Untuk menghitung jumlah jam kerja praktek berdasarkan ketentuan sebagai berikut: -
Jumlah jam kerja pada hari Senin adalah 8,5 jam.
-
Jumlah jam kerja pada hari Selasa hingga kamis adalah 9 jam.
-
Jumlah jam kerja pada hari Jumat adalah 7 jam.
-
Jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 20 hari kerja dengan 5 hari kerja per minggu (tidak termasuk hari kerja untuk karyawan yang melaksanakan lembur atau masuk pada hari sabtu).
-
Jika libur maka tidak dihitung sebagai hari kerja.
-
Hari masuk (sabtu) sebagai pengganti hari libur tidak dihitung sebagai hari kerja.
-
Cuti bersama untuk hari libur keagamaan tidak dihitung sebagai hari kerja.
26
-
Libur akhir tahun selama 2 bulan tidak dihitung sebagai hari kerja.
-
Minggu tenang sebagai persiapan UAS tidak dihitung sebagai hari kerja.
-
Minggu pelaksanaan UAS tidak dihitung sebagai hari kerja
Tabel 4.1. Perhitungan jumlah jam kerja praktek di PPNS-ITS selama 1 tahun (September 2009-Agustus 2010) Bulan September Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Jumlah jam kerja per bulan Hari kerja Total 18 154 20 170 19 162 11 98 19 162 18 154 19 162 19 162 18 154 14 112 0 0 0 0
Total 175 Rata-rata/bulan 15 Sumber : (Hasil perhitungan)
1490 124.16
4.6 Penetapan indikator kinerja Indikator kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS adalah tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya jam kerja selama satu tahun, atau selama ±1490 jam kerja.
27
4.7 Penyusunan draft manual SMK3 Setelah seluruh data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah menyusun draft manual SMK3. Draft manual SMK3 adalah sebagai berikut:
28
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
1.KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 1.1. Kepemimpinan dan Komitmen POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS (PPNS-ITS) bertekad memberikan hasil kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan menerapkan praktek K3 yang terbaik dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 1.2. Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review) PPNS-ITS melakukan peninjauan awal kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja denga cara: a. Mengidentifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan yang ada di tempat kerja di seluruh wilayah PPNS-ITS. b. Melakukan pembandingan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS dengan pihak lain dalam ruang lingkup kerja yang sama. c. Melakukan peninjauan sebab dan akibat dari kejadian yang berbahaya, serta gangguan lainnya yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. d. Meninjau ketersediaan sumber daya (baik manusia maupun dana) yang ada di PPNS-ITS. Seluruh hasil peninjauan awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan dan pengembangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS. 1.3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja PPNS-ITS menetapkan kebijakan untuk: 6. Menciptakan suasana kampus yang berbudaya K3. 7. Melaksanakan 5R (Rapi, Resik, Ringkas, Rajin, Rawat) 29 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
29/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
8. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja pada lingkungan kampus. 9. Mengkomunikasikan dan selalu berusaha mematuhi setiap hukum serta kebijakan mutu dalam K3 kepada seluruh Civitas Akademika dan pihak terkait lainnya. 10. Menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen mutu dalam K3 dengan benar, tepat dan konsisten. Kebijakan ini wajib dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan, mitra kerja dan pihak-pihak terkait lainnya sesuai bidang tugas masing-masing. 2.PERENCANAAN 2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko Seluruh bahaya potensial dari aktivitas pekerja secara rutin dan non rutin pada area kerja yang dilihat dari tingkah laku, kemampuan dan faktor pekerja yang lain serta bahaya potensial dari infrastruktur, peralatan dan bahan di tempat kerja pada PPNS-ITS diidentifikasi dan dievaluasi oleh TIM SMK3, untuk memastikan tujuan dan sasaran K3 sesuai dengan bahaya potensial dan resiko di PPNS-ITS. Tinjauan bahaya potensial dan resiko akan dilaksanakan bila terjadi perubahan proses dan atau perubahan perundangan yang berarti atau muncul perkembangan unit usaha yang baru. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk membuat, menyusun dan memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. Manajemen Representatif K3 mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. Setelah melakukan identifikasi dan penilaian resiko, maka TIM SMK3 melakukan pengendalian resiko. Prosedur terkait : 1. Prosedur Identifikasi Bahaya. 30 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
30/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
2. Prosedur Penilaian Resiko. 3. Prosedur Pengendalian Resiko 2.2.Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya Perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang dapat diterapkan di PPNS-ITS akan diidentifikasi dan ditinjau ulang pemenuhannya oleh Manjemen Representatif K3 untuk memastikan komitmen dalam kebijakan K3 terpenuhi. Direktur PPNS-ITS menentukan persyaratan K3 lainnya yang secara umum akan diterjemahkan sebagai standar atau kode perusahaan serta persyaratan K3 dari konsumen untuk diterapkan dalam Sistem Manajemen K3 PPNS-ITS. Persyaratan perundang-undangan akan ditinjau ulang oleh TIM SMK3 dalam rangka tinjauan ulang identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko dalam menanggapi adanya perubahan
perundang-undangan
atau
perubahan
proses
atau
perubahan
perundang-undangan dan pekerjaan atau proyek dengan bidang yang baru. TIM SMK3 akan mengakses serta memelihara hubungan
dengan instansi-instansi
pemerintah yang terkait dan sumber informasi lainnya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh manajemen puncak atau TIM SMK3 itu sendiri. Prosedur terkait Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Lainnya. 2.3.Tujuan dan Sasaran PPNS-ITS menetapkan, menerapkan, dan memelihara tujuan K3 yang terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan yang relevan di dalamnya. Tujuan ini harus dapat diukur, diterapkan dan konsisten dengan kebijakan K3, termasuk komitmen pencegahan terhadap kecelakaan dan PAK (Penyakit Akibat Kerja) untuk disesuaikan dengan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang berlaku, untuk perbaikan berlanjut. Tujuan ini dengan mempertimbangkan pilihan
31 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
31/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
teknologi, keuangan, operasional dan usaha, serta pandangan pihak–pihak yang berkepentingan. PPNS-ITS menetapkan, menerapkan dan memelihara semua program untuk mencapai tujuan. Program–program ini meliputi : 1. Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk mencapai tujuan pada tiap– tiap fungsi dan tingkatan yang relevan. 2. Tahapan dan jangka waktu tujuan yang akan diraih . Program dapat ditinjau secara teratur
sesuai dengan jadwal yang
ditentukan oleh TIM SMK3 untuk memastikan tujuan dapat tercapai. Prosedur terkait Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran Manajemen K3. 2.4.Indikator Kinerja Dalam rangka menetapkan tujuan dan sasaran K3, PPNS-ITS menetapkan suatu indikator kinerja yang terukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 dan sebagai informasi keberhasilan pencapaian SMK3 yaitu: Tidak tejadi kecelakaan kerja yang menimbulkan hilangnya jam kerja selama kurun waktu jumlah jam tertentu didalam satu tahun (jumlah jam kerja efektif ±1490 dalam satu tahun, atau dihitung sejak dimulainya program SMK3) 2.5.Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung PPNS-ITS menyusun rencana yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan dengan: 1. Menunjuk tanggung jawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai fungsi dan tingkatan manajemen PPNS-ITS 2. Menetapkan sarana dan jangka waktu pencapaian 32 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
32/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
3.PENERAPAN 3.1. Jaminan Kemampuan 3.1.1.Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana Direktur PPNS-ITS memiliki tanggung jawab utama untuk K3 dan SMK3. Direktur menunjukkan komitmennya dengan : a. Menjamin tersedianya sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan mendukung SMK3 (sumber daya ini meliputi sumber daya manusia dan tenaga ahli, infrastruktur organisasi, teknologi dan sumber keuangan). b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan dalam manajemen
serta
menyelenggarakan
pelatihan
yang
dibutuhkan
(termasuk menyediakan tenaga ahli untuk pelatihan). c. Membuat sebuah peraturan atau persyaratan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja harus diinformasikan secara efektif dalam ruang lingkup PPNS-ITS. d. Menyusun sebuah peraturan untuk mendapatkan saran dan pendapat dari para ahli yang bergerak dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja, serta bidang lain yang berkaitan dengan sistem kerja di PPNS-ITS. e. Menyusun sebuah peraturan untuk melaksanakan konsultasi dan keikutsertaan karyawan secara aktif dalam sistem manajemen K3 di PPNS-ITS. Direktur PPNS-ITS menunjuk seorang untuk menjadi Manajemen Representatif K3 yang bertanggung jawab khusus pada K3 dengan diuraikannya peran dan kewenangan untuk : 1. Menjamin bahwa SMK3 diterapkan, ditetapkan dan dipelihara sesuai dengan standar Permenaker No Per-05/MEN/1996. 33 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
33/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
2. Menjamin bahwa laporan kinerja SMK3 dipresentasikan kepada Direktur untuk ditinjau dan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan SMK3. Prosedur terkait Prosedur Penetapan Job Description. 3.1.2.Integrasi PPNS-ITS
dapat
menggabungkan
Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan tetap menerapkan prinsip: a. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan kerja harus dijadikan menjadi prioritas utama b. Proses
penggabungan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja dengan manajemen PPNS-ITS harus dengan seimbang 3.1.3.Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat PPNS-ITS menjamin bahwa setiap elemen yang berhubungan dengan perusahaan, termasuk karyawan, mahasiswa, kontraktor, dan konsumen memiliki budaya untuk mendukung dan mendapat peran aktif dalam memberikan kontribusi bagi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PPNS-ITS. Maka dengan ini PPNS-ITS akan: a. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta wewenang untuk bertindak dan menjelaskan pelaporan untuk semua tingkatan divisi dalam manajemen PPNS-ITS, termasuk karyawan, mahasiswa, kontraktor, pengunjung, dan konsumen. b. Menyusun sebuah prosedur pemantauan dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang memiliki 34 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
34/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
pengaruh dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja c. Selalu berperan aktif dalam menanggapi kondisi yang menyimpang dari peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3.1.4.Konsultasi, Motivasi, dan Kesadaran PPNS-ITS
berkomitmen
untuk
memperhatikan
aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan konsultasi dengan badan
berwenang
dalam
upaya
penerapan,
pengembangan
dan
pemeliharaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PPNS-ITS melibatkan karyawan untuk berpartisipasi membantu TIM SMK3 dalam mengidentifikasi bahaya, penilaian resiko, dan penentuan tindakan pengendalian. Keterlibatan pekerja ini dilakukan melalui papan pengumuman K3, pertemuan K3 dan email. Pertemuan K3 dapat dilakukan setiap minggu atau sesuai jadwal yang disepakati oleh TIM SMK3, serta seluruh kegiatan rapat tercatat sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi rapat selanjutnya. Konsultasi dengan mahasiwa dan dengan pihak luar (kontraktor, konsumen, masyarakat) dilakukan jika ada perubahan yang berdampak pada masalah K3. Konsultasi tersebut dilakukan melalui pihak manajemen dalam pertemuan K3. Partisipasi karyawan dalam pengembangan dan peninjauan ulang mengenai kebijakan dan tujuan K3 dilakukan melalui pertemuan K3 yang dapat dilaksanakan setiap bulan sekali atau menurut kebijakan Manajemen Representatif, melalui kotak saran dan melalui email K3. PPNS-ITS memberikan pengarahan dan pemahaman bagi karyawan dan mahasiswa, sehingga karyawan dan mahasiswa dapat 35 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
35/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
mendukung tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Karyawan, mahasiswa, pengunjung dan pihak lain harus disadarkan akan bahaya yang dapat timbul dari proses pekerjaan yang ada di PPNS-ITS, baik yang bersifat fisik, kimia, radiasi, ergonomis, biologis, dan psikologis sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan. 3.1.5.Pelatihan dan Kompetensi Kerja PPNS-ITS akan menyenggarakan pelatihan bagi setiap karyawan, sebagai suatu upaya meningkatan kompetensi kerja serta untuk mencapai tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PPNS-ITS akan menyusun sebuah prosedur untuk mengidentifikasi standar kompetensi kerja serta pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi kerja tersebut. Pelatihan dapat dilaksanakan oleh internal PPNS-ITS atau badan eksternal. Laporan tentang pelatihan K3 harus dipelihara dan selalu diperbaharui. Prosedur terkait Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan 3.2.Kegiatan Pendukung 3.2.1.Komunikasi PPNS-ITS akan menginformasikan tentang K3 yang berkaitan dengan peningkatan, penyuluhan, dan kritik terhadap karyawan PPNS-ITS, masyarakat sekitar dan pihak – pihak lain yang berkepentingan. PPNS-ITS akan melakukan identifikasi dan menerima semua informasi tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berasal dari luar perusahaan, serta menjamin bahwa informasi terkait dikomunikasikan dengan pihak luar perusahaan yang membutuhkannya. Karyawan diberikan informasi melalui perwakilan mereka dalam masalah K3 melalui pelatihan dan briefing. 36 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
36/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
Prosedur terkait Prosedur Komunikasi. 3.2.2.Pelaporan PPNS-ITS akan menyusun suatu prosedur pelaporan yang tepat dan baik untuk menjamin kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Karyawan berkewajiban untuk: a. Ikut serta dalam mendukung tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Memberikan
masukan
untuk
meningkatkan
kinerja
Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Partisipasi pekerja dalam investigasi kecelakaan dilakukan melalui telepon, papan pengumuman K3 dan wawancara yang dilakukan oleh TIM SMK3. Segala bentuk kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, pekerja wajib melaporkannya dan memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya kepada supervisor dan supervisor wajib melanjutkan informasi pada Manajemen Representatif. Prosedur terkait Prosedur pelaporan 3.2.3.Pendokumentasian PPNS-ITS akan mendokumentasikan seluruh kegiatan Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Dalam menyusun
dokumentasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka PPNS-ITS harus mencantumkan / memasukkan : 1. Kebijakan dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
37 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
37/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
2. Memberikan uraian tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3. Menguraikan elemen utama dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta referensi yang terkait 4. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan dalam Per-05/MEN/1996 5. Dokumen dan rekaman yang disyaratkan oleh Tim SMK3 yang berkaitan dengan risiko manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta pengendaliannya Didalam PPNS-ITS telah diberlakukan sistem manajemen mutu (ISO 9001:2008), yang memiliki sistem pendokumentasian yang baik. Maka dapat dilakukan integrasi sistem manajemen K3 dengan sistem manajemen mutu internal dalam hal pendokumentasian dan pengendalian dokumen. Prosedur Terkait Prosedur Dokumentasi (integrasi dengan sistem manajemen mutu internal yang telah berjalan di PPNS-ITS). 3.2.4.Pengendalian Dokumen PPNS-ITS menjamin bahwa: a. Seluruh dokumen yang disimpan dapat diidentifikasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing elemen di perusahaan b. Dokumen
akan
ditinjau
secara
berkala
untuk
memastikan
kesesuaiannya, dan dapat dilakukan revisi jika diperlukan c. Laju revisi atau perubahan dokumen dapat diidentifikasi d. Dokumen yang kadaluarsa segera ditarik atau dimusnahkan dan master copy-nya disimpan sebagai catatan sejarah perubahan dokumen. e. Dokumen ditetapkan pada lokasi yang membutuhkan dan ditentukan f. Dokumen yang terbaru akan tersedia di seluruh lokasi yang penting 38 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
38/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
Direktur PPNS-ITS bertanggung jawab untuk mengesahkan manual SMK3. Manajemen Representatif bertanggung jawab untuk mengesahkan prosedur, instruksi kerja dan form. TIM SMK3 bertanggung jawab untuk membuat dan mengusulkan pengesahan prosedur, instruksi kerja dan form kepada Manajemen Representatif. Prosedur K3 dapat diubah berdasarkan kebutuhan dengan menggunakan penomoran dokumen yang spesifik dengan pengesahan dari Manajemen Representatif. Prosedur Terkait Prosedur Pengendalian Dokumen (integrasi dengan sistem manajemen mutu internal). 3.2.5.Pencatatan dan Manajemen Informasi PPNS-ITS menjamin kesesuaian penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja dicatat dengan baik dan mencakup: a. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan indikator kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. Izin kerja bagi pekerjaan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi c. Segala bentuk resiko dan sumber bahaya dari mesin, peralatan kerja, lingkungan, dan sifat kerja d. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh PPNS-ITS e. Segala bentuk kegiatan inspeksi, perawatan peralatan dan kalibrasi alat f. Audit dan tinjauan ulang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PPNS-ITS akan menetapkan dan memelihara prosedur untuk memastikan setiap pekerja menyadari : 39 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
39/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
1. Konsekuensi bahaya – bahaya K3 yang berarti, yang pernah terjadi atau potensi dari kegiatan kerja, perilaku, dan manfaat K3 untuk memperbaiki kinerja. 2. Peran dan tanggung jawab mereka dalam mencapai kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur K3 dan dengan persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, meliputi tanggap darurat dan kesiagaan. 3. Akibat potensial dari penyimpangan–penyimpangan prosedur operasi yang ditentukan. 3.3. Identifikasi Sumber bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko 3.3.1.Identifikasi Sumber Bahaya PPNS-ITS mengidentifikasi sumber bahaya yang terdapat di lokasi kerja dengan tetap mempertimbangkan: a. Jenis kecelakaan yang mungkin terjadi b. Penyakit akibat kerja (PAK) yang mungkin timbul dari aktifitas pekerjaan tersebut c. Kejadian dan kondisi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan Seluruh hasil identifikasi dicatat dan disimpan sesuai dengan kode dokumen sehingga dapat digunakan untuk kepentingan yang lain. 3.3.2.Penilaian Resiko PPNS-ITS melakukan penilaian resiko terhadap kondisi di tempat kerja untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. TIM SMK3 melakukan penilaian resiko pada setiap tempat kerja termasuk bengkel, ruang laboratorium, ruang kelas, ruang rapat, dan tempat lain yang dianggap berpotensi memiliki resiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Seluruh hasil penilaian resiko dicatat dan diinformasikan kepada seluruh karyawan dan orang lain di 40 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
40/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
tempat kerja, dan dokumen hasil penilaian resiko disimpan sesuai kode dokumen. 3.3.3.Tindakan Pengendalian PPNS-ITS akan membuat dan memelihara prosedur pengendalian terhadap bahaya potensial. Manajemen Representatif bertanggung jawab terhadap pelaksanaan prosedur operasi. PPNS-ITS akan menetapkan: a. Mengintegrasikan
tindakan
pengendalian
kedalam
Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Pengendalian berhubungan dengan pengadaan barang, peralatan dan pelayanan kepada karyawan dan mahasiswa c. Pengendalian terhadap izin kerja bagi karyawan atau kontraktor yang berada di kawasan berbahaya Prosedur terkait Prosedur pengendalian 3.3.4.Perancangan (design) dan Rekayasa PPNS-ITS melakukan proses perancangan dan rekayasa yang didasarkan atas hasil identifikasi dan penilaian resiko, dalam upaya untuk mengendalikan resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di seluruh tempat kerja. Dalam proses perancangan harus mengikuti sebuah alur yang teratur mulai dari proses pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian. Seluruh tahap ini harus berkaitan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Direktur PPNS-ITS menetapkan orang berkompetensi yang bertanggung jawab dan memberi wewenang untuk melakukan verifikasi persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 41 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
41/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
3.3.5.Pengendalian Administratif PPNS-ITS melaksanakan tindakan pengendalian administratif atas potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja, sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang disusun sebelumnya. Prosedur dan instruksi kerja ini ditempatkan diseluruh bagian yang memiliki potensi bahaya. Prosedur dan instruksi kerja dapat ditinjau ulang dan direvisi oleh orang yang memiliki kompetensi dibidang itu serta disetujui oleh Manajemen Representatif. 3.3.6.Tinjauan Ulang Kontrak PPNS-ITS melakukan peninjauan ulang terhadap kontrak kerja, kontrak pengadaan barang dan jasa, dan kontrak lain yang berhubungan dengan sistem kerja di perusahaan, untuk menjamin bahwa kontrak tersebut memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disetujui oleh manajemen PPNS-ITS. 3.3.7.Pembelian PPNS-ITS menyusun sebuah sistem pembelian barang dan jasa untuk menjamin bahwa produk barang dan jasa memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditetapkan oleh perusahaan. Dalam hal ini ditetapkan juga prosedur pemeliharaan barang dan jasa yang terintegrasi, untuk mencegah dan menangani resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
42 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
42/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
3.3.8.Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur : 1. Identifikasi potensi terjadinya situasi darurat. 2. Tindakan penanganan situasi darurat. PPNS-ITS akan merespon terhadap situasi darurat yang terjadi dan mencegah atau mengurangi kerugian yang terjadi. Dalam perencanaan kesiagaan tanggap darurat PPNS-ITS akan memperhatikan hal lainnya yang dianggap perlu, misalnya emergency services dan lingkungan sekitar. PPNS-ITS akan menguji prosedur kesiagaan tanggap darurat dalam jangka waktu yang ditentukan oleh TIM SMK3 dan disetujui oleh manajemen puncak, dengan berkoordinasi dengan divisi keamanan. Dan juga akan meninjau, merevisi prosedur kesiagaan tanggap darurat, khususnya setelah terjadi situasi darurat. Prosedur Terkait Prosedur Tanggap Darurat. 3.3.9.Prosedur Menghadapi Insiden PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur: 1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) 2. Perawatan lanjutan PPNS-ITS akan merespon jika terjadi kecelakaan di tempat kerja dengan menyediakan tim medis yang selalu siap disaat yang diperlukan.
43 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
43/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
PPNS-ITS akan merevisi prosedur jika terjadi perubahan, serta menguji prosedur dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh TIM SMK3 serta mendapat persetujuan dari manajemen puncak. 3.3.10.Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat PPNS-ITS akan membuat, menerapkan dan memelihara prosedur rencana pemilihan keadaan darurat, untuk dapat memulihkan kembali keadaan pada kondisi yang normal serta membantu pemulihan karyawan yang mengalami trauma. PPNS-ITS menjamin seluruh karyawan yang mengalami luka dan trauma dapat kembali bekerja dengan normal, serta seluruh biaya perawatan ditanggung oleh perusahaan. 4.PENGUKURAN DAN EVALUASI 4.1.Inspeksi dan Pengujian PPNS-ITS akan melaksanakan inspeksi dan pengujian seluruh kegiatan operasi sistem manajemen K3. Hal tersebut dilaksanakan untuk memantau kinerja K3 sesuai dengan program-program K3 yang telah dibuat serta untuk memantau adanya kecelakaan, insiden, tingkat kesehatan karyawan dan kekurangankekurangan K3 lainnya di PPNS-ITS. Inspeksi dan pengujian meliputi seluruh aspek keselamatan di perusahaan. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan oleh TIM SMK3 dengan bekerja sama dengan penanggung jawab tempat kerja dan karyawan yang ada di tempat kerja. Inspeksi dan pengujian dilaksanakan dengan disertai alat yang mendukung serta telah dikalibrasi dan diverifikasi oleh orang yang berwenang. PPNS-ITS juga melaksanakan pemeriksaan kesehatan pekerja guna memantau apakah ada penyakit akibat kerja. Seluruh hasil inspeksi dan pengujian tersebut didokumentasikan/dicatat guna analisa tindakan perbaikan & pencegahan. 44 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
44/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
Prosedur terkait : 1. Prosedur inspeksi dan pengukuran. 2. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan 3. Prosedur Kalibrasi & Perawatan Alat-alat Ukur.
4.2.Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PPNS-ITS melaksanakan audit SMK3 untuk memastikan kesesuaian penerapan Sistem Manajemen K3 dengan perundang-undangan bagi perusahaan dan juga peraturan lain yang digunakan dalam melaksanakan sistem manajemen K3 di PPNS-ITS. Audit dilakukan secara periodik dua kali dalam satu tahun* untuk menjamin kesesuaian, kecukupan dan keefektifan sistem manajemen K3 secara berkelanjutan. Semua hasil audit dilaporkan pada direktur serta didokumentasikan / dicatat. Prosedur terkait Prosedur audit SMK3. 4.3.Tindakan Perbaikan dan Pencegahan PPNS-ITS melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang mengacu pada hasil pelaksanaan pemantauan, audit, dan tinjauan ulang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seluruh temuan akan didokumentasikan, serta perusahaan menjamin penerapannya secara sistematik dan efektif. Prosedur terkait Prosedur Tindakan Perbaikan & Pencegahan. 5.TINJAUAN ULANG DAN PENINGKATAN OLEH PIHAK MANAJEMEN Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen PPNS-ITS akan dilaksanakan minimum satu kali dalam satu tahun* untuk menjamin kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan SMK3 secara berkelanjutan. Tinjauan ulang manajemen 45 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
45/18
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA ITS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MANUAL
dipimpin oleh direktur PPNS-ITS dan dihadiri oleh semua divisi. Tinjauan ulang harus membahas mengenai kesempatan untuk perbaikan dan kebutuhan untuk perubahan tentang SMK3. Masukan untuk tinjauan manajemen harus meliputi hasil audit dan evaluasi SMK3, hasil partisipasi dan konsultasi, keluhan dari pihak luar mengenai K3, Kebijakan K3, tindak lanjut K3 dari tinjauan manajemen sebelumnya, dan perkembangan peraturan yang berhubungan dengan K3. Prosedur terkait Prosedur Tinjauan Manajemen.
Keterangan: -
Tanda (*) yang ada dalam manual ini adalah usulan dari peneliti (mengacu pada sistem manajemen mutu PPNS-ITS).
-
Supervisor yang dimaksud dalam manual ini adalah kepala tiap bagian/kepala tiap divisi.
-
Karyawan yang dimaksud dalam manual ini adalah dosen, teknisi, pekerja tetap yang ada di PPNS-ITS. Tidak termasuk karyawan kontrak atau outsourcing, dan mahasiswa.
46 No. Dokumen : PPNS-ITS SMK3 M - 001
Tanggal Terbit :
No. Revisi
Tanggal Revisi :
Hal : : PPNS-ITS SMK3 RM - 005
46/18
4.8 Penyusunan Prosedur bagi Draft Manual SMK3 Prosedur yang disusun adalah prosedur yang dibutuhkan oleh draft manual SMK3. Diutamakan menyusun prosedur yang oleh Per05/MEN/1996 bersifat mendesak/penting. Seluruh prosedur ditempatkan di Lampiran II dari tugas akhir ini.
4.9 Penerapan Prosedur 4.9.1 Prosedur identifikasi bahaya Prosedur identifikasi bahaya adalah prosedur yang berisi tata cara pelaksanaan identifikasi bahaya di PPNS-ITS. Penerapan prosedur ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian prosedur yang diusulkan oleh peneliti dengan kondisi di lapangan. Prosedur diterapkan pada hampir seluruh bengkel dan laboratorium di PPNSITS. Dalam penerapan prosedur ini dikenal istilah kategori bahaya yang oleh peneliti dibagi menjadi empat kategori. Kategori bahaya ini diadopsi dari teknik identifikasi bahaya PHA (Preliminary Hazard Analysis) sebagai berikut: Kategori I
: Negligible
Kategori II
: Marginal
Kategori III
: Critical
Kategori IV
: Catastrophic
Setiap kategori bahaya secara umum didefenisikan sebagai bentuk tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu kecelakaan kerja. Pembagian kategori bahaya ini berdasarkan tingkat kerugian yang dialami seperti dibawah ini: 47
Tabel 4.2. Kategori bahaya Kategori bahaya
Kerugian
Kategori I
Kerusakan sistem yang kecil, namun tidak menyebabkan cedera/luka terhadap pekerja, pelepasan bahan kimia kepada lingkungan, atau paparan terhadap sistem operasi.
Kategori II
Paparan dalam skala kecil terhadap manusia, atau sistem alarm aktivitas sistem menyala.
Kategori III
Menyebabkan luka kecil terhadap manusia, terkena paparan bahan kimia berbahaya atau terkena radiasi, atau kebakaran, atau pelepasan bahan kimia kepada lingkungan.
Kategori IV
Luka berat atau kematian bagi manusia.
Sumber: (Rausand, 2005)
Penerapan ini ditujukan sebagai bentuk percobaan untuk melihat bentuk penerapan sebenarnya prosedur di lapangan jika manual ini dijalankan oleh pihak manajemen puncak PPNS-ITS. Hasil dari penerapan prosedur tersebut adalah sebagai berikut: a. Bengkel Konstruksi Bengkel konstruksi adalah bengkel yang beroperasi sebagai tempat konstruksi barang-barang keperluan pembuatan kapal. Tempat ini berisi mesin bending, mesin rolling, mesin las, mesin gerinda, overhead travelling crane, dan beberapa mesin lain. Peneliti melaksanakan identifikasi bahaya di bengkel konstruksi ini dengan pengamatan langsung pada saat proses bending logam sedang dilakukan serta ada beberapa mahasiswa yang sedang melaksanakan proses pengelasan. Hasil identifikasi bahaya di bengkel konstruksi adalah sebagai berikut:
48
Tabel 4.3. Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
1
Fisik
Jari-jari terpotong
III
Memakai APD
2
Fisik
Tangan/jari terjepit
II
-
Memakai APD
-
Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja
3
Fisik
Terkena api III mesin las
Memakai APD
4
Fisik
Telinga II terganggu akibat suara bising
-
Memakai APD
-
Sistem kerja shift untuk mengurangi waktu paparan
5
Fisik
Terpeleset di I lantai
Ket
Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
Sumber: (Hasil survey)
b. Bengkel sheet metal Bengkel sheet metal adalah bengkel yang digunakan sebagai sarana praktek mahasiswa. Bengkel ini berisi mesin bor, mesin las, mesin rolling, mesin potong, dan beberapa mesin lainnya. Pada saat dilakukan identifikasi bahaya, terdapat beberapa
mahasiswa
yang
sedang
melakukan
proses
pemotongan plat di mesin potong. Hasil identifikasi bahaya di bengkel sheet metal adalah sebagai berikut:
49
Tabel 4.4. Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal N O 1
Potensi bahaya Fisik
Efek utama Tangan/jari terjepit
Cara menanggulangi bahaya
Kategori bahaya II
-
Memakai APD
-
Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja
2
Fisik
Terkena api III mesin las
Memakai APD
3
Fisik
Terkena serpihan logam
Memakai APD
4
Fisik
Telinga II terganggu akibat suara bising
5
Fisik
Terkena batu gerinda
I
II
-
Memakai APD
-
Penerapan sistem kerja bergantian untuk mengurangi paparan
Ket
Memakai APD
Sumber: (Hasil survey)
c. Bengkel permesinan Bengkel permesinan berada satu ruangan dengan bengkel sheet metal. Di bengkel ini berisi mesin bubut, mesin gerinda, mesin frais, mesin bor dan mesin sekrap. Pada saat pelaksanaan identifikasi bahaya, terdapat beberapa orang mahasiswa yang sedang melaksanakan proses menggerinda. Hasil identifikasi bahaya di bengkel permesinan adalah sebagai berikut:
50
Tabel 4.5. Identifikasi bahaya di bengkel permesinan N O
Potensi bahaya
Efek utama
Cara menanggulangi bahaya
Kategori bahaya
1
Fisik
Terpeleset di lantai
I
Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
2
Fisik
Jari terpotong
III
-
Memakai APD
3
Fisik
Tangan/jari terjepit
II
-
Memakai alat bantu untuk menempatka n benda kerja
-
Memakai APD Memakai APD
4
Fisik
Terkena serpihan logam
I
-
5
Fisik
Terkena batu gerinda
II
Memakai APD
6
Fisik
Terkena I peralatan mesin yang sedang bergerak
Jangan terlalu dengan saat bekerja
Ket
berada dekat mesin sedang
Sumber: (Hasil survey)
d. Bengkel pengelasan Bengkel ini adalah tempat praktek mahasiswa yang berisi banyak mesin las SMAW dan OAW, serta mesin potong dan mesin gerinda. Pada saat melaksanakan identifikasi bahaya, terdapat teknisi dan beberapa orang mahasiswa yang sedang melakukan pengelasan dengan menggunakan mesin las SMAW. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: 51
Tabel 4.6. Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
1
Fisik
Terkena serpihan logam
I
Memakai APD
2
Fisik
Terkena mesin gerinda
II
Memakai APD
3
Fisik
Terkena api II mesin las
Memakai APD
4
Fisik
Telinga terganggu suara bising
II
Memakai APD
5
Fisik
Terkena logam panas
III
-
Memakai APD
-
Memakai alat bantu
6
Elektrik
Tersengat listrik tegangan tinggi
III
Jangan menyalakan mesin jika ada bagian yang rusak/terkelupas /cacat
7
Fisik
Kebakaran
III
Jangan menyalakan api las dekat dengan material mudah terbakar
8
Fisik
Tertimpa beban berat
III
Pemindahan material dilakukan oleh beberapa orang
9
Fisik
Terkena I bagian mesin yang bergerak
Jangan berada terlalu dekat dengan mesin yang bekerja
10
Fisik
Tangan/jari terpotong
Memakai bantu
III
Ket
alat
Sumber: (Hasil survey) 52
e. Bengkel non metal Didalam bengkel ini terdapat mesin gergaji, mesin bor, dan mesin pemotong kayu lainnya. Juga ditemukan berbagai jenis cat dan tinner yang bersifat mudah terbakar. Pada saat pelaksanaan identifikasi bahaya, mesin pemotong kayu sedang berjalan, dan seorang teknisi terlihat memasang kayu pada mesin untuk dipotong. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.7. Identifikasi bahaya di bengkel non metal N O
Potensi bahaya
Efek utama
Cara menanggulangi bahaya
Kategori bahaya
1
Fisik
Tangan/jari terpotong
III
Memasang pelindung pada bagian mesin yang tajam
2
Fisik
Terkena batu gerinda
II
-
Memasang pelindung pada mesin
-
Memakai APD
3
Fisik
Pendengara II n terganggu akibat suara bising
Memakai APD
4
Fisik
Mata terkena serpihan kayu
II
Memakai APD
5
Fisik
Rambut terpelintir mesin bor
III
-
Memotong rambut yang panjang
-
Memakai penutup kepala
6
Fisik
Terpeleset di lantai
I
Tumpahan dibersihkan
Ket
oli
53
Lanjutan tabel 4.7 N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
7
Kimia
Menghirup I aroma cat dan tinner
Memakai APD
8
Elektrik
Tersengat arus listrik
III
Menutup sumber arus yang terbuka
9
Fisik
Kebakaran
IV
Jangan menyalakan api didekat serpihan kayu atau tinner
Ket
Sumber: (Hasil survey)
f. Laboratorium steam power plant Dari semua laboratorium dan bengkel di PPNS-ITS, laboratorium steam power plant adalah laboratorium dengan potensi bahaya terbesar karena tempat ini berisi satu unit boiler yang sudah berumur ± 22 tahun, serta tidak mendapatkan perawatan yang rutin. Pada saat pelaksanaan identifikasi
bahaya,
boiler
dalam
keadaan
berhenti
beroperasi. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.8. Identifikasi bahaya di laboratorium steam power plant N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Terpeleset di lantai
I
2
Fisik
Terkena III uap panas boiler
Cara menanggulangi bahaya
Ket
Tumpahan minyak segera dibersihkan Memakai APD
54
Lanjutan tabel 4.8 N O
Potensi bahaya
Efek utama
Cara menanggulangi bahaya
Kategori bahaya
3
Fisik
Telinga II terganggu akibat suara bising
Memakai APD
4
Fisik
Peledakan
-
Awasi sistem kerja proses
-
Periksa kelengkapan safety valve dan sistem pengaman lainnya
IV
Ket
Sumber: (Hasil survey)
g. Laboratorium automatic diesel marine Posisi laboratorium ini berada dekat dengan steam power plant, dan berisi satu unit mesin diesel. Pada saat pelaksanaan identifikasi bahaya, kondisi mesin sedang tidak beroperasi. Hasil identifikasi bahaya aalah saebagai berikut: Tabel 4.9. Identifikasi bahaya di laboratorium automatic diesel marine N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
II
Memakai APD
1
Fisik
Pendengara n terganggu
2
Fisik
Menghirup II asap dari mesin diesel
-
Memakai APD
-
Perbaiki sistem pembuangan
Ket
55
Lanjutan tabel 4.9 N O 3
Potensi bahaya Fisik
Efek utama Terpeleset di lantai
Cara menanggulangi bahaya
Kategori bahaya I
Ket
Tumpahan minyak segera dibersihkan
Sumber: (Hasil survey)
h. Laboratorium reparasi listrik Laboratorium ini adalah sarana praktek mahasiswa, berisi peralatan
listrik
dan
sebuah
generator
yang
dapat
dipindahkan. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.10. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik Cara menanggulangi bahaya
N O
Potensi bahaya
1
Elektrik
Tersengat arus
III
Menutup sumber arus yang terbuka
2
Fisik
Tertimpa beban berat
II
Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
3
Fisik
Pendengara II n terganggu akibat suara bising
4
Fisik
Efek utama
Terpeleset di lantai
Kategori bahaya
-
Memakai APD
-
Menaruh mesin diluar ruangan
Ket
Tumpahan minyak segera dibersihkan
Sumber: (Hasil survey)
i.
Laboratorium SPPK 56
Tempat ini berisi tabung oksigen, peralatan pemadam kebakaran dan selang hidran. Laboratorium ini digunakan sebagai sarana praktek mahasiswa untuk mengetahui tata cara pemadaman kebakaran. Di tempat ini tidak ditemukan potensi bahaya yang besar. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.11. Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK N O 1
Potensi bahaya Fisik
Efek utama Kaki tertimpa beban berat
Kategori bahaya II
Cara menanggulangi bahaya
Ket
Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
Sumber: (Hasil survey)
j.
Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika Laboratorium ini adalah sarana praktek mahasiswa yang berisi peralatan listrik dan instrument fisika lainnya. Pada saat pelaksanaan identifikasi bahaya, terdapat mahasiswa yang sedang melakukan praktek. Hasil identifikasi bahaya aalah sebagai berikut: Tabel 4.12. Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika N O
Potensi bahaya
1
Elektrik
Efek utama Tersengat arus listrik
Kategori bahaya III
Cara menanggulangi bahaya
Ket
Jangan menyalakan peralatan dalam kondisi basah
Lanjutan tabel 4.12 57
N O 2
Potensi bahaya Fisik
Efek utama Tertimpa beban berat
Cara menanggulangi bahaya
Kategori bahaya I
-
Penempatan material yang baik
-
Pemindahan material oleh beberapa orang
3
Fisik
Terpeleset
I
Tumpahan air dekat wastafel segera dibersihkan
4
Fisik
Terjepit
I
-
Memakai APD
-
Berhati-hati saat memasang atau memakai peralatan
Ket
Sumber: (Hasil survey)
k. Laboratorium reparasi mesin Laboratorium ini adalah sarana praktek yang berisi berbagai jenis mesin kapal yang sedang dipelajari oleh mahasiswa. Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, terdapat mahasiswa dan dosen sedang mempelajari sistem propeller pada kapal. Terdapat juga teknisi yang sedang memperbaiki salah satu mesin kapal. Hasil identifikasi bahaya pada laboratorium reparasi mesin adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin 58
N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
1
Fisik
Terpeleset
I
Tumpahan minyak segera dibersihkan
2
Fisik
Tertimpa beban berat
I
-
Gunakan alat bantu mengangkat beban
-
Pemindahan beban dilakukan beberapa orang
3
Kimia
Menghirup I uap thinner dancat
Memakai APD
4
Fisik
Terkena api III las
Memakai APD
5
Fisik
Terjepit mesin
-
Memakai APD
-
Memakai alat bantu
I
6
Fisik
Kebakaran
III
7
Fisik
Menghirup I asap residu mesin
Ket
Jangan menyalakan mesin las dekat serpihan kayu, plastik, cat, thinner, dan kertas -
Periksa saluran buang mesin
-
Memakai APD
Sumber: (Hasil survey)
l.
Laboratorium kimia 59
Di laboratorium ini terdapat berbagai jenis bahan kimia, mulai yang bersifat korosif hingga yang mudah terbakar. Juga terdapat alat uji kemurnian bahan bakar, serta sebuah oven yang digunakan untuk memanaskan bahan kimia. Didalam lemari tersimpan peralatan prakek yang terbuat dari kaca, dan seluruh bahan kimia ditempatkan pada lemari terpisah. Pada saat
pelaksanaan
proses
identifikasi
bahaya,
kondisi
laboratorium dalam keadaan kosong karena tidak ada kegiatan praktek. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.14. Identifikasi bahaya di laboratorium kimia N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
1
Kimia
Uap kimia I terhirup
Memakai APD
2
Kimia
Bahan kimia tertelan
III
Jangan pernah mencicipi bahan kimia
3
Kimia
Bahan kimia terkena kulit
III
Memakai APD
4
Fisik
Terpeleset di lantai
I
Tumpahan air segera dibersihkan
5
Kimia
Bahan kimia terkena mata
III
Memakai APD
Ket
Sumber: (Hasil survey)
m. Laboratorium ergonomi 60
Laboratorium ini berada dekat dengan laboratorium kimia, dan digunakan sebagai sarana praktek mahasiswa. Di tempat ini dilaksanakan praktek ergonomi dan P3K. Peralatan yang ada di ruangan ini antara lain: treadmill, sepeda ergonomi, alat pengukur tinggi badan, timbangan, dan peralatan lain. Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, kondisi laboratorium dalam keadaan kosong karena tidak ada kegiatan praktek. Hasil identifikasi bahaya adalah sebagai berikut: Tabel 4.15. Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi N O 1
Potensi bahaya Fisik
Efek utama
Kategori bahaya
Kejatuhan I benda dari atas lemari
Cara menanggulangi bahaya
Ket
Berhati-hati saat mengambil peralatan dari ketinggian, gunakan alat bantu
Sumber: (Hasil survey)
n. Laboratorium kontroller dan mikroprosessor Dialam laboratorium ini berisi peralatan listrik yang digunakan sebagai sarana praktek. Pada saat pelaksanaan proses identifikasi bahaya, kondisi laboratorium sedang kosong karena tidak ada aktifitas praktek. Terdapat seorang teknisi sedang memperbaiki salah satu computer. Hasil identifikasi bahaya aadlah sebagai berikut:
Tabel 4.16. Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan mikroprosessor 61
N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya
1
Fisik
Kejatuhan I benda dari ketinggian
Pakai alat bantu untuk meraih benda di ketinggian
2
Ergono mi
Cedera punggung
II
Pengangkutan material lebih dari satu orang
3
Elektrik
Tersengat arus
III
Memakai APD
Ket
Sumber: (Hasil survey)
4.9.2 Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan a. Bengkel konstruksi Di bengkel ini terdapat 10 orang karyawan, dan sebagian besar berlatar belakang pendidikan STM dan D3. Proses identifikasi
dengan
cara
wawancara
langsung
dengan
karyawan dan kepala bengkel konstruksi. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan adalah sebagai berikut: Tabel 4.17. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengalaman
1
SMP
22 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Kebersi han
Fauzi (Karyawan)
Jenis pelatihan
K3 umum dan SPPK
Lanjutan tabel 4.17
62
Dasar penentuan jenis pelatihan Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Mouldin g
Rachmat (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
15 thn
Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Rolling
Rudy (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
D3
15 thn
Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Potong plat
Nanang (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
5
STM
18 thn
Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Bending
Muharor (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
6
STM
18 thn
Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Potong plat
Maftul (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
7
STM
20 thn
Terjepit, terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Mouldin g
Mr Wong K3 (Karyawan) umum dan SPPK
N O
Latar belakang pendidikan
Pengalaman
2
S1
2 thn
3
D3
4
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Jenis pelatihan
Lanjutan tabel 4.17 63
Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Sasaran atau obyek pelatihan
N O
Latar belakang pendidikan
8
STM
20 thn
Terjepit, Rolling terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Husnul (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
9
STM
20 thn
Terjepit, Bending terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Budi (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
1 0
STM
15 thn
Terjepit, Rolling terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
Kris (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
Pengalaman
Bidang kerja
Jenis pelatihan
Sumber: (Hasil survey)
b. Bengkel sheet metal Di bengkel ini terdapat 3 orang karyawan, dan dua diantaranya telah bekerja selama 14 tahun. Proses identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan dengan wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan. Hasil dari identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.18. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal 64
Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengalaman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
1 D3
6 bln
Terjepit, Plat dan Karyawan terkena api pipa las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
SPPK, K3 umum
2 D3
14 thn
Terjepit, Plat dan Karyawan terkena api pipa las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
SPPK, K3 umum
3 STM
14 thn
Terjepit, Plat dan Karyawan terkena api pipa las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
SPPK, K3 umum
Sumber: (hasil survey)
c. Bengkel permesinan Didalam bengkel ini terdapat 2 (dua) orang karyawan dengan masa kerja yang sudah lama, serta seorang karyawan yang baru bekerja. Berdasarkan wawancara langsung dengan karyawan, maka didapatkan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan sebagai berikut:
Tabel 4.19. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan 65
Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengal aman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
1 D3
6 bln
Terpeleset, CNC terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Karyawan
SPPK, K3 umum
2 STM
21 thn
Terpeleset, CNC terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Karyawan
SPPK, K3 umum
3 STM
21 thn
Terpeleset, CNC terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Karyawan
SPPK, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
d. Bengkel non metal Bengkel ini ditangani oleh 4 orang karyawan yang semuanya berlatar belakang pendidikan STM. Meskipun tempat kerja ini memiliki potensi bahaya yang cukup besar, namun karyawan tidak mendapatkan pelatihan tentang K3 sehingga berpotensi mengalami kecelakaan. Kondisi tempat kerja yang dipenuhi bahan mudah terbakar juga memperbesar potensi bahaya yang ada. Hasil wawancara dengan karyawan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.20. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal 66
Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengal aman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
1 STM
19 thn
Terpotong, Fiberglass Didik kebakaran, dan mesin iswantoro terpeleset, kayu (karyawan) pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
SPPK, K3 umum
2 STM
18 thn
Terpotong, Fiberglass M. Fauzan SPPK, K3 kebakaran, dan mesin (karyawan) umum terpeleset, kayu pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
3 STM
17 thn
Terpotong, Fiberglass M. Samsul SPPK, K3 kebakaran, dan mesin (karyawan) umum terpeleset, kayu pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
4 STM
22 thn
Terpotong, Fiberglass Hardi kebakaran, dan mesin suprayitno terpeleset, kayu (karyawan) pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
SPPK, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
e. Laboratorium steam power plant Laboratorium ini diawasi oleh 2 orang karyawan, yang juga bekerja di laboratorium reparasi mesin dan laboratorium automatic diesel marine. Jumlah karyawan yang kurang memadai membuat mereka harus bekerja lebih berat karena beban kerja yang bertambah.
67
Tabel 4.21. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengal aman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
1 S1
18 thn
Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas
Reparasi Eko mesin purwanto dan (karyawan) boiler
K3 PUBT, K3 umum
2 STM
18 thn
Pendengaran terganggu, tersengat arus, peledakan, terkena uap panas
Reparasi Andik mesin wibowo dan (karyawan) boiler
K3 PUBT, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
f. Laboratorium automatic diesel marine Laboratorium ini ditangani oleh karyawan di steam power plant dan laboratorium reparasi mesin. Jumlah karyawan yang kurang memadai harus memaksa mereka mendapatkan beban kerja yang lebih berat, dan tidak didukung oleh kemampuan yang memadai, hal ini dapat memperbesar resiko kecelakaan. Tabel 4.22. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel marine Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 S1
Pengal aman 18 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Reparasi Eko mesin purwanto (karyawan)
Jenis pelatihan
K3 umum
68
Lanjutan tabel 4.22 Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengal aman
2 STM
18 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Sasaran atau obyek pelatihan
Reparasi Andik mesin wibowo (karyawan)
Jenis pelatihan
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
g. Laboratorium reparasi listrik Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan dengan latar belakang pendidikan SLTA. Tempat kerja ini dipenuhi oleh instrument listrik bertegangan tinggi, sehingga diperlukan pelatihan yang mendukung agar tidak terjadi kecelakaan yang diakibatkan oleh listrik. Tabel 4.23. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 SLTA
Pengal aman 20 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada Tersengat arus
Bidang kerja Perbaikan dan perawatan serta asisten pengajar
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Paidi (karyawan)
K3 listrik, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
69
h. Laboratorium SPPK Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan yang juga menangani dua laboraotirum yang lain. Jumlah karyawan yang
masih kurang
mengakibatkan karyawan tersebut
mendapat pekerjaan yang diluar batas kemampuannya. Tabel 4.24. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 STM
Pengal aman 20 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada Kaki tertimpa beban berat
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Perawatan dan Soehartono pemeliharaan (karyawan) alat praktikum
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
i.
Laboratorium uji bahan Di laboratorium ini terdapat seorang karyawan yang bertugas menjaga dan merawat alat praktek. Di tempat kerja ini terdapat alat uji yang menggunakan material yang bersifat radioaktif. Maka sangat dibutuhkan pengetahuan tentang cara penanganan bahan radioaktif.
Tabel 4.25. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 STM
Pengal aman 15 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada Terjepit, radiasi, menghirup uap solvent
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Pengujian Agus bahan dan sumitro material (karyawan)
K3 radioaktif, K3 umum
Bidang kerja
Sumber: (Hasil survey) 70
j.
Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika Laboratorium ini ditangani oleh seorang karyawan yang bertugas untuk mempersiapkan peralatan praktikum serta merawat dan memelihara peralatan. Potensi bahaya di tempat ini tergolong ringan namum berpotensi terjadinya kebakaran. Maka dibutuhkan pengetahuan tentang cara penanggulangan kebakaran.
Tabel
4.26.
Identifikasi
kebutuhan
pelatihan
di
laboratorium
instrumentasi listrik dan fisika Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 STM
Pengal aman 4 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Tersengat Instrumen arus, listrik dasar terpeleset, tertimpa beban berat, terjepit
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Tofan (karyawan)
SPPK, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
k. Laboratorium kimia Laboratorium ini ditangani oleh satu orang karyawan yang juga menangani laboratorium ergonomi dan SPPK. Idealnya satu laboratorium ditangani oleh dua orang karyawan, namun karena jumlah karyawan yang kurang dari cukup, memaksa satu orang karyawan harus mendapatkan beban yang berat karena harus menangani beberapa laboratorium sekaligus.
71
Tabel 4.27. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 STM
Pengal aman 20 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Terkena Perawatan bahan kimia, dan terpeleset pemeliharaan alat praktikum
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Soehartono (karyawan)
K3 kimia, K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
l.
Laboratorium ergonomi Laboratorium ini juga ditangani satu orang karyawan yang sama menangani laboratorium kimia dan SPPK. Potensi bahaya di tempat ini tidak besar, namun karyawan dapat mengalami kecelakaan saat melakukan pemindahan barang dengan tidak baik dan benar.
Tabel 4.28. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
1 STM
Pengal aman 20 thn
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Tertimpa Perawatan beban dari atas dan lemari pemeliharaan alat praktikum
Sasaran atau obyek pelatihan Soehartono (karyawan)
Jenis pelatihan
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
m. Laboratorium reparasi mesin Laboratorium ini ditangani oleh dua orang yang juga menangani
laboratorium automatic
diesel
marine dan
laboratorium steam power plant. Tempat ini memiliki potensi 72
bahaya
yang
cukup
besar,
namun
mendapatkan pengetahuan tentang
karyawan
tidak
K3 sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan. Tabel 4.29. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin Dasar penentuan jenis pelatihan N O
Latar belakang pendidikan
Pengal aman
Resiko K3 dan potensi bahaya yang ada
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
1 S1
18 thn
Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi Eko mesin purwanto (karyawan)
K3 umum
2 STM
18 thn
Pendengaran terganggu, terpeleset, menghirup asap mesin
Reparasi Andik mesin wibowo (karyawan)
K3 umum
Sumber: (Hasil survey)
4.10 Analisa Penerapan Prosedur Dari hasil penerapan prosedur, maka dapat dilakukan analisa untuk menentukan jenis pelatihan yang tepat bagi setiap bengkel dan laboratorium yang diidentifikasi. 4.10.1 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa karyawan yang berada di kawasan bengkel konstruksi memiliki keahlian di bidang moulding, rolling, bending, dan potong plat. Sementara identifikasi bahaya menunjukkan potensi bahaya yang cukup besar yaitu terpotong,
serta gangguan pendengaran.
Dengan
ini peneliti 73
menyarankan dilaksanakan pelatihan tentang K3 untuk memberikan pemahaman bagi karyawan akan bahaya K3 dan bagaimana cara bekerja yang aman di tempat kerja tersebut. Peneliti juga menyarankan
diberikannya
pelatihan
tentang
tata
cara
penanggulangan kebakaran, karena di tempat tersebut ditemui juga mesin las dan bahan mudah terbakar. 4.10.2 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal Berdasarkan hasil identifikasi, maka peneliti menyarankan dilaksanakannya
pelatihan
tentang
tata
cara
penanggulangan
kebakaran, pelatihan K3 umum untuk memberikan pemahaman bagi karyawan tentang tata cara kerja yang baik dan aman. 4.10.3 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan Untuk tempat kerja ini, peneliti mengusulkan dilaksanakannya pelatihan tentang K3, serta tata cara penanggulangan kebakaran karena di tempat tersebut ditemukan mesin las. 4.10.4 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal Bengkel non metal aalah bengkel yang memiliki potensi bahaya kebakaran terbesar, karena tempat kerja ini dipenuhi oleh bahan yang mudah terbakar, termasuk thinner, cat, kayu, dan fiberglass. Maka dengan ini peneliti mengusulkan dilaksanakannya pelatihan tentang tata cara penanggulangan kebakaran dan pelatihan tentang tanggap darurat jika terjadi kebakaran besar di tempat kerja. Juga penting diberikan pelatihan tentang K3 untuk memberikan pemahaman K3 bagi karyawan tentang bahaya jika menghirup thinner dan uap cat, serta untuk menerangkan tentang tata cara bekerja yang baik dan aman. 74
4.10.5 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant Potensi bahaya terbesar di tempat ini adalah peledakan boiler dan terkena uap panas. Karyawan di tempat kerja tidak memiliki keahlian penanggulangan bahaya peledakan. Maka dengan ini peneliti mengusulkan dilaksanakannya pelatihan tentang keselamatan kerja pesawat uap dan bejana tekan. 4.10.6 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel marine Di tempat kerja ini potensi bahaya terbesar adalah kebisingan yang berasal dari mesin diesel. Peneliti mengusulkan dilaksanakannya pelatihan tentang K3 umum dan tata cara pelaksanaan pekerjaan yang aman, serta cara penggunaan APD yang benar untuk mengantisipasi potensi bahaya di tempat kerja. 4.10.7 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik Di tempat kerja ini tidak ditemukan potensi bahaya yang besar, namun tetap perlu dilaksanakan pelatihan, dan peneliti menyarankan pelatihan tentang K3 listrik dan K3 umum untuk memberikan pemahaman tentang cara pelaksanaan pekerjaan yang aman. 4.10.8 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK Tempat kerja ini tergolong aman, dan tidak ditemukan potensi bahaya yang besar. Namun peneliti tetap mengusulkan diberikan pelatihan tentang K3 umum untuk memberikan penjelasan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang aman.
75
4.10.9 Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan Di tempat kerja ini ditemukan bahan radioaktif yang berpotensi melepaskan radiasi. Dengan ini peneliti menyarankan dilakukan pelatihan tentang K3 umum, dan tata cara penanggulangan bahan radioaktif. 4.10.10
Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika Laboratorium ini termasuk tempat kerja yang memiliki potensi bahaya kecil, dan peneliti mengusulkan dilaksanakan pelatihan tentang K3 umum untuk memberikan pemahaman bagi karyawan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang baik dan aman.
4.10.11
Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia Tempat kerja ini memiliki potensi bahaya yang besar, karena berisi bahan kimia yang berbahaya dan beracun bagi manusia. Dengan ini peneliti menyarankan dilaksanakannya pelatihan K3 kimia, serta tata cara penanggulangan kebakaran jika terjadi kebakaran akibat bahan kimia di tempat kerja.
4.10.12
Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi Laboratorium ergonomi ini termasuk tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang rendah, dan peneliti mengusulkan dilaksanakan pelatihan K3 umum. Mengingat tempat kerja ini berada dekat dengan laboratorium kimia, ada kemungkinan terjadinya kebakaran bahan kimia, maka perlu diberikan pelatihan tentang tata cara penanggulangan kebakaran akibat bahan kimia. 76
4.10.13
Analisa prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin Tempat kerja ini termasuk memiliki potensi bahaya yang besar, karena terdapat bahan mudah terbakar dan mesin yang memiliki bagian bergerak namun tidak diberi pelindung. Peneliti mengusulkan dilaksanakan pelatihan tentang K3 umum dan tata cara penanggulangan kebakaran.
4.11 Kesimpulan Penerapan Prosedur Dari hasil penerapan prosedur identifikasi bahaya maka disimpulkan bahwa PPNS-ITS termasuk memiliki potensi bahaya yang besar. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel dan laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan belum memiliki pengetahuan tentang keselamatan kerja secara umum, serta ada beberapa karyawan yang menangani lebih dari satu bengkel atau laboratorium. Hal ini dapat mengakibatkan pelayanan yang kurang maksimal dari setiap laboratorium atau bengkel.
77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Manual dan prosedur serta dokumen yang berkaitan dengan prosedur telah disusun dan siap untuk diterapkan. 2. Hasil perhitungan jam kerja didapatkan jumlah jam kerja praktek di PPNSITS adalah ±1490 jam kerja, dan ini digunakan sebagai pedoman indikator kinerja keberhasilan program SMK3 di PPNS-ITS. 3. Hasil analisa peneliti berdasarkan penerapan prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan, peneliti memberikan usulan pelaksanaan pelatihan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja akibat ketidaktahuan karyawan akan potensi bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja.
5.2. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak manajemen PPNSITS adalah: 1. Proses perhitungan jam kerja sebaiknya dilaksanakan setiap hari diseluruh sektor kegiatan mulai bengkel hingga laboratorium agar didapatkan jumlah jam kerja efektif. 2. TIM SMK3 yang dibentuk sebaiknya bekerja secara optimal agar seluruh kegiatan dapat dipantau untuk memastikan bahwa program SMK3 dijalankan dengan baik. 3. Untuk penelitian selanjutnya, maka dapat diambil tentang cara pendataan penyakit akibat kerja (PAK) berdasarkan kondisi di PPNS-ITS.
78
DAFTAR PUSTAKA
Guidelines for Hazard Evaluation Procedures (Second edition with worked examples)
Permenaker No. Per-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja
Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rausand, M. 2005. Preliminary Hazard Analysis. Departement of Production and Quality Engineering Norwegian University of Science and Technology.
Suardi, R. 2006. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Panduan penerapan berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996). Jakarta. Penerbit PPM
Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang No. 8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan
79
LAMPIRAN I DENAH PPNS-ITS
LAMPIRAN II KUMPULAN PROSEDUR
A. Prosedur identifikasi bahaya 1.Tujuan Prosedur ini menjelaskan tata cara umum identifikasi bahaya pada PPNS-ITS. 2.Ruang Lingkup Ruang lingkup identifikasi bahaya pada PPNS-ITS harus dapat mengendalikan seluruh potensi bahaya yang ada di perusahaan. Identifikasi bahaya meliputi : a) Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya di PPNS-ITS. b) Membuat,menyusun,memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko serta daftar resiko penting K3. 3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1 4.Definisi 1. Identifikasi : Langkah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis masalah yang ada. 2. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan. 3. Kecelakaan : Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. 5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a) Identifikasi dan evaluasi potensi bahaya di PPNS-ITS. b) Membuat, menyusun, memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial K3. 5.2. Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk : a) Mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi potensi bahaya. 6.Prosedur 6.1.Identifikasi potensi bahaya di PPNS-ITS 6.1.1.TIM SMK3 melakukan proses identifikasi potensi bahaya. 6.1.2.Hasil tinjauan didokumentasikan dalam Dokumen Identifikasi Bahaya. 6.2.Evaluasi Hasil Identifikasi Bahaya 6.2.1.TIM SMK3 membuat, menyusun, memeriksa daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi. 6.2.2.Hasil evaluasi didokumentasikan dan disimpan.
6.3.Bentuk kegiatan Identifikasi Bahaya ini berupa kegiatan survey di lapangan yang membahas tentang hal-hal yang ada pada klausul 6.1 dan 6.2. 6.3.1.Identifikasi Bahaya oleh TIM SMK3 PPNS-ITS. 6.3.2.Mengesahkan daftar identifikasi bahaya potensial dan evaluasi potensi bahaya oleh Manajemen Representatif. 6.4.Tinjauan bahaya potensial akan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh TIM SMK3 atau bila terjadi perubahan proses,dan atau perubahan perundangan yang berarti, atau muncul perkembangan unit usaha yang baru. 6.5.Bagan alir menjelaskan metode yang digunakan pada Prosedur Identifikasi Bahaya.
7.Dokumen N o
1
Judul Dokumen Identifika si Potensi Bahaya
Gambaran Catatan tentang Identifikasi Bahaya di PPNS-ITS
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F 001
Lemari Dokumen Tim SMK3 no.001
10 tahun
Tim SMK3
8.Lampiran Lampiran I : Form Dokumen Identifikasi Bahaya
Kegiatan
Dokumentasi
START
TIM SMK3 Melakukan identifikasi dan evaluasi potensi bahaya pada tempat kerja di PPNS-ITS
TIM SMK3 Bertanggungjawab menyusun, memeriksa daftar identifikasi potensi bahaya potensial
MANAGEMENT REPRESENTATIVE
Mengesahkan daftar identifikasi potensi bahaya
FINISH
Dokumen identifikasi potensi bahaya
Lampiran I : Form Dokumen Identifikasi Bahaya Area Tim Identifikasi Tanggal No.
Potensi Bahaya
: : : Efek Utama
Katefori Bahaya : I : Negligible II : Marginal III : Critical IV : Catasthropic
Kategori Bahaya
Cara Menanggulangi Bahaya
Keterangan
B. Prosedur penilaian resiko 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara umum penilaian resiko pada PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk penilaian resiko di laboratorium dan bengkel PPNSITS serta tempat kerja yang memiliki resiko tinggi.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1 4.Definisi 4. Penilaian Resiko: Proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan. 5. Resiko: Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya. 5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Memastikan seluruh resiko di PPNS-ITS telah diidentifikasi dan dinilai b. Melakukan penilaian resiko di bengkel dan laboratorium dan bengkel serta tempat kerja lain yang memiliki resiko kecelakaan tinggi
5.2. Manajemen Representatif bertanggungjawab untuk : a. Mengetahui dan menyetujui hasil penilaian resiko b. Memastikan penilaian resiko telah dilakukan dengan benar oleh petugas yang ahli
5.3. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk : a. Mencatat dan melaporkan setiap kegiatan yang ada dibawah pengawasannya
b. Bersama TIM SMK3 (bersifat mengetahui) melakukan penilaian resiko berdasarkan jenis pekerjaan/kegiatan yang ada di tempat kerja 6.Prosedur a. Kepala divisi melaporkan setiap kegiatan di tempat kerja yang dipimpinnya b. TIM SMK3 bersama dengan kepala divisi melakukan penilaian resiko c. Manajemen Representatif menyetujui dan menandatangani laopran hasil penilaian resiko d. TIM SMK3 menyimpan laporan hasl penilaian yang akan dibutuhkan untuk pengendalian resiko
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Laporan penilaian resiko
Catatan hasil penilaian resiko yang dilakukan oleh TIM SMK3
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F002
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun
TIM SMK3
8.Lampiran Lampiran I: Form penilaian resiko
Kegiatan
Dokumen
START
Kepala divisi Mencatat dan melaporkan setiap kegiatan di tempat kerja yang dipimpinnya
TIM SMK3 Melakukan penilaian resiko Manajemen representatif Menyetujui laporan hasil penilaian resiko
TIM SMK3 Menyimpan dokumen laporan hasil penilaian resiko untuk rencana pengendalian resiko
FINISH
Form penilaian resiko
Lampiran I: Form penilaian resiko Tanggal: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh: NO
Jenis pekerjaan
Resiko
Keterangan: H: High (tinggi) M: Medium (sedang) L: Low (rendah) Sumber (Rausand, M. 2005)
Kategori L M H
PIC
Keterangan
C. Prosedur pengendalian resiko 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan cara pelaksanaan pengendalian resiko di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk proses pekerjaan di bengkel dan laboratorium PPNSITS, serta tempat kerja lain yang dianggap berbahaya.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.1 4.Definisi 6. Resiko: Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya. 7. Pengendalian resiko: Sebuah upaya mengendalikan resiko agar tidak memberikan dampak yang buruk dan mengarah terjadinya kecelakaan 5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Melaksanakan pengendalian resiko b. Melaporkan
hasil
pengendalian
resiko
kepada
manajemen
representatif c. Menyimpan
dokumen
pengendalian
resiko
sebagai
bahan
pertimbangan pengendalian resiko yang lain
5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk : a. Menyetujui dan mengesahkan dokumen pengendalian resiko 6.Prosedur a) TIM SMK3 melaksanakan pengendalian resiko di bengkel dan laboratorium b) Hasil pengendalian dilaporkan ke manajemen representatif c) Manajemen representatif menyetujui dan mengesahkan laporan pengendalian resiko d) TIM SMK3 menyimpan laporan pengendalian resiko untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan pengendalian resiko yang lain
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Dokumen pengendalia n resiko
Catatan pengendalian resiko di bengkel dan laboratorium
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F003
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun
TIM SMK3
8.Lampiran Lampiran I: Form pengendalian resiko
Kegiatan
Dokumen
Form pengendalian resiko
Lampiran I: Form pengendalian resiko Area/tempat: Tanggal: Tim identifikasi resiko: NO Jenis resiko
Bentuk pengendalian
Keterangan
D. Prosedur identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya 1.Tujuan Prosedur ini menjelaskan tata cara umum untuk mengidentifikasi peraturan perundangan & peraturan lainnya di PPNS-ITS. 2.Ruang Lingkup Perundangan & peraturan lainnya yang dimaksud di prosedur ini adalah perundangan & peraturan yang berhubungan dengan SMK3 saja. Prosedur ini dilaksanakan setiap 1 tahun sekali atau setiap adanya perubahan perundangan & peraturan lain yang digunakan untuk penerapan SMK3. 3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.2 4.Definisi 1. Peraturan: Sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama. 2. Peraturan perundangan: peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. 5.Tanggung Jawab 5.1.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Mengidentifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan SMK3 di PPNS-ITS b. Meninjau ulang dan menanggapi jika ada perubahan peraturan perundangundangan 5.2. Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk: a. Memastikan komitmen dan kebijakan terpenuhi. 5.3. Direktur bertanggungjawab untuk: a. Menetapkan persyaratan K3 lain yang secara umum diterjemahkan sebagai standard.
6.Prosedur 6.1.Mendaftar perundangan & peraturan lainnya yang digunakan perusahaan dalam penerapan SMK3. TIM SMK3 dan Divisi K3 mendaftar perundangan & peraturan lainnya yang digunakan dalam perusahaan baik yang berasal dari perundangan & peraturan lokal maupun internasional yang digunakan perusahaan untuk menerapkan SMK3.
6.2. Memastikan kebijakan dan komitmen terpenuhi. Setelah mendaftar perundangan & peraturan lain yang digunakan dalam penerapan SMK3, maka MR memastikan apakah kebijakan dan komitmen K3 telah dipenuhi atau belum. 6.3.Menetapkan persyaratan K3 lainnya yang kemudian diterjemahkan sebagai standard Setelah kebijakan dan komitmen dipenuhi maka direktur menetapkan persyaratan K3 lain yang akan diterjemahkan sebagai standard. 6.4.Tinjauan ulang dalam menanggapi adanya perubahan peraturan perundangan. TIM SMK3 bertugas untuk melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur dan menanggapi jika terjadi perubahan. 7.Dokumen No
1.
Judul
Gambaran
Identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya
Catatan tentang peraturan perundangan dan peraturan lain yang berhubungan dengan SMK3 di PPNS-ITS
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F 004
Lemari dokumen Divisi K3 no.009
10 tahun
TIM SMK3
8.Lampiran Lampiran I : Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya.
Kegiatan
Dokumen
Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya
Lampiran I : Form identifikasi peraturan perundangan dan peraturan lainnya No
Peraturan K3
Peraturan lain
Kesesuaian dengan SMK3
Keterangan
Diketahui,
(Manajemen Representatif)
E. Prosedur penetapan tujuan dan sasaran manajemen K3 1.Tujuan Prosedur ini menjelaskan tata cara umum dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3 di setiap fungsi dan level yang relevan pada PPNS-ITS. 2.Ruang Lingkup Ruang lingkup penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 ini meliputi : a. Penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 b. Penyetujuan tujuan dan sasaran Manajemen K3 c. Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 d. Pemeliharaan tujuan dan sasaran Manajemen K3 e. Peninjauan tujuan dan sasaran Manajemen K3 f. Penyesuaian tujuan dan sasaran Manajemen K3 3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 2.3 4.Definisi 8. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan. 9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : Kondisi dan unsur-unsur yang mempengaruhi kesehatan karyawan, pekerja sementara, personil kontraktor, pengunjung dan orang lain di tempat kerja. 10. Resiko : Peluang/ sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, sakit atau yang lainnya dimana hal tersebut disebabkan bahaya. 11. Sistem Manajemen K3 (SMK3) : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang memfasilitasi pengaturan resiko K3 yang berhubungan dengan bisnis organisasi. Termasuk struktur organisasi, kegiatan-kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 PPNS-ITS.. 12. Tujuan : Tujuan yang berkenaan dengan kinerja K3, dimana ditetapkan sendiri oleh PPNS-ITS untuk dicapai. 5.Tanggung Jawab 5.1.Direktur bertanggungjawab untuk : c) Menetapkan dan menyetujui tujuan dan sasaran Manajemen K3. 5.2.Kepala Divisi bertanggungjawab untuk : a. Bersama karyawan bertanggung jawab dalam menerapkan dan memelihara tujuan dan sasaran Manajemen K3.
5.3.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Melakukan identifikasi potensi bahaya b. Mengajukan rencana tujuan dan sasaran manajemen K3 c. Peninjauan tujuan dan sasaran manajemen K3. d.Merevisi tujuan dan sasaran manajemen K3 6.Prosedur 6.1.Penetapan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3 6.1.1.Penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 harus menggunakan indikator kinerja yang dapat di ukur sebagai dasar penilaian kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem. 6.1.2.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 harus dibuat dengan memperhatikan hasil identifikasi bahaya dan evaluasi resiko, peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan faktor biaya, teknologi dan sumber daya manusia. 6.1.3.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 akan didokumentasikan pada form penetapan tujuan dan sasaran Manajemen K3. 6.2.Persetujuan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3 6.2.1.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dari Direktur PPNS-ITS. 6.2.2.Tujuan dan sasaran yang telah disetujui Direktur selanjutnya akan menjadi tujuan dan sasaran PPNS-ITS yang akan dilaksanakan. 6.3.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 6.3.1.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 akan dilaksanakan oleh kepala divisi bersama dengan semua karyawan PPNS-ITS. 6.3.2.Penerapan tujuan dan sasaran Manajemen K3 disesuaikan dengan tahapan dan jangka waktu pencapaian tujuan 6.4.Pemeliharaan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3 Kepala divisi bersama dengan seluruh karyawan akan memelihara tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ada. 6.5.Peninjauan Tujuan dan Sasaran Manajemen K3 6.5.1.Peninjauan ulang tujuan dan sasaran Manajemen K3 dilakukan tiap 6 bulan sekali oleh TIM SMK3. Peninjauan ulang tujuan dan sasaran Manajemen K3 dilakukan untuk memastikan tujuan dapat tercapai. 6.5.2.Tujuan dan sasaran Manajemen K3 yang telah ditinjau akan didokumentasikan pada form peninjauan tujuan dan sasaran manajemen K3.
7.Dokumen No
Judul
1.
Prosedur Penetapan Tujuan & Sasaran
Gambaran Tentang tata cara penentuan tujuan & sasaran
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F 005
Lemari Dokumen Divisi K3 no.003
10 tahun
Direktur
8.Lampiran Lampiran I : Form Penetapan dan persetujuan Tujuan Dan Sasaran Lampiran II : Form Peninjauan Tiap 6 Bulan Sekali
Kegiatan
Dokumen
START
TIM SMK3
Form identifikasi bahaya
Melakukan identifikasi bahaya pada setiap bagian di PPNS-ITS
TIM SMK3 Menetapkan kondisi bahaya yang paling tinggi dan menyusun rencana tujuan dan sasaran manajemen K3
TIM SMK3 Mengajukan rencana tujuan dan sasaran manajemen K3 pada pihak manajemen PPNS-ITS
Direktur
Form penetapan dan persetujuan tujuan dan sasaran
Menetapkan dan menyetujui tujuan dan sasaran manajemen K3
A
B
Kegiatan
Dokumen
A
Kepala divisi dan seluruh karyawan Melaksanakan tujuan dan sasaran manajemen K3
Kepala divisi dan seluruh karyawan Memelihara tujuan dan sasaran manajemen K3
TIM SMK3 Meninjau tujuan dan sasaran manajemen K3 setiap 6 bulan sekali
B
TIDAK TIM SMK3
Sesuai?
YA FINISH
Merevisi tujuan dan sasaran manajemen K3
Form peninjauan tiap 6 bulan sekali
Lampiran I : Form Penetapan dan persetujuan Tujuan Dan Sasaran No. Dokumen : Disetujui oleh : Ditetapkan oleh : Tanggal : Masa berlaku :
No.
Tujuan K3
Sasaran K3
PIC
Lampiran II : Form Peninjauan Tiap 6 Bulan Sekali No. Dokumen : Disetujui oleh : Ditetapkan oleh : Diisi oleh : Tanggal : Masa berlaku :
No.
Tujuan K3
Hasil Tinjauan
Sasaran K3
Hasil Tinjauan
PIC
F. Prosedur penetapan job description 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memelihara dan mengidentifikasi seluruh kegiatan operasi dan aktifitas yang terkait terhadap bahaya potensial yang memiliki resiko dan sebagai syarat dalam pengendalian resiko operasi. 2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh kegiatan operasional di PPNS-ITS, yakni pada pengendalian operasinya. 3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.1.1 4.Definisi 13. APD : alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja agar tidak terpapar bahaya. 14. Barang : Segala sesuatu yang berwujud dibutuhkan oleh PPNS-ITS untuk seluruh kegiatan operasional. 15. Inspeksi : Satu cara pemeriksaan tempat kerja secara langsung pada setiap tindakan tidak aman dari fasilitas fisik sehingga sumber-sumber bahaya dapat diketahui sebelumnya. 16. Jasa : Segala sesuatu yang tidak berwujud tapi dalam bentuk pelayanan yang dibutuhkan oleh PPNS-ITS demi kelancaran kegiatan operasional. 17. Operasi : seluruh aktifitas PPNS-ITS. 18. Uji emisi adalah pengujian terhadap gas pembuangan pada kendaraan untuk mengetahui kandungan gas yang dihasilkan. 5.Tanggung Jawab 5.1.Manajemen Representatif (MR) bertanggungjawab untuk : a.Memastikan tindakan disiplin agar program terpenuhi. 5.2.Kepala Divisi bertanggungjawab : d) Memastikan semua operasi tiap divisinya telah diidentifikasi. 5.3.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Memastikan pelaksanaan sistem pengendalian operasi dengan baik. 5.4.Divisi K3 bertanggungjawab untuk : a. Memastikan pelaksanaan sistem pengendalian operasi dengan baik b. Memonitor pelaksanaan pemeliharaan sebagai bagian dari inspeksi c. Mencatat dan mengidentifikasi bahaya potensial 5.5.Seluruh karyawan bertanggungjawab untuk : a. Melaksanakan sistem pengendalian operasi yang telah ditentukan b. Memelihara APD serta peralatan untuk menunjang operasi tiap-tiap departemen/divisi
6.Prosedur 6.1.Identifikasi 6.1.1.Divisi K3 harus mengidentifikasi bahaya potensial dan evaluasi resiko, pemantauan dan pengukuran setiap daerah operasi yang memiliki resiko 6.1.2.TIM SMK3 harus menetapkan dan memelihara sistem pengendalian operasi 6.2.Pelaksanaan Pengendalian Operasi 6.2.1.Pemberlakuan izin kerja a. Setiap unit kerja yang teridentifikasi bahaya potensial harus ada izin masuk tempat tersebut b. Tempat yang terdapat potensial bahaya harus di buat pengendalian dengan memberi tanda larangan dan pegar 6.2.2.Penyediaan APD Setiap unit kerja harus menyediakan APD yang cukup untuk tenaga kerja sesuai dengan resiko dan tingkat bahaya 6.2.3 Pemberian Peringatan K3 Setiap unit kerja harus memberikan peringatan K3 untuk daerah yang telah teridentifikasi bahaya potensial 6.3.Pengelolaan 6.3.1.Pemeliharaan a. Setiap departemen harus memastikan bahwa semua peralatan, material dan peralatan pelindung digunakan sesuai ketentuan b. Kadiv tiap departemen secara periodik harus meninjau semua peralatan untuk memestikan bahwa perlatan bebas dari kerusakan dan dipelihara dengan baik c. TIM SMK3 melakukan inspeksi dan pengujian K3 yang terkait dengan peralatan dan sistem yang terintegrasi untuk mengetahui resiko yang ditimbulkan d.Kadiv tiap departemen memastikan pemeliharaan barang dan jasa harus terintergrasi dalam penanganan untuk mencegah resiko kecelakaan 6.3.2.Pemberian Pelayanan Setiap tenaga kerja diberikan pelayanan berupa pelayanan uji emisi kendaraan untuk mencegah pencemaran lingkungan asap yang dapat menganggu aktifitas para pekerja 6.4.Pengawasan 6.4.1.Setiap kegiatan operasi akan diawasi langsung oleh kadiv tiap departemen untuk memastikan kegiatan operasi berlangsung dengan aman 6.4.2.Setiap kegiatan operasi akan diawasi langsung oleh MR untuk memastikan kegiatan operasi telah diidentifikasi dan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja 6.4.3.Setiap kegiatan operasional dalam PPNS-ITS diawasi langsung oleh MR sebagai perwakilan dari Direktur Perusahaan.
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Dokumen izin kerja di tempat panas
Lembaran yang berisi persetujuan izin kerja yang ditanda tangani oleh pihak berwenang di perusahaan
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F006
Lemari dokumen Divisi K3
10 tahun
Divisi K3
8.Lampiran Lampiran I : Form izin kerja di tempat panas / hot work permit.
Kegiatan
Dokumen
Lampiran I : Form izin kerja di tempat panas/hot work permit
Nama orang/perusahaan yang melaksanakan hot work:…………………………… Tanggal:………………………………..
Izin no:…………………
Lokasi:………………………………………………………………………… (diisi dengan rinci, termasuk nama bangunan dan nomor ruangan) Deskripsi pekerjaan:…………………………………………………………... Izin ini berlaku mulai…..am/pm pada…./……. Hingga……am/pm pada…./… Peringatan khusus:…………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………….... ................................................................................................................................... Area kerja telah diperiksa dan seluruh tindakan pencegahan yang dianggap perlu telah diambil. Nama:…………………….. Tanda tangan:……………. (Pekerja hot-work)
Tanggal:…………….
Area kerja telah diperiksa oleh saya, seluruh alarm kebakaran dan panel telah diisolasi, area kerja dinyatakan aman dan siap untuk dilaksanakan hot-work. Nama:……………………. (Pejabat berwenang)
Tanda tangan:……………
Hot-work dimulai pada :........am/pm Hot-work berakhir pada :........am/pm
Tanggal:……………
G. Prosedur identifikasi kebutuhan pelatihan 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan atau penyelenggaraan pelatihan bagi karyawan di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup jenis pelatihan yang diikuti oleh seluruh karyawan PPNS-ITS pada divisi masing-masing, disesuaikan dengan latar belakang pendidikan, pengetahuan, serta bidang keahlian yang dimiliki. Pelatihan ini dapat dilaksanakan oleh pihak internal PPNS-ITS atau mengundang pelatih dari eksternal/luar.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.1.5 4.Definisi 1. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan. 2. Sistem Manajemen K3 (SMK3) : Bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang memfasilitasi pengaturan resiko K3 yang berhubungan dengan bisnis organisasi. Termasuk struktur organisasi, kegiatan-kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, menerapkan, pencapaian, peninjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 PPNS-ITS. 3. Sertifikasi Lembar pengakuan terhadap seseorang yang telah mengikuti dan lulus suatu pelatihan tertentu 4. Pelatihan/ Training Internal Kegiatan pembekalan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan kepedulian dan kompetensi yang diselenggarakan di PPNS-ITS oleh orang/ badan yang kredibilitasnya diakui dibidangnya baik masih bekerja di PPNS-ITS maupun dari luar PPNS-ITS. 5. Pelatihan/ Training Eksternal Kegiatan pembekalan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan kepedulian dan kompetensi yang diselenggarakan oleh orang/ badan tertentu dan dilaksanakan diluar lingkungan PPNS-ITS.
5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk : a) Meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia karyawan yang ada di PPNS-ITS b) Menyetujui pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi c) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pelatihan dan sertifikasi serta memeliharanya d) Melaksanakan peninjauan ulang terhadap hasil evaluasi pelatihan yang dilaksanakan di PPNS-ITS
5.2. Kepala setiap divisi bertanggungjawab untuk : a) Menentukan jenis kebutuhan pelatihan yang dibuthkan oleh karyawan yang ada dibawah pimpinannya. b) Melakukan evaluasi terhadap hasil pelatihan yang dilakukan di tempat kerja yang dipimpinnya.
5.3. Divisi pelatihan dan sertifikasi bertanggungjawab untuk : a) Menyusun jadwal pelatihan dan sertifikasi b) Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi sesuai dengan jadwal dan jenis kebutuhan pelatihan yang ditetapkan c) Melaporkan hasil pelatihan kepada pihak manajemen puncak dan bagian lain yang berkepentingan 6.Prosedur 6.1. Penentuan kebutuhan pelatihan a) Penentuan kebutuhan pelatihan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman, bidang kerja, jenis resiko dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja b) Menentukan sasaran pelatihan yang akan dilaksanakan c) Sasaran pelatihan adalah karyawan yang bekerja di PPNS-ITS d) Kebutuhan pelatihan yang ditentukan dicantumkan kedalam form identifikasi kebutuhan pelatihan 6.2. Persetujuan kebutuhan pelatihan a. Mengajukan form identifikasi kebutuhan pelatihan kepada pihak manajemen puncak b. Pihak manajemen puncak menyetujui pelatihan untuk dapat dilaksanakan di PPNS-ITS
6.3. Pelaksanaan pelatihan a. Divisi pelatihan dan sertifikasi melaksanakan pelatihan di PPNSITS b. Jika pelatihan dilaksanakan oleh pihak luar, maka divisi pelatihan dan sertifikasi bertanggung jawab menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan oleh tenaga luar tersebut, termasuk dalam hal penyediaan tempat pelatihan c. Pelaksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan d. Jadwal pelatihan hanya berlaku untuk satu jenis pelatihan. Jika ada jenis pelatihan lain, maka akan disusun jadwal yang berbeda, untuk menghindari timbulnya kesalahan yang bersifat teknis dan administratif. 6.4. Laporan hasil pelatihan a. Pelatihan yang dilaksanakan harus dilaporkan kepada pihak manajemen puncak PPNS-ITS b. Jika pelatihan dilaksanakan pihak luar, maka yang bertanggung jawab memberikan laporan adalah divisi pelatihan dan sertifikasi c. Laporan hasil pelatihan dicatat kedalam form laporan hasil pelatihan 6.5. Evaluasi hasil pelatihan a. Evaluasi hasil pelatihan dilakukan untuk menilai efektivitas pelatihan yang berpengaruh pada karyawan. Evaluasi ini dapat dilaksanakan oleh kepala tiap divisi kepada seluruh karyawan yang mengikuti pelatihan dibawah pimpinannya. b. Jika hasil evaluasi memberikan nilai yang kurang memuaskan, maka kepala divisi berwenang untuk menentukan kebutuhan pelatihan yang baru. c. Jika hasil evaluasi memberikan nilai yang baik, maka laporan hasil pelatihan dapat disimpan d. Nilai evaluasi hasil pelatihan dicantumkan dalam form evaluasi hasil pelatihan. 6.6. Pemeliharaan laporan hasil pelatihan Laporan hasil pelatihan disimpan dan dipelihara oleh divisi pelatihan dan sertifikasi, dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan lain, atau pelatihan yang sama selanjutnya. 7.Dokumen No
1
Judul Dokumen identifikasi kebutuhan pelatihan
Gambaran Catatan pelatihan yang dibutuhkan
No Rekaman
Lokasi
F007
Lemari dokumen kepala masingmasing
Masa penyimpanan
PJ
10 tahun
Kepala masingmasing divisi
Jadwal pelatihan yang akan dilaksanakan
2
Dokumen jadwal pelatihan
3
Dokumen laporan hasil pelatihan
Catatan hasil pelatihan
4
Dokumen evaluasi hasil pelatihan
Catatan evaluasi oleh kepala divisi
F008
F009
F010
divisi Lemari dokumen divisi pelatihan dan sertifikasi Lemari dokumen divisi pelatihan dan sertifikasi Lemari dokumen kepala masingmasing divisi
8.Lampiran Lampiran I: Form identifikasi kebutuhan pelatihan Lampiran II: Form jadwal pelatihan Lampiran III: Form laporan hasil pelatihan Lampiran IV: Form evaluasi hasil pelatihan
10 tahun
Divisi pelatihan dan sertifikasi
10 tahun
Divisi pelatihan dan sertifikasi
10 tahun
Kepala masingmasing divisi
Kegiatan
Dokumen
Form identifikasi kebutuhan pelatihan
Form jadwal pelatihan
Form laporan hasil pelatihan
Form evaluasi hasil pelatihan
Lampiran I: Form identifikasi kebutuhan pelatihan Tanggal : Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh : Lokasi: NO
Dasar penentuan jenis pelatihan Latar Pengalaman Resiko Bidang belakang K3 dan kerja pendidikan potensi bahaya yang ada
Sasaran atau Jenis obyek pelatihan pelatihan
Lampiran II: Form jadwal pelatihan Tanggal : Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh : Jenis Pelatihan : N O
Tanggal pelatihan
Materi pelatihan
Trainer
Tempat pelatihan
Waktu pelatihan
Keterangan
Lampiran III: Form laporan hasil pelatihan Tanggal : Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh : Jenis Pelatihan : N Tanggal O pelatihan
Materi pelatihan
Jumlah peserta
Trainer
Tempat pelatihan
Biaya PIC pelatihan
Lampiran IV: Form evaluasi hasil pelatihan Tanggal : Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh : Jenis Pelatihan : NO
Uraian penilaian
PIC
Efektivitas dan kesesuaian
Keterangan
Keterangan diisi bila ditemukan ketidak sesuaian, dan dijelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
H. Prosedur komunikasi 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk mengkomunikasikan seluruh informasi K3, termasuk kecelakaan, potensi bahaya dan resiko di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh sistem operasi di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.2.1 4.Definisi 4.1. Komunikasi : Suatu kegiatan penyampaian pesan melalui lisan maupun tulisan kepada penerima 4.2. Kecelakaan : Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. 4.3. Bahaya : Sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan, ini dapat mencakup substansi, proses kerja, atau aspek lainnya dari lingkungan.
5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Mengkomunikasikan K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan kepada seluruh karyawan di PPNS-ITS
5.2. MR bertanggungjawab untuk : a. Memastikan seluruh informasi K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan telah disebarkan dengan baik dan merata kepada seluruh karyawan b. Memerintahkan
kepala
tiap
divisi
untuk
turut
serta
mengkomunikasikan K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan kepada karyawan yang ada dibawah pimpinannya
5.3. Divisi K3 bertanggungjawab untuk : c. Memastikan seluruh informasi K3, potensi bahaya, resiko, dan kecelakaan telah disebarkan dengan baik dan merata kepada seluruh karyawan 6.Prosedur 6.1. TIM SMK3 menetapkan informasi yang akan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan 6.2. MR memerintahkan kepala tiap divisi untuk mengkomunikasikan K3 kepada seluruh karyawan dibawah pimpinannya 6.3. Divisi K3 memastikan bahwa seluruh karyawan telah mendapat informasi yang baik dan jelas tentang K3
7.Dokumen No
Judul
Gambaran
-
-
-
8.Lampiran
No Rekaman -
Lokasi -
Masa penyimpanan -
PJ -
Kegiatan
Dokumen
I. Prosedur pelaporan 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara umum pelaporan kecelakaan yang terjadi di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini dapat bersifat internal dan eksternal. Pelaporan eksternal diserahkan
pada
Disnaker
setempat
sebagai
syarat
klaim
asuransi
(JAMSOSTEK atau perusahaan asuransi lainnya). Klaim asuransi hanya diberikan pada korban yang memiliki identitas sebagai karyawan/pekerja di PPNS-ITS. Klaim asuransi bagi pekerja diluar PPNS-ITS (karyawan outsourcing) ditanggung oleh perusahaan tempat pekerja tersebut berasal.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.2.2 4.Definisi 1. Kecelakaan: Kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada kematian, penyakit akibat kerja, cedera, kerusakan atau kehilangan lainnya. 2. Insiden: Suatu kondisi yang mengindikasikan akan terjadinya kecelakaan. 3. Penilaian resiko: Proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan. 4. Tindakan Perbaikan: Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan akar penyebab ketidaksesuaian kecelakaan, insiden yang ditemukan agar mencegah kecelakaan tersebut tidak terulang lagi. 5. Tindakan Pencegahan: Tindakan yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan insiden agar tidak terjadi kecelakaan terulang lagi. 5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk : a.Mengetahui segala macam kejadian yang menimpa karyawan di PPNSITS. b.Menandatangani catatan kejadian kecelakaan sebagai bukti bahwa pihak managemen puncak mengetahui tentang perihal tersebut. c. Menyediakan fasilitas atau peralatan yang layak yang memenuhi standard K3. d. Menyimpan laporan kecelakaan 5.2. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk :
a. Memberikan tindak lanjut atas laporan yang disampaikan oleh karyawan tempat kerja yang dipimpinnya. b. Melaporkan peristiwa kecelakaan yang terjadi di tempat kerja kepada pihak manajemen puncak.
5.3. Divisi K3 bertanggungjawab untuk : a. Membuat catatan kecelakaan berdasarkan laporan dari tiap divisi yang mengalami kecelakaan b. Melakukan investigasi kecelakaan untuk
mengetahui penyebab
kecelakaan c. Melakukan tindakan pencegahan dengan cara memberikan pengarahan kepada karyawan (safety talk) sebelum melaksanakan pekerjaan, melaksanakan penyuluhan dan pelatihan tentang K3 d. Menyimpan laporan hasil kecelakaan 6.Prosedur 6.1. Laporan dari korban/saksi Saksi atau korban melaporkan peristiwa kecelakaan kepada kepala divisi tempat karyawan tersebut bekerja. Jika korban tidak dapat melapor, maka dapat diserahkan pada orang lain yang melihat kejadian tersebut. 6.2. Tindak lanjut laporan oleh kepala divisi Kepala divisi yang bertanggung jawab menerima laporan dan menindak lanjuti laporan tersebut dengan meneruskannya kepada manajemen puncak untuk dicatat. 6.3. Pencatatan rekap kecelakaan oleh manajemen puncak Pihak manajemen puncak melakukan pencatatan rekap kecelakaan tersebut sebagai bukti dan sebagai sarana penyusunan laporan kepada pemerintah. Pihak manajemen selanjutnya memerintahkan divisi K3 untuk melaksanakan investigasi kecelakaan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak manajemen puncak.
6.4. Investigasi kecelakaan oleh divisi K3 Divisi K3 melaksanakan investigasi kecelakaan dengan dibantu oleh saksi dan kepala divisi, dengan memanfaatkan bukti-bukti yang ada di lapangan.
6.5. Pengajuan klaim asuransi
Pihak manajemen mengajukan klaim asuransi kepada JAMSOSTEK atau badan asuransi lain yang mengikat jalinan kerja sama dengan PPNS-ITS. Proses pengajuan klaim asuransi ini harus didasarkan dengan bukti yang lengkap dan tertulis. 6.6. Tindakan perbaikan dan pencegahan Divisi K3 melaksanakan tindakan perbaikand an pencegahan agar kecelakaan yan gsama tidak terulang kembali di waktu yang selanjutnya.
7.Dokumen No
Judul
Gambaran
1
Pelaporan
Laporan kejadian kecelakaan
2
Rekap laporan kecelakaa n selama 1 tahun
Laporan kejadian kecelakaan selama 1 tahun
No Rekaman
Lokasi
F011
Tiap divisi dan manajem en puncak
F012
Kabinet MR
Masa penyimpanan
PJ
10 tahun
Tiap divisi dan manajemen puncak
10 tahun
Manajeme n Representa tif
8.Lampiran Lampiran I: Form laporan kecelakaan Lampiran II: Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun Lampiran III: Daftar nomor telepon masing-masing divisi
Kegiatan
Dokumen
Form laporan kecelakaan
Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun
Jumlah korban
Mengetahui, Kepala divisi…………..
Tanggal kejadian
Nama korban
(…………………………………………)
NO
Keadaan korban
Kerugian
Peristiwa
Penyebab utama
Lampiran I: Form laporan kecelakaan
Lampiran II: Form rekap laporan kecelakaan selama 1 tahun Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Waktu dan tanggal kecelakaan
Jumlah korban
Kerugian
Penyebab utama
Oktober
November
Desember
Mengetahui,
Menyetujui,
Kepala divisi…….
Manajemen Representatif
(……………………………)
(……………………………)
Lampiran III: Daftar nomor telepon masing-masing divisi
NO
Nama divisi
Nomor telepon
Keterangan
J. Prosedur pengendalian bahaya potensial 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melaksanakan tata cara pengendalian terhadap bahaya potensial yang ada di PPNS-ITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk kegiatan operasional di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.3.3 4.Definisi 5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a. Menjalankan proses pengendalian b. Memastikan seluruh kegiatan operasional telah dilakukan prosedur pengendalian
5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk : a.Memastikan prosedur operasi pengendalian telah dilakukan dengan baik b. Mengesahkan laporan pengendalian c.Melaporkan hasil pengendalian kepada pihak manajemen puncak
5.3. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk : a.Mengetahui dan menyetujui prosedur pengendalian
6.Prosedur 6.1 TIM SMK3 melaksanakan proses pengendalian pada kegiatan operasional di PPNS-ITS 6.2 Manajemen representatif mengesahkan laporan pengendalian yang telah dilaksanakan oleh TIM SMK3 6.3 Manajemen representatif melaporkan hasil pengendalian kepada manajemen puncak 6.4 Manajemen puncak mengetahui dan menyetujui laporan pengendalian yang disampaikan oleh manajemen representatif 6.5 TIM SMK3 menyimpan laporan hasil pengendalian sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan pengendalian di proses operasional yang lain
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Catatan tentang hasil pengendalian Laporan terhadap hasil bahay pengendalian potensial yang ada di PPNS-ITS
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F013
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun
TIM SMK3
8.Lampiran Lampiran I: Form laporan hasil pengendalian
Kegiatan
Dokumen
START
TIM SMK3 Melakukan proses pengendalian Manajemen representatif Mengetahui dan mengesahkan laporan pengendalian, kemudian melaporkan kepada pihak manajemen puncak Manajemen puncak Mengetahui dan menyetujui laporan pengendalian
TIM SMK3 Menyimpan laporan hasil pengendalian
FINISH
Form laporan hasil pengendalian
Lampiran I: Form laporan hasil pengendalian Area: Tim pelaksana: Tanggal: NO
Nama kegiatan
Jenis bahaya Tindakan Keterangan potensial pengendalian
Diketahui,
Disetujui,
(Manajemen representatif)
(Manajemen puncak)
PIC
K. Prosedur tanggap darurat 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang kesiagaan tanggap darurat kepada pekerja dan pihak luar yang berkepentingan sebagai antisipasi terjadinya situasi darurat.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh pekerja, karyawan, staff PPNS-ITS serta pihak luar yang berkepentingan.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 3.3.8 4.Definisi 19. Pihak luar yang berkepentingan : Semua pihak luar yang ada kaitannya dengan PPNS-ITS. 20. Keadaan darurat : Keadaan yang mengancam atau membahayakan sehingga
dapat menimbulkan suatu accident (kecelakaan) pada suatu area. 5.Tanggung Jawab 5.1.TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a.Mempersiapkan sistem tanggap darurat b. Meninjau ulang dan merevisi sistem tanggap darurat bila terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi kondisi darurat. 5.2.Management Representative bertanggungjawab untuk : a. Memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat b. Mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah yang harus diambil untuk menanggulangi kondisi darurat.
5.3.Divisi keamanan bertanggungjawab untuk : a. Mengikuti instruksi MR b. Mengawasi aset perusahaan
c. Mencegah orang
yang tidak berkepentingan
memasuki kawasan
perusahaan 5.4.Seluruh karyawan bertanggungjawab untuk : a. Menjalankan sistem tanggap darurat. 6.Prosedur 6.1.TIM SMK3 mempersiapkan sistem tanggap darurat
6.2.Management representative memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat.
6.3.Management representative mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah yang harus diambil dalam menangani kondisi darurat .
6.4.Seluruh karyawan melaksanakan sistem tanggap darurat.
6.5.Divisi keamanan mengikuti instruksi dari MR, mengawasi aset perusahaan an mencegah orang yang tidak berkepentingan memasuki area perusahaan.
6.6.TIM SMK3 melaksanakan peninjauan ulang dan merevisi sistem tanggap darurat bila terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi kondisi darurat. 7.Dokumen No
1.
Judul
Gambaran
Prosedur Tanggap darurat
Tentang tata cara pelaksanaan tanggap darurat
8.Lampiran
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F 014
Lemari Dokumen Divisi K3 no.006
10 tahun
TIM SMK3
Kegiatan START
TIM SMK3 Mempersiapkan sistem tanggap darurat MR Memeriksa dan menyetujui sistem tanggap darurat MR Mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan kepada seluruh karyawan untuk menentukan langkah yang harus diambil untuk menanggulangi kondisi darurat
Seluruh karyawan Menjalankan sistem tanggap darurat
Divisi keamanan Mengikuti instruksi MR, mengawasi aset perusahaan dan mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk kedalam lingkungan perusahaan
TIM SMK3 Meninjau ulang dan merevisi sistem tanggap darurat jika terjadi perubahan pada sistem operasional perusahaan atau setelah terjadi kondisi darurat
FINISH
Dokumen
L. Prosedur inspeksi dan pengukuran 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melaksanakan inspeksi dan pengukuran di PPNSITS
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh sistem operasi di bengkel dan laboratorium PPNS-ITS.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1 4.Definisi 5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a) Melaksanakan inspeksi dan pengukuran b) Mencatat hasil inspeksi dan pengukuran c) Menyimpan data dan laporan hasil inspeksi dan pengukuran
5.2. Kepala divisi bertanggungjawab untuk : a. Mengetahui dan mengizinkan proses inspeksi dan pengukuran b. Memerintahkan seluruh karyawan untuk ikut mempermudah proses inspeksi dan pengukuran c. Menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan oleh TIM SMK3 dalam melakukan inspeksi dan pengukuran
5.3. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk : a. Mengetahui dan menyetujui laporan inspeksi dan pengukuran b. Memastikan proses inspeksi dan pengukuran berjalan dengan baik dan benar c. Memerintahkan seluruh kepala divisi untuk ikut mendukung proses inspeksi dan pengukuran 6.Prosedur 6.1 TIM SMK3 melaksanakan inspeksi dan pengukuran terhadap tempat kerja 6.2 Kepala divisi membantu dengan menyediakan peralatan dan data yang dibutuhkan untuk pelaksanaan inspeksi dan pengukuran
6.3 Manajemen representatif menyetujui hasil inspeksi dan pengukuran 6.4 TIM SMK3 menyimpan data hasil inspeksi dan pengukuran sebagai bahan untuk melaksanakan proses pengendalian
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Laporan inspeksi dan pengukuran
Hasil inspeksi dan pengukuran terhadap peralatan dan tempat kerja i PPNS-ITS
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F015
Lemari dokumen TIM SMK3
10 tahun
TIM SMK3
8.Lampiran Lampiran I Form inspeksi dan pengukuran
Kegiatan
Dokumen
Form inspeksi dan pengukuran
Lampiran I Form inspeksi dan pengukuran Tempat : Tanggal : Tim inspeksi : NO
Materi inspeksi
NO
Nama mesin/peralatan
Kesesuaian Ya Tidak
Hasil pengukuran
Keterangan
Keterangan
PIC
M. Prosedur pemeriksaan kesehatan 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan yang ada di PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk seluruh karyawan di PPNS-ITS, kecuali karyawan kontrak.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1 4.Definisi 1. Penyakit adalah: Sesuatu yang bersifat merugikan manusia dan menimbulkan masalah kesehatan. 2. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah: Penyakit yang timbul sebagai akibat melakukan pekerjaan tertentu. 5.Tanggung Jawab 5.1. Divisi K3 bertanggungjawab untuk : Mendata kesehatan dan menyimpan data kesehatan Menetapkan jadwal pemeriksaan kesehatan
5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk : Menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan Menyediakan terapi kesehatan pagi karyawan yang terindikasi mengalami penyakit akibat kerja
5.1. Kepala tiap divisi bertanggungjawab untuk : Mendata seluruh karyawan yang ada di tempat kerja yang dipimpinnya
5.1. Karyawan bertanggungjawab untuk : Mengikuti pemeriksaan kesehatan
Memberikan keterangan dengan benar tentang kondisi kesehatan, termasuk penyakit yang sedang diderita
6.Prosedur 6.1. Kepala tiap divisi mendata seluruh karyawan yang ada dibawah pimpinannya 6.2. Manajemen puncak mengundang tim kesehatan dari rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan 6.3. Divisi K3 menetapkan jadwal pemeriksaan kesehatan 6.4. Divisi K3 mencatat dan menyimpan dokumen hasil pemeriksaan kesehatan
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Catatan Laporan tentang hasil pemeriksaan pemeriksaan kesehatan kesehatan karyawan
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F016
Lemari dokumen divisi K3
10 tahun
Divisi K3
8.Lampiran Lampiran I: Form laporan pemeriksaan kesehatan
Kegiatan
Dokumen
Lampiran I: Form laporan pemeriksaan kesehatan NO
Nama karyawan
Mengetahui, Kepala divisi K3
(…………………….)
Jenis pemeriksaan
Diagnosa penyakit
Keterangan
N. Prosedur kalibrasi dan perawatan alat ukur 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara kalibrasi dan perawatan alat ukur
2.Ruang Lingkup Prosedur ini berlaku untuk alat ukur yang dipakai di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.1 4.Definisi 1. Alat ukur adalah: Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan skala tertentu, untuk mengetahui nilai ukuran suatu benda. 2. Kalibrasi adalah: Proses penyesuaian alat ukur agar memberikan data yang akurat.
5.Tanggung Jawab 5.1. Kepala divisi/bengkel/laboratorium bertanggungjawab untuk : a. Mengetahui dan mengesahkan laporan jumlah dan jenis alat ukur di tempat kerja yang dipimpinnya
5.2. Divisi perawatan bertanggungjawab untuk : a) Melakukan kalibrasi alat ukur yang dilaporkan oleh teknisi tiap bengkel dan laboratorium b) Mencatat
hasil
kalibrasi
dan
melaporkan
kepada
kepala
divisi/bengkel/laboratorium
5.3. Teknisi tiap laboratorium dan bengkel bertanggungjawab untuk : a) Mendata dan melaporkan segala jenis alat ukur yang ada di bengkel atau laboratorium b) Melakukan perawatan terhadap alat ukur
6.Prosedur 6.1 Teknisi tiap bengkel dan laboratorium mencatat seluruh alat ukur yang ada di bengkel dan laboratorium, dan melaporkannya kepada kepala divisi. 6.2 Kepala divisi mengetahui dan menyetujui program kalibrasi alat ukur tersebut. 6.3 Divisi perawatan melaksanakan proses kalibrasi alat ukur, kemudian mencatat dan melaporkannya kepada kepala divisi 6.4 Teknisi tiap bengkel dan laboratorium merawat alat ukur yang telah dikalibrasi
7.Dokumen No
Nama
Gambaran
1
Lembar kalibrasi alat ukur
Catatan tentang hasil kalibrasi alat ukur
2
Lembar kartu perawatan
Berisi data riwayat perawatan alat ukur
No Rekaman F017
F018
8.Lampiran Lampiran I: Form kalibrasi alat ukur Lampiran II: Form kartu perawatan
Lokasi Lemari dokumen divisi perawatan Lemari dokumen tiap bengkel dan lab
Masa penyimpanan
PJ
10 tahun
Divisi perawatan
10 tahun
Teknisi tiap bengkel dan lab
Kegiatan
Dokumen
Form kalibrasi alat ukur
Form kartu perawatan alat ukur
Lampiran I: Form kalibrasi alat ukur NO
Nama alat ukur
Kegunaan
Jenis kalibrasi
Keterangan
Keterangan diisi apabila alat ukur dalam keadaan rusak atau tidak pernah dipakai.
Lampiran II: Form kartu perawatan alat ukur NO
Nama alat ukur
Jenis perawatan yang dilakukan
Tanggal perawatan terakhir
PIC
O. Prosedur audit 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan audit internal SMK3 di PPNS-ITS yang akan dilaksanakan oleh tim audit.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup seluruh dokumen SMK3 yang diterapkan di PPNS-ITS
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.2 4.Definisi 1. Audit: Proses pemeriksaan kesesuaian peraturan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh badan/instansi terkait 5.Tanggung Jawab 5.1. TIM SMK3 bertanggungjawab untuk : a) Memastikan seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit telah dilengkapi b) Membantu kelancaran proses audit internal
5.2. Manajemen Representatif bertanggungjawab untuk : a) Memastikan kegiatan audit telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan b) Mengawasi proses pelaksanaan audit
5.3. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk : a) Menyetujui kegiatan audit oleh tim audit internal SMK3 b) Melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit
5.4. Divisi K3 bertanggungjawab untuk : a) Menyediakan seluruh dokumen yang dibutuhkan oleh tim audit internal SMK3 b) Mencatat dan menyimpan hasil laporan audit internal SMK3
5.5. Tim audit internal bertanggungjawab untuk : a) Melaksanakan proses audit internal seusai dengan peraturan b) Melaporkan hasil audit kepada manajemen puncak
5.6. Seluruh divisi bertanggungjawab untuk : a) Melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan dalam proses audit internal b) Membantu kelancaran audit dengan tidak menghalang-halangi tim audit untuk melaksanakan audit 6.Prosedur 6.1 Seluruh divisi menyediakan dokumen yang berkaitan dengan SMK3 6.2 Tim audit internal melaksanakan proses audit dibantu oleh TIM SMK3 6.3 Hasil audit dilaporkan ke pihak manajemen puncak untuk ditindak lanjuti 6.4 Manajemen puncak menyetujui hasil audit dan melakukan tinjauan ulang 6.5 Divisi K3 menyimpan hasil audit sebagai pedoman perbaikan berkelanjutan
7.Dokumen No
1
Judul
Gambaran
Laporan hasil audit internal SMK3
Catatan tentang hasil audit yang dilaksanakan oleh tim audit
No Rekaman
Lokasi
F019
Lemari dokumen divisi K3
8.Lampiran Lampiran I: Form laporan audit SMK3
Masa Penanggung penyimpanan jawab
10 tahun
Divisi K3
Kegiatan
Dokumen
START
Seluruh divisi Menyediakan dokumen yang dibutuhkan untuk proses audit internal Tim audit Melaksanakan audit internal dan melaporkan kepada pihak manajemen puncak
Manajemen puncak Mengetahui dan menyetujui hasil audit, dan melakukan tinjauan manajemen Divisi K3 Menyimpan laporan hasil audit sebagai pedoman perbaikan berkelanjutan FINISH
Form laporan hasil audit internal
Lampiran I: Form laporan audit internal SMK3
NO
Klausul/sub klausul
Uraian
Kesesuaian dengan Permenaker Dalam Ya Tidak proses
Diketahui,
Diketahui,
(Manajemen representatif)
(Ketua tim audit internal)
Disetujui,
(Manajemen puncak)
P. Prosedur tindakan perbaikan dan pencegahan 1.Tujuan Prosedur ini menjelaskan tata cara tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja di PPNS-ITS 2.Ruang Lingkup Prosedur ini diterapkan untuk seluruh sarana/peralatan yang menggunakan sumber tenaga listrik yang ada di bengkel dan laboratorium di PPNS-ITS. 3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 4.3 4.Definisi 21. Lock out system: Suatu sistem yang terdiri dari peralatan yang digunakan untuk menjamin bahwa mesin-mesin yang dikontrol tidak dapat dioperasikan sebelum alat Lock Out ini di lepas. 22. Tag out system: Suatu sistem yang terdiri dari peralatan yang digunakan untuk mengindikasikan bahwa mesin-mesin yang dikontrol tidak ada kemungkinan untuk dioperasikan sebelum alat tag out dilepas. 23. Verifikasi alat: Suatu kegiatan untuk memastikan suatu peralatan dapat berfungsi dengan baik. 5.Tanggung Jawab 5.1.Direktur bertanggungjawab untuk : e) Mengesahkan rencana perbaikan dan pencegahan pada sistem produksi dan seluruh sarana di PPNS-ITS. 5.2.Ketua harian P2K3 bertanggungjawab untuk : f) Memastikan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, standard, dan peraturan teknis yang berlaku. g) Memastikan penerapan sistem lock out tag out sesuai dengan ketentuan dan dilaksanakan dengan baik. 5.3.Divisi K3 bertanggungjawab untuk : e. Memastikan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan sesuai dengan peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. f. Memastikan penerapan sistem Lock out Tag out sesuai dengan ketentuan dan dilaksanakan dengan baik. 5.4. Bagian Teknisi dengan persetujuan Kabag bertanggungjawab untuk : g.Mengajukan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan. h. Pemeliharaan, tindakan perbaikan dan pencegahan berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan i. Menerapkan sistem Lock out Tag out.
j. Menyimpan semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan atas seluruh sarana produksi 6.Prosedur 6.1.Bagian teknisi tiap bengkel dan laboratorium membuat jadwal pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi serta peralatan lainnya mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. Jadwal ini harus mendapat persetujuan dari kepala bagian bengkel atau lab yang bersangkutan. 6.2.Bagian teknisi mengajukan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya kepada divisi perawatan PPNS-ITS dengan sebelumnya telah mendapat persetujuan dari kepala bagian bengkel atau lab yang bersangkutan. 6.3.Divisi K3 dan Ketua harian P2K3 memastikan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku 6.4.Direktur PPNS-ITS mengesahkan rencana pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi dan peralatan lainnya. 6.5.Divisi perawatan melaksanakan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan, dan apabila diperlukan untuk melakukan perubahan sarana produksi dan peralatan lainnya. 6.6.Sistem Lock Out Tag Out harus diterapkan oleh divisi perawatan sebelum melaksanakan kegiatan pemeliharaan, pencegahan, dan perbaikan sarana produksi. 6.7.Divisi K3 dan Ketua harian P2K3 memastikan penerapan Sistem Lock Out Tag Out sesuai dengan ketentuan dan telah dilaksanakan dengan baik 6.8.Divisi perawatan dan teknisi tiap bengkel atau lab menyimpan semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeliharaan, pencegahan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi serta peralatan lainnya yang juga mengalami perubahan.
7.Dokumen N o
Judul
1.
Prosedur perbaikan dan pencegahan
Gambaran
No Rekaman
Tata cara pemelihara an sarana P 020 dan alatalat produksi
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
10 tahun
Kadiv perawatan
Lemari Dokumen Divisi K3
8.Lampiran Lampiran I : Form Jadwal perbaikan dan pencegahan Lampiran II : Form kartu kendali Lampiran III : Tata cara penerapan Lock out dan Tag out
Kegiatan
Dokumen START
Bagian teknisi dengan persetujuan Kabag Membuat jadwal perbaikan, pemeliharaan dan pencegahan
Bagian teknisi dengan persetujuan Kabag Mengajukan rencana perbaikan, pencegahan, pemeliharaan dan perubahan
Divisi K3 dan P2K3 Memastikan rencana perbaikan, pencegahan, perbaikan dan perubahan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Direktur Mengesahkan rencana perbaikan, pencegahan, pemeliharaan, dan perubahan
A
Form jadwal perbaikan dan pencegahan
Kegiatan
Dokumen A
Divisi perawatan dan teknisi tiap bagian Melaksanakan LOTO, tindakan perbaikan, pencegahan, pemeliharaan dan perubahan
Dokumen tata cara penerapan LOTO
Divisi K3 dan P2K3 Memastikan penerapan LOTO, tindakan perbaikan, pencegahan, pemeliharaan dan perubahan berjalan sesuai ketentuan Divisi perawatan dan teknisi tiap bagian Menyimpan data secara rinci tentang perbaikan, pencegahan, pemeliharaan dan perubahan
FINISH
Form kartu kendali
Lampiran I : Form jadwal perbaikan dan pencegahan
Nama peralatan: Lokasi: Bulan
Jenis kegiatan
Januari Februari Maret …dst
Minggu I
Minggu
Minggu
Minggu
II
III
IV
PIC
Lampiran II : Form kartu kendali Nama mesin: Lokasi: Nama mesin
No. Mesin
Tanggal
Uraian kegiatan
pemeriksaan
pemeriksaan
PIC
Lampiran III : Tata cara penerapan Lock out dan Tag out 1. Persiapan Untuk Lock Out Langkah pertama adalah persiapan untuk mematikan peralatan (mesin). Sebelum mematikan mesin, pekerja harus mengetahui : -
Jenis dan besarnya energi
-
Bahaya yang ditimbulkan oleh energi tersebut
-
Metode untuk mengendalikan energi secara efektif
Perhatikan juga energi gravitasi, listrik dan tekanan tinggi yang dapat tersimpan atau terakumulasi kembali setelah mesin dimatikan. 2. Shutdown Mematikan mesin atau peralatan seperti biasa sesuai dengan prosedur dari pabrik. 3. Isolasi Energy Semua peralatan untuk
mengisolasi energi
harus dipasang
dan
dioperasikan untuk mengunci dan mengisolasi sumber energi. Contoh peralatan Isolasi energi : -
Circuit Breaker
-
Katup
-
Fuse
-
Disconnect. dll
4. Pemasangan Lock Out/ Tag Out Langkah selanjutnya adalah pemasangan Lock Out dan Tag Out pada peralatan untuk mengisolasi energi. Lock Out adalah alat untuk menjamin bahwa peralatan untuk mengisolasi energi tidak dapat di operasikan. Sedangkan Tag Out adalah alat untuk mengindikasikan bahwa peralatan untuk mengisolasi energi tidak boleh dioperasikan. 5. Pengendalian Energi Yang Tersisa Memastikan semua potensi bahaya dari energi sisa telah di netralkan. Contoh enrgi sisa : -
Pegas yang tertekan
-
Counterweights
-
Muatan listrik yang tersimpan dalam kapasitor.
-
Peralatan atau komponen-komponen yang dapat jatuh karena gravitasi.
-
Udara bertekanan dalam pipa.dll
6. Memeriksa Sebelum memulai pekrjaan perbaikan pada mesin, pekerja harus memastikan bahwa tenaga penggerak dari peralatan atau mesin telah diisolasi dan di netralkan.
Pelepasan Lock out/Tag Out Pekerja Harus mengikuti prosedur berikut ini untuk melepaskan Lock Out/ Tag Out Device dan Restoring Energy. Peralatan -
Pastikan semua peralatan atau permesinan telah dipasang dengan benar.
-
Periksa peralatan atau permesinan untuk menjamin bahwa
bagian
yang tidak penting dari mesin telah dilepas. Pekerja -
Pastikan semua pekerja berada pada posisi yang aman di luar area berbahaya.
-
Informasikan kepada semua pekerja bahwa Lock Out /Tag Out Device akan dilepas dan tenaga penggerak mesin akan di hidupkan kembali.
Pelepasan Lock Out/Tag Out Device -
Hanya pekerja yang berwenang yang memasang Lock out/Tag Out Device yang boleh melepaskan Lock out/Tag Out Device.
Q. Prosedur tinjauan manajemen 1.Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan tata cara pelaksanaan tinjauan manajemen oleh manajemen puncak PPNS-ITS.
2.Ruang Lingkup Prosedur ini mencakup seluruh laporan hasil audit internal dan laporan lain yang didapatkankan dari seluruh divisi.
3.Referensi PER-05/MEN/1996 klausul 5 4.Definisi 1. Tinjauan ulang: Proses pemeriksaan oleh suatu pihak untuk mencari ketidak sesuaian 5.Tanggung Jawab 5.1. Manajemen puncak bertanggungjawab untuk : a) Melaksanakan tinjauan manajemen berdasarkan laporan yang diterima b) Memerintahkan divisi K3 melaksanakan perbaikan berkelanjutan c) Meyimpan hasil tinjauan ulang
5.2. Manajemen representatif bertanggungjawab untuk : a) Memastikan seluruh laporan dan dokumen telah disampaikan kepada pihak manajemen puncak untuk ditinjau
5.3. Seluruh divisi bertanggungjawab untuk : a. Melengkapi laporan untuk ditinjau oleh manajemen puncak b. Menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh divisi K3
5.4. Divisi K3 bertanggungjawab untuk : 1) Melaksanakan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil tinjauan ulang oleh manajemen puncak
2) Menyimpan hasil tinjauan ulang sebagai pedoman perbaikan berkelanjutan 6.Prosedur 6.1 Manajemen puncak melaksanakan proses tinjauan ulang 6.2 Manajemen puncak memerintahkan divisi K3 untuk melaksanakan perbaikan berkelanjutan 6.3 Seluruh divisi menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh divisi K3 6.4 Divisi K3 dan manajemen puncak menyimpan hasil tinjauan ulang
7.Dokumen N o
Judul
Laporan tinjauan 1 ulang manajemen
Gambaran Catatan hasil tinjauan oleh manajemen terhadap hasil audit SMK3
No Rekaman
Lokasi
Masa penyimpanan
PJ
F021
Lemari dokumen manajeme n puncak
10 tahun
Manajemen puncak
8.Lampiran Lampiran I: Form tinjauan ulang manajemen
Kegiatan
Dokumen
START
Manajemen puncak Melaksanakan proses tinjauan ulang berdasarkan laporan dan hasil audit Divisi K3 Melaksanakan perbaikan berkelanjutan Seluruh divisi Menerapkan perbaikan berkelanjutan yang disusun oleh divisi K3 Manajemen puncak dan divisi K3 Menyimpan hasil tinjauan ulang untuk digunakan pada proses tinjauan ulang selanjutnya
FINISH
Form tinjauan ulang manajemen
Lampiran I: Form tinjauan ulang manajemen NO
Laporan hasil audit
Kesesuaian dengan peraturan dan persyaratan
Rekomendasi manajemen
Menyetujui,
(Manajemen puncak)
Keterangan
LAMPIRAN III DATA
a. Bengkel Konstruksi Tabel 4.3. Identifikasi bahaya di bengkel konstruksi N O
Potensi bahaya
1
Fisik
2
Fisik
3
Fisik
4
Fisik
5
Fisik
Efek utama Jari-jari terpotong Tangan/jari terjepit
III
Cara menanggulangi bahaya Memakai APD
II
-
Kategori bahaya
Terkena api III mesin las Telinga II terganggu akibat suara bising
Terpeleset di I lantai
Memakai APD - Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja Memakai APD -
Memakai APD - Sistem kerja shift untuk mengurangi waktu paparan Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan
Ket
b. Bengkel sheet metal Tabel 4.4. Identifikasi bahaya di bengkel sheet metal N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Tangan/jari terjepit
2
Fisik
3
Fisik
4
Fisik
Terkena api III mesin las Terkena I serpihan logam Telinga II terganggu akibat suara bising
5
Fisik
Terkena batu gerinda
II
II
Cara menanggulangi bahaya - Memakai APD - Memakai alat bantu untuk meletakkan benda kerja Memakai APD Memakai APD
-
Memakai APD - Penerapan sistem kerja bergantian untuk mengurangi paparan Memakai APD
Ket
c. Bengkel permesinan Tabel 4.5. Identifikasi bahaya di bengkel permesinan N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Terpeleset di lantai
I
2
Fisik
III
3
Fisik
Jari terpotong Tangan/jari terjepit
4
Fisik
5
Fisik
6
Fisik
II
Terkena I serpihan logam Terkena II batu gerinda Terkena I peralatan mesin yang sedang bergerak
Cara menanggulangi bahaya Tumpahan minyak/oli segera dibersihkan - Memakai APD - Memakai alat bantu untuk menempatka n benda kerja - Memakai APD - Memakai APD Memakai APD
Jangan terlalu dengan saat bekerja
berada dekat mesin sedang
Ket
d. Bengkel pengelasan Tabel 4.6. Identifikasi bahaya di bengkel pengelasan
Terkena serpihan logam Terkena mesin gerinda Terkena api mesin las Telinga terganggu suara bising Terkena logam panas
I
Cara menanggulangi bahaya Memakai APD
II
Memakai APD
II
Memakai APD
II
Memakai APD
III
-
Elektrik
Tersengat listrik tegangan tinggi
III
7
Fisik
Kebakaran
III
8
Fisik
Tertimpa beban berat
III
9
Fisik
10
Fisik
Terkena I bagian mesin yang bergerak Tangan/jari III terpotong
N O
Potensi bahaya
1
Fisik
2
Fisik
3
Fisik
4
Fisik
5
Fisik
6
Efek utama
Kategori bahaya
Memakai APD - Memakai alat bantu Jangan menyalakan mesin jika ada bagian yang rusak/terkelupas /cacat Jangan menyalakan api las dekat dengan material mudah terbakar Pemindahan material dilakukan oleh beberapa orang Jangan berada terlalu dekat dengan mesin yang bekerja Memakai alat bantu
Ket
e. Bengkel non metal Tabel 4.7. Identifikasi bahaya di bengkel non metal N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Tangan/jari terpotong
III
2
Fisik
Terkena batu gerinda
II
3
Fisik
4
Fisik
5
Fisik
Pendengara II n terganggu akibat suara bising Mata II terkena serpihan kayu Rambut III terpelintir mesin bor
6
Fisik
7
Kimia
8
Elektrik
9
Fisik
Terpeleset I di lantai Menghirup I aroma cat dan tinner Tersengat III arus listrik Kebakaran
IV
Cara menanggulangi bahaya Memasang pelindung pada bagian mesin yang tajam - Memasang pelindung pada mesin - Memakai APD Memakai APD
Memakai APD
-
Memotong rambut yang panjang - Memakai penutup kepala Tumpahan oli dibersihkan Memakai APD
Menutup sumber arus yang terbuka Jangan menyalakan api didekat serpihan kayu atau tinner
Ket
f. Laboratorium steam power plant Tabel 4.8. Identifikasi bahaya di laboratorium steam power plant N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Terpeleset di lantai
I
2
Fisik
3
Fisik
4
Fisik
Terkena III uap panas boiler Telinga II terganggu akibat suara bising Peledakan IV
Cara menanggulangi bahaya Tumpahan minyak segera dibersihkan Memakai APD
Memakai APD
-
-
Awasi sistem kerja proses Periksa kelengkapan safety valve dan sistem pengaman lainnya
Ket
g. Laboratorium automatic diesel marine Tabel 4.9. Identifikasi bahaya di laboratorium automatic diesel marine N O
Potensi bahaya
1
Fisik
2
Fisik
3
Fisik
Efek utama
Kategori bahaya
Pendengara II n terganggu Menghirup II asap dari mesin diesel Terpeleset di lantai
I
Cara menanggulangi bahaya Memakai APD -
Memakai APD - Perbaiki sistem pembuangan Tumpahan minyak segera dibersihkan
Ket
h. Laboratorium reparasi listrik Tabel 4.10. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi listrik N O
Potensi bahaya
1
Elektrik
Tersengat arus
III
2
Fisik
Tertimpa beban berat
II
3
Fisik
Pendengara II n terganggu akibat suara bising
4
Fisik
Terpeleset di lantai
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya Menutup sumber arus yang terbuka Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang - Memakai APD - Menaruh mesin diluar ruangan Tumpahan minyak segera dibersihkan
Ket
i.
Laboratorium SPPK Tabel 4.11. Identifikasi bahaya di laboratorium SPPK N O 1
Potensi bahaya Fisik
Efek utama Kaki tertimpa beban berat
Kategori bahaya II
Cara menanggulangi bahaya Penanganan material dilakukan oleh lebih dari satu orang
Ket
j.
Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika Tabel 4.12. Identifikasi bahaya di laboratorium instrumentasi listrik dan fisika N O
Potensi bahaya
1
Elektrik
Tersengat arus listrik
III
2
Fisik
Tertimpa beban berat
I
3
Fisik
Terpeleset
I
4
Fisik
Terjepit
I
Efek utama
Kategori bahaya
Cara menanggulangi bahaya Jangan menyalakan peralatan dalam kondisi basah - Penempatan material yang baik - Pemindahan material oleh beberapa orang Tumpahan air dekat wastafel segera dibersihkan - Memakai APD - Berhati-hati saat memasang atau memakai peralatan
Ket
k. Laboratorium reparasi mesin Tabel 4.13. Identifikasi bahaya di laboratorium reparasi mesin N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Terpeleset
I
2
Fisik
Tertimpa beban berat
I
3
Kimia
4
Fisik
5
Fisik
Menghirup I uap thinner dancat Terkena api III las Terjepit I mesin
6
Fisik
Kebakaran
7
Fisik
Menghirup I asap residu mesin
III
Cara menanggulangi bahaya Tumpahan minyak segera dibersihkan - Gunakan alat bantu mengangkat beban - Pemindahan beban dilakukan beberapa orang Memakai APD
Memakai APD -
Memakai APD - Memakai alat bantu Jangan menyalakan mesin las dekat serpihan kayu, plastik, cat, thinner, dan kertas - Periksa saluran buang mesin - Memakai APD
Ket
l.
Laboratorium kimia Tabel 4.14. Identifikasi bahaya di laboratorium kimia N O
Potensi bahaya
1
Kimia
2
Kimia
3
Kimia
4
Fisik
5
Kimia
Efek utama
Kategori bahaya
Uap kimia terhirup Bahan kimia tertelan Bahan kimia terkena kulit Terpeleset di lantai
I
Bahan kimia terkena mata
III
III
III
I
Cara menanggulangi bahaya Memakai APD Jangan pernah mencicipi bahan kimia Memakai APD
Tumpahan air segera dibersihkan Memakai APD
Ket
m. Laboratorium ergonomi Tabel 4.15. Identifikasi bahaya di laboratorium ergonomi N O 1
Potensi bahaya Fisik
Efek utama
Kategori bahaya
Kejatuhan I benda dari atas lemari
Cara menanggulangi bahaya Berhati-hati saat mengambil peralatan dari ketinggian, gunakan alat bantu
Ket
n. Laboratorium kontroller dan mikroprosessor Tabel 4.16. Identifikasi bahaya di laboratorium kontroller dan mikroprosessor N O
Potensi bahaya
Efek utama
Kategori bahaya
1
Fisik
Kejatuhan I benda dari ketinggian
2
Ergono mi
Cedera punggung
II
3
Elektrik
Tersengat arus
III
Cara menanggulangi bahaya Pakai alat bantu untuk meraih benda di ketinggian Pengangkutan material lebih dari satu orang Memakai APD
Ket
a. Bengkel konstruksi Tabel 4.17. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel konstruksi N O 1
Latar belakang pendidikan SMP
2
S1
3
D3
4
D3
5
STM
6
STM
7
STM
8
STM
Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran Resiko K3 dan atau obyek Bidang Pengalaman potensi bahaya pelatihan kerja yang ada 22 thn Terjepit, Kebersi Fauzi terpotong, han (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 2 thn Terjepit, Mouldin Rachmat terpotong, g (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 15 thn Terjepit, Rolling Rudy terpotong, (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 15 thn Terjepit, Potong Nanang terpotong, plat (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 18 thn Terjepit, Bending Muharor terpotong, (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 18 thn Terjepit, Potong Maftul terpotong, plat (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 20 thn Terjepit, Mouldin Mr Wong terpotong, g (Karyawan) pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las 20 thn Terjepit, Rolling Husnul terpotong, (Karyawan) pendengaran
Jenis pelatihan K3 umum dan SPPK
K3 umum dan SPPK
K3 umum dan SPPK
K3 umum dan SPPK
K3 umum dan SPPK
K3 umum dan SPPK
K3 umum dan SPPK
K3 umum dan
9
STM
20 thn
1 0
STM
15 thn
terganggu, terpeleset, terkena api las Terjepit, Bending terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las Terjepit, Rolling terpotong, pendengaran terganggu, terpeleset, terkena api las
SPPK
Budi (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
Kris (Karyawan)
K3 umum dan SPPK
b. Bengkel sheet metal Tabel 4.18. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel sheet metal N O 1
2
3
Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 Latar dan potensi belakang Pengalaman bahaya yang pendidikan ada D3 6 bln Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam D3 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam STM 14 thn Terjepit, terkena api las, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Bidang kerja
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Plat dan Karyawan pipa
SPPK, K3 umum
Plat dan Karyawan pipa
SPPK, K3 umum
Plat dan Karyawan pipa
SPPK, K3 umum
c. Bengkel permesinan Tabel 4.19. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel permesinan N O 1
2
3
Dasar penentuan jenis pelatihan Latar Resiko K3 dan Pengal Bidang belakang potensi bahaya aman kerja pendidikan yang ada D3 6 bln Terpeleset, CNC terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam STM 21 thn Terpeleset, CNC terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam STM 21 thn Terpeleset, CNC terjepit, terkena batu gerinda, terkena serpihan logam
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Karyawan
SPPK, K3 umum
Karyawan
SPPK, K3 umum
Karyawan
SPPK, K3 umum
d. Bengkel non metal Tabel 4.20. Identifikasi kebutuhan pelatihan di bengkel non metal N O 1
2
3
4
Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 Latar Bidang Pengal dan potensi belakang kerja bahaya yang aman pendidikan ada STM 19 thn Terpotong, Fiberglass kebakaran, dan mesin terpeleset, kayu pendengaran terganggu, terkena batu gerinda STM 18 thn Terpotong, Fiberglass kebakaran, dan mesin terpeleset, kayu pendengaran terganggu, terkena batu gerinda STM 17 thn Terpotong, Fiberglass kebakaran, dan mesin terpeleset, kayu pendengaran terganggu, terkena batu gerinda STM 22 thn Terpotong, Fiberglass kebakaran, dan mesin terpeleset, kayu pendengaran terganggu, terkena batu gerinda
Sasaran atau obyek pelatihan Didik iswantoro (karyawan)
Jenis pelatihan SPPK, K3 umum
M. Fauzan SPPK, K3 (karyawan) umum
M. Samsul (karyawan)
SPPK, K3 umum
Hardi suprayitno (karyawan)
SPPK, K3 umum
e. Laboratorium steam power plant Tabel 4.21. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium steam power plant N O 1
2
Dasar penentuan jenis pelatihan Latar Resiko K3 dan Pengal Bidang belakang potensi bahaya aman kerja pendidikan yang ada S1 18 thn Pendengaran Reparasi terganggu, mesin tersengat arus, dan peledakan, boiler terkena uap panas STM 18 thn Pendengaran Reparasi terganggu, mesin tersengat arus, dan peledakan, boiler terkena uap panas
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Eko purwanto (karyawan)
K3 PUBT, K3 umum
Andik wibowo (karyawan)
K3 PUBT, K3 umum
f. Laboratorium automatic diesel marine Tabel 4.22. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium automatic diesel marine N O 1
2
Dasar penentuan jenis pelatihan Latar Resiko K3 dan Pengal Bidang belakang potensi bahaya aman kerja pendidikan yang ada S1 18 thn Pendengaran Reparasi terganggu, mesin terpeleset, menghirup asap mesin STM 18 thn Pendengaran Reparasi terganggu, mesin terpeleset, menghirup asap mesin
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Eko purwanto (karyawan)
K3 umum
Andik wibowo (karyawan)
K3 umum
g. Laboratorium reparasi listrik Tabel 4.23. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi listrik Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 N Latar dan potensi Bidang Pengal O belakang bahaya yang kerja aman pendidikan ada 1 SLTA 20 thn Tersengat Perbaikan arus dan perawatan serta asisten pengajar
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Paidi (karyawan)
K3 listrik, K3 umum
h. Laboratorium SPPK Tabel 4.24. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium SPPK Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran Resiko K3 N Latar atau obyek Pengal dan potensi O belakang Bidang kerja pelatihan bahaya yang aman pendidikan ada 1 STM 20 thn Kaki Perawatan dan Soehartono tertimpa pemeliharaan (karyawan) beban berat alat praktikum
Jenis pelatihan K3 umum
i.
Laboratorium uji bahan
Tabel 4.25. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium uji bahan Dasar penentuan jenis pelatihan Sasaran Resiko K3 N Latar atau obyek Bidang Pengal dan potensi O belakang pelatihan kerja bahaya yang aman pendidikan ada 1 STM 15 thn Terjepit, Pengujian Agus radiasi, bahan dan sumitro menghirup material (karyawan) uap solvent
Jenis pelatihan K3 radioaktif, K3 umum
j.
Laboratorium instrumentasi listrik dan fisika
Tabel 4.26.
Identifikasi kebutuhan pelatihan di
laboratorium
instrumentasi listrik dan fisika Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 N Latar dan potensi Bidang Pengal O belakang bahaya yang kerja aman pendidikan ada 1 STM 4 thn Tersengat Instrumen arus, listrik dasar terpeleset, tertimpa beban berat, terjepit
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Tofan (karyawan)
SPPK, K3 umum
k. Laboratorium kimia Tabel 4.27. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium kimia Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 N Latar Pengal dan potensi O belakang Bidang kerja bahaya yang aman pendidikan ada 1 STM 20 thn Terkena Perawatan bahan kimia, dan terpeleset pemeliharaan alat praktikum
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Soehartono (karyawan)
K3 kimia, K3 umum
l.
Laboratorium ergonomi
Tabel 4.28. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium ergonomi N O
Latar belakang pendidikan 1 STM
Dasar penentuan jenis pelatihan Resiko K3 dan Pengal potensi bahaya Bidang kerja aman yang ada 20 thn Tertimpa Perawatan beban dari atas dan lemari pemeliharaan alat praktikum
Sasaran atau obyek pelatihan Soehartono (karyawan)
Jenis pelatihan K3 umum
m. Laboratorium reparasi mesin Tabel 4.29. Identifikasi kebutuhan pelatihan di laboratorium reparasi mesin N O 1
2
Dasar penentuan jenis pelatihan Latar Resiko K3 dan Pengal Bidang belakang potensi bahaya aman kerja pendidikan yang ada S1 18 thn Pendengaran Reparasi terganggu, mesin terpeleset, menghirup asap mesin STM 18 thn Pendengaran Reparasi terganggu, mesin terpeleset, menghirup asap mesin
Sasaran atau obyek pelatihan
Jenis pelatihan
Eko purwanto (karyawan)
K3 umum
Andik wibowo (karyawan)
K3 umum